Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI
2017
CHAPTER 6
FASB dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) no. 8 menunjukkan bahwa
tujuan utama pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan tentang entitas
pelapor yang berguna bagi investor potensial, pemberi pinjaman, kreditur lain dan calon
investor lainnya dalam pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya bagi entitas.
Penekanan fungsi laporan laba rugi sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan penilaian
kinerja kepada investor menyebabkan pembahasan berkelanjutan di antara para akuntan
tentang identifikasi yang tepat atas elemen-elemen yang dikandungnya, yakni pendapatan,
keuntungan, beban, dan kerugian. Elemen-elemen laporan laba/rugi yang didefinisikan dalam
SFAC no. 6 adalah sebagai berikut:
1. Revenues (Pendapatan)
Pemasukan-pemasukan atau peningkatan aset dari sebuah perusahaan atau
penyelesaian liabilitasnya (atau gabungan dari ke dua-duanya) dalam satu periode
produksi.
2. Gains (Keuntungan)
Peningkatan aset bersih dari transaksi yang tak berhubungan atau tak terduga suatu
entitas dan dari semua transaksi dan kejadian-kejadian lain dan keadaan yang
mempengaruhi entitas selama periode.
3. Expenses (Beban)
Arus keluar atau penggunaan aset lainnya atau timbulnya kewajiban selama satu
periode mulai dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktifitas lain
yang merupakan operasi utama perusahaan.
4. Losses (Kerugian)
Pengurangan pada aset bersih sebuah entitas dari transaksi-transaksi yang tak
berhubungan atau tak terduga dan dari semua transaksi lain dan kejadian-kejadian dan
keadaan-keadaan lain yang mempengaruhi entitas selama periode.
Dari definisi elemen-elemen income statement diatas, tampak bahwa FASB berusaha
menggeser terminologi Accounting Principles Board (APB) yang menekankan pada arus
masuk dan arus keluar, realisasi, dan konsep penandingan. Karena itu, kriteria pengakuan dan
pengukuran untuk pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian terkait dengan perubahan aset
dan liabilitas. Sebagai dampaknya, kini neraca tampil lebih dari sekedar tempat menyimpan
nilai sisa dalam proses penentuan pendapatan.
Maka dari itu, terdapat beberapa perbedaan dari konsep FASB dan APB yang dirangkum oleh
Robinson sebagai berikut:
Akuntan telah menganjurkan dua jenis laporan laba rugi berdasarkan pandangan berbeda dari
konsep pendapatan. Dua konsep yang kemudian mendominasi pandangan ini adalah current
operating performance concept dan all-inclusive concept.
Current operating performance concept adalah konsep yang menyiratkan bahwa item normal
dan berulang, yang disebut pendapatan berkelanjutan, harus merupakan ukuran utama kinerja
perusahaan. Perubahan dan kejadian yang dapat dikendalikan oleh manajemen yang dihasilkan
dari keputusan periode sekarang yang seharusnya dimasukkan dalam laba. Artinya, laba bersih
pun harus mencerminkan aktivitas hari ke hari.
All-inclusive concept adalah konsep yang berpendapat bahwa laba bersih harus mencerminkan
semua item yang mempengaruhi kenaikan atau penurunan bersih ekuitas selama periode
tersebut, kecuali transaksi modal. Konsep ini percaya bahwa total laba bersih untuk umur
perusahaan harus dapat ditentukan dengan menjumlahkan angka laba bersih periodik.
Kedua konsep ini hanya berkontroversi dalam bagaimana informasi keuangan ditampilkan,
tempat dimana pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian ditampilkan. Namun yang lebih
penting, sejatinya kedua konsep ini setuju dengan informasi yang harus disajikan. Sedangkan
penelitian menunjukkan bahwa investor tidak terpengaruh dengan tempat dimana item
dilaporkan dalam laporan keuangan selama pernyataan itu menyajikan informasi yang sama.
Dengan kata lain, kontroversi dari kedua konsep ini menjadi suatu yang tidak penting.
Salah satu isu pertama yang APB pelajari adalah apa yang termasuk dalam laba bersih. Studi
APB mengungkapkan bahwa manajer bisnis telah berhati-hati dalam menentukan yang
manakah pendapatan dan biaya, dan keuntungan dan kerugian, untuk dimasukkan dalam
laporan laba rugi atau laporan laba yang ditahan. Kurangnya petunjuk resmi tentang
penyesuaian untuk laba ditahan mengakibatkan penempatan sebagian besar item pendapatan
atau keuntungan pada laporan laba rugi, sedangkan banyak beban dan kerugian yang berkaitan
dengan periode sebelumnya diperlakukan sebagai penyesuaian untuk laba ditahan.
Dalam salah satu hasil studinya tentang penyalahgunaan laporan dan peninjauan umum secara
menyeluruh dari pendapatan, APB kemudian menerbitkan APB No.9 tentang “Reporting The
Result of The Operation“. APB No.9 mencoba untuk mengambil jalan tengah antara current
operating performance concept dan all-inclusive concept dengan menyatakan pendapatan
bersih harus mencerminkan semua item dari keuntungan dan kerugian diakui selama periode,
dengan pengecualian dari penyesuaian periode sebelumnya. Sebagai tambahan, APB
menentukan format pelaporan termasuk dua bentuk pendapatan yaitu laba bersih dari operasi
dan laba bersih dari operasi ditambah extraordinary items.
APB No. 9 mewajibkan penyusun laporan keuangan untuk menentukan apakah pendapatan,
beban, keuntungan, dan kerugian secara tepat diklasifikasikan sebagai:
3. penyesuaian terhadap periode sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan .
Secara umum, ketentuan opini menerangkan bahwa semua item itu harus dianggap normal dan
berulang, kecuali mereka memenuhi persyaratan yang menyatakan mereka masuk klasifikasi
sebagai extraordinary items atau sebelum periode penyesuaian.
Memisahkan laporan laba rugi ke laba bersih dari operasi dan laba bersih setelah extraordinary
yang memperbolehkan untuk pengungkapan sebagian besar item pendapatan, beban,
keuntungan dan kerugian dalam laporan laba rugi selama setiap periode. Hal ini juga
memberikan pengguna laporan keuangan kemampuan untuk mengevaluasi hasil operasi
normal atau total pendapatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Jumlah yang diperlihatkan untuk laba dari operasi berkelanjutan adalah pendapatan dan beban
perusahaan yang normal dan berulang-ulang. Angka laba menggambarkan jumlah yang dapat
diperoleh kembali di masa depan, sering disebut sebagai pendapatan berkelanjutan (sustainable
income) perusahaan. Pendapatan berkelanjutan adalah jumlah yang investor harus gunakan
sebagai titik awal untuk memprediksi pendapatan masa depan.
Sebagai tambahan, jumlah pajak penghasilan yang diungkapkan di bagian dari laporan laba
rugi ini adalah jumlah pajak penghasilan yang perusahaan harus laporkan jika tidak ada item
pendapatan yang tidak berulang telah terjadi.
Ada tiga macam pendapatan tidak berulang yang mungkin diperoleh oleh sebuah perusahaan
yang harus diungkapkan, yakni:
APB No.30 kemudian diamandemen dengan SFAS No. 144 tentang “Accounting for
Impairment or Disposal of Long-Lived Assets“. Untuk memenuhi syarat untuk
diperlakukan sebagai sebuah operasi yang dihentikan harus memenuhi beberapa
kriteria, yakni:
1) Unit yang dihentikan harus dianggap sebagai sebuah “komponen” bisnis.
Definisi “komponen” didasarkan pada pengertian operasi dan arus kas yang
dapat dibedakan. “Komponen” ini dapat berupa segmen, bagian, divisi operasi,
lini bisnis, anak perusahaan, dan lain-lain, tergantung kegiatan bisnis dimana
entitas beroperasi.
Sedangkan untuk mengasumsikan sebuah “komponen” sebagai kegiatan operasi
yang dihentikan harus memenuhi dua kriteria tambahan, yaitu
i. operasi dan arus kas dari komponen yang dihentikan harus dihilangkan
dari hasil transaksi operasional dan arus kas entitasnya
ii. entitas tidak boleh memiliki keterlibatan yang signifikan dalam operasi
komponen setelah penjualan berlangsung.
2) Saat manajemen memutuskan untuk menjual suatu komponen, maka aktiva dan
kewajiban komponen diklasifikasikan “held for sale” di dalam balance sheet.
Kemudian, apabila penghentian komponen telah dilakukan, hasil dari operasi
komponen harus dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai discontinued
operations dan dicantumkan tepat dibawah bagian income from continuing
operations. Hasil ini dilaporkan bersih setelah dikurangi pajak. Keuntungan
atau kerugian penjualan kemudian baru diungkapkan di catatan atas laporan
keuangan (CaLK).
2. Extraordinary items
APB No.9 mendefinisikan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang
mempunyai efek material yang tidak diharapkan sering terjadi dan tidak dianggap
sebagai faktor yang berulang-ulang dalam setiap evaluasi proses bisnis yang wajar.
Sebagai contohnya adalah laba/rugi dari penjualan atau pabrik yang ditinggalkan,
laba/rugi dari penjualan investasi yang tidak dipegang untuk dijual kembali,
penghapusan goodwill, pengambilalihan properti, dsb.
APB kemudian membuat review di tahun 1973 tentang kegunaan definisi extraordinary
item yang ternyata mendapatkan kesimpulan bahwa pendapatan dan beban tidak
dikelompokkan dengan cara yang sama melalui spektrum bisnis perusahaan.
Perusahaan tidak mengintepretasikan APB No. 9 dengan cara yang sama dan lebih
banyak kriteria spesifik yang dibutuhkan untuk menjamin intepretasi yang lebih
seragam atas ketetapannya.
Maka diterbitkanlah APB No. 30 tentang “Reporting The Result of Operations” yang
mendefiniskan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang dibedakan oleh
sifat sebagai berikut:
1) Unusual nature
Kejadian atau transaksi harus memiliki tingkat ketidakwajaran yang tinggi dan
tidak berhubungan atau hanya secara kebetulan berhubungan dengan aktivitas
biasa.
2) Infrequency of occurance
Kejadian atau transaksi tersebut secara masuk akal diperkirakan tidak akan
terjadi lagi di masa yang akan datang.
Karena suatu perubahan filosofi, beberapa hal yang dulunya didefinisikan sebagai
extraordinary item dalam APB No.9 kini dikeluarkan dari APB No. 30 yakni:
Hal ini menyebabkan jumlah pendapatan dan beban yang diijinkan untuk
dilaporkan sebagai extraordinary item berkurang signifikan.
Dalam APB No.9 pemisahan extraordinary item dari item lainnya dalam
laporan laba rugi tidak dipisahkan menurut item yang berulang dan tidak
berulang. Item yang jarang terjadi namun bukan tidak biasa diklasifikasikan
sebagai laba non operasi dalam kelompok keuntungan dan kerugian lainnya
dalam income statement. Penelitian mengindikasikan persyaratan ini sebagai
sebuah inkonsistensi kecuali FASB mewajibkan catatan kaki pengungkapan
atas efek kejadian tidak teratur pada laba dan pendapatan per lembar saham
(EPS).
3. Perubahan prinsip akuntansi (accounting changes)
Standar akuntansi atas kekonsistenan menyatakan bahwa transaksi yang sama
seharusnya dilaporkan dengan cara yang sama setiap tahun. Namun manajemen
seharusnya memilih perangkat praktik akuntansi yang paling tepat menyajikan sumber
daya dan kinerja unit pelaporan dan terus menggunakan praktik tersebut setiap
tahunnya. Sehingga terkadang, perusahaan dapat menjumpai bahwa pelaporan
berkembang oleh perubahan metode dan prosedur yang sebelumnya digunakan atau
mungkin diperintahkan oleh FASB atau SEC.
Jenis perubahan ini terjadi jika suatu entitas mengadopsi GAAP yang berbeda dari yang
sebelumnya digunakan untuk tujuan pelaporan. Contohnya perubahan penghitungan
persediaan dari LIFO ke FIFO.
Jika prinsip akuntansi diubah, maka perusahaan menampilkan laporan keuangan tahun-tahun
sebelum perubahan dilakukan. Efek perubahan dikumulatifkan pada tahun perubahan
dilakukan dan ditampilkan diantara laba bersih dan extraordinary item.
SFAS No. 154 tentang “Accounting Changes and Error Corrections” mensyaratkan aplikasi
retrospektif ke periode sebelumnya. Aplikasi retrospektif didefinisikan dalam SFAS No. 154
sebagai:
1. Aplikasi prinsip yang baru ke dalam periode akuntansi sebelumnya sebagaimana jika
perubahan prinsip diterapkan di periode-periode sebelumnya
2. Penyesuaian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan
perubahan entitas pelaporan
3. Revisi laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan koreksi atas
kesalahan
Penyajian laporan keuangan mensyaratkan estimasi dari kejadian di masa depan dan estimasi
seperti itu adalah sasaran dilakukannya review berkala (akibat dari kebutuhan penyajian
periodok). Contohnya perubahan perkiraan umur aktiva yang dapat didepresiasi atau estimasi
kolektabilitas piutang.
Perubahan jenis ini disebabkan oleh perubahan unit pelaporan yang mungkin disebabkan oleh
penggabungan usaha, perubahan spesifik anak perusahaan, atau perubahan konsolidasi.
Perubahan dalam pelaporan harus diungkapkan secara retroaktif dengan menyatakan kembali
laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi unit pelaporan baru telah diterapkan
di laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan kembali laporan laporan keuangan
tahun sebelumnya bertujuan untuk membandingkan hasil dari perubahan pelaporan keuangan
yang baru dan yang lama. Selain itu, efek perubahan pelaporan terhadap pendapatan operasi,
laba bersih, dan laba per saham terkait harus diungkapkan sebagai perbandingan.
ERROR
Kesalahan tidak dipandang sebagai suatu perubahan akuntansi, namun hasil dari kesalahan
perhitungan matematis dan penggunaan metode akuntansi yang salah. Error didefinisikan
sebagai prior period adjustment. Periode dimana error ditemukan, jenis kesalahan dan efeknya
terhadap pendapatan operasi, laba bersih dan laba per saham terkait harus diungkapkan.
Persyaratan ini merupakan perluasan logis dari perbaikan secara retroaktif yang diperlukan
untuk perubahan-perubahan akuntansi. Dengan menyediakan perbaikan retroaktif, pengguna
bisa mempredikasi dengan lebih baik prestasi perusahaan seiring berjalannya waktu dengan
tepat.
Analis, investor, dan kreditor sering mencari cara untuk meringkaskan kinerja perusahaan, dan
beberapa cara yang cepat dan efisien untuk membandingkan kinerja perusahaan. Laba per
saham (Earnings per Share) melayani tujuan ini yaitu memungkinkan pengguna meringkas
kinerja perusahaan dalam satu bilangan. Selain itu, penggunaan laporan laba rugi sebagai
sumber utama informasi oleh pengambil keputusan telah menghasilkan kebutuhan untuk
mengungkapkan jumlah pendapatan yang diperoleh ke kelas investor yang berbeda.
Perhitungan dasar EPS relatif mudah. Pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham
biasa dibagi dengan rata - rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar selama periode
akuntansi. Jika perusahaan memiliki saham preferen, maka pendapatan bersih harus dikurangi
terlebih dahulu untuk menentukan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tersedia bagi
pemegang saham biasa. Tujuan dari basic EPS adalah untuk mengukur kinerja sebuah
perusahaan selama periode pelaporan dari sudut pandang pemegang saham biasa.
Opini APB No. 9 kemudian mengembangkan konsep residual securities dan senior
securities. Bila ada lebih dari satu jenis saham biasa yang beredar, atau sekuritas yang
memiliki hak partisipasi dividen atau bila sekuritas berasal dari porsi utama dari hak konversi,
sekuritas tersebut harus dipertimbangkan sebagai residual securities, bukan sebagai senior
securities dalam penghitungan EPS. Opini APB No. 9 hanya menyarankan (strongly
recommended) dan tidak bersifat wajib, namun pengembangan tersebut menjadi kerangka
dasar bagi APB Opinion No.15 tentang pentingnya informasi EPS bagi investor dan pasar serta
pentingnya metode perhitungan EPS yang konsisten demi keterbandingan.
Opini APB No. 15 mewajibkan penyajian EPS sebelum extraordinary item dalam laporan laba
rugi. Syarat ini kemudian digantikan oleh SFAS No. 128 yang menyebutkan bahwa pendapatan
dari operasi berkelanjutan dan laba bersih ditampilkan di awal laporan keuangan.Selain itu,
pengungkapan EPS untuk discontinued operations, extraordinary items, dan cummulative
effect from accounting changes juga harus disampaikan.
APB No. 15 juga menyebutkan bahwa perusahaan dapat menganut dua macam struktur modal,
yakni simple capital structure dan complex capital structure. Perusahaan dikatakan berstruktur
modal sederhana apabila hanya memiliki saham biasa saja (common stock sebagai residual
securities) atau sekuritas lain yang apabila dikonversi, jumlahnya tidak akan mencapai diluted
EPS 3%.
Sedangkan perusahaan dikatakan complex capital structure jika terdiri dari convertible
securities, options, warrant, atau hak lain dalam residual securities. Perusahaan yang
menganut complex capital structure diharuskan mengungkap dua jenis EPS, yakni primary
EPS dan fully diluted EPS.
Primary EPS hanya memasukkan common stock equivalents selain common stock. Common
stock equivalent adalah sekuritas bukan dalam bentuk common stock namun memampukan
pemilik sekuritas tersebut untuk mengkonversinya menjadi common stock dan berhak
menerima hasil atas common stock.
Atas banyaknya kritik terhadap APB No.15, perusahaan dengan complex capital structure tidak
diharuskan melaporkan basic EPS. Namun kritik masih terus dilayangkan terhadap APB karena
sebagian investor merasa basis EPS lebih penting dibanding primary EPS yang dihitung
berdasarkan kondisi riil yang terjadi.
Pada tahun 1991 FASB mencoba menyelesaikan masalah ini dan akhirnya mengeluarkan
SFAS No. 128 dan IAS No.33 (keduanya memiliki isi yang sama) dan mengganti primary EPS
dengan basic EPS, dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Basic EPS dan diluted EPS akan memberikan pengguna rentang kemungkinan EPS
yang mungkin terjadi.
2. Penggunaan EPS secara internasional sangat penting dikarenakan database analisis
keuangan dan penginternasionalisasi bisnis dan pasar modal.
3. Indikasi bahwa praktik common stock equivalent tidak bekerja secara efektif.
4. Perhitungan primary EPS sangat rumit dan kemungkinan tidak mudah dipahami dengan
baik atau diterapkan secara konsisten.
5. Penyajian basic EPS akan menghilangkan kritik terhadap penentuan tentang sekuritas
common stock equivalent yang berubah-ubah.
SFAS No.128 mengharuskan penyajian EPS oleh semua perusahaan yang telah menerbitkan
common stock atau sekuritas lain yang pengkonversiannya akan menyebabkan penerbitan
common stock baru. Perusahaan dengan simple capital structure hanya melaporkan basic EPS
saja. Sedangkan perusahaan lainnya diharuskan menyajikan basic EPS dan diluted EPS.
DILUTED EPS
Tujuan dari diluted EPS adalah mengukur kinerja pro forma suatu perusahaan selama periode
tertentu dari sudut pandang pemegang saham biasa apabila pengkonversian sekuritas yang
dilutif benar-benar terjadi. Penyajian ini konsisten dengan tujuan kerangka konseptual dalam
penyediaan informasi keuangan perusahaan yang berfungsi untuk menilai prospek dari
perusahaan.
Bersama dengan Basic EPS, dua angka ini akan menggambarkan proyeksi informasi historis
ke masa mendatang dan menyesuaikan proyeksi dengan efek dilutif dari suatu sekuritas. Efek
dilutif dari opsi saham dan warrants dihitung dengan menggunakan treasury stock method.
Dan efek dilutif dari convertible security dihitung menggunakan as if-converted method.
Sekuritas yang bersifat antidilutif tidak dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS. Diluted
EPS seharusnya melaporkan potensi dilusi maksimal. Ketika terdapat lebih dari satu sekuritas
yang bersifat dilutif, maka sekuritas dengan efek dilutif paling besar yang dimasukkan ke
perhitungan diluted EPS terlebih dahulu, diikuti sekuritas dengan efek dilutif makin kecil
dibawahnya, sesuai urutan. Cara mengetahui efek dilutif adalah dengan menghitung
pendapatan dari kenaikan satu lembar saham.
Opsi saham dan warrant membolehkan pemegangnya membeli saham biasa dengan harga yang
telah ditentukan, sehingga pemegang akan menggunakan haknya ketika harga pasar saham
lebih tinggi dibandingkan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
FASB mengharuskan penggunaan treasury stock method untuk menghitung efek dilutif
terhadap EPS. Dengan metode ini, saham biasa untuk memenuhi penukaran hak opsi dan
warrant didapatkan dengan membeli kembali saham biasa perusahaan yang beredar sesuai
harga pasarnya, dengan uang yang diperolehnya dari hasil penukaran. Selisih kekurangan
lembar diperoleh dengan menerbitkan saham biasa baru, inilah yang disebut incremental
shares. Incremental shares ini ditambahkan dengan jumlah rata-rata tertimbang lembar saham
untuk penghitungan diluted EPS.
Written put options dan forward purchase mensyaratkan entitas pelapor untuk membeli
kembali sahamnya sendiri pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Sekuritas ini dilutif
ketika exercise price di atas harga rata-rata pasar. Efek dilutif dari written put options dan
forward purchase dihitung menggunakan reverse treasury stock method, kebalikan dari
treasury stock method pada hak opsi saham dan warrant.
Dengan metode ini, diasumsikan perusahaan akan menerbitkan saham biasa baru sesuai harga
pasar untuk mendapatkan uang untuk menutup kontrak. Uang hasil penerbitan saham baru
digunakan untuk membeli kembali saham sesuai kontrak. Selisih lembar saham yang
diterbitkan dan yang diperoleh kembali ditambahkan ke penyebut pada penghitungan diluted
EPS.
CONVERTIBLE SECURITIES
Ialah sekuritas (obligasi atau saham preferen) yang dapat ditukar dengan sekuritas lain (saham
biasa) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Guna menentukan apakah sekuritas
bersifat dilutif, memerlukan perhitungan EPS seolah-olah penukaran telah terjadi. Bentuk “as-
if-converted” kemudian dibandingkan dengan EPS tanpa penukaran.
Jika penukaran dapat menyebabkan EPS menurun, sekuritas menjadi dilutif. Jika tidak,
sekuritas akan dinggap antidilutif dan pengaruh proforma penukarannya tidak akan termasuk
di dalam terdilusi.
Ialah jumlah lembar yang penerbitannya bergantung pada kondisi tertentu, seperti mencapai
tingkat pendapatan atau harga pasar tertentu di masa mendatang. Jika kondisi-kondisi tersebut
tidak terjadi sampai akhir periode pelaporan, SFAS No.128 mengharuskan contingently
issuable shares dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS sesuai dengan jumlah lembar
yang akan dimasukkan apabila akhir periode pelaporan sama dengan periode kontinjensi.
USEFULNESS OF EPS
Tujuan dari EPS adalah untuk memberikan investor sebuah indikator atas (1) nilai perusahaan
dan (2) harapan dividen di masa mendatang. Masalah teori yang terbesar yang mengelilingi
presentasi EPS adalah apakah informasi ini harus berdasarkan pada sejarah atau ramalan
informasi. Badan akuntansi yang berwenang telah menetapkan bahwa EPS didasarkan pada
data historis, bukan data ramalan. Pandangan ini dituangkan dalam opini APB No. 15 dan
baru-baru ini oleh SFAS No. 128 yang konsisten dengan gejala ini.
EPS merupakan indikator keseluruhan, yaitu nilai tunggal yang memberikan informasi tentang
kinerja atau posisi keuangan perusahaan. EPS sangat populer karena diperkirakan EPS
mengandung informasi yang bermanfaat dalam membuat prediksi mengenai dividen dan harga
saham di masa mendatang, serta sebagai ukuran keefisienan suatu perusahaan.
COMPREHENSIVE INCOME
Comprehensive income menggunakan pendekatan all- inclusive concept dan termasuk dalam
cakupan proprietary theory karena seluruh perubahan terhadap ekuitas (kecuali untuk
transaksi modal dengan pemilik) dimasukkan dalam perhitungan comprehensive income.
Selain itu, ia juga dianggap tepat untuk tujuan prediksi dan penilaian ekuitas.
Elemen comprehensive income terdapat pada SFAS No. 130 antara lain penyesuaian translasi
kurs mata uang asing, unrealized holding gains and losses of available-for-sale securities,
penyesuaian kewajiban minimum dana pension, discontinued operations, extraordinary
items, dan gains atau losses yang berasal dari akumulasi perubahan prinsip akuntansi, dsb.
FASB menyatakan bahwa EPS tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan comprehensive
income karena alasan fleksibilitas kebijakan pelaporan: jika comprehensive income disajikan
dalam laporan perubahan ekuitas, maka perhitungan EPS akan membingungkan dan tidak
konsisten.
SFAS No. 130 mengijinkan tiga metode pelaporan comprehensive income antara lain:
kombinasi dengan laporan kinerja keuangan (comprehensive income disajikan di bawah net
income), laporan terpisah yang akan dimulai dengan net income, dan dicantumkan dalam
laporan perubahan ekuitas. FASB menyarankan untuk menggunakan metode yang pertama.
Namun ada dua anggota SFAS yang berselisih karena mereka berkeyakinan bahwa
kebanyakan perusahaan akan lebih cenderung pada metode ketiga. Hal ini akan mengurangi
visibilitas dan pentingnya comprehensive income.
ASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba komprehensif
adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal
dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari pemilik.
Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih yang
berasal dari transaksi operasi.
Dalam analisis keuangannya upaya pendapatan komprehensif untuk mengukur jumlah total
dari semua kejadian operasi dan keuangan yang telah mengubah nilai kepentingan pemilik
dalam bisnis. Hal ini diukur pada basis per-share untuk menangkap efek dilusi dan pilihan. Ini
membatalkan efek dari transaksi ekuitas yang pemiliknya akan acuh tak acuh; pembayaran
dividen, share buy back dan penerbitan saham pada nilai pasar.
Hal ini dihitung dengan mendamaikan nilai buku per saham dari awal periode sampai akhir
periode. Ini secara konseptual sama dengan mengukur pertumbuhan anak dengan menemukan
perbedaan antara tinggi badannya pada setiap ulang tahun. Semua item baris lainnya dihitung,
dan persamaan diselesaikan untuk laba komprehensif.
Beberapa pendapat mengatakan bahawa Pendapatan komprehensif adalah jumlah laba bersih
dan barang-barang lainnya yang harus melewati laporan laba rugi karena termasuk barang-
barang seperti keuntungan yang belum direalisasi atau rugi dari efek tersedia untuk dijual dan
keuntungan kurs atau kerugian . Barang-barang ini bukan merupakan bagian dari laba bersih ,
namun cukup penting untuk dimasukkan dalam pendapatan komprehensif , memberikan
pengguna lebih besar , gambaran yang lebih komprehensif dari organisasi secara keseluruhan.
Pos-pos atau barang-barang yang melwati laporan laba rugi akan dimasukkan menurut konsep
laba komprehensif. Laba komprehensif meliputi semua suatu periode kecuali perubahan
aktivitas inivestasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Karena itu, laba komprehenif
meliputi semua pendapatan dan keuntungan beban dan kerugian yang dilaporkan dalam laba
bersih, dan selai itu juga mecakup keuntungan dam kerugian yang tidak dimasukkan dalam
laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-pos yang melewati laporan
laba-rugi ini disebut laba komprehensif lainnya.
Laba komprehensif lain berisi semua perubahan yang tidak diizinkan untuk disertakan dalam
laporan laba rugi . Hal ini penting terutama untuk memahami perubahan yang sedang
berlangsung dalam nilai wajar aset perusahaan . Item yang harusdimasukkan dalam
pendapatan komprehensif lain meliputi:
1. Efek yang tersedia untuk dijual fair perubahan nilai yang sebelumnya ditulis sebagai
gangguan
2. Efek yang tersedia untuk dijual Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi
3. Lindung nilai arus kas keuntungan dan kerugian instrumen perubahan dalam surplus
revaluasi
4. Keuntungan dan kerugian aktuaria atas program manfaat pasti yang diakui sesuai
dengan IAS 19
5. Keuntungan dan kerugian pengukuran kembali aset keuangan tersedia untuk dijual
(IAS 39).
6. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari transfer dari kategori tersedia untuk dijual
ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo efek hutang yang belum direalisasi
7. Keuntungan dan kerugian transaksi mata uang intra - entitas di mana penyelesaian tidak
direncanakan atau diantisipasi di masa mendatang mata uang asing
8. Kerugian yang lindung nilai dari suatu investasi dalam suatu entitas asing transaksi
valuta asing
9. Selisih kurs karena penjabaran mata uang asing
10. Keuntungan atau kerugian pensiun imbalan pensiun atau pasca pensiun
Hal ini dapat diterima baik komponen laporan laba bersih komprehensif lain dari pengaruh
pajak yang bersangkutan , atau sebelum pengaruh pajak terkait dengan beban pajak penghasilan
agregat tunggal atau manfaat menunjukkan bahwa berhubungan dengan semua item
pendapatan komprehensif lain,
Barang yang akan dimasukkan dalam klasifikasi ini mungkin jarang ditemui oleh bisnis yang
lebih kecil , sehingga jenis organisasi mungkin hanya kadang-kadang melaporkan pendapatan
komprehensif lain .
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan ( FASB ) pendapatan komprehensif lain atau
other comprehensive income ( OCI ) sebagai alat analisis keuangan yang berharga . Tujuannya
FASB menyatakan itu secara umum adalah untuk menerbitkan panduan untuk meningkatkan
komparabilitas , konsistensi dan transparansi pelaporan keuangan. Untuk mencapai hal ini , ia
telah berusaha untuk meningkatkan keunggulan item yang dilaporkan dalam pendapatan
komprehensif lain .
Biaya bunga (interest expenses) dimasukkan dalam komponen biaya lainnya dan rugi. Angka
bersih setelah biaya lainnya dan rugi serta pajak penghasilan disebut laba dari operasi
berlanjut (income from continuing operatios). Jadi, komponen 1 sampai 3 disebut komponen
operasi (dalam arti luas) dan membentuk laba dari operasi berlanjut. Hal ini berarti bahwa pos-
pos dalam komponen pendapatan lainnya dan untung atau biaya lainnya dan rugi tidak
dipandang sebagai pos-pos nonoperasi. Oleh karena itu, pos-pos dalam komponen 4 sampai 8
sering disebut pos-pos takregular atau takteratur (irregular items). Pengertian takregular
menjadi masalah bila dikaitkan dengan makna takumum atau takbiasa (unusual) dan luar
biasa atau ekstraordiner (extraordinary). Persoalannya adalah kapan suatu pos harus
dikategori sebagai komponen 2, 5, atau lainnya. Bila masuk komponen 5, apakah pos tersebut
takbiasa atau luar biasa. Kriteria unutk mengklasifikasi suatu kejadian atau transaksi yang
membentuk pos-pos luar biasa yaitu :
Untuk mengkategori suatu kejadian atau transaksi ke dalam pos luar biasa, ketiga karakteristik
tersebut harus dipenuhi. Ketakbiasaan berarti bahawa kejadian atau transaksi yang melandasi
suatu pos mempunyai tingkat keabnormalan yang tinggi dan harus jelas-jelas merupakan jenis
yang sama sekali tidak berkaitan atau hanya berkaitan secara insidental dengan kegiatan
perusahaan dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan. Ketakseringan keterjadian /
terjadinya berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos merupakan jenis
yang bukan harapan umum atau yang tidak diantisipasi akan terjadi di masa datang dalam
konteks lingkungan beroperasinya perusahaan.
Materialitas berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos harus diklasifikasi
secara terpisah sebagai pos luar biasa hanya kalau iumlah yang terlibat material dalam
kaitannya dengan atau relatif terhadap angka laba sebelum pos luar biasa, kecenderungan
(trend) laba perioda sebelum pos luar biasa, atau ukuran materialitas yang lain. Bila suatu pos
material teapi hanya memenuhi kriteria a atau b, tidak dapat diklasifikasi sebagai pos luar biasa.
Contoh pos-pos yang dapat dimasukkan dalam kategori ini misalnya adalah penghapusan
piutang, sediaan, serta kos riset dan pengembangan; untung atau rugi penjabaran valuta asing
termasuk akibat devaluasi atau revaluasi; untung atau rugi pelepasan segmen bisnis; untung
atau rugi penjualan aset fisis; efek pemogokan; dan penyesuaian akrual atas kontrak jangka
panjang. Intinya, pos-pos material yang tak biasa atau taksering, tetapi tidak keduanya, masuk
dalam kategori ini. Mereka dilaporkan dalam seksi / komponen terpisah di atas pos
ekstraordiner. Dapat juga dilaporkan dalam seksi operasi tambahan kalau jumlahnya tidak
material.
Berikut ini adalah contoh Penyajian Statemen Laba-Rugi Komprehensif Pendekatan Dua
Statemen:
Contoh dari Laporan laba rugi gabungan dengan laba komprehensif :
PRIOR PERIOD ADJUSTMENT
Dalam APB no 9 kejadian dan transaksi yang diklasifikasikan sebagai prior period adjustment:
Dari sejak diberlakukannya prior period adjustment telah terjadi penyesuaian berulang kali
dimana pada akhirnya item-item profit dan loss yang harus masuk dalam pelaporan menurut
FASB (SFAS mo 16) adalah:
FASB dan IASB mengeluarkan penyesuaian atas format laporan keuangan yan baru dimana
laporan laba rugi yang baru terdiri atas operasi bisnis perusahaan, kegiatan keuangan, investasi
dan pembayaran pajak. Setiap kategori memiliki subtotal income. Format baru ini mengadopsi
sebuah format laporan laba komprehensif yang menggabungkan elemen laporan laba rugi dan
laporan laba komprehensif menjadi satu bagian. Komponen dari laba komprehensif bisa pula
disajikan pada bagian yang terpisah dengan laporan laba rugi. Format laporan ini meliputi :
sebuah sub total dari net income dan sebuah total dari comprehensive income pada sebuah
periode.FASB dan IASB menghapus format yang sebelumnya dimana laporan laba rugi
dijadikan 3 bagian yaitu dalam laporan yang terpisah, dalam laporan laba komprehensif
gabungan, atau dalam laporan modal pemegang saham. Penghapusan metode ini berdasarkan
hasil riset yang menyatakan bahwa investor dan pengguna yang lain dapat memproses
informasi lebih baik jika laporan laba komprehensif menggunakan format yang sama.
Laporan laba rugi membantu penggunanya untuk mengevaluasi performa suatu perusahaan,
memperkirakan performa masa depan, dan memprediksi cash flow. Untuk tujuan analisa, dan
untuk mengevaluasi kualitas dari pendapatan,penting bagi pengguna untuk mengerti dan dapat
mengidentifikasi pendapatan dan pengeluaran yang kemungkinan akan berlanjut dimasa depan
(pendapatan berkelanjutan) dan elemen2 yang tidak akan berlanjut (transitory components).
Untuk alasan ini perbedaan antara pendapatan operasional dan non operasional, pengeluaran
dan untung/rugi ialah penting. Penting juga untuk mengerti sifat dan jumlah dari elemen2 yang
spesial, juga elemen modal yang tidak tercantum dalam laporan laba rugi tetapi tetap tercantum
dalam laba komprehensif. Beberapa teknik yang digunakan oleh pengguna dalam menganalisa
ialah menggunakan pertanyaan2 berikut :
Tootsie Roll
SOURCES OF REVENUE
Banyak dari korporasi besar sangatlah terdiversifikasi yang berarti mereka menjual beragam
variasi produk. Masing2 dari produk tersebut memiliki tingkat profitabilitas, ekspektasi
pertumbuhan dan tingkat resiko. Sebuah pengukuran akan tingkat resiko adalah
ketergantungan perusahaan terhadap mayoritas pelanggan. Jika pendapatan sebuah perusahaan
dari pelanggan sama atau lebih besar 10% dari total pendapatan maka fakta tersebut harus
diungkapkan. Analisa keuangan dari perusahaan yang terdiversifikasi membutuhkan sebuah
kajian atas berbagai dampak segmen bisnis terhadap perusahaan secara menyeluruh.
PERSISTENCE OF REVENUE
Kestabilan dari pendapatan perusahaan dapat ditinjau dengan menganalisa trend pendapatan
dari waktu ke waktu dan dengan mengkaji diskusi dan analisa manajemen. Contoh berikut
adalah analisa tren pendapatan perusahaan Hershey dan Tootsie Roll untuk periode 5 tahun
dimulai dari tahun 2007-2011. Untuk tujuan analisa data tahun 2007 menjadi 100%. Analisa
berikut menunjukan Hershey mengalami pertumbuhan tren yang baik dalam net revenue pada
2007-2011.
Bagian manajemen diskusi dan analisis dalam bagian perusahaan dapat menyediakan informasi
berharga atas pendapatan yang stabil dan biaya yang bersangkuatan. SEC meminta perusahaan-
perusahaan untuk mengungkapkan perubahaan apapun atau perubahan yang mungkin terjadi.
Dalam pendapatan maupun pengeluaran untuk membantu evaluasi deviasi periode ke periode.
Contoh dari pengunkapan meliputi kejadian tak terduga, kemungkinan perubahan pendapatan
dan pengeluaran, faktor2 yang dapat mengurangi atau menambah pendapatan dan pengeluaran
dan hal lain yang tidak dicantumkan di laporan keuangan perusahaan. Contohnya, Hershey
mengindikasikan bahwa peningkatan pada pendapatannya didorong oleh realisasi harga yang
baik, performa pasar US yang meningkat , dan penjualan yang didapat dari bisnis internasional,
dimana mengimbangi penjualan di US yang menurun.
Analisis pada penghasilan kotor perusahaan fokus menjelaskan variasi dari penjualan, harga
pokok penjualan, dan efeknya terhadap penghasilan kotor perusahaan.
Net Sales
Metode analisis ini digunakan perusahaan untuk membandingkan ratio antar perusahaan di
industry yang sama atau untuk membandingkan penghasilan kotor diperiode sekarang dengan
periode sebelumnya .
Contoh
Dilihat dari data diatas penghasilan kotor Hershey meningkat dari tahun 2007 yaitu 33%
ditahun 2011 menjadi 41.6%. Sedangkan penghasilan kotor Tootsie Roll cenderung menurun
di tahun 2007 yaitu 33.9% menjadi 31.2% ditahun 2011. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk produksi meningkat secara signifikan
Menghitung persentase profit perusahaan, sabagai indikator untuk mengukur efektifitas kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Net Profit Percentage=
𝑁𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
Dari data diatas persetanse profit Hershey meningkat secara stabil selama 5 periode dimana
Tootsie mengalami fluktuasi.
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
Operating profit percentage =
𝑛𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
2007 2008 2009 2010 2011
Hershey 14.9% 13.3% 15.9% 17.4% 17.3%
Company
Persentase diatas menunjukan peningkatan performa Hershey selama 5 periode tetapi Tootsie
mengalami penurunan yang terjadi selama 5 tahun. Hasil ini mengindikasikan potensi erosi
dalam profitabilitas tootsie dalam menjalankan bisnis operasinya.
Price/Earning Ratio
Selama beberapa dekade akunting research melakukan percobaan hubungan antara earning
perusahaan dengan harga saham. Salah satu cara ditemukan untuk mengukur hubungan antara
harga saham dan earning :
Ratio ini menyediakan hasil dari earning perusahaan dibandingkan dengan harga saham
perusahaan pada saat ini.
Contoh
EPS : $2.85
EPS : $0.76
Hershey Tootsie
P/E Ratio : $61.78/$2.85 P/E Ratio : $23.67/$0.76
: 21.68 : 31.14
2007 2008 2009 2010 2011
Hershey 25.35 45.39 18.17 20.59 21.68
Company
Tootsie Roll 30.80 37.66 30.76 32.19 31.14
Dalam rangka mengeluarkan IAS No.33 tentang earning per share, International Accounting
standard menetapkan :
1. Mendefinisikan performa dan pendapatan dalam “Framework for the Preparation and
Presentation of Financial Statement”.
2. Mendiskusikan tujuan dan informasi yang akan dipresentasikan di laporan keuangan di
IAS no 1 “Presentation of Financial statements”
3. Mendiskusikan beberapa komponen dari laporan keuangan yang ada di IAS no 8
dengan judul “Accounting Policies, Change in Accounting estimate, Error”
4. Mendefinisikan konsep revenue di IAS no 18 “Revenue”
5. Amandemen IAS no 33
6. Mendiskusikan kebutuhan presentasi dan mengungkapkan discontinued operation di
IFRS no 5 “Non-Current Asset Held for Sale and Discontinued Operation”
7. Mengeluarkan amandemen terhadap IAS no 1
Dalam IAS no 8 membahas indikasi dalam pengambilan keputusan, sumber-sumber yang harus
dipertimbangkan antara lain :
1. Persyaratan dan pedoman pada standard IASB dan interpretasi dengan hal-hal yang
berkaitan
2. Pengertian, pengenalan kriteria, dan konsep pengukuran terhadap asset, hutang,
laba dan biaya dalam kerangka presentasi laporan keuangan.
3. Pernyataan terbaru dari badan penetapan standar lainnya yang menggunakan
kerangka konseptual serupa untuk mengembangkan standar akuntansi
4. Literatur lain dan praktik industri yang diterima sejauh ini tidak bertentangan
dengan sumbernya pada no 3
Perusahaan harus memilihi dan menerapkan kebijakan akuntansi pada basis transaksi yang
serupa . Tambahan, perusahaan bisa saja merubah adopsi dari kebijakan akuntansi apabila :
IAS no 18 mengidentifikasi pendapatan harus diukur dengan nilai wajar sekarang (fair value)
dengan mempertimbangkan penerimaan ataupun piutang dan ketika kondisi dibawah telah
terjadi :
1. Didalam Basic dan Diluted EPS harus ditampilkan (a) untung / rugi dari discontinued
operation dan (b) untung/rugi bersih , didalam laporan laba rugi di setiap kelas saham
biasa di setiap periode
2. Kemungkinan saham biasa dilutif hanya saat dikonversi ke saham biasa akan
menurunkan nilai EPS dari continuing operation
3. Kontrak bisa dilunasi dengan cash atau dengan saham termasuk perjanjian jika kontrak
akan dlunasi dengan saham
4. Jika entitas membeli saham preferennya sendiri lebih dari jumlah yang dibawa, maka
kelebihannya harus diperlakukan sebagai preferred divinden dalam menghitung basic
eps
5. Panduan diberikan tentang bagaimana menghitung dampak dari saham yang dapat
diterbitkan secara kontroversial, saham biasa dari subsidiary, joint venture, atau
asosiasi, partisipasi sekuritas, written put option, pembelian put dan call option.
PSAK 1
Pernyataan ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum
(general purpose financial statements) agar dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya dan laporan keuangan entitas lain.Pernyataan ini mengatur:
RUANG LINGKUP
Entitas menerapkan PSAK 1 dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan
umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. SAK mengatur persyaratan pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan transaksi spesifik dan peristiwa lain. PSAK 1 tidak berlaku
bagi:
1. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah karena entitas syariah
mengacu pada SAK tersendiri.
2. struktur dan isi laporan keuangan interim ringkas yang disusun sesuai dengan PSAK 3:
Laporan Keuangan Intern.
3. seluruh entitas, termasuk entitas yang menyajikan PSAK 65: Laporan Keuangan
Konsolidasian dan PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri.
I. LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat basi sebagian besar
pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomik. Laporan keuangan
bertanggung juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi :
1. asset
2. liabilitas
3. ekuitas
4. penghasilan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dan apasitasnya sebagai pemilik; dan
6. arus kas
Informasi tersbut, dan informasi lain yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan,
membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan entitas dan
khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya arus kas masa depan
KARAKTERISTIK UMUM
Pernyataan ini mensyaratkan pengungkapan khusus dalam laporan posisi keuangan atau
laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau laporan
perubahan ekuitas dan mensyaratkan pengungkapan dari pos-pos lainnya pada laporan
keuangan tersebut atau catatan atas laporan keuangan. PSAK 2: Laporan Arus Kas mengatur
persyaratan untuk penyajian informasi arus kas. Pernyataan ini terkadang menggunakan istilah
“pengungkapan” dalam arti luas, meliputi pos-pos yang disajikan di dalam laporan keuangan.
Pengungkapan juga dipersyaratkan oleh SAK lain. Kecuali dinyatakan lain dalam Pernyataan
ini atau SAK lainnya, pengungkapan tersebut dapat dilakukan dalam laporan keuangan.
Entitas mengidentifikasikan laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari informasi
lain dalam dokumen publikasi yang sama. Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan
keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Di samping itu, entitas menyajikan informasi
berikut ini secara jelas, dan mengulangnya jika dibutuhkan sehingga dapat dipahami:
(a) nama entitas pembuat laporan keuangan atau identitas lain, dan setiap perubahan
informasi dari akhir periode laporan sebelumnya
(b) apakah merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok entitas;
(c) tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan;
(d) mata uang pelaporan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 52; dan
(e) pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan keuangan.
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencakup penyajian jumlah pos-pos
bertikut :
Pos tambahan, judul sub judul, sub total boleh disajikan sepanjang relevan. Jika menyajikan
aset lancar dan tidak lancar maka aset atau liabilitas pajak tangguhan tidak diklasifikasikan
sebagai aset lancar (liabilitas jangka pendek)
ASET LIABILITAS
EKUITAS
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat ditambahkan jika penambahan
tersebut relevan. Perbedaan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang, pajak tangguhan tidak boleh diklasifikasikan sebagai jangka pendek.
Penyajian aset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai
klasifikasi yang terpisah. Kecuali penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang
lebih relevan dan dapat diandalkan maka digunakan urutan likuiditas. Perusahaan keuangan
berdasarkan likuiditas Pemisahan jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan
setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap pos aset dan liabilitas, jika nilainya digabung.
ASET LANCAR
a. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal
b. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan
c. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan atau
d. Asset merupakan kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan
Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk
menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak lancar.
Entitas menyajikan pos tambahan, judul sub judul, sub total dalam laporan posisi keuangan
jika penyajiannya relevan untuk pemahaman posisi keuangan entitas. Jika menyajikan aset
lancar dan tidak lancar maka aset atau liabilitas pajak tangguhan tidak diklasifikasikan sebagai
aset lancar (liabilitas jangka pendek)
LIABILITAS
Liabilitas keuangan yang dibiayai kembali yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan setelah
periode pelaporan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika pembiayaan kembali
bukan merupakan diskresi entitas atau kesepakatan pembiayaan kembali diselesaikan setelah
periode pelaporan.Pelanggaran perjanjian utang yang mengakibatkan kreditur meminta
percepatan pembayaran, maka liabilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas jangka pendek,
meskipun kreditur mengijinkan penundaan pembayaran selama 12 bulan setelah tanggal
pelaporan tetapi persetujuan tersebut diperoleh setelah tanggal pelaporan. Suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka pendek jika:
Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas jangka
panjang.
Laporan laba rugi dan penghasilan komperhensif lain menyajikan sebagai tambahan atas
bagian laba rugi dan penghasilan komperhensif lain antara lain :
1. Laba rugi
2. Total penghasilan komperhensif lain
3. Penghasilan komperhensif untuk periode berjalan
Entitas menyajikan pos-pos berikut, sebagai tambahan atas bagian laba rugi dan penghasilan
komperhensif lain, sebagai alokasi dari laba rugi dan komprehensif lain selama periode:
Jika entitas menyajikan laba rugi dalam suatu laporan tersendiri, maka entitas menyajikan (a)
dalam laporan tersebut
Sebagai tambahan atas pos-pos yang disyaratkan oleh SAK, bagian laporan laba rugi mencakup
pos yang menyajikan jumlah berikut untuk periode:
a. Pendapatan
b. Biaya keuangan
c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuiitas
d. Beban pajak
e. (dikosongkan)
a. Jumlah tunggal untuk total operasi yang dihentikan
f. (dikosongkan)
Bagian penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk jumlah selama periode:
A. pos-pos dari penghasilan komprehensif lain (selain jumlah dalam paragraf (b)), diklasi
kasikan berdasarkan sifat dan dikelompokkan sesuai dengan SAK lain tidak akan
direklasi kasi lebih lanjut ke laba rugi:
- Tidak akan direklasi kasi lebih lanjut ke laba rugi
- akan direklasi kasi lebih lanjut ke laba rugi ketika kondisi tertentu terpenuhi
B. Bagian dari penghasilan komprehensif lain atas entitas asosiasi dan ventura bersama
yang dicatat menggunakan metode ekuitas, dipisahkan ke dalam bagian pos
berdasarkan SAK :
Entitas menyajikan pos-pos judul dan subtotal tambahan dalam laporan yang menyajikan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman
kinerja keuangan entitas.
1. Berisi pos-pos yang berasal dari jumlah yang diakui dan diukur sesuai dengan
PSAK;
2. disajikan dan diberi judul sehingga pos-pos yang merupakan subtotal menjadi jelas
dan dapat dipahami;
3. konsisten dari suatu periode ke periode yang lain, sesuai dengan paragraf 45
(penyajian dan klasifikasi pos dalam laporan keuangan); dan
4. tidak lebih diutamakan daripada subtotal dan total yang disyaratkan PSAK untuk
laporan yang menyajikan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
Entitas mengakui seluruh pos-pos penghasilan dan beban pada suatu periode dalam laba rugi
kecuali suatu PSAK mensyaratkan atau mengizinkan lain.
PENGHASILAN KOMPREHENSIF SELAMA PERIODE
Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen dari
penghasilan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifikasi, baik dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain atau dalam catatan atas laporan keuangan.
Jika entitas memilih alternatif (2), maka entitas mengalokasikan pajak pada pos-pos yang
mungkin direklasifikasi selanjutnya ke bagian laba rugi dan yang tidak akan direklasifikasi
selanjutnya ke bagian laba rugi.
Ketika pos-pos penghasilan atau beban adalah material, entitas mengungkapkan sifat dan
jumlah secara tersendiri. Hal ini disebabkan oleh:
a. Penurunan persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan aset tetap menjadi
jumlah terpulihkan dan pembalikan atas penurunan tersebut
b. Restrukturisasi aktivitas entitas dan pembalikan provisi biaya restrukturisasi
c. Pelepasan aset tetap
d. Pelepasan investasi
e. Operasi yang dihentikan
f. Penyelesaian tuntutan hukum
g. Pembalikan provisi lain
i. laba rugi
ii. penghasilan komprehensif lain
iii. transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang
menunjukkan secara tersendiri kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dan
perubahan hak kepemilikan atas kepentingan pada entitas anak yang tidak
menyebabkan hilangnya pengendalian.
Perubahan ekuitas entitas antara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik
turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang dihasilkan dari
transaksi dengan pemilik dalam kepasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal,
perolehan kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi yang secara
langsung terkait dengan transaksi tersebut, perubahan keseluruhan atas ekuitas selama periode
merepresentasikan jumlah total penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian,
yang dihasilkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.
Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan
sumber utama lain dari ketidakpastian estimasi lain pada akhir periode pelaporan, yang
memiliki resiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat
aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan liabilitas
tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukan rincian atas.
1. Sifat
2. Jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan
MODAL
1. Informasi kualitatif tentang tujuan, kebijakan dan proses entitas dalam mengelola
modal termasuk:
a. deskripsi tentang apa yang dikelola sebagai modal
b. ketika entitas diharuskan untuk memenuhi persyaratan permodalan eksternal,
sifat persyaratan dan bagaiman persyaratan tersebut diimplementasikan dalam
pengelolaan modal.
c. bagaimana entitas memenuhi tujuannya dalam mengelola modal.
2. Ringkasan data kuantitatif tentang apa yang dikelolanya sebagai modal. Beberapa
entitas menganggap liabilitas keuangan (contohnya beberapa bentuk utang subordinasi)
sebagai bagian dari modal. Entitas lain menganggap modal tidak termasuk beberapa
komponen ekuitas (contohnya komponen yang timbul dari lindung nilai arus kas).
3. Setiap perubahan dalam (1) dan (2) dari periode sebelumnya.
4. Apakah selama periode entitas mematuhi setiap persyaratan permodalan eksternal
5. Ketika entitas tidak mematuhi persyaratan permodalan eksternal tersebut, konsekuensi
dari ketidakpatuhan tersebut.
PENGUNGKAPAN LAIN
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian manapun dalam
informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
a. Domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian dan alamat kantor pusat entitas
b. Deskripsi mengenai sifat operasi dan aktivitas utama entitas
c. Nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir terakhir dalam kelompok usaha,
dan
d. Bagi entitas yang memiliki umur terbatas, informasi tentang lama umur entitas.