You are on page 1of 83

Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan,


tenaga kerja dan suatu medium proses menciptakan produk melalui tahapan-tahapan dari
bahan baku untuk diubah atau diolah dengan cara tertentu secara urut dan sistematis untuk
mengubah bahan mentah menjadi produk yang lebih berguna untuk dijual. Proses manufaktur
memiliki hubungan yang sangat erat dengan produksi suatu barang yang menggunakan mesin
maupun perkakas. Secara umum bentuk dari proses manufaktur merupakan proses input
berupa bahan baku material dan design, proses produksi output berupa barang jadi dari
design yang dapat dinilai maupun dianalisa.
Dalam dunia kerja, seorang Sarjana Teknik Industri harus memiliki jiwa seorang
manajer yang harus memahami kompetensi dasar dari proses manufaktur agar dapat
mengestimasi waktu serta biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang produksi
yang berkualitas tinggi. Untuk lebih mendalami pengetahuan tentang proses manufaktur,
tidak cukup hanya mengandalkan teori yang berasal dari buku atau diberikan oleh dosen.
Praktikum proses manufaktur sangat membantu mahasiswa dalam memahami dan
menerapkan atau mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat. Melalui praktikum proses
manufaktur, mahasiswa diharapkan dapat merancang design suatu barang atau produk,
maupun melakukan pemilihan bahan baku atau material yang tepat untuk membuat barang
produksi, melakukan pengukuran, menggunakan perkakas, serta mampu mengoperasikan
mesin-mesin yang digunakan pada proses manufaktur.
Semua kegiatan proses manufaktur selalu berkaitan dengan bagaimana penggunaan
mesin yang baik dan benar guna menghasilkan suatu produk jadi yang diinginkan oleh
konsumen. Seorang engineer juga harus mengetahui kegiatan pemeliharaan terhadap mesin-
mesin yang digunakan dengan baik. Pengetahuan dan penguasaan tentang mesin dalam
industri sangat penting dalam kegiatan produksi sebagai salah satu bagian dari proses
Laboratorium Proses Produksi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 1
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
produksi. Maka sangatlah penting seorang engineer menguasai secara ahli tentang cara
pengoperasian mesin tersebut dalam industri, sehingga produk yang dihasilkan memiliki segi
kualitas dan kuantitas yang baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam percobaan ini yaitu cara mengoperasikan mesin yang efektif dan
efisien untuk suatu kegiatan produksi, bagaimana merancang design suatu barang, maupun
melakukan pemilihan bahan baku atau material yang tepat untuk membuat barang produksi,
melakukan pengukuran, menggunakan perkakas, dan bagaimana proses menciptakan produk
melalui tahapan-tahapan dari bahan baku, lalu diubah atau diolah dengan cara tertentu yang
dijadikan sebagai produk jadi untuk dijual. Dalam mempelajarinya, kita tidak cukup hanya
mengandalkan teori-teorinya saja. Maka dari itu mahasiswa diminta untuk mengetahui
prosesnya secara langsung melalui praktikum ini dengan percobaan-percobaan yang telah
ditentukan oleh dosen dan tim asisten dosen Proses Maanufaktur.

1.3 Maksud dan Tujuan

Mata kuliah Praktikum Proses Produksi merupakan mata kuliah yang wajib diambil oleh
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul. Praktikum
Proses Produksi ini, diadakan agar Mahasiswa Teknik Universitas Esa Unggul dapat :
1) Mahasiswa diharapkan mengetahui berbagai macam mesin dan alat produksi secara
umum, khususnya yang ada di Laboratorium Proses Manufaktur.
2) Mahasiswa dapat mengetahui dengan pasti kegunaan dan cara pengoperasian mesin-
mesin perkakas, seperti misalnya :
a. Mesin Bubut
b. Mesin Las Listrik
c. Mesin Bor Listrik
d. Mesin Gerinda
e. Dan lain-lain

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 2
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
sesuai dengan karakteristik dari mesin-mesin itu sendiri.
3) Mempelajari dasar-dasar pembuatan/perakitan elemen-elemen dari berbagai komponen
sampai menjadi sebuah produk yang utuh.
4) Mengetahui kesalahan-kesalahan dan penyimpangan apa saja yang terjadi pada saat
pembuatan/perakitan sehingga dapat dilihat baik tidaknya hasil kerja yang telah
dilakukan.
5) Memupuk disiplin, tanggung jawab, kerja sama yang baik yang dapat menjadi bekal yang
cukup dikemudian hari.

1.4 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam Laporan Proses Manufaktur ini adalah mengenai produk
yang telah dibuat, yaitu Ragum Bor Kolom. Praktikum dikerjakan di Laboratorium Proses
Produksi Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul. Berikut adalah batasan-batasan masalah
dalam laporan ini :
1. Laporan berisi tentang pengertian, maksud dan tujuan dari pembelajaran Proses
Manufaktur, Proses Produksi serta kerja bangku.
2. Laporan berisi tentang mesin dan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Ragum Bor
Kolom beserta fungsinya.
3. Laporan ini terdapat langkah-langkah dalam proses pembuatan Ragum Bor Kolom mulai
dari bahan/material yang disediakan berupa sebuah besi silinder pejal dan plat besi untuk
membentuk komponen-komponen dari produk tersebut hingga menjadi produk utuh
dengan ukuran dan pola yang telah ditentukan.
4. Laporan ini berisi tentang kegiatan praktikum yang dilakukan di Laboratorium Proses
Produksi Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul.
5. Laporan ini dibuat untuk memenuhi penilaian sebagai salah satu syarat kelulusan mata
kuliah Proses Manufaktur.

1.5 Sistematika Penulisan

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 3
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Bab I Pendahuluan
Berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, pembatasan
masalah, dan sistematika penulisan
Bab II Landasan Teori
Berisikan definisi mesin menurut KBBI dan para ahli, dan jenis mesin yang digunakan
pada proses produksi
Bab III Pengetahuan Mesin
Berisikan pengetahuan mesin dan peralatan praktikum serta fungsinya, komponen-
komponen mesin, dan cara penggunaannya.
Bab IV Proses Produksi Produk Ragum Bor Kolom
Berisikan tahapan-tahapan proses pembuatan Ragum Bor Kolom
Bab V
Berisikan kesimpulan yang didapat setelah praktikum proses manufaktur serta saran
agar praktikum proses produksi kedepannya semakin baik dan mengalami kemajuan dengan
beberapa perbaikan dari saran yang diberikan.

1.6 Metode Penulisan

Metode penulisan laporan ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan 2 cara antara
lain:
1. Studi Pustaka
Data dan informasi kami dapatkan dari buku, media internet, dan lainnya. Studi pustaka
dilakukan mulai dari tanggal 24 Maret - 06 April 2016
2. Studi Lapangan
Kami melakukan praktikum secara langsung di Laboratorium Sistem Produksi, Fakultas
Teknik Universitas Esa Unggul pada tanggal 21 – 23 Maret 2016.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 4
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Produksi

Produksi adalah segala kegiatan untuk menghasilkan barang atau meningkatkan manfaat
suatu barang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Produksi dalam pengertian
sederhana adalah seluruh proses dan operasi untuk memproduksi barang atau jasa. Produksi
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran.

Teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan
jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya. Teori produksi terbagi menjadi
dua macam, yaitu produksi jangka pendek dan jangka panjang. Teori jangka pendek adalah
jika sebagian produksi jumlahnya tepat dan yang lain berubah. Sedangkan teori jangka
panjang adalah faktor produksi dapat berubah dan ditambah sesuai kebutuhan. Sistem
produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan
mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa
bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi. Sedangkan output produksi
merupakan produk yang dihasilkan berikut limbah, informasi, dan lainnya.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 5
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
2.2 Teori Proses Manufaktur

Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan
tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul
tahun 1683. Manufaktur dalam arti yang paling luas adalah proses merubah bahan baku
menjadi produk. Arti manufaktur sendiri asalnya adalah membuat barang dengan tangan
(manual) tapi sekarang sudah berkembang dengan adanya proses keindustrian untuk
membuat suatu barang dari bahan baku menggunakan teknologi. Jadi manufaktur bukan
sekedar ilmu, sekaligus menyangkut laku.

Proses manufaktur dapat didefinisikan sebagai penerapan proses fisik dan kimia untuk
mengubah geometri, sifat-sifat, ataupun penampilan dari suatu material awal dalam membuat
komponen atau produk. Proses ini meliputi perancangan produk, pemilihan material, dan
tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat. Proses manufaktur melibatkan kombinasi
mesin-mesin, alat perkakas, tenaga penggerak,dan tenaga kerja manual.

Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan
baku melalui bermacam-macam proses, mesin, dan operasi, mengikuti perencanaan yang
terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan. Misalnya komponen seperti
baut, mur, plat besi, dan lainnya yang merupakan komponen dasar yang dapat dirakit menjadi
komponen lebih rumit dan mempunyai nilai yang lebih besar dan berguna. Dari pandangan
ekonomi proses manufaktur adalah proses pengubahan material menjadi benda yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dengan menggunakan satu atau lebih operasi
pemrosesan dan operasi perakitan.

2.3 Teori Permesinan

Mesin merupakan suatu fasilitas yang mutlak diperlukan dalam perusahaan manufaktur
dalam berproduksi. Dengan menggunakan mesin perusahaan dapat menekan tingkat
kegagalan produk dan dapat meningkatkan standar kualitas serta dapat mencapai ketepatan
waktu dalam menyelesaikan produknya sesuai permintaan konsumen dan penggunaan
sumber bahan baku akan lebih efisien karena dapat lebih terkontrol penggunaannya.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 6
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Mesin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perkakas untuk menggerakkan
atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau
motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam. Mesin (bahasa
Inggris: machine) adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi
untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Biasanya membutuhkan
sebuah masukan sebagai pemicu, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah
keluaran, melakukan tugas yang telah disetel.

Untuk menunjang berbagai macam hasil produksi faktor utamanya adalah mesin-mesin
sebagai pengolah bahan baku menjadi bahan jadi atau bahan baku menjadi bahan setengah
jadi. Proses produksi akan berhasi bila ditunjang dengan pemesinan yang memadai, sebagai
faktor penentunya. Sedangkan faktor peralatan bantu dan bagaimana tingkat keterampilan
dan keahlian dari operator mesin sebagai pengendali yang akan mengoperasikan mesin-mesin
perkakas tersebut.

Mesin perkakas adalah alat mekanis yang ditenagai, biasanya digunakan untuk
mempabrikasi komponen metal dari sebuah mesin. Kata mesin perkakas biasanya digunakan
untuk mesin yang digunakan tidak dengan tenaga manusia, tetapi mereka bisa juga digerakan
oleh manusia bila dirancang dengan tepat. Para ahli sejarah teknologi berpendapat bahwa
mesin perkakas sesungguhnya lahir ketika keterlibatan manusia dihilangkan dalam proses
pembentukan atau proses pengecapan dari berbagai macam peralatan. Mesin bubut pertama
dengan kontrol mekanis langsung terhadap alat potongnya adalah sebuah bubut potong ulir
ditahun 1483. Mesin bubut ini membentuk aliran ulir pada kayu.

Proses permesinan adalah proses pemotongan atau pembuangan sebagian bahan yang
bertujuan untuk membentuk produk yang diinginkan. Proses permesinan yang biasa
dilakukan di industri manufaktur adalah proses penyekrapan, proses penggurdian, proses
pembubutan, proses penyayatan/frais, proses gergaji, proses broaching, dan proses gerinda.
Proses permesinan seperti proses bubut, pengeboran, frais atau pemesinan baut pada
dasarnya merupakan suatu proses pembuangan sebagai bahan benda kerja dimana pada
proses pemotongannya akan dihasilkan geram (chip) yang merupakan bagian benda kerja
yang akan dibuang. Pahat poton bergerak sepanjang benda kerja dengan kecepatan dan

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 7
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
kedalaman pemotongan. Pergerakan pahat ini mengakibatkan timbulnya geram yang
terbentuk akibat proses pergeseran secara kontin pada bidang geser.

1. Mesin Bubut
Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda yang diputar. Bubut sendiri
merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara
memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi
sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut
gerak potong relatif dan gerakan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan
mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka
akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel
dengan poros ulir mesin bubut.

2. Mesin Bor
Mesin bor adalah suatu jenis mesin yang gerakannya memutarkan alat pemotong
yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan
pelubangan). Sedangkan pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk
bulat dalam lembaran kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut Bor.
Mesin bor sangat berguna untuk membuat lubang dengan diameter tertentu pada benda
kerja yang dibuat tanpa harus mempergunakan bor tangan yang tentu saja memerlukan
lebih banyak tenaga.
3. Mesin Las
Penggunaan mesin las berfungsi untuk menyatukan atau menyambung benda logam
yang terpisah untuk dijadikan menjadi satu suatu produk yang utuh. Pengelasan (welding)
adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam
induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam
penambah, dan menghasilkan sambungan yang kontinyu.
4. Mesin Gerinda
Mesin gerinda adalah suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan permukaan
yang halus dan dapat mencapai ketelitian yang tinggi.Mesin Gerinda merupakan salah

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 8
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
satu jenis mesin perkakas dengan mata potong jamak, dimana mata potongnya berjumlah
sangat banyak yang digunakan untuk mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan
tertentu.Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan
benda kerja sehingga terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan.

2.4 Teori Kerja Bangku

Kerja bangku adalah kerja yang dilakukan tanpa mempergunakan peralatan yang
otomatis melainkan menggunakan alat kerja yang sifatnya manual (mempergunakan tenaga
manusia). Tetapi peralatan kerja bangku bisa saja menggunakan alat-alat yang tergolong semi
otomatis. Pekerjaan kerja bangku penekanan pada pembuatan benda kerja dengan alat
tangan, dan dilakukan di bangku kerja. Pekerjaan kerja bangku meliputi menggambar,
mengikir, mengebor, dan mengetap.

Pekerjaan kerja bangku meliputi berbagai jenis kontruksi geometris yang sesuai dengan
perintah kerja. Persyaratan kualitas terletak pada pemahaman seseorang dalam praktek kerja
bangku dan pelaksanaannya di tempat kerja yang meliputi tingkat keterampilan dasar
penguasaan alat tangan, tingkat kesulitan produk yang dibuat, dan tingkat kepresisian hasil
kerja. Kerja bangku tidak hanya menitik beratkan pada pencapaian hasil kerja, tetapi juga
prosesnya. Dimana pada proses tersebut lebih menitik beratkan etos kerja yang meliputi
ketekunan, disiplin, ketahanan, serta teknik sebagai dasar sebelum melanjutkan ke
pengerjaan yang menggunakan mesin-mesin produksi.

2.5 Contoh Mesin Perkakas

Beberapa contoh mesin perkakas, yang biasa disebut sebagai mesin perkakas standar, sebagai
berikut:

1. Mesin bubut/lathe machine

a. Mesin bubut horizontal, merupakan mesin bubut yang paling umum digunakan. Mesin
ini dapat digunakan untuk membuat silindris, mengebor, dan lainnya.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 9
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
b. Mesin bubut center, jenis ini pada headstocknya tidak memiliki pencekam tetapi
digantikan oleh center kepala tetap. Jadi kedua sisinya baik tailstock dan headstock
menjepit benda menggunakan center.
c. Mesin bubut tugas berat, digunakan untuk benda kerja yang memiliki diameter besar
dan terbuat dari logam yang sangat keras, seperti baja karbon tinggi, baja karbon
rendah, dan sebagainya.
d. Mesin bubut turret horizontal, mesin ini sudah menggunakan beberapa kendali
otomatis, sehingga tidak perlu mengendali manual seperti mesin bubut standar. Pada
mesin ini letak pahat dan benda kerja horizontal.
e. Mesin bubut turret vertical, benda kerja diletakkan secara vertical. Pergerakan mata
pahatnya juga kearah vertical.
f. Mesin bubut pencekam vertical stasiun majemuk, mesin ini dirancang untuk produksi
tinggi dan biasanya dilengkapi dengan lima atau Sembilan stasiun kerja dan kedudukan
pemuatan. Keuntungan mesin ini adalah bahwa segala operasi dapat dilakukan secara
serentak dan dalam urutan.
g. Mesin bubut revolver (pistol), dalam pengoperasiannya dapat digunakan perkakas yang
bersamaan dan juga dapat membuat potongan yang sama dalam jumlah besar.
h. Mesin bubut korsel, digunakan untuk membubut benda kerja yang berukuran pendek
dan berdiameter besar.
i. Mesin bubut penyalin, dapat membuat benda kerja dengan cara duplikat, yaitu
menjadikan operator tidak perlu lagi mengukur benda yang akan dijadikan contoh.
Tetapi cukup meletakkan benda itu dalam tempat benda contoh.
j. Mesin bubut CNC, merupakan penyempurnaan dari berbagai tipe mesin bubut yang ada
dimana proses penyayatan benda kerja dapat deprogram terlebih dahulu dengan
computer, sehinggs mrmungkinkan untuk membubut benda kerja secara massal dengan
ketelitian yang tinggi dalam waktu singkat.

2. Mesin press bor/drill press

3. Mesin sekrap/shaper

4. Mesin frais/milling machine

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 10
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
5. Mesin gerinda/grinder machine

6. Mesin gergaji listrik/electrical saw machine

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 11
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
BAB III

PENGETAHUAN MESIN

Dalam proses pembuatan produk ragum bor kolom ini, menggunakan berbagai mesin dan
peralatan yang sesuai dengan kebutuhannya. Berikut adalah mesin serta alat-alat yang digunakan
dalam praktikum ini :

1. Mesin Bubut Colchester Student

Gambar 3.1 Mesin Bubut Colchester Student

2. Mesin Las Listrik Esab LHM-200

Gambar 3.2 Mesin Las Listrik Esab LH-200


Laboratorium Proses Produksi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 12
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3. Mesin Bor Listrik Kaifer

(Tampak Depan) (Tampak Samping)

Gambar 3.3 Mesin Bor Listrik Kaifer

4. Mesin Gergaji Listrik Kingrex

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 13
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.4 Mesin Gergaji Listrik Kingrex

5. Mesin Gerinda Makita 9306 S

Gambar 3.5 Mesin Gerinda Makita 9306 S

6. Mesin Kompresor Udara Fiac

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 14
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.6 Mesin Kompressor Udara Fiac

7. Peralatan Kerja Bangku

Gambar 3.7 Ragum

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 15
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.8 Macam-macam Kikir

Gambar 3.9 Gergaji Tangan

Gambar 3.10 Alat Ukur dan Sikat Kawat

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 16
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3.1 Pemakaian Mesin Bubut

3.1.1 Definisi dan Tujuan

Pekerjaan memotong yang paling utama terhadap benda kerja adalah membubut.
Dalam hal ini benda kerja bergerak berputar, sedangkan pahat-pahatnya bergerak lurus.
Oleh sebab itu benda kerja disebut melakukan gerak potong sedangkan pahatnya
melakukan gerak berjalan. Mesin bubut merupakan suatu mesin perkakas yang
memproduksi bentuk silindris. Mesin bubut mempunyai gerak utama berputar dan
berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda dengan jalan menyayat benda kerja
dengan pahat. Posisi benda kerja berputar sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam,
bergerak ke kanan atau ke kiri searah dengan sumbu mesin bubut menyayat benda kerja.
Kegunaan lain dari mesin bubut adalah membuat pusat (center), mengebor. Pemakaian
mesin bubut bertujuan agar mahasiswa mengetahui cara pengoperasian mesin bubut
dengan benar sesuai karakteristiknya, mempelajari proses pembuatan benda kerja, dan
mempelajari effesiensi penggunaan mesin bubut.

3.1.2 Prinsip Kerja Mesin Bubut

1. Gerakan berputar, yaitu kecepatan putar benda kerja dan digerakkan pada pahat.
Kecepatan putar ini juga disebut kecepatan potong.
2. Menggunakan pahat bermata tunggal (single point-cutting tool).
3. Gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga
membuang permukaan/ surface turning adalah proses bubut rata, tetapi arah gerakan
pemakanan tegak lurus terhadap sumbu benda.
4. Proses bubut permukaan/ surface turning adalah proses bubut yang identik dengan
proses bubut rata, tetapi gerakan arah permukaan tegak lurus terhadap sumbu benda.
5. Proses bubut identik dengan proses bubut rata diatas, hanya pahat yang dijalankan.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 17
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3.1.3 Bagian-bagian Mesin Bubut

Bagian-bagian mesin bubut yaitu :


1. Headstock
Dipasang pada landasan (bed) dan dilengkapi dengan motor, pulley, dan V-belt
yang menyuplay tenaga ke spindel pada kecepatan rotasi yang beragam. Fungsi
headstock:
 Memegang dan memutar benda kerja
 Memegang peralatan lain yang coco dengan spindel
 Sebagai ruang perubahan kecepatan
Bagian-bagian dari headstock:
a. Spindel, berfungsi untuk memindahkan putaran ke benda kerja. Spindel harus
terpasang kokoh dan terbuat dari baja yang kuat. Pada umumnya bagian dalam
spindel dibuat berlubang. Permukaan bantalan spindel biasanya dikeruskan dan
digerinda. Bantalan ini terbuat dari perunggu. Untuk mengurangi gesekan dipakai
roller bearing (bantalan rol).
 Spindel utama dengan bantalan bearing
 Spindel utama dengan roller atau ball bearing

b. Chuck, alat pengikat benda kerja dan sekaligus untuk menyetel benda kerja.

c. Transmisi, alat pengatur kecepatan dan dapat mengatur roda-roda gigi yang saling
berhubungan.

2. Tailstock
Kegunaan dari Tailstock:
a. Sebagai tempat pemikul ujung benda kerja yang akan dibubut
b. Sebagai tempat kedudukan bor pada waktu mengebor
c. Sebagai tempat kedudukan penjepit bor
Bagian-bagian tailstock:
a. Handwheel, roda tangan untuk menggerakkan poros center pada tailstock

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 18
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
b. Body, berfungsi sebagai badan penyangga tailstock
c. Bed Lock, tuas untuk mengunci tailstock
d. Barrel Lock, tuas untuk mengunci barrel
e.Barrel, fungsinya sama dengan spindel pada headstock, bedanya barrel terletak pada
tailstock

3. Bed
Bed yaitu landasan tempat dipasangnya rel-rel atau slop yang menyangga carriage,
tailstock, dan feeding mechanism. Biasanya terbuat dari besi cor yang terbuat dari
lapisan krom dan terpadat celah pendek pada landasan depan kepala tetap untuk
menaikkan kapasitas mesin bulat pada saat membuat roda-roda dan puli-puli besar.
Fungsi bed:
a. Tempat kedudukan kepala lepas
b. Tempat kedudukan eretan (carriage atau support)
c. Kerangka utama pada mesin bubut untuk landasan tailstock dan carriage alur

Kerusakan atau cacat pada alas mesin menandakan tidak sempurnanya pekerjaan
membubut karena kelurusan jalannya pahat bubut tergantung dari kerataan alas mesin.
Bagian-bagian bed:

a. Bed casting, alat yang digunakan untuk menopang carriage dan tailstock
b. Bed rack (poros beralur), berfungsi untuk memajukan carriage pada operasi memutar
saat otomatis feed lever dikunci
c. Feed shaft, sebagai poros penyimpanan yang dapat dihubungkan dengan kepala lepas
bubutan dan lewat kepala gear
d. Swarf fray, tempat untuk menampung geram dari benda kerja yang dibubut

4. Carriage

Adalah alat pemegang pahat untuk memberikan tekanan pada benda kerja. Dengan
demikian pahat akan memotong benda kerja dengan potongan yang sudah diset terlebih
dahulu. Carriage umumnya berbentuk “H datar” dari besi cor yang bergerak di alur luar

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 19
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
(outer way) dari bed. Slide harus bergerak tanpa berubah posisi (tidak boleh kendur)
dalam guide ways (bed), saddle dan cross slide digerakkan oleh feed shaft dan lead
screw.
Bagian-bagian carriage:
a. Sadel adalah bagian yang terpasang pada alas mesin dan dapat bergeser sepanjang rel
alas mesin
b.Appron adalah bagian yang terpasang pada sadel dan di dalamnya terdapat gear,
clutch, serta leaver atau menjalanan eretan secara manual atau otomatis
c. Eretan melintang (cross slide) terpasang pada sadel dan bergerak melintang
d.Penjepit pahat (tool post) berfungsi untuk memegang alat potong atau mata pahat
e. Compound rest untuk melayani gerakan luncur yang dilakukan oleh alat potong
dengan sudut tertentu

5. Feeding Mechanism

Untuk memberikan suatu gerak otomatis bagi perkakas bubut yang secara langsung
berhubungan dengan perputaran potongan kerja. Bagian-bagian feeding mechanism:
a. Quick Change Gear Box
Kotak tempat roda-roda gigi yang digunakan untuk mereduksi putaran motor listrik
menjadi gerakan lurus kea rah spindel pada pembuatan ulir dan pembubutan otomatis
b. Feed Shaft
Berfungsi untuk memajukan carriage
c. Spaling Nut
d. Gear
Segi positif dari sistem penggerak yang berupa roda gigi adalah tidak adanya slip.
e. Lead Screw
Hanya dipakai untuk membuat ulir
f. Lever and Clutches

3.1.4 Peralatan Mesin Bubut

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 20
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Alat-alat yang digunakan pada mesin bubut antara lain:
1. Pahat bubut
Digunakan untuk memotong atau menyayat benda kerja, pahat dijepit atau dipasang pada
penjepit pahat (tool post)
Sifat bahan dasar pahat bubut yaitu:
a. High Speed Steel (HSS)
Dipakai untuk berkecepatan tinggi. Attention pahat ini tahan terhadap suhu 600°, karena
mengandung C, Ni, S, Si, Wolfwram, V, dan Cr. Kapasitas sayatnya besar sekali
b. High Carbon Steel (HCS)
Dipakai untuk bahan yang lebih kuat atau keras, tahan panas dan tahan terhadap gesekan.
Unsur yang memenuhi syarat berupa chromium steel, tungsten steel, chromium silicon
steel
c. Industrial Diamond
Dipakai untuk memotong benda kerja yang terbuat dari aluminium, plastic dan karet
keras
d. Ceramic
Terbuat dari aluminium oksida dan silicon oksida dengan pengikat berupa kaca dan
mampu mencapai suhu 2000°F
e. Cast Non Ferrus Alloys
f. Carbida
Terbuat dari sebentuk logam dengan proses sintering dengan perangkat kobalt dan dapat
mencapai 2000°F. mengandung tungsten carbida 82%, titanium 10%, kobalt 8% dengan
kekerasan Rockwell antara 70-95
Pada pekerjaan membubut kita menggunakan berbagai macam pahat sesuai kebutuhan,
antara lain:
 Pahat kasar lengkung
 Pahat kasar lurus
 Pahat sisi
 Pahat sisi runcing
 Pahat pisau

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 21
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
 Pahat runcing
 Pahat rata
 Pahat tusuk
 Pahat ulir luar
 Pahat bor
 Pahat bantu
 Pahat kait
 Pahat ulir dalam

Untuk setiap jenis pekerjaan diperlukan pahat yang tepat, oleh karena itu dipilih
berdasarkan tujuan pembubutannya.

 Pahat Roughing (pahat kasar)


Selama pengerjaan kasar, pahat harus memotong benda dalam waktu sesingkat mungkin,
oleh karena itu pahat ini harus dibuat kuat, bentuknya lurus atau bengkok.
 Pahat Finishing
Pahat ini dibagi menjadi pahat finishing titik dengan sisi potong bulat dan pahat finishing
datar dengan sisi potong rata.

Macam-macam pahat berdasarkan bahannya:

a) Unalloyed Steel/ Carbon Steel/ Tool Steel

Baja dengan kandungan karbon 0,5-45%. Kekerasannya akan berkurang pada suhu
250°C. Tidak cocok untuk cutting speed tinggi. Hanya dipakai secara khusus.
b) Alloy Tool Steel
Mengandung karbon, kromium, vanadium, dan molybdenum. HSS adalah baja campuran
tinggi yang tahan terhadap keausan pada suhu sampai 600°C. Ketahanan tinggi tersebut
disebabkan oleh tungsten. HSS dipakai untuk membubut dengan kecepatan tinggi.
c) Cemented Carbide

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 22
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Digunakan untuk meningkatkan kemampuan pahat, terdiri dari tungsten atau
molybdenum, kobalt dan kaarbon. Cemented Carbide tip ini di Brassing pada tangkai
pahat yang terbuat dari Carbon Steel.
d) Diamond Tips
Kegunaannya untuk pengerjaan finishing pada mesin-mesin khusus, sangat keras dan
tahan lama.
e) Ceramic Cutting Materials
Material ini sangat keras. Penggunaannya seperti pada cutting tip.

Sifat-sifat bahan dasar pahat bubut:

 Keras, “agar cutting edge” dapat memotong benda kerja


 Ulet, agar sisi potong tidak mudah patah
 Tahan panas, agar ketajaman sisi potong/cutting edge tidak mudah aus atau rusak
 Tahan lama, agar menguntungkan secara ekonomis

2. Pencekam
Berfungsi untuk memegang benda kerja yang akan dibubut. Pencekam akan
mencekam benda kerja yang berbentuk silindris/tidak berbentuk silindris, tergantung pada
bentuk bulat. Pencekam terdiri dari 2 macam, yaitu:
 Three Jaws Chuck
Pencekam tiga rahang yang bisa salah satu chucknya dikencangkan maka chuck lainnya
ikut kencang.
 Four Jaws Chuck
Pencekam empat rahang, tidak berbeda dengan three jaws chuck. Bedanya cuma pada
pengunci baja, dimana chucknya tidaklah otomatis.

Metode pencekaman benda kerja pada mesin bubut


(a) The work between centers

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 23
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
The work between centers biasanya menggunakan 2 buah center yang satu terdapat
pada headstock dan yang lain pada tailstock. Metode ini berfungsi untuk benda kerja
dengan ukuran panjang dan diameter yang besar.
(b) Chuck
(c) Collet
Collet terdiri pipa tabung dengan longitudinal slits yang terdapat pada sepanjang
setengah dari panjang dan biasanya diruang sekitar adalah keliling ruangan.
(d) Face plate
Face plate dibuat untuk pencekaman yang lebih cepat dari spindle pada mesin bubut
dan face plate digunakan untuk mencekam benda kerja dengan bentuk yang tidak
teratur karena bentuk yang tidak teratur.

3. Center
Berfungsi untuk memegang ujung-ujung dari benda kerja yang akan dibubut
khususnya untuk benda kerja yang panjang agar tidak goyang. Ada dua macam center :
a. Center mati/tetap

Gambar 3.11 Center tetap


b. Center hidup/jalan

Gambar 3.12 Center Life

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 24
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

4. Pembawa (Lathe Dog)

Gambar 3.13 Lathe Dog

Alat ini dipasang bersama-sama plat pembawa dengan maksud untuk membawa serta
benda kerja supaya ikut berputar seirama sumbu mesin.
5. Penyangga (Steady)
Alat ini digunakan dalam pengerjaan batang bulat yang panjang. Untuk menjaga
benda kerja supaya tidak melengkung ke bawah, sehingga tetap lurus segaris sumbu.
Macam penyangga ada dua, yaitu:
a. Penyanga Jalan
Alat penyangga ini ikut bergerak searah dengan gerakan pahat atau eretan.

Gambar 3.14 Penyangga Jalan

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 25
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
b. Penyangga Tetap
Alat ini merupakan penyangga yang tidak dapat mengikuti gerakan pahat atau eretan
melainkan tetap.

Gambar 3.15 Penyangga Tetap

6. Kartel
Kartel adalah suatu alat yang gunanya untuk membuat alur-alur kecil pada benda kerja
dengan maksud agar supaya tidak licin jika dipegang dengan tangan seperti pemegang.
Kartel ini dipasang sama persis seperti pahat.
Kartel dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Diamond Knurl adalah kartel pesilang diagonal
b. Straight Knurl adalah kartel lurus

Gambar 3.16 Kartel

Peralatan lain yang digunakan pada saat menggunakan mesin bubut adalah cairan
pendingin. Macam-macamnya antara lain :
a. Cairan sintetik (Syntetic fluids, chemical fluids)

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 26
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Larutan murni ini bersifat melumasi biasanya dipakai untuk sifat penyerapan panas
yang tinggi dan melindungi terhadap korosi.
b. Cairan emulsi (Emulsions, water miscible fluids, water soluble oils)
Unsur pengemulsi ditambahkan ke dalam minyak yang kemudian dilarutkan dalam air.
Penambahan jenis minyak jenuh atau unsur lain dapat menambah daya pelumas.
c. Cairan semi sintetik
Merupakan perpaduan cairan sintetik dan emulsi dimana :
 Kandungan minyak lebih sedikit
 Kandungan pengemulsinya lebih banyak dari tipe cairan sintetik

d. Minyak (Cutting Oils)

Berasal dari satu atau kombinasi dari minyak bumi, minyak binatang, minyak ikan atau
minyak nabati.

Penggunaan cairan pendingin berdasarkan logam yang digunakan adalah :

1. Pada besi cor, pendingin yang digunakan adalah udara tekan, minyak larutan, dikerjakan
kering. Penggunaan udara kering tekan memerlukan sistem untuk mengeluarkan debu
yang ditimbulkan.

2. Pada besi mampu tempa, pendinginannya dikerjakan kering dengan pelumas, minyak
larut air.

3. Pada baja pendingin dilakukan dengan minyak larut air, minyak bersulfurisasi/minyak
mineral.

4. Pada aluminium, pendinginannya yaitu pelumas kerosin, minyak larutan/air soda.

5. Pada kuningan, pendinginannya yaitu minyak paraffin/campuran minyak mineral.

Fungsi dari cairan pendingin adalah :


1. Untuk mengurangi gesekan antara mata pahat dengan benda kerja
2. Untuk mengurangi suhu pahat
3. Untuk memperpanjang umur pahat

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 27
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
4. Untuk menurunkan daya yang diperlukan

3.1.5 Macam-macam Pekerjaan Membubut

Ada beberapa macam pengerjaan yang dapat dikerjakan pada mesin bubut seperti contoh
dibawah ini.
1. Membubut Memanjang
Pada waktu membubut memanjang, pahat bergerak dari kanan ke kiri, dan dengan
demikian bahan dipotong menjadi silinder dengan diameter yang lebih kecil atau benda
bentuk lain menjadi bentuk silinder.

2. Membubut Tirus/Kerucut
Cara membubut tirus ada tiga macam :
a. Dengan menggeser posisi tailstock kearah melintang
b. Dengan menggeser sekian derajat eretan atas atau penjepit pahat
c. Dengan memasang pembentuk

3. Membubut Melintang

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 28
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Pada waktu membubut melintang, pahat bergerak tegak lurus terhadap benda
dengan demikian bahan dipotong menjadi dua bagian atau sisi kanan bahan diratakan.

4. Membubut Alur
Untuk pekerjaan membubut alur dipergunakan pahat bubut pengalur dan jenisnya ada
yang lurus, berjenjang ke kanan, atau ke kiri.
5. Memotong Benda Kerja Berbentuk Batang Pada Mesin Bubut
Digunakan sebuah pahat pengalur dengan penyayat yang ramping atau pipih.
6. Mengebor pada Mesin Bubut
Pada proses ini juga bisa disebut proses drill, dimana pada proses ini benda kerja terjadi
pengeboran. Ada dua cara pembuatan lubang center, yaitu benda kerja yang berputar dan
bor center yang berputar.
7. Membubut Dalam (Reaming)
Untuk membesarkan lubang yang sudah ada dapat digunakan pahat dalam.

8. Membubut Profil/Bentuk
Pada waktu membubut bentuk, pahat bergerak dari kanan ke kiri dan kecuali itu juga
pahat maju dan mundur mengikuti bentuk model. Membubut profil dilakukan dengan
menggunakan pahat profil yang diasah menurut profilnya. Dengan demikian bentuk yang

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 29
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
dibuat adalah sesuai dengan bentuk model yang telah dibuat terlebih dahulu. Pahat profil
cocok untuk produk-produk yang pendek.

9. Mengkartel (Knurling)
Mengkartel adalah membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan gigi kartel yang
tersedia. Kartel bekerja dengan mencekam benda kerja bukan dengan menyayat. Untuk
membuat lurus alat rigi terdiri dari satu rol rigi, tetapi untuk membuat rigi-rigi bersilang
diperlukan dua rol rigi.
10. Membubut Ulir
Pada waktu membubut ulir, bergerak berulang dari kanan ke kiri dan dari kiri ke
kanan. Pada waktu bergerak dari kanan ke kiri pahat melakukan pemotongan, sedangkan
waktu balik tidak melakukan pemotongan. Ulir dapat dibuat dengan bentuk segi tiga, segi
empat, trapesium, dan juga pahat berbentuk bundar. Untuk memeriksa pahat ulir
digunakan mal ulir.

3.1.6 Parameter Kerja Mesin Bubut

Parameter-parameter yang ada pada kerja turning :

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 30
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
1. Kecepatan Potong
Kecepatan potong adalah kecepatan yang terjadi saat keliling benda kerja bergerak
sepanjang pahat atau cutter yang dinyatakan dalam rpm yaitu rotasi permenit.
2. Gerak Pemakanan
Gerak pemakanan adalah gerak dari pahat terhadap benda kerja yang berputar atau
menghasilkan geram.
Macam-macam gerak pemakanan :
 Gerak pemakan melintang, yaitu pahat bergerak tegak lurus terhadap benda kerja.
 Gerak pemakanan mendatar, yaitu pahat bergerak sejajar dengan sumbu putaran
benda kerja.
 Gerak pemakanan tirus, yaitu merupakan kombinasi dari gerakan melintang dan
mendatar.
3. Depth of Cut
Depth of Cut yaitu kedalaman dan pemakanan dengan pahat bulat.
4. Banyaknya Pembubutan
Adalah banyaknya pemakanan pahat terhadap benda kerja,.
5. Waktu Permesinan
Waktu yang diperlukan dalam proses pembubutan suatu benda kerja.
Kecepatan potong dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
 Kekuatan/kekerasan bahan/material yang digunakan
 Dalamnya pemotongan dan kecepatan pemakanan/pengumpanan
 Tingkat kehalusan yang dikehendaki
 Bahan/material pahat yang dipakai
 Bentuk geometris pahat
 Spesifikasi, jenis dan keadaan/kondisi mesin bubut
Pada pemotongan kasar harus dipakai putaran rendah dan kecepatan makan/umpan
tinggi maka hasilnya akan optimal. Pada pemotongan tingkat penyelesaian (finishing)
digunakan putaran tinggi dengan kecepatan makan/umpan rendah sehingga didapat
permukaan produk dengan tingkat kehalusan yang tinggi.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 31
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3.1.7 Mengatur Letak Tinggi Pahat Bubut

Untuk menghindari getaran pahat, maka pahat harus diikat sependek mungkin pada
tempat pahat (tool post). Mengatur tinggi rendahnya ialah dengan keping baja yang
berbentuk pipih. Keping baja ini diletakkan diantara pahat bubut dan dudukan pahat.
Semakin tinggi letak pahat yang diinginkan maka keeping baja yang disisipkan semakin
tebal. Kedudukan pahat harus rata sejajar dengan tempat pahat. Letak ujung sisi pemotong
pahat harus disesuaikan tepat pada gerakan sumbu benda kerja.

Gambar 3.17 Beberapa jenis pahat Gambar 3.18 Pahat yang terpasang pada dudukan pahat

Jika letak pahat diatas sumbu, garis sumbu dan sudut total akan membuat sudut lebih
besar, akibatnya sudut bebas berkurang maka pahat akan melentur dan sisi depan bagian
bawah akan masuk lebih dalam pada benda kerja. Sedangkan jiika letak pahat di bawah
sumbu, kebalikannya sudut bebas jadi lebih besar berakibat benda kerja akan terangkat.

Catatan :

Centre drill digunakan untuk membuat lubang centre pada material agar dapat dijepit
dengan life centre pada posisi yang tepat.

Untuk mendapatkan letak mata bubut yang tepat/centre, gunakan bantuan life centre
dalam mengatur letak pahat bubut. Caranya, pasang life centre pada mesin bubut, kemudian

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 32
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
atur tinggi kedudukan mata pahat menyesuaikan ujung life centre tersebut. Jika mata pahat
tepat menyentuh ujung life centre artinya kedudukan pahat tersebut sudah tepat/centre.

Gambar 3.19 Centre Drill

Gambar 3.20 Life Centre

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 33
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3.1.8 Alat/Mesin yang Digunakan

Gambar 3.21 Mesin Bubut Colchester Student

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 34
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.22 Mesin Bubut Colchester Student (lanjutan)

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 35
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Keterangan Gambar

1. Saklar (switch utama dan switch pompa pendingin)


2. Dial pemilih gerak makan
3. Tuas pemilih gerak makan
4. Tuas pemilih gerak makan
5. Tuas pemilih gerak makan
6. Tuas pembalik arah gerakan carriage
7. Tuas pemilih arah gerak makan
8. Tuas saklar spindel
9. Tuas pemilih kecepatan putar spindel
10. Tuas pemilih kecepatan putar spindel
11. Tuas pemilih kecepatan putar spindel
12. Penunjuk pelumasan
13. Penunjuk pelumasan
14. Tuas pengunci quill
15. Tuas pengunci kepala lepas (tailstock)
16. Pemutar gerakan quill
17. Ulir pembawa carriage
18. Tuas pemutar untuk gerakan eretan
19. Pemutar untuk gerakan carriage (gerakan memanjang)
20. Pemutar gerakan melintang
21. Tuas gerak makan otomatis
22. Pemilih arah sumbu gerak
23. Tuas gerak pemotong ulir (tuas gerak makan ulir)

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 36
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3.1.9 Sudut-sudut Pahat Bubut (sudut bebas, baji, & geram)

- Untuk kuningan dan perunggu: =6°, =78°, =6°, serta untuk bahan yang rapuh dan
keras.
- Untuk baja dan baja tuang yang berkualitas lebih dari 70 kg/mm kuningan merah
dan perunggu: =8°, =74°, =8°
- Untuk baja dan baja tuang yang berkualitas 50-70 kg/mm: =8°, =67°, =15°
- Untuk baja dan baja tuang yang berkualitas 34-50 kg/mm: =8°, =62°, =20°
- Untuk perunggu liat dan lunak: =8°, =55°, =27°
- Untuk bahan lunak (Aluminium murni): =10°, =40°, =40°

3.1.10 Menjalankan Mesin

1) Pastikan bahwa pelumas dalam jumlah yang cukup dengan melihat ketinggian
permukaannya harus sesuai dengan garis yang telah ditentukan (lihat lubang
penunjukan 12 dan 13).
2) Periksa tuas saklar spindel (8). Posisikan di tengah (posisi top), tuas gerak makan
(21), dan tuas makan ulir (23) dalam posisi terlepas sehingga rumah gigi dalam
keadaan netral pada tempatnya.
3) Atur arah gerak makan dalam sumbu melintang dengan menarik atau menekan
tombol pemilih arah sumbu gerak (22).
Atur arah gerak makan dalam sumbu horizontal dengan tuas pemilih arah gerak
makan (7).
Pilih kecepatan gerak makan dengan memperhatikan tabel pada tutup kotak roda
gigi dan pilih posisi yang tepat pada dial pemilih gerak makan (2) dan tuas (3), (4)
serta (5).
Untuk memastikan bahwa gigi gerak makan telah terhubung dengan benar, maka
dapat dilakukan dengan memutar spindel utama secara manual.
Kecepatan putar dapat dipilih dengan mengatur tuas pemilih kecepatan putar (9),
(10), dan (11).

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 37
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
4) Penyambungan arus listrik dapat dilakukan dengan memutar skalar utama berwarna
merah (1) dari kedudukan OFF menjadi ON. Jika akan menggunakan cairan
pendingin, putar scalar pada posisi ON berikutnya.
5) Menjalankan spindel dilakukan dengan memutar tuas (8). Untuk menjalankan maju
tuas diputar ke atas dan untuk menghentikan tuas diputar ke bawah.
6) Untuk menjalankan dan menghentikan gerak makan dilakukan dengan mengatur
tuas gerak makan (21).

Catatan:
Tuas pemilih putaran (9), (10), dan (11) harus ditekan sebelum diputar, dan pada
saat mengatur kecepatan hanya boleh dilakukan apabila spindel dalam keadaan
diam. Apabila tuas tidak dapat dipindahkan untuk menukar gigi, maka spindel
utama diputar-putarkan dengan tangan secara maual.

7) Mesin dapat dihentikan dengan cara menempatkan kembali tuas saklar spindel pada
posisi tengah (netral) atau menekan tuas lebih ke bawah untuk mengerem dengan
segera.

Catatan:
Pada keadaan darurat mesin dapat dihentikan dengan cara memutar saklar.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 38
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
TABEL A-1 KEDUDUKAN TUAS PENGATUR KECEPATAN SPINDEL

Kedudukan tuas no.9 dan no.10 pada


gambar mesin bubut (4 variasi)

1200 500 205 85

Kedudukan tuas no.11 pada gambar


mesin bubut (2 variasi)

760 315 130 54



Lihat gambar di bawah

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 39
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

3.1.11 Roda Gigi Transmisi dari Headstock Gearbox

Colchester Student dilengkapi dengan 3 susunan dari 7 variasi ukuran roda gigi yang dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.23 Susunan Roda Gigi Mesin Bubut

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 40
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar Susunan Roda Gigi

Simbol ini menunjukkan susunan roda gigi penerus daya kepala diam ke tepi gigi.

Colchester Student dapat bekerja Semi Otomatis untuk pemotongan ulir dan batang
cacing serta dilengkapi dengan ukuran standar inch (British Unit) maupun mm (SI Unit).
Tabel ukuran dapat dilihat pada halaman berikutnya.

Untuk susunan seperti simbol diatas, maka roda gigi I dan IV dapat diganti oleh roda gigi
lainnya tergantung variasi yang diinginkan.
Laboratorium Proses Produksi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 41
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3.1.12 Kedudukan Tuas Untuk Pemotongan Ulir

Gambar diatas menunjukkan posisi tuas untuk gerak makan ke kanan

Contoh:

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 42
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Untuk membuat ulir kanan metrik dengan jarak bagi (pitch) 2,5 mm maka untuk susunan
roda gigi = 20 : 120 : 90 : 60 dan tuas pada CA 4F (tabel B-2).

Gambar diatas menunjukkan posisi tuas DB 1 F

Catatan:
Cara yang sama dapat digunakan untuk pemotongan batang pacing (lihat tabel).
Pembuatan Ulir Metrik

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 43
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Pembuatan ulir metric dilakukan dengan menggunakan dial (Tabel B-2) :
Kolom 1 : Jarak bagi (pitch) ulir yang akan dipotong dalam satuan mm
Kolom 2 : Menunjukkan posisi tuas

Ketika membuat ulir metric kita dapat menggunakan bantuan Pitch gauge untuk
memastikan ukuran pitch ulir.

Gambar 3.24 Ptich gauge

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 44
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 45
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 46
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

3.1.13 Kedudukan Tuas untuk Gerak Makan

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 47
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

mm atau mm : Menunjukan arah gerak makan ke kiri atau menjauhi operator

mm : Menunjukan kecepatan makan (MM perputaran spindel)

π mm : Menunjukan kecepatan makan dengan symbol 𝜋 (kecepatan


menggunakan angka konstanta).

Contoh:
Untuk mendapatkan kecepatan makan 0,2 mm/putaran, menggunakan susunan roda gigi =
20 : 120 : 90 : 60 maka kedudukan tuas yang digunakan adalah DA 3.
(Lihat tabel C-1)

Gambar posisi tuas DB 1 untuk mendapatkan kecepatan makan 0,04 mm/putaran,


menggunakan susunan roda gigi = 20 : 120 : 90 : 60

Perhatian
Sebelum merubah posisi tuas atau mengoperasikan mesin, perhatikan roda gigi yang
terpasang di sisi belakang headstock gear.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 48
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

3.2 Pemakaian Mesin Las Listrik

3.2.1 Definisi dan Tujuan


Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Selain itu juga dapat didefinisikan
sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik-menarik antara atom.
Pengelasan merupakan alat penyambung permanen dari bagian-bagian dan memiliki
sambungan yang lebih ringan dan kuat daripada sambungan keling. Disamping diberi
tekanan, permukaan benda dipanaskan, sehingga kedua permukaan benda akan melebur
dan terjadilah sambungan las. Semakin tinggi suhu, keuletan logam induk bertambah dan
difusi atom akan bertambah cepat. Pemakaian mesin ini dalam praktek bertujuan untuk
dapat menggunakan las listrik dengan benar sesuai karakteristiknya.

3.2.2 Alat yang Digunakan

ARC Welding Rectifier type LHM 200

Mesin las listrik ini dapat digunakan untuk mengelas bahan baja atau baja campuran
berkadar rendah, dengan menggunakan batang elektroda dengan diameter 1,5 s/d 5,0 mm.
Pada pengelasan dengan posisi penyambungan yang cukup sulit, atau penyambung yang
berkualitas rendah pada baja campur non Ferrous atau pada metal metal ringan dapat
digunakan pengelasan dengan cara menggunakan batang elektroda yang sesuai.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 49
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Tampak samping dan tampak depan ARC Welding Rectifier type LHM 200

Keterangan gambar:
F.1. Control Fuse
H.1. Pilot Lamp
S.1. Interruptor Swich
S.2. Main Swich
R.1. Welding Current Rheostat
X.1. Remote Control Connection
X.2Welding Cable Connection

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 50
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

TABEL D-1
DATA TEKNIS DARI LAS LISTRIK TYPE LHM 200

Arus Listrik Untuk Pengelasan

Welding range 6A – 200A/20V – 28V

Pada 20% 200A/28V

Pada 60% 115A/25V

Pada 100% 90A/24V

Open circuit voltage 64V

Welding cable section 16m2 Cu

Diameter elektroda 1,5 – 4,0 mm

Dimensi

Tinggi mm 425

Panjang mm 420

Lebar mm 370

Berat Kg 32

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 51
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.25 Meja Las

Gambar 3.26 Pemegang elektroda (Electrode Holder)

Gambar 3.27 Kabel yang dipasang pada kutub (-)

3.2.3 Jalannya Percobaan

a. Pasang kabel yang berujung dengan elektroda holder pada kutub (+)
b. Pasang kabel lain dengan kutub (-)
c. Putarlah saklar (S-1) pada posisi voltage yan diinginkan
d. Tekan saklar (S-2) pada posisi ON
e. Lampu kuning (HI) menyala

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 52
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
f. Besarnya arus yang digunakan disesuaikan dengan rheostat R-1
g. Gunakan kacamata las dan sarung tangan kulit

Untuk memeriksa besar kecilnya arus yang dibutuhkan goreskan pada benda kerja.
Apabila kampuh terlihat masih mentah dan elektroda sudah menempel pada benda kerja
berarti arus yang dibutuhkan terlalu kecil.
Apabila kampuh terlalu tipis dan arus terlalu besar maka hasil pengelasan akan rusak,
apabila besar arus telah disesuaikan pengelasan dapat dimulai.

Catatan:
Sebelum melakukan pengelasan siapkan benda kerja yang akan dilas, bersihkan dengan
sikat kawat.

Apabila pekerjaan pengelasan telah selesai, bersihkan kembali hasil pengelasan


dengan palu dan sikat kawat. Hasil yang baik akan ditunjukkan dengan ratanya
pengelasan tersebut (tidak berlubang lubang).

Gambar 3.28 Palu Las Gambar 3.29 Sikat Kawat Gambar 3.30 Elektroda

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 53
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.31 Alat-alat keselamatan saat mengelas

Gambar 3.32 Safety Shoes Gambar 3.33 Welding Google

Gambar 3.34 Welding Helmet Gambar 3.35 Welding Handshield

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 54
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

KARAKTERISTIK – KARAKTERISTIK STATIS

Welding Current (J₂)

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 55
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

3.2.4 Elektroda (Kawat) Las

Dalam mengelas dengan busur nyala dipergunakan elektroda las atau batang las
yang dipergunakan sebagai timah dalam pengisian kampuh las dan membuat nyala busur
melalui ujung penyalaan.

Elektroda las terbuat dari berbagai macam logam (logam ferro dan non ferro)
seperti logam-logam baja, baja tuang, tembaga, perunggu, alumunium, comentide carbide
dan sebagainya, atau dari logam-logam yang akan dilas. Sewaktu pengelasan dilakukan
terjadi pencairan dari elektroda dan benda kerja secara serentak bersamaan.

Elektroda yang dipergunakan dalam proses mengelas dengan busur nyala (las
tangan) dibuat dalam bentuk batang-batang (dibalut atau tidak dibalut) mempunyai
diameter inti diatas 12 mm dengan panjang 450 mm, dimana elektroda las yang
dipergunakan mengelas baja Carbon terbuat dari kawat baja lunak yang mengandung
0,1% - 0,18% dan 0,025% - 0,04% P dan S. Sedang untuk mengelas baja campur rendah
yang mengandung di atas 0,025% C.

1. Elektroda Berbalut

Elektroda las yang berbalut banyak dipergunakan dalam proses mengelas dengan
busur nyala, dimana balutan dari pada kawat inti elektroda terbuat dari bahan – bahan
seperti:
• Soda silikat
• Alumunium silikat
• Besi Mangan
• Titan dioksida
• Kalsium karbonat
• Dll

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 56
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Elektroda berbalut terdiri dari ujung (pemegang) elektroda yang mempunyai jarak
dengan pembalut sekitar 3 cm kawat inti dan ujung penyalaan yang gunanya untuk
menjaga hubungan listrik sewaktu terjadi busur nyala dalam proses mengelas.

a. Elektroda Berbalut Tipis


Elektroda berbalut tipis mempunyai tebal lapisan 0,1 mm dan berat dari lapisan
pembungkus sekitar 1%-5% dari berat seluruh elektroda yang berbalut tipis dapat
menambah kestabilan busur nyala, tetapi hasil pengelasan mempunyai sifat-sifat
mekanik yang kurang (tidak tinggi) karena kurangnya pemeliharaan dari cairan logam
sewaktu pengelasan berlangsung.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 57
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
b. Elektroda Berbalut Tebal
Elektroda berbalut tebal mempunyai lapisan sekitar 1-3 mm dari berat seluruh
elektroda. Elektroda yang berbalut tebal dapat mempertinggi kestabilan busur nyala dan
memelihara lapisan logam cair yang dilakukan oleh gas-gas pelindung dan busur nyala
di sekeliling terak.

Disamping itu juga untuk mencegah terjadinya pencemaran (kontaminasi) dari oksidasi
dan nitrogen pada logam cair dan memperlambat terjadinya pendinginan pada tempat -
tempat pengelasan.
Pada umumnya tujuan atau maksud dari pembalut kawat elektroda adalah sebagai
berikut:
1. Membuat busur nyala menjadi stabil
2. Menjaga busur nyala tetap baik selama pengelasan terjadi
3. Pengontrol reaksi yang terjadi selama pengelasan berlangsung
4. Melindungi cairan logam selama pengelasan berlangsung
5. Menjaga karakteristik pengelasan dengan baik
6. Memelihara proses pembuatan terak sewaktu pendinginan benda kerja yang dilas
7. Menjamin lapisan (endapan) logam mempunyai susunan kimia, fisik dan sifat-
sifat mekanik yang baik.

Untuk menjaga elektroda berbalut menjadi lembab tang akan membuat busur
nyala tidak stabil (baik), maka sebaiknya elektroda berbalut ini harus disimpan di dalam
lemari (tempat) yang mempunyai temperatur udara luar. Pemanasan elektroda
dilakukan dengan pemanasan listrik atau bahan kimia.

2. Elektroda Polos (Tidak Berbalut)

Pada dewasa ini elektroda yang tidak berbalut sangat jarang digunakan dalam
proses pengelasan karena elektroda ini sangat sukar memelihara kestabilan busur nyala
dibandingkan dengan elektroda berbalut.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 58
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Pada umumnya elektroda polos ini banyak digunakan dalam mengelas automatis
karena kampuh las mempunyai bahan pengisi tersendiri dan pemakaian elektroda polos
pada mesin las tangan (trafo) las hanya pada mesin las yang mempunyai arus searah
(DC) yang digunakan untuk mengelas benda kerja yang tidak begitu penting atau
berkualitas rendah seperti mengelas pagar besi, jeruji jendela dan sebagainya.
Faktor yang penting untuk mendapatkan pengelasan yang berkualitas tinggi
adalah pemilihan yang pantas (cocok) dari diameter elektroda, arus pengelasan, hasil
pengelasan sewaktu proses pengelasan dilaksanakan.
Besar arus pengelasan tergantung atas tebal benda kerja (logam) yang dilas, jenis
sambungan las, kecepatan mengelas, posisi pengelasan, tebal dan jenis balutan elektroda
dan panjang benda kerja yang dilas, tetapi di dalam praktek/pelaksanaannya hanya
dengan pemilihan diameter elektroda yang digunakan.

Catatan:

Gerakan Elektroda
Gerakan elektroda atau ayunan elektroda sewaktu mengelas logam dilakukan
menghasilkan rigi-rigi las yang baik dan memperdalam penembusan busur nyala.
Gerakan elektroda dalam mengelas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

a. Gerakan Zigzag
Dalam gerakan zig – zag dilakukan dengan tidak mengayunkan elektroda, dimana hal
ini dilakuakan untuk mengelas pelat-pelat logam yang tipis.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 59
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
b. Gerakan Melingkar
Dalam gerakan melingkar atau setengah melingkar dilakukan untuk mengelas pelat-
pelat yang tidak terlampau tebal / tebalnya sedang.

c. Gerakan Segitiga
Dalam gerakan segitiga atau segi empat dilakukan untuk mengelas pelat-pelat tebal.

Gerakan elektroda yang dilakukan dengan tiga cara tersebut sangat penting
dilakukan sewaktu mengelas kampuh-kampuh las, sehingga benda kerja yang dilas
menghasilkan permukaan rata, kuat dan bersih.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 60
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3.2.5 Posisi Mengelas

Posisi mengelas atau sikap mengelas maksudnya adalah pengaturan posisi dan
gerakan arah dari elektroda las sewaktu mengelas benda kerja logam. Posisi mengelas ini
sendiri tergantung dari kampuh-kampuh atau celah-celah benda kerja yang akan dilas.

Adapun posisi / sikap sewaktu mengelas terdiri dari 4 macam yaitu:


• Flat/downhand position (posisi dibawah tangan)
• Horizontal position (posisi horizontal)
• Vertical position (posisi vertical)
• Overhead position (posisi diatas kepala)

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 61
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.36 Hasil pengelasan dengan berbagai posisi

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 62
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

3.2.6 Kesalahan yang Dapat Terjadi Dalam Mengelas

Di dalam proses mengelas sering terdapat kesalahan-kesalahan yang


mengakibatkan hasil pengelasan tidak baik dan tidak kuat sehingga sambungan las
mudah lepas. Adapun kesalahan yang terjadi sewaktu mengelas (membuat rigi-rigi las)
adalah sebagai berikut:
• Arus las yang terlalu rendah akan membuat panas pencairan dan busur nyala kurang
stabil, sehingga bahan yang dilas menjadi kenyal, dan mencairnya elektroda lambat.
Juga bahan – bahan cair yang mengalir kurang baik yang akan membuat rigi-rigi las
menjadi tinggi (bertumpuk) pada benda secara tidak teratur.

• Arus las terlalu tinggi akan membuat elektroda las cepat cair dan mengalir (menetes)
terlampau cepat sehingga bahan las akan menjadi terlalu encer (cair). Juga elektroda las
pada benda kerja adalah sangat dalam dan apabila dipergunakan akan mengelas pelat-
pelat yang tipis akan terjadi lubang-lubang.

• Gerakan maju elektroda kurang cepat (lambat) akan membuat pemanasan kampuh las
lebih lama dan bahan cair akan bertumpuk berdekatan, sehingga rigi-rigi las menjadi
bulat dan melebar dengan bentuk yang tidak teratur, dan pembakaran terlampau
mendalam melebar. Juga susunan terak terlampau berdekatan dengan kawat las
sehingga terjadi penutupan terak dan busur nyala mengarah pada bahan yang sudah cair
dan tidak pada bahan induk atau bahan yang belum cair.

• Gerakan maju elektroda terlalu cepat akan membuat pembakaran terlalu cepat, sehingga
tetesan elektroda cair tidak sempat berkumpul (tersusun) teratur karena tetesan
elektroda mengikuti gerakan elektroda yang cepat yang akan menjadi rigi-rigi las
terputus-putus dan kampuh las tidak tertutup seluruhnya.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 63
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
• Busur nyala terlampau pendek kemungkinan akan terjadi penyentuhan elektroda pada
benda kerja, sehingga busur nyala menjadi padam karena terjadi hubungan singkat
(korsleting) antar elektroda dan benda kerja. Juga panas menjadi kurang, sehingga
logam yang cair akan cepat membeku dan elektroda dapat melekat pada benda kerja.
Tetesan elektroda cair jatuh secara tidak teratur, sehingga membuat rigi-rigi las
terputus-putus dan tidak teratur.

• Busur nyala terlalu panjang akan membuat busur nyala melebar dengan arah teratur
(tertentu), sehingga bidang yang dipanasi menjadi melebar yang menyebabkan
pemanasan kurang baik. Oleh karena panas pencairan bidang kerja kurang tinggi dan
pembakaran kurang mendalam maka logam yang cair pada lapisan atas, sehingga rigi-
rigi las menjadi lebar dan tidak teratur serta percikan elektroda cair banyak jatuh di
samping rigi – rigi las.

Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam mengelas dapat dihilangkan


atau diperkecil dengan mengatur panjang nyala, gerakan maju elektroda, sudut
pengelasan (elektroda), cara pengelasan dan membuat kampuh las yang sesuai dengan
tebal dan lebar logam yang dilas dan sebagainya.

3.3 Kerja Bangku

3.3.1 Definisi dan Tujuan

Kerja bangku adalah kerja yang dilakukan tanpa mempergunakan peralatan yang
automatis melainkan mempergunakan alat kerja yang sifatnya manual (mempergunakan
tenaga manusia). Tetapi peralatan kerja bangku bisa saja mempergunakan alat-alat yang
tergolong semi automatis. Pekerjaan yang dilakukan oleh kerja bangku antara lain :
1. Pemotongan logam dengan gergaji
2. Proses meratakan permukaan benda kerja, membuat chamfer dengan kikir
3. Proses pembuatan ulir, pengetapan (tap), dan penyenayan (sney)

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 64
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
4. Pengukuran

Pemakaian alat kerja bangku pada praktikum proses produksi ini bertujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara atau proses pengerjaan bahan dengan cara
kerja bangku.

3.3.2 Alat yang Digunakan

Peralatan kerja bangku yang dipakai secara manual pada praktikum ini adalah:

•Gergaji besi

•Kikir (kikir datar, kikir segi empat, kikir segi tiga, maupun kikir bulat)

•Klem atau catok (yang dipergunakan adalah catok batang)

Sedangkan peralatan yang sifatnya semi otomatis adalah sebagai berikut:

 Mesin Bor
 Mesin Gerinda

3.3.3 Fungsi Alat dan Cara Penggunaannya

1. Mesin Bor

Mesin bor amat berguna untuk membuat lubang dengan diameter tertentu pada
benda kerja yang dibuat tanpa harus mempergunakan bor tangan yang tentu saja
memerlukan lebih banyak tenaga.
Mesin bor mempunyai beberapa tuas, yaitu:
• Box fuelly untuk mengatur kecepatan putar mata bor (1)
• Tuas untuk mengatur tinggi rendahnya benda kerja (2)
• Tuas untuk mengatur posisi benda kerja (3)
• Tuas untuk menggerakan naik turunnya mata bor selama pengoperasian (4)
• Saklar yang dipergunakan untuk menjalankan mesin terletak di bagian atas (5)

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 65
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Jenis mesin bor yang dipergunakan di laboratorium FT – Univ. Indonusa adalah mesin
bor kolom. Pengoperasian dari mesin bor initidak memerlukan suatu keterampilan yang
khusus dan pada mesin ini terdapat alat bantu berupa ragum yang diletakkan di atas meja
mesin bor tersebut.
Cara pengoperasian mesin ini mempunyai beberapa langkah, yaitu:
 Benda yang akan dibor dijepit pada catok yang terdapat pada meja bor (ragum)

 Pasang mata bor dengan diameter yangsesuai dengan keperluan. Bila lubang yang
dibuat berdiameter besar, pengeboran dimulai dari mata bor yang berdiameter keci,
dengan tujuan selain agar posisinya tepat sesuai dengan yang dikehendaki, juga agar
benda kerja tersebut tidak bergerak saat pengeboran.

 Aturlah posisi benda kerja supaya titik yang akan dibor tepat berada di bawah ujung
mata bor.

 Atur kecepatan spindel yang disesuaikan dengan bahan kerja yang akan dibor serta
jenis bahan mata bor yang dipergunakan.
Laboratorium Proses Produksi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 66
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

 Putarlah tuas untuk menghidupkan motor sehingga mata bor berputar sesuai dengan
kecepatan spindel yang kita atur sebelumnya.

 Gerakkan mata bor dengan memutar tuas gerak umpan. Gerakkan mata bor naik dan
turun secara bergantian sampai benda kerja tersebut mempunyai lubang yang tembus
ke sisi yang lain.

 Selama proses pengeboran berlangsung, pelumas harus diberikan pada lubang yang
akan dibor supaya mata bor tidak cepat panas akibat gesekan yang terjadi. Dengan
itu keausan mata bor bisa dikurangi.

Gambar 3.37 Macam-macam ukuran mata bor


Laboratorium Proses Produksi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 67
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
2. Gergai Besi

a. Gergaji Tangan

Gergaji besi ini berfungsi sebagai alat potong untuk bahan – bahan dari besi,
menurut ukuran yang telah ditentukan. Gergaji tangan berfungsi untuk memotong
bentuk bahan-bahan yang berpenampang kecil. Agar penggergajian tidak meleset
dari batasnya, sebelumnya dilakukan pembuatan alur.
Bagian-bagian dari gergaji tangan:
1. Kerangka / bingkai : Terbuat dari pipa baja yang kuat
2. Daun gergaji : untuk memotong benda kerja
3. Mur pengencang : untuk mengencangkan daun gergaji dengan kerangka
4. Pin : untuk mengaitkan daun gergaji dengan kerangka

Penggunaannya:

1. Posisi mata gergaji menjauhi penggergai

Tangan kanan memegang tangkai gergaji dan tangan kiri memegang bagian ujung
depan gergaji. Pada saat menggerakkan gergaji menjauhi penggergaji, dilakukan
penekanan pada gergaji terhadap benda, ketika menarik kembali gergaji, dilakukan
dengan tanpa penekanan.

2. Posisi mata gergaji mendekati penggergaji

Posisi tangan sama, penekanan dilakukan pada saat menarik gergaji mendekati
penggergaji. Pada saat mendorong gergaji ke depan dilakukan tanpa penekanan.

b. Gergaji Mesin

Digunakan untuk memotong bahan atau benda kerja yang berpenampang besar.
Keuntungan dari gergaji mesin adalah daun gergaji yang kecil sehingga akan
kehilangan bahan sedikit, selain itu daya potongnya besar.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 68
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
3. Kikir

Alat kikir ini berfungsi untuk meratakan atau mengahaluskan benda kerja hingga
mencapai bentuk maupun ukuran yang dikehendaki. Kikir terbuat dari baja karbon
tinggi. Pengerjaan kikir ini biasanya didahului dengan proses penggergajian.
Berdasarkan sisinya, kikir dibedakan menjadi:
- Kikir dengan sisi sejajar, untuk pengerjaan permukaan. Digunakan untuk
menghasilkan permukaan atau bidang yang rata.
- Kikir dengan sisi tirus, untuk mengerjakan permukaan agar menghasilkan
permukaan atau bidang yang cekung.

Penggunaannya:

Benda kerja yang sudah dipotong, digergaji, di bor, atau dibubut dapat diratakan
atau dapat pula dibuat menjadi suatu ukuran tertentu. Cara pemakaiannya adalah dengan
cara menjepit benda kerja tersebut, pada suatu alat penjepit yang telah ada dan kemudian
barulah benda tersebut dapat dikikir dengan menggunakan bermacam – macam kikir
yang ada sesuai dengan kebutuhannya. Adapun posisi atau cara dalam melakukan
pengikiran tersebut, tangan kanan memegang kikir pada gagangnya dan tangan kiri
menekan ujung kikir. Pada saat melakukan gerak maju ditekan dan pada saat gerak
mundur, kikir tidak ditekan.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 69
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.38 Macam-macam bentuk kikir

4. Ragum

Ragum adalah alat yang digunakan untuk menjepit benda kerja yang sedang
dalam proses pengerjaan mekanik, seperti memotong, mengikir, mengetap dan lain-lain.
Ragum dibuat dari besi tuang dan baja tempa.

Gambar 3.39 Ragum

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 70
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Peralatan lain yang diperlukan dalam Praktikum Proses Produksi diantaranya adalah:

Gambar 3.40 Palu Gambar 3.41 Penitik

Gambar 3.42 Alat Ukur

Gambar 3.43 Klamp C Gambar 3.44 Tang

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 71
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Gambar 3.45 Tangkai Tap dan Mata Tap

Gambar 3.46 Ragum Bor

Gambar 3.47 Drill Chuck

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 72
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
BAB IV

PROSES PRODUKSI RAGUM BOR KOLOM

4.1 Tuas Pemutar

Proses ini diawali dengan membubut silinder menggunakan pahat alur, silinder panjang
153mm berdiameter 20mm dibubut hingga berdiameter 8mm.

Proses selanjutnya silinder berukuran 153mm dipotong menjadi 90mm menggunakan gergaji
besi dan diameter awal 12mm dibubut menjadi 8mm.

Silinder berukuran 90mm dipotong menjadi 85mm menggunakan gergaji besi, dan diameter
semula 8mm dibubut menjadi 6mm.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 73
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

4.2 Poros Ulir

Pembubutan menggunakan pahat alur pada silinder yang panjangnya 400mm berdiameter
15,8mm menjadi 12mm.

Silinder dengan panjang 400mm dipotong menjadi 180mm menggunakan gergaji besi.
Laboratorium Proses Produksi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 74
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Silinder hasil potong dibubut menggunakan pahat tepi rata yang berdiameter 12mm
menjadi 10mm (bagian yang dibubut berjarak 10mm dari ujung silinder) dan pembubutan
dengan panjang 5mm pada ujung lain silinder berdiameter 12mm menjadi 10mm.
Membuat ulir M12 PITCH 75mm seperti tampak pada gambar.

4.3 Silinder Ulir

Pembubutan menggunakan pahat alur pada silinder berdiameter 20mm menjadi 19mm
dengan panjang 63mm.

Pembubutan selesai, silinder dengan panjang 63mm dipotong menjadi 25mm menggunakan
gergaji besi.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 75
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Membuat ulir dalam berdiameter 12mm menggunakan alat tap (tangkai dan mata tap).

4.4 Silinder Penarik

Silinder pada proses 4.3 di bor pada salah satu ujungnya dengan kedalaman 5mm
menggunakan mata bor 12mm. Silinder berdiameter 12mm dipotong sepanjang 10mm pada
salah satu ujungnya menggunakan gergaji besi.

4.5 Pemegang Silinder

Plat besi ST-42 berukuran 150x130mm dipotong menjadi 137x35mm menggunakan gergaji
besi.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 76
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Plat besi ST-42 berukuran 137x35mm yang sudah dipola membentuk sudut 90° dipotong
menggunakan gergaji besi (lihat gambar diatas).

(a) (b)

Plat besi ST-42 berukuran 137x35mm dikikir pada bagian sisi kanan (a) dan pada bagian
sisi kiri (b) sepanjang 112mm (dari bawah keatas) menggunakan kikir segigita dan persegi
panjang hingga membentuk sudut segitiga sama sisi dengan ketebalan 4mm.

4.6 Dudukan

Plat besi ST-42 dipotong dengan ukuran 150x30mm menggunakan gergaji besi (a).

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 77
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
Pembuatan fillet di dua sudut sejajar plat dengan radius 4mm menggunakan kikir segitiga
dan persegi panjang (b).

Buat titik untuk di bor dengan jarak 20mm dari masing-masing ujung plat dan lebar 9mm
dari sisi plat yang sudah difillet. Bor tembus titik tersebut dengan Ø 6 mm menggunakan
mesin bor listrik Kaifer (c).

(a) (b) (c)

4.7 Penjepit Gerak

Plat besi ST-42 berukuran 155x130mm dipotong menjadi 80x30mm menggunakan gergaji
besi. Lakukan pengukuran dan buat pola pada sisi kanan dan kiri bawah untuk membuat
radius 4mm. Kikir bagian tersebut menggunakan kikir segitiga dan persegi panjang.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 78
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Buat garis dengan ukuran 20x8mm pada sisi plat yang tidak difillet, dan buat pola penjepit
gerak berukuran 4x5mm sesuai worksheet, kikir terus menerus bagian tersebut hingga
seperti pada gambar dibawah ini.

4.8 Penjepit Diam

Plat besi ST-42 dipotong dengan ukuran 80x30mm menggunakan gergaji besi dan ratakan
tiap sisi plat yang telah dipotong menggunakan gergaji besi.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 79
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016

Lakukan pengukuran pada sisi kanan dan kiri bawah untuk membentuk radius 4mm. Kikir
bagian tersebut menggunakan kikir segitiga dan persegi panjang hingga terbentuk fillet.
Kemudian di kartel.

4.9 Pengelasan

 Dalam merakit sebuah Ragum Bor Kolom dilakukan proses pengelasan untuk
menyatukan komponen-komponennya.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 80
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
 Komponen pemegang silinder dan dudukan disambungkan mengggunakan lem power
glue untuk mempermudah pada saat pengelasan agar tidak mudah tergeser. Kemudian
dilas pada bagian yang disambung tadi hingga menyatu.
 Komponen yang tadi dilas disambungkan dengan penjepit diam menggunakan lem,
setelah kering barulah dilas.
 Komponen penjepit gerak disambungkan dengan poros ulir dan dilas.
 Komponen silinder ulir dilas pada komponen pemegang silinder dan dudukan yang telah
menyatu.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 81
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Setelah melakukan kegiatan praktikum proses produksi, dapat disimpulkan bahwa


praktikum ini mempelajari tentang beberapa hal penting yang ada di dalamnya, yaitu:
- Mahasiswa/i dapat menguasai secara pasti cara pengoperasian mesin dan alat kerja
tersebut dalam bidang industri, sehingga produk yang dihasilkan berkualitas dan
kuantitas baik.
- Mengetahui macam-macam jenis mesin dan karakteristiknya yang dipakai saat praktikum
dan mempelajari dasar pembuatan/perakitan elemen dari berbagai komponen sampai
menjadi barang jadi.
- Mengetahui kesalahan dan penyimpangan apa saja yang terjadi pada saat pembuatan atau
perakitan hingga dapat dilihat baik tidaknya hasil kerja yang dilakukan.
- Memupuk disiplin, tanggung jawab, kerjasama yang baik.

5.2 Saran

- Utamakan kesehatan dan keselamatan kerja, pakai pakaian pelindung badan yang lengkap.
- Mengganti lampu yang redup, agar proses produksi berjalan dengan baik dengan adanya
pencahayaan yang memadai.
- Pastikan ruangan Laboratorium tidak lembab dan pengap karena akan mengganggu
saluran pernapasan para praktikan dan siapapun yang ada di dalamnya.
- Untuk melancarkan praktikum, sebaiknya mesin yang tidak berfungsi agar diperbaiki.
- Perhitungkan waktu pengerjaan agar saat praktikum tidak terburu-buru dengan waktu
yang cukup singkat.

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 82
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
Laporan Praktikum Proses Produksi Ragum Bor Kolom, Mata Kuliah Proses Manufaktur 2016
DAFTAR PUSTAKA

Amperajaya, M. Derajat., dkk. 2010. Modul Praktikum Proses Produksi, Jurusan Teknik
Industri, Esa Unggul. Jakarta

SITUS :

http://www.scribd.com/doc/50182776/Laporan-Praktikum-Proses-Produksi

http://www.academia.edu/8576929/LAPORAN_AKHIR_PRAKTIKUM_PROSES_MANUFAK
TUR

http://www.academia.edu/6332624/Laporan_Praktikum_Proses_Manufaktur

http://www.scribd.com/doc/81254134/Bab-1-Pendahuluan-Laboratorium-Proses-Manufaktur-
Data-Praktikum-Risalah-Moch-Ahlan-Munajat-Universitas-Komputer-Indonesia#scribd

http://elviraholics.blogspot.co.id/2011/04/latar-belajar-mempelajari-proses.html

http://eprints.uny.ac.id/8218/2/BAB%201%20-09508134024.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/3367/2/TI104746.pdf

http://pengertian-dan-contoh.blogspot.co.id/2013/03/perbedaan-kelompok-mesin-produksi-
dan.html

Laboratorium Proses Produksi


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 83
Jl. Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

You might also like