You are on page 1of 28

A.

JUDUL : FAAL HOMEOSTASIS

B. TUJUAN :
• Untuk mengetahui teknik-teknik dalam faal homeostasis
• Untuk mengetahui waktu yang terukur sejak timbulnya sampai berhentinya pendarahan
(Bleeding Time)
• Untuk mengetahui waktu yang diperlukan darah untuk membeku (Clotting Time)

C. PRINSIP
Bleeding time atau masa pendarahan adalah cara menilai fungsi vascular, jumla, serta
fungsi trombosit. Ada 2 metode, yaitu Metode Duke dan Metode Jvy/Template.
Metode Duke menggunakan lanset steril, dengan lokasi di cuping telinga 1 luka standar,
dan memiliki waktu pendarahan normal 1-3 menit. Dengan metode ini, pasien ditusuk dengan
jarum atau pisau bedah khusus, terutama pada cuping atau ujung jari, setelah swabbed dengan
alcohol. Tusukan adalah sekitar 3-4 milimeter. Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan darah
dengan kertas saring.
Metode Jvy menggunakan lanset steril/template tensimeter 40 mmHg, dengan lokasi di
volar lengan bawah 2 luka standar (6×1 mm, jarak 1 cm), dengan waktu pendarahan normal yaitu
1-7 menit.
Clotting Time atau masa pembekuan memiliki tujuan untuk menentukan waktu yang
diperlukan darah untuk membeku. Dimana darah vena diambil sebanyak 3 cc dan dituang
kedalam 3 tabung reaksi masing-masing 1 cc, dan tiap 30 detik tabung dimiringkan, jika darah
telah nampak membeku catat waktu yang dihabiskan selama proses pembekuan darah. Perlakuan
yang samanperlakuan yang sama juga dilakukan pada tabung ke 2 dan ke 3.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Lanset steril
2. Spite
3. Kapas alcohol
4. Tabung reaksi
5. Kertas saring
1
6. Stopwatch
7. Darah tanpa antikoagulansia

E. PROSEDUR KERJA
• Teknik Duke (Bleeding Time)
1. Didesinfeksi cuping telinga dengan alcohol 70 % (cuping dibebaskan dari perhiasan
dan rambut).
2. Cuping ditegangkan, lalu ditusuk dengan lanset steril tegak lurus pada tepi bawah
cuping.
3. Jalankan stopwatch bila darah mulai tampak.
4. Tiap 30 detik selanjutnya, tetesan darah dihisap dengan kertas saring (jangan
menyentuh kulit) sampai tidak ada lagi bercak darah pada kertas saring.
5. Dicatat waktu berhentinya pendarahan sebagai masa pendarahan (atau dengan
menghitung jumlah bercak darah pada kertas saring dan mengalikannya dengan 30
detik).

• Clotting Time
1. Diambil 3 ml darah vena lalu dipasang stopwatch saat darah tampak memasuki
pangkal jarum, kemudian darah dibagi dalam 3 tabung masing-masing 1 ml.
2. Disimpan ke-3 tabung dengan digenggam, dibiarkan selama 4 menit kemudian setiap
30 detik diperiksa tabung I (tabung II Dan III dibiarkan) dan catat waktunya bila
darah pada tabung I sudah tampak membeku.
3. Selanjutnya tiap 30 detik berikutnya diperiksa tabung II dan catat waktunya bila darah
sudah tampak membeku.
4. Perlakuan yang sama juga diperlakukan pada tabung III.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Masa pendarahan (Bleeding Time)
• Terdapat 8 tetes darah pada kertas saring
• Setiap tetes memiliki jeda 30 detik
• Waktu yang diperlukan seluruhnya 4 menit
2
2. Masa Pembekuan (Clotting Time)
• Tabung I = 12 menit + 30 detik
• Tabung II = 11 menit
• Tabung III = 3 menit
+
Total waktu = 26 menit + 30 detik
Jadi, jumlah waktu yang diperlukan untuk pembekuan darah pada ketiga tabung
adalah 26 menit 30 detik.
Rata-rata
Waktu = tabung I + tabung II + tabung III
= 12 menit 30 detik + 11 menit + 3 menit
= 26 menit 30 detik (waktu pembekuan tabung III)

G. PEMBAHASAN
Waktu pembekuan darah normal 5-15 menit. Waktu yang didapat 26 menit 30 detik, hal
ini tidak normal. Hipotesis sementara menduga trombosit pasien agak terganggu dalam proses
pembekuan darah. Faktor penyebab belum dapat ditentukan.
Penentuan waktu pembekuan (Clotting Time) dalam teknik modifikasi ke II, merupakan
waktu pembekuan dari tabunng II.

H. KESIMPULAN
Dalam faal homeostasis, terdapat masa pendarahan dan masa pembekuan darah. Masa
pendarahan pada pasien ini selama 4 menit, dan masa pembekuan darah didapat 26 menit 30
detik, dimana waktu yang diperoleh melebihi batas normal yaitu 5-15 menit. Diduga fungsi
trombosit terganggu

A. JUDUL : PERCOBAAN DARAH LENGKAP (HEMOGLOBIN/PCV)

B. TUJUAN :
3
• Untuk mengetahui kadar Hb seseorang
• Untuk mengetahui kadar hematokrit

C. PRINSIP
Hemoglobin (Hb) dengan HCl 0,1 akan berubah menjadi asam hematin. Kemudian kadar
asam hematin ini diukur dengan membandingkan warnanya dengan warna standar secara visual.
Metode yang akan digunakan adalah metode sahli. Metode sahli merupakan suatu cara penetapan
Hb secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga Hb berubah menjadi asam
hematin. Untuk dapat menentukan kadar Hb dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran
tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna gelas standar.
Pada pemeriksaan hematokrit darah disentrifuge dalam kecepatan dan waktu putar
tertentu, sehingga sel-selnya memisah dalam keadaan mampat/padat. Presentase volume
mampatan sel terhadap volume darah semula dicatat dan hasil pemeriksaan PCV yang dibaca
pada chart.

D. ALAT DAN BAHAN


• Alat-alat dan reagen untuk pengambilan Hb :
1. Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2. Aquadest
3. Hemometer sahli yang terdiri dari :
− Tabung pengencer, panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22
(atas)
− Dua warna tabung standar
− Pipet Hb dengan pipet karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
− Pipet HCl
− Botol aquadest dan HCL 0,1
− Batang pengaduk
− Larutan HCl 0,1 N

• Alat-alat dan reagen untuk pengukuran PCV :


1. Heparinized microhematocrit tube
4
2. Microhematocrit centrifuge
3. Seal (malam)
4. Chart

E. PROSEDUR KERJA
• Pengukuran Hb
1. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda 29 %
2. Sample darah dihisap dengan pipet sahli sampai tanda 20 cmm
3. Bagian ujung luar pipet dibersihkan dengan kertas saring
4. Darah segera ditutup dengan hati-hati ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam tabung
hemometer tanpa menimbulkan gelembung udara
5. Pipet dibilas dengan meniup dan menghisap HCl 0,1 N yang ada dalam tabung
hemometer beberapa kali. Juga bagian luar pipet sahli dibilas beberapa kali dengan
beberapa tetes larutan HCl 0,1 N atau aquadest
6. Tunggu 10 menit agar terbentuk asam hematin
7. Asam hematin ini kemudian diencerkan dengan aquadest tetes demi tetes sambil
diaduk sampai didapatkan warna yang sama dengan warna standar
8. Miniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g %

1. Pengukuran PCV
1. Tabung micro Hct diisi dengan sample darah sebanyak 2/3 bagian
2. Salah satu ujung (yang tertutup darah) di seal
3. Tempatkan tabung microHct tadi pada microHct centrifuge
4. Pusingkan selama 5 menit, dengan kecepatan 8000 rpm
5. Hasil dibaca pada chart

F. HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran HB
Data pasien:
Nama : Ni Wayan Ariati (43 Th)
SID : 100301.0486
5
RM : 00.76.09.64
Tanggal : 1 Maret 2010
Jam : 09:35 WITA

• Hasil pembacaan Hb yang didapat adalah 10,8 g %


 Nilai rujukan
− Dewasa laki-laki : 13,5-18,0 g %
− Dewasa wanita : 11,5-16,5 g %
− Bayi (< 3 bulan) : 13,6-19,6 g %
− Umur 1 tahun :11,0-13,0 g %
− Umur 12 tahun : 11,5-14,8 g %
Berdasarkan nilai rujukan di atas, dapat disimpulkan bahwa Hb ibu Wayan Ariati rendah,
karena nilai rujukan Hb normal pada wanita dewasa adalah 11,5-16,5 g %.

2. Pengukuran PCV
Dari hasil pengamatan/pembacaan pada chart didapatkan nilai PCV/Hct = 40 %
 Nilai rujukan
− Perempuan = 38-48 %
− Laki-laki = 40-50 %
Berdasarakan nilai rujukan dapat disimpulkan bahwa nilai PCV/Hct Ibu Wayan Ariati
normal, karena nilai rujukan PCV untuk perempuan adalah 38-48 %.

3. Pengukuran Hb II
Data pasien :
Nama : Ida Siga
RM : 00.97.74.82
SID : 100308.0372
Tanggal : 8 Maret 2010
Jam : 08:47 WITA
Hasil pembacaaan Hb yang didapat adalah 9,6 g %, sedangkan pembacaan
hematokrit adalah 24
6
Berdasarkan hasil pembacaan Hb dan hematokrit milik Ibu Siga, kami mendapatkan hasil
Hb sebesar 9,6 dan hematokrit 24, dilakukan dengan metode sahli. Sedangkan hasil yang
seharusnya didapatkan adalah :
Pemeriksaan Hb : 7,5, sedangkan hasil kami 9,6
Pemeriksaan hematokrit : 23,1, sedangkan hasil kami 24
Hb yang diperoleh sangat jauh dari Hb yang semestinya, sehingga dapat disimpulkan
pemeriksaan Hb kami kurang tepat. Sedangkan untuk hematokrit, hasil yang kami peroleh sudah
mendekati dengan hasil yang semestinya.

G. PEMBAHASAN
• Sumber kesalahan pada pemeriksaan Hb:
− Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam, seperti :
karboksihemoglobin, methemoglobin.
− Cara visual yang kita gunakan memiliki kesalahan inheren 15-30 % sehingga
tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.

• Sumber kesahalan yang sering terjadi :


− Kemampuan membedakan warna yang tidak sama
− Sumber cahaya kurang baik
− Kelelahan mata
− Alat-alat kurang bersih
− Ukuran pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi
− Pemipetan yang kurang akurat
− Warna gelas standar pucat
− Penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang kuat.
• Pemeriksaan hematokrit
Bisa saja terjadi kesalahan pada saat darah selesai disentrifuge tetapi hasilnya
tidak bisa dibaca pada chart hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sample
darah dengan menggunakan tabung microHct tidak sesuai dengan volume yang diambil.

7
I. KESIMPULAN
Pada pemeriksaan Hb, pada saat pengenceran asam hematin dengan aquadest, perubahan
warna yang terjadi harus benar-benar diperhatikan secara seksama. Pada saat warna dirasa sudah
mulai sama dengan warna standar, dicatat dahulu, lalu ditambahkan lagi aquadest. Jika setelah
ditambah, warna lebih encer daripada warna standar, maka hasil yang digunakan adalah hasil
yang dicatat sebelum ditetesi aquadest kembali.
Pengambilan hematokrit menggunakan tabung silk, volume yang diambil harus tepat,
karena bila tidak, setelah disentrifuge hasil tidak dapat dibaca dan harus mengulang kembali.

A. JUDUL : PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

B. TUJUAN :

1. Mengetahui jumlah sel darah putih seseorang.

2. Mengetahui jumlah sel darah merah seseorang.

C. PRINSIP :
8
1. Perhitungan sel darah putih dengan metode mikroskopik,di butuhkan bantuan reagen
Turk yang terdiri dari asam cuka, gentium violet, da aquadest. Reagen Turk akan
melisiskan semua komponen darah selain leukosit dan memberi warna ungu pada
leukosit sehingga mempermudah pembacaan dan perhitungan pada mikroskop.

2. Perhitungan sel darah merah dengan metode mikroskopik,di butuhkan bantuan reagen
Hayem yang terdiri dari NaCl, HgCl2, NaSO4, dan aquadest. Reagen Hayem akan
melisiskan semua komponen darah selain eritrosit sehingga mempermudah pembacaan
pada mikroskop.

D. ALAT-ALAT DAN REAGEN :

1. ALAT :

• Pipet sel darah putih dan penghisapnya.

• Pipet sel darah merah dan penghisapnya.

• Kamar hitung dan gelas penutupnya.

• Mikroskop.

2. BAHAN :

• Darah

• Tissue

3. REAGEN :

• Larutan Turk

• Larutan Hayem

9
E. PROSEDUR KERJA

• PROSEDUR KERJA MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH

1. Kamar hitung disiapkan di bawah mikroskop dan di tutup dengan gelas penutup.

2. Tahap I : Pengenceran darah

• Darah disiapkan.

• Disiapkan pipet untuk sel darah putih.

• Pipet karet penghisap di pasang pada pipet.

• Dihisap darah sampai tanda 0,5 kemudian sekitar pipet dibersihkan.

• Dihisap larutan Turk sampai tanda 11.

• Di buka pipet penghisap.

• Di tutup ke dua ujung pipet kemudian goyangkan pipet memutar.

3. Tahap II : Pembacaan

• 3 atau 4 tetes pertama di buang.

• Kamar hitung di isi dengan tetesan berikutnya pada daerah “W”.

• Kamar hitung diletakkan di bawah mikroskop.

• Di cari lapang pandang dengan lensa 10 x, setelah lapang pandang jelas


dipindahkan ke lensa 40 x.

• Di lihat daerah sel darah putih, cari daerah “W”.

• Dihitung jumlah sel darah putih pada daerah “W” kemudian di catat hasilnya.

10
• PROSEDUR KERJA MENGHITUNG SEL DARAH MERAH

1. Kamar hitung disiapkan.

2. Tahap I : Pengenceran darah

• Darah disiapkan.

• Disiapkan pipet untuk sel darah merah.

• Pipet karet penghisap di pasang pada pipet.

• Dihisap darah sampai tanda 0,5 kemudian sekitar pipet dibersihkan.

• Dihisap larutan Hayem sampai tanda 101.

• Di buka pipet penghisap.

• Di tutup ke dua ujung pipet kemudian goyangkan pipet memutar.

3. Tahap II : Pembacaan

• 3 atau 4 tetes pertama di buang.

• Kamar hitung di isi dengan tetesan berikutnya pada daerah “R”.

• Kamar hitung diletakkan di bawah mikroskop.

• Di cari lapang pandang dengan lensa 10 x, setelah lapang pandang jelas


dipindahkan ke lensa 40 x.

• Di lihat daerah sel darah putih, cari daerah “R”.

• Dihitung jumlah sel darah putih pada daerah “R” kemudian di catat hasilnya.

F. HASIL PENGAMATAN

• HASIL PENGAMATAN I
11
1. Data pasien :

Nama : I Wayan Eka Purnawan

RN : 01.11.34.32

Tanggal : 28 Maret 2010

Sid : 10032.0194

2. Hasil percobaan (perhitungan)

LEUKOSIT

• Pengenceran : 20 x

• Volume kotak : (1 x 1 x 0,1) x 4 = 0,4 mm3

• Menghitung sel dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 2,5

Vol. yang digunakan

• Jumlah leukosit = 2,5 x 20 x jumlah yang di dapat

= 2,5 x 20 x 84

= 4.200 sel/mm3

ERITROSIT

• Pengenceran : 200 x

• Volume kotak = (0,2 x 0,2 x 0,1)x5 = 0,02 mm3

• Menghitung sel darah dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 50

vol. yang digunakan

12
• Jumlah eritrosit = 200 x 50 x jumlah yang di dapat

= 200 x 50 x 420

4.200.000 sel/mm3

• HASIL PENGAMATAN II

1. Data pasien :

Nama : Dra Ni Luh Gede Puspadi

RN : 01.16.79.21

Tanggal : 18 April 2010

Sid : 100418.0631

2. Hasil percobaan (perhitungan)

LEUKOSIT

• Pengenceran : 20 x

• Volume kotak : (1 x 1 x 0,1) x 4 = 0,4 mm3

• Menghitung sel dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 2,5

vol. yang digunakan

• Jumlah leukosit = 2,5 x 20 x jumlah yang di dapat

= 2,5 x 20 x 80

= 4.000 sel/mm3

ERITROSIT

• Pengenceran : 200 x

• Volume kotak : (0,2 x 0,2 x 0,1) x 5 = 0,02 mm3


13
• Menghitung sel darah dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 50

vol. yang digunakan

• Jumlah eritrosit = 200 x 50 x jumlah yang di dapat

= 200 x 50 x 420

= 4.200.000 sel /mm3

• Nilai rujukan

 Leukosit ⇒ nilai normal yaitu 4.500 – 11.000 sel/mm3

 Eritrosit ⇒ nilai normal yaitu pria : 4,6 – 6,6 juta sel/mm3 dan wanita :
4,2 – 5,4 juta sel/mm3

G. PEMBAHASAN

1. Leukosit dapat di hitung jumlahnya dengan cara di encerkan dengan reagen Turk yang
terdiri dari gentian violet, asam asetat glacial, dan aquadest. Larutan gentian violet
berfungsi untuk member warna pada inti dari granula leukosit. Larutan Turk ini
memecah eritrosit dan trombosit tapi tidak memecah leukosit. Pada pengamatan I,
setelah di hitung diperoleh leukosit darah uji sebesar 4.200 sel/mm3 sedangkan jumlah
normal adalah 4.500 – 11.000 sel/mm3. Berarti jumlah leukosit dalam darah uji kurang
dari normal.

Pada pengamatan II setelah di hitung di peroleh leukosit darah uji sebesar 4.000
sel/mm3 sedangkan jumlah normal adalah 4.500 – 11.000 sel/mm3. Berarti jumlah
leukosit dalam darahnya kurang dari normal.

Jumlah leukosit dalam tubuh dapat naik turun bergantung ada tidaknya infeksi kuman
dalam tubuh.

14
2. Eritrosit dapat di hitung jumlahnya dengan cara diencerkan dengan reagen Hayem yang
terdiri dari Na-Sulfat, NaCl, HgCl2 dan aquadest. Reagen Hayem ini dapat memecah
leukosit dan trombosit tapi tidak memecah eritrosit.

Pada pengamatan I, setelah di hitung diperoleh eritrosit darah uji sebesar 4,2 juta
sel/mm3 sedangkan jumlah normal pada pria adalah 4,6 – 6,6 juta sel/mm3. Berarti
jumlah eritrosit dalam darah uji kurang dari normal.

Pada pengamatan II setelah di hitung di peroleh eritrosit darah uji sebesar 4,2 juta
sel/mm3 sedangkan jumlah normal pada wanita adalah 4,2 – 5,4 juta sel/mm3. Berarti
jumlah eritrosit dalam darahnya kurang dari normal.

3. Sumber-sumber kesalahan yang mungkin terjadi :

• Peralatan kurang bersih.

• Kesalahan pada waktu penempatan.

• Kesalahan saat pengenceran.

• Kurang teliti saat membaca pada mikroskop.

• Kurang teliti pada saat penghitungan.

Kesalahan-kesalahan di atas dapat mempengaruhi hasil sehingga hasil yang di dapat


menjadi tidak relevan, jadi saat melakukan pembacaan harus teliti dan berhati-hati.

H. KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan I di dapat bahwa jumlah leukosit dalam darah uji yaitu 4.200
sel/mm3, sementara nilai normal leukosit dalam darah yaitu 4.500 – 11.000 sel/mm3
berarti jumlah leukosit pada darah uji kurang dari normal.

15
2. Dari hasil percobaan II di dapat bahwa jumlah leukosit dalam darah uji yaitu 4.000
sel/mm3, sementara nilai normal leukosit dalam darah yaitu 4.500 – 11.000 sel/mm3
berarti jumlah leukosit pada darah uji kurang dari normal.

3. Dari hasil percobaan I di dapat bahwa jumlah eritrosit dalam darah uji yaitu 4,2 juta
sel/mm3, sementara nilai normal eritrosit dalam darah untuk pria yaitu 4,5 – 6,6 juta
sel/mm3 berarti jumlah eritrosit pada darah uji kurang dari normal.

4. Dari hasil percobaan II di dapat bahwa jumlah eritrosit dalam darah uji yaitu 4,2 juta
sel/mm3, sementara nilai normal eritrosit dalam darah untuk wanita yaitu 4,2 – 5,4 juta
sel/mm3 berarti jumlah eritrosit pada darah uji kurang dari normal.

A. JUDUL : MENGUKUR LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREEN

B. TUJUAN :

1. Untuk mengukur laju endap darah

C. PRINSIP :

Sampel darah dengan anti koagulan dimasukkan ke dalam tabung khusus berskala dan
diletakkan tegak lurus maka eritrosit akan mengendap. Pengendapan ini di ukur pada 1 jam
dan 2 jam berikutnya.
16
D. ALAT-ALAT DAN REAGEN

1. Pipet westegreen

• Panjang : 300 mm

• Skala : 0 s.d. 200

• Garis tengah : 2,5 mm

• Isi tabung : ± 1 ml

2. Tabung westegreen

3. Rak westegreen

4. Anti koagulan

• Na Citrat 3,8 % : 0,2 ml untuk tiap 0,8 ml darah.

• EDTA : 1 mg untuk tiap 1 ml darah perlu diencerkan dengan NaCl 0,9% (4


volume darah : 1 volume NaCl 0,9 %)

E. PROSEDUR KERJA

1. Dipipet NaCl 0,9% dengan pipet westergreen sampai skala 150, kemudian dimasukkan
ke dalam tabung westergreen.

2. Sampel darah dengan antikoagulan EDTA di hisap dengan pipet westergreen yang
telah berisi NaCl 0,9% tadi.

3. Di campur isi tabung westergreen dengan cara disedot dan ditiup beberapa kali
sehingga tercampur baik.

17
4. Campuarn larutan dalam tabung westergreen kemudian di hisap dengan pipet
westergreen sampai skala 0 kemudian diletakkan pipet westergreen tegak lurus pada
rak westergreen.

5. Dibaca tingginya pengendapan pada 1 jam dan 2 jam.

F. HASIL PENGAMATAN

1. Data pasien

Nama : Ni Komang Ayu Fitri Pratiwi

Tanggal : 17 Mei 2010

NIM : P07134009024

2. Hasil percobaan

Titik awal : 20,2 ml

Titik akhir : 15,0 ml

Jadi laju endap darahnya adalah:

Titik awal – titik akhir = LED

20,2 ml – 15,0 ml = 5,2

G. NILAI RUJUKAN

Jam I : 0 – 2 mm

Jam II : 2 -11 mm

H. PEMBAHASAN
18
Darah dapat di hitung laju endapnya dengan cara darah di campur dengan antikoagulan
EDTA. Kemudian di hisap dengan pipet westergreen yang telah berisi NaCl 0,9% dan
campuran larutan dalam tabung westergreen di hisap dengan pipet westergreen sampai skala
0 kemudian letakkan pipet westergreen tegak lurus pada rak westergreen. Pada pengamatan
di dapat titik awalnya 20,2 ml dan titik akhirnya 15,0 ml.

I. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan di atas di dapat bahwa hasil pengukuran laju endap darah adalah 5,2
mm.

A. JUDUL : HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)

B. TUJUAN :

1. Untuk mengetahui cara membuat hapusan darah tepi.

C. PRINSIP :

Setetes darah dipaparkan di atas sebuah gelas objek, kemudian dilakukan pewarnaan dan
selanjutnya di evaluasi.

D. ALAT-ALAT DAN REAGEN :

1. Glas objek

Glas objek harus bersih, kering dan tidak berlemak. Permukaannya harus rata dan licin
bila kotor harus di cuci dahulu dengan sabun atau alcohol lalu dikeringkan dengan kain
atau kapas yang kering dan bersih.

2. Glas penghapus

Dapat di buat dari gelas objek dengan menghilangkan sudut-sudutnya. Tepinya harus
rata dan bersih.

19
E. PROSEDUR KERJA

1. Diteteskan satu tetes sampel darah pada salah satu ujung glas objek.

2. Dipegang glas penghapus sedemikian rupa sehingga sampel darah berada pada sudut
antara glas objek dan glas penghapus (sudut 300 – 450).

3. Dihapusakan glas penghapus kea rah tetesan darah sehingga menyentuhnya dan tetesan
darah tadi akan merata antara ujung glas penghapus dan objek.

4. Digeser glas penghapus sedemikian rupa ke arah yang bertentangan dengan arah
pertama. Dengan demikian tetesan darah tadi akan merata di atas glas objek sebagai
lapisan yang tipis.

5. Hapusan ini segera dikeringkan dengan menggerak-gerkkan di udara atau dapat


memakai kipas angin tetapi jangan di tiup dengan hembusan nafas.

6. Tebalnya lapisan darah tergantung dari:

• Besarnya tetesan darah

• Cepatnya kita menggeserkan glas penghapus

• Sudut antara glas penghapus dengan glas objek

7. Gerakan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 300 akan menghasilkan lapisan
darah yang tipis dan sebaliknya penghapus yang kotor dapat menyebabkan kesalahan
ini.

8. Hapusan dikeringkan dengan segera.

9. Bila tidak maka eritrosit akan mengalami kerusakan (crenation) dan memudahkan
terjadinya bentukan rouleaux (rulo).

F. PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI


20
Pewarnaan yang dapat di pakai banyak macamnya. Biasanya di pakai salah satu pewarna
romanosky (giemsa, wright).

Reagen pewarna :

• Wrigh stain

Pewarna ini mengandung eosin dan methylene blue dengan pelarut methanol.

• Buffer phosphate pH 6,4

Buffer phosphat ini terdiri dari KH2PO4 dan Na2HPO4

- KH2PO4 6,63 g.

- Na2HPO4 3,2 g.

- Aquadest ad 1 liter.

Prosedur kerja pewarnaan :

1. Hapusan yang sudah kering di fiksasi dengan meneteskan pewarna wright pada
hapusan darah sehingga hapusan ini tertutup seluruhnya. Waktu fiksasi lebih kurang 2
menit.

2. Untuk penilaian kualitas HDT, pada hapusan yang baik eritrosit warnanya merah
jingga (red orange) dan leukosit berwarna biru dan intinya ungu.

3. Bila eritrosit berwarna biru maka ini disebabkan karena buffer yang terlalu alkalis atau
pencucian kurang bersih.

4. Bila inti sel tidak berwarna ungu tetapi biru ini disebabkan karena pewarnaan yang
kurang.

5. Bila pewarnaan dilakukan terlalu lama, kemudian di cuci berlebihan maka inti sel
masih terlihat tetapi granula sitoplasma tidak tampak lagi.

6. Untuk menghindari pengendapan metalis scum pada hapusan, jangan dimiringkan glas
objek untuk membuang pewarna.
21
7. Pewarna tersebut harus dihanyutkan dengan menuangkan aquadest yang cukup banyak
sedangkan hapusan tetap dalam posisi mendatar di atas rak pewarnaan.

8. Waktu fiksasi dan pewarnaan dapat di ubah-ubah tergantung dari kualitas pewarna
yang di pakai.

G. PENILAIAN KUALITAS HAPUSAN DARAH TEPI

Penilaian kualitas HDT dilakukan dengan memakai pembesaran kecil (objektif 10 x)


meliputi :

• Lapisan darh harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu
dengan lainnya.

• Hapusan tidak boleh mengandung endapan warna.

• Eritrosit dan leukosit harus di warna dengan baik.

• Leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir HDT.

• Bila HDT tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, sebaiknya di buat HDT
yang baru sehingga tidak menyulitkan waktu di evaluasi.

H. PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH TEPI

1. Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (objektif 10 x)

• Penilaian kualitas HDT.

• Penafsiran jumlah leukosit dan eritrosit.

• Penafsiran hitung jenis leukosit.

• Pemeriksaan adanya sel-sel muda dan abnormal.

22
2. Pemeriksaan dengan minyak imersi (objektif 100 x)

• Eritrosit : apakah ada kelainan atau variasi morfologi.

• Leukosit : hitung jenis dan mencari kelainan morfologi.

• Trombosit : penafsiran jumlah dan morfologi. Sel-sel abnormal : pemeriksaan


morfologi.

I. PEMBAHASAN

Hapusan darah tepi (HDT) dilakukan dengan meneteskan sampel darah ke glass objek
kemudian di hapus sedemikian rupa dengan glas penghapus (sudut 300 – 450) sampai
hapusan merata. Lalu hapusan tersebut harus dikeringkan dengan segera. Hapusan yang
sudah kering di fiksasi dengan pewarna wright sampai hapusan tertutup seluruhnya
dengan waktu kurang lebih 2 menit. Setelah itu hapusan harus dituangkan aquadest yang
cukup banyak. Waktu fiksasi dan pewarnaan dapat di ubah-ubah tergantung dari kualitas
pewarnaan yang di pakai.

J. KESIMPULAN

Dari percobaan di atas didapat car membuat hapusan darah tepi yang baik dan benar.
Dalam membuat hapusan haruslah terampil dan cekatan sehingga hapusan merata.
Hapusan tidak boleh terlalu tebal dan terlalu tipis karena akan membuat hapusan sulit di
baca. Reagen yang di pakai untuk pewarnaan hapusa salah satunya dari pewarna
romanosky(giemsa, wright).

23
A. JUDUL : EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)

B. TUJUAN :

- Untuk mengetahui cirri-ciri jenis sel darah


- Untuk mengetahui jumlah normal trombosit

C. PRINSIP :

Untuk dapat melakukan evaluasi HDT dengan baik, maka ciri-ciri jenis sel darah harus
diketahui dahulu dengan baik. Eritrosit normal berwarna jingga dengan control palor (CP) ± 1/3
garis tengah eritrosit disebut normokrom. Bila CP ≥ ½ garis tengah disebut hipokrom. Nila apda
hapusan darah terdapat banyak normoblast koreksi hitungan leukosit, karena inti normoblast
terhitung sebagai leukosit. Perkembangan jalur megakariosit berawal dari megakarioblast yang
berkembang dengan pembelahan inti inti secaar endomitosis yaitu inti sel berbelah dan tidak
melakukan pemisahan diri menjadikan dirinya Promegakariosit yang bila jumlah intinya bisa
menjadi 32 η sel menjadi megakariosit yang paad perkembangan selanjutnya dari pecahan
sitoplasma selnya akan terpecah menjadi serpihan-serpihan yang berfungsi untuk pembekuan
darah disebut trombost atau platelet.

D. ALAT DAN BAHAN

- Mikroskop
- Oil emersi
- Hapusan darah tepi yang sudah di cat pada preparat

24
E. PROSEDUR KERJA

1. Preparat diletakan pada meja mikroskop


2. Atur mikroskop dengan lensa objekif 10 x agar mendapatkan lapang pandang
3. Setelah lapang pandang didapatkan, tetesi preparat dengan oil emersi
4. Kemudian atur lensa objektif ke posisi 100 x , akur fokus halus agar dapat melihat
lapang pandang dengan jelas
5. Setelah itu, preparat siap dihitung eritrosit, leukosit dan trombosit / platelet.
F. HASIL PENGAMATAN

HDT yang telah memenuhi syarat mula-mula diperiksa dengan:

1. Pembesaran 100 x (objektif 10 x)


- Penentuan kesan jumlah leukosit. Lakukan hal ini di daerah penghitungan
(counting area). Bila didapatkan:
 20-30 leukosit/1LP 5.000 leukosit/cmm
 40-50 leukosit/1LP 10.000 leukosit/cmm
- Bila menjumpai sel-sel muda berinti (normoblast) maka hitunglah
beberapa sel muda berinti tiap 100 leukosit. Hal ini diperlukan untuk membuat
koreksi terhadap jumlah leukosit yang didapat dengan memakai kamar hitung.
- Cara koreksi :
Jumlah leukosit yang benar = 100 / (100 + N) x L

N = jumlah normoblast / 100 leukopsit

L = jumlah leukosit yang dihitung denga kamar hitung

2. Pembesaran 1000 x (objektif 100 x denga oil emersi)

 Eritrosit
- Besarnya : mikrocytes
- Warnanya : lupochromasi
- Sel muda / abnormal (-)
25
 Leukosit
- Kesan jumlah leukosit dan hitung jumlah leukosit
Eosinofil :-

Stab :1

Netrofil Segmen :9

Basofil :-

Limfosit :-

 Trombosit
Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT :

- Jumlah normal pada tiap lapang pandang ada beberapa trombosit : 2-4 / 1
LP
- Jumlah dikatakan meningkat, apabila paad tiap lapang pandang jumlahnya
bangyak (>15/1LP) atau dalam bentuk bergerombol
- Julah dikatakan menurun, apabila agak sulit menemukan trombosit per
lapang pandang
- Pada regenerasi yang aktif dari darah sering dijumpai trombosit yang
besar-besar yang disebut giant trombosit / giant platelet

Trombosit meningkat

(platelet) giant platelet (+)

G. PEMBAHASAN
26
Jika eritrosit, leukosit dan trombosit dalam keadaan norma, maka dapat terlihat sebagai
berikut :

- Eritrosit : kesan warna, ukuran dan bentuk eritrosit (warna jingga- kandungan Hb
dalam eritrosit), catatan bila ada warna/ukuran/bentuk abnormal. Bulat bikonkaf
( bagian tepi lebih tebal dari pada bagian tengah) dimana bagian tengah lebih sedikit
mengandung Hb sehingga tercatat lebih pucat
- Leukosit : kesan morfologi dan proporsi jenis leukosit (hitung jenis leukosit)
- Trombosit : kesan jumlah dan morfologi trombosit :
FN - 22 : trombosit 13-36 / 1LP

FN – 18 : trombosit 10-22 / 1 LP (jumlah normal)

FN - < : trombosit 4-10 / 1 LP

Morfologi trombosit bisa kecil, noraml, besar dan giant platelet (sebesar eritrosit)

H. KESIMPULAN

- Eritrosit besarnya mikrocyter, warnanya lupochromasi, sel muda dan sel abnormalnya
negative (-)
- Leukosit jumlah dan jenisnya berupa netrofil yang terdiri dari eosinofil, 1 stab, 9
segment, basofil dan limfosit
- Trombosit atau plateletnya meningkat dan giant platelet (+) positif.

27
28

You might also like