Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang menderita gagal
nafas secara spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir. Secara klinik ditandai
dengan sianosis, bradikardi, hipotonia dan tidak ada respon terhadap rangsang, yang
secara obyektif dapat dinilai dengan APGAR score. Pada asfiksia terjadi kombinasi
maternal, plasental atau fetal.Insiden asfiksia berat (skor apgar 0-3 pada menit ke 5)
adalah 2,8% dari kelahiran hidup. Berbagai komplikasi bisa terjadi pada neonatus
yang lahir dengan asfiksia berat. Komplikasi tersebut bisa terjadi pada
(Wahyudi,2003)
1
Angka kematian pada bayi asfiksia berat adalah sebesar 50% tetapi 75 % yang
hidup tidak mengalami kelainan yang berat sedangkan yang dengan kelainan,
bayi dengan asfiksia berat sampai umur 2 tahun menemukan 33% bayi mengalami
kelainan berupa: 42% cerebal palsy, 42% retardasi mental dan 16% DDST tidak
sesuai umur.Komplikasi jangka panjang pada beratnya HIE. 80% bayi yang hidup
dengan riwayat HIE berat mengalami komplikasi serius, 10-20% kecacatan sedang
dan 10 % normal. Bayi yang hidup dengan riwayat HIE sedang 30- 50 % mengalami
komplikasi serius dan 10-20 % komplikasi ringan. Bayi dengan HIE ringan tidak
mengalami komplikasi pada susunan saraf pusat. Walaupun pada saat periode
neonatal tidak dijumpai defisit neurologis yang jelas, masih dapat terjadi gangguan
tentang asfiksia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan gawat bayi yang tidak bernafas
spontan dan teratur segera setelah lahir, yang dapat menurunkan O2 (oksigen) dan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya dan
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Keadaan ini disertai
terutama terjadi pada asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat dengan criteria
akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi
baru lahir.Kegagalan ini juga berakibat pada terganggunya fungsi dari masing-masing
jaringan dan organ yang akan menjadi masalah pada hari-hari pertama perawatan
3
2.2 Epidemiologi
kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir satu
juta bayi ini meninggal sedangkan survei WHO tahun 2002 dan 2004, kematian bayi
baru lahir disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum sebesar (27%). Di Indonesia Angka
Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007 -
2008). Sedangkan target MDGS 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi
menjadi 23/1.000 kelahiran hidup. dari seluruh kematian bayi, sebanyak 47%
meninggal pada masa neonatal ( usia di bawah 1 bulan), setiap 5 menit terdapat 1
neonatal yang meninggal dan penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah BBLR
2.3 Etiologi
gangguan pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan berakibat asfiksia janin.
Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan dan saat lahir.
4
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia
janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan persalinan memegang
peranan penting untuk keselamatan bayi. AHA dan American Academy of Pediatrics
1) Hipoksia Ibu: Hal ini berakibat pada hipoksia janin. Hipoksia ibu dapat
lain
2) Gangguan aliran darah uterus: berkurangnya aliran darah pada uterus akan
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
pebuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali
5
2.3.4 Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu:
2) Trauma persalinan
2.4 Patofisiologi
pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini
diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah
berat (Brilliyangnityas,2011).
a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat
ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian
6
jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan
dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak
akan terjadi.
jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.
primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada
proses ini dianggap perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
7
Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi
berlanjut maka metabolism sel akan berlangsung dalam suasana metabolic yang
berupa glikolisis gilkogen sehingga sumber utama glikogen terutama pada jantung
dan hati akan berkurang dan asam organic yang terjadi akan menyebabkan asidosis
metabolic. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan beberapa
keadaan diantaranya;
Sehubungan dengan proses faal tersebut maka fase awa asfiksia ditandai
dengan pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit ( Periode hiperpneu) diikuti
dengan apneu primer kira-kira satu menit dimana pada saat ini denyut jantung dan
8
Kemudian bayi akan mulai bernafas )Gasping) 8-10 x/menit selama beberapa
menit , gasping ini semakin melemah sehingga akhirnya timbul apneu sekunder. Pada
keadaan normal fase-fase ini tidak jelas terlihat karena setelah pembersihan jalan
nafas bayi maka bayi akan segera bernafas dan menangis kuat.
Pemakaian sumber
metabolism anaerob
sehingga mengakibatkan
menjadi hiperkalemia dan pembengkakan sel. Kerusakan sel otak terjadi asfiksia
Manifestasi dari kerusakan sel otak dapat berupa HIE yang terjadi setelah 24
jam pertama dengan didapatkan adanya gejala seperti kejang subtle, multifaktorial
9
Manifestasi ini dapat muncul sampai hari ketujuh dan untuk penegakan
kecil setelah mengalami asfiksia selama lima menit atau lebih sehingga darah tidak
dapat mengalir merkipun tekanan perfusi darah sudah kembali normal. Peristiwa ini
2) Asfiksia Pallida, ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang,
tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek (Mochtar
5) Kejang
10
2.6 Diagnosa
lahir, lahir tidak bernafas dengan adekuat, riwayat ketuban bercampur mekonium.
Temuan klinis yang didapat pada neonatus dengan asfiksia neonatorum dapat berupa
pucat dan tonus otot yang melemah. Secara klinis dapat digunakan skor APGAR pada
asfiksia secara cepat. Skor APGAR merupakan metode obyektif untuk menilai kodisi
bayi baru lahir dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan bayi
(Radityo,2011)
Jadi skor APGAR tidak digunakan untuk menentukan apakah seorang bayi
dan kapan melakukan resusitasi ( pernafasan, frekuensi jantung, warna kulit ) dan ini
merupakan bagian dari skor APGAR. Dua tanda tambahan ( tonus Otot dan reflex
pada menit 1 kemudian pada menit ke 5. Jika nilainya pad amenitt kelima <7,
11
Walaupun skor APGAR bukan merupkan nilai prediksi yang baik untuk hasil,
akan tetapi perubahan nilai yang terjadi pada saat resusitasi dapat menggambarkan
diperlukan adalah analisis gas darah dimana pada neonatus dengan asfiksia
pada tahun 2008 sudah menambahkan criteria dalam penegakan diagnosis asfiksia
adanya gangguan fungsi organ berupa gejala neurologis seperti HIE, akan tetapi
penegakan diagnose HIE tidak dapat dilakukan dengan segera dan terdapat berbagai
criteria penilaian adanya gangguan pada pernafasan. Frekuensi jantung dan warna
kulit ditunjang dengan hasil analisa gas darah yang menunjukan adanya asidosis
metabolik (Radityo,2011)
2.7 Penatalaksanaan
Bila nafas bayi kurang dati 20x/menit atau bayi mengalami megap-megap atau
12
Ajari ibu untuk mengenali adanya kejang dan tanda kegawatan lainya,bila bayi
13
Beri oksigen, bila diperlukan untuk gangguan nafas. Kurangi oksigen secara
bertahap sampai batas paling rendah untuk memperbaiki gangguan nafas dan
Ukur suhu aksiler setiapdua jamdan tangani bila ditemukan suhu tubuh abnormal
o Bila bayi dapat menghisap dengan baik dan tidak sedang mendapat oksigen
o Bila bayi sedang mendapatkan oksigen atau tidak dapat menyusui ASI, beri
o Bila bayi tidak bias menerima minum termasuk melalui pipa lambung maka
pasang jalur invus dan beri cairan dengan dosis rumatan secara IV
Bila bayi dapat minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
lanjut dalam satu minggu atau kurang dari satu minggu bila ibu menemukan
masalah
malas minum) dan bagaimana cara mengenalinya. Juga diskusikan dengan ibu
beberapa dampak. Kadang kadang dampak ini berupa gangguan nafas minimal,
14
o Kerusakan otak tipe ringan menyebabkan bayi sulit tidur (hyperalert) atau
tremor /gemetar, yang dapat menetap selama 24 jam-48 jam dan kemudian
o Kerusakan otak sedang dapat mengakibatkan letargi, tonus otot menurun dan
bayi sering mengalami kejang. Masalah ini dapat berlangsung selama satu
sistem organ. Tetapi hingga saat ini, tidak ada terapi yang terbukti efektif untuk
mengatasi cedera jaringan otak, walaupun banyak obat dan prosedur telah dilakukan7.
Fenobarbital merupakan obat pilihan keluhan kejang yang diberikan dengan dosis
awal 20mg/kg dan jika diperlukan dapat ditambahkan 10mg/kg hingga 40-
50mg/kg/hari intravena.(Wahyudi,2003)
Fenitoin dengan dosis awal 20mg/kg atau lorazepam 0,1mg/kg dapat digunakan
untuk kejang yang bersifat refrakter. Kadar fenobarbital dalam darah harus dimonitor
dalam 24 jam setelah dosis awal dan terapi pemeliharaan dimulai dengan dosis
Pada beberapa percobaan dengan hewan dan manusia ditemukan keuntungan dalam
15
Cara yang digunakan disebut selective cerebral cooling yang menggunakan air
.(Wahyudi,2003)
menurunkan cedera otak. Pada serial kasus yang dilaporkan, steroid hanya
menurunkan tekanan intra kranial secara temporer dan tidak memperbaiki hasil akhir
2.8 Komplikasi
Asfiksia neonatorum dapat berakibat gangguan pada berbagai jaringan dan organ,
kematian atau sekuele akibat terjadinya proses penyembuhan disfungsi organ yang
1. Depresi neonatus saat lahir akibat asidosis dan rendahnya nilai APGAR
16
a. Sistem saraf pusat
EEG adnya aktiitas kejang dan atau penurunan voltase. Pada stadium 3
suhu tidak stabil, dan kejang berulang.HIE terjadi pada 12 jam sampai 7
kreatinin
c. Kardiomiopati
e. DIC
17
2.9 Prognosis
usia saat bernafas spontan, perlunya kompresi dada, dan usia saat terjadinya kejang.
Disimpulkan jika nafas spontan terjadi > 10 menit dan kejang yang timbul dalam usia
< 4 jam berhubungan dengan prognosis yang buruk. Mercuri dkk (2000), melakukan
studi dengan menggunakan MRI untuk mengetahui hubungan antara lingkar kepala
anak usia 1 tahun dengan riwayat ensefalopati hipoksik-iskemik pada saat neonatus.
Disimpulkan bahwa lingkar kepala yang suboptimal dan mikrosefali sekunder sering
dihubungkan dengan adanya lesi pada masa putih, talamus dan ganglia basalis.
18
(Queensland,2010)
19
BAB III
KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB)
masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007 - 2008). Sedangkan target
MDGS 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23/1.000 kelahiran
hidup. Yang secara etiologi dapat disebabkan oleh faktor ibu , janin , plasenta dsb.
Angka kematian pada bayi asfiksia berat adalah sebesar 50% tetapi 75 % yang hidup
tidak mengalami kelainan yang berat sedangkan yang dengan kelainan, biasanya
20
DAFTAR PUSTAKA
IDAI.
Companies,Inc
Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal Vol 1 No 2 diakses dari :
Kosim, dkk (2008) Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta :IDAI (UKK
Indonesia.
Kedokteran EGC
21
Prambudi, R. (2013). Prosedur Tindakan Neonatusi. Dalam; Neonatologi
115 – 31
Wardhani (2008) Hubungan Asfiksia Sedang dan Berat dengan Gagal Ginjal
22