Professional Documents
Culture Documents
Data lain yang dipublikasikan di Nepal menunjukkan jika E.Coli adalah yang
paling sering menjadi penyebab sepsis neonatus, di Nepal bagian barat menunjukkan
Staphylococcus aureus yang paling sering. E.coli berada pada urutan pertama sebagai
penyebab sepsis neonatus di berbagai penelitian yang dilakukan di Nepal. Di Uganda,
E.coli berada di urutan kedua. Staphylococcus berada di urutan ketiga di India.
Klebsiella pneumonia berada pada urutan keempat namun dari hasil penelitian lain di
Nepal dan India juga ada yang menunjukkan Klebsiella pneumonia berada diurutan
kedua, sedangkan di India bagian barat menunjukkan Klebsiella pneumonia yang
paling sering menyebabkan sepsis neonatus. Pseudomonas spp. disendirikan dari salah
satu kasus pada penelitian ini namun data dari Iran dan India menunjukkan
Pseudomonas spp. adalah yang paling sering menyebabkan sepsis neonatus.
Ratio pada hasil kultur kasus sepsis neonatus lebih banyak ditemukan pada laki-
laki dibandingkan perempuan dari hasil penelitian terkini, menunjukan ratio 1.22. lebih
banyak neonatus laki-laki yang terkena sepsis neonatus mungkin berhubungan dengan
factor genetik X-linked yang menjadikan kerentanan terhadap infeksi pada laki-laki.
Hal ini juga disebabkan oleh bayi perempuan system imunnya lebih kompeten
dibandingkan bayi laki-laki.
Kasus dengan hasil kultur positif banyak tampak pada usia < 72 jam (77%)
dibandingkan dengan usia >72 jam (23%). Hal ini juga dibandingkan dengan penelitian
lain yang ada pada tabel 5. Semakin tinggi proporsi dari kasus sepsis dini neonatus
disebabkan karena respon imun neonatus pada minggu pertama kehidupan yang
membuat para neonatus lebih rentan terhadap infeksi pada periode ini.
Pada penelitian ini, persentase kasus dengan hasil kultur positif pada bayi
dengan BBLR sebanyak 70%. Menurut Barbara Stoll et all, jumlah kasus infeksi
berbanding terbalik dengan BBL dan rendahnya kadar IgG akibat belum matangnya
sistem imun seluler pada neonatus dengan BBLSR yang berkontribusi terhadap
meningkatnya kerentanan infeksi pada bayi. Pada penelitian yang lain, sepsis tidak
sering ditemukan pada neonatus preterm. Hasil yang serupa juga dikemukakan oleh
Mondal et al. bagaimanapun juga, pada penelitian yang lain, sepsis lebih sering terjadi
pada bayi premature disbanding bayi aterm. Bayi premature lebih rentan terhadap
infeksi akibat dari kurangnya mekanisme pertahanan humoral dan seluler. Menurut
Barbara J. Stoll et al insiden dari sepsis meningkat seiring dengan turunnya usia
gestasional bayi.
Nilai absolut untuk jumlah hitung neutrophil <1800µl diambil sebagai kriteria
untuk pemeriksaan sepsis. Nilai absolut jumlah hitung neutrophil pada pemeriksaan
sepsis menunjukkan sensitifitas yang lemah (42%) dan spesifisitas yang tinggi (99%).
Nilai prediksi positif adalah 97,5% dan nilai prediksi negatif adalah 65,6%. Jumlah
neutrofil mutlak menunjukkan spesifisitas tertinggi dan nilai prediksi positif di antara
semua parameter sepsis lainnya.
Dua atau lebih parameter sepsis yang abnormal memiliki akurasi yang tinggi
dalam memprediksi sepsis neonatal. Hasilnya di penelitian ini sesuai dengan Gerdes et
al, Jadhav et al, dan Bhale et al yaitu sensitivitas dua atau lebih parameter yang
abnormal adalah 90,3%, spesifisitas adalah 75,6%, nilai prediksi positif adalah 77,0%
dan nilai prediktif negatif adalah 89,0% seperti yang ditunjukkan pada tabel 11. Jika
dua parameter sepsis menunjukkan angka abnormal maka terapi antibiotik dapat
dimulai. Jika ada adalah kecurigaan klinis yang kuat namun parameter pemeriksaan
sepsis negatif, dalam 12 jam pemeriksaan dapat diulang. Jika pemeriksaan masih
negatif bahkan setelah itu, maka kemungkinan sepsis tidak ada.
Kesimpulan
CRP memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediksi positif tertinggi dan
terbukti menjadi yang paling sensitif dan responsif dalam parameter sepsis neonatal.
Adanya dua atau lebih parameter abnormal memiliki sensitivitas lebih daripada hanya
satu parameter abnormal. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah
parameter yang sederhana, cepat dan hemat biaya.
Di antara onset dini manifestasi klinis sepsis yang dominan tampak adalah
depresi pernapasan (dimanifestasikan oleh tachypnoea dan merintih) diikuti oleh
demam dan makan yang susah. Hasil diperoleh dari berbagai pemeriksaan sepsis diatas
tidak dapat memastikan suatu kondisi sepsis neonatal sepenuhnya. Standar emas tetap
kultur darah. Kasus positif palsu pada pemeriksaan pemeriksaan sepsis dapat
menyebabkan pemberian antibiotic yang tidak diperlukan.