You are on page 1of 9

TUGAS DISASTER PLAN

RENCANA PENANGGULANGAN
BENCANA KEBAKARAN HUTAN KECAMATAN SIAK HULU PROVINSI RIAU

DISUSUN OLEH :
ALFA REZI RAMADHAN
030.12.008
PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 15 JANUARI – 24 MARET 2018
JAKARTA
A. Pendahuluan
Kebakaran yang terjadi pada tahun 2015 memasuki tahun kelam indeks mutu udara di

enam Provinsi. Keenam Provinsi itu diantaranya adalah Provinsi Riau, Jambi, Sumatera

Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat. Hingga Oktober

2015, berdasarkan citra satelit Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mencatat terdapat

sebaran kebakaran seluas 52.985 hektar di Sumatera dan 138.008 di Kalimantan. Total

191.993 hektar. Akibat dari kebakaran hutan dan lahan yang melanda beberapa provinsi

tersebut menyebabkan bencana asap kembali terjadi. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan

juga dapat menyebabkan manusia dengan mudah terserang penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA).

Sejauh ini kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau selama 17 tahun

lamanya, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada periode Februari- April 2014 telah

menimbulkan kerugian sekitar Rp. 20.000.000.000.000.-. dengan luas cagar biosfer yang

terbakar 2.398 Ha, dan 21.914 Ha lahan lainnya yang terbakar. Titik api (hotspot) yang

dideteksi berada diwilayah konsesi perusahaan dikawasan hutan dan lahan gambut, di tahun

2014, BP REDD+ dan UKP4 telah melakukan audit kepatutan perusahaan dan hasilnya

menunjukkan beberapa perusahaan tidak memenuhi kepatutan dalam pengelolaan izin di

kawasan hutan dan gambut, termasuk perusahaan yang sebelumnya telah ditetapkan

menjadi tersangka. Penentapan dua tahun terakhir 2014 dan 2015 bahwa Riau dalam status

darurat asap, dan meminta bantuan pusat untuk turun dalam memadamkan titik api dan

menghilangkan kabut asap, menunjukan bahwa ada masalah dalam kapabilitas yang

dimiliki pemerintah daerah provinsi Riau, dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan

penyebab kabut asap.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau disebabkan oleh pembukaan

lahan baru untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan, kanalisasi kawasan

1
gambut serta pembukaan areal perladangan oleh kelompok masyarakat. Pembukaan lahan

ini biasanya dilakukan oleh masyarakat maupun perusahaan.

B. Geografi
Secara geografis Provinsi Riau pada posisi 02°25' LU-01°15° LS dan 100°03'-104°00' BT.

Wilayahnya cukup luas dan berada di bagian tengah Pulau Sumatra. Provinsi Riau berbatasan

langsung dengan Provinsi Sumatra Utara dan Selat Malaka di sebelah utara.

Bersama dengan Provinsi Kepulauan Riau, Selat Malaka masih meniadi pembatas alami di

bagian timur. Batas provinsi bagian selatan berupa wilayah Provinsi Jambi dan Sumatra Barat.

Sementara itu, batas sebelah barat adalah Provinsi Sumatra Barat dan Sumatra Utara.

Secara umum wilayah Provinsi Riau berupa hamparan pegunungan, dataran rendah, dan

kepulauan. Daerah pegunungan terhampar di bagian barat, yaitu Pegunungan Bukit Barisan.

Semakin ke timur kontur tanahnya semakin menurun berupa dataran rendah. Di lepas pantai

bagian timur bertebaran pulau-pulau, baik besar maupun kecil.

Gambar 1. Peta Provinsi Riau

2
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat wilayah Provinsi Riau diapit oleh dua

kenampakan alam yang sangat kontradiktif, yaitu Pegunungan Bukit Barisan dan

perairan Selat Malaka. Posisi yang demikian ini tentu sangat mempengaruhi kondisi

iklim dan cuaca setempat.

Secara umum Provinsi Riau beriklim tropis basah yang dipengaruhi dua musim,

yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan rata- rata yang diterima

wilayah Provinsi Riau antara 2.000 - 3.000 mm/ tahun dengan rata-rata hujan per tahun

sebanyak 160 hari. Daerah yang paling banyak menerima hujan yaitu Kabupaten Rokan

Hulu dan Kota Pekanbaru. Sementara itu, daerah yang paling sedikit menerima hujan

adalah Kabupaten Siak.

Suhu udara rata-rata Provinsi Riau sebesar 25,9°C dengan suhu maksimun

mencapai 34,4°C dan suhu minimum mencapai 20,1° C. Suhu tertinggi terjadi pada wilayah

perkotaan di pesisir pantai. Sebaliknya, suhu terendah meliputi wilayah gunung dan

pegunungan yang tinggi. Kelembapan udara rata-rata dapat mencapai angka 75%. Sedikit

berbeda untuk wilayah kepulauan di wilayah bagian timur dipengaruhi juga sifat-sifat iklim

laut.

Sebelum dimekarkan.menjadi Provinsi Kepulauan Riau tahun 2002, Provinsi Riau

mempunyai wilayah seluas 329.867,61 km2 yang terdiri atas 235.306 km2 lautan dan

94.561,61 km2 daratan. Setelah pemekaran luas itu berkurang menjadi 107.932,71 km2

yang meliputi 18.782,56 km2 iautan dan 89.150,15 km2 daratan. Kabupaten lndragiri Hilir

dengan luas 13.798,37 km2 merupakan daerah administrasi terluas, sedangkan Kota

Pekanbaru dengan luas 633,00 kmz menjadi daerah administrasi terkecil.

C. Penduduk

3
Berdasarkan data jumlah penduduk Provinsi Riau pada tahun 201 didapatkan

data bahwa jumlah penduduk ialah sebanyak 6.500.971 penduduk yang terdiri dari

3.336.874 penduduk laki-laki dan 3.164.097 penduduk perempuan.

Di kabupaten Siak jumlah penduduk ialah sebanyak 417.498 penduduk yang

terdiri dari 232.553 laki-laki dan 220.499 perempuan.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Riau Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2016

D. Hazard

Gambar 3. Kejadian Bencana Alam

4
Kebakaran hutan (wildfire) adalah keadaan api menjadi tidak terkontrol yang terjadi di
daerah pedesaan atau daerah yang luas. Penyebaran kebakaran dapat berganti arah tanpa di
duga. Masalah yang ditimbulkan dari kebakaran hutan sangat berpengaruh terhadap
berbagai sektor kehidupan seperti gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari, hambatan
transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi dan
gangguan kesehatan.
Dalam peristiwa kebakaran hutan dan atau lahan, terdapat beberapa faktor yang
menjadi penyebabnya. Faktor tersebut adalah penyiapan lahan yang tidak terkendali
dengan cara membakar, termasuk juga karena kebiasaan masyarakat dalam membuka
lahan, kebakaran yang tidak disengaja, kebakaran yang di sengaja (arson), dan kebakaran
karena sebab alamiah.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Sampai saat
ini kebakaran di provinsi ini sangat luas sampai dengan tahun 2015 dengan luas cagar
biosfer yang terbakar 2.398 Ha, dan 21.914 Ha lahan lainnya yang terbakar. Sehingga
menimbulkan asap yang tebal. Dari 12 kabupaten yang berada di Provinsi Riau, kabupaten
yang paling banyak ditemukannya titik api ialah di Kabupaten Siak dikarenakan wilayah
ini terdapat hutan yang akan dibangun untuk industri dan wilayah ini terdiri dari gambut.
Adapun kebiasaan masyarakat dalam menghadapi kabut asap akibat kebakar hutan
adalah sebagai berikut :
1) Memakai masker jika bepergian keluar rumah
2) Konsumsi air putih yang cukup

E. Vulnerability
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.

A. Fisik
Kebakaran menghancurkan keberagaman genetika alamiah, yang membantu
spesies beradaptasi agar tahan terhadap parasit dan penyakit menular. Biomassa
yang terbakar menghasilkan cikal bakal dari ozon di tingkat dasar (troposfer), yang
berdampak terhadap pertumbuhan tanaman dan fotosintesis serta menyebabkan
efek jangka panjang pada struktur dan fungsi ekosistem. Ozon telah terbukti
mengurangi hasil tanaman pangan utama dan mempengaruhi kualitas gizi dari
5
gandum, beras dan kedelai. Ozon dapat pula mengurangi kapasitas lahan untuk
dapat bertindak sebagai penyerap karbon. Material partikulat dalam kabut asap juga
telah terbukti mengurangi curah hujan lokal, yang pada gilirannya, dapat
berdampak pada tanaman yang baru ditanam.

B. Sosio, Ekonomi, dan Pendidikan


Sekitar 33 persen dari jumlah lahan yang terbakar merupakan lahan gambut, yang
menyebabkan kabut asap berbahaya yang menyelimuti wilayah Indonesia dan
kawasan sekitarnya, mengganggu perhubungan, perdagangan, dan pariwisata,
memaksa penutupan sekolah-sekolah, dan memperburuk kesehatan warga
setempat.

F. Capasity
Sebagai ibukota provinsi Riau, memiliki sarana pelayanan kesehatan yang lengkap.
Sampai tahun 2013, kota Pekanbaru telah memiliki 21 unit rumah sakit dan 209 unit
puskesmas yang tersebar di kota ini. Terdapat 1.002 posyandu. Tenaga medis yang
tersedia sebanyak 1.366 dokter, 413 dokter gigi, dan 1.996 bidan.

G. Disaster Management
Pra Bencana
A. Pencegahan
Pencegahan dengan cara memberikan peringatan kepada warga agar dapat
waspada terhadap kebakaran hutan yang akan menyebabkan kabut asap,
diharapkan juga dapat menyadarkan warga untuk melakukan pembakan hutan
secara liar yang akan berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat.
B. Mitigasi
Pada fase ini dilakukan usaha-usaha untuk meredam dan mengurangi bencana
dan juga meredam atau mengurangi dampak bencana. Pada fase ini bidang
kesehatan lebih cenderung pasif, dengan melakukan pengobatan dan upaya
kesehatan yang insidentil dan screening penderita kabut asap melalui
pengobatan massal. Fase ini lebih banyak diperankan oleh institusi lainnya
dengan:

6
a) Pengenalan faktor resiko/Hazard, penyebab-penyebab harus dikenali
b) Rencana mereduksi faktor resiko, jika penyebab dikenali makan faktor
resiko diturunkan atau dihilangkan
c) Rencana mengurangi dampak bencana (Mitigation Plan), jika bencana
tidak dapat dihindari maka dilakukan rencana pengurangan dampak
bencana
Bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di
kawasan yang rawan terkena kabut asap antara lain:
a) Mengetahui akan ancaman kabut asap, dan seberapa besar pengaruhnya
untuk kesehatan
b) Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam
menghadapi bencana seperti pelatihan pertolongan pertama pada
kondisi tanggap darurat dan lain-lain.
C. Kesiapsiagaan
a) Penyusunan dan uji coba bencana penanggulangan kedaruratan bencana
b) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
c) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
d) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat, berupa:
 Memakai alat pelindung diri, seperti masker
 Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk dihubungi.
 Hindari bepergian keluar rumah
 Perbanyak konsumsi air mineral
 Hindari berkendara jika kabut asap semakin menebal
e) Penyiapan lokasi evakuasi
f) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana, dan penyediaan dan penyiapan bahan, barang,
dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti :


1. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK (Ambulance, Peralatan, Obat-
obatan).
2. Menyiagakan Brigada siaga Bencana (BSB).
7
3. Melaksanakan rencana kontingensi (pendelegasian tugas) dengan
membentuk Gugus Tugas untuk menempati Pos-Pos tertentu yang sudah
ditentukan melalui kesepakatan rapat evaluasi bencana.

You might also like