Professional Documents
Culture Documents
A. Teori Aerodinamika
Dalam keseharian pada temperatur normal bentuk dasar dari suatu
bahan umumnya terbagi menjadi tiga sifat, yaitu; zat padat, zat cair dan zat
gas, walaupun ada pula yang mempunyai sifat sifat ganda. Sebuah zat padat
umumnya mempunyai bentuk tertentu dan bila dilihat dari struktur
molekulnya, zat padat memiliki jarak antar-molekul yang lebih rapat serta
gaya kohesi antar-molekul yang lebih besar dibandingkan zat lainnya
sehingga zat padat tidak mudah berubah bentuk.
Suatu benda yang terbenam dalam fluida yang bergerak, atau
sebaliknya benda tersebut bergerak terhadap fluida yang diam, mengalami
suatu gaya. Gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut seringkali disebut
sebagai gaya-gaya aerodinamika. Dalam semua kasus aerodinamika, gaya-
gaya aerodinamika yang bekerja pada benda berasal hanya dari dua sumber
dasar ialah distribusi tekanan dan tegangan geser pada permukaan benda.
B. Airfoil dan Nomenklatur dan Gambar
Nomenklatur airfoil
c, panjang chord : panjang dari LE ke TE dari penampang sayap yang
sejajar dengan sumbu simetri vertikal
mean camber (garis camber rata-rata) : garis tengah antara permukaan atas
dan bawah
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
Leading edge (LE) adalah titik yang paling depan pada garis camber
rata-rata, trailing edge (TE) adalah paling belakang titik pada garis
camber rata-rata
camber : jarak maksimum antara garis camber rata-rata dan chord line,
diukur tegak lurus dengan chord line
0 camber or uncambered berarti airfoil simetris atas dan di bawah
chord line
thickness atau ketebalan : jarak antara permukaan atas dan permukaan
bawah diukur line tegak lurus dengan garis camber rata-rata
C. Peristiwa Stall
Peristiwa stall pada airfoil sangat penting dan harus diperhatikan pada
perancangan pesawat terbang, rotor helikopter, dan propeller.
Terjadinya gradien tekanan yang negatif akan menyebabkan adanya
kecenderungan lapisan batas memisahkan diri dari permukaan airfoil. Maka
apabila sudut serang bertambah besar, gradien tekanan yang negatif tersebut
menjadi semakin kuat, sehingga pada harga α tertentu (sudut serang ‘stall’)
aliran udara akan terlepas dari permukaan atas airfoil. Jika terjadi pemisahan
(separasi), besarnya gaya angkat akan turun dengan cepat dan tahanan (drag)
tiba-tiba naik, seperti yang ditunjukkan oleh titik B pada Gambar.
CL
b. Airfoil berpunggung :
CL
αL-0 α
Chamber
Korda
2
L = Cl V S
2
Keterangan : L = Gaya angkat sayap
Cl = Koefisien gaya angkat yang dipengaruhi
oleh sudut landa terhadap udara
= Rapat massa udara
V = Kecepatan aliran udara terhadap sayap
S = Luas sayap
2. Gaya Weight
Gaya Weight adalah gaya tarik gravitasi bumi yang menarik
pesawat kebawah (berlawanan dengan arah gaya lift) dimana besarnya
tergantung pada massa pesawat.
Seperti telah diterangkan pada bagian terdahulu, gaya angkat
sayap bekerja untuk melawan gaya gravitasi bumi yang selalu berusaha
menarik pesawat terbang untuk mendekati bumi. Apabila pada suatu
pesawat terbang gravitasi dan gaya angkat pesawat berada pada tahap
kesetimbangan, maka pesawat terbang tersebut akan mengambang di
angkasa.
Pada pesawat terbang sedang bergerak ke atas, gaya yang
bekerja pada sayap adalah lebih besar daripada gravitasi yang bekerja
pada pesawat itu. Hal yang sebaliknya terjadi pada pesawat terbang
yang menukik ; gravitasilah yang dominan.
3. Gaya Drag
Gaya jenis lainnya yang umum juga bekerja pada sebuah
pesawat terbang ialah gaya gesekan udara, yang bekerja menghambat
gerakan pesawat terbang itu sendiri. Untuk pesawat terbang yang
bergerak melaju ke muka, gaya gesekan udara-yang sering dikenal
sebagai “Drag”-bekerja dengan arah ke belakang.
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
Gaya Drag, yaitu gaya yang dihasilkan oleh fluida (udara) yang
menghambat gerakan pesawat karena arahnya berlawanan dengan arah
gerak pesawat.
Besarnya gaya drag ini sangat menentukan apakah suatu
pesawat terbang akan dapat melaju dengan ringan dan cepat atau tidak.
Pada prinsipnya, gaya yang ditimbulkan karena gesekan udara
ini dipengaruhi oleh luas permukaan dan bentuk dari pesawat terbang itu
sendiri. Umumnya bagian yang paling luas permukaannya dari sebuah
pesawat terbang ialah sayapnya. Oleh karena itu dalam dunia
penerbangan dikenal pula perhitungan drag ini berdasarkan luas
permukaan sayap.
Gaya drag dapat dirumuskan sebagai berikut:
D = Cd S V2
2
Keterangan :
D = Drag (gesekan udara)
Cd = Coefisien drag
= rapat massa udara
S = Luas sayap
V = kecepatan relatif
Seperti telah diterangkan di bagian terdahulu, sebuah pesawat
model akan dapat terbang dengan suatu kecepatan tertentu jika gaya-
gaya yang bekerja padanya berada dalam keadaan seimbang.
4. Gaya Tarik
Gaya Trust, yaitu gaya dorong pada pesawat yang dihasilkan
oleh mesin pesawat yang akan mendorong pesawat kearah depan
(berlawanan dengan arah gaya drag).
Gaya tarik atau gaya dorong (Thrust) bekerja searah dengan arah
gerakan pesawat terbang, dan bertugas untuk mempertahankan kondisi
agar pesawat dapat tetap melaju dengan kecepatan tertentu.
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
keterangan gambar:
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
b) Hukum Newton II
Menyatakan bahwa gaya sama dengan perbedaan momentum
(massa dikali kecepatan) tiap perubahan waktu.
2. Hukum archimedes
Hukum Archimedes mengatakan bahwa "Jika suatu benda
dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat
tekanan keatas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang
terdesak oleh benda tersebut".
Keterangan :
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
g = Gravitasi (N/Kg)
3. Hukum Pascal
Hukum Pascal menyatakan bahwa “tekanan yang diberikan zat
cair dalam ruang tertutup dteruskan ke segala arah dengan sama
besar”. Perbedaan tekanankarena perbedaan kenaikan zat cair
diformulakan sebagai berikut:
Dimana :
ΔP : tekanan hidrostatik (Pa)
ρ : kepekatan zat cair (kg/m3)
g : kenaikan permukaan laut terhadap gravitasi bumi (m/s2)
ΔH : perbedaan ketinggian fluida (m)
4. Hukum Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida
yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada
kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran
tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari
Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu
titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi
di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama
ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli.Dalam
bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk
persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-
termampatkan (incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida
termampatkan (compressible flow).
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
Aliran Tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan
dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida
di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air,
berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk
aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:
di mana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
Aliran bersifat tunak (steady state)
Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll.
Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:
di mana:
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
5. Persamaan Kontiunitas
Massa fluida yang bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta
ini membimbing kita pada hubungan kuantitatif penting yang disebut
persamaan kontinuitas.
Keadaan yang sama terjadi pada bagian kedua. Laju aliran massa
yang melewati A2selama rentang waktu ∆t adalah:
Atau
ρ.A.V = konstan (tetap)
G. Definisi
5. Krüger flaps, yaitu flap yang terletak pada leading edge, yang
fungsinya sebagai penambah luas sayap dan memperbesar lift
namun juga sekaligus memperbesar drag.
6. Slats, merupakan flap yang terletak di leading edge dengan fungsi
yang sama.
7. Three slotted inner flaps, flap yang letaknya mendekati wing root.
8. Three slotted outer flaps, flap yang letaknya mendekati wingtip.
9. Spoilers, fungsinya ialah untuk mengurangi gaya lift sesaat setelah
mendarat.
10. Spoilers Air-brakes, spoiler yang berfungsi untuk mengurangi lift
dan memperbesar drag sehingga pesawat seperti direm karena
gerak pesawat tertahan oleh drag yang dihasilkan.
e. Ekor (tail) adalah bagian pesawat yang terdiri dari komponen struktur
dengan permukaan horizontal dan vertical befungsi sebagai stabilisator.
f. Elevator adalah bagian dari pesawat yang berfungsi untuk menaikkan atau
menurunkan hidung pesawat.
h. Stabilizer adalah bagian dari pesawat yang menjaga agar pesawat stabil
terhadap arah angin.
Helikopter bisa terbang karena gaya angkat yang dihasilkan oleh aliran
udara yang dihasilkan dari bilah-bilah baling-baling rotornya. Baling-baling itu
yang mengalirkan aliran udara dari atas ke bawah. Aliran udara tersebut
sedemikian deras sehingga mampu mengangkat benda seberat belasan ton.
Teorinya sebenarnya cukup sederhana namun prakteknya rumit.
Airfoil
Pada dasarnya, prinsip dasar terbang dari pesawat bersayap tetap (fixed
wing) dengan helikopter yang dikenal juga pesawat bersayap putar pada dasarnya
tetap. Kuncinya ada pada dua kekuatan besar yang bekerja terpadu, menghasilkan
gaya angkat dan daya dorong yang besar.
Kekuatan besar lainnya adalah gaya dorong yang dihasilkan aliran udara
yang ada di permukaan sayap bagian atas yang bentuknya relatif lengkung. Ketika
aliran udara yang dihasilkan oleh mesin mengalir ke belakang dan melalui sayap
utama maka aliran udara itu terpecah. Aliran udara yang mengalir di atas
permukaan sayap bagian atas lebih deras dari aliran udara yang menerpa di
permukaan sayap bagian bawah. Tetapi tekanan udara yang mengalir deras di atas
permukaan sayap atas, relatif lebih kecil dibanding dengan tekanan udara di
permukaan sayap bagian bawah yang justru alirannya kurang deras. Perbedaan
tekanan udara ini yang menyebabkan sayap pesawat terangkat ke atas. Untuk
membayangkan seberapa besar gaya angkat itu, secara teori menyebutkan bahwa
perbedaan tekanan udara sebesar 2.5 ounce per inci persegi dapat menghasilkan
gaya angkat 20 pound per kaki persegi ( 1 kaki = 20 cm). Bisa dihitung, kalau luas
sayap pesawat 1000 kaki persegi maka gaya angkat yang dihasilkan akan
mencapai 10 ton.
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
mengurangi berat helikopter sehingga helikopter itu terangkat. Dan bila helikopter
itu terangkat, berarti terjadi keseimbangan berat antara udara yang dipindahkan
dari atas ke bawah dengan bobot helikopternya. Untuk mengoperasikan helikopter
itu ada alat kemudi yang biasa disebutcollective pitch dan cyclic pitch masing-
masing berfungsi sebagai pengatur gaya angkat dan pendorong helikopter untuk
melaju ke depan. Begitu sederhana cara kerjanya, tetapi mentransformasikannya
dalam sebuah teknologi sungguh pekerjaan yang sangat rumit.
Tail rotor
Begitu pula halnya dengan konfigurasi rotor, bukan hanya sekedar bisa
berputar lalu terbang dan mengambang. Sebab setap baling-baling diputar akan
selalu menimbulkan tenaga putaran yang disebut dengan istilah umum torque.
Untuk menghilangkan atau menangkal tenaga putar yang bisa menyebabkan
badan helikopter itu berputar, maka perlu dipasang antitorque.
Antitorque ini dapat berupa tail rotor atau rotor ekor yang dipasang pada
ekor pesawat yang juga berfungsi sebagai rudder. Konfigurasi ini dapat dilihat
pada helikopter umumnya seperti Bell-412, Bell-205 atau UH-1 Huey, atau NBO-
105, dan AS-330 Puma atau AS-335 Super Puma, AH-64 APACHE atau Mi-24
HIND. Selain menggunakan tail rotor, masih ada beberapa desai yang lain.
Misalnya yang menggunakan sistem tandem seperti yang digunakan pada
helikopter Boeing CH-47 Chinook atau CH-46 Sea Knight. Kedua rotor tersebut
yang bersama-sama berukuran besar masing-masing ditempatkan di depan dan di
belakang badan helikopter. Keduanya simetris namun memiliki putaran yang
berlawanan arah . Maksudnya untuk saling meniadakan efek putaran yang
ditimbulkan satu sama lain, intermesh dalam bahasa populernya. Cara lain adalah
dengan konfigurasi egg-beater. Konfigurasi rancang bangun seperti ini digunakan
pada helikopter Ka-25 Kamovbuatan Rusia atau Kaman HH-43 Husky. Kedua
baling-baling yang sama besarnya itu diletakkan dalam satu poros, terpisah satu
sama lain dimana yang satu diletakkan diatas rotor lainnya. Keduanya berputar
berlawanan arah. Maksudnya untuk menghilangkan efek putaran atau torque.
Selain ketiga cara diatas, dibuat juga konfigurasi tanpa rotor ekor.
Helikopter ini desebut NOTAR (No Tail Rotor) ini memiliki sistem yang sedikit
berbeda dengan sistem yang ada dimana memanfaatkan semburan gas panas dari
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOEFISIEN LIFT (KL)
mesin utama yang disalurkan melalui tabung ekor. Contohnya adalah helikopter
MD-902 Explorer.
Rotor Aktif atau Tilt Rotor dan Sayap Aktif atau Tilt Wing
Tinggal landas dan mendarat ala helikopter tetapi berkarakter terbang
macam pesawat bersayap tetap merupakan konsep yang dianut oleh helikopter
jenis ini. Cara paling mudah adalah menggabungkan konsep kerja pesawat
helikopter dengan pesawat bersayap tetap dalam satu wujud.
Prinsip kerjanya secara teknis bila rotor utama diarahkan ke atas maka
gerakan vertikal yang dilakukan helikoter dapat dilakukan sedangkan saat rotor
diarahkan ke depan atau ke belakang (sebagai pursher atau pendorong) maka
karakter terbang seperti pesawat tetap dapat diperoleh. Gerakan rotor seperti ini
tidak perlu melibatkan sayap.
lontar yang dirancang khusus seperti Zvesda K-37-800. Langkah kerjanya adalah
ketika kursi lontar diaktifkan, maka rotor diledakkan dan lepas dari
kedudukannya, kemudian kedua sisi atas kaca kokpit membuka dan roket penarik
aktif yang menarik pilot dan kirsinya keluar dari badan heli. Meski dirasa rumit,
Helikopter masa depan akan dilengkapi dengan kursi lontar
Penemuan Helikopter