You are on page 1of 25

PERAWATAN ANGKAT JAHITAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi
yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang
berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana
pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan.
Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang
tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka.

1.2 tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka: Luka Bersih, Luka Basah, Menjahit
Luka, dan Mengangkat Jahitan. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Pengertian Luka
2. Penyembuhan luka
3. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4. Perawatan luka

1.3 Metode Penulisan


Metode yang di pakai dalam makalah ini adalah :
1) BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari : latar belakang , tujuan dan metode penulisan .
2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang terdiri dari :definisi perawatan luka, cara mengangkat dan
mengambil jahitan,
3) BAB III PENUTUP yang terdiri dari : kesimpulan dan saran baik saran bagi institusi maupun bagi
mahasiswa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Perawatan Angkat Jahitan
2.1.1 Definisi Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis,
sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis;
dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai
ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

c. Delayed primary healing (tertiary healing)


Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut
dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu.
Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam
jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan
berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis
jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing)atau jika menunjukkan tanda-
tanda infeksi.
2.1.2 Mekanisme Terjadinya Luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)

2.1.3 Proses Penyembuhan Luka


1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang
tindih (overlap)
2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
3. Fase penyembuhan luka :
a. Fase inflamasi :
 Hari ke 0-5
 Respon segera setelah terjadi injuri
 Pembekuan darah
 Untuk mencegah kehilangan darah
 Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
 Fase awal terjadi haemostasis
 Fase akhir terjadi fagositosis
 Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b. Fase proliferasi or epitelisasi
 Hari 3 – 14
 Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
 Luka nampak merah segar, mengkilat
 Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,
fibronectin and hyularonic acid
 Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian
luka
 Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c. Fase maturasi atau remodelling
 Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
 Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
 Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
o Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.

2.2 Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka


1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutrisi
5. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
7. Nyeri (causes vasoconstriction)
8. Corticosteroids (depress immune function)

2. 3 Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya
hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan
dalam jurnal Naturetentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini
antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum
dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan
yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini.

2.4. Perawatan Luka Bersih


Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya luka
yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya
mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

2.4.1 Alat dan Bahan:


1. Pinset Anatomi
2. Pinset Cirurgis
3. Arteri Klem
4. Gunting angkat jahitan steril
5. Lidi kapas(lidi yang diberi/dilapisi kapas pada ujungnya)
6. Kasa steril
7. Mangkok steril
8. Gunting pembalut
9. Plester
10. Alkohol 70 %
11. Larutan H2O2, savlon/lisol atau larutan lainnya sesuai dengan kebutuhan
12. Obat luka
13. Gunting perban
14. Bengkok
15. Handscoon steril

2.2.4 Prosedur Kerja


1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Gunakan sarung tangan steril.
4. Buka plester dan balutan menggunakan pinset.
5. Bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimat, H2O2, Boorwater, NaCl 0,9% atau
lainnya sesuai dengan keadaan luka, lakukan hingga bersih.
6. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit keatas, kemudian gunting benang dan
tarik dengan hati-hati lalu dibuang pada kasa yang disediakan.
7. Tekan daerah sekitar luka hingga pus/nanah tidak ada.
8. Berikan obat luka.
9. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril.
10. Lakukan pembalutan.
11. Catat perubahan keadaan luka.
12. Cuci tangan.
2.5 Perawatan Luka Basah
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen
(pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma
atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement
Tujuan :
1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3. Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Persiapan alat :
1. Bak balutan steril :
 Kapas balut atau kasa persegi panjang
 Kom kecil 2 buah
 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
 Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
 Sarung tangan steril jika perlu
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok 2 buah
 Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas
 Bengkok 2 untuk sampah
4. larutan Nacl 0,9 %
5. Gunting plester dan sarung tangan bersih
6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi
Prosedur :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2. Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3. Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan
pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5. Cuci tangan
6. Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi
kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit
bersihkan dengan kayu putih
8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan
lapis demi lapis
9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9
%)
10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung,
lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil.
Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13. Kenakan sarung tangan steril
14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang
nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin.
Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi
16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam
maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan
masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab
17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka.
Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan
pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam
20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali
posisi yang nyaman
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
Perhatian :
- Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat
menimbulkan rasa nyeri pada klien
- Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan
puncak efek obat
- Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular
seperti percikan dari luka
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
3.2 saran
Semoga makalah ini dapat di manfaatkan oleh semua para pembaca khususnya oleh DIII
kebidanan dalam praktek klinik pendidikan kebidanan dalam mencangkup aspek pengangkatan
luka jahitan.

DAFTAR PUSTAKA
A aziz alimul hidayat.AAA & uliyah musrifatul.2009.KDPK untuk kebidanan.jakarta .salemba
medika

KAPAN JAHITAN PADA LUKA HARUS DIANGKAT?


Jahitan luar pada luka memang harus diangkat, karena bisa menimbulkan alergi
dan menjadi benda asing bagi tubuh. Ini biasanya pada jahitan luar yang tidak bisa
diabsorpsi oleh tubuh. Meskipun bahannya sudah dibikin sintetis dan aman bagi
tubuh, namun resiko penolakan dari tubuh akan selalu ada.

Pada bebarapa kasus ada orang yang memang alergi terhadap benang jahit,
sehingga timbul kemerahan pada luka jahitan. Biasanya pada kondisi ini proses
penyembuhan luka akan menjadi terganggu. Beberapa dokter bedah memang
memiliki alternative dengan memberikan penahan luka seperti steril strip daripada
menggunakan jahitan luar pada luka tersebut.
Namun pada kasus daerah luka yang bergerak memang tidak memungkinkan untuk
diberikan steril strip, karena luka akan mudah terbuka. Solusinya akan tetap diberi
jahitan luar dengan memberikan obat-obatan anti alergi untuk mengatasi reaksi
alergi pada luka operasi. Memang akan jadi dilemma namun prinsipnya luka harus
tetap tertutup agar bisa sembuh dengan segera.

Setiap benang jahitan memang memiliki masa absorpsi oleh tubuh, kecuali jahitan
luar akan tahan sangat lama. Jahitan dalam biasanya akan terabsorpsi oleh tubuh
dan tidak perlu diangkat. Sedang jahitan luar diangkat setelah proses
penyembuhan luka sudah sempurna, artinya luka sudah kering dan menutup.

Namun tidak menutup kemungkinan jahitan luar diangkat lebih awal. Biasanya
pada kasus infeksi pada luka, jahitan harus dibuka agar pus atau nanah bisa keluar
dari luka tersebut. baru setelah infeksi teratasi maka bisa dijahit lagi. Memang
perawatan luka jahitan sangat penting meski itu luka operasi bersih. Apalagi pada
luka operasi kotor atau terkontaminasi.

Perawatannya akan semakin ketat pada luka yang terkontaminasi, tidak hanya
dilihat kondisi jahitannya saja. Tapi kondisi luka juga harus dimonitor, adanya
peradangan, bengkak juga harus diwaspadai. Bila kondisi luka oke biasanya jahitan
luar akan diangkat 1-2 minggu tergantung lokasi dari luka tersebut.

Memang pada daerah luka yang bergerak biasanya jahitan luar akan dipertahankan
lebih lama sampai luka sudah cukup menutup dan tidak terbuka oleh gerakan.
Namun pada daerah luka yang tidak bergerak bisa lebih cepat angkat jahitan
luarnya. Seperti pada operasi cesar yang bersih, biasanya seminggu sudah dilepas
jahitan luarnya.
Pada kasus luka di daerah wajah yang berupa luka bersih biasanya dilakukan
jahitan subcuticuler. Ini untuk kosmetika agar tidak terlalu timbul scar atau bekas
luka, namun pada kondisi luka kotor yang terkontaminasi, biasanya akan diberikan
jahitan luar. Memang kemungkinannya akan terjadi scar, namun itulah resiko dari
luka kotor pada daerah wajah. Resiko infeksi selalu menjadi perhatian utama pada
penentuan kapan jahitan akan diangkat, maka monitor luka menjadi sangat penting
dilakukan.

1.

1
Pastikan kondisi jahitan luka Anda sudah aman untuk dilepas. Pada kasus-kasus tertentu,
Anda sama sekali tidak boleh mengangkat sendiri jahitan luka. Jika jahitan itu diberikan setelah
prosedur operasi atau jika perkiraan waktu kesembuhan (umumnya 10-14 hari) belum lewat,
mengangkat sendiri jahitan tersebut sendiri dapat mengakibatkan risiko infeksi yang lebih besar
dan dapat mencegah luka Anda sembuh dengan benar. [1]

 Ingatlah, jika Anda pergi ke dokter, bekas jahitan luka di kulit Anda seringkali ditutup dengan
plester seusai pengangkatan jahitan untuk terus memfasilitasi proses penyembuhan. Jika Anda
mengangkat jahitan itu di rumah, Anda mungkin tidak akan mendapat perawatan penuh yang
Anda butuhkan.
 Jika Anda ingin mengecek ulang apakah waktunya sudah tepat untuk mengangkat jahitan luka,
teleponlah dokter Anda. Ia akan memberi tahu Anda kapan waktu yang aman untuk
melakukannya.
 Jika luka Anda tampak merah atau lebih perih, jangan lepas jahitan Anda. Temui dokter. Anda
mungkin mengalami infeksi.
 Ingatlah bahwa pada banyak kasus, Anda dapat mengangkat jahitan luka tanpa perjanjian
terlebih dahulu dengan dokter. Anda mungkin dapat langsung datang dan meminta jahitan Anda
dilepas. Teleponlah dan tanyakan pada dokter Anda.
2.

2
Pilih alat untuk memotong benang jahitan Anda. Gunakan gunting operasi yang tajam jika
memungkinkan. Gunting kuku yang tajam juga dapat digunakan. Hindari menggunakan segala
jenis peralatan yang ujungnya tumpul. Jangan gunakan pisau karena pisau mudah terselip.
3.

3
Sterilkan peralatan memotong dan pinset Anda. Masukkan ke dalam mangkuk berisi air
mendidih selama beberapa menit, angkat, keringkan dengan tisu bersih, lalu oles dengan bola
kapas yang sudah direndam dalam alkohol. Hal ini dapat memastikan alat potong dan pinset
untuk tidak memindahkan bakteri ke tubuh Anda.
4.

4
Kumpulkan peralatan Anda lainnya. Ada beberapa hal lain yang harus Anda siapkan, seperti
perban steril dan salep antibiotik jika Anda perlu mengobati area kulit yang berdarah. Anda
seharusnya tidak perlu menggunakan peralatan ini; jika luka Anda sudah sembuh benar, Anda
tidak memerlukan perban. Tetapi, tidak ada salahnya bersiap-siap.
5.

5
Cuci dan sterilkan bagian yang dijahit. Gunakan air sabun, dan keringkan dengan handuk
bersih. Siapkan bola kapas yang telah ditetesi alkohol untuk membersihkan area sekitar jahitan
lebih lanjut. Pastikan area tersebut benar-benar bersih sebelum berlanjut ke langkah berikut.

Bagian 2
Mengangkat Jahitan Luka
1.

1
Duduklah di tempat dengan pencahayaan memadai. Anda harus dapat melihat setiap jahitan
luka dengan jelas untuk bisa mengangkatnya dengan baik. Jangan mencoba mengangkat
jahitan itu di tempat yang terlalu gelap atau Anda akan melukai diri sendiri.
2.

2
Angkat simpul pertama. Gunakan pinset untuk menarik lembut simpul jahitan pertama di
permukaan kulit Anda.
3.

3
Potong jahitan. Dengan menahan simpul tadi di atas kulit Anda, gunakan tangan Anda yang
lain untuk menggunting dan memotong jahitan di samping simpul.[2]
4.

4
Tarik benang. Gunakan pinset untuk terus mengangkat simpul dan pelan-pelan tarik benang ke
luar melalui kulit Anda. Anda mungkin akan merasakan sedikit tekanan pada kulit Anda, tetapi
seharusnya tidak akan sakit.

 Jika kulit mulai berdarah saat Anda mencoba mengangkat jahitan, maka jahitan Anda belum
siap untuk dilepas. Hentikan apa yang sedang Anda lakukan dan pergilah ke dokter untuk
mengangkat jahitan yang masih tersisa.
 Hati-hati, jangan menarik simpul melalui kulit Anda. Simpul ini dapat tersangkut pada kulit dan
menyebabkan pendarahan.
5.

5
Teruslah mengangkat jahitan. Gunakan pinset untuk mengangkat simpul, kemudian potong
dengan gunting. Tarik benang ke luar dan buang. Teruskan hingga seluruh jahitan terlepas.
6.

6
Bersihkan luka. Pastikan tidak ada residu yang tersisa pada area luka. Jika Anda ingin, Anda
dapat membalut luka tersebut dengan perban steril untuk kesembuhan lebih lanjut.

Bagian 3
Perawatan Paska-Pengangkatan
1.

1
Kunjungi dokter jika terjadi masalah apa pun. Jika area luka membuka kembali, Anda perlu
mendapat jahitan lagi. Sangat penting untuk segera mengunjungi dokter jika ini terjadi.
Membalut luka itu dengan perban dan mencoba menyembuhkannya tanpa jahitan baru tidak
akan cukup.
2.

2
Lindungi luka dari cedera baru. Kulit mendapat kekuatannya kembali dengan lambat. Ketika
Anda mengangkat jahitan luka, kekuatan kulit hanya sekitar 10 persen dari kekuatan
normalnya. Jangan berlebihan menggunakan bagian tubuh yang pernah dijahit.
3.

3
Lindungi luka dari sinar ultraviolet. Sinar ini bersifat merusak bahkan pada jaringan kulit
yang sehat. Gunakan tabir surya jika luka Anda terpapar matahari atau saat berjemur untuk
menggelapkan warna kulit.
4.

4
Oleskan Vitamin E. Vitamin ini dapat membantu proses penyembuhan, tetapi hanya boleh
digunakan jika luka Anda benar-benar sudah menutup.

You might also like