You are on page 1of 4

TUGAS MANAJEMEN RANTAI PASOK

Nama : Satrio Agi Nugraha


NRP : 4116202203

Mengapa Self Propelled Container Barge (SPCB) Digunakan?

Saat pertama kali era pengangkutan barang menggunakan kapal kontainer


mulai marak di Indonesia, terjadi perubahan yang cukup signifikan terhadap alat
angkut laut yang digunakan untuk mengirim barang. Pengangkutan general cargo
mengunakan kontainer di Indonesia lebih disukai. Banyak alasan menjadi dasar
pemilihan kontainer dibanding pengangkutan cargo secara biasa, beberapa alasan
adalah :
1. Mempunyai sistem perlindungan yang terstandarisasi, sehingga lebih aman
dalam melindungi cargo.
2. Bentuk kontainer yang homogen sehingga dalam pengangkutan sangat
mudah dalam hal loading, unloading, dan handling muatan.
3. Mempunyai banyak pilihan jenis kontainer dalam penanganan storage.

Perkembangan kontainer sendiri menjadi sangat pesat dikarenakan


keamanan barang yang lebih terjamin, kecilnya resiko kerusakan barang, biaya
yang lebih murah, proses pelayanan lebih cepat, kapasitas angkut lebih besar, dan
yang paling penting adalah perpindahan barang melalui kontainer terintegrasi
antara moda transportasi laut dengan moda transportasi darat. Namun,
permasalahan yang terjadi adalah alat angkut transportasi darat untuk kontainer
berupa truk telah sangat mendominasi jalan-jalan yang ada di Indonesia sehingga
beban serta volume jalan meningkat oleh adanya truk kontainer yang
mendominasi jalur darat. Permasalahan ini biasa terjadi di wilayah Pantai Utara
Pulau Jawa (Pantura) dimana arus lalu lintas di daerah tersebut sering terjadi
kemacetan dengan banyak kendaraan yang didominasi oleh truk kontainer baik
dari arah Timur ke Barat maupun Barat ke Timur. Penggunaan self propelled
container barge (SPCB) dinilai sangat efisien karena dapat mengatasi
permasalahan pada pengangkutan menggunakan moda transportasi truk kontainer
tersebut untuk dapat dialihkan melaui jalur laut, terutama dalam operasi Short Sea
Shipping (SSS). Short Sea Shipping (SSS) itu sendiri didefinisikan sebagai
angkutan komersial dengan kapal yang tidak melintasi lautan. Short Sea Shipping
(SSS) merupakan pola angkutan komersial yang memanfaatkan aliran sungai dan
perairan pesisir pantai untuk memindahkan barang komersial dari pelabuhan
utama ke tujuan dimana pelabuhan-pelabuhan yang dilayani oleh SSS adalah
pelabuhan domestik. Perbandingan yang cukup mencolok ketika melihat satu
kapal SPCB apabila memiliki kapasitas angkut sebesar 2000 TEUS, maka
sebanding dengan 1000 truk kontainer ukuran 2 TEUS yang akan beroperasi di
jalan darat. Jika ada realisasi pembangunan pelabuhan kecil di beberapa wilayah,
terutama wilayah yang terpencil dan pedalaman, maka adanya self propelled
container barge (SPCB) akan sangat penting dalam menjalankan peranannya.
SPCB dapat beroperasi pada pelabuhan dengan draft rendah dan pelabuhan yang
tidak memiliki alat bongkar muat (loading / unloading) sendiri (jika di atas barge
terpasang crane). Serta SPCB dapat menjadi moda transportasi yang efektif untuk
mendistribusikan kontainer secara massal antar pelabuah besar maupun pelabuhan
kecil, sehingga mengurangi beban jalur darat yang harus mengangkut satu
kontainer untuk setiap satu truk. Selain itu SPCB tersebut dapat digunakan
sebagai buffer kapal kontainer yang sedang loading / unloading pada pelabuhan
sehingga kapal tidak harus merapat ke dermaga dan dilayani oleh crane dermaga.

Gambar 1 Contoh Self Propelled Container Barge MV. Sinar Jambi


SPCB itu sendiri merupakan sebuah inovasi dan merupakan konversi dari
kapal tongkang self propelled coal barge yang biasa digunakan untuk mengangkut
batu bara, kemudian ketika muncul kebutuhan akan pengiriman muatan
menggunakan kontainer, maka muncul sebuah inovasi baru yang mengganti
mutan coal menjadi muatan container sehingga terwujudlah kapal tongkang baru
self propelled container barge (SPCB) yang mulai marak dipakai pada periode
tahun 2006. SPCB selain digunakan dalam Short Sea Shipping (SSS), juga biasa
digunakan untuk angkutan inland waterways (angkutan sungai, danau, dan
sejenisnya). Diketahui bahwa sebagian wilayah pedalaman Indonesia memiliki
sungai-sungai besar seperti yang ada di Pulau Kalimantan. Keberadaan sungai
tersebut dapat menjadi solusi maupun alternatif dalam menunjang peningkatan
layanan logistik terhadap daerah-daerah terpencil. Karakteristik sungai yang tidak
memiliki draft yang cukup dalam menjadi sebuah tantangan bagi wilayah tersebut
untuk dapat memanfaatkannya sebagai jalur logistik. Dengan adanya SPCB yang
dapat menjangkau daerah dengan draft yang tidak cukup dalam, maka SPCB bisa
menjadi solusi untuk meningkatkan layanan logistik di wilayah tersebut, operasi
ini biasa disebut Container on Barge (COB) Delivery.

Gambar 2 Perbedaan Tiga Moda Transportasi Pengangkut Kontainer


Container on Barge (COB) Delivery juga merupakan salah satu pilihan
sistem transportasi untuk daerah pedalaman di masa depan. COB menggunakan
sungai yang ada dan sistem jalur aliran sungai yang tidak memerlukan banyak
infrastruktur dan dukungan seperti halnya rel dan sistem jalan darat. Selain itu, ini
adalah cara yang ideal untuk mengangkut bahan berbahaya karena tongkang tetap
di sungai dan setiap tumpahan akan terbatas di tongkang atau hilang tercecer di
sungai. Penggunaan COB juga lebih ramah lingkungan dari rel atau truk kontainer
karena membutuhkan lebih sedikit bahan bakar gas ataupun solar dan juga kereta
api atau truk kontainer memiliki lebih sedikit dampak pada jalan raya dan sistem
rel kereta api yang sudah padat. Kelebihan dari COB dengan menggunakan kapal
self propelled container barge ini akan memiliki dampak yang cukup besar
tergantung pada seberapa besar muatan yang akan diangkut dan kesesuaian antara
supply dan demand yang terjadi dalam operasi pengiriman COB.

You might also like