You are on page 1of 8

MAKALAH TENTANG

PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH


TENAGA KESEHATAN DI FASILITAS
KESEHATAN

Disusun oleh :
DWI INDAH SAFITRI, A.Md.Keb
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, akhirnya makalah dengan judul “Pertolongan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan“ dapat saya selesaikan. Makalah
Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ini untuk
melengkapi tugas saya di bagian kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Kebidanan & Penyakit Kandungan di Puskesmas
Pembantu Pendreh.
Melalui makalah yang berjudul Pertolongan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan ini yang diharapkan dapat menunjang
nilai penulis selama menjalani kepaniteraan klinik. Selain itu,
dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi &
pengetahuan baru bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dpt
bermanfaat.
Muara Teweh, Desember 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti – nantikan oleh setiap
keluarga, tetapi juga dapat menjadi saat kegelisaah dan keprihatinan sebagai resiko
dari kehamilan dan atau proses persalinan yang akan dihadapi. Kematian seorang
ibu dalam proses persalinan atau akibat lain yang berhubungan dengan kehamilan
merupakan suatu pengalaman yang menyedihkan bagi keluarga dan anak yang
ditinggalkannya.
Potensi resiko pada suatu kehamilan dan persalinan selalu bisa terjadi, baik rendah
maupun tinggi untuk terjadinya komplikasi obstetri, yang dapat menyebabkan
kematian / kesakitan / kecacatan / ketidakpuasan atau ketidaknyamanan. Kondisi
nyata di Indonesia menunjukkan Angka Kematian Ibu / AKI masih sangat tinggi, yaitu
373/100.000 KH, dengan jumlah kasus perdarahan 45,5%, eklampsia 12,9%, aborsi
11,1%, sepsis post partum 9,6%, partus lama 6,5%, anemia 1,6% dan penyebab
tidak langsung 14,1%.
Salah satu indikator proses yang penting dalam program safe motherhood
(perlindungan terhadap ibu) adalah memperhatikan seberapa banyak persalinan
yang dapat ditangani oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia walaupun menunjukkan kenaikan yang signifikan, namun jangkauannya
masih rendah dan akibat dari masih ada persalinan oleh tenaga non kesehatan maka
merupakan penunjang tingginya angka kematian ibu.
Pelayanan dukun yang dirasa lebih baik membuat masyarakat desa cenderung
meminta pertolongan pada dukun bayi. Pelayanan ekstra yang diberikan dukun
tersebut antara lain secara rutin memandikan bayi, merawat, memijat bayi dan ibu
nifas, mencuci pakaian, membuat jamu, serta memandu acara-acara ritual kelahiran
bayi yang masih menjadi budaya kental yang berlaku di kalangan masyarakat desa.
Sebagai contoh di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Pendreh, beberapa
cenderung memanfaatkan tenaga bidan hanya untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan saja, sedangkan untuk pertolongan persalinannya banyak yang memilih
melahirkan di dukun.
Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga yang tidak
profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan berupa
kematian ibu dan atau kematian bayi. Jika kondisi ini dibiarkan pada akhirnya akan
menimbulkan korban akibat pertolongan yang salah.

Program promosi
Rancangan program promosi kesehatan memfokuskan bagaimana program
kemitraan pelayanan persalinan terpadu dapat membantu peningkatan upaya
keselamatan ibu dengan menjalin kemitraan dengan lintas sektoral yang terkait.
Kemitraan yang berarti bertukar pengetahuan, sumberdaya dan komitmen untuk
mencapai tujuan bersama. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai dan
keterbukaan tentang semua hal.
Kemitraan dengan wanita.
Pendekatan partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan menentukan
prioritas masalah kesehatan ibu, menyusun rencana pemecahan masalah bersama
pemerintah setempat dan melaksanakannya. Beberapa kegiatannya adalah pelatihan
dukun bayi, pendidikan dan pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalinan yang
aman dirumah serta tentang keluarga berencana, mengembangkan persiapan
rujukan ke rumah sakit dan mengembangkan materi informasi tentang kesehatan
reproduksi.
Kemitraan dengan masyarakat dan dukun bayi.
Pelatihan petugas dalam upaya keselamatan ibu tidak lengkap tanpa penyuluhan dan
motivasi terhadap keluarga, masyarakat dan dukun bayi.
Kemitraan dengan bidan.
Perlu dilakukan dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam mendukung pelayanan
kesehatan reproduksi. Melalui asosiasi ini para bidan mengikuti program pelatihan
kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan kegawatan obstetri, pencegahan
infeksi dan keluarga berencana. Perhatian utama organisasi ini adalah
memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam menjaga kualitas
pelayanan kesehatan ibu.
Kemitraan dengan penentu kebijakan. Kemitraan antara lembaga pembangunan,
donor dan pemerintah diperlukan dalam keberhasilan kegiatan keselamatan ibu.
Disamping itu, kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi dilaksanakan untuk
mendukung kegiatan ini serta disediakan sarana komunikasi radio dengan fasilitas
merespon obstetri gawat.
Agar upaya keselamatan ibu tidak hanya sekedar retorika tetapi menjadi kenyataan
diperlukan komitmen kuat dari penentu kebijakan, pengelola program dan
masyarakat. Implikasi program keselamatan ibu mencakup hal berikut:
 Menjamin kehadiran tenaga kesehatan pada setiap persalinan
 Memperluas akses terhadap pelayanan kebidanan ditingkat masyarakat
 Meningkatkan akses terhadap pelayanan obstetri esensial, termasuk pelayanan
gawat darurat
 Menyediakan pelayanan terpadu kesehatan reproduksi termasuk keluarga
berencana dan pelayanan pasca aborsi
 Menjamin kesinambungan pelayanan yang berhubungan dengan sarana rujukan
dan didukung oleh bahan habis pakai, alat, obat dan transportasi yang memadai.

Beberapa Kegiatan dalam menurunkan AKI yaitu :


1. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan
tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan
fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan
bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
b. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar,
antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam
c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah
terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca
keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif
pria.
d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan
menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI,
PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
e. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain
dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan
terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan
masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana,
transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan
pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan
2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan
kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan
mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
3. Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program
dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk
sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak
kepada kepentingan ibu dan anak.
Melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan
kemampuan petugas serta melalui dukungan dan kemitraan berbagai pihak akan
sangat menentukan upaya penurunan AKI terutama dengan memperhatikan 3 pesan
kunci MPS.

Strategi berbasis masyarakat yang akan mendukung tercapainya tujuan upaya


keselamatan ibu meliputi :
 Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksana pelayanan
setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.
 Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga dan dukun/pengobat untuk
mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
 Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang
komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.
Konsep pengembangan sistem informasi dan pola rujukan dalam peningkatan Upaya
kesehatan ibu dapat dimulai dari dukun bayi yang masih menjadi ujung tombak dalam
pelayanan persalinan diharapkan telah menjadi bagian tenaga pendampingan yang
menjadi bagian integral kemitraan pelayanan persalinan. Penemuan kasus persalinan
akan dirujuk oleh dukun bayi ke bidan desa yang kemudian akan dirujuk kepada
tingkat yang lebih tinggi (dokter/bidan ditingkat Puskesmas, dokter/bidan rumah sakit
tingkat kabupaten/kota dan dokter/bidan rumah sakit tingkat propinsi). Namun
demikan alur informasi dapat dirujuk ke jenjang lebih tinggi mengingat kasus
kematian persalinan masih banyak terjadi karena keterlambatan dalam memberikan
pertolongan persalinan.
Promosi kesehatan dalam sistem informasi diarahkan bagaimana informasi tentang
persalinan secepat mungkin sampai kepada masyarakat, tenaga kesehatan yang
menolong persalinan sehingga tindakan dini dapat dilakukan dalam menolong
persalinan.
Media komunikasi seperti keberadaan handpone dapat dijadikan sebagai sarana
dalam menyampaikan informasi persalinan kepada bidan yang akan menolong
persalinan. Demikian juga untuk daerah yang sudah maju Dinas Kesehatan perlu
merancang media informasi yang dapat diakses secara online melalui pembuatan
website tentang kesehatan ibu dan anak. Sehingga melalui website ini masyarakat
dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang kesehatan termasuk informasi
tentang peningkatan upaya keselamatan ibu dalam proses persalinan.

Pertolongan persalinan oleh nakes yaitu :

Untuk dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia, Departemen Kesehatan


melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar 60 % dari keseluruhan
persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Strategi ini dilaksanakan untuk
dapat mengenali dan menanggulangi gangguan kehamilan dan persalinan sedini
mungkin.
Tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup
( WHO 2002 ) tertinggi di Asean, menempatkan upaya penurunan aki sebagai program
prioritas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan
pre eklampsi. Dan untuk mencegah adanya komplikasi obstetric,serta memastikan
bahwa komplikasi terdeteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai maka bidan
harus kompeten dalam mengidentifikasi adanya tanda-tanda bahaya terutama pada
kehamilan.

You might also like