Professional Documents
Culture Documents
Trisarana adalah ungkapan keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang
diungkapkan dengan kata 'berlindung' itu mempunyai tiga aspek :
1) Aspek kemauan
2) Aspek Pengertian
3) Aspek Perasaan (emosionil)
Tujuan umat Buddha yaitu tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang
masih bersifat keduniawian (yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan
sementara saja; maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah
tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama
dalam belajar Buddha Dhamma (terealisasinya Nibbana)
KEYAKINAN UMAT BUDDHA
Saddha mempunyai 3 keyakinan dasar, yaitu terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha
1.Keyakinan Terhadap Buddha
2.Keyakinan terhadap Dhamma
3.Keyakinan terhadap Sangha
Saddha yang dimiliki umat beragama Buddha berbeda dengan saddha akan pancasila,
dsb. Saddha dasar yang kita harus percayai didalam agama Buddha adalah saddha akan
Buddha, saddha akan Dhamma, dan saddha akan Sangha. Keyakinan kepada ketuhanan juga
menjadi turut bagian dari Saddha, akan tetapi pengertian Saddha akan “Tuhan” berbeda dari
agama lain.
Dalam Agama Buddha, Tuhan Yang Maha Esa tidak dipandang sebagai suatu pribadi
(puggala adhitthana), yang kepada umat-Nya umat Buddha memanjatkan doa dan
menggantungkan hidupnya, akan tetapi Agama Buddha mengajarkan bahwa nasib,
penderitaan dan keberuntungan manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri di masa
lampau dan sekarang, sesuai dengan hukum Kamma/Karma yang merupakan satu aspek dari
hukum Universal, Dhammaniyama.
Sanghyang Adi Buddha
Sanghyang Adi Buddha adalah konsep ketuhanan agama Buddha yang digunakan
oleh Buddhisme di Indonesia. Nama ini digunakan oleh Y.M. Ashin Jinarakkhita pada saat
membangkitkan Buddhisme di Indonesia, mengingat sila pertama dasar negara Indonesia,
yaitu Pancasila, yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Konsep ini digunakan oleh
Buddhayana, yaitu wadah bagi semua aliran Buddhisme seperti Theravada, Mahayana, dan
Tantrayana. Ketika menyinggung konsep Ketuhanan, diperlukan suatu "sebutan". Adi
Buddha merupakan salah satu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Sebutan lainnya adalah
Advaya, Diwarupa, Mahavairocana (kitab-kitab Buddhis bahasa Kawi), Vajradhara (aliran
Kagyu dan Gelug dari Tibet), Samantabhadra (aliran Nyingma dari Tibet), Adinatha (Nepal).
Nama Sanghyang Adi Buddha digunakan dalam salam penghormatan yang digunakan
terutama oleh Buddhayana, yaitu Namo Sanghyang Adi Buddhaya. Salam ini disebarluaskan
oleh Y.A. Mahawiku Dharma-aji Uggadhammo, salah satu dari lima orang yang pertama kali
ditahbiskan menjadi Bhikkhu setelah masa kemerdekaan Indonesia.
Salam penghormatan secara lengkap yang biasa digunakan sebagai salam pembuka pada
sambutan buku, surat, atau rapat adalah:
Vandana
Penghormatan kepada Sanghyang Adi Buddha umumnya tercantum dalam Vandana
(ungkapan penghormatan) dalam buku kebaktian Buddhayana:
1. VANDANA
2. VANDANA
Manusia Susila menurut agama Buddha ialah manusia yang dapat berkata dan berbuat
serta berpenghidupan yang benar. Sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai manusia
susila adalah memiliki sila sempurna dengan mandiri (tidak membunuh makhluk hidup,tidak
mengambil barang yang tidak diberikan, tidak berzinah, tidak berdusta , dan tidak
makan/minum minuman yang menyebabkan lemahnya kewaspadaan).
-Manfaat yang berbuah pada kehidupan berikutnya, yaitu mengarah pada kelahiran berulang
di alam yang membahagiakan, manfaat kebaikan akhir tercapainya nirwana.
SILA
Sila adalah etika atau moral yang dilakukan berdasarkan cetana atau kehendak. Etika
berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS yang artinya kebiasaan atau adat.
Oleh karena itu etika sering dijelaskan sebagai moral. Dalam pandangan Buddhis sila
memiliki banyak arti antara lain: norma (kaidah), peraturan, perintah, sikap, keadaan,
perilaku, sopan santun, dan sebagainya. Sila pertama kali diajarkan Buddha kepada lima
orang pertapa ketika menyampaikan khotbah pertama di Taman Rusa Isipatana.
Tujuan Tertinggi Melaksanakan Sila adalah untuk mencapai Nibbana. Nibbana tidak sama
dengan surga. Bedanya: Surga adalah tempat berdiamnya makhluk yang menerima akibat
perbuatan baiknya.
Dalam melaksanakan sila seseorang akan memperoleh : jalan yang benar, kekayaan, bebas
dari penyakit dan kesedihan. Hal yang sangat patut untuk dipuji bila seseorang berusaha
untuk memurnikan silanya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.