You are on page 1of 5

AGAMA BUDDHA

MAKNA AGAMA BUDDHA


Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa
Sansekerta,yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi ke, menuju, atau datang,
kepada suatu tujuan,yang dalam hal ini yaitu untuk menemukan suatu kebenaran.
Makna agama yaitu menjalankan suatu peraturan kemoralan, untuk menghindari
kekacauan dalam hidup ini, yang tujuannya adalah guna mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup.

HAKEKAT AGAMA BUDDHA

1. Tuhan yang maha esa dalam agama buddha

2. Keyakinan dalam agama Buddha

Trisarana adalah ungkapan keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang
diungkapkan dengan kata 'berlindung' itu mempunyai tiga aspek :

1) Aspek kemauan
2) Aspek Pengertian
3) Aspek Perasaan (emosionil)

3. Pokok-pokok ajaran sang buddha

1. Tiratana (Tiga Permata)


2. Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
3. Cattâri Ariya Saccâni (Empat Kesunyataan Mulia)
4. Kamma dan Punabbhava (Hukum Kamma dan Tumimbal Lahir)
5. Paticcasamuppâda (Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan)
6. Nibbâna (Kebahagiaan Tertinggi).

TUJUAN AGAMA BUDDHA

Tujuan umat Buddha yaitu tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang
masih bersifat keduniawian (yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan
sementara saja; maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah
tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama
dalam belajar Buddha Dhamma (terealisasinya Nibbana)
KEYAKINAN UMAT BUDDHA

Saddha mempunyai 3 keyakinan dasar, yaitu terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha
1.Keyakinan Terhadap Buddha
2.Keyakinan terhadap Dhamma
3.Keyakinan terhadap Sangha

Agama Buddha mempunyai keyakinan (Saddha) dengan adanya :


1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Tiratana atau Tri Ratna (Tiga Permata/Mustika)
3. Tipitaka/Tripitaka (Kitab Suci)
4. Bodhisatta/Bodhisatva (Calon Buddha)
5. Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
6. Cattari Ariya Saccani (Empat Kesunyataan Mulia)
7. Kamma dan Punabhava (Perbuatan dan Kelahiran Kembali)
8. Paticcasamuppada (Hukum Sebab Akibat yang Saling bergantungan)
9. Nibbana/Nirvana(Kebahagiaan Tertinggi)

Saddha yang dimiliki umat beragama Buddha berbeda dengan saddha akan pancasila,
dsb. Saddha dasar yang kita harus percayai didalam agama Buddha adalah saddha akan
Buddha, saddha akan Dhamma, dan saddha akan Sangha. Keyakinan kepada ketuhanan juga
menjadi turut bagian dari Saddha, akan tetapi pengertian Saddha akan “Tuhan” berbeda dari
agama lain.
Dalam Agama Buddha, Tuhan Yang Maha Esa tidak dipandang sebagai suatu pribadi
(puggala adhitthana), yang kepada umat-Nya umat Buddha memanjatkan doa dan
menggantungkan hidupnya, akan tetapi Agama Buddha mengajarkan bahwa nasib,
penderitaan dan keberuntungan manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri di masa
lampau dan sekarang, sesuai dengan hukum Kamma/Karma yang merupakan satu aspek dari
hukum Universal, Dhammaniyama.
Sanghyang Adi Buddha

Sanghyang Adi Buddha adalah konsep ketuhanan agama Buddha yang digunakan
oleh Buddhisme di Indonesia. Nama ini digunakan oleh Y.M. Ashin Jinarakkhita pada saat
membangkitkan Buddhisme di Indonesia, mengingat sila pertama dasar negara Indonesia,
yaitu Pancasila, yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Konsep ini digunakan oleh
Buddhayana, yaitu wadah bagi semua aliran Buddhisme seperti Theravada, Mahayana, dan
Tantrayana. Ketika menyinggung konsep Ketuhanan, diperlukan suatu "sebutan". Adi
Buddha merupakan salah satu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Sebutan lainnya adalah
Advaya, Diwarupa, Mahavairocana (kitab-kitab Buddhis bahasa Kawi), Vajradhara (aliran
Kagyu dan Gelug dari Tibet), Samantabhadra (aliran Nyingma dari Tibet), Adinatha (Nepal).

Nama Sanghyang Adi Buddha digunakan dalam salam penghormatan yang digunakan
terutama oleh Buddhayana, yaitu Namo Sanghyang Adi Buddhaya. Salam ini disebarluaskan
oleh Y.A. Mahawiku Dharma-aji Uggadhammo, salah satu dari lima orang yang pertama kali
ditahbiskan menjadi Bhikkhu setelah masa kemerdekaan Indonesia.

Salam penghormatan secara lengkap yang biasa digunakan sebagai salam pembuka pada
sambutan buku, surat, atau rapat adalah:

Namo Sanghyang Adi Buddhaya.


Namo Buddhaya, Bodhisatvaya Mahasatvaya.

Vandana
Penghormatan kepada Sanghyang Adi Buddha umumnya tercantum dalam Vandana
(ungkapan penghormatan) dalam buku kebaktian Buddhayana:
1. VANDANA

Terpujilah Sanghyang Adi Buddha Tuhan Yang Maha Esa


Terpujilah Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna
Terpujilah Para Bodhisatta-Mahasatta

2. VANDANA

Namo Sanghyang Ādi Buddhaya (3x)


"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa Seru Sekalian alam"
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā-sambuddhassa (3x)
"Terpujilah Sang Buddha Sang Bhagava yang maha suci, Yang telah mencapai
penerangan sempurna"
Namo Sabbe Bodhisattāya-Mahāsattāya (3x)
"Terpujilah para makhluk suci dan makhluk agung"
HAKIKAT MANUSIA, MANUSIA SUSILA
Pengertian tentang hakekat manusia menurut kepustakawan agama Buddha
menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk sengsara sehingga tidak sanggup melihat
kenyataan. Kepustakaan agama Buddha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk
samsara, merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh dengan kegelapan.

Wujud dari Sifat Hakekat manusia


1.Kemampuan menyadari diri
2.Kemampuan bereksistensi
3.Pemilikan kata hati (conscience of man)
4.Moral
5.Kemampuan bertanggung jawab
6.Rasa kebebasan (kemerdekaan)
7.Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
8.Kemampuan menghayati kebahagiaan

Manusia Susila menurut agama Buddha ialah manusia yang dapat berkata dan berbuat
serta berpenghidupan yang benar. Sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai manusia
susila adalah memiliki sila sempurna dengan mandiri (tidak membunuh makhluk hidup,tidak
mengambil barang yang tidak diberikan, tidak berzinah, tidak berdusta , dan tidak
makan/minum minuman yang menyebabkan lemahnya kewaspadaan).

Manfaat menjadi manusia susila


- Manfaat yang berbuah pada kehidupan saat ini, yaitu melindungi kita agar tidak bermasalah
dengan hukum , memastikan kekebalan dari hukuman duniawi, membangun reputasi yang
baik, keterbebasan dari rasa sesal, meninggal dalam damai, tanpa rasa takut atau bingung.

-Manfaat yang berbuah pada kehidupan berikutnya, yaitu mengarah pada kelahiran berulang
di alam yang membahagiakan, manfaat kebaikan akhir tercapainya nirwana.
SILA
Sila adalah etika atau moral yang dilakukan berdasarkan cetana atau kehendak. Etika
berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS yang artinya kebiasaan atau adat.
Oleh karena itu etika sering dijelaskan sebagai moral. Dalam pandangan Buddhis sila
memiliki banyak arti antara lain: norma (kaidah), peraturan, perintah, sikap, keadaan,
perilaku, sopan santun, dan sebagainya. Sila pertama kali diajarkan Buddha kepada lima
orang pertapa ketika menyampaikan khotbah pertama di Taman Rusa Isipatana.

Manfaat Pelaksanaan Sila


• Penyebab seseorang memiliki banyak harta kekayaan
• Nama dan kemasyurannya akan bertambah luas
• Menghadiri pertemuan tanpa ketakutan dan keragu-raguan
• Sewaktu akan meninggal hatinya tenang
• Penyebab terlahir di alam surga

Tujuan Tertinggi Melaksanakan Sila adalah untuk mencapai Nibbana. Nibbana tidak sama
dengan surga. Bedanya: Surga adalah tempat berdiamnya makhluk yang menerima akibat
perbuatan baiknya.

Pahala Melaksanakan Sila :


• Bebas dari penyesalan
• Bebas dari penyesalan menimbulkan kebahagiaan
• Kegembiraan dapat menimbulkan kegiuran (piti)
• Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan (passadi)
• Ketenangan akan menimbulkan pemusatan pikiran (ekaggata)
• Pemusatan akan menimbulkan pengetahuan mengenai kesunyataan (anulomanana)
• Pengetahuan mengenai kesunyataan akan mendorong untuk mencari kebenaran
(muncitukannyata nana)
• Usaha untuk mencari kebebasan akan mendapatkan pengetahuan tentang kebebasan
(nibbana nana)
• Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang kepada kebebasan (nibbana).

Dalam melaksanakan sila seseorang akan memperoleh : jalan yang benar, kekayaan, bebas
dari penyakit dan kesedihan. Hal yang sangat patut untuk dipuji bila seseorang berusaha
untuk memurnikan silanya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.

You might also like