You are on page 1of 23

Bag.

Obstetrik dan Ginekologi LAPORAN KASUS


Januari 2018

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

OLEH :

EKA SUNTIARA

N 111 16 100

PEMBIMBING :

dr. MELDA MM SINULONGAN , Sp.OG

DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS PADA BAGIAN

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada disaluran telur (tuba Fallopii).1
Kejadian kehamilan ektopik tidak sama diantara senter pelayanan
kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di Indonesia
kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan. Penelitian Cunningham tahun 2001
berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2003 terdapat
satu dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan
jenis kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba fallopi, yang sebagian besar (80%)
dialami oleh wanita pada usia 35 tahun keatas serta dilaporkan bahwa 60%
dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua. Insiden kehamilan
ektopik meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur 20
sampai 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Kehamilan ektopik paling sering
terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga
dapat terjadi di ovarium (indungtelur), rongga abdomen (perut),atau serviks (leher
rahim).1,2
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang
sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga
embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan
tumbuh di luar rongga Rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tersebut tidak
dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture
dan menjadi kehamilan ektopik yang terganggu.1
Gejala yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri di perut
samping kiri atau kanan bawah, perdarahan dari vagina, nausea, nyeri bahu dan

2
pusing. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini
kehamilan ektopik dengan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan HCG.1

2. Tujuan
Untuk mengetahui tentang penyakit kehamilan ektopik khususnya tanda
gejala, penanganan, serta pencegahan pada kasus kehamilan ektopik terganggu.

3
BAB II
LAPORAN KASUS
BAGIAN OBSTETRI – GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

STATUS OBSTETRI

Tanggal pemeriksaan : 14 November 2017


Ruangan : IGD Kebidanan RSUD Undata
Jam : 10.00 WITA

1. IDENTITAS
Nama : Ny. MK
Umur : 32 tahun
Alamat : Desa kasoloang, kecamatan Bambaira
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

2. ANAMESIS
G3P2A0 Usia Kehamilan : ± 6-7minggu
HPHT: 01 -10-2017 Menarche : 15 tahun
TP : 08 -7-2018 Perkawinan : I (7 tahun)
Keluhan utama: keluar darah dari jalan lahir
Riwayat penyakit sekarang : pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Undata
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir, sejak 2 hari yang lalu, jumlah
sedikit-sedikit, berwarna merah. Keluhan disertai nyeri hebat pada perut bagian
bawah, nyeri pada bahu, nyeri saat BAB. Nyeri perut bagian bawah terjadi

4
secara mendadak, nyeri hilang timbul. tidak ada pencetus, keluhan tidak disertai
mual, muntah, pusing, sakit kepala dan demam. Saat ini pasien merasakan
perutnya sangat sakit.

Riwayat penyakit terdahulu:


 Riwayat yang serupa : tidak pernah
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat hipertensi/jantung/DM : disangkal
 Riwayat penyakit kandungan : disangkal
 Riwayat operasi : disangkal
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa. Tidak ada riwayat keluarga
menderita penyakit hipertensi/jantung/DM.
Riwayat haid:
 Haid pertama kali usia 15 tahun
 Lama menstruasi 3 hari, kadang tidak teratur
 Darah haid sedikit, kadang bercak
 Warna merah, tak berbau
Riwayat Kontrasepsi: KB suntik/3 bulan selama 2 bulan
Riwayat sosial: Riwayat ganti-ganti pasangan/hubungan sexual (disangkal)
Tahun Umur Jenis Hidup/
No. Anak ke JK penolong
persalinan kehamilan persalinan mati
1. I 2011 L Aterm Normal Bidan Hidup
2. II 2014 P Aterm Normal Bidan Hidup

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : composmentis

5
Vital sign :
 TD : 90/60 mmHg
 Nadi : 98x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 36.70C

4. STATUS GENERALIS
1. Kepala – Leher:
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
2. Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung
I/II murni regular
3. Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung
Auskultasi : Peristaltik usus + (kesan normal).
Palpasi : Nyeri tekan abdomen bagian bawah terutama regio inguinalis
dextra. Uterus tidak teraba
Perkusi : Tympani.
4. Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi : Perut cembung (+), cicatrix (-).
Palpasi : Nyeri tekan abdomen bagian bawah terutama regio inguinalis
dextra. Uterus tidak teraba, massa tidak teraba.

6
5. Genitalia:
Pemeriksaan Dalam (VT)
Vulva : tidak ada kelainan
Vagina : tidak ada kelainan
Fluksus : (+) darah
Fluor : (-)
Portio : lunak
Nyeri goyang portio : (+)
OUE : Tertutup
Kavum Douglas : Menonjol, nyeri tekan (+)
Inspekulo : tidak dilakukan
Kuldocentesis : dilakukan, tampak darah berwarna merah hitam.
6. Ekstremitas :
Edema ekstremitas atas dan bawah -/-

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (14/11/2017, Jam 10.00 wita)
RBC 3.55 103/mm3
HB 8.8 g/dL
WBC 10.4 103/mm3
HCT 32.9 %
PLT 361 103/mm3

HCG tes Positif

7
Darah rutin (14/11/2017, Jam 15.00 wita)
RBC 3.80 103/mm3
HB 6.2 g/dL
WBC 12.6 103/mm3
HCT 35.7 %
PLT 374 103/mm3

Serologi (14/11/2017)
HBsAg Non reaktif
Anti HIV Non reaktif

USG

8
Hasil USG : Ukuran uteri 8.3 x 4 cm
Kesan : Kehamilan ektopik terganggu

6. RESUME
Pasien perempuan 32 tahun dengan G3P2A0 gravid 6-7 minggu datang ke
IGD Kebidanan RSUD Undata dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir,
sejak 2 hari yang lalu, darah keluar terus menerus, jumlah sedikit-sedikit,
berwarna merah. Keluhan disertai nyeri hebat pada perut bagian bawah,
nyeri pada bahu, nyeri saat BAB. Nyeri perut bagian bawah nyeri terjadi secara
mendadak, nyeri hilang timbul. tidak ada pencetus.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 90/60 mmHg, 98 x/menit,
konjungtiva anemis (+/+). Nyeri tekan abdomen regio inguinalis sinistra.
Pemeriksaan ginekologis: perut membesar (+), cicatrix (-), nyeri tekan abdomen
regio inguinalis sinistra. Uterus tidak teraba, massa tidak teraba.Pemeriksaan
dalam : fluksus (+) darah, portio lunak, nyeri goyang portio : (+), OUE:
tertutup, kavum Douglas: menonjol dan nyeri tekan (+), Kuldocentesis
dilakukan, tampak darah berwarna merah hitam.
Pemeriksaan laboratorium: tanggal 14 November 2017 (pukul 10.00) Wbc
: 10.4 x 109/l, Hb: 8.8 gr/dl, Rbc: 3.55 x 106 gr/dl, Hct: 32.9 %, Plt:361x 109/l.

9
(pukul 15.00) Wbc : 12.6 x 109/l, Hb: 6,2 gr/dl, Rbc: 3.8 x 106 gr/dl, Hct: 35.7
%, Plt: 374 x 109/l, HbSAg negatif.

7. DIAGNOSIS
G3P2A0 usia 32 tahun gravid 6 minggu + kehamilan ektopik terganggu

8. DIAGNOSIS BANDING
 Abortus
 Mola hidatidosa

9. PENATALAKSANAAN
a. Pasang IVFD RL
b. Pasang kateter 18 F
c. Injeksi ceftriaxone 1gr/12 jam
d. Siapkan darah 2 kantong (WB)
e. EKG
f. Konsul anestesi
g. Informed consent, puasakan.
h. Observasi TTV KU
i. Rencana operasi Cito laparatomi Salpingektomi

10. LAPORAN OPERASI


a. Pasien dibaringkan dalam posisi supine dalam pengaruh anatesi spinal
b. Disinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya, pasang duk steril
c. Insisi abdomen dengan metode pfannanstiel secara lapis demi lapis secara
tajam dan tumpul

10
d. Buka peritoneum, tampak darah segar ± 1000cc yang bercampur dengan
darah beku
e. Identifikasi sumber perdarahan pada tuba fallopi dextra, tampak rupture tuba
dextra pars ampullaris, ditemukan kantong gestasi berukuran 11 x 5 cm,
dilakukan salphingektomi tuba fallopi Dextra kemudian jahit, kontrol
perdarahan.
f. Identifikasi tuba fallopi sinistra, ovarium Sinistra tidak ditemukan kelainan.
g. Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0.9%
h. Jahit peritoneum dan kontrol perdarahan
i. Jahit facia, kontrol perdarahan
j. Jahit subkutis, kontrol perdarahan
k. Jahit kulit secara subkutikuler
l. Bersihkan lapangan operasi, kemudian tutup luka dengan kasa steril dan
betadine
m. Vagina Toilet
n. Operasi selesai

11
Gambar. durante operasi

Gambar. post operasi

12
11. PENATALAKSANAAN POST OPERATIF
a. IVFD RL : Dex 5%, 1:1, 20 TPM
b. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
c. Drips. Metronidazole 500 mg /12 jam/IV
d. Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam/IV
e. Inj. Ketorolak 30 mg/8 jam /IV
f. Inj. Asam traneksamat500 mg/8 jam/IV
g. Obs. KU dan TTV
h. Obs. Ketat Perdarahan
i. Transfuse Whole blood 1 kantong
j. Cek Hb 2 jam post transfusi
k. Puasa 12 jam post operasi

12. FOLLOW UP

NO TANGGAL HASIL FOLLOW UP


1 15-12-2017 S : Nyeri bekas operasi (+), pengeluaran darah per vaginam(-),
mual (-), muntah (-) , pusing (-), sakit kepala (-), BAK (+) per
kateter, BAB (-) Flatus (+)
O : KU: baik
Kesadaran: Compos mentis
TD: 100/70 mmHg
N : 64x/m
P : 22x/m
S : 36.8ºC
Anemis (-/-)
Urin 500 cc (sejak post op)
HGB : 8,2 g/dl (setelah transfuse 1 bag whole blood)

13
A: P2A1 post operasi laparatomi Hari 1 a/i kehamilan ektopik
terganggu
P:
- IVFD RL 20 TPM
- Cefadroksil 500 mg x 3/ hari
- Asam mefenamat 500 mg x 3/ hari
- SF 2x1
- Aff kateter
- Mobilisasi bertahap
2 16-12-2017 S: Nyeri bekas operasi (+), pengeluaran darah pervaginam (-),
mual (-), muntah (-),pusing (-), sakit kepala (-), BAK (+),
BAB (-) Flatus (+)
O: KU: sedang
Kesadaran: Compos mentis
TD: 100/70 mmHg
N : 74x/m
P : 24 x/m
S : 37,1ºC
Anemis (-/-)
HGB : 9,4 g/dl (setelah transfuse 2 bag whole blood)
A: P2A1 post operasi laparatomi Hari 2 a/i kehamilan ektopik
terganggu
P:
- IVFD RL 20 TPM
- Cefadroksil 500 mg x 3/ hari
- Asam mefenamat 500 mg x 3/ hari
- SF 2x1
- Pasang O2 jika sesak

14
3 17-12-2017 S: Nyeri bekas operasi (+) berkurang, pengeluaran darah
pervaginam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK (+),
BAB (+) flatus (+)
O: KU : sedang
Kesadaran: Compos mentis
TD: 100/70 mmHg
N : 82x/m
P : 20x/m
S : 36.5ºC
Anemis (-/-)
A: P2A1 post operasi laparatomi Hari 3 a/i kehamilan ektopik
terganggu
P:
- Cefadroksil 500 mg x 3/ hari
- Asam mefenamat 500 mg x 3/ hari
- SF 2x1
- Aff infus
- GV
- Rawat jalan, kontrol poli

15
BAB IV
PEMBAHASAN

1. DIAGNOSIS
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu
sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai
terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar dibuat diagnosisnya. Gejala
dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau
rupture tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi , dan keaadaan
umum penderita sebelum hamil.2,3
Pada anamnesis pasien masuk dengan keluhan utama keluar darah dari jalan
lahir, sejak 4 hari yang lalu, darah keluar terus menerus, jumlah sedikit-sedikit,
berwarna merah. Keluhan disertai nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri
mendadak, nyeri hilang timbul, tidak ada pencetus. Menurut teori gejala yang
terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri di perut samping kiri atau
kanan bawah, perdarahan dari vagina, nausea, nyeri bahu dan pusing.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini kehamilan
ektopik dengan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan HCG.1
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari
kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang bersal dari uteri biasanya
tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari
51% hingga 93%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic
gonadotropin. Jika plasenta mati, desidual dapat dikeluarkan seluruhnya.4
Sedangkan nyeri perut merupaka keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu. Pada rupture tuba nyeri perut bagain bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan
dan masuk kedalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat

16
dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi; tetapi,
setelah darah masuk kedalam rongga perut, rasa nyeri menjelar kebagian tengah
atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang
diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membenuk hematokel
retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.1
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 90/60 mmHg, Nadi: 98x/menit,
konjungtiva anemis (+/+). Nyeri tekan abdomen bagian bawah terutama regio
inguinalis dextra. uterus tidak teraba. Hal ini sesuai teori yang mengatakan
penderita akan tampak kesakitan dan pucat. Jika sudah terjadi perdarahan dalam
rongga abdomen akan ditemukan tanda-tanda syok.
Pada pemeriksaan obstetri pasien ini didapatkan portio lunak, nyeri
goyang portio, pelepasan darah, kavum douglasi menonjol dan terdapat nyeri
tekan, tidak ada pembukaan. Hal ini sesuai dengna teori bahwa pasien dengan
kehamilan ektopik terganggu pada pemeriksaan vagina dapat ditemukan rasa
nyeri ketika menggerakkan serviks yang biasa disebut dengan nyeri goyang (+),
atau slinger sign. Demikian pula kavum douglasi menonjol dan nyeri pada
perabaan oleh karena terisi oleh darah. Pada kejadian abortus tuba biasanya
konsistensi agak lunak. Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar
dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Darah tertampung pada rongga perut akan mengalir ke
cavum douglasi yang makin lama makin banyak yang akhirnya dapat memenuhi
rongga abdomen. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor dikavum
douglasi.2
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan kuldosentesis dan didapatkan hasil
positif, kuldosentesis adalah suatu cara untuk mengetahui apakah dalam cavum
douglasi ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat diagnosis
kehamilan ketopik terganggu. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya
disemprotkan pada kain kasa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan
merupakan : 1) darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan

17
membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk, 2) darah tua
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku , atau yang berupa bekuan
kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Pada pasien ini
didapat darah berwarna coklat hitam yang menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.2,3
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan USG dan darah
rutin. Pemeriksaan yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan hemoglobin dan
hematokrit serial tiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb akibat
perdarahan, lekositosis ( dapat mencapai > 30.000/µL), urinary pregnancy test
dan serum β-hCG assay. Pada pasien ini di dapatkan penurunan hemoglobin yaitu
8.8 g/dl dan penurunan Hematokrit yaitu 32.7% namun tidak ada peningkatan
leukosit. Pada pasien juga di dapatkan hasil tes β-hCG positif.
Pemeriksaan ultrasound imaging yang dapat dilakukan yaitu USG
abdominal, USG vaginal, dan Color and Pulsed Doppler Ultrasound. pemeriksaan
USG abdominal kehamilan tuba sulit dideteksi dengan metode ini. USG vaginal,
untuk mendeteksi letak gestational sac. Pada usia kehamilan ≥6 minggu, bila tidak
dijumpai gestational sac maka bisa dicurigai kehamilan ektopik. Color and Pulsed
Doppler Ultrasound, untuk mengidentifikasi karakteristik warna vaskular, apakah
terletak di intrauterine atau ekstrauterine.4 Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan
USG dengan kesan Ukuran uteri 8.3 x 4 cm dan kehamilan ektopik terganggu.

2. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2016.1
1. Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat.
2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.

18
3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama)
atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini:
a. Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat
pengisap dan wadah penampung yang steril.
b. Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan
kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak
tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai
dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap
90ml darah.
c. Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan
pada bagian tabung tetesan.
5. Tindakan dapat berupa :
a. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi.
b. Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana
tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu
mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti
dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol
perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik
ulangan).
6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya
pasien di beri antibiotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang
luas.
7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
a. Ketoprofen 100 mg supositoria.
b. Tramadol 200 mg IV.

19
c. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi
hipersensitivitas)
8. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
9. Konseling pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi reproduksi.
b. Resiko hamil ektopik ulangan.
c. Kontrasepsi yang sesuai.
d. Asuhan mandiri selama dirumah.
e. Jadwal kunjungan ulang.
Pada pasien ini, penatalaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan
teori dimana dilakukan tindakan laparotomi dan salpingektomi dextra.
Tindakan tersebut dapat diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar . Ilustrasi salpingektomi

3. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebut karena secara
patofisiolgi mudah dimengerti sesuai dengan proses awal keahmilan sejak
pembuahan karena nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri atau diluar
endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian , fakor-

20
faktor yang menyebabkan terjadi hambatan dalam terjadinya nidasi embrioke
endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini. Faktor –faktor yang
disebut adalah sebagai berikut: 1
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen
tuba menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia
dan saluran tuba yang berkelok-kelok panjang dapat,menyebabkan fungsi
silia tuba tidak berfungsi denga baik. Juga pada keadaan pasca operasi
rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamilan
ektopik.Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriasis tuba
atau vertikel saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor disekitar
saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang
menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi
etiologi kehamialn ektopik.
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh denganukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh disaluran tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamialn ektopik yang lebih
besar
4. Faktor hormonal
Pada akseptor pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan
gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan ektopik.

21
5. Faktor lain
Termasuk disini anatara lain adalah pemakai IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur penderita yang
sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan
terjadinya kehamilan ektopik.
Pada pasien ini di duga penyebabnya adalah dikarekan penggunaan KB
yang merupakan factor hormonal.

4. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopki terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini. Prognosis pada kasus ini dubia et bonam dimana hal ini dapat
dilihat dari keadaan umum pasien yang membaik dan perdarahan yang
berangsunr-angsur berkurang. Retensio plasenta yang dievakuasi lebih dini
tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.5

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono, prawiroharjo, Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo. 2016.
2. Logor, S., Wagey, F.W., Loho, W., Tinjauan Kasus Kehamilan Ektopik Di Blu
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2010 –31 Desember
2011. Jurnal e-Biomedik(eBM), Vol. 1(1), Pp 40-4. 2013.
3. Fitrianih, sukaryah, Nuripah, Hubungan Antara Paritas Dan Riwayatmedik
Dengan Kehamilan Ektopik Terganggu. Prosiding Penelitiansivitas Kedokteran
Universitas Bandung. 2015.
4. Kusmiyati, Yuni, S.ST. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta:
Fitramaya. 2009.
5. Joseph HK, M. Nugroho S. Catatan Kuliah GINEKOLOGI DAN OBSTETRI
(OBSGYN ). Yogyakarta : Nuha Medika. 2010.

23

You might also like