Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
membentuk tuba Fallopii. Bagian bawah vagina dibentuk oleh tuberositas
sinovaginal dari sinus urogenitalis untuk membentuk seluruh traktus reproduksi
perempuan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Septum uterus adalah akibat dari tidak terjadinya atau penyerapan yang
tidak lengkap septum uterovaginal yang mengikuti penyatuan duktus Mulleri.
Keadaan ini merupakan kelainan kongenital uterus yang paling banyak (55%)
dijumpai dari seluruh kelainan uterus yang terjadi. Septum terjadi dari jaringan
fibromuskular yang paling sedikit dimulai atau terjadi pada fundus uteri atau
dapat memanjang sampai membagi kavum uteri atas dua bagian sampai dengan
ostium uteri. Septum dapat pula berbentuk segmental sehingga membentuk
dinding yang tidak sempurna pada kavum uteri. Septum uterus mengakibatkan
keadaan yang paling jelek dari kelainan duktus Mulleri. Angka kejadian abortus
spontan berkisar antara 65% dari semua kehamilan yang terjadi dengan kelainan
3
ini. Raga dan kawan-kawan melaporkan kejadian 25,5% abortus pada awal masa
kehamilan (<13 minggu) dan 6,2 % keguguran akhir masa awal kehamilan pada
perempuan dengan septum uterus.
4
Keadaan ini kemungkinan terdapat defek lokal yang mengakibatkan gangguan
perkembangan terjadinya keguguran pada trimester pertama.
5
bikornis. Bimbingan dengan ultrasonografi hanya dianjurkan apabila terdapat
kontraindikasi untuk melakukan laparoskopi.
6
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. YR Nama Suami : Tn. N
Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun
Alamat : Jl.Kesadaran Alamat : Jl.Kesadaran
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : perawat
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
ANAMNESIS
GI P0A0
Usia Kehamilan : 37 minggu
HPHT : 21 -02-2017
Menarche : 12 tahun
TP : 28-11-2017
Perkawinan : 1,7 tahun
7
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan
pasien
Riwayat Obstetri : Hamil Sekarang anak pertama
Riwayat ANC : Pasien rutin melakukan pemeriskaan ANC di tempat praktek
sebanyak 4 kali
Riwayat Imunisasi : Lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang TD : 120/80 mmHg
Kesadaran : Kompos mentis Nadi : 80x/menit
BB : 64 Kg Respirasi : 20x/menit
TB : 155 cm Suhu : 36,8ºC
1. Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (+/+), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
2. Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas paru-hepar
SIC VII LMD, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni reguler
3. Abdomen :
I : Perut cembung (+), striae alba (+), massa (-)
A : peristaltik (+) kesan normal
P : timpani (+)
P : nyeri tekan epigastirum (-)
Pemeriksaan Obstetri :
Leopold I : Tfu = 30 cm
Leopold 2 : Punggung-Kanan
8
Leopold 3 : Pres – bokong
Leopold 4 : belum masuk PAP
TFU : 2 jari dibawah procexus xyphoideus
Kontraksi uterus : baik
Lokia : Rubra (-)
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) : tidak dilakukan
Ekstremitas :
Atas :Akral hangat, Edema -/-
Bawah :Akral hangat, Edema -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Wbc : 11,1 x 103/mm3
Hgb : 12,2 gr/dl
Hct : 38,4 %
Plt : 156 x 103/l
Rbc : 4,59 x 106/l
HbSAg : non-reaktif
RESUME
Berdasarkan anamnesis Pasien Pasien masuk dengan rujukan dari praktek
dr.Abd.Faris,SP.OG (K) dengan GI P0A0 37 minggu + letak sungsang masuk
dengan keluhan ± 1 minggu pergerakan janin berkurang, nyeri perut (-), mual (-),
Muntah (-),PPV (-), air (-), lendir (-), Pusing (-), sakit kepala (-), BAB normal dan
BAK (+).
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-),
asma (-), penyakit jantung (-), alergi (-).
Dari pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (-/-),TD : 120/80 , nadi 80
x/m, respirasi 20 x/m, Suhu 36,8ºC. Nyeri tekan epigastrium, TFU 2 jari di bawah
9
pusat procesus xypoideus. Dari pemeriksaan laboratorium : wbc 11,1 x 103/L Hgb
12,2 gr/dl, Hct 38,4 %, PLT 156 x 103/L, HbSAg : non-reaktif.
DIAGNOSIS
GI P0A0 usia 26 tahun gravid 37 minggu + letak sungsang + Fetal distress
PENATALAKSANAAN
IVFD Dex 5% 28 Tpm
O2 4-5 Lpm
FOLLOW UP
21/11/2017
S : Nyeri perut bagian bawah (-) Pusing (-),sakit kepala (-), mual (-),muntah (-),
Pelepasan darah (-), air (-), lendir (-), BAB (-), BAK (+) kateter, perdarahan
jalan lahir (-)
22/11/2017
S : Nyeri luka operasi (+), Nyeri perut bagian bawah (-)pusing (-), sakit kepala (-
), mual (-),muntah (-), Pelepasan darah (+), air (-), lendir (-), BAB (-), BAK
(+) kateter, perdarahan jalan lahir (-)
10
O : KU : Sakit Sedang/ compos mentis
Konjungtiva anemia -/-
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/m
Suhu : 36.7
Pernapasan : 20 x/menit
23/06/2017
S : Nyeri luka operasi (-), nyeri perut bagian bawah (-)pusing (-), sakit kepala (-),
mual (-),muntah (-), Pelepasan darah (-), air (-), lendir (-), BAB (-), BAK (+)
kateter, perdarahan jalan lahir (-)
11
Asi -/-
Tekanan darah : 130/90mmHg
Nadi : 82x/m
Suhu : 36.5
Pernapasan : 20x/menit
A : P1A0 post SC H-2 atas indikasi letak sungsang + Fetal distress
P:
a. IVFD RL 28 Tpm
b. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
c. Inj.Ketorolac 1 amp/8 jam
d. Inj.Ranitidin 1 amp/12 jam
24/06/2017
S : Pandangan kabur (-), Nyeri perut (-),Nyeri luka operasi (+), mual (-), muntah
(-), nyeri ulu hati (-) pusing (-), sakit kepala (-), PPV (+), flatus (+), BAK (+)
kateter, BAB (-).
12
P :
a. Aff infus
b. Cefixime 100 mg 2 x 1
c. Asam Mafenamat 3x1
d. SF 1x1
24/06/2017
S : Pandangan kabur (-), Nyeri perut (-),Nyeri luka operasi (+), mual (-), muntah
(-), nyeri ulu hati (-) pusing (-), sakit kepala (-), PPV (+), flatus (+), BAK (+)
kateter, BAB (-).
13
Gambar 1. Septa Uterus
14
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis kelainan kongenital pada uterus yaitu septum
uterus ditegakkan berdasarkan penemuan pasca operasi sectio sesarea.
Insiden kelainan kongenital uterus pada populasi dan pada perempuan
dengan kehilangan kehamilan berulang berkisar antara 0,6 – 10 % atau sekitar 1
% pada populasi dan 3 % pada perempuan dengan kehilangan kehamilan berulang
dan riwayat reproduksi jelek. Cukup banyak kelainan nonobstruksi uterus yang
tidak memberikan gejala dan hanya ditemukan pada saat evaluasi yang dilakukan
karena kehilangan kehamilan berulang, kelainan haid yang menetap, atau
infertilitas.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan adanya pergerakan janin yang
berkurang, pada pemeriksaan penunjang USG didapatkan presentasi janin letak
sungsang, dan pemeriksaan leopold didapatkan presentasi bokong.
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava
sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi
tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral. Pasien dibaringkan miring ke kiri,
agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari ibu ke janin lebih lancer.
Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.5
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus ini hanya USG namun temuan
septa uterus tidak tampak, sehingga diagnosis septa uterus pada kasus ini
ditemukan ketika pasca sectio sesaria
15
DAFTAR PUSTAKA
16