You are on page 1of 7

1

PENGARUH STIMULASI OTAK TERHADAP TINGKAT KOGNITIF


LANSIA DI PANTI WERDHA BHAKTI LUHUR

Widayani Yuliana
Stikes Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya
Email: nana@stikvinc.ac.id

Abstract : A decrease in the level of liveliness among the elderly is the trigger of the
decrease in cognitive function. Games for brain stimulation is a recommended activity so
that affecting the elderly to actively take a part. 40 % elderly in Werdha Bhakti Luhur
Nursing Home had cognitive function impairment. The purpose of this study was to
analyze the effect of brain stimulation on degree of cognitive function of the elderly in
Werdha Bhakti Luhur Nursing Home.This study used pre-experimental one-group pre-test
and post-test study design. The population in this study was elderly in Werdha Bhakti
Luhur nursing home, while sampling was done using simple random sampling which later
resulted to as many as 59 respondents. Data was collected by MMSE Quetionere which
was measured pre and post intervention.Before intervention sowed that mean value of
cognitive function was 22 and after intervention mean value was 23,95. Statistical analyze
by Paired Sample T Test with a significant level of α = 0:05 showed that the value of p =
0.00, while the value of the p <α, it meant that there were significant difference of the
elderly’s cognitive function degree before and after intervention. After brain stimulation
intervention, eldely showed more active participation during daily activities, hence the
researcher suggests to the nursing home to make a variety of activities through the use of
games that stimulates the brain in aims that liveliness of the elderly can be maintained.

Keywords: games for brain stimulation, liveliness

Abstrak: Bertambahnya usia menjadi pemicu makin menurunnya fungsi kognitif.


Permainan stimulasi otak merupakan kegiatan yang direkomendasikan untuk
mempengaruhi fungsi kognitif lansia. Berdasarkan survey di Panti Werdha Bhakti Luhur
ditemukan 40% lansia memiliki gangguan kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh stimulasi otak terhadap fungsi kognitif lansia mengikuti kegiatan.
Desain penelitian ini menggunakan pre eksperimental one group pre - post test design.
Populasi penelitian adalah lansia di panti werdha Bhakti Luhur dengan sampling yang
digunakan simple random sampling dan besar sampel sebanyak 59 responden. Instrumen
yang digunakan adalah lembar kuisioner MMSE yang digunakan sebelum dan sesudah
intervensi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan nilai mean, pada
sebelum intervensi yaitu 22 dan setelah dilakukan intervensi yaitu 23.95. Hasil uji statistik
menggunakan Paired Sample T Test dengan tingkat signifikan α = 0.05 didapatkan harga
p = 0.00 oleh karena harga p < α, maka H0 ditolak, H1 diterima artinya ada perbedaan
fungsi kognitif lansia sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Sesudah dilakukan
stimulasi otak menunjukkan ada perbedaan fungsi kognitif lansia kearah adanya
peningkatan. Peneliti menyarankan kepada pihak yayasan dan panti werdha Bhakti Luhur
untuk melakukan variasi kegiatan yang mengarah pada kegiatan stimulasi otak agar fungsi
kognitif lansia tetap dapat dipertahankan.
2

Kata Kunci: stimulasi otak, fungsi kognitif

PENDAHULUAN bahwa pada tahun 2050 kasus Demensia


diperkirakan meningkat sampai tiga kali
Demensia merupakan suatu
yaitu dapat mencapai 115,4 juta. Lebih
keadaan dimana seseorang mengalami
dari 70 % akan terjadi di negara
penurunan daya ingat dan daya pikir yang
berkembang. Para petugas kesehatan
secara nyata dapat mengganggu aktivitas
menyebut demensia sebagai bom waktu
kehidupan sehari-hari (Wahjudi N,2008).
yang siap meledak (Nugroho,2013)
Penyebab dari demensia ini belum
Negara Indonesia termasuk salah
diketahui secara pasti (idiopatik), namun
satu negara berkembang yang memiliki
sebagai faktor predisposisi dan risiko
potensi pengidap demensia tertinggi di
demensia ini adalah lanjut usia (usia diatas
dunia seiring bertambahnya jumlah lansia.
65 tahun). Semakin bertambahnya umur
Dr Samino,2010 ketua Asosiasi Alzheimer
manusia, proses penuaanpun mengikuti
Indonesia (AAzi) menyatakan memang
secara degeneratif. Perubahan diberbagai
belum punya angka, tetapi prediksi di
organ fisik terjadi pada lansia termasuk
tahun-tahun mendatang akan menjadi
pada otak sebagai system persyarafan
epidemi kasus Demensia pada lansia. Di
(Azizah,2011) dan pusat kognitif. Otak
Indonesia pada tahun 2005 yang menderita
sebagai organ kompeks yang merupakan
demensia sebanyak 191,4 juta jiwa dan
salah satu organ tubuh yang sangat rentan
akan bertambah setiap tahunnya
terhadap proses penuaan atau degeneratif.
diperkirakan tahun 2050 penduduk
Penyakit degenerative diantaranya seperti
Indonesia yang menderita demensia
demensia Alzheimer dan Dementia
sebanyak 932,0 juta (DEPKES RI, 2004).
vascular terkategori penyakit degeneratif
Berdasarkan data Susenas tahun 2010,
yang sampai saat ini pengobatannya belum
Badan Pusat Statistik RI, menunjukkan
memberikan hasil yang diharapkan
data jenis kesulitan yang dialami lansia
(Turana, 2013). Gejala awal yang sering
yang menggambarkan bahwa jenis
menyertai demensia adalah mengalami
kesulitan lansia yaitu kemampuan
kemunduran daya ingat secara bermakna,
mengingat atau berkonsentrasi sebagai
kesulitan dalam bahasa, disorientasi waktu
gejala awal demensia, menempati posisi
dan tempat, sering tersesat di tempat biasa
ke-4 dari lima jenis kesulitan yang
dikenal, kesulitan membuat keputusan,
dihadapi lansia
kehilangan inisiatif dan motivasi,
kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas Dari survey yang dilakukan peneliti
dan menunjukkan gejala depresi dan dengan menggunakan kuisioner yaitu
agitasi.(Wahjudi N,2008) MMSE (Mini Mental State Examination)
Menurut WHO (Organisasi pada dengan dari 10 lansia yang ada
Kesehataan Dunia, 2012) kasus demensia dipanti Bhakti Luhur, peneliti di dapatkan
diprediksi melambung dalam beberapa 40% lansia memiliki skor kurang dari 20
dekade mendatang. WHO, tahun 2012 yang menggambarkan lansia mengalami
bekerja sama dengan Asosiasi Alzheimer gangguan kognitif dan 60% memiliki skor
Internasional (AAI) telah menerbitkan diatas 24 yang menggambarkan lansia
laporan pertama tentang kasus Demensia tidak mengalami gangguan kognitif.
3

Penyakit demensia menjadi stadium Tujuan Umum : menganalisis pengaruh


terakhir dari penyakit degeneratif otak stimulasi otak terhadap fungsi kognitif
yang sudah menunjukkan lampu merah. lansia di panti werdha Bhakti Luhur
Namun sebelum lampu merah, ada tahapan Tujuan Khusus :
mild cognitive impairement atau hendaya
1. Mengidentifikasi fungsi kognitif
kognitif ringan yang menunjukkan
lansia sebelum dilakukan permainan
keadaan lampu kuning pada keadaan
stimulasi otak
kognitif lansia (Turana, 2013).
Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan 2. Mengidentifikasi fungsi kognitif
lansia sesudah dilakukan permainan
kegiatan stimulasi otak yang
stimulasi otak
menyenangkan dan dapat diterapkan pada
3. Menganalisis perbedaan fungsi
lansia. Banyak kegiatan kelompok yang
kognitif lansia sebelum dan sesudah
sifatnya santai dan kreatif dapat dirancang
dilakukan permainan stimulasi otak di
untuk merangsang lansia mengikuti
Panti Werdha Bhakti Luhur.
kegiatan (Turana, 2013).
Menurut Linda Melone, seperti otot,
METODE PENELITIAN
otak juga memerlukan latihan teratur agar
Rancangan Penelitian
tetap sehat dan segar sesuai dengan umur.
Desain penelitian menggunakan
Dengan mengikuti gaya hidup otak sehat
desain penelitian pre eksperiment pre test
dan melakukan pelatihan otak secara
teratur diyakini dapat meningkatkan post test design. Peneliti menggunakan alat
ukur berupa kuisioner yaitu MMSE (Mini
kapasitas penyerapan kognitif otak.
Mental State Examination) yang
Kebosanan perlu dihindari karena otak
dilakukan kepada responden sebelum dan
perlu mempelajari sesuatu yang baru
sesudah dilakukan stimulasi otak
(Agoes,2010)

Berdasarkan latar belakang, Variabel


masalah yang diangkat dalam penelitian Variabel yang diteliti dalam
ini adalah penurunan fungsi kognitif, penelitian ini adalah Stimulasi otak
sehingga perlu dilakukan kegiatan untuk sebagai variabel independen dan fungsi
menstimulasi otak melalui kegiatan kognitif lansia adalah variabel dependen.
berupa stimulasi otak agar lansia dapat Populasi
mempertahankan fungsi kognitifnya. Populasi dalam penelitian ini
adalah lansia di panti werdha Bhakti Luhur
Rumusan Masalah Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini yaitu 59
Apakah ada pengaruh stimulasi
responden
otak terhadap fungsi kognitif lansia di
panti werdha Bhakti Luhur? Tehnik Sampling

Tehnik sampling yang digunakan


Tujuan Penelitian simple random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak.
4

Tehnik Pengumpulan Data range antara 10 – 30. Nilai MMSE 10


sebesar 5%. Sedangkan nilai MMSE 30
Instrumen yang digunakan adalah sebesar 3%. Prosentase terbesar adalah
lembar kuisioner yaitu MMSE (Mini jumlah responden dengan nilai MMSE 29
Mental State Examination) yang diberikan yaitu 17%.
sebelum dan sesudah dilakukan dilakukan
stimulasi otak. 2. Hasil Penelitian fungsi kognitif lansia
Analisis Data setelah dilakukan Stimulasi Otak
Analisis data dengan mengunaan (intervensi)
uji statistik paired T Test dengan Tabel 2. Fungsi Kognitif Lansia sesudah
signifikansi α = <0,05. dilakukan Permainan stimulasi Otak

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian fungsi kognitif
lansia sebelum dan sesudah dilakukan
stimulasi otak sebagai berikut :
1. Hasil Penelitian fungsi kognitif Lansia
sebelum dilakukan Stimulasi Otak
(intervensi)

Tabel 1 Fungsi Kognitif Sebelum


dilakukan Permainan stimulasi Otak

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa


nilai MMSE dari 59 responden variatif
range antara 10 – 30. Nilai MMSE 10
sebesar 3%. Sedangkan nilai MMSE 30
sebesar 17%. Prosentase terbesar adalah
jumlah responden dengan nilai MMSE 30
yaitu 17%.
3. Hasil uji statistik dengan Paired Sample
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa T Test
nilai MMSE dari 59 responden variatif
5

Tabel 3 Hasil uji statistik dengan Pair H1 diterima yang artinya ada perbedaan
Sample T Test fungsi kognitif sebelum dan setelah
dilakukan intervensi stimulasi otak di
Panti werdha Bhakti luhur Sidoarjo
Berdasarkan penelitian Woods et
all,2012 dan Oliveira et al, 2014
menyebutkan bahwa aktivitas stimulasi
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan ada otak memiliki pengaruh terhadap fungsi
perbedaan nilai dari sebelum dengan kognitif pada lansia. Hal tersebut sesuai
sesudah dilakukan stimulasi otak. Mean dengan hasil pada tabel 3 yang
keaktifan lansia mengikuti kegiatan menunjukkan ada perbedaan fungsi
sebelum dilakukan stimulasi otak adalah kognitif lansia antara sebelum intervensi
22 dan sesudah dilakukan stimulasi otak dan sesudah intervensi.
adalah 23.95 Menurut Asrori, kegiatan kesenian
Hasil penelitian setelah dilakukan seperti menggambar, mewarna, dan
uji statistik menggunakan Paired Sample keterampilan tangan dapat melatih lansia
T Test dengan tingkat signifikan α = 0.05 untuk berfikir abstrak. Intervensi pada
didapatkan harga p = 0.00 oleh karena penelitian ini adalah memberikan stimulasi
harga p < α, maka H0 ditolak, H1 diterima otak berupa kegiatan yang mengarah pada
artinya ada perbedaan fungsi kognitif kesenian yaitu menggambar, mewarna dan
lansia melakukan kegiatan sebelum dan menganyam. Hal ini sangat membantu
sesudah dilakukan stimulasi otak di panti dalam melindungi sel-sel otak untuk terus
werdha Bhakti Luhur. bekerja karena pada lansia kemampuan
berfikir abstrak mulai hilang. Kegiatan
terkait kesenian membantu otak untuk
PEMBAHASAN
meangsang dalam berfiki abstrak sebagai
Berdasarkan rekapitulasi, fungsi gambaran menstimulasi otak untuk terus
kognitif responden menunjukkan bahwa berfungsi.
nilai fungsi kognitif lansia yang dinilai Kegiatan stimulasi sensori menurut
dengan menggunakan alat ukur MMSE Asrori melalui kegiatan yang dapat
mendapatkan hasil yang variatif, dari nilai menstimulasi indra seperti penglihatan,
10 sampai dengan 30. Range nilai tersebut pendengaran, Perabaan dan Pembauan .
dapat dikategorikan bahwa fungsi kognitif Dalam kegiatan stimulasi otak ini peneliti
lansia di panti werdha Bhakti Luhur juga mengunakan kegiatan yang
menunjukkan memiliki kerusakan kognitif merangsang penginderaan seperti membau
berat sampai dengan keadaan kognitif makanan, memadukan keragaman warna
yang normal. Pada tabel 3 menunujukkan dan tebak lagu. Hal ini sesuai dengan teori
adanya perbedaan. Setelah dilakukan uji dimana terbukti dari data bahwa kegiatan
statistic dengan menggunakan Paired menstimulasi penginderaan berpengaruh
Sample T Test didapatkan hasil statistik terhadap fungsi otak yaitu dengan berdasar
dengan tingkat signifikan α = 0.05, pada hasil dari nilai MMSE pada tabel 2
didapatkan harga signifikansi = 0.000. memiliki perbedaan yaitu nilai mengalami
Oleh karena harga signifikansi < α, maka peningkatan. Stimulasi otak melalui indra
yang dimiliki merupakan cahaya pada
6

lansia dan dapat membantu lansia


berkonsentrasi dalam waktu lama. Agoes Azwar, Achdiat, Arizal. (2010).
Aktifitas untuk indra peraba, Penyakit Di Usia Tua. Jakarta: EGC
menurut Asrori dapat menggunakan
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
kegiatan Blind Guessing Game. Pada Penelitian: Suatu Pendekatan
kegaitan perabaan, peneliti menggunakan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
kegiatan tebak benda dimana responden
hanya bisa meraba benda dalam kotak Asrori, Nur. (2014. Panduan Perawatan
tertutup dimana responden tidak tahu Pasien Demensia.Malang. UMM
nama benda yang dipegangnya. Hal ini Pres
sesuai dengan teori dimana terbukti dari
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011).
data bahwa kegiatan menstimulasi indra Keperawatan Lanjut Usia Edisi
perabaan berpengaruh terhadap fungsi otak Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
yaitu dengan berdasar pada hasil dari nilai
MMSE pada tabel 2 memiliki perbedaan Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia Dan
yaitu nilai mengalami peningkatan. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Melalui kegiatan perabaan yaitu tebak Nuha Medika
benda, lansia diajak untuk bisa
Darmojo, Boedhi. (2004). Buku Ajar
mempersepsikan dan menstimulasi otak Geriatria: Ilmu Kesehatan Usia
untuk dapat mensinkronkan antara benda Lanjut. Jakarta: Balai Penerbitan
yang dipegang dengan memori Fakultas Kedekteran UI
sebelumnya akan nama dari benda yang
sedang dipegangnya. Hal ini melatih otak Kementerian Kesehatan RI. (2013).
Buletin Jendela. Semester 1. Jakarta:
lansia untuk aktif kembali.
Pusat Data

KESIMPULAN DAN SARAN Maryam R.Siti. (2008). Mengenal Usia


Perbedaan nilai dari hasil sebelum Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
dengan sesudah dilakukan stimulasi otak Salemba Medika
menunjukkan adanya manfaat dalam
intervensi yang diberikan. Perbedaan Maulana, Heri. (2009). Promosi Kesehatan.
Jakarta: EGC
fungsi kognitif lansia ssetelah dilakukan
stimulasi otak menjadi gambaran untuk Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan
bisa dilakukan macam kegiatan tesebut di Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC
panti werdha Bhakti Luhur.
Peneliti menyarankan kepada pihak Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
yayasan dan panti werdha Bhakti Luhur Metodologi Penelitian Ilmu
untuk meningkatkan frekuensi dan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
melakukan variasi kegiatan yang mengarah
pada stimulasi otak agar funggsi kognitif Notoatmodjo, Soekidjo. (2003).
lansia tetap dapat dipertahankan. Pendidikan & Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta

DAFTAR RUJUKAN
7

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).


Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu


Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).


Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta

Price, Sylvia Anderson. (2002).


Patofisiologi: konsep klinis proses-
proses penyakit. Alih Bahasa:
Huriawati Hartanto. (2005). Jakarta:
EGC

Rabins, Peter. (2007). Practice guideline


for the Treatment of Patients with
Alzheimer’s Disease and other
dementias. English: Medline

Stanley, Mickey. (1999). Buku Ajar


Keperawatan Gerontik Edisi 2. (2006).
Alih bahasa: Eny Meiliya. Jakarta:
EGC

Turana, Yuda. (2013). Stimulasi Otak


pada Kelompok Lansia.Data &
Informasi Kesehatan, Semester 1.
Jakarta: Buletin Jendela

Wawan dan Dewi. (2010). Teori


Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia Dilengkapi Contoh
Kuisioner. Yogyakarta: Nuha Medika

WHO. (2012). Dementia a Public Health


Priority.Switzerland.

Yuliana,W. (2015). Pengaruh Permainan


stimulasi otak terhadap fungsi kognitif
dan keaktifan lansia mengikuti
kegiatan. FKM Unair
Surabaya.http://repository.unair.ac.id/
33599/

You might also like