You are on page 1of 7

ISOLASI DAN ANALISIS MINYAK ATSIRI

1. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan isolasi dan analisis minyak atsiri.

2. Dasar Teori
Klasifikasi Tanaman Cengkeh
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry
Thomas (2007) menyatakan bahwa cengkeh termasuk jenis tumbuhan
perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh
mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat
mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.
Tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku,
bentuk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal
meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas mengkilap,
panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna hijau muda atau cokelat muda
saat masih muda dan hijau tua ketika tua (Kardinan, 2003).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun
dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga
cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning
kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.
sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan
berasa pedas karena mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).
Kemudian Kardinan (2003) mengatakan bahwa perbanyakan tanaman
cengkeh dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Tanaman ini tumbuh
baik di daerah tropis di ketinggian 600 - 1.100 meter di atas permukaan laut
(dpl) di tanah yang berdrainase baik.
Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok kretek,
makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan diatas adalah bunga, tangkai bunga dan daun
cengkeh (Nurdjannah, 2004).
Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu khas
India atau garam masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapatdigunakan
sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak cengkeh sering
digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul, sakit gigi,
memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah sel darah putih
(Waluyo, 2004).
Tanaman cengkeh juga dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena
memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah, kembung,
masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik,
campak, sebagai anti nyamuk, dan lain-lain (Riyanto 2012).
Nurdjannah (2004) menyatakan bahwa di dalam daun cengkeh
mengandung eugenol, saponin, flavonoid dantanin. Eugenol (C10H12O2),
merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alkil, dikenal
dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol (Gambar 1). Eugenol
dapat dikelompokkan dalam keluarga alkilbenzena dari senyawa-senyawa
fenol.
Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun/alelopati,
merupakan persenyawaan dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid
mempunyai sifat khas yaitu bau yang sangat tajam, rasanya pahit, dapat larut
dalam air dan pelarut organik, serta mudah terurai pada temperatur tinggi.
Dinata (2008) menambahkan bahwa flavonoid merupakan senyawa
pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan
juga bersifat toksik. Mannfaat flavonoid bagi tumbuhan yaitu sebagai
pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, serta sebagai pengatur kerja
antimikroba dan antivirus. Bagi manusia flavonoid bermanfaat sebagai
antioksidan terhadap penyakit kanker dan ginjal. Kegunaan flavonoid lainnya
adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Tanaman yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lainlain.
Senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman dapat digolongkan ke dalam
golongan minyak atsiri, alkoloid, flavanoid dan lain-lain. Senyawa aktif yang
dikandung dalam tanaman telah diketahui akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil),
minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak
aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud
cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil
sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah.
Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia
(terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis
tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya
dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini,
minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-
kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.
Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut
dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan
biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya
minyak yang mudah diperoleh, seperti minyak kelapa.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit
berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung
jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam
golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak (lipofil).
Minyak atsiri membantu mengelola stres dan mempromosikan
relaksasi. Minyak atsiri sangat aktif terhadap bakteri, jamur dan virus dengan
kekuatan kulit lebih baik penetrasi dari antibiotik konvensional. Oleh karena
itu mereka dapat bermanfaat sangat baik terhadap berbagai macam infeksi
kulit. Minyak atsiri menyeimbangkan produksi sebum dan karenanya sangat
baik untuk mengobati semua jenis kulit, kering, berminyak, kombinasi dan
normal.
Minyak atsiri adalah antiseptik. Minyak atsiri telah ditunjukkan untuk
menghancurkan semua bakteri uji dan virus sekaligus mengembalikan
keseimbangan tubuh. Dengan membantu meningkatkan asimilasi nutrisi pada
tingkat sel dan menyediakan oksigen yang dibutuhkan, minyak esensial dapat
membantu merangsang sistem kekebalan tubuh. Minyak atsiri mengandung
blok bangunan untuk kesehatan yang baik, termasuk mineral dan asam amino.
Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk mencerna bahan kimia
beracun dalam tubuh. Minyak atsiri merangsang aktivitas enzimatik,
mendukung kesehatan pencernaan. Minyak atsiri adalah antioksidan kuat.
Antioksidan menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi radikal bebas,
sehingga membantu untuk mencegah mutasi. Sebagai pemulung radikal
bebas, mereka juga dapat membantu mencegah pertumbuhan jamur dan
oksidasi dalam sel. Minyak atsiri akan ditampilkan untuk detoksifikasi sel dan
darah dalam tubuh. Minyak atsiri adalah aromatik. Saat menyebar, mereka
menyediakan pemurnian udara dengan :
 Menghapus partikel logam dan racun dari udara
 Meningkatkan oksigen atmosfir
 Meningkatkan ozon dan ion negatif di daerah, yang menghambat
pertumbuhan bakteri
 Menghancurkan bau dari cetakan, rokok, dan hewan
 Mengisi udara dengan aroma, segar aromatik.
Jenis-jenis destilasi / penyulingan, ada 3 yaitu: destilasi air, destilasi
uap dan air, dan destilasi uap.:
a. Destilasi air
Pada destilasi air terjadi kontank langsung antara simplisia dengan
air mendidih. Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar, atau
digerus halus dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin,
sulingan berupa minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan
dengan cara ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan
pendidihan. Penyulingan air biasa digunakan untuk menyari minyak atsiri
yang tahan panas dari grabahan maupun bahan yang berkayu dan keras.
Keuntungan metode ini adalah: kualitas minyak atsiri baik (jika
diperhatikan suhu tidak terlalu tinggi), alat sederhana dan mudah
diperoleh, dan mudah pengerjaannya.
Kerugian dari metode ini adalah: tidak semua bahan dapat dilakukan
dengan cara ini (terutama bahan yang mengandung sabun, bahan yang
larut dalam air, dan bahan yang mudah hangus), adanya air sering
menyebabkan terjadinya hidrolisis, dan waktu penyulingan yang lama.
b. Destilasi uap dan air
Penyulingan degnan cara ini memakali alat semacam dandang.
Simplisia diletakkan di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air
di lapisan bawah. Uap dialirkan melalui pendingin dan sulingan
ditampung, minyak yang diperoleh belum murni. Cara ini baik untuk
simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan. Untuk simplisia
basah atau kering yang rusak pada pendidihan. Untuk simplisia kering
harus dimaserasi lebih dulu, sedangkan untuk simplisia segar yang baru
dipetik tidak perlu dimaserasi. Cara penyulingan ini banyak dilakukan
sebagai industri rumah, karena peralatan mudah didapat dan hasil yang
diperoleh cukup baik.
Kerugian cara ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah
dari air yang dapat tersuling sehingga hasil penyulingan tidak sempurna
(masih banyak minyak yang tertinggal di ampas).
c. Destilasi uap.
Minyak atsiri biasanya didapatkan dengan penyulingan uap pada
bagian tanaman yang mengandung minyak. Metode penyulingan ini
tergantung pada kondisi bahan tanaman
Penyulingan dengan uap memerlukan air, uap panas yang biasanya
bertekanan lebih dari 1 atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap.
Peralatan yang dipakai tidak berbeda dnegn penyulingan air dan uap,
hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan. Bila
pemeriksaan telah dilakukan degnan air dan uap, hanya diperlukan alat
tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan. Bila pemeriksaan telah
dilakukan dengan baik, dengan cara ini akan diperoleh minyak yang lebih
banyak. Cara ini bisa juga digunakan untuk membuat minyak atisiri dari
biji, akar, kayu, yang umumnya mengandugn komponen minyak yang
bertitik didih tinggi. Penyulingan ini dapat digunakan utnuk membuat
minyak cengkeh, minyak kayumanis, minyak akar wangi, minyak sereh,
minyak kayuputih, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Bulan, R. 2004. Reaksi asetilasi eugenol dan oksidasi metil iso eugenol. Program
Studi Teknik Kimia, FMIPA, Universitas Sumatera Utara.
Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk Vol I. Jakarta:
Agro Media Pustaka, pp: 2-5, 22-23, 28-29.
Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Kanisus, pp: 22-
24
Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi penggunaan cengkeh. Perspektif 3(2) : 61-70.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang
Bambang Riyanto. 2012. Dasar-dasar Pembelanjaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta
Haditomo, I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum L) terhadap Aedes aegypti. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret.Surakarta
Mustofa, E. F. 2012. Uji ekfektivitas etanol daun cengkeh (Syzygium
aromaticum) sebagai insentisida terhadap nyamuk Aedes aegypti
dengan metoda elektrik. Jurnal. FKUB
Iswari, T. R, (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Penerbit.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta). http://www.indonesian-
publichealth.com/2014/01/foggingaedes-aegypti.html. Diakses tanggal
6 Maret 2014.
Dinata, A. 2008. Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol. http://www.pikiran
rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=54735. (9 Oktober
2009).
Depkes RI. 2000. Inventarisasi Tanaman Obat. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian. Hal : 25 – 29

You might also like