You are on page 1of 15

LAPORAN TUTORIAL

MODUL ILMU KESEHATAN ANAK

TRIGGER I

KELOMPOK TUTORIAL XIV


Fasilitator :
dr. Aklima
Anggota :
Rizky dwi uldiana (11-131)
Teguh armada (11-132)
Eka marlis surya ningsih (11-133)
Hayatun nufus (11-134)
Heri hartoni (11-135)
Febrima rahayu (11-136)
Dyna akmal (11-137)
Faurani yuzia (11-139)
Hafizur rahman (11-138)
Kenanga tesa bakri (11-140)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini.

Shalawat beserta salam marilah kita kirimkan kepada nabi Muhammad


SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan sampai ke alam yan berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Makalah ilmiah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat bahan kuliah. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

- Orang tua dan keluarga tercinta


- Para fasilitator
- Teman sejawat
- Semua bantuan yang kami terima baik secara lansung ataupun secara
tidak langsung
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab
itu kami menerima kritik dan saran pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan
untuk makalah selanjutnya.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat


bagi

pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Padang, September 2013

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................

DARTAR ISI ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................

TRIGGER ...................................................................................................................

BAB II ISI ..................................................................................................................


STEP 1. Clarify Unfamiliar Terms .............................................................................
STEP 2. Define The Problem ......................................................................................
STEP 3. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation ..........................................
STEP 4. Arrange Explanation Into a Tentative Solution .............................................
STEP 5. Define Learning Objective ...........................................................................
STEP 6. Gather Information and Private Study ..........................................................
STEP 7. Share The Result or Explanation and Private Study ....................................

BAB III PENUTUP ....................................................................................................

KESIMPULAN ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................


Trigger 1

Seorang pasien wanita umur 22 tahun datang berobat ke poliklinik mata RSI Siti Rahmah
dengan keluhan utama kedua mata merah dan bengkak sejak 2 hari yang lalu. Anamnesa tajam
penglihatan tidak terganggu. Pemeriksaan ofthalmologi pada Okuler Dextra (OD) dan Okuler
Sinistra (OS) ditemukan visual acuity 1.0, palpebra pseudoptosis, hiperemis, edema, konjungtiva
hiperemis, injeksi konjungtiva, secret purulen, membran. Dokter mengatakan pada pasien
tersebut, bahwa matanya mengalami infeksi, kemudian dokter memberi resep obat dan
menyampaikan edukasi secukupnya.

STEP 1

1. Ofthalmologi : Ilmu yang mempelajari tentang mata


2. Konjungtiva hiperemis : Kemerahan pada konjungtiva
3. Secret purulen : Secret yang mengandung nanah
4. Membran : Selaput, kulit tipis yang berfungs
5. Visual acuity 1.0 : Kemampuan mata untuk membedakan objek secara jelas
dan baik yang tergantung kemampuan akomodasi mata
6. Palpebra Pseudoptosis : Turunnya palpebra superior akibat mata bengkak
7. Injeksi Conjungtiva : Hiperemis konjungtiva bulbi

STEP 2

1. Kenapa kedua mata merah dan bengkak?


2. Kenapa tajam penglihatan tidak terganggu?
3. Kenapa palpebra pseudoptosis, hiperemis, udem, injeksi conjungtiva, secret purulen dan
membran?
4. Kenapa ada infeksi pada mata?
5. Terapi yang tepat untuk kasus di trigger?
6. Pemeriksaan ofthalmologi?
7. Edukasi apa yang tepat pada pasien?

STEP 3

1. Adanya benda asing/ corpus aleum


2. Karena infeksi hanya pada bagian luar mata
3. -Palpebra hiperemis : Adanya dilatasi pembuluh darah
-Injeksi conjungtiva : Adanya peradanganhiperemis
-Secret Purulen :Infeksi masuk dalam air matakeluar agen, sel
radang+fibrinSecret
-Palpebra pseudoptosis: Adanya secret menempeltimbul lengket
4. -Antibiotik topical
-Obat tetes steroid

5. -Virus

-Bakteri : S.Pneumonia, E.coli, meningococcus

6. Ofthalmoscop melihat benda yang kecil menjadi lebih besar dari normal (melihat
jelas, diperiksa diruang gelap

 Langsung
-dapat dilihat periferequator
-pembesaran 15x
 Tidak langsung
-Pada fundus oculi
-8x diameter pupil
-ada efek steroskopik
-Pembesaran 2-4 x

7. -Jaga kebersihan mata

-Pemberian vitamin

-Konsumsi sayuran dan buah

-Tidak boleh dikucek

STEP 4

Wanita 22 tahun Keluhan utama

Anamnesa Visus Baik

Pem. Oftalmologi OD dan OS ditemukan:


Visual acuity 1.0
Diagnosa Palpebra pseudoptosis
Konjungtivitis Hiperemis
Edema
Konjungtiva hiperemis
Injeksi konjungtiva
Secret purulen
STEP 5

1. Konjungtivitis
a. Defenisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Patofisiologigejala klinis
e. Diagnosa-Anamnesa
-PF
-PP (Oftalmologi)
f. Deferensial Diagnosa
g. Komplikasi
h. Tatalaksana
i. Pencegahan
j. Prognosa

Step 7

1.Defenisi

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung
kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea.14 Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.

- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya.

- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtivitis

l e b i h d i k e n a l s e b a g a i p i n k e y e , y a i t u a d a n y a i n f l a m a s i p a d a konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih
pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepatd a n b i a s a n y a m e n y e b a b k a n
m a t a r u s a k . B e b e r a p a j e n i s k o n j u n g t i v i t i s d a p a t h i l a n g dengan sendiri, tapi ada juga
yang memerlukan pengobatan
Conjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia),

alergi, iritasi bahan-bahan kimia.

2. KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS DAN TANDA GEJALA MASING-MASING

1. 1. Konjungtivitis Bakteri

 Definisi: Konjungtivitis bakteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, mudah
menular.
 Etiologi: Organisme penyebab tersering adalah Staphylococcus, Sreptococcus, Pneumococcus,
Neisseria gonorrhea, Herpes Simpleks, Klamidia dan Haemophilus.
 Tanda dan gejala: Konjungtivita bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret mukopurulen
terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, kemosis, hipertrofi papil,
folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti ada benda asing, dan
limfadenopati preaurikular. Kadang disertai keratitis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata akan
menular ke mata yang lain dan dapat menjadi kronis. Biasanya pasien datang dengan mata merah,
secret mata, dan iritasi mata.
 Pemeriksaan Penunjang: Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan gram atau
Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti
konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru yang akan
menunjukkan diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat diplokok gram
negatif intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan agar darah dan coklat.
 Komplikasi: Staphylococcus dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Neisseria gonorrhea
menyebabkan perforasi kornea, Herpes Simpleks dapat menyebabkan parut kornea, penyakit
Klamidia dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut kornea yang dapat mengancam
penglihatan.
 Penatalaksaan: Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik
tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, etc. selama 3- 5 hari. Kemudian bila tidak
memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan
kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap jam disertai
obat salep mata untuk tidur atau salep mata 4 – 5 kali sehari.
 Prognosis: Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti
haemophilus influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh dengan
sendirinya dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1 -3 hari.

2. Konjungtivitis Alergika

 Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis.

a. Akut (konjungtivitis demam hay)

Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap allergen yang tersebar di udara
(biasanya serbuk sari). Gejala dan tanda antara lain:

- rasa gatal;

- injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis);

- lakrimasi

b. Konjungtivitis vernal (kataral musim semi) juga diperantarai oleh IgE. Sering mengenai anak laki-laki
dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun. Gejala dan tanda antara lain:

- rasa gatal

- fotofobia

- lakrimasi

- konjungtivitis papilar pada lempeng tarsal atas (papilla dapat bersatu untuk membentuk cobblestone
raksasa

- folikel dan bintik putih limbus

- lesi pungata pada epitel kornea

- plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan zona bagian atas epitel kornea.

 Terapi awal dengan antihistamin dan penstabil sel mast (misal natrium kromoglikat; nedokromil,
lodoksamid). Steroid topical dibutuhkan pada kasus-kasus berat, namun pemakaian jangka
panjang jika mungkin dihindari karena dapat menginduksi glaukoma atau katarak.
 Penggunaan lensa kontak dapat mengalami reaksi alergi terhadap lensa yang digunakan atau
bahan pembersih lensa yang menyebabkan konjungtivitis papilar raksasa (giant papillary
conjunctivitis) dengan secret mukoid. Walaupun hal ini memberikan respon terhadap terapi
topical dengan penstabil sel mast, seringkali penggunaan lensa kontak harus dihentikan sementara
waktu atau permanen.
 Pencegahan

- Mencuci mata dengan cairan pencuci mata yang lunak bisa membantu mengurangi iritasi.
- Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama terjadi
konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.

3. Konjungtivitis Neonatorum

 Definisi: Konjungtivitis Neonatorum (Oftalmia Neonatorum) adalah suatu infeksi


pada konjungtiva (bagian putih mata) dan selaput yang melapisi kelopak mata.
 Penyebab: Konjungtivitis neonatorum didapat ketika bayi melewati jalan lahir dan organisme
penyebabnya adalah bakteri yang biasanya ditemukan divagina. Paling sering menyebabkan
konjungtivitis neonatorum adalahChlamydia. Bakteri lainnya adalah Streptococcus
pneumoniae,Hemophilus influenzae dan Neisseria gonorrhoeae (bakteri penyebabgonore). Virus
juga bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum, yang paling sering adalah virus herpes
simpleks.
 Tanda dan gejala

- Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya timbul dalam waktu 5-14 hari setelah bayi lahir. Infeksinya
bisa ringan atau berat dan menghasilkan nanah (bisa sedikit ataupun banyak).

- Konjungtivitis karena bakteri lainnya mulai timbul pada hari ke 4-21, bisa disertai ataupun tanpa
pembentukan nanah.

- Konjungtivitis karena bakteri gonore timbul pada hari ke 2-5 atau mungkin lebih awal (terutama jika
selaput ketuban telah pecah sebelum waktunya dan infeksi sudah mulai timbul sebelum bayi lahir).

- Infeksi herpes simpleks bisa hanya menyerang mata atau bisa juga mengenai mata dan bagian tubuh
lainnya.

- Apapun penyebabnya, kelopak mata dan bagian putih mata biasanya membengkak. Jika kelopak mata
d ibuka, maka nanah akan mengalir keluar.

- Jika pengobatan ditunda, maka bisa terbentuk luka terbuka padakornea sehingga bisa terjadi gangguan
penglihatan.

 Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Untuk
menentukan organisme penyebabnya, contoh nanah diperiksa dengan mikroskop atau dibiakkan.
 Pengobatan

- Untuk mengobati konjungtivitis karena bakteri, diberikan salep yang mengandung polimiksin dengan
basitrasin, eritromisin atau tetrasiklin, yang dioleskan langsung ke mata.

- Sebanyak 50% bayi yang menderita konjungtivitis klamidia juga menderita infeksi klamidia di bagian
tubuh lainnya, kaena itu juga diberikan eritromisin per-oral (melalui mulut).

- Konjungtivitis karena virus herpes diobati dengan obat tetes mata atau salep trifluridin dan salep
idoksuridin. Juga diberikan obat anti virus asiklovir dengan pertimbangan bahwa virus telah menyebar
atau akan menyebar ke otak dan organ lainnya.

- Salep kortikosteroid tidak diberikan karena akan memperburuk infeksi klamidia maupun infeksi virus
herpes.
 Pencegahan: Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin diberikan salep
atau tetes mata perak nitrat, eritromisin atau tetrasiklin. Kepada bayi yang ibunya menderita
gonore diberikan suntikan antibiotik seftriakson.

4. Konjungtivitis Gonokokal:

Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan
lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau
salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bias menyebabkan konjungtivitis
gonokokal. Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika
cairan semenyang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata.
Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa
terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis
gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.

5. Keratokonjungtivitis Vernalis

 Definisi: Keratokonjungtivitis Vernalis adalah peradangan konjungtiva yang berulang (musiman).


 Penyebab: Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas.
Keratokonjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa
pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
 Tanda dan gejala

- Gatal hebat

- Mata merah dan berair

- Peka terhadap cahaya (fotofobia)

- Kotoran mata yang kental dan lengket. Konjungtiva di bawah kelopak mata membengkak dan berwarna
pink pucat sampai keabuan, sedangkan konjungtiva lainnya tampak berwarna putih susu. Konjungtiva
yang melapisi bola mata tampak menebal dan keabuan. Kadang terjadi kerusakan pada sebagian
kecil kornea yang menyebabkan nyeri dan fotofobia hebat. Keseluruhan gejala biasanya menghilang pada
musim dingin.

 Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

e. Pengobatan: Jangan menggisik mata karena bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut. Kompres dingin
bisa mengurangi gejala. Tetes mata antialergi seperti cromoline, lodoxamind, ketorolac dan levokabastin
merupakan pengobatan yang paling aman. Antihistamin oral juga bisa membantu meringankan gejala.
Corticosteroid bisa mengurangi peradangan, tetapi sebaiknya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu
karena bisa menyebabkan peningkatan tekanan pada mata, katarak dan infeksi opportunistik.

6. Konjungtivitis Virus

 Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan:

- secret berair dan purulen terbatas;


- adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikular;

- selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.

Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangat menular.

 Organisme penyebab tersering adalah adenovirus, dan yang lebih jarang, Coxsackie dan
pikornavirus. Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan
pembentukan pseudomembran pada konjungtiva. Serotipe adenovirus tertentu juga dapat
menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan. terapi untuk konjungtivitis ini tidak
diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder. Pasien harus diberikan instruksi hiegine
untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misalnya menggunakan handuk yang berbeda). Terapi
keratitis masih kontroversial. Penggunaan steroid mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya
opasitas kornea, namun inflamasi ulangan (rebound inflammation) sering terjadi ketika steroid
dihentikan.

B. Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
1. Infeksi olah virus atau bakteri
2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar
matahari yang dipantulkan oleh salju.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
1. Entropion atau ektropion
2. Kelainan saluran air mata
3. Kepekaan terhadap bahan kimia
4. Pemaparan oleh iritan
5. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.

C. Klasifikasi
1. Konjungtivitis Kataral(mata merah)
Penyebab:
-S. Aureus, pneumokokus
-virus morbili
-bahan kimia
2. Konjungtivitis Purulen
Terjadi pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh terinfeksi gonore oleh ibunya ketika melewati jalan
lahir.
3. Konjungtivitis Flikten
4. Konjungtivitis Membran / Pseudo Membrane
5. Konjungtivitis Vernal
6. Konjungtivitis Folikularis Nontrakoma
7. Konjungtivitis Folikularis Trakoma

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala konjungtivitis bias meliputi :
1. Hiperemia ( kemerahan )
2. Cairan
3. Edema
4. Pengeluaran air mata
5. Gatal pada kornea
6. Rasa terbakar / rasa tercakar
7. Seperti terasa ada benda asing

E. Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi
sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering
sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya
peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret
mukopurulent.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan
allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan
hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal
schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi
ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.

F. Penatalaksanaan
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi
antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata, atau
kompres hangat.
Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan instruksipada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yangs ehat, untuk mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu
tangan baru yang terpisah.

H. Komplikasi
1. Komplikasi konjungtivitis kataral seperti ekstropin, trikiasis
2. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta adalah berupa ulkus kornea
3. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea
4. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

I. Pencegahan
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat,
penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.

J. Penularan
Penularan hanya bisa terjadi pada konjungtivitis yg disebabkan infeksi. Anggapan konjungtivitis
menular melalui pandangan mata tidaklah benar. Baik bakteri atau virus memang dapat menular dgn
mudah namun tidak semudah melalui saling memandang.
Sumber penularan adalah cairan yg keluar dari mata yg sakit yg mengandung bakteri atau virus
penyebab. Lantaran gatal atau rasa tidak nyaman di mata,disengaja atau tidak,penderita seringkali
menggosok atau mengusap mata dgn tangan. Bila tidak segera dicuci dgn sabun,tangan yg terkontaminasi
cairan infeksi ini dapat menjadi media penularan. Melalui jabat tangan misalnya,tangan orang lain dapat
tertular dan kuman masuk ke mata bila tangan itu kemudian memegang atau menggosok mata. Bisa pula
melalui cara tidak langsung,misalnya tangan yg terkontaminasi memegang benda yg kemudian terpegang
juga oleh orang lain. Cara terakhir yg paling sering terjadi di tempat2 umum seperti bis kota,pusat
perbelanjaan,dan tempat2 ibadah.
Penggunaan kosmetik utk mata secara bergantian dgn penderita juga dapat menjadi media
penularan,misalnya eyeliner,eye shadow,atau maskara. Demikian juga dgn penggunaan tissue,sapu
tangan,dan handuk.benda yang sering menjadi media penularan adalah uang karena setiap orang berulang
kali bersentuhan dengan alat pembayaran setiap hari. Bila pernah terkontaminasi virus atau bakteri
penyebab konjungtivitis dan kemudian tanpa sengaja tangan yg memegang uang tersebut mengusap
mata,maka kemungkinan terjadi konjungtivitis sangat besar. Penularan di tempat praktik dokter pun bisa
terjadi,misalnya melalui peralatan periksa mata yg dipakai bergantian tanpa dibersihkan.

1. F. KOMPLIKASI KONJUNGTIVITIS

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis
yangtidak tertangani diantaranya:

- glaukoma

- katarak

- ablasi retina

- komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti
ekstropin, trikiasis

- komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

- komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranaseaadalah bila sembuh akan


meninggalkan jaringan perut yang tebal di korneayang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan
orang bisa menjadibuta

- komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu


penglihatan

1. G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KONJUNGTIVITIS

 Pemeriksaan Mata

- Pemeriksaan tajam penglihatan


- Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan
pandangan).

- Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).

- Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran kornea).

- Pemeriksaan oftalmoskop

- Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar
disbanding ukuran normalnya).

 Therapy Medik

- Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek virus).

 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang
dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada
konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel
eosinofil.

KESIMPULAN

Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya
sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua
orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah
konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat
bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut.
Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata
rantai dari penularannya

You might also like