You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun rentan mengalami
abortus. Hal itu disebabkan karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin. Sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan
karena berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan kromosom, dan penyakit
kronis.1
Pada awal kehamilan sebelum 3 bulan, seorang ibu rentan mengalami
abortus. Keadaan ini disebabkan karena pada masa tersebut rentan terjadi kelainan
pertumbuhan janin atau malformasi. Risiko terjadinya abortus meningkat seiring
bertambahnya paritas ibu. Ibu hamil yang pernah mengalami riwayat abortus
sebelumnya juga perlu mewaspadai kemungkinan kembali terjadiya abortus.1
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus inkompletus berkaitan
dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang
berkurang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini, seperti halnya pada
kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementara
serviks tetap terbuka.2
Lebih dari 80% kasus abortus spontan terjadi pada 12 minggu pertama,
separuhnya disebabkan oleh anomali kromosom. Keguguran dini biasanya disertai
perdarahan dalam desidua basalis dan disertai nekrosis jaringan sekitar.
Mekanisme penyebab abortus tidak selalu dapat ditentukan dengan jelas, karena
pada umumnya lebih dari satu faktor yang berperan. Secara umum penyebab
abortus dapat dibagi menjadi faktor fetus dan faktor maternal. Faktor fetus seperti
kelainan kromosom menjadi penyebab sekitar 50% kejadian abortus spontan,
paling sering ialah autosomal trisomi. Faktor maternal yang turut berperan, seperti
usia ibu, kelainan anatomis, faktor imunologis, infeksi, penyakit kronis, kelainan
endokrin, nutrisi, penggunaan obat-obatan, dan pengaruh lingkungan.3

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus
dibagi atas dua golongan, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus
yang terjadi akibat tindakan atau disengaja, baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat.4
Abortus inkomplet adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.4
Abotus inkomplet adalah perdarahan yang terjadi jika plasenta, secara
keseluruhan atau sebagian terlepas dari uterus. Pada abortus inkmpletus
ostium internum serviks membuka dan menjadi tempat lewatnya darah.3

2.2 Etiologi
Penyebab abortus inkomplet bervariasi. Penyebab terbanyak di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetik
Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkomplit
disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian
abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik.
Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester
pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian
kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.
Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 2


kromosom yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah
satu orang tua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan kariotip pada
kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko abortus.4
2. Kelainan kongenital uterus
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi
obstetrik. Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600
perempuan dengan riwayat abortus, dimana ditemukan anomali uterus
pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena kelainan
anatomik uterus adalah septum uterus (40-80%), kemudian uterus
bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10-30%)4.
3. Infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai
diduga sejak 1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan
pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan yang ternyata
terpapar brucellosis. Berbagai teori diajukan untuk mencoba
menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus, diantaraya sebagai
berikut.4
a. Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin
yang berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta.
b. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat
sehingga janin sulit bertahan hidup.
c. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa
berlanjut kematian janin.
d. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia
bawah yang bias mengganggu proses implantasi.
4. Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plasentasi
dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain
menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek
hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan
Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 3
bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat
peningkatan produksi Tromboksan yang berlebihan pada usia
kehamilan 4-6 minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat usia
kehamilan 8-11 minggu. Hiperhomosisteinemi bisa kongenital
ataupun akuisita juga berhubungan dengan trombosis dan penyakit
vaskular dini. Kondisi berhubungan dengan 21% abortus berulang.4
5. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat,
bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus,
misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau.
Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain
nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga
menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu
neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi
fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat
terjadinya abortus.4
6. Faktor Hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada
koordinasi yang baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh
karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormon secara
keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi
terutama kadar progesteron. Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c
tinggi pada trimester pertama, risiko abortus meningkat signifikan.
Diabetes jenis insulin dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat
punya peluang 2-3 kali lipat mengalami abortus. Pada tahun 1929,
Allen dan Corner mempublikasikan tentang proses fisiologi korpus
luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar progesteron yang rendah
berhubungan dengan risiko abortus. Sedangkan, pada penelitian
terhadap perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama
dengan 3 kali, didapatkan 17% kejadian defek fase luteal. Serta, 50%
Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 4
perempuan dengan histologi defek fase luteal punya gambaran
progesterone yang normal.4

2.3 Faktor Risiko


Faktor Yang Mempengaruhi Abortus Inkomplit :2
1. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya
usia ibu. Insiden abortus dengan trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia ibu. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1:80,
pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan
kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.
2. Usia Kehamilan
Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran
tentang penyebabnya. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada
trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik. Separuh dari
abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa
trisomi autosom.
3. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu.
4. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit ibu seperti pneumonia, typhus abdominalis,
pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Begitu
pula dengan penyakit-penyakit infeksi lain juga memperbesar peluang
terjadinya abortus.
5. Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5 %. Data dari
beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan
punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila
pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 5


meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan
adalah 30-45%.

2.4 Patogenesis
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi korialis cenderung
dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan
8-14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam kavum uteri. Plasenta mungkin
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang
banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan
dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-
kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak.
Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.2,4
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara :2
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua.
2. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan
korion dan desidua.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 6


3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya
janin yang dikeluarkan).
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
Kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah
perdarahan atau infeksi lebih lanjut.

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut4:


1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman
terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan
tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteridan dalam proses
pengeluaran.
3. Abortus Inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
4. Abortus Komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau
fetus telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu
dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut-turut.
7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia.
8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 7


2.5 Manifestasi Klinis
Adapun gejala-gejala dari abortus inkomplit adalah sebagai berikut :4
1. Amenorea.
2. Perdarahan yang bias sedikit dan bias banyak, perdarahan biasanya
berupa darah beku.
3. Sakit perut, mules, dan sudah ada keluar fetus atau jaringan.
4. Pada pemeriksaan dalam jika abortus baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kantung
servikalis atau kavum uteri dan uterus lebih kecil dari seharusnya
kehamilan.

Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens, abortus


insipiens, abortus inkomplit atau abortus komplit, abortus tertunda, abortus
habitualis, dan abortus septik.4
1. Abortus Iminens
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya
terjadi selama kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa
hari atau minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima
wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar setengah dari kehamilan ini
akan berakhir dengan abortus. Abortus iminens didiagnosa bila
seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan
darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari
atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau
nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi
vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast
harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan
perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan
polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain
membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.4

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 8


2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil
ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya
dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban
dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan
infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya
sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini
merupakan kontraindikasi.4

3. Abortus Inkomplit atau Abortus Komplit


Abortus inkomplit didiagnosis apabila sebagian dari hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal
(biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung,
banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena
masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing
(corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu
merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika
hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplit.
Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus
komplete, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan
dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi
telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10
hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkomplit atau
endometritis pasca abortus harus dipikirkan4.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 9


4. Abortus Tertunda
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi
tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih. Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan
sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama
observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah.
Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.4

5. Abortus Habitualis
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu
hamil, dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung
pada abortus habitualis, abortus habitualis merupakan abortus yang
terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah
kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi
pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak
sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus
luteum atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.4

6. Abortus Septik
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkomplit atau
abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-
syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan
abortus septik, seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci, dan Staphylococci.4

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 10


2.6 Penegakan Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplet ditegakkan berdasarkan :2
1. Anamnesis
a. Adanya amenore pada masa reproduksi.
b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.
c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan.
b. Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam
uterus, dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
c. Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
d. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin,
leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
b. Pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG hanya dilakukan jika ragu
dengan diagnosis secara klinis. Pada pemeriksaan USG dapat
ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi.

2.7 Penatalaksanaan
Setiap fasilitas kesehatan seharusnya menyediakan dan mampu
melakukan tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan
kemampuannya. Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan
pengobatan abortus incomplete di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai
dengan kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan.2
Tindakan pengobatan abortus inkomplet meliputi 2:
1. Membuat diagnosis abortus inkomplit.
2. Melakukan konseling tentang keadaan abortus inkomplit dan rencana
pengobatan.
3. Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 11


4. Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah
tindakan.
5. Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.

Pada abortus insipiens dan abortus inkomplit, bila ada tanda-tanda


syok maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
Apabila terjadi perdarahan yang hebat pada abortus inkomplit, dianjurkan
segera melakukan pengeluaran jaringan secepat mungkin dengan metode
digital/manual, sehingga uterus dapat berkontraksi dengan baik dan
perdarahan segera berhenti. Selanjutnya, dilakukan tindakan kuretase.
Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula
dari plastik. Setelah itu, beri obat-obat uterotonika parenteral ataupun
peroral dan antibiotika.2
Pada keadaan abortus komplit dimana seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, terapi yang
diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan
maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau
tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan. Histerotomia anterior juga
dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika dan antibiotika.
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar
hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.2
Abortus terapeutik adalah pengakhiran kehamilan sebelum saatnya
janin mampu hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Antara
indikasi untuk melakukan abortus terapeutik adalah apabila kelangsungan
kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada
penyakit vaskular hipertensif tahap lanjut dan karsinoma invasif pada
serviks. Selain itu, abortus terapeutik juga boleh dilakukan pada kehamilan
akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara (incest) dan sebagai
pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat atau
retardasi mental. Kontraindikasi untuk melakukan abortus terapeutik adalah
Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 12
seperti kehamilan ektopik, insufiensi adrenal, anemia, gangguan pembekuan
darah dan penyakit kardiovaskular.2
Abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara :1
1. Kimiawi : pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus,
seperti prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin.
2. Mekanis :
a. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks
secara perlahan dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan
evakuasi dengan kuret tajam atau vakum.
b. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar
dilanjutkan dengan kuretasi.
c. Histerotomi/histerektomi.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus inkomplit adalah sebagai
berikut :2
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan
untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena
infeksi berat.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 13


4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh
bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia
eksterna, yaitu Staphylococci, Streptococci, Gram negatif enteric
bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira,
jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
Lactobacili, Streptococci, Staphylococci, Gram negatif enteric
bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.

2.9 Prognosis
Kecuali adanya inkompetensia serviks, angka kesembuhan yang
terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara
70-85% tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus
incomplit yang dievakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan
prognosis yang baik terhadap ibu.2

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 14


BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 15 Desember 2018


Ruangan : IGD-KB RSU Anutapura
Jam : 12.30 WITA

3.1 IDENTITAS
Nama : Nn. D Nama Tante : Ny. Y
Umur : 18 tahun Umur : 28 tahun
Alamat : Jl. Setia Budi Alamat : Jl. Setia Budi
Pekerjaan : Mahasiswi Pekerjaan : Apoteker
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana

3.2 ANAMNESIS
Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien G1P0A0 masuk dengan keluhan keluar darah sejak 1 (satu)
minggu lalu, kemudian tadi sore keluar darah bergumpal dan banyak. Mual
(-), muntah (-), pusing (+), sakit kepala (-). Pasien belum BAB sejak 1
minggu lalu dan BAK lancar.
Pasien mengatakan sudah terlambat menstruasi selama 4 bulan, dan
sudah melakukan tes kehamilan di bidan dan dinyatakan positif (+). Pasien
juga mengatakan meminum obat berjumlah 2 (dua) tablet berwarna putih
dan memasukannya ke dalam vagina 1 (satu) tablet 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit.
G1P0A0, Gravid 10-11 minggu
HPHT : ?/09/2017 TP : ?/06/2018

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 15


Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi,
diabetes melitus, dan asma.

Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan
makanan.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan
seperti pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes melitus,
dan asma disangkal dalam keluarga disangkal.

Riwayat Haid :
Haid pertama kali usia 13 tahun, menstruasi teratur, lama menstruasi 7
hari, jumlah darah haid 2-3 kali mengganti pembalut setiap hari.

Riwayat Perkawinan
Belum menikah

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil Sekarang (tahun 2017)

Riwayat Kontrasepsi
Tidak pernah

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 16


3.3 STATUS GENERALISATA
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk normochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak
mudah dicabut, tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, edema palpebra-/-,
sekret -/-
3. Pemeriksaan Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), otore (-), discharge (-).
4. Pemeriksaan Hidung
Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-), discharge (-).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada
faring (-).
6. Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris bilateral, pergerakan simetris
Palpasi : Pergerakan simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi :
Paru : vesikuler (+/+), rhonki(-), wheezing(-)
Jantung : S1/S2 murni regular.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 17


7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak datar, peradangan (-), bekas operasi (-).
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal, Aorta abdominalis (+).
Perkusi : Redup pada kuadran bawah abdomen, lainnya timpani.
Palpasi : Teraba fundus uteri (-), baloteman (-), nyeri tekan (+).
8. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)
Inferior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)

3.4 PEMERIKSAAN GENITALIA


Inspekulo
Tidak dilakukan.
Pemeriksaan dalam vagina :
Vulva normal, dinding vagina normal, massa (-), porsio lunak,
pembukaan 2 cm, tidak teraba jaringan, nyeri goyang porsio (-), pelepasan
darah (+).

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Lengkap :
Parameter Nilai Normal Hasil
WBC 4.0-12 x 103/ µL 19.5
RBC 4.0-6.2 x 106/ µL 2.81
HGB 11-17 g/dL 7.5
HCT 35-55% 22,7
PLT 150-400 x 103/µL 405

HbSAg : (-)
Test kehamilan : (+)

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 18


3.6 RESUME
Pasien G1P0A0 masuk dengan keluhan keluar darah sejak 1 minggu
lalu, kemudian tadi sore keluar darah bergumpal dan banyak. Pasien
mengeluhkan pusing (+). BAB (-) sejak 1 minggu lalu. BAK lancar. Pasien
mengatakan sudah terlambat menstruasi selama 4 bulan, dan sudah
melakukan tes kehamilan di bidan dan dinyatakan positif. Pasien juga
mengatakan meminum obat 2 tablet berwarna putih dan memasukannya ke
dalam vagina 1 tablet sekitar 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis. Tanda vital TD 110/70 mmHg, N 78 x/menit, R
20x/menit, S 36,5oC. Konjungtiva anemis +/+.
Pada pemeriksaan abdomen, abdomen tampak datar, perkusi redup
pada kuadran bawah abdomen, tinggi fundus tidak teraba, baloteman (-),
tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan vaginal toucher
didapatkan vulva normal, dinding vagina normal, massa (-), porsio lunak,
pembukaan 2 cm, teraba jaringan (-), nyeri goyang porsio (-), pelepasan
darah (+).
Pemeriksaan laboratorium WBC 19,5 x103/μL, RBC 2,81 x106/μL, Hb
7,5g/dL, PLT 405 x103/μL, CT 8‘ 30 detik, BT 4 menit 30, plano test (+).

3.7 DIAGNOSIS
G1P0A0 Umur 18 tahun + Abortus Inkomplit

3.8 PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
1) Pemeriksaan USG Abdomen
b. Rencana Terapi
1) Infus RL 20 tpm
2) Transfusi darah 2 kantong whole blood (WB)
3) Ij.ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam
4) Drips oxytocin
Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 19
5) Rencana Kuretase
c. Rencana Monitoring
1) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
2) Observasi perdarahan

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 20


FOLLOW UP

FOLLOW UP (16 Desember 2017)


S : Nyeri perut bagian bawah (+), perdarahan pervaginam (+), mual (-) muntah (-),
pusing (+), sakit kepala (-), demam (-), buang air kecil (+) lancar, belum buang
air besar 7 hari.
O : Ku : sedang
Kesadaran composmentis
Tanda vital :
TD : 110/70mmHg
N : 84x/m
P : 20x/m
S : 36,8oC
Konjungtiva Anemis +/+
Lab
Hb 7,6 mg/dL
WBC : 9,3 ribu/Ul
Pemeriksaan USG :

Kesan : Abortus inkomplit

A : Abortus Inkomplit
P :
Infus RL 20 tpm
Oxytocin 1 amp setiap ganti cairan

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 21


Inj.ceftriaxone 1 gr/12j/iv
SF 1x1
Metronidazole 0,5 gr/8j/iv
Paracetamol tab 3x1
Informed consent untuk rencana kuretase dan puasakan setelah cek darah
rutin
Persiapan kuret besok :
Infus Ringer Laktat
Injeksi Dexamethasone
Injeksi Keterolac 1 ampul/8 jam/IV
Injeksi Ranitidin 1 ampul/8 jam/IV
Drips oksitosin 1 ampul dalam RL 500 cc

FOLLOW UP (17 Desember 2017)


S : Nyeri perut bagian bawah (+), perdarahan pervaginam (+), mual (-)
muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-),demam (-), buang air kecil lancar,
belum buang air besar 8 hari.
O : Ku : sedang, kesadaran komposmentis
TD : 110/70 mmHg P: 20 kali/menit
N : 78x/m S : 37,2 °C Kesadaran : composmenti
N: 84 kali/menit
Konjungtiva anemis +/+
Lab : Hb : 10,6 g/dl
WBC : 11,2 ribu/uL
A : Abortus Inkomplit
P :
Kuretase hari ini
Infus RL 20 tpm
Inj.ceftriaxone 1 gr/iv
Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv
Oxytocin amp setiap ganti caira
Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 22
Laporan kuretase :
1. Memposisikan pasien posisi litotomi dibawah pengaruh anastesi intravena
2. Disinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya, pasang duk steril
3. Pasang sims posterior dan anterior jepit portio diarah jam 11, keluarkan
sims anterior
4. Dilakukan pengukuran kedalaman operasi, dengan sonde uterus sekitar 9
cm
5. Dilakukan kuretase dengan kuret tumpul, didapatkan darah sekitar 100 cc.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 24


6. Bersihkan area kerja, keluarkan tenaculum dan sims posterior
7. Kuretase selesai
8. Tidak didapatkan perdarahan selesai kuretase

FOLLOW UP (18 Desember 2017)


S : Nyeri perutbagianbawah (+),perdarahanpervaginam (+) sedikit, mual (-)
muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-),demam (-),buang air kecillancar ,
buang air besarbiasa.
O : Ku : sedang
Kesadaran : composmentis
TD: 110/70 mmHg
N: 80 kali/menit
P: 22 kali/menit
S : 36,5 °C
Konjungtiva anemis -/-
A : P0A1 Post kuretase hari I a/i abortus inkomplit
P :
Infus RL 20 tpm
Inj.ceftriaxone 1 gr/12j/iv
Metil ergometrin 3x1
Asam mefenamat 3x1

FOLLOW UP (19 Desember 2017)


S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+) sedikit, mual (-)
muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), demam (-), buang air kecil lancar,
buang air besarbiasa.
O : Ku : sedang
Kesadaran : composmentis
TD: 110/60 mmHg
N: 80 kali/menit
P: 22 kali/menit
Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 24
S : 36,5 °c
Konjungtiva anemis -/-
A : Post kuretase hari ke II a/i abortus inkomplit
P :
Cefadroxil 2x500 mg
Metilergometrin 3x1
Asammefenamat 3x1
Vit C 3x1
Pasien boleh pulang, kontrol di poliklinik

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 25


PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis abortus inkomplitus ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang ditemukan pada
pasien.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan adanya darah yang banyak keluar dari
jalan lahir banyak dan bergumpal. Hal yang mendukung diagnosis abortus
inkomplit, yaitu adanya perdarahan jalan lahir berwarna merah dan bergumpal-
gumpal yang disertai nyeri perut daerah bawah yang terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, yaitu 8-9 minggu. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
kedua konjungtiva bulbi anemis +/+. TFU belum teraba. Pada pemeriksaan
vaginal toucher didapatkan vulva normal, dinding vagina normal, massa (-),
porsio lunak, pembukaan 3 cm, teraba jaringan (-), nyeri goyang porsio (-),
pelepasan darah (+).
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan 8–14
minggu, mekanisme diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan
diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal
dalam cavum uteri. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus
sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa
nyeri lebih menonjol.2,3
Pada pasien dilakukan transfusi darah 2 kantong whole blood karena dari
hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan hemoglobin pasien 7,5 g/dL.
Berdasarkan teori yang termasuk usaha perbaikan keadaan umum ini misalnya
pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan
menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
Pada kasus ini pasien di terapi secara konservatif berupa istrahat total,
pemberian oksitosin 1 ampul dalam 500 cc RL dengan kecepatan 20 tpm untuk

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 26


membantu terjadinya ekspulsi hasil konsepsi yang bertujuan memungkinkan
terjadi pembukaan ostium serviks untuk mengeluarkan hasil konsepsi melalui
tindakan kuretase. Pasien juga diberikan ketorolac inj. 1 amp/8 jam/iv sebagai anti
nyeri.4
Pada post kuretase, pasien diberikan terapi IVFD RL 28 tpm, diberikan
antibiotik berupa Cefadroxil sebagai profilaksis/pencegahan terjadinya infeksi.
Pemberian Asam Mefenamat sebagai anti-nyeri, dan Metilergometrin yang
berguna untuk mencegah dan mengontrol perdarahan setelah ekspulsi janin.
Pada hari kedua post kuretase, pemberian infuse dihentikan, pasien
diperbolehkan pulang setelah perdarahan sudah tidak banyak lagi dan dibekali
obat oral berupa Cefadroxil, Asam Mefenamat, Metilergometrindan Vitamin C.
Pasien juga diberikan edukasi untuk kembali kerumah sakit jika perdarahan terjadi
kembali.
Komplikasi yang dapat timbul pada abortus inkomplityang dialami pasien
adalah sebagai berikut:4
1. Perdarahan
Kompikasi perdarahan pada pasien ini tetap ada, meskipun
minimal, karena sudah dilakukan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena
infeksi berat. Oleh karena itu pasien juga sudah dibekali antibiotik dan
anti perdarahan untuk mencegah hal tersebut.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal, yang dapat meningkat jumlahnya dan
menyebabkan infeksi.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 27


Pada kasus ini komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan minimal
post kuretase dan sakit perut bagian bawah.
Prognosis pada kasus ini dubia et bonam dimana hal ini dapat dilihat dari
keadaan umum pasien yang membaik dan perdarahan yang berangsur-angsur
berkurang. Kecuali adanya inkompetensia serviks, angka kesembuhan yang
terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara 70-85%
tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus inkomplit yang
dievakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik
terhadap ibu.6

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 28


DAFTAR PUSTAKA

1. Sastrawinata, S., Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC;


2004. P.10-19
2. Cunningham FG, Hauth JC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams. Vol.2. 21th ed. Jakarta. EGC; 2006. P.226-246
3. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Perdarahan Pada Kehamilan Muda. In :
Hadijanto B, editor. Ilmu Kebidanan 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2009. p.460-474
4. Gunnanegara, R., Pangemanan, D., Valasta G.(2014). Hubungan Abortus
Inkomplit dengan Faktor Risiko Ibu Hamil Di Rumah Sakit Pindad Bandung
Periode 2013-2014, Bagian Obstetri Ginekologi, Rumah Sakit Pendidikan
Immanuel Bandung, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
5. Setia, D. D.(2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Abortus Inkomplit Di Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin Banda Aceh,
Universitas Ubudiyah Indonesia
6. Manuaba, I.B.G., Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007 Hal. 293-

296.

Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 29

You might also like