Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun rentan mengalami
abortus. Hal itu disebabkan karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin. Sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan
karena berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan kromosom, dan penyakit
kronis.1
Pada awal kehamilan sebelum 3 bulan, seorang ibu rentan mengalami
abortus. Keadaan ini disebabkan karena pada masa tersebut rentan terjadi kelainan
pertumbuhan janin atau malformasi. Risiko terjadinya abortus meningkat seiring
bertambahnya paritas ibu. Ibu hamil yang pernah mengalami riwayat abortus
sebelumnya juga perlu mewaspadai kemungkinan kembali terjadiya abortus.1
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus inkompletus berkaitan
dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang
berkurang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini, seperti halnya pada
kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementara
serviks tetap terbuka.2
Lebih dari 80% kasus abortus spontan terjadi pada 12 minggu pertama,
separuhnya disebabkan oleh anomali kromosom. Keguguran dini biasanya disertai
perdarahan dalam desidua basalis dan disertai nekrosis jaringan sekitar.
Mekanisme penyebab abortus tidak selalu dapat ditentukan dengan jelas, karena
pada umumnya lebih dari satu faktor yang berperan. Secara umum penyebab
abortus dapat dibagi menjadi faktor fetus dan faktor maternal. Faktor fetus seperti
kelainan kromosom menjadi penyebab sekitar 50% kejadian abortus spontan,
paling sering ialah autosomal trisomi. Faktor maternal yang turut berperan, seperti
usia ibu, kelainan anatomis, faktor imunologis, infeksi, penyakit kronis, kelainan
endokrin, nutrisi, penggunaan obat-obatan, dan pengaruh lingkungan.3
2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus
dibagi atas dua golongan, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus
yang terjadi akibat tindakan atau disengaja, baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat.4
Abortus inkomplet adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.4
Abotus inkomplet adalah perdarahan yang terjadi jika plasenta, secara
keseluruhan atau sebagian terlepas dari uterus. Pada abortus inkmpletus
ostium internum serviks membuka dan menjadi tempat lewatnya darah.3
2.2 Etiologi
Penyebab abortus inkomplet bervariasi. Penyebab terbanyak di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetik
Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkomplit
disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian
abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik.
Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester
pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian
kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.
Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2
2.4 Patogenesis
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi korialis cenderung
dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan
8-14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam kavum uteri. Plasenta mungkin
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang
banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan
dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-
kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak.
Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.2,4
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara :2
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua.
2. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan
korion dan desidua.
5. Abortus Habitualis
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu
hamil, dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung
pada abortus habitualis, abortus habitualis merupakan abortus yang
terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah
kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi
pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak
sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus
luteum atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.4
6. Abortus Septik
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkomplit atau
abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-
syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan
abortus septik, seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci, dan Staphylococci.4
2.7 Penatalaksanaan
Setiap fasilitas kesehatan seharusnya menyediakan dan mampu
melakukan tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan
kemampuannya. Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan
pengobatan abortus incomplete di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai
dengan kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan.2
Tindakan pengobatan abortus inkomplet meliputi 2:
1. Membuat diagnosis abortus inkomplit.
2. Melakukan konseling tentang keadaan abortus inkomplit dan rencana
pengobatan.
3. Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus inkomplit adalah sebagai
berikut :2
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan
untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena
infeksi berat.
2.9 Prognosis
Kecuali adanya inkompetensia serviks, angka kesembuhan yang
terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara
70-85% tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus
incomplit yang dievakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan
prognosis yang baik terhadap ibu.2
3.1 IDENTITAS
Nama : Nn. D Nama Tante : Ny. Y
Umur : 18 tahun Umur : 28 tahun
Alamat : Jl. Setia Budi Alamat : Jl. Setia Budi
Pekerjaan : Mahasiswi Pekerjaan : Apoteker
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
3.2 ANAMNESIS
Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan
makanan.
Riwayat Haid :
Haid pertama kali usia 13 tahun, menstruasi teratur, lama menstruasi 7
hari, jumlah darah haid 2-3 kali mengganti pembalut setiap hari.
Riwayat Perkawinan
Belum menikah
Riwayat Kontrasepsi
Tidak pernah
HbSAg : (-)
Test kehamilan : (+)
3.7 DIAGNOSIS
G1P0A0 Umur 18 tahun + Abortus Inkomplit
3.8 PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
1) Pemeriksaan USG Abdomen
b. Rencana Terapi
1) Infus RL 20 tpm
2) Transfusi darah 2 kantong whole blood (WB)
3) Ij.ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam
4) Drips oxytocin
Refleksi Kasus Abortus Inkomplit Page 19
5) Rencana Kuretase
c. Rencana Monitoring
1) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
2) Observasi perdarahan
A : Abortus Inkomplit
P :
Infus RL 20 tpm
Oxytocin 1 amp setiap ganti cairan
296.