You are on page 1of 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defisit Perawatan Diri

1.1. Pengertian

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi

aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),

berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik

pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene

bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh

pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan

hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan

itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006).

Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi

kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan

masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau

hygiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Lynda Juall, 2007).

1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)

adalah sebagai berikut:

7
a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta

masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau

menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk

mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat

tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,

menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang

memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka

container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari

wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna

makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir

atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK (toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan

jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi

8
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan

tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut (Purba dkk, 2011) Untuk mengetahui apakah pasien

mengalami masalah kurang perawatan diri, maka tanda dan gejala yang dapat

diperoleh melalui observer pada pasien yaitu:

a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,

kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.

b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-

acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien

laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan

ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan

makan tidak pada tempatnya.

d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan

BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik

setelah BAB/BAK.

1.3. Etiologi

Kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat

adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan

aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari

ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, dan

9
toileting (Buang air besar atau buang air kecil) secara mandiri (Purba dkk,

2011).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2009), penyebab kurang perawatan

diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Ada beberapa dampak

yang sering timbul pada masalah defisit perawatan diri, antara lain:

a. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang

karena tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan

fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan

membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan

fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal

hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai

dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial

2. Strategi Pelaksanaan Komunikasi

2.1. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan

keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang

bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan

sebagai panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien

(Fitria, 2009).

10
2.2. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut

Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Pada Klien

1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.

3. Klien mampu melakukan makan dengan baik.

4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.

b. Pada Keluarga

Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami masalah

kurang perawatan diri.

2.3. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan

Diri

Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan

diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan Merawat Klien

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

c) Menbantu klien mempraktekkan cara menjaga

kebersihan diri.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

11
Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri

dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.

d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga

kebersihan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara berdandan.

c) Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

Tindakan melatih klien berdandan/berhias:

Klien laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk klien

laki-laki latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut,

bercukur. Untuk klien wanita latihan meliputi: Berpakaian,

menyisir rambut, berhias.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara makan yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang

baik.

12
d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan.

Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai

berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.

b) Menjelaskan cara makan yang tertib.

c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah

makan.

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang

baik.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang

baik dan memasukkan dalam jadwal.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan

berikut:

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK.

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan

BAK.

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

13
b. Kemampuan Merawat Keluarga

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat klien.

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit

perawatan diri dan jenis defisit perawatan diri yang

dialami klien beserta proses terjadinya.

c) Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit

perawatan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien

dengan defisit perawatan diri.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada klien defisit perawatan diri.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas

dirumah termasuk minum obat.

b) Menjelaskan follow up dan rujukan.

2.4. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan

kepada klien kurang perawatan diri berhasil menurut Purba (2009)

adalah sebagai berikut:

14
a. Klien dapat menyebutkan:

1. Penyebab tidak merawat diri.

2. Manfaat menjaga perawatan diri.

3. Tanda-tanda bersih dan rapi.

4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak

diperhatikan.

b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam

hal:

1. Kebersihan diri

2. Berdandan

3. Makan

4. BAB/BAK

c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:

1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri.

2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan

diri.

3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri

3. Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang

dimiliki peserta didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari

praktek atau pengalaman sebelumnya yang disimpan dalam memori untuk

mengigat suatu petunjuk (Reilly, 2002). Kemampuan dalam penelitian ini

dimaknai dengan keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain

15
dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain

psikomotor. Domain keterampilan mudah didentifikasi dan diukur karena

mencakup kegiatan berorientasi pada gerakan yang mudah diamati.

Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar

dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat

untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-

alat, atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya,

dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan

untuk melakukan perawatan diri: Perawat mengkaji kemampuan fungsional

klien di lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan,

meliputi aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan (Potter

& Perry, 2005).

3.1. Kemampuan Perawatan Diri

Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil

Nursing Outcomes Classification dan intervensi Nursing Interventions

Classification menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/Hygiene

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):

Kemampuan untuk melakukan tugas fisik paling dasar dan

aktivitas perawatan pribadi. Mandi (kemampuan untuk

16
membersihkan tubuhnya sendiri), hygiene (kemampuan untuk

mempertahankan hygiene dirinya).

Intervensi prioritas NIC:

Mandi (membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi,

kebersihan dan penyembuhan). Bantuan perawatan diri

mandi/hygiene (membantu klien untuk memenuhi hygiene

pribadi).

b. Berpakaian/Berhias

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):

Kemampuan untuk melakukan tugas fisik yang paling mendasar

dan aktivitas perawatan pribadi. Berpakaian (kemampuan untuk

mengenakan pakaian sendiri), berdandan (kemampuan untuk

mempertahankan penampilan yang rapi), hygiene (kemampuan

untuk mempertahankan higienenya).

Intervensi prioritas NIC:

Berpakaian (memilih, mengenakan dan melepas pakaian untuk

orang yang tidak dapat melakukan hal itu sendiri), perawatan

rambut (adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih, rapi

dan menarik). Bantuan perawatan diri berpakaian/berhias

(membantu klien dalam berpakaian dan mengunakan tata rias).

17
c. Makan

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):

Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar dan

aktivitas perawatan diri. Makan (kemampuan untuk menyiapkan

dan memakan makanan).

Intervensi prioritas NIC:

Makan (memberi asupan nutrisi untuk klien yang tidak mampu

makan sendiri). Bantuan perawatan diri makan (membantu klien

untuk makan).

d. Toileting

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):

Kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan

pribadi paling dasar.

Eliminasi (kemampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi

sendiri).

Intervensi prioritas NIC:

Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan sekitar klien

untuk keperluan terapeutik). Bantuan perawatan diri toileting

(bantuan untuk eliminasi).

18

You might also like