You are on page 1of 19

MATERI AJAR

Nama Instansi : Universitas Negeri Padang


Bobot : 3 sks
Fakultas : Geografi UNP
Program Studi : Pendidikan Geografi/S1
Dosen/Sandi Dosen : Yola Afrida, S.Pd
Nama Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Geografi

Capain pembelajaran/ Learning Outcomes


Mampu merancang materi dan bahan ajar, berdasarkan faktual, konseptual, prosedural
dan metakognitif dan mampu menerapkan keterampilan dalam Perencanaan pembelajaran
Geografi baik penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor serta memahami
perkembangan terbaru tentang perangkat pembelajaran dan evaluasi serta membuat
laporan/makalah dan mempresentasikannya.
Soft Skill
Komunikasi inter dan antar personal, komitmen, disiplin, komunikasi interpersonal,
etika, inisiatif dan lain-lain.
Materi Pokok
1. Materi ajar dan bahan ajar
2. Faktual, Konseptual, Prosedural dan Metakognitif.
A. PENDIDIKAN
Empat pilar pendidikan menurut UNESCO mengandung makna mendalam bagi
pemangku kepentingan pendidikan. Keempat pilar tersebut menjadi tujuan pelaksanaan
pendidikan yang lebih luas. Sayangnya belum semua orang memahami makna dari
keempat pilar pendidikan tersebut. Berikut ini akan dijelaskan makna dari masing-
masing pilar pendidikan menurut UNESCO
1. Learning to know (Belajar untuk tahu)
Learning to know ini memiliki pengertian orang belajar agar menjadi tahu.
Dengan kata lain, dari tidak mengetahui setelah dididik dan diajari menjadi tahu.
Pendidikan ini sudah dilakukan di lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga.
Masih ingatkah ketika seorang anak kecil belajar berjalan? Dengan bimbingan dan
pelatihan yang dilakukan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, akhirnya anak
tersebut bisa berjalan. Belajar yang lain misalnya belajar berbicara, makan,
mengendarai sepeda dan lain-lainnya yang sebelumnya selalu dilakukan oleh orang
tuanya tetapi lambat laun bisa melakukannya sendiri karena belajar dan dididik oleh
orang tuanya. Begitu juga seorang anak akan belajar untuk bicara lebih sopan dan
halus kepada orang tuanya dan orang lain karena dia belajar dan dididik bahwa
bicara tidak sopan itu tidak baik untuk dilakukan.
Pengertian learning to know kemudian berkembang seiring perkembangan
usia anak. Ada saatnya seorang anak harus terlepas dari orang tua untuk belajar di
lembaga-lembaga pendidikan resmi seperti di sekolah-sekolah. Tetapi bukan berarti
peran orang tua berhenti ketika anak mereka mulai mengenyam dunia pendidikan di
sekolah. Hanya saja peran mereka sebagai pendidik di lingkungan keluarga akan
dibantu oleh orang lain di lembaga pemdidikan yang mungkin tidak bisa mereka
lakukan di rumahnya sendiri. Karena itu dalam pendidikan di sekolah ini peran guru
sebagai pendidik sangat penting. Gurulah yang akan mengajarkan berbagai ilmu
kepada anak bangsa, sehingga mereka menjadi tahu banyak. Penulis sangat ingat
ketika dahulu memasuki SMP sangat takut dengan Bahasa Inggris. Maklum saja
karena di SMP lah penulis belajar Bahasa Inggris untuk pertama kalinya. Dari guru
Bahasa Inggrislah kemudian penulis tahu bahasa Inggris dari sebelumnya yang tidak
tahu apa-apa tentang bahasa Inggris.
Guru sangatlah kompleks demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru tidak
hanya sebagai pendidik tetapi guru juga berperan sebagai sumber belajar bagi para
siswanya, sebagai fasilitator yang siap memberikan pelayanan kepada siswa dalam
proses pembelajaran, sebagai pengelola yang mampu menciptakan iklim blajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, sebagai demonstrator yang
berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat
siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan, sebagai
pembimbing, sebagai mediator yang harus memiliki keterampilan memilih dan
menggunakan media dengan baik, serta sebagai evaluator untuk mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketepatan/ keefektifan metode mengajar.
Dari uraian di atas bisa dikatakan bahwa learning to know dalam prosesnya
tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa
yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya. Seorang anak yang berhasil dalam
belajarnya akan menerapkan yang baik dalam kehidupannya dan akan meninggalkan
atau tidak melakukan apa yang diketahuinya tetapi tidak baik untuk dirinya.
2. Learning to do (Belajar berkarya)
Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan
mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik (http://irsyakhafid.wordpress.com). Konsep ini berkaitan
erat dengan learning to know karena dari apa yang dipelajari dan diketahui itulah
yang akan digunakan untuk berbuat dalam masyarakat luas. Dalam konsep komisi
Unesco, belajar berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan dengan
vokasional. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan
dan kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan industri dan
perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga berkembang semakin
tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis atau operasional,
tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan di dunia
industri dan perusahaan terus meningkat, individu yang akan memasuki dan/atau
telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus
mampu doing much (berusaha berkarya banyak). Dengan kata lain, belajar berkarya
atau learning to do merupakan aplikasi nyata dari apa yang diperoleh dalam proses
learning to know yang didapat dari sekolah atau pelatihan. Seorang siswa yang
memperoleh pengetahuan tetapi tidak menggunakannya untuk berkarya dalam
masyarakat yang lebih luas, akan sia-sialah pengetahuan yang diperolehnya.
3. Learning to live together (Belajar hidup bersama)
Akhir-akhir ini kekerasan terjadi di mana-mana. Sekelompok siswa terlibat
tawuran pelajar dengan siswa dari sekolah yang lain, masyarakat terlibat baku
hantam dengan masyrakat yang lain hanya karena perbedaan agama, ras, dan warna
kulit, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Kalau dipikir, mengapa hal ini bisa
terjadi? Apaka hanya karena perbedaan warna kulit, agama, suku bangsa akan
menghancurkan bangsa ini?
Tidak bisa dipungkiri bahwa perbedaan selalu ada di setiap tempat. Manusia
perlu menyadari bahwa hakekat hidup adalah berkomunikasi dan berinteraksi
dengan masyarakat luas. Merupakan impian yang tidak mungkin terwujud dan
mustahil apabila manusia mengharapkan berinteraksi dengan satu jenis kelompok
saja karena Tuhan memang menciptakan manusia dalam keanekaragaman. Akan
tetapi keanekaragaman itu seharusnya tidak dijadikan alasan untuk saling
menyalahkan sehingga timbul pertengkaran. Keanekaragaman itu tercipta dengan
satu tujuan yaitu agar manusia bisa menghargai keanekargaman tersebut sehingga
bisa hidup dengan rukun dan damai.
Konsep learning to live together yang dicanangkan oleh UNESCO sangat pas
untuk masyarakat sekarang ini, dimana pertengkaran dan peperangan antar rasa atau
suku agama marak di mana-mana. UNESCO sebagai lembaga pendidikan dunia
merupakan salah satu organisasi yang ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan
pendidikan di seluruh masyarakat dunia. Keberhasilan pendidikan yang tidak hanya
dilihat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga dari kecerdasan
masyarakat dunia untuk bisa hidup dengan rukun dan damai di tengah-tengah
perbedaan. Alangkah indahnya dunia ini apabila orang saling menghargai perbedaan
yang ada di lingkungan mereka. Inilah intisari dari konsep learning to live together
yang menginginkan manusia untuk saling menghargai perbedaan sehingga bisa
tercapai kehidupan yang rukun, aman, dan damai.
4. Learning to be (Belajar untuk menjadi diri sendiri)
Dalam sebuah kesempatan, biasanya setelah tes atau ulangan, kadang secara
tidak sengaja penulis mendengar percakapan siswanya yang mengatakan,”Untung tadi
pas aku nyontek tidak ketahuan oleh pengawas”. Di kesempatan lain penulis juga
mendengar, “Kasihan si A ketahuan nyontek sama pengawas sampai kertasnya
diambil”. Bahkan pernah penulis mendengar pengakuan langsung dari siswa SMA
yang mengungkapkan keterlibatannya dalam menodai Ujian Nasional dengan saling
tukar jawaban melalui HP. Yang membuat penulis gemes adalah peristiwa itu terjadi
tidak hanya lintas ruang ujian tetapi bahkan sampai lintas sekolah. Pada saat itu
penulis hanya berpikir bahwa anak-anak sekarang kurang percaya pada kemampuan
dirinya sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kalau siswa sudah belajar dan
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, hal ini tidak perlu terjadi.
Konsep learning to be berarti proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati
diri. Untuk mendapatkan jati diri penguasaan pengetahuan dan keterampilan memang
sangat dibutuhkan. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku
di masyarakat merupakan salah satu proses pencapaian aktualisasi diri sendiri.
Misalnya, dalam kasus siswa yang nyontek tersebut, dia sudah tahu bahwa salah satu
norma atau aturan yang berlaku dalam tes tersebut adalah dilarang nyontek. Kalau
masih terdapat siswa yang nyontek berarti dia belum belajar untuk menjadi diri
sendiri. Dalam kasus ini peran guru sangat penting untuk memberikan pemahaman
kepada siswa tersebut tentang pentingnya aktualisasi diri untuk menjadi dirinya
sendiri, bukan menjadi orang lain. Gurulah yang berperan sebagai fasilitator agar
siswa menyadari bakat, minat dan kemampuan mereka sehingga mereka bisa menjadi
diri sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain lagi.
B. Garis Besar Mengenai ke Empat Pilar Pendidikan UNESCO
a. Kekuatan
Ke empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan
yang bagus pula, dan sesuai dengan keadaan zaman sekarang yang menuntut pesera
didik tidak hanya diajarkan IPTEK, kemudian dapat bekerja sama dan memecahkan
masalah, akan tetapi juga hidup toleran dengan orang lain ditengah-tengah maraknya
perbedaan pendapat dimasyarakat. Dengan ke kempat pilar ini akan bisa tercapai
pendidikan yang berkualitas.
b. Kelemahan
Meskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya,
namun perlu diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut,
seperti kurangnya SDM guru yang benar-benar “mumpuni”, perbedaan pola pikir
setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, kemudian
ada lagi fasilitas, fasilitas yang masih minim akan sangat menghambat kemajuan
proses belajar mengajar, dan kendala-kendala lain.
c. Peluang
Apabila pendidikan di Indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan
ini, maka pada gilirannya masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat yang
bermartabat di mata masyarakat dunia.
d. Ancaman
Ke empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi peserta
didik dan pengajar apabila tujuan atau keinginan yang hendak dicapai tidak kunjung
terwujud. Bisa jadi akan muncul sikap pesimis dan putus asa kehilangan
kepercayaan diri.

A. Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/
instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud
bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational
Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Menurut Mulyasa (2006), bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)
adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi
pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan
sikap atau nilai. Sedangkan, menurut Gafur (2004) bahan ajar adalah pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Bahan ajar
tersebut berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh guru dan disampaikan kepada siswa.
Mulyasa (2006) juga menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari
sumber belajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik
yang diniatkan secara khusus maupun bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pembelajaran. Dengan kata lain bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan
instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar, mengantisipasi
kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan bagi peserta didik untuk
mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak, menyediakan rangkuman, dan
secara umum berorientasi pada peserta didik secara individual (learner oriented). Biasanya,
bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena
sistematis dan lengkap.
2. Jenis-jenis Bahan Ajar
Menurut Mulyasa (2006), bentuk-bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara
lain:
a. Bahan ajar cetak (Printed)
Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, (1994) yaitu:
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang
guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas,
seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Menurut Bandono (2009) penyusunan bahan ajar cetak memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Susunan tampilan
2) Bahasa yang mudah
3) Menguji pemahaman
4) Stimulan
5) Kemudahan dibaca
6) Materi instruksional
Banyak sekali jenis bahan ajar cetak yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran,
antara lain adalah handout, modul, buku teks, lembar kegiatan siswa, model (maket), poster
dan brosur.
a) Handout
Menurut Andi Prastowo handout merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas,
bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok
yang diajarkan kepada peserta didik. Pada umumnya handout berfungsi untuk membantu
peserta didik agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai
bahan rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat
pokok-pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik dan menilai hasil belajar.
b) Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang:
1) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
2) Kompetensi yang akan dicapai
3) Content atau isi materi
4) Informasi pendukung
5) Latihan-latihan
6) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
7) Evaluasi
8) Balikan terhadap hasil evaluasi
Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi
dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain itu, juga meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepaga kehadiran pendidik.
c) Buku Teks
Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun secara sistematis berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Buku teks berguna untuk membantu pendidik dalam melaksanakan
kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, menjadi pegangan guru
dalam menentukan metode pengajaran dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.
d) Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam
lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. LKS berfungsi untuk
meminimalkan peran pendidik dan mengaktifkan peran peserta didik, mempermudah peserta
didik untuk memahami materi yang diberikan dan kaya akan tugas untuk berlatih.
e) Model (Maket)
Model (maket) merupakan bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata untuk
menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau benda
tersebut langsung ke dalam kelas, sehingga nuansa asli dari benda tersebut masih bisa
dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi struktur aslinya, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna
f) Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau
selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan
demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur
diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat
menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar
lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu kompetensi
dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk
menggunakannya
g) Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah
selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang
pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar.
Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari
melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan
bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes
b. Bahan Ajar Dengar (Audio)
Bahan ajar audio merupakan salah satu bahan ajar noncetak yang didalamnya
mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapt
dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu
mereka menguasai kompetensi tertentu. Jenis-jenis bahan ajar audio ini antara lain adalah
radio, kaset MP3, MP4, sounds recorder dan handphone. Bahan ajar ini mampu menyimpan
suara yang dapat diperdengarkan secara berulang-ulang kepada peserta didik dan biasanya
digunakan untuk pelajaran bahasa dan musik.
c. Bahan Ajar Pandang Dengar (Audiovisual)
Bahan ajar pandang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi,
yaitu visual dan auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang indra pendengaran
sedangkan visual untuk merangsang indra penglihatan. Dengan kombinasi keduanya,
pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
Hal itu berdasarkan bahwa peserta didik cenderung akan lebih mudah mengingat dan
memahami suatu pelajaran jika mereka tidak hanya menggunakan satu jenis indra saja,
apalagi jika hanya indra pendengaran saja.
Bahan ajar pandang dengar mampu memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada
awalnya tidak mungkin bisa dilihat di dalam kelas menjadi mungkin dilihat. Selain itu juga
dapat membuat efek visual yang memungkinkan peserta didik memperkuat proses belajar.
Bahan ajar pandang dengar antara lain adalah video dan film.
d. Bahan Ajar Interaktif (Interactive Teaching Material)
Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yag mengombinasikan beberapa media
pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan
suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Bahan ajar interaktif memungkinkan
terjadinya hubungan dua arah antara bahan ajar dan penggunanya, sehinnga peserta didik
akan terdorong untuk lebih aktif.
Bahan ajar interaktif dapat ditemukan dalam bentuk CD interaktif, yang dalam proses
pembuatan dan penggunaannya tidak dapat trelepas dari perangkat komputer. Maka dari itu,
bahan ajar interaktif juga termasuk bahan ajar berbasis komputer.

3. Kriteria Bahan Ajar yang Baik


Bahan ajar yang baik dan menarik mempersyaratkan penulisan yang menggunakan
ekspresi tulis yang efektif. Ekspresi tulis yang baik akan dapat mengkomunikasikan pesan,
gagasan, ide, atau konsep yang disampaikan dalam bahan ajar kepada pembaca/pemakai
dengan baik dan benar. Ekspresi tulis juga dapat menghindarkan salah tafsir atau
pemahaman.
Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang berkualitas. Bahan
ajar yang berkualitas dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, karena siswa
mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas. Menurut Furqon (2009) dalam bahan ajar yang
baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Substansi yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi atau sub
kompetensi yang relevan dengan profil kemampuan tamatan.
b. Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual, meliputi konsep fakta,
prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan
kompetensi.
c. Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan bahasa maupun substansi harus sesuai
dengan tingkat kemampuan pembelajaran.
d. Sistematika penyusunan bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan mudah dipahami.
Sedangkan menurut Anonim (2009) dalam pengembangan bahan ajar, maka bahan ajar
harus memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Bahan ajar harus relevan dengan tujuan pembelajaran
b. Bahan ajar harus seuai dengan taraf perkembangan anak;
c. Bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa baik sebagai perkembangan
pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelak di lapangan
d. Bahan itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa
e. Bahan itu harus disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang
f. Bahan yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh, lengkap dan utuh.

4. Fungsi Bahan Ajar


Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses pembelajaran yang dapat membantu
guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak terlalu banyak menyajikan
materi. Di samping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran guru dan mendukung
pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak positif bagi guru, karena sebagian
waktunya dapat dicurahkan untuk membimbing belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa,
dapat mengurangi ketergantungan pada guru dan membiasakan belajar mandiri. Hal ini juga
mendukung prinsip belajar sepanjang hayat (life long education).
Menurut Anonim fungsi bahan ajar adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan
belajar mengajar yang lakukan oleh guru dengan materi pembelajaran yang kontekstual agar
siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara optimal. Sedangkan menurut Furqon bahan
ajar berfungsi sebagai berikut:
a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
diajarkan/dilatihkan kepada siswanya.
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran
d. Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar
e. Membantu siswa dalam proses belajar
f. Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran
g. Untuk menciptakan lingkungan / suasana balajar yang kondusif

5. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar


a. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar
Tujuan dari penyusunan bahan ajar adalah :
1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan pesrta didik, yakni bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
2) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
3) Mambantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping
buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

b. Manfaat Penyusunan Bahan Ajar bagi Guru dan Pesetra Didik


1) Manfaat bagi guru
a) Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik
b) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
dipeoleh.
c) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi.
d) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menulis bahan ajar.
e) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan
peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada
gurunya.
f) Menambah angka kredit jika dikumpulkan dan diterbitkan.

2) Manfaat bagi peserta didik.


a) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
b) Kesempatan untuk belajar secara lebih mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru.
c) Menadapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang
harus dikuasainya.

6. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar


Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau
materi pembelajaran, yaitu:
a. Prinsip relevansi
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya, jika
kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
b. Prinsip konsistensi
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang
meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan
juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
c. Prinsip kecukupan
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-
buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

7. Langkah-langkah dalam Pemilihan Bahan Ajar


Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa
hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar
meliputi:
a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi
aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau
dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar
kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi,
materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat
dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth,
1987).Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama
orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain
sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis
prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. Materi jenis
prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-
langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel
listrik. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan
(apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri
dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta,
konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi.
Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan
mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut
yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan
mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi
pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda.
Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan
“jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk
mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
c. Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah teridentifikasi
d. Memilih sumber bahan ajar.
Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber
bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai
sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb
8. Penyusunan Materi Ajar
Guna mendapatkan materi ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik diperlukan analisis terhadap kurikulum, analisis sumber belajar,
dan penentuan jenis serta judul materi ajar. Analisis tersebut adalah:
a. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan untuk menentukan kompetensi mana yang memerlukan
materi ajar dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator yang
menendai bahwa suatu kompetensi dasar telah dicapai, materi pokok, dan pengalaman belajar
yang akan dilakukan oleh peserta didik.
b. Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai materi penyusunan materi ajar perlu
dilakukan analisis. Anlisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan
dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi ketersediaan sumber belajar
yang dikaitkan dengan kebutuhan.
c. Pemilihan dan Penentuan Materi Ajar
Pemilihan dan pentuan materi ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria
bahwa materi ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mancapai kompetensi. Jenis
dan bentuk materi ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis sumber materi
sebelumnya.
Peta kebutuhan materi ajar disusun setelah diketahui berapa banyak materi ajar yang
harus disiapkan melalui analisis kebutuhan materi ajar. Di samping itu peta dapat pula
digunakan untuk menentukan sifat materi ajar, apakah dependen (tergantung) atau
independent (berdiri sendiri). Materi ajar dependen adalah materi ajar yang ada kaitannya
antara materi ajar yang satu dengan materi ajar uang lain, sehingga dalam penulisannya harus
saling memperhatikan satu sama lain. Sedangkan materi ajar independent adalah materi ajar
yang berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat
dengan materi ajar yang lain.
B. Dimensi Pengetahuan: Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif
Pemahaman pembelajaran saat ini memfokuskan pada proses aktif, kognitif dan
konstruktif yang tergabung dalam pembelajaran yang berarti. Siswa dalam hal ini berperan
sebagai individu yang aktif dalam setiap Pembelajarannya; mereka dapat memilih informasi
yang dibangun oleh pengertian mereka sendiri dari informasi yang dipilih tersebut. Siswa
bukan penerima yang pasif, merekam informasi yang didapat dari orang tuanya, guru, buku
teks ataupun media saja. Hal ini merupakan perubahan dari pandangan pasif dalam belajar
kognitif dan perspektif konstruktif yang menekankan pada bagaimana siswa mengetahui
(pengetahuan) dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif) mengenai apa yang mereka
ketahui selama siswa melakukan pembelajaran yang berarti.
Mengingat banyaknya tipe-tipe pengetahuan, khususnya dalam pengembangan
psikologi kognitif, maka secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe
pengetahuan umum, yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif.
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para ahli
dalam mengkomunikasikan disiplin akademik, pemahaman, dan penyusunan dimensi
pengetahuan secara sistematis. Elemen-elemen ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang
bekerja pada disiplin ilmu tertentu yang membutuhkan perubahan dari satu aplikasi ke
aplikasi lain.
Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus siswa ketahui ketika
mereka harus mencapai atau menyelesaikan suatu masalah. Elemen-elemen ini biasanya
dalam bentuk simbol-simbol yang digabungkan dalam beberapa referensi nyata atau
‘rangkaian simbol’ yang membawa informasi penting. Pengetahuan faktual (factual
knowledge) yang meliputi aspek-aspek.
a. Pengetahuan Istilah
Pengetahuan istilah meliputi pengetahuan khusus label-label atau simbol-simbol
verbal dan non verbal (contohnya kata-kata, bilangan-bilangan, tanda-tanda, gambar-
gambar). Setiap materi berisi sejumlah label-label atau simbol-simbol verbal dan non verbal
yang memiliki referensi khusus.
Contohnya :
1) Pengetahuan tentang alfabet.
2) Pengetahuan tentang syarat-syarat keilmuan.
3) Pengetahuan tentang kosakata melukis.
4) Pengetahuan tentang akunting.
5) Pengetahuan tentang simbol-simbol dalam peta dan bagan.
6) Pengetahuan tentang simbol-simbol yang digunakan untuk mengindikasikan
pengucapan kata-kata yang tepat.
b. Pengetahuan Khusus dan Elemen-Elemennya
Pengetahuan khusus dan elemen-elemennya berkenaan dengan pengetahuan tentang
peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan sebagainya. Pengetahuan khusus ini
juga meliputi informasi yang spesifik dan tepat, contohnya saja tanggal yang benar dari suatu
kejadian atau fenomena dan perkiraan informasi, seperti periode waktu suatu peristiwa atau
fenomena yang terjadi.
Contohnya:
1) Pengetahuan tentang fakta-fakta mengenai kebudayaan dan sosial.
2) Pengetahuan tentang fakta-fakta yang penting dalam bidang kesehatan,
kewarganegaraan, kebutuhan manusia dan ketertarikannya.
3) Pengetahuan nama-nama penting, tempat, dan peristiwa dalam berita.
4) Pengetahuan reputasi penulis dalam mempersembahkan bukti-bukti terhadap masalah
pemerintah.
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan kategori dan klasifikasi serta
hubungannya dengan dan diantara mereke-lebih rumit, dalam bentuk pengetahuan yang
tersusun. Seperti, skema, model mental, atau teori implisit atau eksplisit dalam model
psikologi kognitif yang berbeda. Semua itu dipersembahkan dalam pengetahuan individual
mengenai bagaimana materi khusus di susun dan distrukturisasikan, bagaimana bagian-
bagian yang berbeda atau informasi yang sedikit itu saling berhubungan dalam arti yang lebih
sistematik, dan bagaimana bagian-bagian ini saling berfungsi. Contohnya, rotasi bumi,
matahari, rotasi bumi mengelilingi matahari.
a. Pengetahuan Klasifikasi dan Kategori
Pengetahuan klsifikasi dan kategori meliputi kategori-kategori, divisi-divisi dan
penyusunan yang digunakan dalam materi yang berbeda. Pengetahuan ini secara umum
merefleksikan bagaimana para ahli berpikir dan menyelesaikan masalah mereka, dimana
pengetahuan khusus menjadi penting dari masalah yang telah diselesaikan. Pengetahuan
adalah sebuah aspek penting dalam mengembangkan sebuah disiplin akademik.
Contohnya :
1) Pengetahuan macam-macam tipe literatur.
2) Pengetahuan macam-macam bentuk kepemilikan usaha.
3) Pengetahuan bagian-bagian kalimat (kata benda, kata kerja, kata sifat)
4) Pengetahuan macam-macam masalah psikologi yang berbeda.
5) Pengetahuan periode waktu yang berbeda.

b. Pengetahuan Dasar dan Umum


Pengetahuan dasar dan umum meliputi abstraksi nyata yang menyimpulkan fenomena
penelitian. Abstraksi ini memiliki nilai yang sangat besar dalam menggambarkan,
memprediksikan, menjelaskan atau menentukan tindakan yang paling tepat dan relevan atau
arah yang harus diambil.
Contohnya :
1) Pengetahuan generalisasi utama tentang kebudayaan khusus.
2) Pengetahuan hukum-hukum fisika dasar.
3) Pengetahuan dasar-dasar kimia yang relevan dalam proses kebudayaan dan kesehatan.
4) Pengetahuan prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran.
c. Pengetahuan Teori, Model dan Struktur
Pengetahuan teori, model dan struktur meliputi pengetahuan dasar dan generalisasi
dengan hubungan timbal balik yang jelas, pandangan yang sistematis dalam sebuah fenomena
yang rumit, masalah, atau materi. Pengetahuan ini merupakan formula yang abstrak.
Contohnya:
1) Pengetahuan hubungan timbal balik antara prinsip kimia sebagai dasar untuk teori
kimia.
2) Pengetahuan struktur kongres secara keseluruhan (organisasi, fungsi)
3) Pengetahuan evolusi.
4) Pengetahuan teori tektonik.
5) Pengetahuan model genetika (DNA).

3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu.
Seperti pengetahuan keterampilan, algoritma, teknik-teknik, dan metoda-metoda yang secara
keseluruhan dikenal sebagai prosedur. Ataupun dapat digambarkan sebagai rangkaian
langkah-langkah.

4. Pengetahuan Metakognitif
Metakognitif ialah kesedaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak
diketahui. Strategi Metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran
mengenai proses berfikir dan pembelajaran yang berlaku. Apabila kesedaran ini wujud,
seseorang dapat mengawal fikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang
dipelajari. Jadi Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian umum
maupun pengetahuan mengenai salah satu pengertian itu sendiri
a. Pengetahuan Strategi
Pengetahuan strategi adalah pengetahuan strategi umum untuk mempelajari,
memikirkan dan menyelesaikan masalah.
Contohnya:
1) Pengetahuan informasi ulangan untuk menyimpan informasi.
2) Pengetahuan perluasan strategi seperti menguraikan dengan kata-kata sendiri dan
kesimpulan.
3) Pengetahuan macam-macam strategi organisasi dan perencanaan.
b. Pengetahuan Mengenai Tugas-tugas Kognitif, termasuk Pengetahuan
Kontekstual dan Kondisional
Pengetahuan ini meliputi pengetahuan yang membedakan tugas-tugas kognitif yang
tingkat kesulitannya sedikit ataupun banyak, bisa saja membuat sistem kognitif ataupun
strategi kognitif.
Contohnya :
1) Pengetahuan mengingat kembali tugas-tugas (contoh, jawaban singkat) yang dibuat
secara umum dalam sistem memori individu yang dibandingkan dengan pengenalan
tugas-tugas (contoh, pilihan berganda).
2) Pengetahuan buku sumber yang sulit untuk dipahami dibandingkan dengan buku biasa
atau buku teks umum.
3) Pengetahuan tugas memori sederhana (contoh, mengingat nomor telepon).
c. Pengetahuan Itu Sendiri
Pengetahuan ini meliputi kekuatan dan kelemahan dalam hubungannya dengan
pengertian dan pembelajaran. Contohnya, siswa yang mengetahui tes itu lebih mudah yang
bentuknya pilihan berganda dibandingkan dengan bentuk essey, karena memiliki
pengetahuan sendiri dalam memilih keterampilan penilaian

You might also like