You are on page 1of 16

REFERAT FEBRUARI 2018

STANDAR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM

DISUSUN OLEH :
Nur Safriyanti N 111 16 137
Riski Nyamin Payungallo N 111 16 140
Yuliana Litha N 111 16 089

PEMBIMBING
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, S.H, M.Kes, Sp.F

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT KABELOTA DONGGALA
PALU, 2018

3
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nur Safriyanti N 111 16 037


Riski Nyamin Payungallo N 111 16 040
Yuliana Litha N 111 16 089

Judul Referat: STANDAR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET


REPERTUM

Telah menyelesaikan tugas referat ini sebagai tugas kepaniteraan klinik


pada Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, Februari 2018


Mengetahui
Pembimbing

(Dr. dr. Annisa Anwar M., SH, M.Kes, Sp.F)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................3
A. Visum et repertum ........................................................................................3
1. Definisi ..................................................................................................3
2. Dasar dan Konsep Hukum VeR ............................................................4
3. Jenis Visum et Repertum .......................................................................5
4. Struktur dan isi VER .............................................................................6
B. Prosedur pembuatan VER ............................................................................7
1. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandang Arang Boyowali.........7
2. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabelota Donggala....................8
3. Fakultas Kedokteran Universitas Riau...................................................9
BAB III. PENUTUP ..............................................................................................12
Kesimpulan ................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Visum et repertum atau lebih di kenal sebagai visum merupakan


keterangan dari ahli (dokter forensik) tentang hal-hal yang dilihat dan ditemukan
dalam pemeriksaan terhadap luka seseorang atau penyebab kematian seseorang.
Visum diperlukan untuk mengetahui peyebab kematian seseorang atau penyebab
luka di tubuh korba dengan obyektif. Permintaan visum berkaitan dengan sebuah
kasus hukum, biasanya datang dari penyidik. Visum tidak bisa di lakukan tanpa
izin keluarga. Pihak keluarga dapat meminta visum seandanya menemukan
ketidak wajaran pada jasad korban atau luka korban1.
Visum et Repertum secara utuh telah menjadi penghubung antara ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca Visum et Repertum
dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para
praktisi hukum yang dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara yang
menyangkut tubuh dan jiwa manusia2.
Visum et Repertum dibuat setelah ada permintaan dari penyidik dan yang
biasanya membuat adalah dokter spesialis forensik. Sementara itu dokter spesialis
forensik di Indonesia jumlahnya tidak sebanding dengan luas geografis wilayah
sehingga terdapat wilayah yang tidak tersedit dokter spesialis forensik3.
VeR merupakan alat bukti yang sah, dimana VeR tersebut memuat
keterangan tentang apa yang dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksanya.
Pembuatan VER memberikan tugas sepenuhnya kepada dokter sebagai pelaksana
di lapangan untuk membantu hakim dalam menemukan kebenaran materil dalam
memutuskan perkara pidana. Dokter dilibatkan untuk turut dalam memberikan
pendapat berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam pemeriksaan perkara
pidana, apabila menyangkut tubuh manusia atau bagian dari tubuh manusia.3
Bagi penyidik (polisi/polisimiliter) VeR berguna untuk mengungkapkan
perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan
pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti formal
untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum.

3
Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) disuatu Rumah
Sakit tentang tatalaksana pengadaan VeR4.

iii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Visum et Repertum
1. Definisi
Visum et Repertum berasal dari bahasa Latin. Kata “visum” atau
“visa” dalam bentuk tunggalnya berarti tanda melihat atau melihat,
sedangkan “Repertum” berarti melapor. Visum et repertum secara
etimologi adalah apa yang dilihat dan diketemukan. Visum et repertum
diartikan sebagai laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu menerima
jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang segala hal atau fakta
yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa badan manusia yang
diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-baiknya dan
pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut5.
Pengertian secara harfiah Visum et repertumadalah berasal dari kata
Visual, yaitu melihat dan Repertum yaitu melaporkan, berarti; apa yang
dilihat dan diketemukan, sehingga Visum et repertum merupakan suatu
laporan tertulis dari dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, perihal
apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik
ataupun barang bukti lain kemudian dilakukan pemeriksaan berdasarkan
pengetahuan yang sebaik-baiknya. Atas dasar itu selanjutnya diambil
kesimpulan yang juga merupakan pendapat dari seorang ahli ataupun
kesaksian (ahli) secara tertulis sebagaimana yang tertuang dalam bagian
pemberitaan (hasil pemeriksaan). Sementara itu menurut Subekti dan
Tjitrosudibio menyatakan bahwa, Visum et repertumadalah suatu
keterangan dokter yang memuat kesimpulan suatu pemeriksaan yang telah
dilakukan misalnya atas mayat seseorang untuk menentukan sebab
kematian dan lain sebagainya, keterangan mana diperlukan oleh hakim
dalam suatu perkara6.

3
Visum et repertum menjadi bagian ilmu kedokteran forensik dan
medikolegal. VeR hanya dilakukan oleh dokter yang memiliki keahlian
khusus berdasarkan sumpah atau jabatan dan menjadi kewajiban
hukumnya.VeR merupakan alat bukti keterangan ahli yang diberikan oleh
ahli dokter kehakiman sebagaimana penjelasan pasal 184 KUHAP.3
]Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang
tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
sebagai pengganti barang bukti.3

2. Dasar dan Konsep Hukum VeR


Menurut Budiyanto dkk., dasar hukum VeR adalah pasal 133 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang mana
menyebutkan7:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan
penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11
KUHAP. Penyidik yang dimaksud adalah penyidik sesuai dengan pasal
6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik
tersebut adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana
yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia8.

iii
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik adalah
sanksi pidana sesuai dengan pasal 216 KUHP menyebutkan8:
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang
tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya,
demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan
ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
Menurut Utama (2014), Konsep hukum VeR meliputi bukti
factual (factual evidence) yang harus dibuktikan terlebih dahulu baru
kemudian diikuti oleh bukti hukum (legal evidence)4:
a. Factual Evidence Diperoleh dari hasil pemeriksaan medis kepada
korban melalui observasi yang sistematis dan menggunakan
penalaran implicit yaitu meliputi ilmu kedokteran, komitmen teori
dan tujuan tertentu.
b. Legal Evidence Diperoleh dari hasil opini dari seorang ahli yang
kompeten dan interpretasi dari Factual Evidence. Bersifat tidak
mutlak namun dapat member sugesti kepada hakim untuk membuat
keputusan. Dan harus dibuat berdasarkan pemikiran kritis, penalaran
medis yang pasti (reasonable medical certainty) dan penalaran
hukum yang pasti (beyond reasonable doubt).

3. Jenis Visum et repertum


VER merupakan hasil pemeriksaan ahli dalam ini dokter yang
dapat dijadikan sebagai alat bukti untuk kepentingan peradilan. Adapun
jenis- jenisnya sebagai berikut3:
a. VER untuk orang hidup yang terdiri dari :
1) VER biasa. VER ini diberikan kepada pihak peminta (penyidik)
untuk korban yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

iii
2) VER sementara. VER sementara diberikan apabila korban
memerlukan perawatan lebih lanjut karena belum dapat membuat
diagnosis dan derajat lukanya. Apabila sembuh dibuatkan VER
lanjutan
3) VER lanjutan. Dalam hal ini korban tidak memerlukan perawatan
lebih lanjut karena sudah sembuh, pindah dirawat dokter lai, atau
meninggal dunia.
b. VER untuk orang mati (jenazah). Pada pembuatan VER ini, dalam hal
korban mati maka penyidik mununjukan permintaan tertulis kepada
pihak kedokteran forensik untuk dilakukan bedah mayat (otopsi).
c. VER tempat kejadian perkara (TKP). Visum ini di buat setelah dokter
melaksanakan pemeriksaan di TKP.
d. VER penggalian jenazah. Visum ini dibuat setelah dokter selesai
melaksanakan penggalian jenazah.
e. VER psikiatri yaitu visum pada terdakwa yang pada saat pemeriksaan
disidang pengadilan menunjukan gejala-gejala penyakit jiwa.
f. VER barang bukti, misalnya visum terhadap barang bukti yang
ditemukan yang ada hubunganya dengan tindak pidana, contohnya
darah, bercak mani, pisau.

4. Struktur dan isi VER


Setiap Visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum
sebagai berikut2:
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instasi pemeriksa
b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata “Pro Justutia” di bagian atas kiri ( kiri atau
tengah)
d. Mengunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak mengunakan singkatan, terutama pada waktu mendekskripsikan
temuan pemeriksaan
f. Tidak mengunakan istilah asing

iii
g. Di tanda tangani dan di beri nama jelas
h. Berstanpel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya di berikan kepada penyidik peminta Visum et repertum. Apabila
ada lebih dari instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan
penyidik POM, dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua
instansi tersebut dapat diberi Visum et repertum masing-masing asli
k. Salinannya di arsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umunya
dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.

B. Prosedur pembuatan Visum et Repertum


1. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandang Arang Boyowali
RSUD pandang arang Boyowali sudah mempunyai prosedur tetap
tentang pembuatan administrasi Visum et Repertum dengan nomor
dokumen 84/ PROTAP/ IV/ 2011, nomor revisi 3 tanggal terbit 14 april
yang ditetapkan oleh direktur RSUD pandan Arang Boyowali, Isinya
adalah sebagai berikut9:
a. Ada surat pengantar / permohonan dari pihak terkait
b. Pasien diperiksa oleh dokter jaga IGD atau konsulen.
c. Hasil pemeriksaan pasien dibuat laporan secara tertulis oleh petugas
rekam medis pada blanko/ formulir khusus untuk pembuatan Visum et
repertum
d. Setelah Visum et repertum di tanda tangani dokter pemeriksa
kemudian di cap stempel rumah sakit
e. Yang berhak mengambil visum e repertum adalah dari penyidik yakni
kepolisian atau kejaksaan
f. Penyelasaian pembuatan Visum et repertum selesai dalam waktu tiga
hari.

iii
2. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabelota Donggala
Pembuatan laporan VER adalah surat keterangan yang dikeluarkan
oleh dokter yang diberikan kepada kepolisian sebagai bukti pemeriksaan
terhadap korban hidup ataupun mati10.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota Donggala sudah mempunyai
prosedur tetap Sebagai acuan bagi dokter dalam pembuatan visum et
repertum terhadap korban hidup ataupun/mati yaitu sebagai berikut10:
a. Menerima pasien serta data awal dari penyidik atau keluarga atau
seseorang sebagai konfirmasi awal keadaan pasien.
b. Diketik diatas kertas yang berisi :
1) Kop surat
2) Nomor surat
c. Perihal hasil pembuatan Visum et Repertum.
d. Mencantumkan “pro justitia” dibagian tengah Visum et repertum.
e. Mencantumkan dokter pemeriksa/ Dokter UGD.
f. Mencatumkan nomor VER, tanggal dan waktu pemeriksaan dan
Rekam Medik pasien.
g. Menuliskan biodata pasien. Yang terdiri dari :
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Agama
5) Alamat
h. Hasil pemeriksaan luka pada korban hidup :
1) Kesadaran
2) Tanda-tanda vital (TTV)
3) Pemeriksaan luka-luka pasien
4) Pengobatan dan tindakan.
i. Kesimpulan yang berisi hasil pemeriksaan yang didapakan oleh
Dokter pemeriksa, dengan melihat penyebab luka dan proses
penyembuhan luka.

iii
3. Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Visum et repertum dibuat oleh dokter untuk digunakan oleh
kalangan hukum/non medis, sehingga harus ditulis dengan bahasa yang
dapat dimengerti oleh orang awam/non medis. Visum et repertum sebagai
alat bukti dalam proses peradilan yang tidak hanya memenuhi standar
penulisan rekam medis, tetapi juga harus memenuhi hal-hal yang
disyaratkan dalam sistem peradilan. Setiap visum et repertum harus dibuat
memenuhi ketentuan umum sebagai berikut11:
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan
temuan pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila
ada lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan
penyidik POM, dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua
instansi tersebut dapat diberi visum et repertum masing-masing asli.
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada
umumnya, dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.
Penulisan VeR harus memenuhi suatu disain dan format tertentu
karena dokumen tersebut akan digunakan sebagai alat bukti dalam proses
peradilan. Unsur penting dalam VeR yang diusulkan oleh banyak ahli
adalah sebagai berikut11:
1. Pro Justitia
Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum et
repertum tidak perlu bermeterai. Maksud pencantuman kata "Pro

iii
justitia" adalah sesuai dengan artinya, yaitu dibuat secara khusus
hanya untuk kepentingan peradilan. Di bagian atas tengah dapat
dituliskan judul surat tersebut, yaitu : Visum et Repertum.
2. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini minimal memuat : identitas pemohon
visum et repertum, tanggal dan pukul diterimanya permohonan
visum et repertum, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan,
identitas objek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa,
alamat, pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dimana dilakukan
pemeriksaan.
3. Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang
diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas ke
bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu
yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak
antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara
luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau
cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama
penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan
tidak dapat dihadirkan kembali.
Pada pemeriksaan korban hidup, bagian ini terdiri dari :
a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan
korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya
uraian tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain
yang berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).
b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan
sebaliknya, alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang
seharusnya dilakukan. Uraian meliputi juga semua temuan pada

iii
saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal ini perlu
diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang-tepat
tidaknya penanganan dokter dan tepat-tidaknya kesimpulan
yang diambil.
c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat
badan merupakan hal penting guna pembuatan kesimpulan
sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pada bagian pemberitaan
memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada
tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan
atau perawatan yang diberikan.
4. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat
visum et repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan
dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada bagian ini harus
memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat
kualifikasi luka.
Hasil pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung oleh hasil
pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak digunakan dalam menarik
kesimpulan. Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis hanya boleh
dilakukan dengan penuh hati-hati.
Kesimpulan visum et repertum adalah pendapat dokter
pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu pihak
tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat
pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi,
standar profesi dan ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulan
visum et repertum haruslah dapat menjembatani antara temuan
ilmiah dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum.
Kesimpulan bukanlah sekedar resume hasil pemeriksaan, melainkan
lebih ke arah interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku.

iii
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pembuatan VER merupakan salah satu bentuk pelayanan di rumah sakit


departeman kesehatan menetapkan telaah menetapkan standar pelayana rumah
sakit termaksud pelayanan medikolegal dengan demikian kualiat pelayanan VER
secara langsung akan mencerminkan kualitas pelayanan medikolegal dirumah
sakit. Selain itu kualitas pelayanan medikolegal juga mempengaruhi kualitas
penilaian akreditas rumah sakit dan bagi praktisi kesehatan diharapkan agar dapat
mengupayakan prosedur pembuatan VER khusus nya VER pada korban hidup
yang memenuhi standar VER yang baik

iii
DAFTAR PUSTAKA

1. M.H. Setiyono, S.H. Menghadapi Kasus Pidana. 2010


2. Afif, Fauzan. Fungsi Visum Et Repertum Dalam Proses Penyidikan Kasus
Tindak Pidana Penganiayaan (Studi Kasus Di Kepolisian Kota Besar
Pekanbaru). Fakultas Hukum, Universitas Andalas. Padang. 2010
3. Afandi, Dedi. Visum et repertum Pada Korban Hidup. September 2009; 3 (2)
: 74-84
4. Utama, Winda Trijayanthi. Visum Et Repertum: A Medicolegal Report As A
Combination Of Medical Knowledge And Skill With Legal Jurisdiction.
Universitas Lampung. 2014
5. Amir A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Ke-3. Medan: Forensik
Fk USU. 2008
6. Ardhyan, Yosy. Analisis Atas Permintaan Penyidik Untuk Dilakukannya
Visum et repertum Menurut KUHAP. Jurnal Lex Administratum, Vol. V/No.
2/Mar-Apr/2017.
7. Afandi D.Visum et repertum pada korban hidup.Jurnal Ilmu Kedokteran;
3(2):79-84. 2009.
8. Sampurna B, Samsu Z.Peranan ilmu forensikdalam penegakan hukum.
Jakarta: PustakaDwipar.2003.
9. Nuraga, Risqi Amelia. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dokter Umum
Tentang Visum et repertum. Semarang. Agustus 2012
10. Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota Donggala. Prosedur Pmbuatan Laporan
VER. Sulawesi Tengah. Donggala. 2018
11. Afandi D. Visum Et Repertum Tata Laksana dan Tekhik Pembuatan Edisi
Kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2017

iii

You might also like