You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah sejak lama masyarakat dunia memandang sektor ekonomi sebagai sektor
yang sangat menjanjikan dan menentukan kemajuan suatu bangsa. Bahkan munculnya istilah
“Era Globalisasi” dan “Pasar Bebas” tak lepas dari sebuah harapan terbukanya pintu usaha di
seluruh penjuru dunia.
Kondisi ini membawa pengaruh terhadap para pelaku ekonomi. Masing-masing tampak
mempersiapkan diri dan meningkatkan kualitas dan profesionalitas perusahaannya agar
mampu menghadapi persaingan yang begitu ketat. Manajemen sebagai ujung tombak
perusahaan dituntut untuk selalu dapat menemukan langkah-langkah yang akurat, tepat dan
prospektif dalam berbagai kondisi sehingga mendatangkan keuntungan semaksimal mungkin
bagi perusahaan yang dikelola.
Faktor terpenting dalam menjalankan kegiatan produksi pada perusahaan mebel adalah
bahan baku, tenaga kerja serta biaya overhead pabrik karena pada umumnya komponen
tersebut cukup besar. Bahan baku merupakan sumber daya utama yang memegang peranan
paling penting dalam perusahaan manufaktur atau Pabrik.
Maju mundurnya suatu perusahaan sangat tergantung pada kualitas bahan baku untuk
produksi yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian pihak manajemen harus mampu
merencanakan dan mengendalikan biaya dengan baik sesuai dengan kondisi perusahaan saat
itu. Tenaga kerja sangat menunjang bagi kualitas produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan
itu sendiri. Selain itu, biaya overhead pabrik yang dikeluarkan untuk menunjang proses
produksi tersebut juga harus diperhatikan. Agar biaya tersebut dapat terealisasi dengan baik,
maka pihak manajemen perlu mengetahui jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu-satuan produk dengan dasar pedoman dari biaya masa lalu.
Di dalam pengendalian biaya pada akuntansi biaya diperlukan patokan atau standar
sebagai dasar yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian. Biaya yang digunakan sebagai
tolok ukur pengendalian ini disebut biaya standar. Biaya standar digunakan untuk menghitung
selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya. Kemudian selisih antara biaya standar
dan biaya sesungguhnya tersebut disajikan kepada manajemen untuk dipakai sebagai dasar

1
penentuan harga pokok sebab selisih yang digunakan untuk mengetahui seberapa efisiensi dan
seberapa besar penyimpangan dalam menerapkan sistem biaya standar dalam mengendalikan
biaya produksinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap system biaya standar?


1.2.2 Apa saja metode-metode yang digunakan dalam akuntansi biaya standar?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan selisih komposisi?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan selisih hasil?
1.2.5 Bagaimana cara penghitungan dengan menggunakan selisih komposisi?
1.2.6 Bagaimana cara penghitungan dengan menggunakan selisih hasil?
1.2.7 Bagaimana perlakuan terhadap selisih?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam pembahasan makalah ini yang berjudul “Akuntansi Biaya Standar,
Selisih Komposisi dan Selisih Hasil”, berdasarkan rumusan masalah diatas, adalah untuk
membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain:

1.3.1 Untuk mengetahui perlakuan akuntansi terhadap system biaya standar.


1.3.2 Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam akuntansi biaya standar.
1.3.3 Untuk mengetahui mengenai selisih komposisi.
1.3.4 Untuk mengetahui mengenai selisih hasil.
1.3.5 Untuk mengetahui mengenai cara penghitungan dengan menggunakan selisih
komposisi.
1.3.6 Untuk mengetahui mengenai cara penghitungan dengan menggunakan selisih hasil.
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana perlakuan terhadap selisih.

2
1.4 Manfaat Penulisan

Selain tujuan daripada penulisan makalah, perlu pula diketahui bersama bahwa manfaat
yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Penulis


Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Akuntansi Biaya.

1.4.2 Bagi Pihak Lain


Penulis berharap makalah ini dapat menambah ilmu bagi yang membacanya dan dapat
menambah referensi pustaka serta menyatukan pendapat pembaca dan penulis
mengenai Akuntansi Biaya Standar, Selisih Komposisi dan Selisih Hasil.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode
pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Biaya Standar

Secara garis besar, sistem akuntansi biaya standar dapat dibagi menjadi dua yaitu
metode tunggal (single plan) dan metode ganda (partial plan). Perbedaan antara kedua sistem
tersebut terletak pada waktu penyajian informasi mengenai terjadinya penyimpangan antara
biaya standar dengan biaya sesungguhnya kepada manajemen.

Dalam metode tunggal, rekening barang dalam proses didebit dengan biaya standar dan
dikredit dengan biaya standar atau dengan kata lain, rekening barang dalam proses didebit dan
dikredit dengan angka tunggal yaitu angka standar. Dalam sistem ini, penyimpangan biaya
sesungguhnya dan biaya standar dihitung pada saat masukan dipakai dalam proses produksi,
sehingga setiap saat manajemen dapat mengetahui berapa penyimpangan yang terjadi antara
biaya sesungguhnya dengan biaya standar. Penyimpangan antara biaya standar dan bisa
sesungguhnya dicatat pada rekening selisih pada saat terjadinya. Berikut adalah rekening
barang dalam proses dalam metode tunggal pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1
Rekening Barang dalam Proses dalam Metode Tunggal

Barang Dalam Proses

Kuantitas standar x harga standar Kuantitas standar produk jadi x harga pokok
produksi standar per satuan

Atau Atau

Jam standar x tarif upah standar Kuantitas standar produk dalam proses x
harga pokok produksi standar

Atau

Kapasitas standar x tarif standar

4
Dalam metode ganda, dalam rekening barang dalam proses dicatat angka ganda,
sebelah debit diisi dengan biaya sesungguhnya, dan sebelah kredit diisi dengan biaya standar.
Dalam metode ini, penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir
periode akuntansi. Berikut adalah rekening barang dalam proses dalam metode ganda pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2

Rekening Barang dalam Proses dalam Metode Ganda

Barang Dalam Proses

Kuantitas sesungguhnya x harga Kuantitas standar produk jadi x harga pokok


sesungguhnya per satuan produksi standar per satuan

Atau Atau

Jam sesungguhnya x tarif upah Kuantitas standar produk dalam proses x


sesungguhnya harga pokok produksi standar

Atau

Biaya overhead pabrik sesungguhnya

A. METODE GANDA (PARTIAL PLAN)

Karakteristik metode ganda adalah:


1. Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya sesungguhnya dan dikredit
dengan biaya standar. Dalam metode ini persediaan bahan baku dicatat pada biaya
sesungguhnya dan persediaan produk jadi dicatat pada harga pokok standar. Harga
pokok penjualan dicatat pada harga pokok standar.
2. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi,
setelah harga pokok persediaan produk dalam proses ditentukan dan harga pokok
produk jadi yang ditransfer ke gedung dicatat dalam rekening barang dalam proses.
3. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar merupakan jumlah total perbedaan
antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap selisih-selisih
tersebut memerlukan bantuan informasi yang tidak tersedia dalam rekening-rekening
buku besar.

5
Aliran Biaya Standar dalam Metode Ganda

Contoh 1
Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar dibawah ini:

Data Biaya Produksi Standar per Satuan

Biaya bahan baku 5 kg @ Rp1.000 Rp 5.000


Biaya tenaga kerja 20 jam @ Rp500 10.000
Biaya overhead pabrik:
Variable 20 jam @ Rp400 8.000
Tetap *) 20 jam @ Rp300 6.000
Total Rp 29.000

*) kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja langsung

Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari 20X1 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1500kg @ Rp1.100.
2. Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan Januari 20X1 adalah
250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sebagai berikut:
a) Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp1.100 = Rp 1.155.000
b) Biaya tenaga kerja 5.100 jam @ Rp475 = 2.422.500
c) Biaya overhead pabrik = 3.650.000

Berdasarkan data dalam Contoh 1, berikut ini disajikan jurnal-jurnal yang dibuat untuk
mencatat biaya produksi sesungguhnya, biaya produksi standar, dan selisih.

1. Pencatatan biaya bahan baku

Barang dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 1.155.000


Persediaan Bahan Baku Rp 1.155.000
(Pemakaian Bahan Baku Sesungguhnya 1.050 kg @ Rp 1.100 = Rp 1.155.000)

2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung

Barang dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.422.500


Gaji dan Upah Rp 2.422.500
(Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Sesunguhnya 5.100 jam @ Rp 475 = Rp 2.422.500)

6
3. Pencatatan biaya overhead pabrik
Dalam metode ganda, biaya overhead dicatat dengan menggunakan salah satu
metode berikut ini:

Metode 1

Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dalam periode akuntansi tertentu dan dikredit dengan biaya
standarnya. Dengan demikian, selisih biaya overhead pabrik dihitung dan saldo rekening
barang dalam proses – biaya overhead pabrik. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi berdasarkan data dalam contoh 1 adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000


Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
(Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi)

Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut
dibebankan ke produksi dengan jurnal sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 3.650.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
(Pembebanan Overhead Pabrik Sesungguhnya ke Rekening Barang dalam Proses)

Metode 2

Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik atas dasar tarif
standar. Dalam metode ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dari saldo rekening
barang dalam proses-biaya overhead pabrik dan biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi berdasarkan data
dalam contoh 1 adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000


Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
(Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya)

Jurnal pencatatan pembelanjaan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif
standar (5.100 jam x Rp 700 = Rp 3.570.000) adalah sebagai berikut:

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 3.570.000


Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000
(Pembebanan Biaya Overhead Pabrik 5.100 jam @ Rp 700)

7
Pada akhir periode akuntansi, rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan
ditutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya, untuk perhitungan sebagian dari
selisih biaya overhead pabrik. Jurnal penutupannya adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000


Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Rp 3.570.000
(Penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan)

4. Pencatatan harga pokok produk jadi


Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi
yang ditransfer ke gudang dengan biaya standar per satuan. Dari data dalam contoh 1 dibuat
jurnal pencatatan harga produk jadi berikut ini:

Persediaan Produk Jadi Rp 7.250.000


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 1.250.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp 2.500.000
Barang Dalam Proses-Biayan Overhead Pabrik Rp 3.500.000
(Biaya Bahan Baku = Rp 5.000 x 250 unit = Rp 1.250.000)
(Biaya Tenaga Kerja = Rp 10.000 x 250 unit = Rp 2.500.000)
(Biaya Overhead Pabrik = Rp 14.000 x 250 unit = Rp 3.500.000)

5. Pencatatan harga pokok produk dalam proses

Harga pokok produk dalam proses dihitung dengan cara mengalikan unit
ekuivalensi kuantitas produk dalam proses pada akhir periode dengan biaya standar per
satuan. Karena dalam contoh 1 tidak tersedia data mengenai persediaan produk dalam
proses, maka contoh jurnal berikut ini tidak menggunakan angka.

Persediaan Produk Dalam Proses xxx


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx
Barang Dalam Proses-Biayan Overhead Pabrik xxx

6. Pencatatan harga pokok produk yang dijual

Harga pokok produk yang dijual dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk
yang dijual selama periode akuntansi dengan biaya standar per satuan. Karena dalam
contoh 1 tidak tersedia data mengenai persediaan produk dalam proses, maka contoh jurnal
berikut ini tidak menggunakan angka.

8
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Produk Jadi xxx

7. Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar


a. Selisih biaya bahan baku
Selisih biaya bahan baku ditentukan dengan cara menghitung saldo rekening
barang dalam proses-biaya bahan baku pada akhir periode. Atas dasar data dalam
contoh 1 dan jurnal-jurnal tersebut di atas, rekening barang dalam proses-biaya bahan
baku pada akhir bulan Januari bersaldo kredit sebesar Rp 95.000, yang dalam model
dua selisih terdiri dari selisih harga Rp 105.000 R dan selisih kuantitas Rp 200.000 L,
dan model tiga selisih terdiri dari selisih harga Rp 105.000 R, selisih kuantitas Rp
200.000 L, dan selisih harga/kuantitas sama dengan nol. Jurnal untuk mencatat selisih
biaya bahan baku dengan model dua selisih tersebut adalah sebagai berikut:

Selisih Harga Bahan Baku Rp 105.000


Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 95.000
Selisih Kuantitas Bahan Baku Rp 200.000

b. Selisih biaya tenaga kerja langsung


Selisih biaya tenaga kerja langsung ditentukan dengan cara menghitung saldo
rekening barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung pada akhir periode. Atas
dasar data dalam contoh 1 dan jurnal-jurnal tersebut di atas, rekening barang dalam
proses-biaya tenaga kerja langsung pada akhir bulan Januari bersaldo kredit sebesar Rp
77.500, yang dalam model dua selisih terdiri atas selisih tarif upah Rp 127.500 L dan
selisih efisiensi upah Rp 50.000 R, yang dalam model tiga selisih terdiri dari selisih
tarif upah Rp 127.500 L, dan selisih efisiensi upah Rp 47.500 R. Jurnal untuk mencatat
selisih biaya tenaga kerja langsung dengan model dua selisih tersebut adalah sebagai
berikut:
Selisih Efisiensi Upah Rp 50.000
Barang dalam Proses-Biaya TKL Rp 77.500
Selisih Tarif Upah Rp 127.500

Jurnal untuk mencatat selisih biaya tenaga kerja langsung dengan model tiga
selisih tersebut adalah sebagai berikut:
Selisih Efisiensi Upah Rp 47.500
Barang dalam Proses-Biaya TKL Rp 77.500
Selisih Tarif Upah Rp 125.000

9
c. Selisih biaya overhead pabrik
Penentuan selisih biaya overhead pabrik tergantung pada metode pencatatan
biaya overhead pabrik. Jika pencatatan biaya overhead pabrik menggunakan metode 1,
maka selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan mencari saldo rekening barang
dalam proses biaya overhead pabrik. Dari data dalam contoh 1 dan jurnal-jurnal
tersebut di atas, rekening barang dalam proses-biaya overhead pabrik bersaldo debit
Rp 150.000. Selisih biaya overhead pabrik dengan model tiga selisih dicatat sebagai
berikut:

Selisih Pengeluaran Rp 50.000


Selisih Kapasitas Rp 30.000
Selisih Efisiensi Rp 70.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 150.000

Jika pencatatan biaya overhead pabrik menggunakan metode 2, maka selisih


biaya overhead pabrik dihitung dengan mencari saldo rekening barang dalam proses-
biaya overhead pabrik dan saldo rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya setelah
rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke dalamnya. Dari data dalam
contoh dan jurnal-jurnal tersebut di atas, rekening barang dalam proses-biaya overhead
pabrik bersaldo debit Rp 70.000 (rekening ini didebit Rp 3.570.000 yang merupakan
pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar tarif standar, dan dikredit sebesar Rp
3.500.000, yang merupakan hasil kali kuantitas produk jadi dengan tarif biaya overhead
pabrik standar). Rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya bersaldo kredit Rp
80.000 (rekening ini didebit sebesar Rp 3.650.000 yang merupakan biaya overhead
pabrik sesungguhnya, dan dikredit sebesar Rp 3.570.000, yang merupakan penutupan
rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan). Selisih biaya overhead pabrik
dengan model tiga selisih dicatat sebagai berikut:

Selisih Efisiensi Rp 70.000


Barang dalam Proses Rp 70.000

Selisih Pengeluaran Rp 50.000


Selisih Kapasitas Rp 30.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 80.000

B. METODE TUNGGAL (SINGLE PLAN)

Untuk memberikan gambaran penggunaan metode tunggal, berikut ini disajikan


akuntansi biaya standar, yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pencatatan biaya bahan
baku, pencatatan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

10
Pencatatan Biaya Bahan Baku

Pencatatan biaya bahan baku dipengaruhi pada saat pencatatan selisih harga bahan
baku. Pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:

1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli.
2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai.
3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli dan dipakai.

a. Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dibeli

Rekening persediaan bahan baku didebit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan


baku yang dibeli dengan harga standar bahan baku per satuan. Selisih antara pendebitan
bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya bahan baku per satuan. Selisih antara
pendebitan rekening persediaan bahan baku dengan pengkreditan rekening hutang dagang
dicatat dalam rekening selisih harga pembelian bahan baku.

Pada saat bahan baku dipakai, rekening dalam proses didebit dengan hasil kali
kuantitas standar bahan baku yang dipakai dengan harga standar, sedangkan rekening
persediaan bahan baku dikredit sebesar kuantitas bahan baku yang sesungguhnya dipakai
dengan harga standar. Selisih pendebitan rekening barang dalam proses dengan
pengkreditan rekening persediaan bahan baku dicatat dalam rekening selisih pemakaian
bahan baku.

Metode pencatatan bahan baku ini menimbulkan kesulitan apabila pada akhir
periode akuntansi terdapat persediaan bahan baku di gudang. Kesulitan yang timbul adalah
dalam menentukan selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada persediaan

11
bahan baku yang melekat pada persediaan bahan baku pada akhir periode tersebut.
Rekening selisih harga pembelian bahan baku hanya dapat menunjukkan jumlah seluruh
selisih harga pembelian bahan baku yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.

Contoh 2

PT Rimendi menggunakan sistem biaya standar. Biaya bahan baku standar per satuan
produk adalah sebagai berikut:

Kuantitas standar 50 kg
Harga standar per kg Rp100

Dalam bulan Januari 20X1, jumlah produk yang dihasilkan adalah 2.000 satuan, yang
mengkonsumsi bahan baku sebanyak 120.000 kg. Dalam bulan tersebut, kuantitas bahan baku
yang dibeli adalah 150.000 kg, dengan harga beli Rp90 per kg. Perusahaan menggunakan
model dua selisih (the two-way model) dalam menganalisis selisih biaya sesungguhnya dari
biaya standar.

Perhitungan selisih biaya bahan baku adalah sebagai berikut:

 Selisih harga pembelian bahan baku:

Harga pembelian standar: 150.000 x Rp100 Rp15.000.000

Harga pembelian sesungguhnya: 150.000 x Rp90 13.500.000

Selisih harga pembelian bahan baku Rp1.500.000 L

 Selisih pemakaian bahan baku:

Pemakaian standar: 2.000 x 50 kg x Rp100 Rp10.000.000

Pemakaian sesungguhnya: 120.000 kg x Rp100 12.000.000

Selisih pemakaian bahan baku Rp2.000.000 R

 Selisih harga bahan baku yang dipakai:

Kuantitas bahan baku yang dipakai sesungguhnya pada

harga standar: 120.000 kg x Rp100 Rp12.000.000

Kuantitas bahan baku yang dipakai sesungguhnya pada

harga sesungguhnya: 120.000 kg x Rp90 10.800.000

Selisih harga bahan baku yang dipakai Rp1.200.000 L

12
Jika selisih bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli, jurnal yang dibuat oleh PT
Rimendi pada saat pembelian dan pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku Rp15.000.000

Utang Dagang Rp13.500.000

Selisih Harga Perubahan Bahan Baku 1.500.000

(Untuk mencatat pembelian bahan baku)

Barang dalam Proses-bahan baku Rp10.000.000

Selisih Pemakaian Bahan Baku 2.000.000

Persediaan Bahan Baku Rp12.000.000

(Untuk mencatat pemakaian bahan baku)

b. Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dipakai

Dalam metode ini, pada saat bahan baku dibeli, rekening persediaan bahan baku
didebit sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya
bahan baku per satuan dan rekening utang dagang dikredit dengan jumlah yang sama.
Dengan demikian pada pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
Pada saat bahan baku dipakai, rekening barang dalam proses didebit sebesar hasil kali
kuantitas standar bahan baku dikalikan dengan harga standar bahan baku per satuan,
sedangkan rekening persediaan bahan baku dikalikan dengan harga standar bahan baku per
satuan, sedangkan rekening persediaan bahan baku dikredit sebesar kuantitas
sesungguhnya bahan yang timbul dari pendebitan rekening barang dalam proses dan
pengkreditan rekening persediaan bahan baku adalah: selisih harga dan selisih kuantitas.
Selisih harga dicatat dalam rekening selisih harga bahan baku yang dipakai dan selisih
kuantitas dicatat dalam rekening selisih pemakaian bahan baku.

13
Berdasarkan data dalam Contoh 2, jurnal pencatatan pembelian dan pemakaian bahan
baku dengan metode ini adalah sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku Rp13.500.000


Utang Dagang Rp13.500.000
(Untuk mencatat transaksi pembelian bahan baku)

Barang dalam Proses Rp10.000.000


Selisih Kuantitas Bahan Baku 2.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp10.800.000
Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai 1.200.000
(Untuk mencatat pemakaian bahan baku)

c. Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dibeli dan Dipakai

Pada saat bahan baku dibeli, selisih harga yang terjadi dicatat dalam rekening selisih
harga pembelian bahan baku. Pada saat bahan baku dipakai ditransfer ke rekening selisih
harga bahan baku yang dipakai. Dalam metode ini, rekening persediaan bahan baku didebit
dan dikredit dengan harga standar bahan baku.

14
Dari contoh 2, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku Rp15.000.000


Utang Dagang Rp13.500.000
Selisih Harga Pembelian Bahan Baku 1.500.000
(Untuk mencatat pembelian bahan baku)

Barang dalam Proses-Bahan Baku Rp10.000.000


Selisih Pemakaian Bahan Baku 2.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp12.000.000
(Untuk mencatat pemakaian bahan baku)

Selisih Harga Pembelian Bahan Baku Rp1.200.000


Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai Rp1.200.000
(Untuk mencatat selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada bahan baku
yang dipakai dalam produksi)

Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
1. Pencatatan utang upah langsung
2. Pencatatan distribusi upah langsung
3. Pencatatan pembayaran upah langsung

Pada saat daftar upah langsung selesai dibuat, bagian akuntansi keuangan membuat
jurnal sebagai berikut:

15
Gaji dan Upah xxx

Utang Gaji dan Upah xxx

Distribusi upah langsung dilakukan dengan mendebit rekening barang dalam proses
sebesar hasil kali jam kerja standar dengan tarif upah standar dan mengkredit rekening gaji
dan upah sebesar hasil kali jam kerja sesungguhnya dengan tarif upah sesungguhnya. Selisih
pendebitan rekening barang dalam proses dengan pengkreditan rekening gaji dan upah
dicatat dalam rekening selisih tarif upah dan selisih efisiensi upah.

Jurnal distribusi upah langsung adalah sebagai berikut (misalnya selisih yang terjadi
merupakan selisih yang merugikan):

Barang dalam proses xxx

Selisih tarif upah xxx

Selisih efisiensi upah xxx

Gaji dan upah xxx

Pembayaran upah langsung dijurnal sebagai berikut:

Utang Gaji dan Upah xxx

Kas xxx

16
Untuk memberikan gambaran pencatatan biaya tenaga kerja langsung, berikut ini
digunakan data yang terdapat dalam contoh 1.

Jika perusahaan menggunakan model dua selisih dalam analisis selisih biaya
sesungguhnya dari biaya standar, maka perhitungan selisih biaya tenaga kerja adalah
sebagai berikut:

Biaya tenaga kerja langsung standar: 250 x 20 jam x Rp500 Rp 2.500.000

Biaya tenaga kerja sesungguhnya: 5.100 jam x Rp475 2.422.500

Selisih biaya tenaga kerja langsung Rp 77.500

Dari perhitungan selisih dengan model dua selisih dalam Contoh 1 diperoleh selisih
tarif upah sebesar Rp127.500 L dan selisih efisiensi upah Rp50.000 R.

Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut:

Barang dalam Proses Rp2.500.000

Selisih Efisiensi Upah 50.000

Gaji dan Upah Rp2.422.500

Selisih Tarif Upah 127.500

Pencatatan Biaya Overhead Pabrik

Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode tunggal (single plan) dipengaruhi oleh
metode analisis biaya overhead yang digunakan.

a. Metode Dua Selisih

Jika metode dua selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik, maka
prosedur pencatatan biaya overhead pabrik disajikan pada gambar dibawah ini.

17
Pada contoh 1, jurnal pencatatan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

 Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk:

Barang dalam Proses Rp3.500.000*

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp3.500.000

*250 x 20 jam x Rp700

 Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya:


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp3.650.000

 Jurnal untuk mencatat penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke
rekening:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp3.500.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp3.500.000

 Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik:


Selisih Terkendalikan Rp90.000
Selisih Volume 60.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp150.000

b. Metode Tiga Selisih

Jika metode tiga selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik, maka
prosedur pencatatan biaya overhead pabrik seperti yang disajikan dalam gambar.

18
Berdasarkan contoh 8 dan perhitungan selisih dalam contoh tersebut, jurnal pencatatan
biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

 Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk:


Barang dalam proses Rp3.500.000*
Selisih Efisiensi 70.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp3.570.000**
*5.000 jam x Rp700
**5.100 jam x Rp700

 Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya:


Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp3.650.000

 Jurnal untuk mencatat penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp3.570.000
Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Rp3.570.000

 Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik:


Selisih Pengeluaran Rp50.000
Selisih Kapasitas 30.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp80.000

19
c. Metode Empat Selisih

Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode empat selisih dilakukan dengan
membentuk rekening selisih efisiensi variable dan rekening selisih efisiensi tetap. Dari data
dan perhitungan selisih dalam Contoh 1, jurnal pencatatan selisih efisiensi adalah:

Barang dalam Proses Rp3.500.000


Selisih Efisiensi Variabel 40.000
Selisih Efisiensi Tetap 30.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp3.570.000

Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi

Pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dilakukan dengan
mengkredit rekening barang dalam proses dan mendebit rekening persediaan produk jadi
sebesar hasil kali kuantitas produk jadi yang ditransfer ke gudang dengan harga pokok standar
per satuan produk.

Pencatatan harga produk selesai dari Contoh 1 adalah sebagai berikut:

Persediaan Produk Jadi Rp7.250.000*

Barang dalam Proses Rp7.250.000

*250 unit produk x Rp29.000 = Rp7.250.000

2.2 Selisih Komposisi Bahan Baku Dan Selisih Hasil (Materials Mix and Yield Variance)

Selisih Komposisi Bahan Baku

Jika spesifikasi bahan baku standar telah ditentukan dan komposis jenis bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi telah ditetapkan, maka bila terjadi penyimpangan antara
komposis standar dengan komposisi sesungguhnya bahan yang dipakai, penyimpangan ini
disebut selisih komposisi.

Selisih Hasil

Hasil dapat didefinisikan sebagi jumlah produk utama yang dihasilkan pengolahan
sejumlah bahan baku tertentu. Jika untuk menghasilkan 10 satuan produk dibutuhkan 20kg
bahan baku, maka presentase hasil dalam hal ini adalah 50% (10/20x100%). Jika presentase
hasil sesungguhnya menyimpang dari standar, maka penyimpangan ini disebut selisih hasil.

20
Contoh 3

Untuk menghasilkan 5 satuan produk A dibutuhkan bahan baku menurut komposisi


standar sebagai berikut:

Biaya Bahan Baku Standar

Misalkan produk A yg dihasilkan dalam periode tertentu berjumlah 4.550 unit dengan
Jenis Kuantitas Biaya BB utk
Bahan Harga per kg
Baku Jumlah % 5 unit produk

X 6 kg 60 Rp. 15 Rp. 90

Y 4 kg 40 Rp. 20 Rp. 80

10kg 100 Rp. 170

pemakaian bahan baku X = 5.200 kg dan Y = 3.800 kg

Selisih Komposisi bahan dihitung sebagai berikut:

Kuantitas Sesungguhnya BB yg
dipakai Selisih Harga
Jns Komp Selsisih
Komp BB standar
BB standar Komp BB
Menurut komp Menurut komp dlm kg BB per kg
sesungguhnya standar

(1) (2) (3) (4) = (2) x 9.000 (5)= (3)-(4) (6) (7) = (5) x(6)

X 60% 5.200 kg 5.400 kg 200 kg Rp. 15 Rp. 3.000 L

Y 40% 3.800 kg 3.600 kg 200 kg Rp. 20 Rp. 4.000 R

9.000 kg Rp. 1.000 R

40% x (5.200 +3.800)


60% x (5.200 +3.800)

21
Jadi Selisih Komposisi dalam KG adalah:

X = 200 kg (L)

Y = 200 kg (R)

Jadi Selisih Komposisi dalam Rp adalah :

X = Rp. 3.000 (L)

Y = Rp. 4.000 (R)

= Rp. 1.000 (R)

Perhitungan Selisih Hasil :

Menurut standar untuk menghasilkan 5 unit produk dibutuhkan bahan baku 10 kg (yi 6 kg +
4 kg) atau persentasenya 50%.

Dalam periode itu bahan baku yg diolah = 9.000 kg. Menurut persentase hasil standar maka
mestinya menghasilkan = 50% x 9.000 = 4.500 unit produk A. Padahal hasil sesungguhnya adalah
4.550 unit produk A

Perhitungan selisih hasil dpt diringkas sebagai berikut: Per 5 unit produk A
dibutuhkan Rp. 170,-
Hasil Sesungguhnya = 4.550 unit Mk per unit nya =
Hasil meurut standar 50% x 9.000 = 4.500 unit
(170,-) : 5 = Rp 34

Selisih hasil dlm kuantitas 50 unit

Rp 34,- x

Selisih hasil dlm rupiah Rp. 1.700,-

Misalkan dari contoh diatas biaya tenaga kerja Rp 150 dan biaya overhead pabrik standar Rp
200 untuk menghasilkan 5 satuan produk, maka hasil dapat dihitung sebagai berikut:

Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja

Hasil Sesungguhnya x biaya TK standar per unit

4.550 unit x 30 = Rp 136.500

Hasil Standar x biaya TK standar per unit

22
4.500 unit x 30 = Rp 135.000

Selisih Hasil Biaya TK = Rp 1.500 L

Selisih Hasil Biaya Overhead Pabrik

Hasil Sesungguhnya x biaya overhead pabrik standar per unit

4.550 unit x 40 = Rp 182.000

Hasil Standar x biaya overhead pabrik standar per unit

4.500 unit x 30 = Rp 180.000

Selisih Hasil Biaya overhead pabrik = Rp 2.000 L

PENCATATAN SELISIH KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN SELISIH HASIL

Perbedaan antara selisih komposisi dan selisih hasil bahan baku merupakan selisih pemakaian
bahan. Dalam contoh diatas selisih pemakaian bahan adalah

Selisih hasil bahan baku Rp 1.700 L

Selisih komposisi bahan baku Rp 1.000 R

Rp 700 L

Selisih komposisi bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai dalam produksi. Dari
contoh diatas pencatatan selisih komposisi bahan baku adalah sebagai berikut:

Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 153.000

Selisih komposisi bahan baku 1.000

Persediaan bahan baku Rp 154.000

Sedangkan pencatatan untuk selisih bahan baku adalah

Persediaan produk jadi Rp 154.700*)

Selisih hasil bahan baku Rp 1.700

Barang dalam proses – biaya bahan baku


153.000**)

*) 4.550 satuan x Rp 34 = Rp 154.700

23
**) 5.400 satuan x Rp 15= 81.000

3.600 satuan x Rp 20= 72.000

Rp 153.000

 Untuk pencatatan selisih upah dibuat jurnal sebagai berikut:

Produk jadi Rp 136.500

Selisih hasil biaya tenaga kerja Rp 1.500

Barang dalam proses – biaya tenaga kerja 135.000

 Untuk pencatatan selisih hasil biaya overhead pabrik

Persediaan produk jadi Rp 182.000

Selisih hasil overhead pabrik Rp 2.000

Barang dalam proses – biaya overhead pabrik 180.000

2.3 Perlakuan Terhadap Selisih

Selisih yang terjadi dapat diperlakukan dengan cara:


a) ditutup ke rekening laba rugi
b) dipakai untuk menyesuaikan rekening-rekening harga pokok penjualan dan persediaan
produk jadi dan persediaan barang dalam proses.

Perlakuan terhadap selisih tergantung pada:

1. Jenis selisih: selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik
2. Besarnya selisih. Jika jumlah selisih relatif kecil, disajikan langsung dalam laporan laba
rugi, sedangkan jika jumlahnya relatif besar, diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap
persediaan dan harga pokok penjualan.
3. Pengalaman penggunaan biaya standar
4. Sebab-sebab terjadinya selisih (misalnya: apakah selisih terjadi karena kesalahan dlam
penentuan standar)
5. Waktu terjadinya selisih (misalnya: apakah selisih yang terjadi merupakan selisih yang
tidak biasa, yang disebabkan karena fluktuasi musim)

24
Saldo Ditutup ke Rekening Laba Rugi

Dari contoh prosedur akuntansi biaya stndar dengan metode ganda (partial plan) dapat dibuat
ringkasan sebagai berikut:

Jumlah Selisih Jumlah

Selisih harga bahan baku Rp 105.000 R

Selisih kuantitas bahan baku Rp 200.000 L

Selisih tarif upah Rp 127.500 L

Selisih efisiensi upah Rp 50.000 R

Selisih pengeluaran Rp 50.000 R

Selisih kapasitas Rp 30.000 R

Selisih efisiensi overhead Rp 70.000 R

Jurnal penutup untuk selisih-selisih tersebut ke dalam rekening laba rugi adalah sebagai berikut:

Selisih kuantitas bahan baku Rp 200.000

Selisih tarif upah 127.500

Selisih harga bahan baku Rp 105.000

Selisih efisiensi upah 50.000

Selisih pengeluaran 50.000

Selisih kapasitas 30.000

Selisih efisiensi overhead 70.000

Rugi – laba 22.500

25
Penyajian selisih dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut:

PT. Eliona Sari


Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan Januari 20X1

Hasil penjualan Rp 10.000.000


Harga pokok penjualan (standar) 7.250.000
Laba bruto standar Rp 2.750.000
Selisih rugi
Selisih harga bahan baku Rp 105.000

Selisih efisiensi upah 50.000

Selisih pengeluaran 50.000

Selisih kapasitas 30.000

Selisih efisiensi overhead 70.000

Jumlah selisih rugi Rp 305.000


Selisih laba
Selisih kuantitas bahan baku Rp 200.000
Selisih tarif upah 127.500
Jumlah selisih laba Rp 327.500
Rp 22.500
Laba bruto sesungguhnya Rp 2.772.500

SELISIH DIBAGIKAN KE REKENING-REKENING PERSEDIAAN DAN HARGA


POKOK PENJUALAN
Pembagian selisih ke rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan dapat
didasarkan pada perbandingan harga pokok dan kuantitasnya.

PERBAIKAN TERHADAP STANDAR


Standar harus diubah hanya apabila kondisi yang mendasari penentuannya telah mengalami
perubahan. Mengenai kapan standar harus diubah, ada 2 pendapat. Pendapat yang pertama
mengatakan bahwa standar harus diubah dalam periode akuntansi, yaitu segera setelah diketahui
bahwa standar tersebut keliru ditetapkan.
Pendapat yang kedua mangatakan bahwa jika standar diperbaiki dalam akuntansi, perubahan
tersebut akan menghancurkan standar sebagai alat pengukur efisiensi. Oleh karena itu, meskipun
standar yang ditetapkan telah mengalami kekeliruan, perbaikan standar harus ditunda sampai akhir
periode akuntansi.

26
Jalan tengah yang diambil dalam pertentangan dua pendapat tersebut adalah ditinjau dari segi
praktisnya, apabila terjadi perubahan yang penting dalam metode produksi, tenaga kerja, atau
bahan baku yang dipakai baik kuantitas maupun kualitasnya, maka standar harus segera diubah.
Baik standar harga maupun standar tarif upah harus diubah bila terjadi perubahan yang penting
pada harga pasar bahan baku dan tarif upah. Setiap sistem harga pokok standar harus ditinjau
secara periodik sehingga bisa dilakukan perbaikan jika standar tersebut ternyata keliru atau
menjadi ketinggalan terhadap metode produksi. Bagian akuntansi biaya harus selalu mengadakan
penyesuaian dan perbaikan biaya standar agar standar tersebut tidak menyesatkan manajemen.
Perubahan hendaknya diterapkan pada standar tertentu tanpa mengganggu sistem harga pokok
standar secara keseluruhan.

27

You might also like