Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
ALDI MAULANA
NPM. 213216014
TAHUN 2017
PEMBERIAN OBAT
1. Dopamin Hidroklorida
Indikasi:
1. Untuk penanggulangan syok syndrom
2. Pre syok, severe hypotension
Kontra indikasi:
1. Pasien Dehidrasi.
2. Hypotiroidism.
Cara pemberian:
jumlah mcg/ cc
2000 2000
7,5 tts(mikro) / menit.
jumlah mcg / cc
800 800
Kontra indikasi:
1. Bukan untuk koreksi aritmia, ventikel fibrilasi
2. Hypothyroidism.
Dosis : 3 mcg BB : 50 kg
3 X 50 kg X 60 tts 9000
1 cc = __________________ = _____ = 1,8 tts/mnt
5000 5000
b. Memakai Syringe pump/ infus pump
Dosis dalam mcg X kg BB X 60 mnt
Rumus = _________________________________ = cc/jam
jumlah mcg / cc
Contoh : Dobutrex 250 mg dalam 50 cc D5% / NaCl 0,9%
50
Dosis : 3 mcg / BB / mt BB : 50 kg
3 X 50 X 60 mnt 9000
= __________________ = ________ = 1,8 cc / jam
5000 5000
jumlah mcg / cc
Contoh : 0,2 mg Isuprel dalam 100 cc D5%
0,2
1 cc = ____ = 0,002 mg x 1000 mcg = 2 mcg
100
Dosis = 2 mcg / mnt
2 x 60 tts
= _________ = 60 tts / mnt
2
b. Memakai Syringe Pump / infus pump
kebutuhan x 60 mnt
Rumus = ___________________ = cc / jam
jumlah mcg / cc
Contoh : 0,2 mg Isuprel dalam 50 cc D5%
0,2
1 cc = _____ = 0,004 x 1000 mcg = 4 mcg
50
Dosis : 2 mcg / mnt
2 x 60 mnt
= _____________ = 30 cc / jam
4
Kontra indikasi:
dilatasi jantung, kerusakan organ otak, coronary insufficiency, syok setelah
anesthesi umum, anesthesia extremitas
A. Pengertian
Kegiatan untuk menginterpretasi hasil analisa sampel darah arteri melalui
kompenen-komponen gas yang terdapat pada sampel darah arteri
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui kondisi keseimbangan komponen-komponen gas
dalam arteri
b. Evaluasi diagnostik pada pemberian terapi oksigen
Tabel Interprestasi
Gas-Gas Darah Normal Dari Sampel Arteri
No Parameter Sampel arteri
1 pH 7,35 – 7,45
2 PaCO2 35-45 mmHg
3 PaO2 80-100 mmHg
4 Saturasi Oksigen 95-100%
5 HCO3 22-26 mEq/L
C. Rentang Nilai
1. pH
Rentang nilai normal : 7,35 – 7,45
Asidosis : <7,35
Alkalosis : >7,45
2. PaO2
Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg
Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg
Hipoksemia sedang : 60 – 70 mmHg
Hipoksemia berat : <60 mmHg
3. SaO2
Rentang nilai normal : 93% – 98%
Bila nilai SaO2 >80% sudah dapat dipastikan bahwa darah diambil
dari arteri, kecuali pada gagal napas.
4. PaCO2
Rentang nilai normal : 35 – 45 mmHg
Asidosis respiratorik : >45 mmHg (pH turun)
Alkalosis respiratorik : <35 mmHg (pH naik)
5. HCO3
Rentang nilai normal : 22 – 26 mEq/L
Asidosis metabolik : <22 mEq/L (pH turun)
Alkalosis metabolik : >26 mEq/L (pH naik)
6. BE
Rentang nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L
Nilai – (negative) : asidosis
Nilai + (positif) : alkalosis
Asidosis
pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di bawah 7,35 berarti
asidosis
Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. di atas 45 asidosis.
Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L. Di bawah 22 adalah asidosis.
Alkalosis
pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di atas 7,45 berarti
alkalosis.
Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35 adalah alkalosis
Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L.jika di atas 26 alkalosis
(Na+ + K+) – (HCO3– + Cl–) – (0,2 x albumin g/dl + 1,5 x fosfat mmol/l)
Asidosis dengan peningkatan anion gap, disebabkan oleh adanya asam-asam
organik lain seperti laktat, keton, salisilat, atau etanol. Asidosis laktat biasanya
akibat berkurangnya suplai oksigen atau berkurangnya perfusi, sehingga
terjadilah metabolisme anaerob dengan hasil sampingan berupa laktat. Pada
keadaan gagal ginjal, ginjal tidak mampu mengeluarkan asam-asam organik
sehingga terjadi asidosis dengan peningkatan anion gap. Asidosis dengan anion
gap yang normal disebabkan oleh hiperkloremia dan kehilangan bikarbonat atau
retensi H+. Contohnya pada renal tubular asidosis, gangguan GIT (diare berat),
fistula ureter, terapi acetazolamide, dan yang paling sering adalah akibat
pemberian infus NaCl berlebihan.
Asidosis respiratorik.
Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan kadar HCO3-
juga tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis tersebut.
Ventilasi alveolar yang inadekuat dapat terjadi pada keadaan seperti kegagalan
otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan, atau intoksikasi obat. Kondisi lain
yang juga dapat meningkatkan PCO2 adalah keadaan hiperkatabolisme. Ginjal
melakukan kompensasi dengan meningkatkan ekskresi H+ dan retensi
bikarbonat. Setelah terjadi kompensasi, PCO2 akan kembali ke tingkat yang
normal.
Alkalosis respiratorik
Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO2 sehingga pH
meningkat. Kondisi ini sering terjadi pada keadaan hiperventilasi, sehingga
banyak CO2 yang dilepaskan melalui ekspirasi. Penting bagi dokter untuk
menentukan penyebab hiperventilasi tersebut apakah akibat hipoksia arteri atau
kelainan paru-paru, dengan memeriksa PaO2. Penyebab hiperventilasi lain
diantaranya adalah nyeri hebat, cemas, dan iatrogenik akibat ventilator.
Kompensasi ginjal adalah dengan meningkatkan ekskresi bikarbonat dan K+
jika proses sudah kronik.
A. Pengertian
CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga
ujungnya berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP
disebut juga kateterisasi vena sentralis (KVS). Tekanan vena sentral secara
langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung
menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan
pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena
sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto
(2004) nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.
Perawat harus memperhatikan perihal :
1. Mengadakan persiapan alat – alat
2. Pemasangan manometer pada standard infus
3. Menentukan titik nol
4. Memasang cairan infus
5. Fiksasi
6. Fisioterapi dan mobilisasi
B. Tujuan
1. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)
2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori
tinggi secara intravena
3. Untuk mengambil darah vena
4. Untuk memberikan obat – obatan secara intra vena
5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
6. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan erawatan yang
cukup lama
CVP bukan merupakan suatu parameter klinis yang berdiri sendiri, harus
dinilai dengan parameter yang lainnya seperti :
a. Denyut nadi
b. Tekanan darah
c. Volume darah
d. ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung. Misal : syock
hipovolemik –> CVP rendah
C. Persiapan untuk pemasangan
1. Persiapan pasien
2. Memberikan penjelasan pd klien dan klg ttg:
- tujuan pemasangan,
- daerah pemasangan, &
- prosedur yang akan dikerjakan
3. Persiapan alat
- Kateter CVP
- Set CVP
- Spuit 2,5 cc
- Antiseptik
- Obat anaestesi lokal
- Sarung tangan steril
- Bengkok
- Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
- Plester
4. Cara Kerja
a. Daerah yang Dipasang :
- Vena femoralis
- Vena cephalika
- Vena basalika
- Vena subclavia
- Vena jugularis eksterna
b. Cara Pemasangan :
Cara pengukuran CVP bisa dilakukan dengan 2 metode, yaitu
secara manual dan membaca melalui monitor yang sudah
dihubungkan oleh tranduser. Cara melakukan pengukuran CVP
secara manual, diantaranya :
1. Persiapan alat
Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan pengukuran
CVP diantaranya manometer, cairan, water pass, extension
tube, three way, bengkok, plester, dll.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pengukuran CVP kepada
pasien.
3. Posisikan pasien dalam kondisi yang nyaman. Pasien bisa
diposisikan semi fowler (450)
4. Dekatkan alat-alat ke tubuh pasien
5. Menentukan letak zero point pada pasien. Zero point
merupakan suatu titik yang nantinya dijadikan acuan dalam
pengukuran CVP. Zero point ditentukan dari SIC (spatium
inter costa) ke 4 pada linea midclavicula karena SIC ke 4
tersebut merupakan sejajar dengan letak atrium kanan. Dari
midclavicula ditarik ke lateral (samping) sampai mid axilla.
Di titik mid axilla itulah kita berikan tanda.
6. Dari tanda tersebut kita sejajarkan dengan titik nol pada
manometer yang ditempelkan pada tiang infus. Caranya
adalah dengan mensejajarkan titik tersebut dengan angka 0
dengan menggunakan waterpass. Setelah angka 0 pada
manometer sejajar dengan titik SIC ke 4 midaxilla, maka kita
plester manometer pada tiang infus.
7. Setelah berhasil menentukan zero point, kita aktifkan sistem
1 (satu). Caranya adalah dengan mengalirkan cairan dari
sumber cairan (infus) kea rah pasien. Jalur threeway dari
sumber cairan dan ke arah pasien kita buka, sementara jalur
yang ke arah manometer kita tutup.
8. Setelah aliran cairan dari sumber cairan ke pasien lancar,
lanjutkan dengan mengaktifkan sistem 2 (dua). Caranya
adalah dengan mengalirkan cairan dari sumber cairan ke arah
manometer. Jalur threeway dari sumber cairan dan ke arah
manometer dibuka, sementara yang ke arah pasien kita tutup.
Cairan yang masuk ke manometer dipastikan harus sudah
melewati angka maksimal pada manometer tersebut.
9. Setelah itu, aktifkan sistem 3 (tiga). Caranya adalah dengan
cara mengalirkan cairan dari manometer ke tubuh pasien.
Jalur threeway dari manometer dan ke arah pasien dibuka,
sementara jalur yang dari sumber cairan ditutup.
10. Amati penurunan cairan pada manometer sampai posisi
cairan stabil pada angka/titik tertentu. Lihat dan catat
undulasinya. Undulasi merupakan naik turunnya cairan pada
manometer mengikuti dengan proses inspirasi dan ekspirasi
pasien. Saat inspirasi, permukaan cairan pada manometer
akan naik, sementara saat pasien ekspirasi kondisi
permukaan cairan akan turun. Posisi cairan yang turun itu
(undulasi saat klien ekspirasi) itu yang dicatat dan disebut
sebagai nilai CVP. Normalnya nilai CVP adalah 5-12
cmH2O.
11. Nilai CVP yang kurang/rendah artinya pasien dalam kondisi
kurang cairan, mendapatkan ventilasi tekanan negatif, shock,
dll. Sedangkan jika nilai CVP pada pasien cenderung tinggi
artinya klien mengalami kelebihan volume cairan, gagal
jantung kanan, dan pada pasien dengan ventilasi positif.
c. Cara pemasangan :
- Penderita tidur terlentang (trendelenberg)
- Bahu kiri diberi bantal
- Pakai sarung tangan
- Desinfeksi daearah CVP
- Pasang doek lobang
- Tentukan tempat tusukan
- Beri anestesi lokal
- Ukur berapa jauh kateter dimasukkan
- Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi
NaCl 0,9% 2-5 cc
- Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah
telinga sisi yang berlawanan
- Darah dihisap dengan spuit tadi
- Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong
sampai dengan vena cava superior atau atrium kanan
- Mandrin dicabut kemudian disambung infus -> manometer
dengan three way stopcock
- Kateter fiksasi pada kulit
- Beri betadhin 10%
- Tutup kasa steril dan diplester
Lihat gambar di bawah ini