You are on page 1of 17

MAKALAH

BIOLOGI DASAR 3

ISU ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

1. MARISTA AYUWANDRA DADI


NIM : 2017740081
2. MAWARLIAN
NIM : 2017740088
3. MARIA ROZARI O. SUGO
NIM : 2017740079
4. NOVIATI OKTAVIANA
NIM : 2017740095

KELAS : A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN WIRAHUSADA NUSANTARA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Pertama - tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam makalah ini kami ingin memaparkan atau menjelaskan tentang “Isu etik dalam
Pelayanan Kebidanan” dan dengan makalah ini kami mengharapkan dapat memberikan
pengetahuan tambahan kepada pembaca, Selain itu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi isi makalah, tatabahasa, pengejaan dan penataan tanda baca. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan bisa menjadi acuan kedepannnya agar
dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi.
Pada akhirnya, Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi Penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Malang,27 Februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
3.1 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
1.1 ............................................................................................................ 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 9
1.1 Kesimpulan......................................................................................... 9
2.1 Saran ................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cholera umumnya merupakan penyakit yang menyebar karna sanitasi yang buruk
yang menyebabkan kontaminasi sumber air. Cara ini jelas merupakan mekanisme utama
penyebaran penyakit cholera dalam lingkungan masyarakat miskin di Amerika selatan.
Fasilitas yang baik di Eropa dan Amerika Serikat mengakibatkan hampir tidak pernah
terjadi wabah cholera. Kasus-kasus sporadic muncul karna kerang yang diambil dari perairan
pantai yang tercemar oleh kotoran, dimakan mentah. Cholera dapat juga ditularkan oleh
kerang yang dipanen dari air yang tidak tercemar karena V. cholera O1 merupakan bagian
dari Mikrobiota penghuni alami perairan pantai.
Vibrio Cholera memproduksi racun Cholera, model untuk Enteretoksin, yang tindakan
pada epitel mukosa bertanggung jawab atas diare karakteristik penyakit kolera. Dalam
masnifestasi exterm, kolera adalah salah satu penyakit fatal cepat paling dikenal seseorang
yang sehat dapat menjadi hipotensi satu jam setelah timbulnya gejala dan mungkin meninggal
dalam waktu 2-3 jam jika pengobatan tidak disediakan lebih umum, penyakit ini berlangsung
dari bangku cair pertama yang mengejutkan di 4-12 jam, dengan kematian berikut dalam 18
jam untuk beberapa hari.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Menjelaskan pengertian penyakit kolera
2. Menjelaskan gejala penyakit kolera
3. Menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit kolera
4. Menjelaskan masa penularan
5. Kekebalan dan kerentanan penyakit kolera bagi tubuh
6. Menjelaskan penyebab penyakit kolera
7. Penanganan dan pengobatan penyakit kolera
8. Pencegahan penyakit kolera dan diagnosis penyakit kolera

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas Epidemiologi
2. Untuk dapat mengetahui penyebaran dan gejala-gejala yang terserang penyakit kolera
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kolera


Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin
(racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut
dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan
tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan
asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila
penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu,
Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal
saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).
Ada dua jenis umum Vibrio cholerae yaitu :
 Vibrio cholera serogrup O1 non-bakteri
 Vibrio cholera serogrup O1.
Dalam kebanyakan kasus, Vibrio cholerae serogrup O1 adalah jenis Vibrio cholerae
yang menyebabkan kolera. Vibrio cholera serogrup O139, sebuah Vibrio cholerae serogrup
O1 non-bakteri, adalah penyebab lain dari kolera. Ada sekitar 70 spesies lain dari Vibrio
cholera serogrup O1 non-bakteri, namun spesies lainnya jarang menyebabkan diare.

2.2 Penyebab Kolera

Penyebab kolera adalah bakteri bernama Vibrio cholerae. Bakteri kolera memproduksi
CTX atau racun berpotensi kuat di usus kecil. Dinding usus yang ditempeli CTX akan
mengganggu aliran mineral sodium dan klorida hingga akhirnya menyebabkan tubuh
mengeluarkan air dalam jumlah besar (diare) dan berakibat kepada kekurangan elektrolit dan
cairan. Ada dua siklus kehidupan yang berbeda pada bakteri kolera, yaitu di dalam tubuh
manusia & lingkungan. Bakteri kolera di tubuh manusia ditularkan melalui tinja yang
mengandung bakteri. Bakteri kolera bisa berkembang biak dengan subur jika persediaan air
dan makanan telah terkontaminasi dengan tinja tersebut.

Sumber-sumber infeksi kolera bisa dari faktor makanan dan terpapar air yang
mengandung bakteri. Faktor-faktor yang paling umum adalah sebagai berikut :

 Makan kerang mentah atau yang tidak dimasak dengan matang, atau makanan laut
lainnya yang berasal dari lokasi tertentu.
 Tumbuhnya bakteri kolera di daerah kolera mewabah bisa melalui nasi dan milet
yang terkontaminasi setelah dimasak dan didiamkan di suhu ruangan selama
beberapa jam.
 Bakteri kolera bisa bertahan di air untuk jangka waktu yang lama dan mencemari
sumur-sumur yang digunakan oleh masyarakat umum.
 Infeksi kolera bisa bersumber dari sayuran dan buah-buahan mentah yang tidak
dikupas. Lahan pertanian yang terkontaminasi oleh pemupukan yang tidak baik atau
air untuk pengairan yang mengandung sampah.
 Lingkungan padat penduduk yang tidak memiliki sanitasi memadai.

2.3 Patofisiologi

Bakteri Vibrio Cholerae akan masuk ke dalam tubuh seseorang melalui makanan dan
minuman yang telah terkontaminasi oleh Bakteri tersebut. Bakteri tersebut akan
mengeluarkan Enterotoksin atau Racunnya di dalam tubuh seseorang itu pada bagian saluran
usus, sehingga menimbulkan Diare (Diarrhoea) di sertai muntah yang akut dan sangat hebat.

Gejala dimulai dalam 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari diare
ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal.Beberapa orang yang
terinfeksi, tidak menunjukkan gejala.Penyakit biasanya dimulai dengan diare encer seperti air
yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit dan muntah-muntah.Pada kasus yang berat, diare
menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam
yang berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan
penurunan produksi air kemih.

Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung dan
kulit jari-jari tangan menjadi keriput.Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan
peningkatan konsentrasi garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok dan koma.Gejala
biasanya menghilang dalam 3-6 hari. Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini
dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri ini
(carrier).

Diare cair dan muntah timbul sesudah masa inkubasi 6 jam sampai 72 jam (rata-rata 2-
3 hari) kadang-kadang sampai 7 hari. Kolera dimulai dengan awitan diare berair tanpa rasa
nyeri (tenesmus) dengan tiba-tiba yang mungkin cepat menjadi sangat banyak dan sering
langsung disertai muntah. Feses memiliki penampakan yang khas yaitu cairan agak
keruhdengan lendir, tidak ada darah dan berbau agak amis. Kolera dijuluki air cucian beras
(rise water stool) karena kemiripannya dengan air yang telah digunakan untuk mencuci beras.

2.4 Cara Penularan Penyakit Kolera


Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit
ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang
biak dan menyebar melalui feces (kotoran) manusia. Bila kotoran yang mengandung bakteri
ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang lain yang melakukan kontak
dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak
bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri
kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, bahkan air tersebut
(seperti di sungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya. Hal ini
akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penyakit kolera.
Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi
menjadi sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak
mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang
memadai.
Pada saat wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1991,
penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM
perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, serta sistem penyimpanan air di
rumah tangga yang kurang baik. Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang
tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun
juga tercemar oleh Vibrio cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu
terbukti berperan sebagai media penularan kolera.
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan,
yang apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan
jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci
dan dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan. Bakteri
kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerang-kerangan
(shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di Amerika
Serikat, kasus sporadis kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah
matang yang ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh, kasus kolera yang
muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi kerang yang
diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai reservoir alami dari Vibrio
cholera (O1 serotipe Inaba), muara sungai yang tidak terkontaminasi oleh air limbah.
Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena itu,
kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan.

2.5 Diagnosa Penyakit Kolera


Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu
belum merasakan keluhan berarti. Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba
terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang
menyebabkan samarnya jenis diare yang dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
 Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
 Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi
cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi
seperti manis yang menusuk.
 Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
 Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak
 Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
 Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
 Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan
tanda-tandanya seperti: detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata
cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan
pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.

2.6 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera

Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan


segera,yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal.
Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang
banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan
terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn.

Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian
makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat
meninggal dunia.
2.7 Pencegahan dan Pemberantasan Kolera
a. Pencegahan Kolera
Untuk waspada terhadap penyakit kolera, hendaknya dilakukan tindakan preventif,
karena penyakit ini tidak dapat disepelekan akibatnya. Adapun tindakan pencegahan yang
dimaksud melalui cara :

 Pemberian imunisasi vaksin hidup (strain CVD 103 HgR/orachel/mutacel) dan


vaksin mati (Dukoral, SBL).
 Melakukan pengawasan penderita kolera baik menggunakan laporan kepada
instansi kesehatan, melakukan isolasi pada pasien kolera berat.
 Lakukan manejemen kontak terhadap penderita penyakit kolera maupun makanan
dan minuman yang diasup.
 Pemurnian air minum.
 Menyediakan pembuangan feses yang tepat dan jauh dari lingkungan padat
penduduk.
 Pencegahan penyakit kolera pun dapat dilakukan dengan pembiasaan hidup sehat,
yakni :
 Menciptakan kebiasaan cuci tangan sebelum makan ataupun sebelum masak.
 Pastikanlah makanan dan minuman yang diasup steril dari bakteri.
 Minimalisirlah makanan setengah matang apalagi jenis kerang-kerangan. Menu
sayuran disertai buah-buahan yang sehat lebih diutamakan.
 Hindari konsumsi jajanan di pinggir jalan yang sering dihinggapi lalat dan tidak
terjamin kebersihannya.

b. Pemberantasan Kolera
1. Tindakan pencegahan
Pemberian Imunisasi aktif dengan vaksin mati whole cell, yang diberikan secara
parenteral kurang bermanfaat untuk penanggulangan wabah maupun untuk
penanggulangan kontak. Vaksin ini hanya memberikan perlindungan parsial (50%) dalam
jangka waktu yang pendek (3 – 6 bulan) di daerah endemis tinggi tetapi tidak memberikan
perlindungan terhadap infeksi asimptomatik, oleh karena itu pemberian imunisasi tidak
direkomendasikan. Dua jenis Vaksin oral yang memberikan perlindungan cukup
bermakna untuk beberapa bulan terhadap kolera yang disebabkan oleh strain O1, kini
tersedia di banyak negara. Pertama adalah vaksin hidup (strain CVD 103 – HgR, dosis
tunggal tersedia dengan nama dagang Orachol® di Eropa dan Mutacol di Kanada, SSV1);
yang lainnya adalah vaksin mati yang mengandung vibrio yang diinaktivasi ditambah
dengan sub unit B dari toksin kolera, diberikan dalam 2 dosis (Dukoral, SBL). Sampai
dengan akhir tahun 1999, vaksin-vaksin ini belum mendapat lisensi di AS.

1. Pengawasan penderita, kontak atau lingkungan sekitarnya


a. Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Laporan kasus kolera umumnya
diwajibkan sesuai dengan Peraturan Kesehatan Internasional (International
Health Regulation,1969).
b. Disinfeksi serentak : Dilakukan terhadap tinja dan muntahan serta bahan-
bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal dan lain-lain) serta barang-
barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di panaskan, diberi
asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem
pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung
dibuang ke dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi
sebelumnya. Pembersihan menyeluruh
c. Manajemen kontak : Lakukan survei terhadap orang yang minum dan
mengkonsumsi makanan yang sama dengan penderita kolera, selama 5 hari
setelah kontak terakhir. Jika terbukti kemungkinan adanya penularan sekunder
didalam rumah tangga, anggota rumah tangga sebaiknya di beri pengobatan
kemoprofilaksis; untuk orang dewasa adalah tetrasiklin (500 mg 4 kali sehari)
atau doksisiklin (dosis tunggal 300 mg) selama 3 hari, kecuali untuk strain
lokal yang diketahui atau diduga resisten terhadap tetrasiklin. Anak-anak juga
bisa diberikan tetrasiklin (50mg/kg/hari dibagi ke dalam 4 dosis) atau
doksisiklin (dosis tunggal 6 mg/kg) selama 3 hari, dengan pemberian
tetrasiklin dalam waktu yang singkat, tidak akan terjadi noda pada gigi.
d. Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi : Lakukan investigasi terhadap
kemungkinan sumber infeksi berasal dari air minum dan makanan yang
terkontaminasi. Makanan yang dikonsumsi 5 hari sebelum sakit harus di
tanyakan. Pencarian dengan cara mengkultur tinja untuk kasus-kasus yang
tidak dilaporan hanya disarankan dilakukan terhadap anggota rumah tangga
atau terhadap orang-orang yang kemungkinan terpajan dengan satu sumber
(Common source) didaerah yang sebelumnya tidak terinfeksi.
e. Pengobatan spesifik : Ada tiga cara pengobatan bagi penderita Kolera : 1).
Terapi rehidrasi agresif.
2. Pemberian antibiotika yang efektif.
3. Pengobatan untuk komplikasi. Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui
oral dan intravena yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan
elektrolit, juga untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung.
Antibiotika yang tepat adalah terapi tambahan yang sangat penting terhadap
pemberian cairan, karena pemberian antibiotika dapat mengurangi volume dan
lamanya diare dan dengan cepat mengurangi ekskresi dari vibrio sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya penularan sekunder. Akhirnya pada saat terapi rehidrasi
cukup efektif, dan penderita tertolong dari renjatan hipovolemik dan tertolong dari
dehidrasi berat, penderita dapat mengalami komplikasi seperti hipoglikemi yang harus
di ketahui dan di obati dengan segera natrium asetat dan 8 gr glukosa/L) dan “Larutan
Dacca” (5 g NaCL, 4 gr NaHCO3, dan 1 g KCL/L), yang dapat dibuat ditempat pada
keadaan darurat. Penggantian cairan awal sebaiknya diberikan 30ml/kg BB pada jam
pertama untuk bayi dan pada 30 menit pertama untuk penderita berusia diatas 1 tahun,
dan sesudahnya pasien harus di nilai kembali. Sesudah dilakukan koreksi terhadap
sistem cairan tubuh yang kolaps, kebanyakan penderita cukup diberikan rehidrasi oral
untuk melengkapi penggantian 10 % defisit awal cairan dan untuk mengganti cairan
hilang yang sedang berlangsung.

Antibiotika yang tepat dapat memperpendek lamanya diare, mengurangi


volume larutan rehidrasi yang dibutuhkan dan memperpendek ekskresi vibrio melalui
tinja. Orang dewasa diberi tetrasiklin 500 mg 4 kali sehari dan anak anak 12.5 mg/kg
4 kali sehari selama 3 hari. Pada saat Strain V. cholerae yang resisten terhadap
tetrasiklin sering ditemukan, maka pengobatan dilakukan dengan pemberian
antimikroba alternatif yaitu TMP-SMX (320 mg trimethoprim dan 1600 mg
sulfamethoxazol dua kali sehari untuk orang dewasa dan 8 mg/kg trimethoprim dan 40
mg/kg sulfamethoxazol sehari dibagi dalam 2 dosis untuk anak-anak, selama 3 hari);
furazolidon (100 mg 4 kali sehari untuk orang dewasa dan 1.25 mg/kg 4 kali sehari
untuk anak-anak, selama 3 hari); atau eritromisin (250 mg 4 kali sehari untuk orang
dewasa dan 10 mg/kg 3 kali sehari untuk anak-anak selama 3 hari). Siprofloksasin,
250 mg sekali sehari selama 3 hari, juga merupakan regimen yang baik untuk orang
dewasa. V. cholerae strain O139 resisten terhadap TMP-SMX. Oleh karena ditemukan
strain O139 atau O1 yang mungkin resisten terhadap salah satu dari antimikroba ini,
maka informasi tentang sensitivitas dari strain lokal terhadap obat-obatan ini perlu
diketahui, jika fasilitas untuk itu tersedia, informasi ini digunakan sebagai pedoman
pemilihan terapi antibiotika yang tepat.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluranpencernaan yang
disebabkan oleh kelompok enterotoksin yangdihasilkan oleh vibrio Kolera yang ditandai
dengan diare cairringan, diare cair berat dengan muntah yang dengan cepatdapat
menimbulkan syok hipovolemik, asidosis metabolik dantidak jarang menimbulkan kematian.
Penyebab kolera adalah mikroorganisme berbentuk batang,berukuran pendek, sedikit
melengkung, dapat bergerak, bersifatgram negatif dan mempunyai flagela polar tunggal.
Biasanyapenyebaran melalui makanan dan air yang terkontaminasimerupakan media
perantara penularan kolera.Penularanbiasanya terjadi di tempat yang padat penduduknya
dengantingkat sosial ekonomi dan gizi penduduk yang rendah dankeadaan sanitasi
lingkungan yang tidak bersih.
Gejala dimulai dalam 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari diare
ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal.Beberapa orang yang
terinfeksi, tidak menunjukkan gejala.Penyakit biasanya dimulai dengan diare encer seperti air
yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit dan muntah-muntah.Pada kasus yang berat, diare
menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter dalam 1 jam.Kehilangan cairan dan garam
yang berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan
penurunan produksi air kemih.Penyakit kolera menular melalui feces(tinja)

3.2 Saran
a. Untuk masyarakat
Sebaiknya memperhatikan tempat pembuangan tinja pada tempatnya, menutup
makanan bila belum di makan,dan menghindari makanan setengah masak baik
sayuran,daging, dan makanan laut.
b. Untuk mahsiswa
Sebaiknya mempelajari penularan penyakit kolera, agar menanmbah pengetahuan
kita sebagai tenaga kesehatan, karena penyakit kolera adalah penyakit yang umum sering
terjadi di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Gomez H.F dan Cleary T.G., Kolera, Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, edisi 12, EGC,
Jakarta, 1992, hal 102

Hassan R dkk, Kholerae, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I,Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta, 1985, hal 302-306.

Keusch G.T dan Deresiewicz R.L., Kolera, Harrison Prinsip-prinsipIlmu Penyakit Dalam,
Volume 4, Edisi 5, EGC, Jakarta, 2000, hal766-768.

Noersahid H Suraatmadja S dan Asnil P.O, Gastroenteritis Akut Gastroenterologi Anak Praktis,
FKUI 1988, hal 51-70

You might also like