You are on page 1of 7

Uas Akuntansi Syariah

Nama : Prilia Herdiana


NIM : B.231.15.0146
Kelas : Selasa, 17.00

Nomor 1 :
1. Asuransi konvensional

Definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian,”Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapakan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

2. Asuransi Syariah

Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-ta’min atau asuransi syariah dengan pengertian
saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman
umum asuransi syariah bagian pertama menyebutkan pengertian Asuransi Syariah adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan syariah.

PERBEDAAN ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL


Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
Konsep Perjanjian Antara Dua Pihak Sekumpulan Orang Yang
Atau Lebih, Dengan Mana Saling Membantu, Saling
Pihak Penanggung Menjamin, Dan Bekerjasama,
Mengikatkan Diri Kepada Dengan Cara Masing-Masing
Tertanggung, Dengan Mengeluarkan Dana Tabarru.
Menerima Premi Asuransi,
Untuk Memberikan
Pergantian Kepada
Tertanggung.
Sumber Hukum Bersumber Dari Pikiran Bersumber Dari Wahyu Ilahi.
Manusia Dan Kebudayaan. Sumber Hukum Dalam
Berdasarkan Hukum Positif, Syariah Islam Adalah Al-
Hukum Alami, Dan Contoh Qur’an, Sunnah Atau
Sebelumnya. Kebiasaan Rasul, Ijma’, Fatwa
Sahabat, Qiyas, Istihsan,
‘Urf/Tradisi, Dan Maslahah
Mursalah
DPS (Dewan Pengawas Tidak Ada, Sehingga Dalam Ada, Yang Berfungsi
Syariah) Banyak Prakteknya Mengawasi Pelaksanaan
Bertentangan Dengan Operasional Perusahaan Agar
KaidahKaidah Syara’. Terbebas Dari Praktek-
Praktek Muamalah Yang
Bertentangan Dengan
PrinsipPrinsip Syariah
Akad Akad Jual Beli (Akad Akad Tabarru’ dan Akad
Mua’awadhah, Akad Idz’aan, Tijarah (Mudharabah,
Akad Gharar Dan Akad Wakalah, Wadi’ah, Syirkah
Mulzim). dan sebagainya)
Pengelolaan Dana Tidak Ada Pemisahan Dana, Pada Produk-Produk Saving
Yang Berakibat Pada (Life) Terjadi Pemisahan
Terjadinya Dana Dana, Yaitu Dana Tabarru’
Hangus(Untuk Produk Saving (Derma) Dan Dana Peserta,
Life) Sehingga Tidak Mengenal
Istilah Dana Hangus.
Sedangkan Untuk Term
Insurance (Life) Dan General
Insurance Semuanya Bersifat
Tabarru.
Investasi Bebas Melakukan Investasi Dapat Melakukan Investasi
Dalam BatasBatas Ketentuan Sesuai Ketentuan Perundang-
Perundang-Undangan, Dan Undangan, Sepanjang Tidak
Tidak Terbatasi Pada Halal Bertentangan Dengan
Dan Haramnya Objek Atau Prinsip-Prinsip Syariah Islam.
Sistem Investasi Yang Bebas Dari Riba Dan Tempat-
Digunakan. Tempat Investasi Yang
Terlarang.
Kepemilikan Dana Dana Yang Terkumpul Dari Dana Yang Terkumpul Dari
Premi Peserta Seluruhnya Peserta Dalam Bentuk Iuran
Menjadi Milik Perusahaan. Atau Kontribusi, Merupakan
Perusahaan Bebas Milik Peserta (Shahibul Mal).
Menggunakan Dan Asuransi Syariah Hanya
Menginvestasikan Kemana Sebagai Pemegang Amanah
Saja. (Mudharib) Dalam
Mengelola Dana Tersebut.

Nomor 2

A. Jurnal transaksi

Bank Syariah

1/3 Aset Murabahah 500.000.000

Kas 500.000.000
Piutang Murabahah 600.000.000

Persediaan Murabahah 500.000.000

Margin Murabahah yg ditangguhkan 400.000.000

Tn Tommy

1/3 Persediaan Murabahah 500.000.000

Beban Murabahah yg ditangguhkan 400.000.000

Hutang Murabahah 600.000.000

Bank Syariah

1/4 Kas 100.000.000

Margin Murabahah yg ditangguhkan 1.666.666

Piutang Murabahah 100.000.000

Pendapatan Margin 1.666.666

Tn Tommy

Angsuran 1

1/4 Hutang Murabahah 100.000.000

Beban Murabahah 1.666.666

Beban Murabahah tangguhan 100.000.000

Kas 1.666.666

Angsuran 2

15/7 Kas 100.000.000

Margin Murabahah tangguhan 1.666.666

Piutang Murabahah 100.000.000


Pendapatan margin 1.666.666

Dana Kebajikan – Kas 500.000

Dana Kebajikan - Denda 500.000

Tn Tommy

15/7 Hutang Murabahah 100.000.000

Beban murabahah 1.666.666

Beban Murabahah tangguhan 100.000.000

Kas 1.666.666

Kerugian 500.000

Kas 500.000

B. Perilaku Akuntansi terkait Pengenaan Denda kepada Tn Tommy :

Dengan mendebitkan Danak Kebajikan – Kas sebesar Rp 500.000,- dan mengkreditkan Dana
Kebajikan – Denda sebesar Rp. 500.000,-. Pada dasarnya dalam Akuntansi syariah, denda
tidak boleh diakui sebagai pendapatan penjualan karena apabila dana tersebut diakui
sebagai pendapatan penjualan termasuk Riba. Oleh sebab itu denda dapat diberlakukan
sebagai sanksi bagi orang yang lalaiagar ia ebih disiplin dalam menjalankan kewajiban
hutangnya. Denda yang sudah dikenakan akan disalurkan sebagai dana kebajikan (sosial) bagi
yang membutuhkan.

C. Penyajian Piutang Murabahah Tanggal 31 Desember 2017

ANGSURAN AMORTISASI
ANGSURAN SALDO SALDO
PERIOD MARGIN PENDAPATAN
ANGSURAN PIUTANG HARGA PIUTANG
E MURABAHA MURABAHAH
MURABAHAH PEROLEHAN MURABAHAH
H TANGGUHAN
500.000.000 600.000.000 100.000.000
100.000.00
1 0 20.000.000 120.000.000 400.000.000 480.000.000 80.000.000
100.000.00
2 0 20.000.000 120.000.000 300.000.000 360.000.000 60.000.000
100.000.00
3 0 20.000.000 120.000.000 200.000.000 240.000.000 40.000.000
100.000.00
4 0 20.000.000 120.000.000 100.000.000 120.000.000 20.000.000
100.000.00
5 0 20.000.000 120.000.000 0 0 0
600.000.000

D. Apabila terjadi kerusakan pada Apartemen yang ditempati Tn Tommy sebelum pembayaran
cicilannya lunas , maka kerusakan tersebut tetap ditanggung oleh Tn Tommy. Karena pada
akad kredit telah disepakati dan barang (Aset Murabahah) telah diserah terimakan kepada Tn
Tommy, maka apabila terjadi kerusakan menjadi tanggung jawab pembeli

Nomor 3 :

Perbedaan antara pembiayaan Murabahah dan IMBT dapat dilihat dari aspek :

1. Aspek akad

Dari sisi akad, antara pembiayaan Murabahah dan IMBT terlihat jelas mengandung
perbedaan. Pembiayaan murabahah menggunakan akad jual-beli (al-ba’i). Oleh karena itu,
syarat dan rukun jual-beli dalam pembiayaan Murabahah harus terpenuhi. Sedangkan dalam
pembiayaan IMBT digunakan akad sewa menyewa yang prakteknya disertai wa’ad (janji) dari
pihak yang menyewakan untuk memindahkan kepemilikan barang disewakan kepada pihak
penyewa. Begitu pula dalam pembiayaan IMBT, syarat dan rukun sewa juga harus terpenuhi
di dalamnya. MBT yang secara harfiah berarti sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
mensyaratkan perpindahan hak milik ada di akhir akad.

2. Aspek relasi antar pihak


Sedangkan dari sisi relasi antar pihak yang melakukan akad, dalam pembiayaan murabahah
hubungan yang terjalin antara pihak bank syariah dengan nasabah adalah hubungan antara
penjual dan pembeli. Sedangkan dalam pembiayaan IMBT, hubungan yang terjalin antara
pihak bank syariah dengan nasabah adalah hubungan antara pihak yang menyewakan dan
pihak penyewa.
3. Aspek perpindahan kepemilikan

Adapun dari aspek perpindahan kepemilikan, dalam pembiayaan murabahah perpindahan


kepemilikannya terjadi di awal akad. Misal, pihak bank syariah melakukan transaksi jual-beli
rumah dengan nasabah. Berarti sejak awal akad (kontrak), rumah tersebut telah menjadi hak
milik nasabah. Dalam hal ini, nasabah diberi kelonggaran oleh bank syariah melakukan
pembayaran secara angsuran sesuai dengan periode waktu yang disepakati. Sedangkan
dalam pembiayaan IMBT, pelaksanaan perpindahan kepemilikan terjadi di akhir kontrak
(akad), di mana bank syariah selaku pihak yang menyewakan berjanji untuk memindahkan
kepemilikan kepada nasabah.

4.Aspek risiko yang timbul.

Dari sisi risiko yang timbul, dalam pembiayaan Murabahah besaran pembayaran yang
dilakukan oleh nasabah mulai dari awal sampai akhir jumlahnya sama (fix). Dari sisi risiko,
pihak bank syariah dan pihak nasabah tidak dibebani oleh fluktuasi margin murabahah
seperti yang terjadi dalam suku bunga di industri perbankan konvensional. Lain halnya
dengan IMBT, margin yang diperoleh pihak bank syariah berupa biaya sewa yang dibebankan
kepada nasabah. Dalam hal ini, bank syariah dapat mereveiw margin sewa yang berjalan
sesuai dengan kondisi makro keuangan di pasar. Akibatnya, risiko yang muncul dalam
pembiayaan IMBT memungkinkan adanya fluktuasi cicilan sewa yang dibayarkan oleh
nasabah.

You might also like