Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
Skenario 1 :
BATU GINJAL
Seorang laki-laki 58 tahun datang ke anda mengaku menderita batu ginjal.
Saat anda melakukan anamnesis, anda belum mendapat kepastian adanya batu
ginjal pada pasien. Untuk itu anda melakukan pemeriksaan fisik dan memberikan
saran untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Pasien bertanya pada anda tentang
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang akan anda lakukan. Selama ini
pasien mengeluh kolik abdomen.
Step 1 :
a. Identifikasi kata sukar :
Kolik abdomen : nyeri abdomen proksimal akut yang berhubungan dengan
colon appendix.
b. Identifikasi kata/kalimat kunci :
1. Seorang laki-laki 58 tahun mengaku menderita batu ginjal.
2. Saat anamnesis, belum ada kepastian adanya batu ginjal pada pasien.
3. Melakukan pemeriksaan fisik dan memberikan saran untuk melakukan
pemeriksaan penunjang.
4. Selama ini pasien mengeluh kolik abdomen.
Step 2 :
Identifikasi Masalah :
1. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sesuai skenario?
2. Bagaimana anamnesis sesuai skenario?
3. Apa fungsi pemeriksaan fisik dan penunjang?
4. Bagaimana patomekanisme terjadinya batu ginjal?
5. Bagaimana etiologi batu ginjal?
Batu Ginjal | 1
6. Apa penyebab kolik abdomen?
7. Apa hubungan kolik abdomen dan batu ginjal?
Batu Ginjal | 2
Pemeriksaan ini dilakukan setelah pemeriksaan BNO dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menyuntikan bahan kontraksi
melalui intravena, sehingga traktus urinarius dan ginjal berwarna
putih.
2. Pada saat anamnesis yang ditanyakan adalah nama pasien, umur, pekerjaan,
alamat, keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat minum obat, serta kejadian yang sama diwaktu
dulu.
3. Pemeriksaan Fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a. Inspeksi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
secara rinci dan sistematis keadaan tubuh pasien.
b. Palpasi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba
terhadap keadaan tubuh yang terlihat tidak normal.
c. Perkusi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk
guna memperoleh suara hasil ketukan tersebut terhadap rongga tubuh
yang perlu diketahui keadaannya.
d. Auskultasi yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara-suara dalam rongga tubuh dengan menggunakan
stetoskop.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan penunjang adalah
a. Terapeutik yaitu untuk pengobatan tertentu
b. Diagnostik yaitu untuk membantu menegakan diagnosis tertentu.
4. Batu ginjal dapat terjadi akibat peningkatan bakteri, sehingga menyebabkan
saluran kemih terinfeksi dan terjadi inflamasi. Inflamasi akan menghambat
pengeluaran air kemih, sehingga terjadi penumpukan urea dan urin, akan
membentuk batu ginjal.
5. Penyebab batu ginjal adalah
a. Urin yang sedikit
Volume urin yang rendah bisa disebabkan oleh dehidrasi (kehilangan
cairan tubuh), atau kurang minum air putih. Cairan urin yang sedikit juga
cenderung akan berwarna gelap.
Batu Ginjal | 3
b. Diet
Diet tinggi garam dapat meningkatkan jumlah kalsium yang harus
diproses oleh ginjal. Ini dapat meningkatkan risiko pembentukan batu
ginjal, kadar asam urat yang tinggi, juga dapat mengakibatkan adanya
batu dalam ginjal.
c. Diare
Diare akan memicu hilangnya sejumlah cairan dari tubuh, sehingga akan
menurunkan volume air kencing.
6. Penyebab kolik abdomen adalah karena adanya inflamasi yang
menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Sehingga terasa sakit yang akut
pada daerah abdomen.
7. Kolik abdomen adalah nyeri abdomen proksimal akut yang berhubungan
dengan colon appendix. Nyeri ini disebabkan karena adanya inflamasi pada
saluran kemih, karena sudah terinfeksi bakteri. Inflamasi dapat
menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
Step 4 :
a. Klarifikasi masalah : -
b. Mind mapping :
Batu Ginjal | 4
Gambar 1.1 Mind mapping
Step 5 :
Learning objective (LO) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang pada ginjal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan interpretasi nilai normal dan tidak normal
dari pemeriksaan urin
3. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis indikasi, cara pemeriksaan lab dan
radiologi pada keadaan kelainan atau gangguan urinalis
4. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan kolik abdomen dan batu ginjal.
Belajar Mandiri :
Hasil belajar mandiri akan di bahas pada Step 7.
Batu Ginjal | 5
Step 7 :
Pembahasan Learning Objective :
Diskusi dan Presentasi Hasil Belajar Mandiri.
Batu Ginjal | 6
BAB II
PEMBAHASAN
a.Anamnesis
Menanyakan pasien hal-hal sebagai berikut:
1. Identitas penderita.1
a. Meliputi nama, umur (penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30
sampai 50 tahun),
b. Jenis kelamin (BSK banyak ditemukan pada pria dengan perbandingan 3 kali
lebih banyak dari wanita),
c. Alamat, agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa (beberapa daerah
menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi dari daerah lain),
d. Pekerjaan (BSK sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas).
2. Riwayat penyakit sekarang.1
Keluhan utama yang sering terjadi pada klien batu ginjal adalah nyeri pinggang
akibat adanya batu pada ginjal, berat ringannya nyeri tergantung lokasi dan
besarnya batu, dapat pula terjadi nyeri kolik/kolik renal yang menjalar ke testis
pada pria dan kandung kemih pada wanita. Klien dapat juga mengalami
gangguan saluran gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine.
3. Riwayat penyakit dahulu.1
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin berhubungan dengan BSK, antara lain infeksi saaluran kemih,
hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, gout, keadaan-keadaan yang
mengakibatkan hiperkalsemia, immobilisasi lama dan dehidrasi.
4. Riwayat penyakit keluarga.1
Beberapa penyakit atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi penyebab
terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal tubular acidosis.
5. Riwayat psikososial.1
Batu Ginjal | 7
Klien dapat mengalami masalah kecemasan tentang kondisi yang dialami, juga
berkenaan dengan rasa nyeri, dapat juga mengekspresikan masalah tentang
kekambuhan dan dampak pada pekerjaan serta aktifitas harian lainnya.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan kasus urologi atau penyakit ginjal
dilakukan berdasarkan data/informasi yang diperoleh saat melakukan
pengkajian tentang riwayat penyakit. Pemeriksaan meliputi sistem urinari
disertai review sistem yang lain dan status umum.2
l). Keadaan umum
Meliputi tingkat kesadaran, ada tidaknya defisit konsentrasi, tingkat kelemahan
(keadaan penyakit) dan ada tidaknya perubahan berat badan. Tanda vital dapat
meningkat menyertai nyeri, suhu dan nadi meningkat mungkin karena infeksi
serta tekanan darah dapat turun apabila nyeri sampai mengakibatkan shock.2
2). Ginjal, ureter, buli-buli dan uretra
Pemeriksaan ini dilakukan bersama dengan pemeriksaan abdomen yang lain
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.2
a)Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk atau supine dilihat adanya pembesaran
di daerah pinggang atau abdomen sebelah atas; asimetris ataukah adanya
perubahan warna kulit. Pembesaran pada daerah ini dapat disebabkan karena
hidronefrosis atau tumor pada retroperitonium.2
b)Palpasi
Palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua
tangan, tangan kiri diletakkan di sudut kosta-vertebra untuk mengangkat ginjal
ke atas sedangkan tangan kanan meraba dari depan dengan sedikit menekan ke
bawah (pada ginjal kanan), bagian bawah dapat teraba pada orang yang kurus.
Adanya pembesaran pada ginjal seperti tumor, kista atau hidronefrosis biasa
teraba dan terasa nyeri. Ureter tidak dapat dipalpasi, tetapi bila terjadi spasme
pada otot-ototnya akan menghasilkan nyeri pada pinggang atau perut bagian
Batu Ginjal | 8
bawah, menjalar ke skrotum atau labia. Adanya distensi buli-buli akan teraba
pada area di atas simphisis atau setinggi umbilikus, yang disebabkan adanya
obstruksi pada leher buli-buli.2
c)Perkusi
Perkusi dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra,
adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan terasa
nyeri ketok. Pada buli-buli diketahui adanya distensi karena retensi urine dan
terdengar redup, dapat diketahui batas atas buli-buli serta adanya tumor/massa.2
d)Auskultasi
Auscultasi dilakukan dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta atau
arteri renal untuk memeriksa adanya ‘bruit’. Adanya bruit di atas arteri renal
dapat disebabkan oleh gangguan aliran pada pembuluh darah seperti stenosis
atau aneurisma arteri renal.2
c. Pemeriksaan lab
1. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umum
menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat),
serpihan, mineral, bakteri, pus; pH mungkin asam (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium atau batu kalsium fosfat).3
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
mungkin meningkat. .3
3. Kultur urine : mungkin menunjukkan ISK (Staphilococcus aureus, proteus,
klebseila, pseudomonas). .3
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein, elektrolit. .3
5. BUN/kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus
ginjal. .3
Batu Ginjal | 9
7. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan
infeksi/septikemia. .3
8. Hormon paratiroid : mungkin meningkat jika ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine) .3
d. Pemeriksaan Penunjang
Batu Ginjal | 10
ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal. Pemeriksaan radiologi
wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir
semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopaque. Pada kasus
inisudah tepat dilakukan pemeriksaan rontgen BNO dan USG abdomen
sehingga diagnosis bisa ditegakkan. Hasil rontgenBNO tampak bayangan
radioopaquepada pielum ginjal setinggi linea paravertebrae sinistra setinggi
lumbal III ukuran 1,5 x 2cm. 6,7
Kemudian pada pemeriksaan USG bayangan radioopaque tersebut
dikonfirmasi berada pada area renal sinistra. Besar kemungkinan bahwa
bayangan radioopaque ini merupakan batu yang di ginjal kiri. Selain batu,
terlihat pula gambaran calyx ginjal yang menunjukkan kesan hidronefrosis
ringan ginjal kiri dengan batu berukuran 1 cm x 1,2 cm x 1,8 cm; tampak
pelebaran sistem pelvic kaliseal. Ginjal kanan dan vesika urinaria dalam
batas normal. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kimia
darah (ureum, kreatinin, asam urat), dan urin lengkap. Hasilnya ditemukan
peningkatan kadar leukosit11.700/μl(normalnya: 5000-10.000/μl); kimia
darah tidak ditemukan peningkatan kadar ureum, kreatinin, asam urat; urin
lengkap ditemukan warna keruh, epitel (+), sedimen(+), peningkatan kadar
eritrosit 5-7 / LPB (normalnya: 0-1/LPB), leukosit10-11/LPB (0-5/LPB).
Kesan menunjukan adanya infeksi saluran kemih atas dengan
ditemukanadanyasedimendanhematuria mikroskopik(terdapat peningkatan
kadar eritrosit dan leukosit pada urin). 4,5,6,7
Batu Ginjal | 11
dikumpulkan dalam ginjal dan saluran kemih, sehingga ginjal dan saluran
kemih menjadi berwarna putih.Dengan IVP, dokter ahli radiologi dapat
melihat dan mengetahui anatomiserta fungsi ginjal, ureter dan buli-buli.
Pada pemeriksaan khusus BNO ditemukan adanya cacat pengisian dan pada
IVP batu ginjal serta hidronefrosis pada pemeriksaan sonografi.5,6
Batu Ginjal | 12
Gambar 2.1 : Foto BNO dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak visualisasi udara /
faeces di rongga abdomen)
(Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI)
Gambar 2.2 : Foto BNO dengan persiapan pasien yang kurang baik (tampak visualisasi udara /
feses di rongga abdomen)
(Sumber : Radiologi Diagnsotik FK UI)
Batu Ginjal | 13
terpisah dan sebagai pembukti hanya berfungsi pada satu sistem pengumpul
ginjal. Pada awalnya, tampak bahwa baik pelvis ginjal dan ureter duplikasi
disebabkan oleh fenomena yang sama dan karena itu dapat digambarkan
sebagai salah satu artefak tunggal Indikasi pemeriksaan BNO-IVP ini antara
lain untuk melihat batu ginjal, batu saluran kemih, radang ginjal, radang
pada saluran kemih, batu ureter, tumor, dan hipertrofi prostat. 5,6
b. Pelaksanaan BNO-IVP
Batu Ginjal | 14
3) Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat
dapat terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal,
mual dan muntah .
4) Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
5) Menit ke-5 menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises
(SPC)
6) Menit ke-15 menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua
ureter
7) Menit ke-30 Menilai ureter dengan buli-buli
8) Menit ke-45: menilai buli-buli.
Batu Ginjal | 15
Menurut Meschan, digunakan film buckyantero-posterior abdomen setelah
penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan
jarak waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-masing adalah :
1. 4 sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan
pada pertengahan proccecus xyPhoideusdan pusat. Foto ini untuk
melihat perjalanan kontras mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai
ukuran kaset 24 x 30 cm dengan posisi antero-posterior sama seperti
foto abdomen. Penekananureter dilakukan dengan tujuan untuk
menahan kontras media tetapberada pada sistem pelvikalises dan
bagian ureter proksimal.Penekananureter diketatkan setelah dilakukan
pengambilan foto menit kelima 5,6
2. 8 sampai 15 menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima
kurang baik, maka foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan
tomografiuntuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30
cm mencakup gambaran pelviokaliseal, ureter mulai terisi media
Batu Ginjal | 16
kontras dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen,
pertengahan di antara proccesus xyphoideusdengan umbilicus.7
3. 20 sampai30 menit
Setelah menit ke-30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit
setelah menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan
bahan kontras, tapidi beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen.6,7
Batu Ginjal | 17
Gambar 2.6. Foto menit ke-30
(Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI)
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8
jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset
30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli
radiologi dan dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih
kemudian di foto kembali. Jika dokterahli radiologi menyatakan ada
gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen.7
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post
Void
Yang terakhir lakukan foto post voiddengan posisi AP supine
atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi. Dengan
posisi erectdapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan
posisiginjal yang tidak normal)pada kasus post hematuria.5,6,7
Batu Ginjal | 18
Gambar 2.8. Foto Post Void
(Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI)
b. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sering digunakan untuk menggantikan
urografi intravena sebagai skrining inisial, karena lebih cepat, non-invasif,
aman, tidak mahal,sedikit menimbulkan stres pada anak, dapat diulang
untuk kepentingan monitoring danmengurangi paparan radiasi. Dengan
pemeriksaan USG dapat terlihat formasi parutginjal, tetapi beberapa parut
juga dapat luput dari pemeriksaan karena pemeriksaan USGsangat
tergantung dengan keterampilan orang yang melakukan USG tersebut.
Danpemeriksaan dengan USG saja tidak cukup, kombinasi dengan
pemeriksaan foto polosabdomen dapat membantu memberikan informasi
mengenai ukuran ginjal, konstipasi,spina bifida occulta, kalsifikasi ginjal
dan adanya batu radioopak. Secara teori, obstruksidan RVU dapat mudah
dideteksi, tetapi kadang-kadang lesi yang ditemukan dikatakansebagai kista
jinak atau penyakit polikistik apabila pemeriksaan USG tersebut
tidakdiikuti dengan pemeriksaan radiologi. 5,6,7,8
c. Urogafi Intravena
Batu Ginjal | 19
Urografi intravena adalah pemeriksaan saluran kemih yang paling
seringdilakukan apabila dicurigai adanya refluks atau parut. Dengan
urografi intravena dapatdiketahui adanya duplikasi ginjal dan ureter,
dimana sangat sulit dideteksi dengan USG.Kelainan lain yang dapat pula
dideteksi dengan urografi adalahhorseshoe kidneydanginjal/ureter ektopik.
Kekurangan urografi intravena adalah kurang sensitif dibandingkanRenal
Scintigraphydalam mendeteksi Pyelonephritis dan parut ginjal. Tingkat
radiasiyang tinggi dan risiko dari reaksi kontras juga menjadi hal yang harus
dipertimbangkan. 5,6,7,8
e. Voiding Cystourethrography
VCUG biasanya dilakukan apabila terdapat kelainan yang bermakna pada
pemeriksaanUSG seperti hidronefrosis, disparitas panjang ginjal atau
penebalan dinding kandung kemih. VUR merupakan kelaianan yang paling
sering ditemukan dengan VCUG yaitu sekitar 40%. Kapan waktu yang tepat
dilakukan VCUG masih kontroversi, mengingat dapat timbulnya efek
transien infeksi. Apabila tersedia, VCUG radionuklid lebih baik
dibandingkan VCUG kontras pada anak perempuan karena dapat
Batu Ginjal | 20
mengurangi efek radiasipada gonad. Pemeriksaan VCUG merupakan
tindakan invasif dan traumatik bagi anak,sehingga tidak rutin dilakukan. 6,7,8
1. Isotope Cystogram
Meskipun Isotope Cystogram menyebabkan ketidaknyamanan seperti
kateterisasi kandung kemih pada VCUG,isotope cystogrammemiliki
dosis radiasi 1% dari VCUG,dan monitoring kontinyunya juga lebih
sensitif untuk identifikasi refluks dibandingkanfluoruskopi,
intermiten VCUG. 7,8
2. CT Scan
Dapat menentukan massa ginjal atau kista yang tidak terdeteksi pada
pemeriksaan USG dan merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk
mengidentifikasi batu ginjal. CT Scan dengan kontras harus dihindari
pada pasien dengan gangguan ginjal untuk menghindari terjadinya
gagal ginjal akut. 6,7,8
f. MRI
Sangat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan pemeriksaan CT tetapi
tidak dapat menggunakan kontras. MRI dapat dipercaya untukmendeteksi
adanya trombosis vena renalis. Magnetic resonance angiography juga
bermanfaat untuk mendiagnosis stenosis arteri renalis,meskipun arteriografi
renal tetap merupakan diagnosis standar. 6,7,8
g. Radio nukleotida
Deteksi awal parut ginjal dapat dilakukan dengan Menggunakan
radioisotope scanning 99m-technetium dimercaptosuccinic acid (DMSA).
Pemeriksaan ini lebih sensitif dibandingkan intravenous pyelography (IVP)
untuk mendeteksi parut ginjal dan merupakan diagnosis standar untuk
mendeteksi nefropati refluks. . 6,7
Batu Ginjal | 21
2.2 Interpretasi Nilai Normal Dan Tidak Normal Dari Pemeriksaan Urin
Pemerikasaan yang dilakukan untuk urine adalah Pemeriksaan Urine Rutin,
dan Urinalisis. Pemeriksaan ini mengunakan uji makroskopik, uji mikroskopik, dan
uji kimia urine. Sampel yang digunakan adalah urine pagi, karena lebih
terkonsentrasi(pekat), Untuk menghindari kontaminasi, bersihkan dahulu alat
kelamin lalu saat berkemih (kencing) buanglah urine yang pertama keluar, tampung
urine tengah (midstream) dan buang lagi urine yang terakhir keluar. Untuk
perempuan yang sedang menstruasi sebaiknya menunda pemeriksaan urine karena
dapat mengkontaminasi urine. Nilai Interprestasi untuk tes ini bervariasi, yaitu9 :
a. Warna: Kuning
Kejernihan : Jernih
pH : 4,8 – 7,4
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Keton : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Normal
Leukosit : Negatif
Darah : Negatif
Nitrit : Negatif
Sedimen :
1. Eritrosit: 0 – 1 /lpb
2. Leukosit: 0 – 4 /lpb
3. Epitel: 5 – 15 /lpk
4. Silinder: Negatif
Batu Ginjal | 22
5. Kristal: Negatif
6. Lain-lain: Negatif
Abnormalitas pada urine bila ditemuka, yaitu :
b. Warna :
1. Tidak berwarna / pucat: banyak minum, diabetes
insipidus, minum alcohol.
2. Merah / merah kecoklatan: hemoglobinuria, porfirin,
kontaminasi dengan menstruasi, obat, azo gantrisin,
dilantin, kaskara, klorpromazin, makanan / zat warna
makanan
3. Kebiruan / kehijauan: Toksemia, Pseudomonas
4. Coklat / Hitam: Keracunan, obat
5. Keruh: Bakteri, lekosit, pus, eritrosit, fosfat, cairan
sperma, asam urat, lemak
Bau :
1. Amonia: pecahan urea oleh bakteri
2. Busuk: bakteri (infeksi saluran kencing)
3. Manis / bau buah: asidosis diabetika, kelaparan
Urobilinogen dan Bilirubin:
Sirosis hepatitis berat, bilirubin, cairan empedu
pH :
1. < 4,5: asidosis metabolic, asidosis respiratorik, diare
berat, diet tinggi protein hewani, obat
2. 8,0: bakteriurea, infeksi saluran kencing, obat
Berat jenis :
1. < 1,005 : Diabetes insipidus, banyak minum, kelebihan
cairan, penyakit ginjal, kekurangan atau kelebihan
kalium
2. 1,026 : Kurang minum, Diabetes mellitus, muntah, diare,
dehidrasi
Glukosa :
Batu Ginjal | 23
Diabetes mellitus, gangguan sistim syaraf pusat, infus
glukosa
Keton :
Ketoasidosis, kelaparan, diet rendah protein
Eritrosit :
2 plp : trauma ginjal, penyakit ginjal, batu ginjal, sistitis,
lupus nefritis, obat, kontaminasi menstruasi
Lekosit :
4 plp : infeksi saluran kencing, penyakit ginjal, Lupus
nefritis.
Nyeri yang berasal dari traktus urinarius mungkin bersifat seperti berasal dari
parenkim padat atau dari organ yang berlubang, seperti diuraikan dalam. Nyeri
parenkimal dari ginjal disebabkan oleh peregangan atau iritasi kapsul ginjal. Pasien
biasanya melukiskannya sebagai nyeri yang tumpul letaknya dalam pada panggul.
Contohnya adalah pielonefritis akut. Nyerinya terdapat pada satu sisi dan mungkin
ada riwayat sistitis sebelumnya atau belum lama berselang menjalan pemeriksaan
gineko-logik atau urologik.10
Nyeri visera yang berlubang berasal dari peregangan dinding ureter atau
kandung kemih karena obstruksi atau spasme. Kolik ureter menyebabkan nyeri
yang sangat hebat dan seperti ditusuk - tusuk. Periodisitasnya lebih kecil daripada
nyeri usus halus dan kurang lebih konstan. Nyerinya berjalan sesuai dengan
perjalanan batunya. Nyerinya menyebar dari panggul turun ke bawah melewati
hipogastrium ke lipat paha atau testis. Bila batunya masuk ke dalam kandung
Batu Ginjal | 24
kemih, nyerinya hilang. Pada saat miksi berikutnya, batu tersebut masuk kedalam
uretra, kembali menyebabkan nyeri seperti ditusuk - tusuk dan mungkin disertai
pengeluaran darah. Hematuria mikroskopis atau makroskopis sering menyertai batu
ginjal - nefrolitiasis.10
Hematuria adalah terdapatnya darah di dalam urin. Urin yang seperti asap atau
berwarna seperti Coca-Cola berarti glomerulonefritis. Darah merah segar dapat
berasal dari traktus urinarius atas atau bawah. Bekuan darah hampir selalu berasal
dari suatu tempat yang letaknya lebih distal daripada pelvis ginjal. Tetesan darah
pada permulaan miksi menyarankan uretritis. Hematuria tanpa disertai gejala-gejala
mungkin disebabkan oleh tumor. Dapat dijumpai warna-warna lain. Mioglobin
berwarna coklat dan dapat ditemukan setelah cedera yang menimbulkan kerusakan
yang luas atau aktivitas otot yang berat. Zat warna yang ter-makan juga dapat
terlihat didalam urin. Urin yang berubah menjadi hitam, meninggalkan bekas warna
pada pakaian dalam, mungkin merupakan satu-satunya petunjuk akan adanya
ochronosis, suatu penyakit metabolik yang jarang terjadi.10
Urin yang mengandung banyak protein akan berbusa didalam kloset. Pigmen
bilirubin yang terkonyugasi menyebabkan ikterus dan warna urin gelap. Urin
dengan berat jenis rendah terlihat pucat sampai jernih.10
Batu Ginjal | 25
pasien tersebut oleh keluarganya juga menyaratkan uremia. Perubahan kebiasaan
miksi dan riwayat penyakit ginjal sebelumnya merupakan petunjuk nyata yang
lebih sering ditemukan.10
2.3 Jenis Indikasi, Cara Pemeriksaan Lab Dan Radiologi Pada Keadaan
Kelainan Atau Gangguan Urinalis
Batu Ginjal | 26
c. Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu dan mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli/massa lain ginjal,
ureter dn distensi kandung kemih.12,13
1. Pathogenesis
Terdapat tiga jenis utama batu.
a) Sekitar 80% batu ginjal tersusun dari baik kalsium oksalat maupun kalsium
oksalat yang bercampur dengan kalsium fosfat.
b) Sepuluh persen tersusun dari magnesium amonium fosfat.
c) Enam persen hingga 9% dapat berupa batu asam urat atau batu sistin.Pada
semua kasus, suatu matriks organik mukoprotein ditemukan dan merupakan
2,5% dari berat batu (Tabel 2-1).
Penyebab pembentukan batu seringkali tidak jelas, terutama pada kasus batu
yang mengandungi kalsium. Kemungkinan yang terlibat adalah sejumlah kondisi
predisposisi, termasuk konsentrasi zat yang terlarut, perubahan pada pH urin, dan
infeksi bakteri. Penyebab yang paling penting adalah peningkatan konsentrasi urin
yang mengandungi konstituen batu, sehingga melebihi kemampuan kelarutannya
dalam urin (supersaturasi). Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1-1, 50% penderita
yang mengalami pembentukan batu kalsium menunjukkan hiperkalsiuria yang tidak
berkaitan dengan hiperkalsemia. Sebagian besar dari kelompok ini menyerap
kalsium dari usus secara berlebihan (hiperkalsiuria absorptif) dan dengan segera
Batu Ginjal | 27
diekskresikan di urin, dan sebagian memiliki cacat ginjal primer untuk reabsorpsi
kalsium (hiperkalsiuria ginjal).Penyebab jenis batu ginjal lainnya lebih dapat
dimengerti. Batu magnesium amonium fosfat (struvite) hampir selalu timbul pada
orang degan urin yang selalu bersifat basa (alkali) akibat UTI. Terutama, infeksi
akibat bakteri yang memecah urea, misalnya Proteus vulgaris dan stafilokokus,
yang menjadi predisposisi urolitiasis. Selain itu, bakteri dapat berfungsi sebagai
nidus partikulat pembentukan berbagai jenis batu. Pada avitaminosis A, sel-sel yang
mengelupas (deskuamasi) dari epitel yang metaplastik pada lapisan sistem
pengumpul yang berfungsi sebagai nidus. Penyakit pirai (gout) dan penyakit yang
mengakibatkan pergantian sel dengan cepat, misalnya leukemia, mengakibatkan
kadar asam urat tinggi dalam urin dan kemungkinan terbentuknya batu asam urat.
Namun, sekitar separuh orang dengan batu asam urat tidak menderita hiperurisemia
atau peningkatan urat pada urin, tetapi menunjukka kecenderungan yang tidak dapat
dijelaskan untuk mengekskresi urin yang selalu bersifat asam (dengan pH kurang
dari 5,5). pH yang rendah ini mendorong pembentukan batu asam urat berlawanan
dengan pH yang tinggi yang mendorong pembentukan batu yang mengandungi
kalsium fosfat. Batu sistin hampir selalu berkaitan dengan cacat genetik dalam
transpor beberapa asam amino di ginjal, termasuk sistin. Seperti batu asam urat,
batu sistin cenderung terbentuk ketika urin relatif bersifat asam. Urolitiasis juga
dapat terjadi akibat kurangnya substansi yang secara normal menghambat
presipitasi mineral. Penghambat pembentukan kristal dalam urin termasuk protein
TammHorsfall, osteopontin, pyrofosfat, mukopolisakarida, difosfonat, dan
glikoprotein yang disebut nefrokalsin, namun tidak ada defisiensi salah satu
substansi ini yang secara konsisten ditemukan pada orang dengan urolitiasis.14
Batu Ginjal | 28
Tabel 2.1 Prevalensi Berbagai Jenis Batu Ginjal
Sumber : Abbas, A.K. Aster, J.C. Kumar, V. Buku Ajar Patologi Robbins. Editor:
Muhammad Asroruddiru H.H, Nurwany D. Ed.9.Jakarta:EGC:2015
2. Morfologi
Batu biasanya bersifat unilateral pada sekitar 80% pasien. Tempat pembentukan
yang lazim adalah pelvis dan kaliks ginjal, dan kandung kemih. Seringkali, banyak
batu yang ditemukan pada satu ginjal. Batu-batu ini biasanya kecil (rata-rata
diameter, 2 hingga 3 mm) dan mungkin halus atau bergerigi. Kadangkadang,
endapan garam yang progresif mengakibatkan pembentukan struktur-struktur
bercabang yang disebut sebagai kalkuli staghom/ tanduk rusa, yang membentuk
cast sistem pelvis dan kaliks ginjal. Batu yang sangat besar ini biasanya terdiri dari
magnesium amonium fosfat.14
Nyeri pada abdomen disebabkan oleh terbentuknya batu ginjal (batu ureter)
yang merupakan gangguan urologi. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut
kostovertebrae kemudian menjalar ke dinding depan abdomen,, ke region inguinal,
hingga ke daerah kemaluan. Kolik abdomen timbul dikarenakan terjadinya
obstruksi dan hambatan pasase material dalam Ureter dan saluran kemih. Kolik juga
Batu Ginjal | 29
dapat disebabkan oleh bekuan darah atau fragmen jaringan dan refluks
vesikoureteral. Batu ureter adalah batu yang terbentuk di sistem kalik ginnjal dan
turun ke ureter. Supersaturasi urin merupakan penyebab utama terbentuknya batu,
yang dalam urin terdapat bahan tertentu yang melebihhi batas kemampuan cairan
urin untuk melarutkannya. Supersaturasi dipengaruhi oleh pH urin yang asam
(terbentuk batu asam urat) dan pH basa (terbentuk batu kalsium dan struvit),
kebiasaan minum, mobilitas, dan iklim. Kolik abdomen dapat dipengaruhi oleh
ukuran batu, lokasi batu, derajat obstruksi dan variasi anatomi tiap individu. Kolik
abdomen merupakan yeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga yang
timbul karena hipoksia jaringan dinding saluran. Secara radiologis Ureter dibagi
menjadi 3 yaitu ureter proksimal dari pelvis renalis sampai batas sacrum, ureter
media (dimulai dari batas bawah sacrum sampai kandung kemih), ureter distal
(dimulai dari batas atas sacrum sampai kandung kemih). Pada ureter proksimal
diikuti oleh nyeri abdomen atas, pada ureter medial diikuti oleh nyeri abdomen
depan, dan pada ureter distal diikuti dengan nyeri pinggang, nyeri abdominal depan,
disuia dan urinary frequency.15,16,17,18
Selain itu, ketika terjadi penyumbatan pada saluran kemih dan ureter maka
akan menimbulkan manifestasi klinis lain antara lain :17
1. Nyeri pinggang, akibat adanya peregangan pada kapsul ginjal dan dapat
bersifat akut atu kronik
2. Nyeri kolik, nyeri hilang timbul yang dirasakan oleh pasien disebabkan oleh
adanya peregangan ureter dan peristaltic ureter
3. Nausea, perasaan mual
4. Muntah
5. Dysuria, rasa tidak nyaman
6. Hematuria, adanya darah atau sel eritrosit dalam urin.
Batu Ginjal | 30
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Batu Ginjal | 31