You are on page 1of 6

ANALISA DAYA BELI

INDUSTRI SEMEN TAHUN 2017

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pemasaran

Disusun Oleh :

Irna Puji Lestari NIM. 8236177039


Widjiastuti NIM. 8236177032

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017

0
DAYA BELI PADA INDUSTRI SEMEN
TAHUN 2017

Daya beli pada industri semen pada Agustus 2017 tercatat sebesar 6,47 juta ton
atau tumbuh sebesar 9% secara tahunan (year on year). Pada bulan sebelumnya,
konsumsi semen berada di angka 5,59 juta ton. Secara kumulatif, penjualan semen
domestik sepanjang Januari 2017- Agustus 2017 tercatat sebesar 41,1 juta ton atau
meningkat 5,6% y-o-y.
Menurut data dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), total konsumsi semen
tertinggi adalah di area Pulau Jawa sebesar 3,55 juta ton atau naik 15,5% dibandingkan
September tahun lalu. Baik Jawa Tengah, Jakarta dan Banten naik di atas 20% terhadap
September tahun lalu. Proyek infrastruktur yang gencar dan cenderung stabil,
menyebabkan pertumbuhan permintaan semen di Jawa meningkat di September tahun
ini.
Sementara di area Sumatera seperti Lampung, Jambi dan Bengkulu juga naik
dobel digit dikarenakan pembangunan jalan tol, power plant serta proyek strategis
lainnya yang merangsang permintaan semen di sana. Berikut adalah data sebaran
konsumsi semen di Indonesia periode Januari hingga September 2017.

Tabel I. Konsumsi Semen Domestik Tahun 2017

Sumber : ASI

1
Diagram I. Sebaran Semen Domestik Tahun 2017

Sumber : ASI

Sedangkan jika dianalisa perbandingan daya beli atau konsumsi semen nasional
tahun 2017 ini dengan tahun sebelumnya, maka terdapat penurunan sebesar 1.2%.
Dimana pada semester I realisasi sebesar 28.994.253 ton dibanding tahun sebelumnya
sebesar 29.374.547 ton.
Dari 28.994.253 ton ini, 55% pangsa pasarnya berada di Pulau Jawa yang
hingga semester I-2017 tumbuh sekitar 2%, sedangkan Sumatera pangsa pasarnya 20%-
25% namun konsumsinya menurun 3%, untuk Sulawesi dan Kalimantan masing-masing
pangsa pasarnya 7%-8% dan konsumsinya mengalami penurunan 8%, untuk NTT dan
Bali pangsa pasarnya 5% dan konsumsinya naik 2%, sedangkan di bagian Timur seperti
Maluku dan Papua pangsa pasarnya 2%-3% konsumsinya turun 13%. Beberapa hal
yang menyebabkan penuruan konsumsi atau daya beli semen ini antara lain :
 Pembangunan infrastruktur di beberapa daerah terutama Indonesia timur belum
dimulai.
 Banyaknya hari libur (antara lain bulan puasa dan libur panjang, antara lain :Idul
Fitri)
 Kapasitas terpasang naik sebesar 6,57%, dengan catatan pada tahun 2016 kapasitas
terpasang : 93,9 juta ton dan tahun 2017 sebesar : 100,07 juta ton

2
 Utilisasi industry semen untuk produksi : 74,27 dan konsumsi : 56,5 sehingga
terjadi over supply : 17,77
 Disparitas harga tahun 2017 rata-rata : 10-12 % bahkan ada yang sampai 14%
(terutama dengan Anhui Conch-China)
 Kekurang berpihakan Pemerintah terhadap BUMN dalam kasus Semen Gresik
pabrik Rembang untuk izin sudah komplit tapi dipersulit karena unsur politis,
sementara untuk Anhui-Conch (Tiongkok/China) dalam pengoperasiannya banyak
tidak memiliki ijin seperti IUP-PMA, TPA, Pemanfaatan Limbah dan Pembuangan
Limbah cair, tidak mempekerjakan pekerja local, mesin bekas dari China, sehingga
beda harga dengan produsen lain bisaa sampai Rp. 10.000m- bahkan bias lebih.
 Harga jual untuk tahun 2017 hanya sekitar 86%
 Beroperasinya sekitar 10 pemain baru antara lain : Siam Semen di Sukabumi,
Semen Merah Putih di Banten, Anhui Conch Cement (Tiongkok) di Kalsel, Kaltim,
Kalbar dan Papua Barat, Ultratech di Wonogiri, Semen Puger, Semen Barru, Semen
Panasia, Jui Shin Indonesia, Semen Grobogan, Semen Bima dan Semen Grobogan

Sedangkan untuk semester II tahun 2017 diramalkan pertumbuhan penjualan


semen berada di level 4%-5%, dengan indikasi bahwa banyak proyek-proyek
infrastruktur yang dikebut sepanjang semester II tahun 2017.
Saat ini, utilisasi pabrik semen nasional masih rendah dan di sisi lain beberapa
pabrik sedang dalam proses pembangunan yang akan beroperasi 2 hingga 3 tahun
mendatang. Oleh karena itu, semua produsen meminta pemerintah untuk sementara
menghentikan dulu izin pabrik semen baru hingga konsumsi nasional mendekati
kapasitas terpasang karena industri semen tengah mengalami penurunan kinerja yang
cukup tajam.
Berikut adalah data tren pertumbuhan konsumsi semen berdasarkan data dari
Asosiasi Semen Indonesia.

3
Tren pertumbuhan semen tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini :
 Utilisasi pabrik masih jauh dari optimal, sehingga perlu ditingkatkan.
 Perusahaan semen di Indonesia perlu optimalisasi ekspor clinker dan semen untuk
meningkatkan utilisasi pabrik.
 Industri semen perlu peningkatan efisiensi biaya produksi dan distribusi, mengingat
kondisi harga bahan bakar dan listrik kemungkinan ada kenaikan

Menurut Data Badan Pusat Statistik, produksi semen pada kuartal kedua,
memang hanya mencapai 14,38 juta ton, atau turun 3,64 persen secara kuartal ke
kuartal, dan turun secara year on year sebesar 5,01 persen. Namun, indikator konsumsi
masyarakat tidak hanya bisa dilihat dari produksi semen yang menurun saja. tingkat
konsumsi masyarakat pada pertengahan tahun masih relatif aman. Stabilnya daya beli
masyarakat, tercermin dari rendahnya inflasi Juni yang berada di angka 0,22 persen.
Penurunan daya beli properti juga sempat menjadi isu akan turut melemahnya
daya beli semen. Menurut Real Estate Indonesia (REI) belakangan sektor properti
mengalami kelesuan. Lesunya sektor properti lantaran masyarakat menahan diri untuk
melakukan aksi membeli produk property, hal ini terlihat dari mengendapnya uang
masyarakat di perbankan. Jadi bukan daya beli yang menurun, melainkan hanya wait

4
and see untuk melihat perekonomian selanjutnya. Apalagi kalangan industri properti
semakin gencar menggelar pameran dan banyak juga yang datang. Ini menandakan
investasi pada properti itu masih sangat baik.
Selain itu daya beli industri semen juga cukup terbantu dengan adanya konsumsi
belanja pemerintah. Banyaknya proyek-proyek infrastruktur dan dana pembangunan
pedesaan yang diperkirakan sekitar Rp 60 triliun yang akan digelontorkan pemerintah
cukup membantu dalam peningkatan konsumsi semen hingga September 2017 ini. Saat
ini pemerintah juga tengah gencar dalam membangun perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Dari pencanangan 200 ribu perumahan bagi MBR,
tercatat sudah hampir 94 ribu yang terbangun pada semester II. Sehingga dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa daya beli pada industri semen masih tergolong stabil dan
masih mencatat adanya kenaikan walaupun tidak sebesar pertumbuhan di tahun lalu.

You might also like