Professional Documents
Culture Documents
A. Studi Eksperimen
A.1 Definisi Studi Eksperimen
Eksperimen adalah studi dimana peneliti dengan sengaja mengubah sebuah atau lebih faktor
pada situasi yang terkontrol dengan tujuan mempelajari pengaruh dari perubahan factor itu.
Dalam epidiomologi, studi elsperimental mengukur suatu perlakuan (intervensi) pada populasi
dengan cara membandingkan hasil-hasil perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok control
(last, 2001).studi eksperimental disebut juga studi intervensi (hennekens dan Buring,1987). Untuk
menghindari bias, anggota-anggota dari kelompok perlakuan dan kelompok control harus sebanding
(comparable) kecuali perlakuan yang diberikan. Alokasi individu-individu kedalam kelompok
perlakuan atau kelompok control idealnya dilakukan dengan cara randomisasi.
Suatu eksperimen terencana yang penting dicatat dalam sejarah adalah percobaan James Lind
untuk mengatasi scurvy (Gordis, 2000). Lind membag 12 pasien scurvy yang berlayar dari Salisbury
(Inggris), ke dalam enam kelompok. Dua orang mendapat cider (minuman beralkohol, erbuat dari jus
apel), dua orang mendapat 25 tetes eliksir pahit, dua lainnya mendapat dua sendok cuka, dua orang
limau setiap harinya. Pengaruh perbaikan yang paling baik dan cepat dijumpai pada pasien yang
mendapatkan jeruk dan limau, satu diantaranya dapat bekerja kembali setelah 6 hari terapi.
Sejarah mencatat penyelidikan John snow (1813-1858) tentang wabah kolera di London.
Penyelidikan itu kadang-kadang disebut “Natural Eksperimen”. Tetapi betulkah penyelidikan snow
merupakan studi eksperimental? Beberapa orang menyebut jumlah kasus Kolera akibat perbedaan
tingkat perlakuan yang diterima penduduk kota itu, yakni sekelompok subyek mendapat air minum
yang dipasok Lambeth Company dari bagian hulu Sungai Thames yang kuran tercemar, dan
kelompok subyek lainnya disuplai southwark-Vauxhall dari bagian hilir sungai yang tercemar.
Dengan “Shoe-Leather epidemiology” (epidiomologi kulit sepatu),Snow berjalan dari rumah ke
rumah dan menanyai setiap rumah tangga untuk mengumpulkan informasi tentang sumber-sumber
air minum kejadian kolera (Last. 2001). Disebut alamiah, karena sebenarnya bukan snow yang
sengaja mengalokasikan perlakuan, melainkan kedua perusahaan air minum tersebut. “Natural
Eksperiment” dengan demikian sebenarnya bukan merupakan penelitian eksperimen, melainkan studi
kohort (Rothman, 2002).
Randomisasi
A.4. Blinding
Bias dalam eksperimen dapat terjadi jika klinisi/peneliti yang memberikan obat baru juga
mendiagnosis kasus, mengalokasikan pasien kedalam eksperimen dan kelompok control , atau
mengukur variable hasilnya. Blinding (baca:masking, pembuatan) merujuk kepada suatu tekhnik
untuk mengurangi peluang terjadinya bias dalam menentukan status variable hasil, dengan cara
membuat subyek penelitian, pengamat, atau peneliti tidak tidak mengetahui tentang status peninjukan
kelompok (yaitu, apakah kelompok perlakuan atau kelompok control) blinding lazim diguakan dalam
clinical trial: tiga jenis blinding: (1) single blinding (pembutaan tunggal) merupakan tekhnik untuk
menyembunyikan status penunjukkan kelompok kepada subyek-subyek penelitian, sampai studi
berakhir, (2) double blinding adalah tekhnik untuk menyembunyikan status peninjukkan kelompok
kepada subyek penelitian maupun pengamat, maupun analisis dan statistic, sampai studi berakhir. dan
(3) triple blinding adalah tekhnik untukmenyembunyikan status penunjukkan kelompok kepada
subyek penelitian, pengamat, maupun analisis data statistic, sampai studi berakhir. Tujuan triple
Blinding adalah mencegah bias informasi pada semua tahap studi.
Imformed Consent
Informed consent merupakan persetujuan sukarela dari pihak subyek penelitian-baik subyek
langsung maupun proxy (misalnya, orang tua)- yang tidak dipengaruhi peneliti, dan harus diperoleh
peneliti sebelum melakukan penelitian menyangkut manusia sebagai subyek penelitian.Regulasi etis
riset mensyaratkan bahwa subyek penelitian mendapatkan informasi yang memadai tentang butir-
butir berikut:
1. Subyek akan diikutsertakan dalam penelitian
2. Metode dan prosedur yang akan digunakan dalam penelitian
3. Potensi resiko dan ketidaknyamanan yang mungkin dihasilkan dari partisipasi penelitian
4. Potensi manfaat
5. Prosedur-prosedur alternative.
Diperkirakan akan makin banyak calon peserta yang tidak bersedia berpartisipasi dalam clinical trial
karena beberapa alasan (Gross dan Fogg, 2001): (1) tidak bersedia ditunjuk secara random, (2)
penelitian berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama, intrusive, atau irelevan, (3) protocol
tidak sesuai kebutuhan peserta.
Randomisasi
Terapi A Terapi B
----------------------------diamati---------------- -----------------
-----------------------------diamati--------------- -----------------
Kedua, urutan pemberian terapi mungkin membawa pengaruh respon psikologis. Pasien mungkin
memberikan reaksi yang berbeda terhadap terapi pertama dalam sebuah studi akibat dari antusiasisme
terhadap sesuatu yang baru, antusiasisme ini biasanya menurun dengan bergulirnya waktu.
Unplanned Crossover
Dimulai dengan completely Randomized Design. Sebagai contoh , pasien-pasien penyakit jantung
koroner ditunjuk secara random kedalam kelompok yang akan mendapatkan erapi bedah pintas
koroner dan kelompok yang akan mendapat terapi medis. Tentu randomisasi dilakukan setelah
peneliti memperoleh persetujuan.
Factorial design merupakan rancangan yang menarik dan ekonomis karena dapat menguji pengaruh
masing-masing dari dua factor penelitian dengan menggunakan populasi studi yang sama. Desain
factorial yang hanya melibatkan 2 faktor penelitian disebut 2 kali 2 factorial design.
Eksperimen kuasi
Eksperimen kuasi adalah studi eksperimental yang dalam mengontrol situasi penelitian menggunakan
cara non-randomisasi (Last,2001). Desain ini berasal dari riset ilmu-ilmu social yang kemudian
diadopsi oleh ilmu epidemiologi untuk mengevaluasi dampak intervensi kesehatan masyarakat.
Untuk memperoleh taksiran dampak perlakuan yang sebenarnya maka peneliti harus memiliki
kelompok control yang memiliki karakteristik variable perancu yang sebanding dengan kelompok
perlakuan.
Eksperimen kuasi dilakukan sebagai alternative eksperimen randomisasi, tatkala pengalokasian factor
penelitian kepada subyek peneliti tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis dilaksanakan dengan
randomisasi.
Jenis desain eksperimental kuasi
Eksperimental kuasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis yaitu Desaian sebelum dan sesuda satu
kelompok, Desaian sesudah saja dengan control, Desaian sebelum dan sesudah dengan control,
Desain campuran (misalnya time- Saries).
1. Desaian sebelum dan sesudah satu kelompok
Desaian ini merupakan eksperimen kuasi dimana masing-masing unit eksperimentasi (subyek
maupun kelompok) berfungsi sebagai control bagi dirinya sendiri, dan pengamatan variable hasil
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan (Kothari 1990; Kleinbaum, 1982). Kelompok control atas
dirinya sendiri disebut control internal atau control refleksi.
2. Desaian sesudah saja dengan control
Desaian ini mengamati variable hasil pada saat yang sama terhadap kelompok perlakuan dan
kelompok control, setelah perlakuan diberikan kepada kelompok perlakuan (Kothari,1990). Dengan
cara non-random, penelitian memiliki kelompok control yang memiliki karakteristik atau variable-
variabel perancu potensial yang sebanding dengan kelompok perlakuan.
3. Desaian sebelum dan sesudah dengan control
Desaian ini mirip dengan RTC kecuali penunjukan (kelompok) subyek tidak dilakukan dengan cara
random. Pengaruh perlakuan ditentukan dengan membandingkan perubahan nilai-nilai variable hasil
pada kelompok perlakuan dengan perubahan nilai-nilai pada kelompok control. Desaian ini lebih baik
dari dua desaian esperimenta kuasi yang terdahulu, karena mengatasi kemungkinan variasi eskternal
yang diakibatkan perubahan waktu serta menggunakan kelompok pembanding eksternal.
4. Desaian campuran
Desain ini mengkombinasikan elemen-elemen pembanding internal dan eksternal. Kombinasi
tersebut meningkatkan kemampuan mengatasi ancaman validitas, selanjutnya meningkatkan
kemampuan untuk menarik inferensi kausal. Berbagai desain campuran dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengaruh dari intervensi: Time-Series dengan pemberian dan pengertian intervensi,
Time-series dengan pembanding dan Time-Series majemuk berjenjang.
3. Eksperimen lapangan
Eksperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakuakan dilapangan dengan induvidu-
induvidu yang brlum sakit sebagai subyek. Mirip dengan studi kohort prospektif, desaian ini diawali
dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi kedalam
kelompok eksperimen dan kelompok control lalu diikuti perkembanganyaapakah subyek mengalami
penyakit yang diteliti atau tidak. Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit di antara kedua
kelompok studi kemudian dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan.
4. Community intervention
Merupakan studi eksperimental dimana intervensi dialokasikan kepada komunitas bukan kepada
individu-induvidu. Community intervention mengevaluasi dampak implementasi suatu intervensi
komunitas yang bertujuan melakukan pencegahan primer melalui modifikasi factor resiko.
Biasanya factor-faktor resiko yang dimonifikasi dalam program intervensi itu adalah prilaku
induvidu, karakteristik biologis ataupun aspek-aspek lingkungan. Community intervention
berlangsung dalam jangka waktu lama, biasanya lebih dari enam bulan. Unit eksperimentasinya
adalah kelompok. Karena jumlah kelompok sedikit, maka alokasi random tidak memberikan dampak
kesebandingan penyebaran factor-faktor diluar intervensi seperti diharapkan, sehingga umumnya
yang dilakukan adalah alokasi intervensi secara non-random.
3. Bias kepatuhan
Bias kepatuhan terjadi ketika terdapat perbedaan tingkat kepatuhan antara kelompok eksperimen dan
kelompok control dalam mematuhi aturan pemakaian terapi eksperimen dan terapi alternative. Setiap
eksperimen menuntut partisipasi aktif dan kerja sama yang baik dari subyek penelitian. Tetapi, setelah
setuju berpartisipasi, subyek penelitian mungkin tidak dapat mematuhi protocol penelitian katena
beberapa alasan.
B. Studi Kohort
ia disebut juga studi follow-up (Rothman, 1986; Kleinbaum et al., 1982 atau studi longitudinal
(ERIC, 2002). Karena selama periode follow-up peneliti melakukan re-eksaminasi atau surveilans
tentang kejadian baru penyakit, maka studi kohort disebut juga studi insidensi (Gerstman, 1998).
Karena dimulai dengan status paparan subjek lalu diikuti maju ke depan untuk melihat status
penyakit, maka studi kohort juga disebut juga studi prospektif, atau studi panel ( Kleinbaum et al.,
1982; Mausner and Kramer, 1985)
B.2. Skema Studi Kohort
Berdasarkan tujuannya, studi kohort dapat dibagi dua jenis (Greenlagh, 1997) :
1. Riset etiologi
Sebagai riset etiologi studi kohort meneliti faktor-faktor resiko dan etiologi penyakit atau kesudahan
tertentu lainnya. Pada awal penelitian semua kelompok – kelompok yang dibandingkan harus
dipastikan bebas dari penyakit yang diteliti.
2. Riset prognosis
Sebagai riset prognosis, sekolompok pasien yang didiagnosis mengalami penyakit (atau ditemukan
positif dalam uji skrining) dimonitor secara sistematis selama periode waktu untuk melihat waktu
perjalanan yang diperlukan hingga terjadinya manifestasi klinis, melihat perkembangan penyakit,
waktu perjalanan yang diperlukan untuk terjadinya berbagai kesudahan penyakit, serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis – disebut faktor prognosis.
Kemudahan untuk memperoleh informasi yang akurat dan pengamatan yang lebih terkontrol
pada populasi khusus.
[/b]
DAFTAR PUSTAKA
• Murti, bhisma. Prinsip dan metode riset epidemiologi. 2003. Yogyakarta : gadjah mada university
press
• Rothman, kenneth j. Epidemiologi modern. 1995. Jakarta: yayasan pustaka nusatama
• Timmreck,thomas c. 2001. Epidemiologi suatu pengantar edisi 2. Jakarta : EGC
• ^ http://www.socialresearchmethods.net/tutorial/...
• ^ Porta M (editor). Sebuah kamus epidemiologi. 5. Edisi. New York:. Oxford University Press, 2008
[1]
• ^ http://www.ehib.org/faq.jsp?faq_key=37
• ^ Daya C dan Elliott J (2006). "Cohort profil: 1958 British Cohort Study" International Journal of
Epidemiology 35 (1):. 34-41. DOI : 10.1093/ije/dyi183 . PMID 16155052 .
• ^ Richard J Pinder, Neil Greenberg, Edward J Boyko, Gary D Gackstetter, Tomoko saya Hooper,
Dominic Murphy, Margaret AK Ryan, Besa Smith, Tyler Smith C, Timotius S Wells dan Simon
Wessely (2011/06/29). Profil dua kohort: Inggris dan studi AS calon kesehatan militer . Oxford
• ^ Adams TD, Gress RE, Smith SC, et al. (2007). "Jangka panjang kematian setelah operasi bypass
lambung". N. Engl. J. Med 357 (8):.. 753-61 DOI : 10.1056/NEJMoa066603 . PMID 17715409 .
• ^ "The Studi Cohort Lothian Kelahiran" . University of . Diakses 8 Mei 2011.
• ^ Pai JK, Pischon T, Ma J, et al. (2004). "Penanda inflamasi dan risiko penyakit jantung koroner
pada pria dan wanita". N. Engl. J. Med 351 (25):.. 2599-610 DOI : 10.1056/NEJMoa040967 . PMID
15602020
• http://leoriset.blogspot.com/2009/07/penelitia...
• Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional
• Fuchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar <BACA
SELENGKAPNYA DI BUKU “ DESIGN ACTION RESEARCH” KARYA “ERNA FEBRU ARIES
S.,“ SUDAH DILENGKAPI DENGAN CONTOH-CONTOH LAPORAN PENELITIAN
LENGKAP …. HUBUNGI SEGERA 081 803 802 797