You are on page 1of 17
CPP ‘Iproun uvuynT)~ “YOASHT NGAG IsYnpoLE NUN jmoUoys ouyar sysyouy “eueyef “etssuopuy seyissoatun, Ruouoyg seymyed wqioug eSequisy ‘PYSA) uoyodojay pms “ogz *Z ‘ngnz, vee (OBI 104 Hed PUY YL f “,uEsELUDy ueyeq tsei8nu yoo) ueSumyysod wep Suajey —uvsewoy —wreyep (ino7 snomoquo snajo5) unBueqio, unep dos mints ynsuoyeey,. “soz “A wowed wep -g ‘Aqiueceureg “gy ‘pyre, £6 ~ | Jo80g ‘108og usueriog iminsuy —“Bojorg png wresBorg ‘sues ssiBeWy sis9y soryo] sm) vpod ("7 ‘snotoquo snejo3) vant tmop wnBosoiyn rafa ‘¢661 “Ww “eBuong 8P1~ Ib (6) 91 ‘oysouopuy ssouided yopoloyy — *.(snoyBeasou us sme) ynnd sm YoRDU sisoysodey seanpfe eped ("7 ‘onazuioquin snajop) uunueq-unBueq unep se yensyo AJ UE eIUNY eMeKUDS. ueBuNpUEy,, “S002 “L ‘weneH usp “WD “esowes 8S1- OST -02 (Sz4¥1) sanatsog ‘auoopug fo uowowpas NaS MHL fof “4ywosB quezut pay-rseaiq pe uonoso9s rut uo ssoqnour Sune 20] 4q wondumsuos (7 ‘snomioquey sm2jo9) sone ,unBueq-undueq, 40 Wey UL, "ZoOe “d IPN UEP “wemequiry ‘y ‘eumsnyetelpigy ‘WD ‘esomeg eueyor ‘ueyeypsoy uawoyedsq ‘uereyasoy weSuequieueg wep uentiouog uepeg ‘tseuey ueBuequioduog uep LenYTotiog sng “uDjupyay dopoyzo) uoyoundiqq Bunt nwop “uawodwoy —yyoorg WAS womyeusg uosodey “7861 “yepuosnyy HOA mON ou ssoug AustontU PHQ}XO “UoHIPS YUN ‘sISAjouy Diwouory Buyoouug “yooz “at ‘211A pu “D1 “yoequayosg “p’q ‘ueumony “6002/A/P ldd/SVNBIGAdS/Z1'0N dS “ewnsnpuriog uowonedeq “6002 Uore8Buy unyoy sei jUosty Posty lueiBold uenyoteg uwodey “vinj7 56 kerja turun lebih dari 38,5 % atau hari kerja kurang dari 185 hari per tahun, maka unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun ini ‘menjadi tidak layak, Ani is sensitivitas biaya listrik Analisis sensitivitas untuk perubahan biaya listrik dimaksudkan untuk memberikan gambaran pengaruh perubahan biaya listrik terhadap kelayakan unti produksi, Dalam hal ini perubahan biaya lisytrik terjadi_bukan disebabkan harga listrik dari PLN, tetapi dimaksudkan perubahan biaya listrik yang disebabkan perubahan konsumsi energi listrik oleh peralatan produksi, — Hasil analisis sensitivitas biaya listrik menunjukkan bahwa perubahan biaya —energi__listrik tidak berpengaruh signifikan terhadap kelayakan unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun ini. Kenaikan biaya listrik sampai dengan 3 kali lipat, masih memberikan nilai IRR_16,94%. ‘Artinya apabila unit produksi serbuk ckstrak daun torbangun menggunakan mesin yang ‘mengkonsumsi listrik naik sampai 5 kali lipat, maka unit usaha tersebut tetap layak. Hal ini disebabkan proporsi biaya listrik dalam unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun ini sangat kecil, yaitu sebesar 9,29% dari biaya operasi tidak tetap dan 7,75% dari total biaya operasi keseluruhan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasilanalisis tekno ekonomi unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun menunjukkan tingkat kelayakan yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan NPV (pada discount rate 16%) sebesar Rp 5$8.310.000, IRR 33,86% dan masa pengembalian investasi (PBP) selama 2,95 tahun, Adapun titik impas dari unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun ini ditunjukkan oleh nilai Break Event Point sebesar Rp 255.130,000/tahun atau pada harga pokok produksi scbesar Rp 355.239/kg serbuk ekstrak daun torbangun. ‘Analisis sensitivitas membuktikan bahwa kelayakan unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun sangat sensitif terhadap perubahan harga bahan baku, harga produk, dan rendemen proses produksi. Di lain pihak perubahan pada faktor biaya lainnya seperti: nilaj investasi, upah tenaga kerja, biaya listrik, dan jumlah hari kerja tidak berpengaruh nyata terhadap kelayakan unit produksi serbuk cekstrak daun torbangun. Saran Perlu dilakukan penilitian untuk meningkatkan rendemen proses produksi serbuk ekstrak daun torbangun—tanpa mengurangi mutu maupun khasiat produknya. Demikian juga perlu divpayakan untuk melakukan scale up alat spray drier. Hal ini mengingat kedua hal tersebut —_ sangat berpengaruh terhadap kelayakan unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun DAFTAR PUSTAKA. Apple, J.M. 1977. Plant Layout and Material Handling, ¥° edition. John Wiley & Sons. New York Damanik R. 2005. “Effect of consumption of torbangun soup (Coleus amboinicus Lour) on micronutrient intake of the Bataknese lactating women”. Media Gizi & Keluarga. 29(1): 68-73. Damanik, R, Wahlqvist, ML. _ and Wattanapenpaiboon, —N. 2006. SLactagogue effects of torbangun, a Bataknese traditional cuisine”. Asia Pac J Clin Nutr 2006; 15 (2): 267-274 Heyne,K., 1987, Tunbuhan — Berguna Indonesia, Jilid ll, Terjemahan, Departemen Kehutanan Republi Indonesia, Jakarta, 1556. Hucjulu, TF, Susanti, 1, Rienoviar, ‘Abdurahman, D., dan’ Suryeti, M. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senvawia Flavonoid dan Alkaloid dari Herba Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L) dan Katuk (Sauropusandrogynus ‘Merr). Laporan Penelitian DIPA BBA. 2008. Hutajulu, T.F., Subagja, Junaidi, L., Supriatna, D. dan Hertanto ES. 2009. Pengembangan Teknologi Tepat Guna dan Kelayakan Tekno Ekonomi Pembuatan Supplemen —_Ekstrak Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) di daerah Tapanuli, Sumatra Warta IHP Vol. 27 No. 2, Desember 2010 — iscseenincien seinen sr proses produksi terhadap nilai IRR berada pada garis yang sama dengan tingkat kemiringan (slope) yang sama. Dengan kata lain perubahan nilai IRR yang disebabkan perubahan harga jual produk serbuk ekstrak nilainya sama dengan perubahan IRR yang disebabkan oleh perubahan rendemen proses produksi. Hal ini disebabkan arena pendapatan dari penjualan produk serbuk ekstrak daun torbangun dipengaruhi oleh besamya rendemen proses produksi serbuk cekstrak daun torbangun itu sendiri. Kenaikan harga produ _ataupun rendemen proses produksi sebesar 10% dapat meningkatkan nilai IRR sebesar 11,13%. Sedangkan penurunan harga produk ataupun rendemen proses sebesar 10% dapat mengakibatkan penurunan nilai IRR. sebesar 11,76%. Berdasarkan hasil analisis.sensitivitas diperoleh kesimpulan bahwa penurunan harga jual produk ataupun rendemen proses produksi serbuk ekstrak daun torbangun sebesar 17% lari harga dasar, yaitu dari Rp 750,000 menjadi Rp 622.500 per ke, akan menghasilkan nilai IRR sebesar 16% sama dengan nilai discount rate bank, Dalam hal ini tidak ada insentif untuk mendirikan unit produksi serbuk ekstrak aun torbangun, dibandingkan dengan hanya menempatican investasi dalam bentuk deposito di bank. fas nilai investasi Berdasarkan grafik pada Gambar 4 untuk —faktor nila investasi, tidak memperlihatkan sensitivitas yang. signifikan terhadap perubahan nilai IRR. Hal ini ditunjukkan berdasarkan analisis sensitivitas, peningkatan nilai investasi sampai dengan 80% dari nilai dasar yaitu dari Rp 880.640.000 menjadi Rp 1.629.183.607, unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun—masih memberikan nilai IRR 16,84%. Nilai IRR tersebut masih lebih besar dari nilai discount rate. Dengan demikian kenaikan biaya investasi_ sampai dengan 80% — masih memberikan nilai yang layak. Hal ini berarti apabila peralatan dan mesin ingin ditingkatkan misalnya dengan mengaplikasikan teknologi ing lebih bagus, sepanjang peningkatan biaya investasi tersebut tidak melampaui 80% maka unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun masihlayak, Kenaikan harga alat harus diimbangi dengan kiner yang lebih bagus, schingga ~diharag Peralatan dan mesin dengan harga lebih mahal akan menghasilkan rendemen dan’ kualitas yang meningkat juga. Rendemen dan kualitas ‘meningkat akan meningkatkan pendapatan dari suatu perusahaan, Seperti disebutkan di atas bahwa faktor yang sangat menentukan kapasitas produksi dari unit produksi serbuk ekstrak aun torbangun adalah peralatan spray drier. Dengan informasi bahwa nilai investasi tidak sensitif terhadap kelayakan usaha, maka Penambahen unit spray drier dapat dilakukan lanpa secarasignifiken _mempengaruhi kelayakan usaha. is sensitivitas upah tenaga kerja Faktor perubahan upah tenaga kerja tidak sensitif tethadap perubahan nilai IRR. Hasil_analisis sensitivitas — menunjukkan peningkatan upah tenaga kerja sampai dengan 480% atau sebesar 4,8 kali, masih memberikan nilai IRR yang layak. Dengan demikian unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun dapat memberikan upah tenaga kerja yang lebih baik tanpa_menurunkan nilai kelayakan secar asignifikan, Pemberian upah yang lebih baik dapat dimanfaatkan untuk mendorong_peningkatan kinerja karyawan, schingga pada gilirannya akan mengrasilkan output produk yang lebih baik untuk pabrik dan tenaga kerja itu sendiri Dalam hal jumlah tenaga kerja penambahan sampai menjadi 11 orang (dari kondisi awel 2 orang) masih tetap memberikan nilai layak untuk unit produksi serbuk ekstrak daun tortangun, —-Harapannya dengan ditambahnya 9 orang tenaga kerja tersebut ‘maka output pekerjaan akan meningkat. Analisis sensitivitas jumlah hari kerja Hari kerja suatu perusahaan umumnya adalah 6 hari seminggu atau 24 - 25 hari per bulan. Dalam perhitungan analisis. tekno ekonomi ini jumlah hari kerja ditetapkan 25 hari per tulan atau 300 hari per tahun. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas apabila hari kerja dalam setabun turun 38,5% dari Jumlah hari kerja yang telah ditetapkan yaitu dari 300 hari menjadi 185 hari Karena misalnya banyak libur atau kurang stok bahan baku, maka nilai IRR akan turun menjadi 16% (batas minimum kelayakan). Namun apabila hari Analisis Tekno Ekonomi Unit Produksi Serbuk Ekstrak. +~-(Lukman Junaidi, dkk) uswapusy wep Ynpord eBay senantstes ye eaKEG TIPO p Lequreg ueyresepog synpoad sasoad uauiopuas uep xnposd Brey seyaqysuos sis (e174 nnoosip rep sesoqos) %91 WAL YBTEpE tur uNTUEGIOL lunep yensye angles ‘synpoud uN exEAEIOX sereq BURG “%Z'LT WAT TIE weywoquioUt vueye unBueqior unep —yensya Angus synpord wun eyeur 84 s9d oo0'rz dy !pefuaut 00'S dak EP ‘%4¢g sesaqas nyeq wee vilrey ueyreusy uedteq “sesep eBrey wep SS sesoqas \ojepeE yer] wtseu Bucs nyeq ucqeq efzey ueyrouoy wunuHsyeu seVeq vANt|eg ueyinduusip redep myeq ueyeq eBsey dopryur soAnisuas — sistyeue — ueyresepog %IT OP pefuour og¢u'gg Teme feytU HEP NMEA YEP 'E sesagas. HIE UES YT HEI EYEUI OI 2259495 trun) unBueqior unep nyeq uoyeq eBsey vyiqede uexBuepas “%c7'ee tpefuau %6EL'9E Jeme tet ump mek “%gpig IUSOq25 WUL oj weyunsnuour vedep %01 4esagas UNFUEQIOD Uunep nyeq ueyeq efteq uexreuay Ipolsor vyiqede emyeq wyly9r p FequIED weyesepIOg Loz zequiosed ‘7 ON LZ ‘10A THI PEM ueyecejoy you ueyeqniod depeyior snisuas yeSues ueye unBueqioy umep neq eye keg wegeqniod eeu my sesoqos aserussiod ueduoq — “(dem yepn wep dey) fora) serado Berg [e101 Hep %ps‘Eh wep derer yePH iserado vAeIg wep %zp'ZS sesoqos uNuLqIOY tunep nojeq ueyeg vxerq tsrodosg “tut uNSuEqlOL nep yensy9 YNquDs ISYMposd yun jouo!stIado uupjep s050q yeBues Buek eXerq wouodwioy siod pyquuiout unBueqioy unep AEG VEIL undaeqi0y unep neq weqeq eBsey sesADistas sIsHeUY Sy tey1u depeyzay eredu Suck yrseod weyuoquious yepH eax wey YeTUINE wep INST vkvig ‘eioy eeu qedn ‘Istsaaut relu sodas vduury] eXeIq LONIEZ weYeqiod uEyuBpas eduure] yyeu8 adojs uexBuYpuEqIP _wmEIND wees Fuek yngossoy Joryey wBAIDA ALOIS suv (odojs) ueSurstar9y, yao wep{nfuratp Inqesior TH WAL fey uEyegniod tqrueuadwaur ueygiudis yeSues Sues edeiq zoyes uexednuou unBuvqioy unep yensye ynqi0s synpoud sosoud uowapuas up ‘ynpoxd vBsey ‘3°q Uueyeq e@sey weyeqniod soryey emyEA wHLLO Sp sequieg eped yest ueysesepsog NYT PEN weyEqniog depoysor véEIg| FOUN MeYEqriag YrUEHUDg “p equIED choy ver emne season re ~ uns ee wowopuons oy eBeua) Yedn = raid e610 > ye ueyeg e610} fpaequiey oped uexpynfumip SBANIsuas sisyour [sey] UT ter depeys9y ingasia) ueyeqniod exuyrueauad FuMMP ueipnuy “dea exe] eAerq wowodwoy ie[lu Weysumsefiuour —ueRuap — eawuesep or moe sor mor 2 sou 2 Q we rota dopeysor yngasioy eAeiq uauoduroy nis yojes rey weyuruMuOUE Mee UExFEUDN uosiuop yeyepe ueyMAR|EP Sued iseynUUTg "vlIO% eq yeyeant (1) wop ‘ysH] weeIq (9) ‘sosoud ‘uowoptios (5) *efs04 eBeua) yedn (p) “ynposd +s ‘Tabel 4. Hasil Analisis Kelayakan Unit Produksi Serbuk Ekstrak Daun Torbangun ©) 2 6% ‘Komponen Analisis Nilai * ‘A. Pendapatan 1. Total pendapatan 2. Penyusutan 3. Keuntungan 4, Pajak Keuntungan (15%) $. Keuntungan setelah pajak Rp 1.080,000.000 /tahun Rp 8.510.000 /tahun Rp 397,094,000 /tahun Rp 59.690.000 /tahun Rp 338.250.000 /tahun B. Parameter Kelayakan 1. Net Present Value (NPV; discount rate 16%) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. Payback Period (PBP) 4, Break Event Point (BEP) 5. Kapasitas produksi pada BEP 6. Pereentasi kapasitas produksi pada BEP 7. Harga pokok produksi (HPP) Rp 558,310,000 /ahun 33,86 % 2,95 tahun Rp 255.130.000 /tatun 1,13 Kghari 23,62 % Rp 355.239 kg C. Basis data untuk perhit b. Harga bahan baku: Rp 15.000/kg, ¢. Kebutuhan bahan baku: 66 kg/hari d. Harga maltodekstrin: Rp 80,000/liter e. Kebutuhan maltodekstrin:8 ke/hari Berdasarkan hasil analisis kelayakan dapat disebutkan bahwa unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun akan _memberikan keuntungan sebelum pajak Rp 397.094.000 per tahun dan keuntungan setelah pajak Rp 338.250.000 per tahun. _Keuntungan tersebut setara dengan masing-masing 45,19% dan 38,41% dari nilai invesatsi, dan setara dengan masing-masing 58,34% dan 45,59% dari total biaya operasional. Hasil analisiskelayakan yang. ditunjukkan pada Tabel 4. membuktikan bahwa unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun layak untuk dijalankan. Kelayakan tersebut ditunjukkan oleh parameter nilai IRR sebesar 33,86% yang lebih besar dari discount rate bank 16%. Parameter kelayakan lainnya ‘menunjukkan bahwa unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun tersebut_mempunyai nilai Payback Period sebesar 2,95 tahun. Berdasarkan nilai PBP tersebut investasi yang ditanamkan akan kembali dalam waktu 2,95 tahun setelah beroperasi Berdasarkan nilai Break Event Point maka unit produksi_serbuk ekstrak daun Analisis Tekno Ekonomi Unit Produksi Serbuk Ekstrak.. gan analisis Kelayakan: a. Rendemen proses (perbandingan produk akhir dengan bahan baku): 7,27% £. Harga jual produk: Rp 750.000/kg di pabrik (tidak termasuk biaya transportasi) | torbangun akan mencapai titk impas pada apasitas produksi 23,62% dari kupasitas terpasang, atau pada pendapatan mencapai Rp 255.130.000 per tahun. Nilai Break Event Point akan tercapai dengan harge pokok produksi sebesar Rp 355.239 per kg. serbuk ekstrak. Apabila unit produksi serbuk ekstrak -Aliran bahan masuk (incoming material): baku dan kemasan yang dibeli perusahaan > Aliran bahan dalam proses > Aliran Pengiriman produk Penentuan lokasi pabrik Unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun membutuhkan bahan baku utama berupa daun torbangun yang bersifat kamba (bulk), Oleh sebab itu pendekatan pemilihan okasi pabrik sangat ditentukan oleh kedekatan pabrik dengan sumber bahan baku dan jaminan ketersediaan bahan baku. Saat ini sumber bahan baku daun torbangun berasal dari daerah Tapanuli, —sehingga_—_direkomendasikan pemilihan lokasi pabrik juga di dacrah ‘Tapanuli. Dalam penetapan lokasi pendirian unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun juga perl dipertimbangkan —aspek-aspek Jainnya seperti: (1) ketersedizan pasokan energi listrik, (2) Kemudahan transportasi, (3) ketersediaan tenaga kerja, dan (4) ketersediaan sumber air yang mencukupi. Ketersediaan bahan baku Dalam rangka penelitian pembuatan serbuk ekstrak daun torbangun, Hutajulu dkk (2009) telah melakukan survey untuk memperoleh informasi ketersediaan bahan baku daun torbangun di daerah Tapanuli. Berdasarkan survey tersebut__diperoleh informasi bahwa tanaman torbangun saat ini belum merupakan tanaman komersial yang dibudidayakan dengan sistem perkebunan. ‘Tanaman torbangun hanya merupakan tanaman yang ditanam di sekitar pekarangan rumah untuk keperluan rumah tangga. Namun demikian potensi ketersediaan daun torbangun sangat besar, mengingat tanaman ini mudah dibudidayakan, Hutajulu dkk (2009) telah melakukan percobaan penanaman torbangun. Sistem penanaman yang dilakukan adalah dengan jarak tanam 40 cm. Dengan jarak ‘anam tersebut dalam 1 ha diperoleh populasi tanaman torbangun sejumlah 62.500 tanaman, Berdasarkan hasil percobaan _penanaman fersebut diperoleh_informasi_—_tanaman torbangun dapat dipanen setelah umur tanam 1 bulan, dan. seterusnya dapat dipanen setiap 2 minggu. Setiap kali panen diperoleh hasil sekitar 50 gr per pohon. Dengan demikian dari J ha lahan tanaman torbangun akan diperoleh bahan baku sejumlah 6250 kg per bulan, Kebutuhan bahan baku unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun dengan kapasitas 66 kg per hari, akan membutuhkan 1650 kg daun torbangun setiap _bulan Kebutuhan bahan baku tersebut dapat dipasok dari lahan kebun torbangun seluas 0,26 ha. Analisis Tekno Ekonomi Unit Produk Serbuk Ekstrak Daun Torbangun Analisis tekno ekonomi unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun didasarkan pada perhitungan biaya produksi langsung. Dalam analisis tekno ekonomi produksi serbuk ekstrak daun torbangun ini, digunakan input data seperti diuraikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Dalam analisis ini biaya investasi berasal dari modal sendi Analisis Tekno Ekonomi Unit Produksi Serbuk Ekstrak... .«(Lukman Junaidi, dkk) 50 Dari Tabel 2 diketahui bahwa kebutuhan luas ruang proses produksi adalah 4,4 m’, sehingga jika dikalikan dengan faktor kelonggaran ruang sebesar 200%, kebutuhan luas ruang proses produksi menjadi 88m. Kebutuban ruang non-produksi mencakup Gudang bahan baku daun torbangun (12 m’), Gudang bahan kemasan (3 m*), (3) Gudang bahan baku maltodekstrin (3 mr’); dan (4) Gudang produk serbuk ekstrak daun torbangun (6m) ‘Tabel 3. Kebutulian luas ruang untuk proses produksi serbuk ekstrak daun torbangun | Kebutuhan luas ruangan wo.) roses progtst [PSR] ames | cu | tags [sam |] sebtan mi?) dm’) alat (m’) uang (m’) 3 | Penerimaan kemasan_ : . - - - 6 6 4 | Sortasi : - E 9 9 5_| Bkswaksi 1 15 = 3 [6 | Separasi 12 - 1 4 {7 | Penseringan Spray drier a} ee Ts | Pengemasan i -f3 et 6 = [essing : cn mn ere [Petal tuas pabrik = 9 Pertentuan kebutuban ruang didasarkan pada kapasitas produksi 66 kg bahan baku per hari atau setara dengan 4,8 kg produk per hari Ruang yang dibutuhkan meliputi: (1) ruang perkantoran, (2) gudang bahan baku, (3) ruang. persiapan bahan baku, (4) ruang proses produksi dan pengemasan, dan (5) gudang bahan baku. Luas ruang kescluruhan yang diperlukan diperkirakan 99 m’, Sedangkan Jugs tanah untuk lokasi pabrik diperkirakan 250 m?. Rancangan tata letak pabrik disajikan pada Gambar 3. ad i Tded=7 : |}. e i t ; A i 15m . i L; 15m 5 sla 3m e oo Tt | 2m im 2m 2m im 3m Gambar 3. Vata tetak unit produksi serbuk ekstrak daun torbangun Warta IHP Vol. 27 No. 2, Desember 2010 re 08 AN Penentuan kebutuhan mesin dan peralatan Peralatan ekstraktor yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari baja stainless steel dengan kapasitas 150 - 200 kg daun torbangun. Pada prinsipnya proses ekstraksi daun torbangun pada alat ekstraktor dilakukan dengan mengaduk bahan baku daun torbangun yang telah ditambahkan air sejumlah 4 kali bobot daun torbangun. —-Pengadukan menggunakan baling-baling terbuat dari baja stainless steel yang digerakkan dengan motor | pK dengan putaran sekitar 200 rpm. Proses cekstraksi berlangsung selama 1,5 jam. Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan pemisahan antara cairan ekstrak dengan ampas daun torbangun. Cairan ekstrak daun torbangun kemudian ditambahkan bahan pengisi malto-dekstrin sejumlah 10% dari bobot cairan ckstrak. — Proses sclanjutnya adalah pengeringan untuk menghasilan serbuk cekstrak daun torbangun. Proses _pengeringan —_dilakukan menggunakan spray drier, dengan spesifikasi suhu inlet 240 ~ 270°C, suhu outlet 83 - 87°C, kapasitas input 3 - 4 liter/jam, dan centrifugal atomizer yang beroperasi pada kecepatan 10,000 ~ 12,000 putaran/menit. Input energi listrik pada awal pengoperasian spray drier sebesar 7000 watt, sedangkan input energi pada saat operasional sebesar 1400 — 2100 watt Total padatan maksimum pada larutan ekstrak yang akan di proses dalam spray drier maksimum 30%, Prinsip kerja spray drier adalah: cairan disemprotkan melalui centrifugal atomizer ke dalam aliran gas panas dalam tabung (chamber) sehingga air dalam tetesan menguap dengan cepat_meninggalkan serbuk kering Sclanjutnya serbuk dipisahkan dari udara yang mengangkutnya dengan menggunakan Separator atau kolektor serbuk. — Proses optimalisasi spray dryer ditentukan oleh beberapa faktor, antara iain: tingkat viskositas larutan bahan, jenis bahan, suhu input dan output spray drier, dan kecepatan aliran bahan, 49 Kesetimbangan (neraca) bahan| |)» Diagram alir proses dan neraca bahan yang dilakukan dalam peneltian ini ditunjukkan pada pada Gambar 1. Berdasarkan analisis kesetimbangan bahan dapat ditetapkan kapasitas unit produksi serbuk ekstraksi daun torbangun sebesar 4,8 kg serbuk ekstrak per hari, Beréasarkan kesetimbangan bahan yang ditunjukkan pada Gambar 1 dapat disebutkan bahwa produktivitas unit produksi serbuk ekstraksi daun torbangun sangat ditentukan oleh Kapasitas spray drier yang digunakan, Alat_ckstraktor yang didisain memiliki kapasitas 150 - 200 kg daun torbangun, sementara kapasitas spray drier hanya dapat ‘mengeringkan cairan ekstrak yang berasal dari 60 ~ 70 kg daun torbangun per hari. Dengan demikian kapasitas produksi dapat ditingkatkan sampai tiga kali lipat apabila kapasitas spray drier mencukupi. Hal ini dapat diatasi dengan menambah unit spray drier menjadi 3 unit, atau mendisain spray drier dengan kapasitas vyang lebih besar. Penentuan kebutuhan ruang dan disain tata letak pabrik Kebutuhan ruang untuk pabrik terditi alas ruang untuk proses produksi dan ruang untuk nonproduksi. Untuk menentukan kebutuhan ruang proses produksi pembuatan serbuk ekstrak daun torbangun digunakan acuan Apple (1977), yaitu: (1) kebutuhan luas muang mesin adalah maksimum —panjang mesin/alat dikalikan lebamya; (2) kebutuhan was ruang untuk peralatan pembantu. adalah maksimum panjang peralatan — dikalikan lebamya, (3) kebutuhan Iuas ruang untuk operator adalah smaksimum panjang mesin dikalikan 15 m, (4) kebutuhan Iuas ruang, untuk aban disesuaikan dengan bentuk bahan/wadahnya, dan (5) kelonggaran yang dipakai adalah 200%. Kebutuhan luas ruang untuk proses produksi pembuatan serbuk ekstrak daun_torbangun yang didirikan Aisajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Peralatan, kapasitas dan ukuran mesin/alat dalam proses produksi serbuk ekstraksi daun torbangun ‘No | Jenis Mesin dan Alat Kapasitas Ukuran Jumlah 1 Ekstraktor_ 150 — 200 kg daun torbangun Ixixim 1 2 Penyaringan (separasi) 20 kg larutan/jam Ixixim 1 3 Spray drier 3-4 liter larutan/jam 2x15x2m 1 4 [Timbangan 100 Kg 03%0,5x0,5m 1 Analisis Tekno Ekonomi Unit Produksi Serbuk Ekstrak.... (Lukman Junaidi, dkk) 48 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan — teknologi proses produksi yang dilakukan adalah tipe proses ekstraksi menggunakan air dan alkohol (Hutajulu d&k, 2008). Penelitian pendahuluan ditujukan untuk mengetahui rendemen proses ekstraksi dan kadar bahan aktif yang paling optimal. Hasil penelitian Hutajulu dkk, 2008, menunjukkan bahwa penggunaan alkohol dan air dalam proses ekstraksi tidak memberikan perbedaan yang signifikan dalam hal rendemen ekstraksi. Sehingga untuk kemudahan dan Keamanan_ proses ekstraksi dipilih untuk menggunakan air sebagai pelarut dalam proses ekstraksi Disamping itu berdasarkan _hasil analisis bahan aktif flavonoid dalam ekstrak dengan menggunakan HPLC diperoleh trihidroksi isoflavon, kaemferol glikosida dan 2-hidroksi khalkon. Berdasarkan hasil analisis bahan aktif flavonoid dalam ekstrak daun torbangun, disimpulkan bahwa kadar tertinggi diperolch dengan menggunakan pengekstrak air kemudian diikuti dengan _menggunakan pengekstrak alkohol 10%, 30% dan 70%, Rendemen ekstraksi Pada proses ekstraksi digunakan 2 jenis pelarut, yaitu campuran alkohol/air dan air. ‘Campuran alkohoV/air yang digunakan adalah: 10/90 (B1), 30/70 (B2), dan 70/30 (B3). Dari hasil ekstraksi daun torbangun umur 1 bulan, dengan menggunakan 4 perlakuan larutan pengekstrak, pada masing-masing bahan baku dari empat perlakuan tempat tumbuh (Aj, An, Aa dan Ad) diperoleh rendemen seperti ditunjukkan pada Tabel | berikut: Tabel 1. Hasil Rendemen Ekstrak Daun Torbangun Rendemen serbuk ekstrak No. | Bahan daun torbangun aku | (% b/b dari daun torbangun) __ [er] 8273 [Ba Al_[67 [70 [7.2 [65 AL [67] 71 [74 | 68 A3_| 70 | 72 [73 | 69 Ad_| 69 | 71 | 7, 64 Berdasarkan data pada Tabel 1.dapat disimpulkan bahwa hasil analisis rendemen ekstrak dengan penggunaan —_pengekstrak alkohol dan air tidak memberikan perbedaan hasil yang signifikan. Dengan demikian penggunaan pengekstrak air akan lebih effisien dibandingkan dengan menggunakan campuran alkohol. Perancangan Teknis Teknologis Perancangan teknologi produksi serbuk ekstrak daun torbangun skala pilot plant Produk serbuk ekstrak daun torbangun ynqis isynpoid sosomd aye wesdiq undavquos unep yes yMquos UNUNGUID -quiged seny weymingay wep “819] ier uzesop ‘isynpoid sosoid oyouryar “yuqed seo] uenotiad ‘ekueBsey wep uExeuNAIp Baek uewperod ‘seusedey wxTun sdnyeouou Suck isynpoid sasord ueFtrsottesod uemuap 129 ueBungnyzoq wut siopotnyar sinyar aedse eped pnig “(Go0z “#YP TIRfeInHD) 1eqzeq Isynposd Uuvfuap uryrexzoq Tuek mnsnpu edns999q 2 Aonans wep ‘junyd sop ejeys weeqooiod {Set eped uexresopsp siojouyor stunjar uelineaursad ueBuop ——unnexsoq ——_—SUULIOJUT uated 1ye4 donas toyod sod 38 QOL teres woued yppunt ueFuop NABUIUE Z denes ueynyerp wdep vowed (¢) “ueing J teu, mum yeppras uouedip redep uniiueqioy unep (z) ‘wo gp weury yee! uedusp weHENP yedep unueqioy uewetey (1) :iseuLOjut ypfoxodip —mgasir 600z “AP nunfenH Aoqins [sey wexsvsepiog —“unBueqio) unep ueureueuad weynyeEp wenjnyepusd uenrfoted urejep myeq ueyeq soquiNs TeBeqos UEP rojeq UEYeg Isuajod mmyyereBuoU AAI) ‘ngoss9) unBueqto) unep AMUN ueeyunused yeXtieg wunjaq rut wes yeRUUoUE nn [eA] “TsroWoY —weunqaysed — yrUI9q weep ueyng ‘eABue) yew uenpeday NUN uvyeXopipngip Sued weurewes uexedrusur neq Tun qees unfuegioy wreuey emaeq UeyIRdLUIS!P Koning soy weysesepiog —“ununquo1 funep piseydued yereoep yeBeqos ynuedey, ened 94 Aoains uEMALIeU GOOT “AP ‘nynfemnpy ‘unSueqio, unep royeq weqeq ysusTOd nye ymun (8007 ‘V¥P_PINfeIMH) unBueqlo) unep yesis4a wowepuos (2) wep undueqior unep ersyduns yunsyord stsypeue (1) stindyour Buek unsiueqior unep Vea wEYEG depeqion ueyrojorp wmesowesoqoy wIEAS wreTeP uenjnqepuod uenyjaued weveweuag by wep “Ev ‘TW ‘LV mes epaqiag BueA (019) SEAT fp Ip tieweueuad uayMIp Isyexsyo usUIEpUaT depeqany undeqion wewreue) UeWeUeUed |SeO[ ‘ynuofuod e€uepe noureRuaur ymun ueysiuepas (wa) 41 OO! wep “(Ea) O€/OL “(CA) OL/OE “(aD 06/01 24eIepE UExRUNAIP HUE nE/OYOATE cueindureg “ae uep srejoyoyye uemndiued mireh syenisye sosoud oped uexeuntip Bue ruvjad susp "weweucuad |seyoj wep wuejad squol uounSSued yejepe isyensye sosord uenyauod eped ueydemup Buek wereld *] equien vped uvytfosip ueyeq eoesou eprasaq wseyd ropd Byes wejep unBuEqio) unep >NqIOs AeNSya CISA rsynpoad sasoud wus (8000 ‘YAP nInfeINE) ouorte ep ste uexSUNaFuour Isxesy> sasord adn Yejepe uexnjeltp Buex rsynpord sosord Bojouye. ‘wenqayepuad rpms ped (jrystousoy) xuged ejes wrejep (pp2Hna2nANU) unfueqior unep ynqres es1s% uRyeNquiod unsnpt — sfojouyer-rojo) —_ueBuvoumexed uepifeuad —esep —uyEpellp — ecuinfuryas fuck ‘unsueqio unep AQIS YENI {yup worwopuis tneyepatuau (¢) tynwede yesOeP Jese undueqioy unep 3yNsHOPyeey, ynyereBuoU ( ‘wnsnpur weep uexdesonp —wedop Suvk (exeueyory) rweye HeUID}|e eGo WeEIpOS Jyposd suum unBueqsoy unep TEP ployee wep prouoaey waeduos BumpueTtuou Buek wuL[e Syensye ueeipas ypposodurate (1) owjr sisyjeue UeUDP UwenErji9q uenjouod ueAnyelIp eye 1woLOys Owe) uExeAe[Oy UeBUP UENEYZ0q ISeULOSE uextaquiout ynun ekedn reHeqag “1wouoy> ouyja) yadse twejep uexexefoy yejepe Funuad wiues Suek insnpur uempuad ueyedejoy yodse nivs ejeg “ingosror usnpur ueyecejoy Feuuaut yrun Bunuod reAuEs ueyderoup misnput uexuipuod uesmindoy winjoqas (aed) Polio yooq og wep (LUT) Miney fo my Jousowuy yejepe Yosh ueyEKE}Oy rwHNOUL uIE[EP ueyEUNodip eBnf Buek urey eo} emyeq uexnqoduor (9002) NanZ —“(AdN) anjng asad 123 ueBusp ingosip duh euonry seve uexsesepip eumjn Suyjed Buck oyesn nyens ueyerejoy ueBumnysod mt euasey yaIQ. “(enpoa juasa.cl) Hut wes rwyuip stuey ingesioy Bueyepuou eseunp Suen were eBBuyes ‘uvipruioy nye) edeiogaq —wejep —ypjouedip eye uveyesnuod Yolo ueyseyp Buek Buen wey auseq Yiqe] 3uex Sten ueNe ueypseYTuoU wedep —ingasioy Lnsnpuy —ueyjstiodoauau ep —unBuequiow —ynjuM —ecuuExZEnfoxEp Buk — Suen ues yeyede — nynyop YrgeHe) repuoW snwy soys9AuT “ekuUEyecojo% yeu nynyep yrqayor wfexsp stuey muoyo} eyesn Buupiq wreyep fepow ueueueusd oy!sa1 Woosodwow ynjup “ueyBruoy neye UeyedeBoy HepurySuow mun ney-ney ygoy nod ‘neq Sued smpoid run ENsnpuT euZEUD} “insnpUt ‘mens ueuIpued uxyeuPouo ou wejeq sb “(6007 AP ninfeiny) yseuuey Lnsnpur urepep anfue] yIqa] WSefMULOHIP AAIUN eXE}UE yMpoId NEVE nye eyeg eBeqos neve ‘BunsBuey isumsuoytp wee Buek amp ynpoid tedeqas ueytpelip yedep ngasis) unBueqio} unep 81S yNgi05 NPI veup —doids weyounS3uom — ueBuuoBuod sesoid ue8uap ueyinfuelp Sue undueqioy mep isyensye sesoud mrejout isynposdip yedep lundueqion unep yensy> yngiog -unBueqson lunep erisy2 ynqi9s yelepe nyjeq ueYEQ Weiegas unueqioy unep UexeunBAusU! UeBUOp ueyuequioyip iedep Buek usnput snpord Tes ees —-Ue}eqo-reqo nee ooynadDujnU anposd —ueypiseyuout = BueX —snpu neq ueYEQ reBeqaS UeyIPefIp yMIUN sUDIOd weBues unBueqior unep emyeq uexingasip vedep ‘seve ip ueyreimp muadas ueyeyasoy mun yeejuowioq yedues Buck —eiseypy feSeqiog Piywow unBueqor unep yeIULUDpy ANOIUIS eIUEY ynposd URBuaP ueyTuIPUEQIP wee ynpoid-ynpord —uejnB8unoy ueye wyeseksour ueuryeoy ueyeyBUIUed ueBUDp Wojefos wi yep yeyTuoW uNFELE rUre]e myeq UeyEquag neIe sisvqiag BuBA uereqo-12q0 new jvomneovanu ynpoad ueySuequiosuaur ymin Suenpd rut anpeanpry "yngm uejeqarey worsis wepep wped joxnued ney ussoyed uejousw ymiun uendurewoy tyrjtutour Buek yez mrek ‘TWosieu jas yHsodey eps ueyeyBUMOW wILD luwluop yngm ueueyeod ueexSUIUOW yedep sim ped undueqioy unep xyex1sy9 ueLOquod emteq —-uexMANquIoM —(5QQz) —ueIUOH wep sours uennotied sey “eduinfuwjag (So0z “1esi9}y wep esowes) ise yeKuru wep Jouonsy ‘eprsoxy]3 ‘uluodes “Jouajtjod yetepe ingesion unep wejep Bunpueyso1 Suek eu emekues wmye uEpinfunuoW unBueqioy unep error sisipeuy (Z00z 712 vsowes) gy weep lune op "Buds ‘t80q rez isisodwoy wep “{Keq wepeq 1wi9q “ISy suINjor wo! UEMEYTUIUOU edep tsuinsuoy!p Sued unBueqioy unep andes uepinfunuout isepje] eso nql ped uentousg ‘ekwfeue uepeq yeioq ue sma ynpUL ens 118 ownjor UeEASUTUOW redep inqosi9} lunep Yensya sngut uepynfunuow uepyfauod H (£661) eBuoIis ueynyE] lunep yensy ueyeuoUIed wer “(7861 ‘Yepuasny) unyes Surpurp eped yeny Suet isyeuoy SuesBuesour W918 PAuOW BURA rez MEK “¥LSOrSHO rey 44 Warta IHP/Journal of Agro-Based Industry Vol. 27 No. 2, Desember 2010, pp 44 - 57 Penelitian / Research ANALISIS TEKNO EKONOMI UNIT PRODUKSI SERBUK EKSTRAK DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) Techno Economic Analysis of Production Unit of Torbangun (Coleus amboinicus Lour) Extract Powder Lukman Junai ‘Hartanto , Tiurlan Farida Hutajulu, Dadang Supriatna, Subagja dan Eddy Sapto Balai Besar Industri Agro ~ Bogor Ji. dr. H. Juanda No. 11, Bogor 16122 ABSTRACT: Torbangun leaves could be extracted 10 produce powder which could be used as a raw material for nutraceutical or medicinal industry. Techno economic analysis was conducted 10 ‘evaluate the financial viability of the production unit of torbangun extract powder. The results of analysis showed that the production unit of torbangun extract powder was very feasible financially. Based on the techno economic analysis, the production unit of torbangun extract powder resulted ‘the Net Present Value (NPV) i.e. Rp 650.170.746, Internal Rate of Return (IRR) i.e. 36,73 % and ‘pay back period i.e. 2,72 years. The break even point of the production unit of torbangun extract ‘powder was Rp 242.979.681 per year and the bused price was Rp 355.239 per kg. The sensitivity ‘analysis showed that the viability of the production unit of torbangun extract powder was very Sensitive to the changes in the raw material cost, product price, and yield of the process. On the “other hand the changes in the investment cost, labor cost, electricity, and working days, were not ‘sensitive 10 the viability of production unit of orbangun extract powder. Keywords: torbangun extract, NPV, IRR, PBP, BEP, sensitivity analysis PENDAHULUAN aun bangun-bangun atau Torbangun (Coleus amboinicus Lour) adalah salah satu jenis tanaman yang umum dikonsumsi oleh ibu yang ‘baru melahirkan di daerah Sumatera Utara, Khususnya oleh suku Batak (Warsiki et al, 2005), Tanaman torbangun ini tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian 1100 m i atas permukaan laut. Tanaman torbangun mempunyai cirri-ciri antara lain: batangnya berbentuk bulat dan sedikit berambut, jarang berbunga (waranya ungu putih) namun mudah sekali dibiakkan dengan stek dan cepat berakar di dalam tanah (Heyne, 1987). Daun torbangun dapat dimanfaatkan/dipanen sejak ‘umur tanam 1 bulan (Hutajulu dkk, 2009) Daun torbangun dipercaya dapat meningkatkan produksi air susu ibu (ASI) dan ‘memiliki kandungan zat gizi tinggi, terutama zat besi dan karoten. Konsumsidaun torbangun berpengaruh_nyata_terhadap peningkatan kadar beberapa mineral seperti: zat besi, kalium, seng, dan magnesium dalam Warta IHP Vol. 27 No. 2, Desember 2010 ‘ASI serta dapat mengakibatkan peningkatan berat badan bayi secara nyata (Damanik, 2005), Menurut tradisi masyarakat Batak di Propinsi Sumatera Utara, daun torbangun diyakini mampu_ meningkatkan produksi air susu ibu (Damanik et al, 2006). Daun torbangun merupakan salah satu sumber bahan baku yang dapat dijadikan sebagai suplemen alami seperti halnya suplemen dari daun katuk yang sudah dikomersilkan. Komposisi kandungan kimia aun torbangun secara ilmiah belum banyak diketahui, Santosa dan Hertiani (2005) melaporkan bahwa daun torbangun memiliki kandungan vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, beta karoten, niasin, karvakrol, kalsium, asam-asam lemak, asam oksalat, dan serat. ‘Senyawa-senyawa tersebut berpotensi terhadap bermacam-macam aktivitas biologis, misalnya antioksidan, diuretik, analgesik, anti-kanker, anti-tumor, anti-vertigo, _immuno-stimulan, anti-radang, dan anti-infertlitas. Disamping itu, kandungan daun torbangun sudah pernah dimasukkan sebagai komponen obat jamu ibu hamil yang menurut penelitian mempunyai ISSN 0215-1283 Volume 27, No.2, Desember 2010 INDUSTRI HASIL PERTANIAN Youra of Ago-hase indy ISUCONTENTS PenelitiawResearch PENGARUH PENAMBAHAN KULTUR CAMPURAN TERHADAP WAKTU FERMENTASI BLII KAKAO The Effect of Adding « mixed culture on Cocoa Bean Fermentation Period. Medan Yumas dan Imran Thamrin os 1.13 SINTESIS BIODIESEL MINYAK SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR STATIC MIXER Research on Effectiveness of Production of Palm Oil Biodiesel using Statie-Mixer Reactor Rizal Alamsyah, Lukman Junaidi dan Enny Hawani Lubis, : 14-24 PENGEMBANGAN PEMBUATAN TEH HIJAU INSTAN DENGAN FLAVOR DARI EKSTRAK DAGING BUAH KWENI (Mangifera odorita, Grift) MENGGUNAKAN PENGERING SEMPROT. The Suidy of Green Tea Instant Processing with a Flavor of Kweni Fruit Extract using Spray Dryer Agus Sudibyo, Setyadjit dan Maman Sukiman, : 25-43 ANALISIS TEKNO EKONOMI UNIT PRODUKSI SERBUK EKSTRAK DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) Tecno-Economic Analysis of Production Unit of Torbaagun (Coleus amboinicus Lout) Extract Powder Lukman Junaidi dan Tiurlan F, Hutajula a 44-57 Ulasan IImiah/Review PERAN COKLAT SEBAGAI PRODUK PANGAN YANG MENYEHATKAN DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNY A SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL, DALAM INDUSTRI PANGAN. The Rote of Chocolate as a Healthy Food Products and lis Possibility Product Development as Functional Food in the Food Industry Agus Sudibyo. + 98-73 ISSN 0215-1243 WARTAIHP VOL 27 No.2 Desember 2010 SUSUNAN PENGELOLA PENGARAHIPENANGGUNG JAWAB: Ketua Ir. Yang Yang Setiawan, MSc. Kepala Balai Besar Industri Agro (BBIA) ‘Sekretar Ir. W. Wehyu Wjayadl, MA MITRA BESTARI: 4, Prot. Dr. Soewarno Tjokrosoekarto, MS¢ 2. Dri. Ath Suryati Herman, MSe. DEWAN REDAKS!: 4, IM, Maman Rohaman, MSc. (Ketua/Anggota) 2. It. Agus Sudibyo, MP. (Wakil/Anggota) 3. Ir Rizal Alamsyah, MSc. (Anggota) 4. Ir. Endah Djubaedah, MSc. (Anggota) 5. Ic HG. Pohan (Anggota) 6. I Eko Susanto, MSc. (Anggota) 7. Ir. ri Wuri Handono, MSc. (Anggota) REDAKSI PELAKSANA: 41, Ressytustra, BSc. 2. Mima lsyanti, STP ‘SEKRETARIAT: 41. Maman Sulaeman 2. Melty Suryet PENERBIT: Balai Besar Industri Agro (BBIA), Badan Pengkajian Kebjakan Iki dan Mutu Indust (BPKIMI), Kementerian Perindustran ALAMAT: Jil. H. Juanda No, 11, Bogor 16122 Tel. 0251 8324068; Fax. 0251 8328339 Email: cabi@bbia.go.id / wiw.bbia.go.id ‘+ Redalsi menrima naskih basil peel, wasan Jimiah dan catatan penean singh untuk pubs + Reda berhak mengdit nash tanpa merbah is an maksud tulsan supayasesuai untuk Warta [HP + Redali dak bertanggung javab unk pernyataan an pendapat iniah yang dkerukakan pens (Journal of Agro-Based Industry) KATA PENGANTAR \Warta IHP adalah majalah ilmiah Balai Besar Industri Agro (BBIA), Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPP), Kementerian Perindustrian, yang diterbitkan dua kali dalam setahun, Warta IHP mempublikasikan hasil penelitian, ulesan ilmiah dan catatan singkat dalam bidang industri agro (sains dan teknologi pangan, bioteknologi, teknologi kimia, Kemurgi, minyak atsii Tekayasa peralatan, mikrobiologi, analisiskimia dan ain ain). Dalam penertitan Warta IHP Volume 27 No. 2Desember 2010 ini rmenyajkan 4 (empat) karya tuis iimiah yang merupakan hasi litbang, yaitu; (1) Pengaruh Penambahan Kutur Campuran Terhadap Waktu Fermentasi Biji Kakao; (2) Sirtesis Biodiesel Minyak Sawit Menggunakan Reaktor Static Wixer, (3) Studi Pembuatan Teh Hijau Instan dengan Flavor dari Ekstrak Daging Buah Kweni Mangifera odorita, Grif) menggunakan Pengeringan ‘Semprot; (4) Analisis Tekno Ekonomi Unit Produksi Serbuk Exstrak Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lou) dan 1 (satu) arya tuls ilmiah berupa Ulasan IImiat/Review, yatu (5) Peran Coklat sebagai Produk Pangan yang Menyehatkan dan Kemungkinan Pengembangannya sebagai Pangan Fungsional dalam Indust Pangan. Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar dapat rmeningkatkankualitas majalah ilmiah ini Demikian, semoga majalah imiah ini dapat menjadi sumber informasi dan pengetahwuan yang bermanfaatbagipembaca, Selamatmembaca Dewan Redaksi Owoy RUSNGNI Yvsag vive | L00z/OLNEW2d/ar-P24V/ZOL dHi BHEM Gidea)

You might also like