You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


The American Academy of Pediatrics (AAP) dan The American Academy of family Physician
(AAFP) mendefinisikan otitis media akut sebagai suatu infeksi dari telinga tengah dengan onset akut
dan terdapatnya efusi telinga tengah serta terdapat tanda-tanda peradangan dari telinga tengah. Otitis
media dengan efusi atau disebut juga dengan otitis media serosa (OMS) adalah cairan di dalam telinga
bagian tengah tanpa disertai gejala dan tanda infeksi. OMS biasanya terjadi ketika tuba eustachius
tertutup dan cairan terperangkap di dalam telinga bagian tengah.
Tanda dan gejala dari Otitis Media Akut (OMA) muncul ketika cairan yang terperangkap di
dalam telinga tengah terinfeksi oleh bakteri patogen. Bulging dari membrana timpani mamiliki nilai
prediktif yang paling tinggi saat mengevaluasi ada tidaknya otitis media serosa. Selain itu dapat pula
ditemukan beberapa hal lain yang dapat mengindikasi terjadinya otitis media serosa, misalnya
terdapat gerakan membrane timpani yang terbatas pada saat diperiksa dengan pneumatic otoscopy dan
terlihat cairan di belakang membrane timpani ketika cairan yang ada di dalam telinga tengah telah
terinfeksi.
Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai cairan dalam telinga tengah (Middie Ear Effusion),
adalah kondisi yang paling sering menyebabkan hilangnya pendengaran pada anak. Normalnya, ruang
di belakang gendang telinga yang terdiri dari tulang-tulang pendengaran diisi oleh udara. Hal inilah
yang memungkinkan terjadinya transmisi suara normal. Ruangan ini dapat terisi oleh cairan selama
periode flu atau pada kondisi infeksi saluran nafas bagian atas. Ketika flu sembuh, cairan ini secara
keseluruhan akan di alirkan keluar dari telinga melalui sebuah saluran yang menghubungkan telinga
luar dengan hidung yaitu tuba eustachius. Tuba eustachius tidak dapat kering dengan baik pada anak-
anak. Cairan yang telah terakumulasi didalam ruang di telinga tengah seringkali terblokir untuk
keluar.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui dan memahami tentang Otitis Media Efusi
1.2.2 Tujuan Khusus
1.Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi, epidemiologi etiologi, patogenesa, diagnosa,
diagnosis banding, penatalaksanaan , komplikasi dan prognosis Otitis Media Efusi

1
1.3 Manfaat
1.Sebagai sumber media informasi mengenai Otitis Media Efusi
2.Untuk memenuhi tugas referat kepanitraan klinik senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD
Solok 2017

2
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

2.1.1 Anatomi telinga tengah

Telinga tengah digambarkan seperti sebuah kotak (kubus) dengan batas-batas seperti berikut:

 Batas luar : membran timpani


 Batas depan :tuba eustachius yang menghubungkandaerah telinga tengah dengan
nasofaring
 Batas bawah : vena (bulbus) jugularis yang superior lateral menjadi sinus
sigmoideus dan ketengah menjadi sinus cavernous, cabang aurikulus saraf vagus
masuk telinga tengah dari dasarnya.
 Batas belakang: aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid.
 Batas dalam : berturut – turut dari atas kebawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingka poval,tingkap bundar,dan promontorium.

3
 Batas atas : tegmen timpani

Membran timpani

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang teling dan
terlihat terlihat oblik terhdap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane
Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars flaksida hanya berlapis dua,
yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikitserat elastin yang berjalan radier di bagian luar dan
sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai
umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya..(cone of light) kearah bawah yaitu pada pukul 7 untuk
membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Reflek cahaya adalah cahaya dari
luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflex cahaya yang berupa kerucut.

Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran,dengan menarik garis searah prosessus longus
maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,sehingga didapatkan bagian atas depan ,atas
belakang,bawah depan serta bawah belakang untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.

4
Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf.
Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum
timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding
anterior, dinding posterior.

Atap kavum timpani.

Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus
temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi
oleh skuama dan garis sutura petroskuama.

Lantai kavum timpani

Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus jugularis,
atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus
vena jugularis.

Dinding medial.

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan
dinding lateral dari telinga dalam.

Dinding posterior

Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang
menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Dibelakang
dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus sigmoid.

Dinding anterior

Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng
tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum
berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang
membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang
timpani dari arteri karotis interna. Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba
eustachius.

5
Kavum timpani terdiri dari :

1. Tulang-tulang pendengaran terdiri dari :

 Malleus ( hammer / martil).


 Inkus ( anvil/landasan)
 Stapes ( stirrup / pelana)

2. Otot-otot pada kavum timpani.

Terdiri dari : otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius (
muskulustapedius)

3. Saraf Korda Timpani

Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari analikulus
posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani juga
mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar ludah
sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan
serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.

4. Pleksus Timpanikus

Berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus
karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotisinterna.

Saraf Fasial

Meninggalkan fosa kranii posterior dan memasuki tulang temporal melalui meatus
akustikus internus bersamaan dengan N. VIII. Saraf fasial terutama terdiri dari dua komponen
yang berbeda, yaitu:

1. Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua (faringeal)
yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m. digastrik dan m. stapedius.

2. Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor parasimpatetis
preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah kecuali parotis.

6
Tuba Eustachius

Menghubungkan rongga timpani dgn nasofaring,panjang 3,5 cm. Bagian 1/3 posterior
terdapat dinding tulang dan bagian 2/3 anterior terdapat dinding tulang rawan. Dilapisi oleh epitel
silindris bertingkat bersilia dan epitel selapis silindris bersilia degan sel goblet dekat farings. Dinding
tuba biasanya kolaps,tetapi selama proses menelan dinding tuba akan terpisah dan udara masuk ke
rongga telinga tengah sehingga tekanan udara pada kedua sisi membran timpani seimbang dengan
tekanan atmosfer. Tuba auditiva meluas dari dinding anterior cavum timpani ke bawah,depan,dan
medial sampai ke nasophaynx. Sepertiga posteriornya adalah tulang,dan dua pertiga anteriornya dalah
tulang rawan. Berhubungan dengan nasopharinx setelah berjalan diatas tepi atas m. constrictor
pharynges superior.

Tuba auditiva berfungsi untuk membuat seimbang tekanan udara dalam cavum timpani
dengan nasopharing.

Prosesus Mastoideus

Tulang mastoid adalah tulang keras yang terletak di belakang telinga, didalamnya terdapat
rongga seperti sarang lebah yang berisi udara. Rongga-rongga udara ini ( air cells ) terhubung dengan
rongga besar yang disebut antrum mastoid. Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan
yang membantu pergerakan normal dari gendang telinga, namun demikian hubungannnya dengan
rongga telinga tengah juga bisa mengakibatkan perluasan infeksi dari telinga tengah ke tulang mastoid
yang disebut sebagai mastoiditis

7
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap
mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus
sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.

Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas :

1. Prosesus Mastoideus Kompakta ( sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.

3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini besar.

Antrum Mastoid

Merupakan ruangan didalam os temporal yang dilapisi mukosa dgn epitel squamous simplex
danmerupakan lanjutan dari cavum timpani. Antrum melanjut ke cavum timpani melalui aditus ad
antrum . Atap antrum mastoid adalah tegmen timpani (berbatasan dengan fossa kranii media, bagian
medialnya Canalis semisirkularis lateralis dan posterior. Pertemuan antara tegmen dan sinus lateralis
disebut sinodural angle. Dasar antrum berbatasan dengan canalis falopii pars horisontalis.

2.1.2 Fisiologi Pendengaran

Suara atau bunyi yang masuk ditangkap oleh daun telinga, kemudian diteruskan kedalam
liang telinga luar yang akan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan dan diperkuat
oleh tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan yaitu malleus, incus dan stapes. Stapes akan
menggetarkan tingkap lonjong (oval window) pada rumah siput yang berhubungan dengan scala
vestibuli sehingga cairan didalamnya yaitu perilimfe ikut bergetar. Getaran tersebut akan dihantarkan
ke rongga dibawahnya yaitu scala media yang berisi endolimfe sepanjang rumah siput. Didalam scala
media terdapat organ corti yang berisi satu baris sel rambut dalam (Inner Hair Cell) dan tiga baris sel
rambut luar (Outer Hair Cell) yang berfungsi mengubah energi suara menjadi energi listrik yang akan
diterima oleh saraf pendengaran yang kemudian menyampaikan atau meneruskan energi listrik
tersebut kepusat sensorik mendengar di otak sehingga kita bisa mendengar suara atau bunyi tersebut
dengan sadar.

8
2.2 Otitis Media Efusi

2.2.1 Definisi
Otitis media ialahperadangansebagianatauseluruhmukosatelingatengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dansel-sel mastoid.Secaramudah, otitis media terbagiatas otitis media supuratifdan
otitis media non supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis
media efusi/OME, otitis media mucoid).
Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi disebut jugasebagai otitis media dengan efusi.Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media
serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa akut
dan otitis media serosa kronis.Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga
tengahsecaratiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.Batasan antara otitis media serosa
akut dan kronis hanya pada cara terbentukny asekret.
Pada otitis media serosa akut secret terjadisecara tiba-tiba di telinga tengah dengandisertai
rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronik secret terbentuknya secara bertahap tanpa
rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

2.2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, infeksi telinga tengah adalah masalah kesehatan utama yang ditemukan
pada bayi dan anak. Suatu survei yang melakukan skrining pada anak-anak yang sehat usia bayi
sampai 5 tahun menunjukkan sebanyak 15-40% memiliki efusi pada telinga tengah. Studi lain, pada
anak yang diperiksa secara berkala selama 1 tahun, 50-60% peserta dan 25% anak usia sekolah
ditemukan efusi pada telinga tengah, dengan puncak insiden pada musim dingin.
Sekitar 80% anak-anak mengalami episode otitis media dengan efusi saat berusia kurang dari
10 tahun. Lima persen dari anak-anak usia 2-4 tahun mengalami hilangnya pendengaran karena efusi
telinga tengah yang menetap selama 4 bulan ataulebih. Prevalensi otitis media dengan efusi
didapatkan paling tinggi pada kelompok usia 2 tahun ke bawah dan menurun secara drastis pada anak
di atas 6 tahun.

2.2.3 Etiologi

Otitis media serosa dapat terjadi akibat kondisi-kondisi yang berhubungan dengan pembukaan
dan penutupan tuba eustachius yang sifatnya periodik.
Penyebabnya dapat berupa kelainan kongenital, akibat infeksi atau alergi, atau dapat dapat
juga disebabkan akibat blokade tuba (misalnya pada adenoid dan barotrauma)

9
Tuba eustachia immature merupakan kelainan kongenital yang dapat menyebabkan terjadinya
timbunan cairan di telinga tengah. Ukuran tuba eustachius pada anak dan dewasa berlainan dalam hal
ukuran. Beberapa anak mewarisi tuba eustachius yang kecil dari kedua orang tuanya, hal inilah yang
dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya tendensi atau kecenderungan infeksi telinga tengah
dalam keluarga. Selain itu, otitis media serosa juga lebih sering terjadi pada anak dengan ”cleft
palatal” (terdapatnya celah pada daerah palatum). Hal ini desebabkan karena otot-otot ini tumbuh
tidak sempurna pada anak dengan ”cleft palate”
Membrana mukosa dari telinga tengah dan tuba eustachius berhubungan dengan membrane
mukosa pada hidung, sinus, dan tenggorokan.Infeksi pada area-area ini menyebabkan pembengkakan
membrane mukosa yang mana dapat mengakibatkan blockade dari tuba eustachius.Sedangkan reaksi
alergi pada hidung dan tenggorokan juga menyebabkan pembengkakan membrane mukosa dan
memblokir tuba eustachius. Reaksi alergi ini sifatnya bias akut, seperti pada hay fever tipe reaksi
ataupun bersifat kronis seperti pada berbagai jenis sinusitis kronis.Adenoid dapat menyebabkan otitis
media serosa apabila adenoid ini terletak di daerah nasofaring, yaitu area disekeliling dan diantara
pintu tuba eustachius. Ketika membesar, adenoid dapat memblokir pembukaan tuba eustachius.
(Steward, D, 2008). Kegagalan fungsi tuba eustachidapat pula disebabkan oleh rhinitis kronik,
sinusitis, tonsilitiskronik, dan tumor nasofaring.

Selain itu, otitis media serosa kronis dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media
akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna. Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMA dapat
menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyebuhkan secara sempurna sehingga akan menyisakan
infeksi dengan grade rendah. Proses ini dapat merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam
jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan mukus juga bertambah.

2.2.4 Klasifikasi
Padadasarnya otitis media serosa dapatdibagiatas 2 jenis:
 Otitis media serosa akut:
 Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secaratiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguanfungsi tuba.
 Pada otitis media serosa akut, secret terjadi secaratiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri padat elinga.
 Otitis media serosa kronis:
 Pada keadaan kronis,secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan
gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

10
2.2.5 Patofisiologi

Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan mengeluarkan sekret,
yang akan dipindahkan oleh sistem mukosilier ke nasofaring melalui tuba eustachius. Sebagai
konsekuensi, faktor yang mempengaruhi produksi sekret yang berlebihan, klirens sekret yang optimal,
atau kedua-duanya dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga tengah.
Ada 2 mekanisme utama yang menyebabkan OME :
a. Kegagalan fungsi tuba eustachi
Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah dan juga
tidak dapat mengalirkan cairan.
b. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah
Dari hasil biopsi mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan peningkatan
jumlah sel yang menghasilkan mukus atau serosa.

11
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari
pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbadaan tekanan
hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat
sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
dan rongga mastoid. Faktor utama yang berperan disini adalah terganggunya fungsi tuba eustachius.
Otitis media serosa sering timbul setelah otitis media akut. Cairan yang telah terakumulasi
dibelakang gendang telinga selama infeksi akut dapat tetap menetap walau infeksi mulai mengalami
penyembuhan. Selain itu, otitis media serosa dapat pula terjadi tanpa didahului oleh infeksi, dan dapat
terjadi akibat penyakit gastroesophagal reflux atau hambatan tuba eustachius oleh karena infeksi atau
adenoid yang membesar. Otitis media serosa sering sekali terjadi pada anak-anak dengan usia antara 3
bulan sampai 3 tahun.
Sering kali mengikuti infeksi traktu srespiratorius bagian atas adalah otitis media serosa.
Sekresi dan inflamasi menyebabkan suatu oklusi relatifdari tuba eustachius. Normalnya, mukosa
telinga tengah mengabsorbpsi udara di dalam telinga tengah .Apabila udara dalam telinga tengah tidak
diganti akibat obstruksi relative dari tuba eustachius, maka akibatnya terjadi tekanan negative dalam
telinga tengah dan menyebabkan suatu efusi yang serius. Efusi pada telinga tengah ini menjadi suatu
media pertumbuhan mikroba dan dengan adanya ISPA dapat terjadi penyebaran virus-virus dan atau
bacteria dari saluran nafas bagian atas ke telinga bagian tengah.
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahant ekanan yang tiba-tiba di luar
telinga tengahs ewaktu di pesawat terbang atau penyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk

12
membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak
mampu membuka tuba.Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga
cairan keuar dari pembuluh kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai rupture pembuluh darah
sehingg acairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Saatlahir, tuba Eustahius berada pada bidang parallel dengan dasartengkorak, sekitar 10
derajat dari bidang horizontal dan memiliki lumen yang pendek dan sempit. Seiring dengan
pertambahan usia, terutama saat mencapai usia 7 tahun, lumen tuba eustachius menjadi lebih lebar,
panjang, dan membentuk sudut 45 derajat terhadap bidang horizontal telinga. Dengan struktur yang
demikian, pada anak usia< 7 tahun, sekresi dari nasofaring lebih mudah mencapai telinga tengah dan
membawa kumapatogen ketelinga tengah. Selain itu terdapat factor resiko pada anak, baik dari
struktur anatomi (adanya anomaly kraniofasial, Sindrom Down, Cleft Palate, Hipertrofi Adenoid,
GERD), fungsional (Serebral Palsy, Sindrom Down, Imunodefisiensi), maupun dari factor
lingkungannya (Bottle feeding, Menyandarkan botol di mulut pada posisi tengadah (supine position),
Perokokpasif, Status ekonomi rendah).

2.2.6 ManifestasiKlinis

Otitis Media Serosa Akut

Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang. Selain
itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring
atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan
yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri di dalam telinga dapat
terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah.
Tapi setelah sekret terbentuk, tekanan negatif ini perlahan-lahan menghilang. Rasa nyeri dalam
telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret ada virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau
pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan. Pada otoskopi tampak membrana timpani
retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam cavum timpani. Tuli
konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.

Bakley, B. W (2005) menuliskan bahwa meskipun otitis media serosa seringkali muncul
tanpa nyeri, cairan yang terkumpul dalam telinga tengah dapat mengurangi pendengaran, pemahaman
pembicaraan, gangguan perkembangan bahasa, belajar serta gangguan tingkah laku. Apalagi bila otitis
media serosa sering kali terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan anak, otitis media serosa terjadi
secara asimptimatis terutama pada anak-anak dibawah 2 tahun. Karena anak-anak memerlukan
pendengaran untuk belajar berbicara, maka hilangnya pendengaran akibat cairan di telinga tengah
dapat menyebabkan keterlambatan bicara. Anak-anak mulai belajar mengucapkan kata pada usia 18
bulan. Apabila kejadian ini berulang selama berbulan-bulan pada tahun-tahun belajar bicara, maka

13
terjadi ”misspronounciation” atau kesalahan pelafalan yang berat yang akan membutuhkan terapi
bicara.
Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering ditemukan pada anak dan biasanya
bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Merupakan penyebab tersering gangguan pendengaran pada
usia sekolah. Keterlambatan berbahasa dapat terjadi jika keadaan ini berlangsung lama. Anak-anak
jarang mengemukakan bahwa mereka mempunya kesulitan dalam pendengaran. Guru dapat
mengatakan bahwa anak-anak ini kurang perhatiannya terhadap pelajaran. Umumnya orang dewasa
dapat menjelaskan gejala-gejala yang dialaminya secara lebih dramatis, dapat berupa perasaan
”tersumbat” dalam telinganya dan menurunnya ketajaman pendengaran. Mereka dapat merasakan
adanya perbaikan pendengaran dengan perubahan posisi kepala. Akibat gerakan cairan dalam telinga
tengah dapat terjadi tinitus, tapi pusing jarang menjadi masalah.
Pada pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga`pada penilaian dengan
otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat di liang telinga, diberikan tekanan positif
dan negatif. Jika terdapat udara dalam timpanum, maka udara itu akan tertekan sehingga membrana
timpani akan terdorong kedalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar pada tekanan negatif.
Gerakan menjadi lambat atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau mukoid. Pada otitis media
serosa, membrana timpani tampak berwarna kekuningan, sedangkan pada otitis media mukoid terlihat
lebih kusam dan keruh. Maleus tampak pendek, retraksi dan berwarna kapur. Kadang-kadang tinggi
cairan atau gelembung otitis media serosa dapat tampak lewat membrana timpani yang
semitransparan.

Otitis Media Serosa Kronik

Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-45 dB), oleh karena adanya
sekret kental atau glue ear. Pada anak-anak yang berumur 5-8 tahun keadaan ini sering diketahui
secara kebetulan waktu dilakukan pemeriksaan THT atau dilakukan uji pendengaran.

Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-
abuan.

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya sendiri yang kerap tidak
bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media. Dengan absennya gejala seperti
nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak terdeteksi baik oleh orang tuanya,
guru, bahkan oleh anaknya sendiri.
Anamnesis yang lengkap dan teliti mengenai keluhan yang dirasakan dan riwayat
penyakit sebelumnya harus ditanyakan misalnya:

14
- Pendengaran berkurang atau terdengar suara sendiri lebih keras
- Telinga rasa seperti tertutup/penuh dan tidak nyaman
- Telinga berdengung(tinitus)
- Ada nyeri yang dirasakan atau tidak terasa nyeri pada telinga
- Pada anak-anak ditanyakan ada tidak gangguan bicara, penurunan prestasi
belajar dan masalah perilaku sejak akhir-akhir ini.
- Riwayat alergi
- Riwayat infeksi saluran napas bagian atas dan riwayat infeksi telinga berulang.
Riwayat dalam keluarga dengan sakit yang samaDari anamnesa, selanjutnya bisa
dilakukan pemeriksaan fisik untuk memperkuat diagnosa kerja. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
antara lain :
 Nyeri tarik ?
 Nyeri tekan tragus ?
 Inspeksi kondisi liang telinga luar
Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME, antara lain:
Otoscope
Pemeriksaan otoskop bertujuan untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan
jelas. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan
warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang
telinga.
Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:
 Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), dan opaque yang
ditandai dengan hilangnya refleks cahaya
 Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap.
 Processus brevis maleus terlihat sangat menonjol dan Processus longus
tertarik medial dari membran timpani.
 Adanya level udara-cairan (air fluid level).

15
Gambar Otitis media dengan efusi
Pneumatic otoscope
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat
dilihat dengan pemeriksaan ini. Kehadiran efusi di telinga tengah terdeteksi oleh alat
penumatic otoscope. Gelembung udara dibelakang membrane timpani terlihat melalui
pneumatic otoscope sebagai gelebung udara yang bergerak dan merupakan tanda klasik efusi
serosa

Pemeriksaan Tuba
Untuk menilai ada tidaknya oklusi tuba, bisa dilakukan pemeriksaan tuba misalnya
dengan manuver Valsava, pulitzer balik.

Tes Pendengaran dengan Garpu Tala


Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada tidaknya penurunan
pendengaran yang biasa timbul pada otitis media efusi. Pada pasien dilakukan tes Rinne,
Weber, dan Swabach. Pada otitis media didapatkan gambaran tuli konduktif

16
Pemeriksaan penunjang

Impedance audiometry (tympanometry)


Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur perubahan impedans akustik sistem
membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di telinga luar.
Timpanogram tipe A merupakan gambaran dimana tekanan telinga tengah kurang lebih sama
dengan tekanan atmosfer (contoh: gambaran normal), timpanogram tipe B adalah gambaran
datar tanpa compliance (contoh: adanya efusi di telinga tengah), timpanogram tipe C (contoh:
adanya tekanan negatif pada telinga tengah). Pada otitis media efusi, biasanya didapatkan
timpanogram tipe B.

Gambar . Tipe-tipe timpanogram.

Pure tone Audiometry


PTA digunakan untuk menentukan derajat ketulian dan jenis ketulian. Dalam
kebanyakan kasus audiogram menunjukkan rata-rata penurunan adalah 28 db. Perlu diingat
bahwa dalam kasus-kasus ringan sedikit atau tidak penurunan terlihat mungkin hadir. Variasi
ini mungkin berkaitan dengan jumlah dan jenis cairan (serous atau mucous) dan lokasi
yang tepat dalam telinga tengah. Perlu diketahui bahwa audiometri tidak diperlukan untuk
mendiagnosis otitis media efusi, tetapi hal ini tetap berguna dalam mengungkapkan sejauh
mana gangguan pendengaran yang dialami dan dalam mengukur efektivitas pengobatan

17
2.2.8 Diagnosa Banding
Beberapa penyakit yang harus diperhatikan untuk menyingkirkan diagnosis
banding antara lain:
 otitis media akut
 adenoid hipertropi
 bening nasopharyngeal masses

2.2.9 Tatalaksana

Non Bedah

Tatalaksana otitis media efusi secara medikamentosa dapat dikatakan kontroversial, dan
penerapannya tergantung dari setiap negara. Terapi medikamentosa dapat berupa

18
decongestan, anti histamin, antibiotik, perasat valsava (bila tidak ada tanda-tanda infeksi jalan
napas atas), dan hiposensitisasi alergi.
Dekongestan dapat diberikan melalui tetes hidung, atau kombinasi anti histamin dengan
dekongestan oral. Namun kepustakaan lain menuliskan bahwa antihistamin maupun
dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongesti nasofaring.
Dasar dari pemberian antibiotik adalah berdasarkan penelitian dari hasil kultur bakteri
cairan otitis media efusi. Cairan serosa dan mukoid yang dikumpulkan pada miringotomi
untuk diteliti, hasilnya ditemukan biakan kultur positif pada 40% spesimen. Hasil biakan
kultur tersebut mengandung organisme yang identik dengan organisme yang didapat dari
timpanosentesis otitis media akut. Maka, pemilihan antibiotik pada otitis media serosa dan
mukoid serupa dengan otitis media akut. Hasil penelitian terkini, membuktikan bahwa
penggunaan antibiotik terbukti efektif hanya pada sejumlah kecil pasien, dan efeknya
cenderung bersifat jangka pendek. Oleh karena itu, penggunaannya tidak selalu mutlak,
mengingat efek sampingnya (seperti gastroenteritis, reaksi atopik, risiko resistensi) tidak
sebanding dengan keefektifannya.
Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas memperlihatkan
alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu dibatasi.
Tatalaksana lain yang masih kontroversial keefektifannya antara lain: penggunaan
steroid, dan mucolytik. Penggunaan kedua golongan ini kontroversial karena hasil studi
banding dengan placebo, tidak menunjukan perbedaan atau hanya sedikit perbaikan.

Bedah

Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain: miringitomi, pemasangan tuba
timpanostomi, adenoidektomi.
Pemasangan tuba timpanostomi untuk sebagai ventilasi, yang memungkinkan udara
masuk ke dalam telinga tengah, dengan demikian menghilangkan keadaan vakum. Tuba
timpanostomi terdapat dua macam: short term (contoh: grommets), long term (contoh: T-
tubes). Tuba jangka pendek dapat bertahan hingga 12 bulan, sedangkan tuba jangka panjang
dapat digunakan hingga bertahun-tahun. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai
terlepas sendiri dalam jangka waktu 6-12bulan. Sayangnya karena cairan seringkali berulang,
beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari 12
bulan. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas.
Namun, Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan
membran timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan negatif yang
menetap.

19
Tindakan miringitomi dan aspirasi efusi tanpa pemasangan tuba timpanostomi
dibuktikan hanya berguna untuk efek jangka pendek. Berdasarkan studi oleh Gates, tindakan
miringitomi diikuti pemasangan tuba timpanostomi, dapat mempercepat perbaikan
pendengaran, mempersingkat durasi penyakit, mengurangi angka rekurens. Luka insisi setelah
miringitomi biasanya sembuh dalam 1minggu, namun, biasanya disfungsi tuba eustachius
membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh (biasanya 6minggu). Oleh karena ini, tindakan
miringitomi saja, akan meningkatkan angka rekurens.
Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan. Tentunya
tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar, dimana tindakan
adenoidektomi dapat menghilangkan obstruksi hidung – nasofaring, memperbaiki fungsi tuba
eustachius, dan mengeliminasi sumber reservoir bakteri . Namun sebagian besar anak tidak
memenuhi kategori tersebut. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi
terbukti menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.
Namun, mengingat risiko post operasi (seperti perdarahan), adenoidektomi biasanya baru
dipertimbangkan ketika penggunaan tuba timpanostomi gagal untuk menangani otitis media
efusi.
Pilihan Terapi

Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi, tidak membutuhkan terapi, terutama jika
gangguan pendengarannya ringan, oleh karena resolusi spontan sering terjadi. Dalam 3 bulan
pertama setelah onset atau setelah diagnosis, disarankan untuk diobservasi atau dapat
diberikan tatalaksana non bedah terlebih dahulu. Dalam jangka waktu tersebut, menurut studi,
cairan dapat menghilang hingga 90 persen. Cairan yang tetap bertahan setelah 3 bulan,
merupakan indikasi bedah.
Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya
penyakit. Derajat gangguan dan frekuensi parahnya gangguan pendahulu juga perlu
dipertimbangkan . Intervensi lebih awal dan agresif disarankan perlu dilakukan pada pasien
dengan:

20
 Keterlambatan berbicara dan tumbuh kembang
 otitis media unilateral
 gangguan pendengaran bermakna (> 40 db: indikasi 21 elative, 21-40 db: indikasi
21elative)
 pasien dengan sindrom (contoh: Down Syndrome), atau dengan palatoschizis

Sumber lain membagi pilihan terapi berdasarkan onset akut atau kronis. Pada otitis
media efusi akut, pengobatan medikal diberikan vasokonstriktor lokal (tetes hidung), anti
histamin, perasat valsava bila tidak ada tanda infeksi jalan napas atas. Setelah satu atau dua
minggu, bila gejala masih menetap, dilakukan miringitomi, dan bila masih belum sembuh
maka dilakukan miringotomi serta pemasangan pipa ventilasi (Grommet). Pada otitis media
efusi kronis, pengobatan harus dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi
Grommet.

2.2.10 Komplikasi
Otitis media efusi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi:
 Atelektasi membran timpani
 adhesive otitis media,
 tympano/ myringosclerosis
 ankilosis tulangpendengaran yang bias menyebabkan pembentukan kolesteatoma

2.2.11. Prognosis

Secara umum, prognosis pasien dengan otitis media efusi tergolong baik. Kebanyakan
kasus sembuh sendiri tanpa intervensi. Angka prevalensi otitis media efusi juga menurun
tajam pada anak usia 7 tahun, yang dikaitkan dengan maturasi tuba eustachius dan fungsi
imunitas

2.2.12 Pencegahan

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat mengurangi prevalensi otitis media efusi:
menghindari rokok atau asap rokok, memperpanjang ASI ekslusif, pada pasien anak
disarankan tidak sering ke tempat ramai berisiko (contoh: day care center, tempat ramai lain
dengan banyak penderita ISPA, dll)

21
BAB III

KESIMPULAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan
otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis
media efusi/OME, otitis media mucoid).

Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai cairan dalam telinga tengah (Middie Ear Effusion),
adalah kondisi yang paling sering menyebabkan hilangnya pendengaran pada anak.Adanya cairan di
telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga sebagai
otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi
tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).

Padadasarnya otitis media serosa dapat dibagia tasdua jenis yaitu otitis media serosa akut dan
otitis media serosa kronis.Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga
tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.Batasan antara otitis media serosa
akut dan kronis hanya pada cara terbentuknya sekret.

Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi, tidak membutuhkan terapi, terutama jika
gangguan pendengarannya ringan, oleh karena resolusi spontan sering terjadi.Tatalaksana otitis media
efusi secara medikamentosa dapat berupa decongestan, anti histamin, antibiotik, perasat valsava (bila
tidak ada tanda-tanda infeksi jalan napas atas), dan hiposensitisasi alergi. Keputusan untuk melakukan
intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya penyakit, namun perlu turut dipertimbangkan
derajat gangguan dan frekuensi parahnya gangguan pendahulu.Beberapa pilihan untuk tatalaksana
bedah antara lain: miringitomi, pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1 1
Adams L George, R Lawrence, Higler A Peter. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC. 1997: 88-118

Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor : Otitis Media Non-Supuratif. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kepala-Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2001.p 58 – 60.

Sumit K Agrawal, Aguila J Demetrio, Ahn S Min, et al. Current Diagnosis & Treatment –
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2th ed. USA: Mc Graw Hill. 2008

Media,Wiki. 2009. Telinga. [7 screens] Cited 5 May 2011. Available from :


http://id.wikipedia.org/wiki/telinga

Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT : Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 5 May
2011. Available from : http://www.perhati-kl.org/

Dhingra, PL. Editor : Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose, and Throat. New Delhi :
Churchill Livingstone Pvt Ltd . 1998. P 64-67

Dohar, J. E, et al. 2008. Definition of Otologic Disease. Cited 8 may 2011. Available from :
http://www.entjornal.com

Cook. K. 2005. Otitis Media. Cited 7 May 2011. Available from :


http://www.emedicine/emerg/emedicine/htm.351.topic

Levenson, M. J. 2008. Fluids in The Middle Ear—(Serous Otits Media) in Ear Surgery Information
Center. Cited 8 May 2011. Available from : http://www.EarSurgeryInformationCenter-
SerousOtitisMedia.mnt

23

You might also like