You are on page 1of 13

TRAKEOSTOMI DINI VERSUS AKHIR: REVIEW SISTEMATIK DAN META

ANALISIS

C. Carrie Liu, MD1, Devon Livingstone, MD1,


Elijah Dixon, MD, MSc2, and Joseph C. Dort, MD, MSc

ABSTRAK

Tujuan : untuk meneliti apakah trakeostomi yang lebih awal dapat memperbaiki hasil
outcome dibandingkan dengan trakeostomi yang lebih akhir

Sumber data : Ovid MEDLINE (termasuk PubMed), Embase dan Cochrane Central Register
of Controlled Trials

Metode : Pencarian sistematik berasal dari sumber yang disebutkan di atas sesuai pada
guideline PRISMA. Data dikumpulkan sesuai dengan outcome yang diinginkan yaitu
kematian di rumah sakit, lama rawat di ICU, lama penggunaan ventilasi mekanik, insidensi
pneumonia, cedera laringotrakeal dan penggunaan sedasi. Analisis menggunakan software
RevMan 5 (kolaborasi Cochrane, Oxford, England)

Hasil : 11 penelitian dimasukkan dalam analisis data. Ada penurunan yang signifikan pada
lama rawat di ICU pada grup trakeostomi awal (perbedaan rata-rata, -9,13 hari (-17,55
sampai -0,70 CI 95%), p= 0,03). Tidak ada penurunan yang signifikan pada kematian di
rumah sakit (RR 0,84; CI 0,67-1,04 95%; p=0,11). Analisis tidak dilakukan pada outcome
insidensi pneumonia atau lama penggunaan ventilasi mekanik karena heterogenisitas dari
subjek penelitian. Tidak ada dari penelitian yang melaporkan cedera laringotrakeal yang
signifikan di antara grup trakeostomi lebih awal atau yang lebih akhir. 3 penelitian
melaporkan bahwa trakeostomi lebih awal dapat signifikan menurunkan penggunaan sedasi.

Kesimpulan : Trakeostomi yang lebih awal yang dilakukan selama 7 hari pasca intubasi
berhubungan dengan penurunan lama rawat di ICU. Tidak ada perbedaan pada outcome
kematian di rumah sakit. Didapatkan data yang insufisien pada data yang mengacu outcome
insidensi pneumonia, lama penggunaan ventilasi mekanik, cedera laringotrakeal atau
penggunaan sedasi.

Kata kunci : trakeostomi, trakeotomi, prolong intubasi, review sistemik, meta-analisis


LATAR BELAKANG

Trakeostomi adalah salah satu tindakan yang paling umum dilakukan pada pasien
yang sedang kritis. Indikasi umum pemasangan ini adalah pemasangan intubasi dan ventilasi
yang diperpanjang. Bila dibandingkan dengan intubasi ET, keuntungannya dengan
trakeostomi adalah trakeostomi memfasilitasi penyapihan dari ventilasi mekanik,
memungkinkan percepatan kembalinya berbicara dan intake lewat mulut dan lebih nyaman
bagi pasien. Keuntungan lain adalah mengecilkan resiko terjadinya cedera laring. Cedera
laring akibat dari pemasangan ET telah dilaporkan sebesar 94%. Efek jangka panjang seperti
granuloma dan stenosis laring berkisar antara 5% sampai 21% dengan peningkatan lama
intubasi ET berhubungan dengan peningkatan insidensi stenosis. Dengan perkembangan tube
yang lebih fleksibel dan cuff yang low pressure dan strategi manajemen tube, cedera laring
dan efek lain yang berhubungan jarang terjadi. Bagaimanapun juga cedera laring tetap
menjadi efek dari intubasi yang lama.

Waktu yang tepat dari trakeostomi pada pasien dengan penyakit yang kritis yang
membutuhkan ventilasi mekanik masih diperdebatkan. Konvensi menetapkan bahwa
trakeostomi dapat dilakukan bila ventilasi mekanik digunakan sampai 14 hari. Konsensus
yang dilaksanakan pada tahun 1989 menyatakan bahwa pasien yang membutuhkan ventilasi
mekanik sampai 10 hari dapat digunakan ET tetapi trakeostomi digunakan bila lebih dari 21
hari. Bukti evidence untuk pernyataan ini masih sedikit dan pathway yang jelas mengenai hal
ini belum ada.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan meta analisis dari review
sistematik sumber yang ada. Meneliti outcome pada grup trakeostomi yang dilakukan lebih
awal dibandingan dengan yang lebih akhir pada pasien dengan penyakit yang kritis.

METODE

Strategi pencarian dan Seleksi data

Pencarian sistematis dilakukan mengacu pada PRISMA (Preferred Reporting Items


for Systematic Reviews and Meta-Analyses) guideline dengan 2 pengkaji (CCL dan DL).
MEDLINE (termasuk PubMed) dan database Embase dicari menggunakan kata kunci
tracheo$ dan intubasi, dimana simbol $ melambangkan inklusi dari semua variasi dari kata
yang berawalan dengan tracheo (termasuk trakeostomi dan trakeotomi). Pencarian pada kata
tracheo$ dan intubasi dicari silangkan dengan MeSH term time factor untuk mengidentifikasi
penelitian yang menguji mengenai waktu dari trakeostomi dan intubasi. CENTRAL
(Cochrane Central Register of Controlled Trial) juga dicari menggunakan kata kunci
trakeostomi dan trakeotomi. Penelitian dibatasi yang dipublikasikan selama 30 tahun terakhir
(Januari 1983 sampai September 2013), dengan bahasa inggris dan meneliti menggunakan
subyek berupa manusia. Bibliografi dan penelitian yang relevan dicari secara manual untuk
mengidentifikasi penelitian tambahan.

Judul dan abstrak dikaji sekali saat di awal. Pengkaji menseleksi penelitian yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian terpilih bila memenuji 4 kriteria inklusi yaitu: (1)
design nya randomized atau quasi randomized trial, (2) partisipan terdiagnosis penyakit kritis
yang membutuhkan perpanjangan ventilasi mekanik, (3) penelitian meneliti outcome antara
grup trakeostomi yang lebih awal dibandingkan yang di akhir, (4) outcome yang dimaksud
setidaknya meliputi salah satu dari: kematian di rumah sakit, lama rawat di ICU, lama
penggunaan ventilasi mekanik, insidensi pneumonia, cedera laringotrakeal dan penggunaan
sedasi. Penelitian yang tidak memenuhi kriteria inklusi dieksklusi.

Pengumpulan Data

Outcome yang dicari adalah kematian di rumah sakit, lama rawat di ICU, lama
penggunaan ventilasi mekanik, insidensi pneumonia, cedera laringotrakeal dan penggunaan
sedasi. Penelitian yang tidak memenuhi kriteria inklusi dieksklusi. Pengumpulan data secara
detail yang disajikan dalam tabel mengacu pada tujuan pencarian outcome pada penelitian
ini. Data dikumpulkan secara independen oleh 3 pengkaji (CCL, ED dan JD). Selama proses
pengumpulan, resiko bias tiap penelitian dianalisis. Beberapa resiko bias muncul dan tidak
ada satupun skala yang jelas divalidasi. Peneliti memilih kriteria dari Cochrane Handbook for
Systematics Review Interventions.

Analisis Statistik

RR dengan 95% CI telah digunakan untuk menunjukan perbedaan antara variabel


dikotomi. WMD (Weighter Mean Difference) dengan 95% CI telah digunakan untuk variabel
yang berkelanjutan. I2 statistik digunakan untuk menilai heterogenisitas, dimana 0% s/d 40%
dinilai tidak penting, 30%-60% moderate heterogenisitasnya, 50%-90% heterogenisitasnya
substansial, 75%-100% mengindikasikan heterogenisitas yang considerable. Peneliti hanya
mengumpulkan analisis dengan heterogenisitas kurang dari 60%. Analisis data dilakukan
menggunakan random effect model. Nilai p <0,05 dinilai signifikan. Ketika meta analisis
dilakukan, sensitivitas analisis dikerjakan dengan cara menghilangkan penelitian individu
dari hasil pengumpulan untuk menilai penelitian mana yang berkontribusi terhadap besar efek
dari heterogenisitas. Software RevMan 5 digunakan untuk analisis statistik.

Analisis subkelompok dilakukan untuk menyelidiki apakah karakteristik klinis atau


metodologis tertentu dari studi dapat menjelaskan heterogenitas statistik yang terlihat dan
apakah karakteristik ini mempengaruhi hasil meta-analisis Secara khusus, kami melakukan
subkelompok analisis berdasarkan waktu trakeostomi awal (yaitu? 3 hari, 4-5 hari, 7-8 hari),
karena studi berbeda dalam bahasa mereka. Definisi trakeostomi dini dan akhir. Kami juga
memeriksa hasil berdasarkan etiologi penyakit akut pada Belajar populasi Penelitian ini
hanya berisi data dari literatur yang diterbitkan, Dan tidak ada data pasien yang digunakan;
Oleh karena itu, tinjauan institusional. Dewan dan persetujuan komite etika tidak diperlukan.

HASIL

Total dari 3893 penelitian telah diidentifikasi sesuai dengan pencarian awal. Judul dan
review abstrak dari 3873 dieksklusi dan menyisakan 20 penelitian dengan full text review.
Satu penelitian tambahan telah diidentifikasi selama bibliografi dari pencarian relevan dari 21
penelitian. Setelah dianalisis dari full text review, tersisa 11 penelitian. Tabel 1
menyimpulkan kata kunci dari tiap kriteria inklusi penelitian dan tabel 2 menyimpulkan
resiko dari bias analisis. Penyebab dari kriteria penyakit dari studi populasi bervariasi dari
medis, neurologi, trauma atau campuran. Waktu yang dibutuhkan untuk trakeostomi dini
berbeda dari tiap penelitian dari 2 hingga 8 hari. Definisi dari trakeostomi akhir juga
bervariasi dari 6 hingga 28 hari. Pada 2 penelitian, trakeostomi akhir dilakukan hampir mirip
waktunya dengan batas waktu trakeostomi awal. Overlapping group ini menyebabkan hasil
yang inakurat dari meta analisis. Penelitian seperti ini tidak dimasukan dalam analisis akhir.
Tidak ada komplikasi yang mengancam nyawa yang dilaporkan pada tiap penelitian.

Insidensi Pneumonia

8 penelitian dilaporkan adanya insidensi pneumonia sebagai outcome. 2 penelitian


menggunakan CPIS (clinical pulmonary infection score) untuk mendiagnosis pneumonia. 4
penelitian menggunakan kombinasi variasi dari hitung jumlah leukosit, adanya demam, x foto
dada dan kultur bronkial untuk mendiagnosis pneumonia sedangkan 2 penelitian tidak
menyebutkan metode spesifik untuk mendiagnosis. Crude cumulative incidence pneumonia
pada kasus ini adalah 35,9% pada trakeostomi dini grup (185 dari 515 pasien) dan 45,5%
pada pasien dengan trakeostomi akhir (244 dari 536 pasien). Analisis akhir tidak dilakukan
pada kasus ini karena adanya heterogenisitas dari tiap penelitian. Figure 2 meringkas hasil
dari tiap penelitian tanpa adanya
analisis akhir. 3 penelitian melaporkan
penurunan yang signfikan dari
insidensi pneumonia pada trakeostomi
dini. 2 penelitian menunjukkan tren
yang tidak signifikan pada trakeostomi
dini dimana sisa 3 penelitian lain
menggambarkan peningkatan kasus
pneumonia pada grup trakeostomi
dini.
Lama Penggunaan Ventilasi Mekanik

4 penelitian melaporkan lama penggunaan ventilasi mekanik sebagai outcome. Lama


rata-rata dari ventilasi mekanik dari penelitian adalah 17 hari pada trakeostomi dini dan 24
hari pada trakeostomi akhir. Analisis akhir sudah dilakukan, tapi sekali lagi, heterogenisitas
ditemukan (I2 = 99%), tetapi peneliti menunjukkan efek terhitung pada tiap penelitian tanpa
menampilkan analisis akhir (figure 3). Rodriguez et al melaporkan penurunan lama ventilasi
mekanik yang signifikan pada trakeostomi dini dengan perbedaan rata-rata -20 hari (CI 95%,
-20,8 sampai dengan -19,2, p<0,05). Dan juga, Rumbak, et al, dengan perbedaan rata-rata
dari -9,8 hari (95% CI, -11,5 sampai dengan -8,12, p<0,001). Young, et al tidak menemukan
penurunan yang signifikan pada lama penggunaaan ventilasi mekanik dengan perbedaan rata-
rata -1,6 hari (95% CI, -3,33 sampai dengan 0,13, p=0,06). Akhirnya, Saffle et al meemukan
peningkatan lama ventilasi mekanik pada grup trakeostomi dini dibandingkan yang akhir
dengan membutuhkan 4,10 hari lagi.

Lama dirawat di ICU

4 studi melaporkan data tentang lama dirawat di ICU (Figure 4). Hasil gabungan
mendukung tracheostomy dini, dengan perbedaan rata-rata sebesar 9,13 hari (95% CI, -17,55
sampai 0,70, I2 = 100% , P=0,03). Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa studi sama pada
kontribusi hingga heterogenitasnya. Hasil studi dikumpulkan meskipun memiliki tingkat
heterogenitas yang signifikan, karena semua efek yang diukur berada pada pihak yang sama
yaitu mendukung trakeostomi dini; oleh karena itu, efek yang sebenarnya juga mungkin
berada pada pihak yang sama. Analisis gabungan pada kasus ini kemungkinan didapatkan
efek yang sebenarnya, walaupun statistik heterogenitas yang signifikan.
Kematian di Rumah Sakit

Untuk memaksimalkan informasi yang didapat dan dianalisis, kita mendefinisikan


secara luas dalam protokol kita sebagai kematian di Rumah Sakit. Definisi ini termasuk ICU,
28 dan 30 hari kematian, dan kematian di Rumah Sakit. Delapan studi melaporkan data
tentang kematian (Figure 5). Proporsi pasien yang meninggal pada kelompok trakeostomi
dini sejumlah 30,7%, sedangkan 34,7% pada trakeostomi yang terlambat. Nilai penurunan
resiko absolut tidak signifikan. Demikian juga pada resiko relatif tidak mengalami
penurunan yang signifikan. (RR, 0.84; 95% CI, 0,67 sampai 1,04; I2 =34%, P=11). Saat
analisis sensitivitas dilakukan untuk hasil ini, studi Rumbak et al didapatkan berkontribusi
terhadap sebagian besar heterogenitas. Namun penghapusan studi ini dari analisis tidak
merubah temuan secara signifikan.

Penggunaan Sedasi dan Cidera Laryngotracheal

Penggunaan sedasi dan cidera laryngotracheal merupakan hasil yang menarik pada
meta analisis kita, karena keduanya penting secara klinis. Data mengenai hasil ini, hanya
dapat diringkas secara kualitatif karena heterogen dan tidak dapat digabungkan dalam analisis
kuantitatif.

Bosel dkk menemukan penurunan secara signifikan dalam penggunaan sedasi pada
kelompok trakeostomy dini dibandingkan dengan kelompok trakeostomi lambat, dengan
masing-masing kelompok membutuhkan obat sedatif selama 42% dan 62% pada pasien yang
dirawat di ICU, masing-masing (perbedaan median, 17,5 hari; 95% CI, 3,3-29,2; P=0,02).
Selanjutnya, mereka menemukan bahwa pasien pada kelompok trakeostomi dini
mendapatkan perhitungan lebih rendah pada skala sedasi Richmond Agitation dan
membutuhkan bantuan lebih lama dibandingkan dengan ventilasi terkontrol. Rumbak dkk
juga menemukan penurunan yang signifikan pada penggunaan sedasi, dengan rata-rata (SD)
3,2 (0,4) hari pemberian sedasi pada kelompok trakeostomi dini dibandingkan dengan rata-
rata (SD) 14,1 (2,9) hari pemberian sedasi pada kelompok trakeostomi lambat (P<0,001).
Akhirnya, Young dkk menemukan penurunan yang signifikan dalam pertengahan jumlah hari
penggunaan sedasi pada kelompok trakeostomi dini dibandingkan dengan kelompok
trakeostomi lambat (5 vs 8 hari, P<0,001)

Hanya 3 penelitian yang meenyelidiki tentang adanya dan tingkat cidera


laryngotracheal. Hasil dari penelitian tersebut ada pada Tabel 3. Sugerman dkk melakukan
laringoskopi pada 83 orang dari 112 pasien, baik pada saat trakeostomi atau pada saat
ekstubasi. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi, 41 diantaranya menjalani laringoskopi
pada saat decanmulation. Mereka menemukan kecenderungan yang tidak signifikan terhadap
tingginya kejadian ulserasi dan inflamasi saluran nafas pada kelompok trakeostomi lambat.
Secara khusus, mereka menemukan 35,3% kejadian ulserasi pita suara pada kelompok
trakeostomi dini yang dibandingkan dengan 67,6% pada kelompok trakeostomi lambat,
sementara itu peradangan pada subglotik ditemukan 0% dan 39,3% pada masing – masing
trakeostomi dini dan rakeostomi lambat. Kejadian ulserasi dan peradangan pada sisi lain
laringotrakeal diperlihatkan pada tabel 3. Pasien yang bergejala atau memiliki cidera awal
dari Lindholm class II atau yang lebih buruk lagi ditinjau dalam 3 sampai 5 bulan. Tidak ada
bukti komplikasi akhir yang ditemukan baik pada kelompok trakeostomi dini maupun
trakeostomi lambat. Rumbak dkk melakukan penilaian jalan nafas menggunakan bronkoskopi
pada saat trakeostomi atau ekstubasi dan pada 10 minggu setelah intubasi. Terdapat
kecenderungan peningkatan angka stenosi trakea akhir pada kelompok trakeostomi dini
dibandingkan dengan trakeostomi lambat (68,3% vs 38,3%); namun hal ini tidak signifkan
secara spesifik. Akhirnya Dunham dan LaMonica menilai cidera laringotrakeal dengan
menggunakan laringoskopi flexibel setelah ekstubasi atau decanulasi. Namun tidak seperti
penelitian yang lainnya, mereka hanya menilai pasien yang bergejala sumbatan pada saluran
nafas atas. Mereka menemukan cidera awal laringotrakeal 17,6% dan 12,5% pada masing -
masing kelompok trakeostomi dini dan trakeostomi lambat. Perbedaan ini tidak signifikan.
Hasil dari cidera akhir laringotrakeal tidak dilaporkan.
Analisis Subkelompok

Analisis subkelompok dilakukan untuk menguji apakah hasil gabungan dipengaruhi


oleh waktu yang tepat dari trakeostomi dan populasi penyakit.

Studi yang dianalisis bervariasi pada definisi masing-masing trakeostomi, mulai dari 2
sampai 8 hari setelah intubasi. Tabel 4 merangkumkan tentang kejadian pneumoni, lamanya
penggunaan ventilasi, lamanya dirawat di ICU, dan kematian di rumah sakit berdasarkan
pada waktu trakeostomi dini. Kita tidak dapat menemuikan perbedaan yang signifikan pada
hasil, berdasarkan pada waktu dilakukan trakeostomi.

Studi mencakup berbagai pasien, termasuk trauma, neurologis, medis, campuran


medis, dan bedah. Oleh karena itu, analisis subkelompok dilakukan dengan memperhatikan
etiologi dari penyakit untuk menentukan apakah populasi pasien tertentu lebih mungkin
memiliki banyak keuntungan dengan trakeostomi dini. Analisis gabungan tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan, berdasarkan pada etiologi penyakit.

DISKUSI

Meta analisis kami menunjukkan bahwa bila dilakukan dalam waktu 7 hari,
trakeostomi dini menyebabkan penurunan lamanya perawatan di ICU dibandingkan dengan
trakeostomi lambat. Tidak ada bedanya terlihat pada angka kematian di rumah sakit. Analisis
gabungan tidak dapat dilakukan pada kejadian pneumonia dan panjang ventilasi mekanis
sekunder akibat heterogenitas yang signifikan. Kejadian pneumoni sama halnya lama
ventilasi mekanik dilaporkan dengan melihat berbagai studi, dengan beberapa melaporkan
manfaat sementara yang lain melaporkan kerugian pada kelompok trakeostomi dini. Meski
data mengenai penggunaan sedasi tidak menyumbangkan pada meta analisis, 3 studi
keseluruhan yang meneliti hasil ini menemukan penurunan yang signifikan pada kelompok
trakeostomi dini.

Resiko cidera laringotrakeal adalah salah satu perhatian utama untuk ahli
otolaringologi saat memutuskan untuk mengikuti kelompok trakeostomi dini. Tinjauan
sistematis kami menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam cidera awal atau
akhir berdasarkan pada waktu trakeostomi. Walaupun, penelitian yang disertakan memiliki
ukuran sampel yang kecil. Seperti, adanya resiko tinggi kesalahan tipe II dalam penelitian ini,
Dimana mereka mungkin tidak cukup bertenaga untuk mendeteksi perbedaan yang nyata
yang mungkin ada antara kelompok perlakuan. Temuan kami tidak ada bedanya dapat
menghilangkan ketidakmampuan bukti saat ini daripada tidak adanya manfaat dalam
trakeostomi dini. Perhatian lain dalam memutuskan untuk melakukan trakeostomi dini adalah
apakah hal itu benar-benar mengarah tingginya angka komplikasi jangka panjang, seperti
stenosis trakea, terutama pada pasien yang mungkin tidak perlu menjalani prosedur ini karena
berhasilanya ekstubasi. Hasil dari Rumbak dkk menyarankan kemungkinan peningkatan pada
stenosis trakea akhir pada kelompok trakeostomi dini, walaupun perbedaan ini tidak
signifikan. Karena itu saat ini tidak cukup bukti untuk membuktikan atau membantah
kekhawatiran ini. Studi dengan pengamatan jangka panjang diperlukan untuk menilai efek
sebenarnya dari trakeostomi dini dari hasil laringotrakeal. Ini adalah isu penting yang harus
diperiksa dalam penelitian di masa depan.

Hasil kami berbeda dengan meta analisis sebelumnya. Griffith dkk tidak menemukan
perbedaan yang signifikan pada kematian atau pneumoni, tapi mereka dapat menemukan
penurunan yang signifikan pada durasi ventilasi mekanik dan lamanya dirawat di ICU. Meta
analisis selanjutnya oleh Wang dkk tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada
berbagai hasil, termasuk kematian, pneumonia, lamanya ventilasi mekanik, dan lamanya
dirawat di ICU. Berbagai hasil dapat dikaitkan dengan perbedaan metodologis tertentu.
Protokol kami mengecualikan penelitian yang membandingkan trakeostomi dini dengan
intubasi endotrakeal berkepanjangan, sedangkan Griffith dkk dan Wang dkk memasukkan
penelitian ini dalam keseluruhan analisisnya. Hal ini dapat menjadi masalah karena dalam
penelitian yang menyelidiki trakeostomi dini versus intubasi berkepanjangan, data mengenai
jumlah pasien yang memerlukan trakeostomi terlambat, hari dari trakeostomi terlambat, dan
hasil pasien ini seringkali tidak secara eksplisit dinyatakan. Oleh karena itu, mungkin tidak
tepat untuk menggabungkan hasil dari penelitian ini dengan mereka yang melihat trakeostomi
dini versus terlambat, karena mereka mengukur efek pengobatan yang berbeda. Meta-analisis
kami juga mencakup 4 percobaan tambahan yang telah dilaporkan sejak studi Wang dkk.
Akhirnya, kami menggunakan pendekatan yang lebih konservatif dan ketat dalam analisis
statistik dan interpretasi data kami. Secara khusus, kami memilih untuk melepaskan analisis
gabungan untuk 2 hasil kami karena heterogenitas yang signifikan. Dalam studi Griffith dkk
dan Wang dkk, data digabungkan untuk setiap hasil walaupun heterogenitas ditemukan
(dengan statistik I2 berkisar antara 58% sampai 87% pada studi Griffith dkk dan 0% sampai
98% studi Wang dkk). Paragraf berikut membahas masalah penggabungan data dengan
adanya statistik yang tinggi.

Keterbatasan yang umum dihadapi dalam meta-analisis, termasuk yang sekarang,


adalah heterogenitas data. Heterogenitas dapat diakibatkan oleh variabilitas klinis populasi
penelitian dan variasi metodologis dari kinerja penelitian. Dalam meta-analisis yang meneliti
masalah trakeostomi dini dan terlambat, sumber utama heterogenitas adalah kriteria inklusi
dan eksklusi yang berbeda-beda yang digunakan. Oleh masing-masing percobaan, populasi
pasien yang beragam, teknik trakeostomi, dan khususnya definisi bervariasi dari trakeostomi
dini dan terlambat. Variasi ini bisa menghasilkan lebih dari satu efek intervensi. Dalam kasus
ini, hasil gabungan tidak akan sesuai, karena tidak akan menangkap efek nyata pada populasi
manapun. Pada studi kami, kami memutuskan untuk data gabungan jika hanya
heterogenitasnnya moderat atau rendah (I2 ≤ 60%). Kecuali untuk lamanya dirawat di ICU.
Kami mengumpulkan hasilnya untuk hasil ini karena efek terukur dari masing-masing studi
berada pada arah yang sama, dan kita merasa bahwa analisis gabungan akan paling baik
untuk menggambarkan ini.

Keterbatasan kedua studi kami bahwa kami mungkin tidak termasuk percobaan yang
acak dan kuasi acak dibandingkan dengan hasil dari trakeostomi dini dengan trakeostomi
lambat. Kami melakukan pencarian menyeluruh dan meminimalkan kemungkinan kehilangan
studi yang relevan dengan memiliki strategi pencarian inklusif yang dilakukan secara
sistematis oleh 2 pengulas. Namun pencarian literatur terbatas untuk artikel yang berbahasa
inggris; karena itu, publikasi dalam bahasa lain mungkin telah terjawab.

Akhirnya, Keterbatasan penting penelitian yang meneliti waktu optimal trakeostomi


adalah akurasi dimana panjang ventilasi mekanik dapat diprediksi. Sebagian besar studi
termasuk dalam analisis meta kami mendaftarkan pasien yang terprediksi memerlukan
perpanjangan penggunaan ventilasi mekanik berdasarkan pada ketajaman klinik peneliti. Dua
penelitian menggunakan institusi spesifik dan alat yang tak tervalidasi; Hanya satu penelitian
menggunakan alat yang divalidasi; Namun, alat ini khusus untuk membakar pasien dan oleh
karena itu tidak berlaku untuk populasi perawatan kritis lainnya. Empat studi memberikan
data Tentang jumlah keterlambatan trakeostomi yang sebenarnya dilakukan. Dalam penelitian
ini, sebanyak 354 pasien diacak untuk menerima trakeostomi yang terlambat, dan dari pasien
ini, 62 (17,5%) tidak menerima trakeostomi karena berhasil disapih dari ventilasi mekanik
dan diekubasi. Ketidakmampuan kita untuk secara akurat memprediksi kebutuhan ventilasi
mekanis penting untuk diingat saat mempertimbangkan trakeostomi dini, karena ada proporsi
pasien yang mungkin menerima intervensi ini secara tidak perlu. Bidang penting untuk
penelitian selanjutnya adalah pengembangan sistem penilaian yang divalidasi, yang
memungkinkan dapat memprediksi lebih akurat tentang perpanjangan penggunaan ventilasi
mekanik.

KESIMPULAN

Tinjauan dan meta analisis kami yang sistematis menemukan bahwa bila dilakukan
dalam waktu 7 hari, trakeostomi dini dikaitkan secara signifikan dengan penurunan lama
tinggal ICU. Tidak ada perbedaan mortalitas di rumah sakit. Tidak cukup bukti saat ini untuk
mendukung trakeostomi dini sehubungan dengan kejadian pneumonia atau ventilasi mekanis.
Analisis subkelompok tidak menunjukkan perbedaan hasil berdasarkan etiologi penyakit
kritis atau apakah trakeostomi dini dilakukan pada 2 sampai 3 hari, 4 sampai 5 hari, atau 7
sampai 8 hari intubasi endotrakeal.

You might also like