Professional Documents
Culture Documents
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
Kasih dan Karunianya yang begitu besar sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah “MAGNITUDO GEMPA dan ENERGI GEMPA”. Penyusunan
makalah ini merupakan persyaratan untuk mendapatkan nilai.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
demi kesempurnaan penulisan makalah ini maka saran dan kritik sangat kami
harapkan dan kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................. 8
2
BAB I
PENDAHUUAN
3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mendalami lagi apa itu Energi
dan Magnitudo gempa sehingga kita dapat menentukan besarnya energi yang
dihasilkan oleh sebuah gempa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Magnitudo Gempa
Setiap kali gempa bumi bumi terjadi, hal yang pertama sekali ditanyakan
adalah berapa skala gempa tersebut. Skala kekuatan gempa atau skala magnitudo
gempa merupakan sebuah ukuran logaritmik kekuatan gempa bumi atau ledakan
bom berdasarkan pengukuran amplitudo maksimum gelombang gempa bumi.
Amplitudo tersebut tentu saja berdasarkan hasil rekaman peralatan perekam
gelombang gempa bumi. Nilai skala gempa bersifat logaritmik, ini berarti bahwa
Skala gempa 6 = 10 x skala gempa 5, skala gempa 5 = 10 x skala gempa 4, dsb.
Saat ini, terdapat beberapa skala magnitudo gempa yang digunakan di dunia.
Masing-masing magnitudo merekam gelombang gempa yang berbeda-beda
sehingga pembaca jangan heran apabila ketika gempa terjadi, skala magnitudo
yang dikeluarkan BMKG, USGS dan beberapa lembaga lain berbeda.
Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang skala gempa
bumi, berikut beberapa magnitudo yang digunakan oleh seismologi dalam
mengamati gempa bumi yang ada di seluruh dunia.
1. Magnitudo Lokal (ML);
Ini merupakan skala magnitudo yang pertama sekali dikembang oleh
Charles Richter pada tahun 1935. Ide dasar beliau mengembangkan skala
Magnitudo Lokal ini adalah untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang
kerap terjadi di California berdasarkan skala sebuah alat dan bukan
berdasarkan skala yang dirasakan oleh manusia. Skala berdasarkan
pengukuran alat (instrumen) in sangat bergantung kepada jarak alat terhadap
sumber gempa yang dapat dibaca berdasarkan simpangan Amplitudo
maksimumnya yang terekam pada seismogram. Data gempa yang terjadi di
California ini akan terus dikumpul oleh Pak C. Ricther sehingga menjadi data
gempa dalam jangka waktu tertentu yang disebut katalog gempa. Skala
Magnitudo yang dikembangkan oleh C. Richter inilah yang saat ini kita kenal
sebagai Skala Richter (SR). Skala Richter atau Magnitudo Lokal ini cuma
5
cocok digunakan untuk gempa-gempa lokal saja atau gempa bumi yang
berjarak kurang dari 600 Km dan gempa-gempa kecil. Apabila jaraknya
sudah melebihi 600 Km dan skala gempanya juga besar, maka skala Richter
ini sudah tidak sesuai lagi digunakan. Saat ini, stasiun pengamat gempa yang
ada di seluruh dunia sudah sangat jarang menggunakan skala magnitudo ini.
2. Magnitudo Gelombang Badan (Mb)
Magnitudo gelombang badan ini dibuatkan untuk mengatasi kelemahan
Magnitudo lokal yang sangat terbatas pada jarak (kurang dari 600 Km). Pada
gempa-gempa yang jauh, fasa-fasa gelombang badan primer terekam sangat
jelas sehingga Magnitudo Mb ini memanfaatkan gelombang badan primer ini.
Seperti yang saya jelaskan di atas, babwa fasa gelombang ini sangat
bergantung terhadap jarak dan makin jauh dengan sumber maka akan ada
efek pelemahan gelombang. Untuk mengatasi efek peluruhan/pelemahan
gelombang ini, pada perumusan dasar untuk menghitung magnitudo harus
adanya fungsi kalibrasi jarak dan kedalaman gempa sehingga stasiun
pengamat gempa yang berjarak 700 Km dengan stasiun pengamatan 900 Km
mendapatkan skala yang sama yang satu kejadian gempa yang sama.
3. Magnitudo Gelombang Permukaan (Ms)
Apabila magnitudo Mb memanfaatkan gelombang badan, maka
Magnitudo gelombang permukaan atau disingkat Ms menggunakan
simpangan/amplitudo gelombang permukaan. Penggunakan magnitudo
gelombang permukaan ini dikarenakan gempa yang berjarak lebih dari 600
Km dimana pusat gempanya dangkal, maka gelombang gempa yang akan
terekam didominasi oleh gelombang permukaan. Nilai perioda gelombang
gempa bumi yang digunakan untuk mengukur magnitudo gelombang
permukaan adalah perioda 20 detik dari gelombang Rayleigh dari
seismometer komponen vertikal.
4. Magnitudo Momen (Mw)
Magnitudo ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1979 oleh Hiroo
Kanamori dan Tom Hanks dan paling banyak digunakan saat ini. Magnitudo
ini mengukur “seismic moment” atau momen seismik yang menunjukkan
6
seberapa besar energi yang dilepaskan untuk menghasilkan gempa bumi
berdasarkan luas rekahan, panjang slip dan sifat rigiditas (kekakuan) batuan.
Saat ini, hampir semua stasiun pengamat gempa bumi yang ada di seluruh
dunia menggunakan skala ini. Kawan-kawan dari media massa harusnya lebih
sering menggunakan skala ini apabila meliput berita gempa bumi dari luar
negeri.
B. Energi Gempaa
Energi/Kekuatan gempa disumbernya dapat juga diukur dari energi total
yang dilepaskan oleh gempa tersebut. Energi yang dilepaskan oleh gempa
biasanya dihitung dengan mengintegralkan energi gelombang sepanjang kereta
gelombang (wave train) yang dipelajari (misal gelombang badan) dan seluruh
luasan yang dilewati gelombang (bola untuk gelombang badan, silinder untuk
gelombang permukaan), yang berarti mengintegralkan energi keseluruh ruang dan
waktu. Berdasar perhitungan energi dan magnitudo yang pernah dilakukan,
ternyata antara magnitudo dan energi mempunyai relasi yang sederhana, yaitu:
logE = 4,78 + 2,57mb dengan satuan energi dyne cm atau erg. Berdasar persamaan
tersebut, kenaikan magnitudo gempa sebesar 1 skala richter akan berkaitan dengan
kenaikan amplitudo yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10 kali, dan kenaikan
energi sebesar 25 sampai 30 kali. Untuk mendapatkan gambaran seberapa besar
energi yang dilepaskan pada suatu kejadian gempa, kita dapat menggunakan
persamaan di atas untuk menghitung energi gempa yang mempunyai magnitudo
mb = 6.8. Perhitungan energi ini akan menghasilkan angka sebesar 1022 erg =
1015 joule = 278 juta kWh. Angka ini mendekati energi listrik yang dihasilkan
oleh generator berkekuatan 32 mega watt selama 1 tahun. Jadi untuk gempa
dengan magnitudo 7.8, energinya menjadi kurang lebih 30 kali lipat dari itu (30 x
278 juta kWh).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA