Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
BM = 394
Struktur DPPH (2,2-diphenil-1-picryl hidrazil)
Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom
hidrogen, maka warna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan tereduksinya DPPH.
Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode ini berdasarkan dari hilangnya
warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh antioksidan. Intensitas warna dari larutan uji
diukur melalui spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 520 nm. Hasil dari
uji ini diinterpretasikan sebagai IC50, yaitu konsentrasi senyawa uji yang dibutuhkan untuk
mengurangi radikal DPPH sebesar 50%. Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi
linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan persen penangkapan
radikal. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin aktif ekstrak (senyawa uji) tersebut sebagai
antioksidan. Pada metode ini tidak diperlukan substrat sehingga memiliki keuntungan, yaitu
lebih sederhana dan waktu analisis yang lebih cepat. Selain itu, metode ini juga memiliki
tingkat sensitifitas yang tinggi dan dapat menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka
waktu singkat.
2. Uji ABTS
Asam 2,2’-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat (ABTS) merupakan substrat dari
peroksidase, di mana ketika dioksidasi dengan kehadiran H2O2 akan membentuk senyawa
radikal kation metastabil dengan karakteristik menunjukan absorbansi kuat pada panjang
gelombang 414 nm. ABTS merupakan senyawa larut air dan stabil secara kimia.
Akumulasi dari ABTS dapat dihambat oleh antioksidan pada medium reaksi dengan
aktivitas yang bergantung waktu reaksi dan jumlah antioksidan. Kemampuan relatif
antioksidan untuk mereduksi ABTS dapat diukur dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 734 nm. Absorbansi maksimal juga dapat terjadi pada panjang gelombang yang
lain. Panjang gelombang yang mendekati daerah infra merah (734 nm) dipilih untuk
meminimalkan interfensi dari absorbansi komponen lainnnya.
Hasil pengukuran dengan spektrofotometer selanjutnya dibandingkan dengan standar
baku antioksidan sintetik, yaitu trolox yang merupakan analog vitamin E larut air. Hasil
perbandingan ini diekspresikan sebagai TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Activity).
TEAC adalah konsentrasi (dalam milimolar) larutan trolox yang memiliki efek antioksidan
ekuivalen dengan 1,0 mM larutan zat uji. TEAC mencerminkan kemampuan relatif dari
antioksidan untuk menangkap radikal ABTS dibandingkan dengan trolox.
3. Uji TRAP
Pengujian TRAP atau Total Radical-Trapping Antioxidant Parameter bekerja
berdasarkan pengukuran konsumsi oksigen selama reaksi oksidasi lipid terkontrol yang
diinduksi oleh dekomposisi termal dari AAPH (2,2’-Azobis(2-aminidopropana)hidroklorida)
untuk mengukur total aktivitas antioksidan. Hasil uji ini diekspresikan sebagai jumlah (dalam
mikromol) radikal peroksil yang terperangkap oleh 1 liter plasma. Pengukuran serum TRAP
berdasarkan penentuan lamanya waktu yang diperlukan oleh serum uji untuk dapat bertahan
dari oksidasi buatan.
4. Uji FRAP
Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) bekerja berdasarkan reduksi dari
analog ferroin, kompleks Fe3+ dari tripiridiltriazin Fe(TPTZ)3+ menjadi kompleks Fe2+,
Fe(TPTZ)2+ yang berwarna biru intensif oleh antioksidan pada suasana asam. Hasil pengujian
diinterpretasikan dengan peningkatan absorbansi pada panjang gelombang 593 nm dan dapat
disimpulkan sebagai jumlah Fe2+ (dalam mikromolar) ekuivalen dengan antioksidan standar.
Dimasukkan dalam labu takar 100 mL dan ditambah etanol a.d. 100 mL
Dimasukkan dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan etanol a.d 100 mL
Ditambahkan 1 mL DPPH
Ditambahkan 1 mL DPPH
%penangkapan radikal
60.0000 R² = 0.8639
50.0000
40.0000
30.0000
20.0000
10.0000
0.0000
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi (µg/ml)
- Menghitung EC50
y = 50%
y = 19,0807x + 29,9985
50 = 19,0807x + 29,9985
50−29,9985
𝑥= 19,0807
𝑥 = 1,0483 µ𝑔/𝑚𝑙
D. Data sampel
Konsentrasi (mg/ml) Absobansi
0,4 0,562
0,8 0,459
1,2 0,441
1,6 0,420
2,0 0,399
- Perhitungan %penangkapan radikal
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙 = × 100%
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
o Kadar 0,4 µg/ml
0,937 − 0,562
%𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙 = × 100% = 40,0213%
0,937
o Kadar 0,8 µg/ml
0,937 − 0,459
%𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙 = × 100% = 51,0139%
0,937
o Kadar 1,2 µg/ml
0,937 − 0,441
%𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙 = × 100% = 52,9349%
0,937
o Kadar 1,6 µg/ml
0,937 − 0,420
%𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙 = × 100% = 55,1761%
0,937
o Kadar 2,0 µg/ml
0,937 − 0,399
%𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙 = × 100% = 57,4173%
0,937
- Regresi linier konsentrasi (x) vs %penangkapan radikal (y)
Konsentrasi (mg/ml) %penangkapan radikal
0,4 40,0213*
0,8 51,0139
1,2 52,9349
1,6 55,1761
2,0 57,4173
a = 46,6276
b = 5,3629
r = 0,999
y = 5,3629x + 46,6276
56.0000
55.0000
54.0000
53.0000
52.0000
51.0000
50.0000
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi (mg/ml)
- Menghitung EC50
y = 50%
y = 5,3629x + 46,6276
50 = 5,3629x + 46,6276
50−46,6276
𝑥= 5,3629
Sediaan yang hendak dianalisis adalah Viva® Sunscreen Foundation. Sediaan ini
berbentuk krim, berwarna putih, dngan wangi harum khas. Senyawa aktif yang tertulis pada label
adalah 0.5% 2-ethylhexyl p-methoxy-cinnamate. Dari kenampakan, tampak sediaan ini masih
layak pakai.
Proses analisis dimulai dengan membuat larutan DPPH. Larutan dibuat dengan
melarutkan 15,75 gram DPPH dalam 100 ml etanol absolut. Larutan kemudian diaduk homogen
dan disimpan dalam lemari es. Penyimpanan di lemari es menjamin DPPH tak rusak akibat sinar
UV matahari maupun karena suhu yang terlalu panas. Selanjutnya dibuat larutan standar berupa
arbutin. Arbutin (4-Hydroxyphenyl-D-glucopyranoside) merupakan suatu senyawa sintetik yang
berfungsi sebagai bahan aktif pencerah kulit yang terdiri dari alfa arbutin dan beta arbutin.
Arbutin bekerja dengan mengeblok biosintesis melanin melalui penghambatan oksidasi
enzimatik tirosin dan DOPA. Arbutin merupaka glikosida hidrokuinon, dan ditemukan di alam
pada tanaman Arctostaphylos. Arbutin merupakan antioksidan yhang sering dipakai dalam
kosmetik sehingga cocok digunakan dalam analisis kosmetik. Dalam makanan, antioksidan yg
sering dipakai adalah vitamin C. Untuk membuat standar arbutin, sebanyak 50 mg arbutin
ditimbang. Arbutin lalu dimasukkan ke labu takar 50 ml dan dilarutkan dalam etanol absolut
hingga tanda tera. Etanol absolut memiliki kadar hingga 99% dengan kadar air kurang dari 1%.
Etanol aboslut memiliki serapan yang sangat rendah, sehingga cocok digunakan unutk
pengukuran dengan spektrofotometri. Setelah didapatkan larutan induk arbutin, dibuat seri kadar
arbutin 2, 8, 12, 20, 28 µg/ml dalam labu takar 5 ml. Masing-masing seri kadar lalu diberi 1 ml
DPPH, kemudian divortex selama 30 detik agar homogen. Larutan kemudian didiamkan di
tempat gelap selama 30 menit. Pemgguanan ruangan gelap dimaksudkan agar senyawa DPPH
tak rusak oleh pengaruh ultraviolet dari cahaya matahari. Setelah 30 menit, masing – masing seri
kadar dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 516 nm. Blangko yang digunakan adalah
larutan DPPH. Senyawa arbutin adalah antioksidan yang akan mereduksi senyawa radikal
DPPH. Saat DPPH tereduksi, warna ungu DPPH akan memudar dan menjadi berwarna kuning,
sehingga semakin besar kadar arbutin, maka absorbansi yang terbaca akan semakin rendah. Dari
data absorbansi tersebut, dicari nilai % penangkapan radikal dari masing – masing seri kadar.
Nilai % penangkapan radikal ini kemudian dibuat menjadi grafik konsentrasi sampel vs
% penangkapan radikal dan dicari persamaan regresinya. Persamaan regresi arbutin yang didapat
adalah y = 19,0807x + 29,9985.
Dari persamaan ini dapat dihitung nilai EC50 (Efficient concentration). EC50 adalah
besaran konsentrasi substrat yang mampu menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH
(Molyneux, 2004). Dari pengukuran didapatkan nilai EC50 arbutin sebesar 1,0483 µg/ml.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap sampel. Sampel berupa krim sunscreen
ditimbang sebanyak 1 gram. Sampel lalu dilarutkan dalam 25 ml etanol untuk melarutkan
kandungan antioksidannya. Unutk membantu pelarutan, dilakukan sonikasi terhadap sampel
dalam labu takar. Setelah itu, sampel disaring unutk menghilangkan sisa basis yang tak melarut.
Dari larutan induk tersebut dibuatbeberapa seri kadar yaitu 0,4;0,8; 1,2; 1,4; 2,0 mg/ml di dalam
labu takar 5 ml denganpelarut etanol absolut. Setalah itu ditambahkan kembali 1 ml DPPH dan
divortex 30 menit. Seri kadar kemudian disimpan dalam tempat gelap selama 30 menit. Setelah
30 menit, absorbansi seri kadar sampel dibaca pada panjang gelombang 516 nm. Absorbansi
yang digunakan unutk menghitung % penangkapan radikal lalu dibuat menjadi grafik konsentrasi
sampel vs % penangkapan radikal. Dari grafik didapat persamaan regresi sampel adalah y =
5,3629x + 46,6276.
Persamaan regresi ini kemudian digunakan unutk menghitung nilai EC50.Dari hasil
percobaan didapatkan nilai EC50 sampel sebesar 628,8 µg/ml.
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa harga EC-50 sampel lebih besar daripada IC-50
arbutin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas sebagai antioksidan dari sampel (2-
ethylhexyl p-methoxycinnamate) lebih besar daripada arbutin.
VII. KESIMPULAN
1. Uji aktivitas antioksidan sampel sunscreen dapat menggunakan metode DPPH
2. Prinsip metode DPPH adalah seberapa banyak antioksidan merusak ikatan terkonjugasi
dari DPPH kemudian dibaca absorbansi DPPH yang tersisa dengan spektrofotometer
3. Aktivitas antioksidan sebanding dengan %penangkapan radikal
4. Harga EC-50 arbutin adalah 1,0483 µg/ml sedangkan harga EC-50 sampel adalah 628,8
µg/ml
5. Aktivitas antioksidan sampel lebih besar dari aktivitas antioksidan arbutin