You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya akuntansi manajemen berkaitan dengan masalah penyajian informasi
akuntansi yang salah satunya tentang akuntansi pertanggungjawaban. Dalam membahas
informasi akuntansi pertanggungjawaban, informasi dihubungkan dengan wewenang
yang dimiliki oleh tipe-tipe manajer.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban terdiri atas informasi biaya masa lalu dan
masa datang. Biaya yang menjadi tanggungjawab seseorang digunakan dalam proses
perencanaan, khususnya dalam proses perencanaan tahunan yang disebut budget.
Informasi masa lalu mengenai biaya sesungguhnya yang terjadi dalam pusat
pertanggungjawaban digunakan dalam laporan mengenai prestasi pusat
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban lebih bermanfaat untuk kepentingan
manajemen daripada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kontruksi biaya
penuh. Melihat kondisi ekonomi yang semakin berkembang untuk menghadapi
lingkungan manufaktur maju, akuntansi manajemen telah mengembangkan sistem
akuntansi pertanggungjawaban berbasis aktivitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertin akuntansi pertanggungjawaban?
2. Apakah konsep Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban ?
3. Bagaiamana sistem Akuntansi PertanggungJawaban Tradisional?
4. Bagaiamana Activity-Based Responsibility Accounting System?
5. Bagaimana pembebanan tanggung jawab biaya dalam sistem akuntansi
Pertangungjawaban Tradisional?

C. Tujuan
1. Apakah pengertin akuntansi pertanggungjawaban?
2. Apakah konsep Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban ?
3. Bagaiamana sistem Akuntansi PertanggungJawaban Tradisional?
4. Bagaiaman Activity-Based Responsibility Accounting System?
5. Bagaimana pembebanan tanggung jawab biaya dalam sistem akuntansi
Pertangungjawaban Tradisional?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban


Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi
manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat
pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah akuntansi pertanggung
jawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan sampai
bagaimana baiknya manajer pusat pertanggung jawaban dapat memanaje pekerjaan
yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan tanggung jawabnya atau
suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggung
jawaban.
Menurut Mulyadi (1983 : 379-380) dikemukakan : “Akuntansi
pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sehingga
pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan dengan bidang
pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau
kelompok yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan
yang dianggarkan”.
Manfaat dari Akuntansi Pertanggungjawaban adalah :
1. Dasar penyusunan anggaran
2. Penilai kerja manajer pusat pertanggungjawaban
3. Pemotivasi manajer
4. Alat untuk memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas

B. Konsep Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban


Konsep informasi akuntansi pertanggung jawaban telah berkembang sejalan
dengan metode pengendalian biaya yang digunakan dalam perusahaan. Dalam system
ini informasi pertanggung jawaban tradisional, informasi akuntansi pertanggung
jawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan dan atau beban, yang dihubungkan
dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggung jawaban tertentu.
Wewenang yang dimiliki oleh seorang manajer menjadikan dalam posisi dapat
mengendalikan suatu yang berada dibawah wewenang, dalam hubunganya wewenang
manajer tertentu, aktiva, pendapatan, dan biaya dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan:
1. Aktiva, pendapatan, dan biaya terkendali.
2. Aktiva, pendapatan, dan biaya tidak terkendali oleh manajer tersebut.
 Aktiva terkendali
Aktiva yang digunakan oleh suatu pusat pertanggung jawaban dapat dikelompokkan
ke dalam dua golongan yaitu aktiva terkendali dan aktiva tidak terkendali
Aktiva terkendali bagi seorang manajer pusat pertanggung jawaban adalah :
a. Aktiva yang pemerolehan dan penggunaanya berada dibawah wewenang manajer
pusat pertanggung jawaban tersebut, atau
b. Aktiva yang penggunaanya berada di dalam wewenang manajer pusat
pertanggung jawaban tersebut.
 Pendapatan Terkendali
Pertanggung jawaban pendapatan yang diproleh suatu pusat pertanggung jawaban
tidak terlalu sulit pelaksanaannya, karena pendapatan mudah di indentifikasi dengan
manajer yang bertanggung jawab untuk memperolehnya.
 Biaya terkendali
Untuk memisahkan biaya kedalam biaya terkendali dan tidak terkendali pada
kenyataannya sering kali ditemui kesulitan. Pedoman untuk menetapkan apakah suatu
biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seorang manajer pusat pertanggung
jawaban adalah sebagai berikut :
a. Jika seseorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun
penggunaan jasa, ia harus dibebabi dengan biaya jasa tersebut
b. Jika seseorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya
tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.
c. Jika seseorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya
tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri ia dapat juga dibebani biaya
tersebut, jika manajemen puncak menghendaki agar ia menaruh perhatian.
Pengubahan biaya tidak terkendali menjadi biaya terkendali
biaya tidak terkendali dapat diubah menjadi biaya terkendali melalui dua cara yang
saling berkaitan :
a. Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung atau
b. Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan.
 Anggaran biaya sebagai tolak ukur pengendalian biaya
Untuk pengendalian biaya, anggaran biaya harus disusun sesuai dengan tingkat
manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap manajemen harus mengajukan rancangan
anggaran biaya yang berada di bawah tanggung jawab masing-masing, yang
kemudian rancangan-rancangan anggaran ini kemudian dikontribusikan dan
diselelaraskan satu sama lain oleh komite anggaran.
 Terkendalikanya biaya versus variabilitas biaya
Variabilitas biaya merupakan perilaku biaya dalam hubunganya dengan perubahan
volume kegiatan. Jika variabilitas biaya dihubungkan dengan wewenang tertentu,
maka biaya harus dikelompokkan.

C. Sistem Akuntansi PertanggungJawaban Tradisional


Menurut mulyadi (1997:214), Sistem akuntansi pertanggungjawaban
tradisional adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga
pengumpulan dan pelaporan biaya dan atau pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau
kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan atau
pendapatan yang dianggarkan.
Asumsi-asumsi sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional:
1. Pengelolaan Berdasarkan Penyimpangan
Dengan melihat penyimapangan yang terjadi dalam perusahaan, maka manajemen
akan memusatkan perhatiaanya terhadap perbaikan ketidakefisienan yang terjadi.
Pelaporan secara periodik yang disajikan oleh akuntansi pertanggungjawaban
kepada manajer yang bertanggungjawab sangat cocok digunakan untuk menarik
perhatian mereka kearah bidang yang terdapat penyimpangan didalamnya dan
segera melakukan perbaikan.
2. Pengelolaan berdasarkan tujuan (Manajemen By Object)
Dalam MBO manajer atas maupun bawah bersama-sama menetapkan sasaran
bersama yang dinyatakan dalam hasil atau sasaranyang diharapkan dan secara
bersama-sama memantau kemajuan dan pencapaian sasaran tersebut.
3. Struktur pertanggungjawaban sesuai dengan hierarki organisasi.
Akuntansi pertanggungjawaban tradisional menganggap bahwa pengendalian
organisasi dapat meningkat dengan cara menciptakan jaringan pusat
pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal perusahaan.
4. Manajer bawahnya tersedia untuk menerima tanggung jawabyang dibebankan
kepada mereka melalui hierarki organisasi.
Hal yang terpenting dalam menentukan agar sistem akuntansi
pertanggungjawaban ini berhasil adalah kesediaan para manajer pusat untuk
menerima tanggung jawab yang diberikan kepada mereka.
5. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerjasama bukan kompetisi
Sistem akuntansi pertanggungjawaban memberikan kesempatan kepada manajer
untuk merumuskan sasaran mereka sendiri dan membuat keputusan dalam angka
tenggung jawab yanng didelegasikan oleh manajer di atasnya, maka hal ini akan
meningkatkan kesetiaan harga diri dan rasa penting dalam diri manajer.

D. Activity-Based Responsibility Accounting System


Activity-based responsibility adalah suatu sistem akuntansi yang disusun
sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dilakukan menurut
aktivitas penambah dan bukan penambah nilaiuntuk memungkinkan manajemen
merencanakan pengelolaan aktivitas dan memantau hasil perbaikan bersinambungan
atas berbagai aktivitas untuk pembuatan produk/ penyerahan jasa.
1. Aktivitas penambah nilai
Aktivitas penambahan nilai adalah aktivitas yang perlu dilakukan untuk menjaga
agar perusahaan tetap bertahan dan bekembang dalam bisnis yang dijalankan.
Klasifikasi aktivitas penambah nilai karena memenuhi 3 kondisi :
a. Aktivitas yang mampu menghasilkan perubahan suatu keadaan
b. Perubuhan sifat tersebut tidak dapat dicapai oleh aktivitas sebelumnya
c. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain dapat dilaksanakan
2. Aktivitas Bukan Penambah Nilai
Aktivitas bukan penambah nilai adalah aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah dan merupakanaktivitas yang tidak perlu dilakukan karena tidak membuat
perusahaan dapat bertahan atau berkembang dalam bisnisnya. Dalam perusahaan
manufaktur, terdapat 5 golongan aktivitas bukan penambah nilai yaitu :
a. Pembuatan skedul.
Pembuatan waktu dan sumber daya untuk menentukan kapan berbagai produk
yang berbeda dimasukkan dan bagaimana berbagai produk tersebu diproduksi.
b. Pemindahan
Aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk memindahka
bahan baku, produk dalam proses dan tranfer produk jadi dari satu departemen
ke departemen lainnya.
c. Penantian
Aktivitas yang didalamnya bahan baku dan produk dalam proses
menggunakan waktu dan sumber daya untuk menunggu proses berikutnya.
d. Inspeksi
Aktivitas yang mengkonsumsi waktu dan sumber daya untuk menjamin
produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang sudah ditetapkan.
e. Penyimpanan
Aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya selama produk dan
bahan baku disimpan sebagai bahan sediaan.

E. Pembebanan Tanggung Jawab Biaya Dalam Sistem Akuntansi


Pertangungjawaban Tradisional
Proses penyusunan anggaran selalu menghadapi masalah penentuan
wewenang manager atau suatu biaya. Dalam menentukan terkendalikan atau tidaknya
suatu biaya, dicerminkan melalui biaya yang dikeluarkan ataukah melalui sumber
daya yang dikonsumsi sebagai contoh adalah biaya Departemen Listrik yang
dinikmati manfaatnya oleh departemen produksi dan departemen lainnya dalam
perusahaan. Jika terkendalinya biaya didasarkan pada sumber daya yang dikonsumsi,
maka manager departemen produksi dan departemen lain sebagai konsumen sumber
daya listrik dibebani tanggungjawab atas terjadinya biaya listrik tersebut, sedangkan
jika terkendalinya biaya didasarkan atas biaya yang dikeluarkan maka manager
departemen listrik dibebani tanggungjawab sepenuhnya terhadap biaya listrik
tersebut.
Contoh:
Departemen Listrik menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan dua departemen
produksi A dan B. kapasitas depertemen listrik pertahun adalah 180.000 kwh dengan
jumlah biaya produksi listrik sebesar Rp60.000 yang terdiri dari : Biaya Tetap
Rp40.000 dan biaya variabel Rp20.000. Kebutuhan minimum departemen A dan B
berturut-turut 50.000 kwh dan 30.000 kwh pertahun.
Jawab :
DATA DEPARTEMEN LISTRIK
Biaya Tetap Rp40.000
Biaya Variabel Rp20.000
Total Biaya Produksi Listrik pertahun Rp60.000
Data Pemakaian Listrik pertahun
Kapasitas yang tersedia 180.000kwh
Kebutuhan pokok departemen
A 50.000 kwh
B 30.000 kwh
80.000 kwh
Kapasitas yang bebas pemakinya 100.000 kwh

METODE PEMBEBANAN TANGGUNGJAWAB BIAYA LISTRIK


Metode I Pembebanan berdasarkan kapasitas pelayanan
Departemen A= (50.000/80.000)*Rp60.000 Rp37.500
Departemen B= (30.000/80.000)*Rp60.000 Rp22.500
Rp 60.000
Metode2 Pembebanan berdasarkan Kapasitas Pelayanan dan Pemakaian
Departemen A
Biaya tetap =(50.000/80.000)*40.000 Rp25.000+
Biaya variabel=(20.000/100.000) Rp0.2 per kwh
Departemen B
Biaya Tetap =(30.000/80.000)*40.000 Rp15.000+
Biaya Variabel=(20.000/100.000) Rp0.2 per kwh
Metode 3 Pembebanan berdasarkan Pemakaian.
Departemen A =(60.000/180.000) Rp0.333perkwh
Departemen B = (60.000/180.000) Rp0.333perkwh

Metode I Pembebanan berdasarkan kapasitas pelayanan


Dalam metode pembebanan tanggung jawab ini,biaya departemen listrik sebesar Rp
60.000 dibebankan berdasarkan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan pokok
departemen pemakai. Dengan cara pembebanan ini, departemen pemakai dibebani
biaya departemen penghasil jasa berdasarkan proporsi kapasitas yang disediakan oleh
departemen penghasil jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok departemen pemakai.
Dengan demikian, Departemen A dalam contoh tersebut menerima beban tanggung
jawab biaya listrik sebesar Rp 37.500( 50.000/80.000*Rp 60.000) dan Departemen B
menerima beban tangung jawab biaya listrik sebesar Rp 22.500 ( 30.000/80.000* Rp
60.000). Dengan cara ini departemen pemakai akan dibebani dengan biaya yang tidak
terkendalikan oleh mereka, karena biaya yang diterima oleh departemen pemakai dari
alokasi akan sama, tidak peduli apakah departemen pemakai menggunakan atau tidak
menggunakan jasa departemen penghasil jasa.

Metode 2 Pembebanan berdasarkan Kapasitas Pelayanan dan Pemakaian.


Dalam Metode ini, biaya departemen listrik sebesar Rp 60.000 dibebani tanggung
jawab dengan 2 cara:
1. Biaya Tetap dibebankan berdasarkan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan pokok
Departemen pemaka
2. Biaya Variabel dibebankan berdasarkan pemakaian jasa oleh Departemen
Pemakai.
Dengan cara ini, Departemen Pemakai dibebani biaya tetap Departemen Penghasil
jasa berdasarkan proporsi kapasitas yang disediakan oleh Departemen Penghasil jasa
untuk memenuhi kebutuhan pokok Departemen pemakai biaya variabel departemen
penghasil jasa berdasarkan proporsi jumlah kapasitas yang dipakai.
Dengan demikian, Departemen A dalam contoh tersebut menerima beban
tanggungjawab biaya tetap departemen listrik sebesar
Rp20.000(50.000/80.000)*Rp40.000 dan Departemen B menerima beban
tanggungjawab sebesar RP15.500(30.000/80.000)*Rp40.000. disamping itu, untuk
setiap kwh listrik yang dipakai oleh departemen A dan B akan dibebani oelh biaya
variabel sebesar Rp0.20(Rp20.000/100.000).

Metode 3 Pembebanan berdasarkan Pemakaian


Dalam metode ini, biaya departemen penghasil jasa dipandang dapat terkendalikan
seluruhnya oleh departemen pemakai. Oleh karena itu, biaya departemen Listrik
sebesar Rp60.000 dibebankan dengan cara membagi total biaya tersebut dengan total
kebutuhan listrik Departemen produksi, Departemen produksi dibebani biaya
Departemen Listrik sebesar Rp0.333(Rp60.000/100.000).

 Rekayasa Informasi Pertanggungjawaban dalam Aktivity-based Responsibility


Accounting Untuk memungkinkan manajement melakukan pengelolaan aktivitas,
sistem akuntasni pertanggungjawaban harus memisahkan biaya-penambah nilai dan
biaya bukan-penambah nilai. Pemisahan biaya ini diperlukan agar manajement.
1. Dapat memusatkan perhatian mereka terhadap pengurangan dan alhirnya
menghilangkan biaya-bukan-penambah nilai
2. Menyadari besarnya pemborosan yang sekarang sedang terjadi
3. Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas dengan menyajikan biya-
bukanpenambah nilai kepada manajemen dalam bentuk perbandingan antar
periode.
Formula perhitungan Biaya-Penambah dan Bukan-Penambah Nilai adalah:
Biaya-penambah nilai = Kst x Hst
Biaya-bukan-Penambah Nilai =(Kst – KS)*Hst
Keterangan
Kst : Kuantitas ideal cost diver
KS : Kuantitas Sesungguhnya cost driver yang digunakan
Hst : Harga Stndar per unit cost driver.
Cost Driver adalah Suatu factor yang menjadi penyebab(pendorong timbulnya biaya
aktivita tertentu).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan aktiva, pendapatan, dan
biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap pusat
pertanggungjawaban kemudian sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional
adalah suatu sistem akuntansi yangdisusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan
dan pelaporan biaya atau pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi. Sistem akuntansi pertanggungjawaban
menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi pertanggungjawaban yang
berguna untuk penyusunan anggaran, dan untuk menilai serta memotivasi kinerja
manajer.
DAFTAR PUSTAKA

http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-syahrul.pdf
http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008042510212300312043.pdf
Mulyadi.Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Penerbit Salemba
Empat ,edisi 2. 1993

You might also like