Professional Documents
Culture Documents
Tabungan
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan
/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam ekonomi makro,
tabungan adalah pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk kegiatan
konsumsi.
Kita dapat mengetahui hubungan tabungan dengan pendapatan nasional
dengan menggunakan fungsi tabungan.Fungsi tabungan adalah suatu fungsi
yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dan
pendapatan nasional dalam perekonomian.
S = -a + (1-b)Y
keterangan :
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0
b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)
C = tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional.
Contoh kasus :
C = 1.500.000 + 0,80Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y
S = – 1.500.000 + (1-0,80)Y
S = – 1.000.000 + 0,20Y
Untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan nila Y
kedalam fungsi tabungan :
S = -1.000.000 + 0,20(8.000.000)
S = -1.500.000 + 1.600.000
S = 100.000
Pendapatan Nasional disebut juga Produk Domestik Bruto(PDB) atau Gross Domestic Product(GDP)
adalah “Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah
perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam
perekonomian tersebut. Dalam konteks Negara, Indonesia juga menghitung Pendapatan Nasionalnya
dalam kurun waktu 1 tahun/periode.
Berikut data Pendapatan Nasional Negara Republik Indonesia dari tahun 2005-2009 :
LAPANGAN USAHA/ 200
INDUSTRIAL ORIGIN 2005 2006 2007 2008 9
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan 15,
3%
Perikanan/Agriculture,
(33
Livestock, Foresty and 13,39% 13% 13,7% 14,5% 3,0
1 Fishery (%)(TrilliunRp) (234,44) (240,13) (269,11) (301,94) 8)
10,
5%
Pertambangan dan (22
Penggalian/Mining and 10,44% 11% 11,2% 10,9% 8,5
2 Quarrying (%)(TrilliunRp) (111,18) (203,18) (220,01) (226,97) 8)
26,
4%
Industri (57
Pengolahan/Manufacturi 28,06% 27,5% 27% 27,9% 4,7
3 ng Industry (%)(TrilliunRp) (491,28) (507,96) (530,37) (580,97) 2)
9,9
%
(21
Konstruksi/Construction 6,35% 7,5% 7,7% 8,5% 5,5
5 (%)(TrilliunRp) (111,18) (138,54) (151,25) (177,00) 2)
13,
Perdagangan, Hotel dan 4%
Restoran/Trade, Hotel (29
and Restaurant 15,75% 15% 15% 14% 1,7
6 (%)(TrilliunRp) (275,75) (277,07) (294,65) (291,52) 2)
6,3
Pengangkutan dan %
Komunikasi/Transport (13
and Communication 6,63% 6,9% 6,7% 6,3% 7,1
7 (%)(TrilliunRp) (116,08) (127,45) (131,61) (131,18) 5)
7,2
Keuangan, Real Estat dan %
Jasa Perusahaan/Finance, (15
Real Estate and Business 8,36% 8,1% 7,7% 7,4% 6,7
8 Services (%)(TrilliunRp) (146,37) (149,62) (151,25) (154,10) 4)
10,
2%
(22
Jasa-jasa/Services 10,1% 10,1% 10,1% 9,7% 2,0
9 (%)(TrilliunRp) (176,83) (186,56) (198,40) (201,99) 5)
Produk Domestik
Bruto/ Gross Domestic
Product (%)(TrilliunRp) 100 100 100 100 100
Dari data tersebut bisa kita simpulkan bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami peningkatan
Pendapatan Nasional. Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan PDB
terbesar didunia. Pendapatan terbesar berada pada bidang Industri Pengolahan yg
berkisar di atas 25% dari PDB. Pada tahun 2005 Pendapatan Nasional Indonesia
terbesar dipasok dari sektor pertambangan sebesar Rp 491,28 triliuni. Dilihat dari
PDB tanpa Migas juga tidak terpaut jauh dari PDB dengan migas, itu berarti sektor
tersebut memberikan PDB yang cukup besar. Pendapatan Nasional Indonesia
terkecil berada pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang berkisar di bawah 1%
dari PDB. Sedangkan mulai dari tahun 2006 hingga 2009 sektor Industri yang
paling besar menyumbang Pendapatan Nasional. Dapat dikatakan bahwa Indonesia
saat ini berkembang menjadi Negara Industri walaupun Indonesia disebut sebagai
negara Agraris. Mengapa demikian ? Indonesia menpunyai peluang besar untuk
menjadi Negara Industri dengan SDM yang ada dan dengan adanya teknologi yang
berkembang cukup pesat saat ini. Dengan menjadikan Industri sebagai tonggak
utama Pembangunan dan diberdayakannya SDM yang ada, bukan tidak mungkin
Indonesia dapat menciptakan peluang usaha guna mengurangi tingkat
pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan derajat hidup rakyat banyak.
Menurut VIVAnews – Pendapatan per kapita 2010 diperkirakan naik sekitar US$3.000 atau Rp27 juta per
tahun. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, kenaikan itu disebabkan dua
faktor. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai sekitar enam persen atau lebih,
yang pada gilirannya akan meningkatkan PDB. Dampaknya akan lebih bagus jika pertumbuhan PDB lebih
cepat dibanding laju pertumbuhan penduduk.
https://suriyantinasutionumy.wordpress.com/tugas-kuliah-2/pengantar-ekonomi-pendapatan-nasional/
Kasus Kependudukan:
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya yang
luar biasa. Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per
tahun. Indonesia merupakan negara dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah
penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah
penduduk Indonesia saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar 1,49
% per tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan
bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa,
maka pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama dengan
jumlah seluruh penduduk di Singapura. Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby
booming di Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau
lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang
ada. Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,98% per tahun, penduduk
Indonesia pada 45 – 50 tahun mendatang diperkirakan akan berlipat ganda yakni menjadi 480
juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang meningkat drastis, tentunya menyisakan penduduk
miskin. Penduduk miskin mempunyai keterbatasan mengakses kebutuhan dasar yang tentunya
berpengaruh pada tubuh yang lemah dan kesehatan secara keseluruhan, sehingga mereka tidak
dapat mencari nafkah dengan baik, tentunya hal ini membawa konsekuensi pada kemiskinan
yang lebih dalam dan panjang dari generasi ke generasi, biasa disebut lingkaran setan
kemiskinan, atau kemiskinan struktural.
http://jaenudinp.blogspot.com/2013/05/kependudukan-di-indonesia.html
Pengangguran Terdidik adalah seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi negeri atau swasta dan
ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2012, TPT untuk tingkat
diploma 7,5 persen dan sarjana 6,95 persen. Jumlah pengangguran secara nasional pada Februari 2012
mencapai 7,6 juta orang, dengan TPT sebesar 6.32 persen. kemungkinan sarjana menganggur setiap
tahun akan mengalami peningkatan yang signifikan[3].
Pendidikan yang dipercaya dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang seperti yang telah diuraikan di
atas ternyata tidak dijamin kebenarannya jika dilihat dalam realitas kehidupan. Anggapan orang bahwa
pendidikan dapat mengangkat status atau derajat seseorang perlu untuk ditinjau kembali. Hal ini
dibuktikan dengan semakin meningkatnya pengangguran di kalangan terdidik. Pertanyaannya, mengapa
demikian?
Hemat penulis, terjadinya kasus pengangguran terdidik dikarenakan oleh beberapa faktor.
Di antaranya sebagai berikut:
Tidak sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu, artinya orientasi utama mengapa seseorang
menempuh pendidikan hingga tingkat tinggi adalah untuk tujuan tertentu saja misalnya hanya demi
mendapatkan ijazah.
Kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang
tidak sesuai denagn jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan atas
baik umum maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan
yang ada.
Budaya malas disinyalir sebagai penyebab tingginya angka pengangguran sarjana di Indonesia. Para
pengangguran terdidik lebih memilih pekerjaan yang formal dan mereka ingin langsung bekerja di
tempat yang menempatkan mereka di posisi yang enak, mendapat banyak fasilitas, dan mendapat gaji
yang cukup, tidak mau memulai karier dari bawah.
Faktor penyebab pengangguran juga sering kali diciptakan oleh diri seseorang secara sengaja atau tidak.
Lingkungan memegang peranan yang penting dalam pembentukan pribadi yang kuat dan bisa bersaing.
Lingkungan juga menjadi hal yang membuat banyak pribadi menjadi lemah dan tidak tahu apa yang
harus dilakukan dalam menghadapi tantangan hidup. Jika lingkungan membentuk seseorang
berkompetensi tinggi, maka ia akan terbiasa bekerja keras dan berusaha melakukan yang terbaik.
Sebaliknya, lingkungan yang didominasi oleh orang-orang yang berpikiran mudah menyerah dan tidak
senang bekerja keras, maka pribadi yang dilahirkan dari lingkungan yang seperti ini adalah orang-orang
yang mudah menyerah.
Rendahnya keterampilan yang dimiliki seseorang
Sekalipun seseorang telah menempuh pendidikan yang tinggi dengan nilai yang tinggi, dia tidak akan
dapat eksis jika keterampilan yang dimilki rendah. Keterampilan juga merupakan faktor yang perlu
diperhatikan, entah itu keterampilan dalam bidang pekerjaan maupun keterampilan sosial.
http://blog.umy.ac.id/nurulsadiah/2013/01/20/pendidikan-dan-mobilitas-sosial-studi-kasus-
pengangguran-terdidik/
Menurut pendapat saya, peraturan yang ada sudah bagus dan memadai bahkan dapat
menyelesaikan masalah yang selama ini menghampiri TKI tetapi dalam
pelaksanaannya belum diterapkan seutuhnya sehingga mengakibatkan berlarut-
larutnya masalah tersebut bahkan dalam hal ini saya melihatnya dengan pandangan
bahwa pemerintah mengabaikan hak warga negara Indonesia yang bekerja di luar
wilayah Indonesia. peraturan sudah ada tetapi harus di iringi dengan pelaksanaan yang
adil dan dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku sehingga negara kita terbebas
dari permasalahn tersebut. pemerintah juga harus lebih tegas terhadap masalah-
masalah tersebut sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
kesimpulan : Berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan dicari fakor- faktor penyebab
terjadinya masalah dan alasan masalah justru semakin marak terjadi. Atas fakor
permasalah yang ada digali dan dicariproblem solving. Dalam hal ini juga dituntut
peran serta dari masyarakat dalam pencari solusi. Tidak hanya berperan kritis dengan
berbagai masalah yang terjadi tetapi juga memberikan kritik dan saran. Karena ketika
pemerintah masyarakat bergandengantangan dalam penyelesaian masalah niscaya
akan dicapai hasil yang maksimal dan tentu tidak akan merugikan salah satu pihak.
Dengan ini juga membuka wawasan masyarakat dengan hukum positif di Indonesia
terutama mengenai undang-undang yang mengatur tentang perlindungan dan
penempatan TKI di luar negeri.
http://hanyhanhan.blogspot.com/2012/01/studi-kasus-hak-asasi-warganegara.html