You are on page 1of 9

1.1.

Tabungan
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan
/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam ekonomi makro,
tabungan adalah pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk kegiatan
konsumsi.
Kita dapat mengetahui hubungan tabungan dengan pendapatan nasional
dengan menggunakan fungsi tabungan.Fungsi tabungan adalah suatu fungsi
yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dan
pendapatan nasional dalam perekonomian.
S = -a + (1-b)Y
keterangan :
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0
b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)
C = tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional.

Contoh kasus :

Keluarga pak Ahmad mempunyai penghasilan Rp. 7.000.000,00 sebulan,


dengan pola konsumsi yang dinyatakan dengan fungsi C = 1.000.000 + 0,80Y.
Berdasarkan data tersebut, hitunglah besarnya tabungan keluarga ibu Tutik.
Pembahasan :
Untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S) maka l a n g k a h pertama yang
harus kita lakukan adalah merubah fungsi konsumsi ke dalam f u n g s i
tabungan kemudian memasukan n i l a i pendapatan (Y) ke dalam fungsi
tabungan.

C = 1.500.000 + 0,80Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y

S = – 1.500.000 + (1-0,80)Y
S = – 1.000.000 + 0,20Y
Untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan nila Y
kedalam fungsi tabungan :
S = -1.000.000 + 0,20(8.000.000)
S = -1.500.000 + 1.600.000
S = 100.000

Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah Rp.900.000,00


Data Pendapatan Nasional Negara Indonesia

PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA 2005-2009

Pendapatan Nasional disebut juga Produk Domestik Bruto(PDB) atau Gross Domestic Product(GDP)
adalah “Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah
perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam
perekonomian tersebut. Dalam konteks Negara, Indonesia juga menghitung Pendapatan Nasionalnya
dalam kurun waktu 1 tahun/periode.

Berikut data Pendapatan Nasional Negara Republik Indonesia dari tahun 2005-2009 :
LAPANGAN USAHA/ 200
INDUSTRIAL ORIGIN 2005 2006 2007 2008 9

Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan 15,
3%
Perikanan/Agriculture,
(33
Livestock, Foresty and 13,39% 13% 13,7% 14,5% 3,0
1 Fishery (%)(TrilliunRp) (234,44) (240,13) (269,11) (301,94) 8)

10,
5%
Pertambangan dan (22
Penggalian/Mining and 10,44% 11% 11,2% 10,9% 8,5
2 Quarrying (%)(TrilliunRp) (111,18) (203,18) (220,01) (226,97) 8)

26,
4%
Industri (57
Pengolahan/Manufacturi 28,06% 27,5% 27% 27,9% 4,7
3 ng Industry (%)(TrilliunRp) (491,28) (507,96) (530,37) (580,97) 2)

Listrik, Gas dan Air 0,8


Bersih/Electricity, Gas and %
Water Supply 0,92% 0,9% 0,9% 0,8% (17,
4 (%)(TrilliunRp) (16,11) (16,62) (17,68) (16,66) 42)

9,9
%
(21
Konstruksi/Construction 6,35% 7,5% 7,7% 8,5% 5,5
5 (%)(TrilliunRp) (111,18) (138,54) (151,25) (177,00) 2)

13,
Perdagangan, Hotel dan 4%
Restoran/Trade, Hotel (29
and Restaurant 15,75% 15% 15% 14% 1,7
6 (%)(TrilliunRp) (275,75) (277,07) (294,65) (291,52) 2)
6,3
Pengangkutan dan %
Komunikasi/Transport (13
and Communication 6,63% 6,9% 6,7% 6,3% 7,1
7 (%)(TrilliunRp) (116,08) (127,45) (131,61) (131,18) 5)

7,2
Keuangan, Real Estat dan %
Jasa Perusahaan/Finance, (15
Real Estate and Business 8,36% 8,1% 7,7% 7,4% 6,7
8 Services (%)(TrilliunRp) (146,37) (149,62) (151,25) (154,10) 4)

10,
2%
(22
Jasa-jasa/Services 10,1% 10,1% 10,1% 9,7% 2,0
9 (%)(TrilliunRp) (176,83) (186,56) (198,40) (201,99) 5)

Produk Domestik
Bruto/ Gross Domestic
Product (%)(TrilliunRp) 100 100 100 100 100

PDB Tanpa Migas /GDP 88,93% 88,9% 89,5% 89,4% 91,7%


Without Oil and Gas (1557,01 (1642,10 (1758,10 (1861,59 (1996,29
(%)(TrilliunRp) ) ) ) ) )

Sumber : Biro Pusat Statistik

Studi kasus mengenai pendapatan nasional indonesia

Dari data tersebut bisa kita simpulkan bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami peningkatan
Pendapatan Nasional. Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan PDB
terbesar didunia. Pendapatan terbesar berada pada bidang Industri Pengolahan yg
berkisar di atas 25% dari PDB. Pada tahun 2005 Pendapatan Nasional Indonesia
terbesar dipasok dari sektor pertambangan sebesar Rp 491,28 triliuni. Dilihat dari
PDB tanpa Migas juga tidak terpaut jauh dari PDB dengan migas, itu berarti sektor
tersebut memberikan PDB yang cukup besar. Pendapatan Nasional Indonesia
terkecil berada pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang berkisar di bawah 1%
dari PDB. Sedangkan mulai dari tahun 2006 hingga 2009 sektor Industri yang
paling besar menyumbang Pendapatan Nasional. Dapat dikatakan bahwa Indonesia
saat ini berkembang menjadi Negara Industri walaupun Indonesia disebut sebagai
negara Agraris. Mengapa demikian ? Indonesia menpunyai peluang besar untuk
menjadi Negara Industri dengan SDM yang ada dan dengan adanya teknologi yang
berkembang cukup pesat saat ini. Dengan menjadikan Industri sebagai tonggak
utama Pembangunan dan diberdayakannya SDM yang ada, bukan tidak mungkin
Indonesia dapat menciptakan peluang usaha guna mengurangi tingkat
pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan derajat hidup rakyat banyak.

Menurut VIVAnews – Pendapatan per kapita 2010 diperkirakan naik sekitar US$3.000 atau Rp27 juta per
tahun. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, kenaikan itu disebabkan dua
faktor. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai sekitar enam persen atau lebih,
yang pada gilirannya akan meningkatkan PDB. Dampaknya akan lebih bagus jika pertumbuhan PDB lebih
cepat dibanding laju pertumbuhan penduduk.

https://suriyantinasutionumy.wordpress.com/tugas-kuliah-2/pengantar-ekonomi-pendapatan-nasional/

Kasus Kependudukan:

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya yang
luar biasa. Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per
tahun. Indonesia merupakan negara dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah
penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah
penduduk Indonesia saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar 1,49
% per tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan
bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa,
maka pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama dengan
jumlah seluruh penduduk di Singapura. Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby
booming di Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau
lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang
ada. Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,98% per tahun, penduduk
Indonesia pada 45 – 50 tahun mendatang diperkirakan akan berlipat ganda yakni menjadi 480
juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang meningkat drastis, tentunya menyisakan penduduk
miskin. Penduduk miskin mempunyai keterbatasan mengakses kebutuhan dasar yang tentunya
berpengaruh pada tubuh yang lemah dan kesehatan secara keseluruhan, sehingga mereka tidak
dapat mencari nafkah dengan baik, tentunya hal ini membawa konsekuensi pada kemiskinan
yang lebih dalam dan panjang dari generasi ke generasi, biasa disebut lingkaran setan
kemiskinan, atau kemiskinan struktural.
http://jaenudinp.blogspot.com/2013/05/kependudukan-di-indonesia.html

C. Studi Kasus: Pengangguran Terdidik

1. Data statistik sarjana menganggur

Pengangguran Terdidik adalah seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi negeri atau swasta dan
ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2012, TPT untuk tingkat
diploma 7,5 persen dan sarjana 6,95 persen. Jumlah pengangguran secara nasional pada Februari 2012
mencapai 7,6 juta orang, dengan TPT sebesar 6.32 persen. kemungkinan sarjana menganggur setiap
tahun akan mengalami peningkatan yang signifikan[3].

Pendidikan yang dipercaya dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang seperti yang telah diuraikan di
atas ternyata tidak dijamin kebenarannya jika dilihat dalam realitas kehidupan. Anggapan orang bahwa
pendidikan dapat mengangkat status atau derajat seseorang perlu untuk ditinjau kembali. Hal ini
dibuktikan dengan semakin meningkatnya pengangguran di kalangan terdidik. Pertanyaannya, mengapa
demikian?

2. Sebab-sebab sarjana menganggur

Hemat penulis, terjadinya kasus pengangguran terdidik dikarenakan oleh beberapa faktor.
Di antaranya sebagai berikut:

Tidak sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu, artinya orientasi utama mengapa seseorang
menempuh pendidikan hingga tingkat tinggi adalah untuk tujuan tertentu saja misalnya hanya demi
mendapatkan ijazah.

Kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang
tidak sesuai denagn jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan atas
baik umum maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan
yang ada.

Budaya malas disinyalir sebagai penyebab tingginya angka pengangguran sarjana di Indonesia. Para
pengangguran terdidik lebih memilih pekerjaan yang formal dan mereka ingin langsung bekerja di
tempat yang menempatkan mereka di posisi yang enak, mendapat banyak fasilitas, dan mendapat gaji
yang cukup, tidak mau memulai karier dari bawah.

Kompetisi yang kurang

Faktor penyebab pengangguran juga sering kali diciptakan oleh diri seseorang secara sengaja atau tidak.
Lingkungan memegang peranan yang penting dalam pembentukan pribadi yang kuat dan bisa bersaing.
Lingkungan juga menjadi hal yang membuat banyak pribadi menjadi lemah dan tidak tahu apa yang
harus dilakukan dalam menghadapi tantangan hidup. Jika lingkungan membentuk seseorang
berkompetensi tinggi, maka ia akan terbiasa bekerja keras dan berusaha melakukan yang terbaik.
Sebaliknya, lingkungan yang didominasi oleh orang-orang yang berpikiran mudah menyerah dan tidak
senang bekerja keras, maka pribadi yang dilahirkan dari lingkungan yang seperti ini adalah orang-orang
yang mudah menyerah.
Rendahnya keterampilan yang dimiliki seseorang

Sekalipun seseorang telah menempuh pendidikan yang tinggi dengan nilai yang tinggi, dia tidak akan
dapat eksis jika keterampilan yang dimilki rendah. Keterampilan juga merupakan faktor yang perlu
diperhatikan, entah itu keterampilan dalam bidang pekerjaan maupun keterampilan sosial.

http://blog.umy.ac.id/nurulsadiah/2013/01/20/pendidikan-dan-mobilitas-sosial-studi-kasus-
pengangguran-terdidik/

Studi Kasus Hak Asasi Warganegara Indonesia


Sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Studi Kasus Hak Asasi Warganegara Indonesia Sebagai Tenaga
Kerja Indonesia (TKI)
Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini banyak permasalahan mengenai TKI yang
bekerja di negara lain salah satu kasusnya adalah hak asasi yang mereka dapatkan
belum sepenuhnya memihak mereka. buktinya sampai sekarang masih banyak kasus
penyiksaan yang menimpa TKI yang mengakibatan pelanggaran hak asasi terhadap
para TKI. sudah banyak kasus penyiksaan yang menimpa para Tenaga Kerja Indonesia
(TKI). Tidak terdapat perubahan atas berbagai kasus sebelumnya yang terjadi, justru
belakangan kasus penyiksaan TKI semakin meningkat. Pemerintah seolah tidak belajar
atas kesalahan-kesalahan dimana terjadinya kasus yang sama sebelumnya. Seakan-
akan sudah merupakan hal yang lumrah apabila terjadinya penyiksaan TKI setiap
tahun. Disebutkan sudah terdapat regulasi yang mengatur mengenai perlindungan atas
penempatan TKI. Tetapi faktanya kasus-kasus yang sama tetap saja terjadi dan tidak
grafiknya tidak menurun justru meningkat. Perlu dipertanyakan kinerja pemerintah
dalam penanganan berbagai yang telah terjadi sebelumnya.
yang menjadi pertanyaan adalah
1. Bagaimanakah tindakan pemerintah menangani kasus sebelumnya dan
tindakan seharusnya dalam memberikan perlindungan hukum serta tindakan
seharusnya menangani masalah yang terjadi saat ini?
2. Bagaimanakah ketentuan yang sah menurut hukum agar seseorang bisa
menjadi sesorang buruh migran yang mendapat asuransi dan perlindungan
hukum yang layak?
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu
tertentu dengan menerima upah. Pengertian merupakan defenisi yuridis mengenai TKI
menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan dan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Sedangkan penempatan buruh migran dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2004 adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan buruh migran sesuai
bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi
keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan,
penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan,
dan pemulangan dari negara tujuan.
Dengan adanya undang-undang ini memberikan kewenangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dalam mengatur penempatan buruh migran. Dalam penempatan
tersebut “ Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang
layak di dalam atau di luar negeri” sesuai Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tenang Ketenagakerjaan. Kemudian dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2)
dijelaskan bahwa “Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,
bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi. Penempatan tenaga kerja
diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan
keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan
harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.”
Untuk menghindari ketidakamanan yang akan diderita oleh buruh migran (khususnya
Pembantu Rumah Tangga) maka Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
menegaskan bahwa “Orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara
Indonesia untuk bekerja di luar negeri”. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2004 dinyatakan bahwa tujuan penempatan dan perlindungan calon buruh
migran adalah:
 memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
 menjamin dan melindungi calon buruh migran sejak di dalam negeri, di negara
tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;
 meningkatkan kesejahteraan buruh migran dan keluarganya.
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa
“Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi
penyelenggaraan penempatan dan perlindungan buruh migran di luar negeri.” Dan
dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 bahwa Pemerintah bertanggung
jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan buruh migran di luar negeri.
Demi menjamin perlindungan lebih lagi terdahad TKI diatur dalam Pasal 27 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 mengatur tentang penempatan buruh migran di luar
negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat
perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau ke negara tujuan yang
mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing.
Namun meskipun seperti itu, masih saja terdapat penganiayaan terhadap para buruh
migran yang sudah jelas dan terang mendapat perlindungan hukum. Perlindungan
tersebut dilakuakan dengan penyelengaraan keadilan dan ketertiban untuk
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat sesuai dengan tujuan
negara menurut Prof. Subekti, S.H.
Perlindungan hukum terhadap para TKI juga sudah dimuat dalam Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban:
 menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI, baik yang berangkat melalui
pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;
 mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
 membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di
luar negeri;
 melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan
TKI secara optimal di negara tujuan; dan
 memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan,
masa penempatan, dan masa purna penempatan.
Perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri diawali dan terintegrasi dalam
setiap proses penempatan TKI, sejak proses rekrutmen, selama bekerja dan hingga
pulang ke tanah air. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2004 bahwa setiap calon TKI mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan tersebut
seperti tertuang dalam ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa
penempatan, sampai dengan masa setelah penempatan.

Menurut pendapat saya, peraturan yang ada sudah bagus dan memadai bahkan dapat
menyelesaikan masalah yang selama ini menghampiri TKI tetapi dalam
pelaksanaannya belum diterapkan seutuhnya sehingga mengakibatkan berlarut-
larutnya masalah tersebut bahkan dalam hal ini saya melihatnya dengan pandangan
bahwa pemerintah mengabaikan hak warga negara Indonesia yang bekerja di luar
wilayah Indonesia. peraturan sudah ada tetapi harus di iringi dengan pelaksanaan yang
adil dan dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku sehingga negara kita terbebas
dari permasalahn tersebut. pemerintah juga harus lebih tegas terhadap masalah-
masalah tersebut sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

kesimpulan : Berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan dicari fakor- faktor penyebab
terjadinya masalah dan alasan masalah justru semakin marak terjadi. Atas fakor
permasalah yang ada digali dan dicariproblem solving. Dalam hal ini juga dituntut
peran serta dari masyarakat dalam pencari solusi. Tidak hanya berperan kritis dengan
berbagai masalah yang terjadi tetapi juga memberikan kritik dan saran. Karena ketika
pemerintah masyarakat bergandengantangan dalam penyelesaian masalah niscaya
akan dicapai hasil yang maksimal dan tentu tidak akan merugikan salah satu pihak.
Dengan ini juga membuka wawasan masyarakat dengan hukum positif di Indonesia
terutama mengenai undang-undang yang mengatur tentang perlindungan dan
penempatan TKI di luar negeri.
http://hanyhanhan.blogspot.com/2012/01/studi-kasus-hak-asasi-warganegara.html

You might also like