You are on page 1of 12

IDENTIFIKASI JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L.

) JENIS WANGI1

IDENTIFICATION PHYSICNUT (JATROPHA CURCAS L.)” WANGI” VARIETY

Eko Widaryanto

Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya Malang


e-mail eko.widar@brawijaya.ac.id

ABSTRACT
Physicnut is a plant with many advantages because it has characteristics as the
medicine plant and its seed contains oil. In the national scale, through President
Instruction No. 5 year 2006 about the nabati fuels (Biofuel) supply and utilization as the
fuel, physicnut become superior commodity of Biodiesel fuel that expected to be the
environment genial alternative energy sources and able to give economical profit for the
farmer.
One of the efforts to improve the economy value with the superior cultivates
selection or find out the specific cultivates is non-toxic cultivates selection. It is expected
that it can be obtained the other advantages from the plant organs be side the seeds. Its
leafs can also be used as the volatile oil source, the seed meal as the livestock’s food and
perhaps its oil can be used as the adible oil, besides as the biodiesel raw material.
The physicnut Wangi variety is marked by pandanus-like aroma after wilting
process or leaf. It is guessed that this plant is non-toxic because from its habitat, it is often
drunk by the society as the result of wet with the boiling water for uric acid and cholesterol
medicine.
According to the analysis, the result of the volatile oil derived from its
branches and leaves using GC-MS, the result shows that the physicnut of “wangi”
variety contains aromatic compound: Ethyl benzene (8.23), 1,3 dimethyl benzene
(19.51), 1,2 Hexa hydrofarnesil acetone (13.59), Farnesil acetone (6.16), Trans-
phytol (31.40), ethyl linoleat (2.75) and other components as much as 15.51, each
was based on TIC
The protein analysis has done by comparing the Local variety with gel
electrophoresis method. Here, it is obtained that Wangi variety has protein molecular
marker of 70.4 kDa, which is not had by local variety. Conversely, the local variety has
protein molecular marker of 31.3 kDa, which is not had by Wangi variety. It can be proof
by the different cultivate of the Wangi variety with local variety.

ABSTRAK
Jarak pagar merupakan tanaman dengan banyak manfaat karena memiliki
karakterististik sebagai tanaman obat dan bijinya mengandung minyak. Pada skala
nasional, melalui Instruksi Presiden No 1 tahun 2006 Tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar, jarak pagar menjadi
komoditi unggulan bahan baku biodisel yang diharapkan menjadi sumber energi alternatif
ramah lingkungan dan memberikan keuntungan ekonomis kepada petani.
Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis tersebut dengan pemilihan
kultivar yang unggul atau mencari kultivar spesifik, seperti pemilihan kultivar yang non
toksik. Pemilihan kultivar non toksik diharapkan dapat diperoleh manfaat-manfaat lain
dari organ tanaman selain biji, seperti daun sebagai sumber minyak atsiri, sisa perasan

AGRIVITA (JURNAL ILMU PERTANIAN) VOLUME 31, NOMOR 1 FEBRUARI 2009)


2

biji sebagai makanan ternak dan mungkin minyaknya dapat dipakai sebagai edible oil, di
samping sebagai bahan bahku biodiesel.
Tanaman jarak wangi ditandai dengan aroma seperti daun pandan setelah
terjadinya kelayuan daun, tanaman ini diduga tidak beracun karena dari tempat asal
pengambilan, sering diminum masyarakat sebagai seduan untuk pengobatan asam urat
dan kolesterol.
Hasil dari identifikasi kandungan dari daun dan ranting didapatkan minyak atsiri
dengan senyawa : Etil benzene (8,23), 1,3 dimetil benzene (19,51), 1,2 Hexa
hydrofarnesil aseton (13,59), Farnesil aseton (6,16), Trans-phytol (31,40), etil linoleat
(2,75) dan komponen lain sebesar 15,51 yang masing-masing berdasar persen TIC.
Analisa protein juga telah dilakukan dengan membandingkan dengan jarak lokal
dengan metode elektroforesis gel. Di sini didapatkan bahwa jarak wangi mempunyai
penanda molekuler protein 70,4 kDa, yang tidak dimiliki oleh jarak lokal, sebaliknya jarak
lokal memiliki penanda molekuler protein 31,3 kDa yang tidak dimiliki oleh jarak wangi.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa jarak wangi merupakan kultivar yang berbeda dibanding
jarak lokal.

PENDAHULUAN

Jarak pagar (Jatropha curcas L) merupakan tanaman dengan banyak


manfaat karena memiliki karakterististik sebagai tanaman obat dan bijinya
mengandung minyak. Pada skala nasional, melalui Instruksi Presiden No 1 tahun
2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan
Bakar, jarak pagar menjadi komoditi unggulan bahan baku biodisel yang
diharapkan menjadi sumber energi alternatif ramah lingkungan dan memberikan
keuntungan ekonomis kepada petani.
Hasil studi yang dilakukan oleh Prajogo et al. (2006) dapat diketahui bahwa
jarak pagar tidak memberikan tambahan pendapatan yang layak bagi petani
bahkan sampai pada tahun ke-10 setelah tanam. Bahkan di beberapa daerah
seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, pengusahaan tanaman ini apabila hanya
diperuntukkan sebagai bahan baku biodisel, justru merugi. Nilai kerugian berkisar
antara Rp. 101.640,- sampai dengan Rp. 4.630.660,- per hektar.
Upaya peningkatkan nilai tambah jarak pagar menjadi sekapsul keharusan,
misalnya pemanfaatan sebagai tanaman obat, biopestisida dan sumber nutrisi
ternak, jika pemerintah tetap berharap petani bersedia mensukseskan program
sumber energi alternatif.
Potensi jarak pagar sebagai bahan obat telah digunakan oleh penduduk di
daerah Mojokerto untuk menyembuhkan gejala asam urat. Jarak pagar yang
digunakan adalah jarak jenis wangi dengan aroma menyerupai daun pandan yang
sekaligus menjadi penciri yang membedakan dengan jarak pagar pada umumnya.
Aroma tersebut sebagai dugaan adanya senyawa atsiri pada daun dan bagian
tanaman yang lain yang berupa daun dan ranting akan diuji dalam studi
pendahuluan ini, namun belum diketahui secara pasti, apakah jarak wangi
memiliki racun sebagaimana jarak pagar lainnya
Tingkat racun biji jarak dapat disebabkan oleh beberapa komponen,
diantaranya saponins, lectin (curcin), phytates, protease inhibitors, curcalonic acid
dan phorbol ester. Phorbol ester yang mengaktivasi sasaran selular penting
protein kinase C (PKC) merupakan komponen paling aktif yang harus dihilangkan

`
3

jika minyak atau biji digunakan sebagai sumber nutrisi hewan dan manusia. (Wink
et al., 1997)
Di dalam praktek minyak atsiri telah diketahui banyak manfaat sebagai
bahan obat atau farmasi, pewarna makanan, pestisida dan pewangi (Verpoorte,
2000). Minyak atsiri mempunyai peran ekologi di alam, seperti halnya sebagai
atraktan, sebagai contoh minyak atsiri yang berhubungan dengan bunga dapat
berperan penting sebagai atraktan atau penarik binatang dan serangga penyerbuk
atau pollinator. Peran lainnya seperti halnya sebagai penolak pemangsa, yang
mana golongan mono dan sesquiterpen memiliki dua peran yang luas dalam
pertahanan diri tanaman melawan herbivora. (Dean dan Waterman, 1993 dalam
Hay dan Waterman, 1993).
Jarak wangi yang telah digunakan sebagai bahan obat, diharapkan mampu
menjadi pilihan untuk dibudidayakan, apalagi jika dapat dikembangkan potensi
lainnya seperti minyak atsiri dan sebagai sumber alternatif pakan ternak.
Sekapsul studi pendahuluan dilakukan untuk mempelajari potensi jarak pagar
jenis wangi sebagai sumber pakan melalui adaptasi sederhana dan mempelajari
kandungan atsiri dan senyawa lain melalui identifikasi senyawa kimia
menggunakan GC-MS dan untuk memastikan bahwa jarak wangi adalah
merupakan kultivar yang berbeda dibanding dengan jarak lokal digunakan
metode elektoforesis.

BAHAN DAN METODE

A. Uji Lapang Sederhana


Uji lapang sederhana dilakukan sejak bulan Februari 2006 dengan melakukan
penanaman tanaman jarak wangi di 3 lokasi penanaman (Mojokerto 400 m
dpl, Kediri 80 m dpl dan Malang 500 m dpl) dengan masing-masing lokasi
ditanam 30 tanaman dengan menggunakan bahan tanam stek. Dari 3 lokasi
penanaman tersebut masing-masing diamati pertumbuhan dan kemampuan
tanaman berhasil (jumlah kapsul per tandan, jumlah kapsul per tanaman, berat
1000 biji, rendemen dan komponennya). Analisa rendemen minyak jarak dan
komponennya dilakukan di Laboratorim Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya
pada Januari 1997.

B. Analisis Minyak Atsiri


Pengamatan terhadap minyak atsiri hanya dilakukan dari lokasi asal Mojokerto,
di mana tanaman tersebut didapatkan. Analisis minyak atsiri menggunakan
Destilasi Stahl dan kandungan komponen senyawa kimia dari minyak atsiri
dianalisis dengan GC-MS dilakukan di Laboratorium LPPT UGM pada 2 Juni
2006.

Persiapan simplisia
Sampel daun diambil pada tanaman yang sehat, tidak menunjukkan gejala
penyimpangan akibat ketidakseimbangan nutrisi dan serangan hama dan
penyakit. Daun yang dijadikan sampel adalah daun dewasa (tua secara fisiologis),
sebanyak 2-3 daun dalam setiap cabang, berwarna hijau sedikit kekuningan,

`
4
berikut beserta tangkai daun. Selanjutnya daun diperam, dalam ruang teduh
sampai layu hingga mengeluarkan aroma yang semakin kuat.
Daun dan ranting jarak pagar dipotong kecil kemudian dikeringkan dalam
almari pengering dengan suhu 50oC. Setelah mengering, simplisia kering tersebut
kemudian digiling hingga menjadi serbuk. Selanjutnya menimbang simpisia yang
telah digiling sebesar 50 g kemudian dimasukkan ke dalam labu destilasi stahl dan
dipanaskan sampai mendidih selama empat jam. Minyak yang dihasilkan
ditangkap dengan xilene 50 ml sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri ini kemudian
dianalisis menggunakan GC-MS yang dioperasikan dengan jenis pengionan EI
(Elektron Impact), jenis kolom RFX-5-MS dengan panjang 30 M, suhu kolom 60oC
sampai dengan 280oC, gas pembawa adalah Helium 10 Kpa, suhu injector 280oC
dan suhu detektor 280oC. Adapun sebagai pembanding senyawa digunakan
Library WILEY 7.LIB.

C. Analisis Elektroforesis
Analisa protein yang akan dipakai sebagai penanda jarak wangi adalah
merupakan jenis yang berbeda dibanding dengan jarak lokal digunakan metode
elektoforesis. Analisa elektroforesis dilakukan di Laboratorium Biokimia Kimia
FMIPA Universitas Brawijaya pada bulan Agustus 2007.

Persiapan sampel
Biji jarak pagar dikupas dan dibuang kulit kerasnya. Kernel atau daging biji
kemudian dipotong dengan ukuran kecil dan ditambahkan PBST sebanyak 5 kali
volume biji dan PMSF 4 mM. Selanjutnya semua bahan tersebut digerus
menggunakan mortal dingin dan disonikasi selama 10 menit. Setelah itu dilakukan
sentrifusi selama 15 menit dengan putaran 6000 rpm hingga terbentuk endapan
dan supernatan. Endapan kemudian disimpan dan pada supernatan ditambahkan
etanol absolut dingin dengan perbandingan 1:1. Larutan tersebut selanjutnya
dimasukkan dalam refrigerator selama 30 menit sampai semalam (12 jam) hingga
terdapat endapan. Sentrifusi dilakukan kembali selama 10 menit pada putaran
1000 rpm hingga terbentuk endapan dan supernatan. Endapan dikeringanginkan
hingga bau ethanol hilang sedangkan supernatan dibuang. Setelah bau ethanol
hilang, ditambahkan buffer tris-Cl 20 mM dan disimpan pada -20oC.

Persiapan gel
Plat gel dibuat dengan merangkai dua plat kaca dengan jarak antara plat
sebesar 1 mm. Gel dibuat dua lapis yaitu gel yang berfunsi sebagai tempat
pengumpulan sampel (stacking gel) dan gel yang berfungsi sebagai media untuk
pemisahan protein (separating gel). Campuran separating gel tersebut
dimasukkan hati-hati ke dalam plate (tempat lapisan gel) menggunakan
mikropipet. Setelah dibiarkan 10-30 menit hingga terbentuk gel, berikutnya
stacking gel dituang di atas separating gel sambil dipasang sisir hingga terbentuk
gel berikut sumurannya. Kemudian didiamkan kembali selama 30 menit. Setelah
terbentuk gel, sisir diangkat dengan hati-hati. Selanjutnya plate dipasang pada alat
elektroforesis, berikutnya buffer dituangkan pada bejana elektroforesis.

Injeksi sampel
Proses injeksi sampel dimulai dengan penambahan 10 µL sampel isolat
protein dengan 10 µL Tris-cl + 20 µL RSB (Reducing Sample Buffer), dan

`
5

dimasukkan ke dalam mikrotube, kemudian dipanaskan dalam pemanas air pada


suhu 100 oC selama 3 menit. Setelah dingin, sampel dimasukkan dalam sumur-
sumur gel dengan volume 20 µL untuk tiap sumur. Setelah itu anoda dihubungkan
pada reservoir bawah dan katoda dihubungkan pada reservoir atas. Power supply
dihidupkan dengan arus listrik sebesar 30 mA dan 130 V. Proses pemisahan
(running) dihentikan setelah warna biru dari penanda mencapai ketinggian 0,5 cm
dari batas bawah plat gel.

Pewarnaan dan pencucian gel


Pewarnaan dilakukan dengan merendam gel dalam larutan staining selama
30-60 menit. Penghilangan warna dilakukan dengan merendam gel dalam larutan
destaining sambil digoyangkan dengan penggoyang otomatis sampai gel menjadi
jernih. Kemudian hasil elektroforesis di-scanning.
Penentuan berat molekul
Dengan membandingkan hasil elektroforesis sampel dengan marker
protein. Penentuan berat molekul dilakukan dengan menghitung nilai Rf
(Retardation factor) dari masing-masing pita dimana:

jarak pergerakan protein dari tempat awal


Rf =
jarak pergerakan warna dari tempat awal

Kemudian dibuat kurva standar dengan harga Rf sebagai sumbu x dan harga
logaritma berat molekul sebagai sumbu y . Berat molekul sampel ditentukan
dengan diinterpolasikan pada kurva standar dari protein marker. Adapun Marker
yang dipakai adalah :

Tabel 1. Marker Protein


Table 1. Marker of Protein

a b Rf Log BM BM (kDa)
1.7 13.2 0.129 2.398 250
2.9 13.2 0.220 2.114 130
4.1 13.2 0.311 1.978 95
5.3 13.2 0.402 1.857 72
7.1 13.2 0.538 1.74 55
10.1 13.2 0.765 1.556 36
11.7 13.2 0.886 1.447 28

`
6
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Lapang Sederhana


Pada Tabel 2. dapat dikemukakan bahwa di daerah Malang (500 m dpl),
jarak wangi mempunyai prospek yang cukup baik. Karena meskipun didapatkan
rendemen minyak yang lebih kecil dibandingkan jarak lokal, namun jarak wangi
yang ditanam di Malang mempunyai rata-rata berat biji yang paling besar
dibanding dengan yang ditanam di lokasi lain, demikian pula dibanding dengan
jarak lokal. Pada pengamatan sampai umur 6 bulan, jumlah kapsul dapat
mencapai 150 kapsul.tan-1 per pohon atau mencapai berat biji sebesar 3 x 150 x
0,792 g = 356,4 g.tanaman-1 biji kering atau setara dengan 1.390 kg.ha-1. (asumsi
populasi 3906 tanaman.ha-1)

Tabel 2. Perbandingan Berat Biji dan Rendemen Minyak Jarak Lokal dan Jarak
Wangi di Berbagai Lokasi
Table 2. Comparison of Seed Weight and Oil Content of Local and Wangi Variety
of Physicnut at Different Location

Minyak Rata-rata Jml


Jml biji -1
Jenis Lokasi Berat Indeks Rendemen berat biji kapsul.tan
Kg-1
jenis Bias (%) (g) umur 6 bulan
Malang
Lokal (500 m 0,9114 1,4640 28,58 0,604 1655 54
dpl)
Jarak Malang
wangi (500 m 0,9297 1,4675 26,75 0,792 1262 150
dpl)
Jarak
Kediri
wangi 0,9334 1,4685 24,37 0,772 1295 80
(80 m dpl)
Jarak Mojokerto
wangi (400 m 0,9295 1,4685 24,10 0,637 1447 -
dpl)

Demikian pula dari hasil pengamatan di lapang, jumlah kapsul dapat


mencapai lebih dari 10 kapsul.tandan-1, yang mana kriteria ini sebagai penanda
bahwa pada kondisi lingkungan yang cocok akan didapatkan fruitset yang cukup
baik, yang mana tingkat fruitset ini dapat menentukan hasil total tanaman di
samping juga jumlah tandan.tanaman-1.
Dari pengamatan organoleptik, ternyata dari 2 lokasi yang diuji (Malang dan
Kediri), ternyata daun dari tanaman ini masih beraroma yang sama seperti dengan
tanaman aslinya dari Mojokerto.
Dengan potensi hasil yang dimiliki dan adanya kandungan minyak atsiri
pada daun dan ranting jarak wangi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jarak
jenis ini dapat dikembangkan dan diadaptasi di tempat yang lain dalam rangka
peningkatan pendapatan petani dalam pengusahaan tanaman jarak serta
mensukseskan program Inpres yang telah dicanangkan.

`
7

B. Analisis Minyak Atsiri

Tanaman jarak ini ditandai dengan aroma seperti daun pandan setelah
terjadinya kelayuan dan fermentasi beberapa jam setelah pemetikan. Hasil
analisa minyak atsiri dengan GC-MS yang tertera Tabel 3 menunjukkan bahwa
senyawa aromatik terkandung dalam jarak wangi dengan proporsi terbesar adalah
trans-phytol (31.40%) dan total golongan benzene (31.85%).

Tabel 3. Hasil Uji Laboratorium Kandungan Minyak Atsiri pada Daun dan Ranting
Jarak Wangi (Lab. LPPT UGM Juli 2006)
Table 3. The Laboratory Test of Volatile Oil Content on The Leaf and Branch of
Physicnut Wangi Variety (Lab. LPPT UGM July 2006)

No. Komponen utama % berdasar TIC


1 Etil benzene 8,23
2 1,3 dimetil benzene 19,51
3 1,2 dimetil benzene 4,21
4 Hexa hydrofarnesil aseton 13,59
5 Farnesil aseton 6,16
6 Trans-Phytol 31,40
7 Etil linoleat 2,75
8 Komponen lain 14,15

Hasil analisis minyak atsiri (Tabel 3) didapatkan bahwa proporsi terbesar


kandungan senyawa aromatik pada jarak wangi adalah trans-phytol (31.40%) dan
total golongan benzene (31.85%). Kandungan minyak atsiri daun secara
kuantitatif tidak dapat diperoleh karena rendahnya kadar minyak atsiri daun.
Namun dalam hal ini tidak akan mengurangi arti sekapsul pengetahuan bahwa
tanaman jarak wangi mempunyai keunikan tersendiri dengan kandungan minyak
atsiri yang dikandungnya. Adapun pemanfaatan dari adanya kandungan minyak
atsiri dapat dikembangkan lebih lanjut pada bidang studi yang lain. Analisa minyak
atsiri tidak dilakukan pada jarak jenis lokal, karena pada jenis ini tidak ada aroma
yang khas seperti pandan sehingga diduga tidak mengandung minyak atsiri
seperti yang ditemukan pada tanaman jarak jenis wangi.
Minyak atsiri ialah senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan tumbuhan
melalui reaksi metabolisme sekunder dari bahan organik primer (karbohidrat,
protein dan lemak). Substansi yang termasuk dalam metabolit sekunder ialah:
alkaloid, minyak atsiri, resin, tanin, flavonoid, glikosida, sterol dan saponin.
Minyak atsiri mempunyai peran ekologi di alam, seperti halnya sebagai
atraktan, sebagai contoh minyak atsiri yang berhubungan dengan bunga dapat
berperan penting sebagai atraktan atau penarik binatang dan serangga penyerbuk
atau pollinator. Peran lainnya seperti halnya sebagai penolak (repelen)
pemangsa, yang mana golongan mono dan sesquiterpen memiliki dua peran yang
luas dalam pertahanan diri tanaman melawan herbivora. Beberapa acylic

`
8

sesquiterpenes sederhana, mampu bertindak sebagai hormon insect juvenile


misalnya juvabione, pada tanaman basil (Ocimum basilicum) dan memiliki
kemampuan menekan dan menghambat perkembangan beberapa serangga,
sehingga gagal berubah bentuk menjadi dewasa sempurna. Peranan lainnya juga
disebutkan sebagai alelopat, aktivitas biologi (anti jamur dan anti bakteri),
mediator siklus nutrisi dan dapat juga sebagai natural solvent (Hay dan Waterman,
1993).
Di dalam praktek minyak atsiri dapat diekploitasi manusia sebagai anti
mikrobial, anti jamur, anti serangga sebagai bio pestisida dan anti oksidan.
Metabolit sekunder tumbuhan telah diketahui banyak manfaat bagi tumbuhan ialah
sebagai bahan obat atau farmasi, pewarna makanan, pestisida dan pewangi
(Verpoorte, 2000).

C. Analisis Elektroforesis
Analisis protein juga telah dilakukan dengan membandingkan dengan jarak
lokal dengan metode elektroforesis gel. Di sini didapatkan bahwa jarak wangi
mempunyai penanda molekuler protein dengan berat molekul 70,4 kDa, yang tidak
dimiliki oleh jarak lokal, sebaliknya jarak lokal memiliki penanda molekuler protein
31,3 kDa yang tidak dimiliki oleh jarak wangi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jarak
wangi merupakan kultivar yang berbeda dibanding jarak lokal. Sedangkan
komponen protein yang lainnya adalah sama.
Dari hasil penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut tentang keberadaan protein
dengan berat molekul 70,4 kDa yang terdapat pada jarak wangi dan kemungkinan
pemanfaatannya.

`
9

Keterangan :
L : Jenis Lokal
W : Jenis Wangi
M : Marker Protein

Gambar 1. Hasil Elektroforesis dengan SDS-PAGE


Figure 1. Result of sds page of electrophoresis

2.5

1.5 y = -0.9586x + 2.2807


Log BM

2
R = 0.9862

0.5

0
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000
Rf

Gambar 2. Hubungan antara Rf dan Log Berat Molekul


Figure 2. Relationship between Rf and Log of Molecular Weight

Tabel 3. Daftar Perhitungan Berat Molekul Protein


Table 2. Calculation List of Protein Molecular Weight

`
10

Sampel : jarak lokal Sampel : jarak wangi

Log Log
a b Rf BM a b Rf BM
BM BM
6.5 13.2 0.492 1.809 64.4 5.7 13.2 0.432 1.867 70.4
7.1 13.2 0.538 1.765 54.7 6.5 13.2 0.492 1.809 64.4
7.9 13.2 0.598 1.707 50.9 7.1 13.2 0.538 1.765 54.7
8.6 13.2 0.652 1.656 45.3 7.9 13.2 0.598 1.707 50.9
8.9 13.2 0.674 1.634 43.1 8.6 13.2 0.652 1.656 45.3
9.6 13.2 0.727 1.584 38.4 8.9 13.2 0.674 1.634 43.1
10 13.2 0.758 1.554 36.8 9.6 13.2 0.727 1.584 38.4
10.5 13.2 0.795 1.518 32.9 10 13.2 0.758 1.554 36.8
10.8 13.2 0.818 1.496 31.3 10.5 13.2 0.795 1.518 32.9
11.3 13.2 0.856 1.460 28.8 11.3 13.2 0.856 1.460 28.8
11.8 13.2 0.894 1.424 27.7 11.8 13.2 0.894 1.424 27.7
12.4 13.2 0.939 1.380 23.9 12.4 13.2 0.939 1.380 23.9
13 13.2 0.985 1.337 21.7 13 13.2 0.985 1.337 21.7

Keterangan : a = jarak dari bawah stacking gel ke pita sampel


b = jarak dari bawah stacking gel sampai ke batas separating gel
Rf = a/b
BM = berat molekul

Analisis molekuler yang dilakukan dengan menggunakan metode SDS-


PAGE pada protein total tanaman jarak jenis wangi dan jenis lokal bertujuan untuk
memastikan apakah kedua jenis tanaman jarak ini berbeda secara genetis.
Perbedaan itu akan terlihat pada gel akrilamid setelah dilakukan elektroforesis.
Proses elektroforesis akan menyebabkan terjadinya pergerakan molekul protein di
sepanjang gel oleh adanya perbedaan kutub pada medan listrik dan akan terpisah
dalam bentuk pita yang berbeda berdasarkan perbedaan BM protein oleh adanya
pori-pori gel (Sudarmono, 2006).
Tanaman jarak jenis wangi mempunyai kandungan protein spesifik dengan
BM 70,4 kDa dan tidak dijumpai pada tanaman jarak jenis lokal berdasarkan pola
pita proteinnya (Gambar 1). Diduga protein dengan BM 70,4 kDa ini berfungsi
dalam sintesis minyak atsiri yang menimbulkan aroma spesifik.

KESIMPULAN

1. Tanaman jarak wangi dapat beradaptasi di luar tempat asal tanaman diambil
(Mojokerto), seperti halnya di Malang dan Kediri. Khusus di Malang (500 m dpl) jenis
tanaman jarak ini mampu menghasilkan kapsul lebih banyak dibanding jenis jarak
lokal, meskipun diperoleh rendemen minyak yang lebih rendah. Dari pengamatan
organoleptik, ternyata dari 2 lokasi pnanaman, ternyata daun dari tanaman ini
masih beraroma yang sama seperti dengan tanaman aslinya dari Mojokerto,
yaitu ditandai dengan aroma seperti daun pandan setelah terjadinya kelayuan daun,
2. Hasil dari identifikasi kandungan dari daun dan ranting didapatkan minyak atsiri
dengan senyawa : Etil benzene (8,23), 1,3 dimetil benzene (19,51), 1,2 Hexa

`
11

hydrofarnesil aseton (13,59), Farnesil aseton (6,16), Trans-phytol (31,40), etil linoleat
(2,75) dan komponen lain sebesar 15,51 yang masing-masing berdasar persen TIC.
3. Analisa protein juga telah dilakukan dengan membandingkan dengan jarak lokal
dengan metode elektroforesis gel. Di sini didapatkan bahwa jarak wangi mempunyai
penanda molekuler protein 70,4 kDa, yang tidak dimiliki oleh jarak lokal, sebaliknya
jarak lokal memiliki penanda molekuler protein 31,3 kDa yang tidak dimiliki oleh jarak
wangi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jarak wangi merupakan kultivar yang berbeda
dibanding jarak lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Aderibigbe, A.O., Johnson, C.O.L.E., Makkar, H.P.S. and Becker, K., 1997.
Chemical composition and effect of heat on organic matter and nitrogen
degradability and some anti-nutritional components of Jatropa meal. Anim.
Feed Sci. Technol. 67 : 223-243.
Aregheore, E.M., Becker, K. And Makkar, H.P.S. 2003. Detoxification of a toxic
variety of Jatropha curcas using heat and chemical treatments, and
preliminary nutritional evaluation with rats. S.Pac.J.Nat.Sci. 21 : 50-56.
Becker, K. And Makkar, H.P.S. 1998. Toxic effects of phorbolesters in carp
(Cyprinus carpio L.) Vet. Human Toxicol. 40 : 82-86
Cano-Asseleih, L.M, 1986. Chemical investigation of Jatropha curcas L. seeds.
Ph.D. Thesis, University of London, U.K. 290 pp.
Hay, R.K.M. and P.G. Waterman. 1993. Volatile oil crps : their biology,
biochemistry and production. Longman Scientific and Technical. England.
p. 30-33.
Prajogo, U.H., A. Djulin, A.K. Zakaria, V. Darwis dan J. Situmorang. 2006.
Prospek Pengembangan Sumber Energi Alternatif (Biofuel) Fokus pada
Jarak Pagar. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. Deptan. 27 hal.
Sudarmono. 2006. Pendekatan Konservasi Tumbuhan dengan Teknik Molekuler.
Inovasi 7 (18) : 1-8.
Sumitro, S.B, Rahayu, S., Fatchiyah, Widyarti dan S. Aruminingtyas. 1996.
Teknik-Teknik Dasar Analisis Protein dan DNA. Fakultas MIPA Univ.
Brawijaya. 30 hal.
Verpoorte, R. 2000. Secondary Metabolism. In "Metabolic Engineering of Plant
Secondary Metabolism" (Verpoorte R, Alfermann AW eds), Kluwer
Academic Publishers, Dortrecht, The Netherlands. pp. 1-29.
Wink, M., C. Koschmieder, M. Sauerwein and F. Sporee. 1997. Phorbol Ester of
J. Curcas. Biological Activities and potential Applications. In Gubyts.
Mittelbach and Traby. Biofuel and Industrial Product from Jatropha curcas :
160-166

`
12

Gambar 3. Tanaman Jarak Pagar Jenis Wangi

Gambar 4. Tanaman Jarak Pagar Non-toxic Meksiko

You might also like