You are on page 1of 18

INFEKSI LUKA POST OPERASI PADA PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL

BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan

pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universits Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Sri Fajriani A Marsaoly

20120320077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
HALAMAN PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI KTI

INFEKSI LUKA POST OPERASI PADA PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL

BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun oleh:

Sri Fajriani A Marsaoly

20120320036

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 27 Agustus 2016

Dosen Pembimbing

Fahni Haris, S.Kep.,Ns., M.Kep. ( )

Dosen Penguji :

Arianti, M.Kep., Sp.Kep.MB ( )

Mengetahui

Kaprodi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(Sri Sumaryani,S.Kep.,Ns,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC)
Surgical Site Infections in Patients Post Operations in Surgical Ward RSU PKU
Muhammadiyah Bantul
Infeksi Luka Post Operasi pada Pasien Post Operasi di Bangsal Bedah RSU PKU
Muhammadiyah Bantul
Sri Fajriani A Marsaoly1, Fahni Haris2
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu
Keperawatan UMY
Email : srifajriani19@gmail.com
ABSTRACT
Background: Surgical site infections (SSI) is an infection that occurs in patients after
surgery. SSI incidence of hospital in Indonesia as much as 55.1%. Factors SSI incidence of
diabetes, obesity, weight and location factors malnutrsi injury while operating factors such
as their length as well as the operation of the surgical procedure. surgical wound infection
when the wound secrete pus as well as experiencing the signs of inflammation.
Purpose: Knowing the SSI figures in the Surgical Ward PKU Muhammadiyah Hospital in
Bantul.
Methods: Observational descriptive quantitative. The sampling technique used was
accidental sampling method. Total population in this study population and 44 288
respondents as samples.
Result: On average the respondents age 36-45 years (36%), male gender (72%). A total of 26
respondents have comorbidities include diabetes mellitus (27%), hypertension (18%) and
stroke (13%). Respondents who get less operating time of 2 hours at 25 respondents (56%).
Mild infections were 20 patients (45%), infections were as many as 14 patients (31%), not
infection of 7 (15%) and severe infection of 3 patients (6%).
Conclusion: Mild infections were 20 patients (45%), infections were as many as 14 patients
(31%), not infection of 7 (15%) and severe infection of 3 patients (6%).
Keywords: SSI (Surgical Site Infections), signs of infection, risk factors
INTISARI
Latar Belakang: Infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien
paska pembedahan. kejadian ILO rumah sakit di Indonesia sebanyak 55,1%. Faktor kejadian
ILO dari pasien misalnya DM, obesitas, malnutrsi berat serta faktor lokasi luka sedangkan
faktor operasi misalnya lama operasi serta prosedur operasi. luka operasi dikatakan terinfeksi
apabila luka tersebut mengeluarkan nanah atau pus serta mengalami tanda-tanda inflamasi.
Tujuan: Mengetahui angka ILO di Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah Bantul.
Metode: Observasional deskriptif kuantitatif. Teknik sampel yang digunakan adalah metode
accidental sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 288 populasi dan 44
responden sebagai sampel penelitian.
Hasil: Rata-rata responden berumur 36-45 tahun (36%), berjenis kelamin laki-laki (72%).
Sebanyak 26 responden mempunyai penyakit penyerta meliputi DM (27%), hipertensi (18%)
dan stroke (13%). Responden yang mendapatkan lama operasi kurang dari 2 jam sebanyak 25
responden (56%). Infeksi ringan sebanyak 22 pasien (45%), infeksi sedang sebanyak 14
pasien (31%), tidak ada infeksi sebanyak 7 pasien (15%) dan infeksi berat sebanyak 3 pasien
(6%).
Kesimpulan: Infeksi ringan sebanyak 20 pasien, infeksi sedang sebanyak 14 pasien, tidak
ada infeksi sebanyak 7 dan infeksi berat sebanyak 3 pasien.

Kata Kunci : ILO (infeksi luka operasi), tanda-tanda infeksi, faktor resiko
I. Pendahuluan Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
tahun 2011 (periode April sampai
Infeksi luka operasi (ILO)
September) terdapat angka kejadian
merupakan infeksi yang sering terjadi
infeksi luka operasi di sebuah ruangan
pada pasien paska pembedahan1.
yaitu ruang C1 yang memiliki tingkat
Survey World Health Organization
infeksi tertinggi yaitu untuk luka
(WHO) melaporkan bahwa angka
operasi mencapai 8.00% pada bulan
kejadian ILO atau Surgical Site
Mei dan pada bulan Juni 6.25%7.
Infection (SSI) di dunia berkisar antara
5% sampai 15%2. Data WHO Kejadian ILO di RS Umum
menunjukkan bahwa sekitar 5% -34% Pemerintah (RSUP) Dr. Sardjito
dari total infeksi nosokomial adalah merupakan urutan kedua diperoleh data
ILO3. National Nosocomial Infection sebanyak 17% setelah urinary tract
Surveillace United States America infections8. Hasil penelitian di RSUD
mengindikasikan bahwa ILO Panembahan Senopati Bantul
merupakan infeksi ketiga tersering didapatkan data bahwa sebanyak 87%
yang terjadi di rumah sakit sekitar 14- pasien yang mendapatkan tindakan
16% dari total pasien di rumah sakit pembedahan terkena infeksi superfisial
4
mengalami ILO . dan 13% terkena infeksi deep incision
dikarenakan faktor karakterisrik
Menurut DEPKES RI tahun 2011
responden yang meliputi usia, jenis
angka kejadian ILO pada rumah sakit
kelamin, berat badan (BB), lama
pemerintah di Indonesia sebanyak
operasi, jenis operasi serta faktor dari
55,1%5. Hasil lain membuktikan
pelaksana operasi meliputi riwayat
bahwa angka kejadian ILO di RS Dr.
kesehatan, penggunaan obat,
Mohammad Hoesin (RSMH)
penggunaan drain, implant, dressing
Palembang sebanyak 56,67% yang
serta perawatan luka9.
terdiri dari ILO superfisial incision
70,6%, ILO deep incision 23,5% dan Faktor kejadian ILO antara lain dari
ILO organ 5,9%6. ILO ditemukan pasien misalnya diabetes mellitus,
paling cepat hari ketiga dan yang obesitas, malnutrsi berat serta faktor
terbanyak ditemukan pada hari ke lima lokasi luka yang meliputi pencukuran
dan yang paling lama adalah hari daerah operasi, suplai darah yang
ketujuh. Data indikator mutu buruk ke daerah operasi, dan lokasi
pelayanan yang diperoleh dari RSUD luka yang mudah tercemar sedangkan,
faktor operasi misalnya lama operasi, nanah atau pus dan kemungkinan
penggunaan antibiotik profilaksis, terinfeksi apabila luka tersebut
ventilasi ruang operasi, tehnik mengalami tanda-tanda inflamasi10.
operasi10. Faktor kejadian ILO pada Infeksi luka paska operasi merupakan
pra operasi meliputi persiapan kulit salah satu masalah utama dalam
yaitu tidak membersihkan daerah praktek pembedahan dan infeksi
operasi atau tidak melakukan menghambat proses penyembuhan luka
pencukuran didaerah bedah dengan sehingga menyebabkan angka
rambut yang lebat11.Faktor kejadian morbiditas dan mortalitas bertambah
ILO intra operasi salah satunya yaitu besar yang menyebabkan lama hari
teknik operasi yang harus dilakukan perawatan15. Lama perawatan yang
dengan baik untuk menghindari memanjang disebabkan karena
kerusakan jaringan yang berlebihan, beberapa faktor, yaitu faktor ekstrinsik
pendarahan, infeksi, lama operasi, dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik
10
pemakaian drain . terdiri dari pemenuhan nutrisi yang
tidak adekuat, teknik operasi, obat-
Kejadian ILO terkait operasi juga
obatan, dan perawatan luka sedangkan
disebabkan oleh mikroorganisme
faktor intrinsik terdiri dari usia,
patogen yang mengkontaminasi daerah
gangguan sirkulasi, nyeri, dan penyakit
luka operasi pada saat berlangsungnya
penyerta serta faktor lainnya adalah
operasi atau sesudah operasi saat
12
mobilisasi16. Mayoritas infeksi luka
pasien dirawat di rumah sakit . Faktor
operasi yang terjadi di RS Hermina
kejadian ILO post operasi meliputi
Daan Mogot Jakarta Barat disebabkan
nutrisi, personal hygiene, mobilisasi
oleh berbagai faktor antara lain petugas
dan perawatan luka11. Perawatan luka
kesehatan (perawat)17.
>5 hari akan meningkatkan terjadinya
ILO13. Prosedur perawatan luka harus Tingginya kejadian ILO pada pasien
dilaksanakan sesuai yang ditetapkan paska pembedahan maka perawat
bertujuan agar mempercepat proses dituntut bertanggung jawab menjaga
penyembuhan dan bebas dari infeksi keselamatan klien di rumah sakit, salah
luka yang ditimbulkan dari infeksi satunya mengurangi angka kejadian
nosokomial14. ILO18. Menurunkan kejadian infeksi
terkait dengan pencegahan ILO bisa
Luka operasi dikatakan terinfeksi
dilakukan oleh pelayanan kesehatan
apabila luka tersebut mengeluarkan
pada pasien, petugas kesehatan, pada tahun 2014 sebanyak 2.592 dan
pengunjung serta fasilitas pelayanan tahun 2015 sebanyak 3.176. Jumlah
kesehatan19. Faktor kejadian ILO pada pasien operasi umum mendapat
pasien dari penyakit penyerta yang kenaikan dua bulan terakhir dimana
dialami pasien seperti diabetes atau pada bulan September 2015 82 pasien
pada pasien yang memiliki kelebihan sedangkan, bulan Oktober 2015
gula darah yang tidak terkontrol saat berjumlah 93. Data pasien yang
operasi diketahui dapat meningkatkan mengalami ILO di RSU PKU
risiko terhadap ILO20. Pasien dapat Muhammadiyah Bantul masih banyak
melakukan perbaikan keadaan sebelum yang belum terdeteksi karena untuk
operasi meliputi diabetes mellitus, mal sistem pelaporan kejadian infeksi
nutrisi, infeksi, obesitas sehingga masih kurang maka dari itu peneliti
menurunkan angka kejadian ILO10. melakukan screening awal tanda-tanda
Menurunkan kejadian ILO bisa infeksi yang terjadi pada pasien post
dilakukan oleh perawat terhadap pembedahan serta masalah ini belum
perawatan luka yang baik dan benar pernah diteliti sebelumnya di RS PKU
sesuai Standar Operasional Prosedur Muhammadiyah Bantul.
(SOP)21.
Berdasarkan latar belakang atau
Hasil studi pendahuluan yang fenomena diatas, peneliti tertarik untuk
dilakukan pada bulan 26 November mengambil penelitian dengan judul :
sampai 17 Desember 2015 yang “Infeksi Luka Post Operasi pada
diperoleh dari Instalasi Rekam Medis Pasien Post Operasi di Bangsal Bedah
RS PKU Muhammadiyah Bantul RS PKU Muhammadiyah Bantul”.
didapatkan bahwa pada tahun 2014
II. Metode penelitian
dilaporkan 5 pasien post pembedahan
mengalami komplikasi pembedahan Penelitian ini bersifat observasional
yaitu ILO kemudian pada tahun 2015 deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
(periode januari sampai oktober) bertujuan untuk mengetahui angka
didapatkan angka kejadian ILO < 5% infeksi luka post operasi pada pasien
dan pada tanggal 01 november sampai post operasi di Bangsal Bedah RS PKU
24 november 2015 < 5 sedangkan, Muhammadiyah Bantul.
jumlah pasien yang melakukan operasi
Populasi penelitian ini adalah 288
di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
pasien post operasi yang dirawat di RS
PKU Muhammadiyah Bantul pada Karakteristik responden berdasarkan usia
Bulan Mei-Juni 2016. paling banyak antara usia 36-45 tahun
(36,4%). Berdasarkan jenis kelamin, terbanyak
Teknik pengambilan sampel pada
yaitu laki-laki dengan 32 responden (72,7%).
penelitian ini adalah accidental
Berdasarkan penyakit penyerta meliputi yang
sampling dengan sampel sebanyak 44
tidak memiliki penyakit penyerta terbanyak
responden.
yaitu 18 (40,9%) dan sebanyak 26 responden
III. Hasil Penelitian (59,1%) mempunyai penyakit penyerta
Analisa Univariat diantaranya DM, hipertensi dan stroke.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Karakteristik Responden di Berdasarkan Karakteristik Operasi di RSU
Bangsal Bedah RSU PKU Muhammadiyah PKU Muhammadiyah Bantul (N=44)
Bantul (N=44)
Lama operasi Frekuensi Persen
Karakteristik Frekuensi Persen (jam)
responden <2 25 56%
Umur >2 19 43%
17-25 tahun 12 27% Total 44 100%
26-35 tahun 7 15% Jenis op
36-45 tahun 16 36% Elektif 44 100%
46-55 tahun 4 9% Trauma 0 0
56-65 tahun 5 11% Karakteristik operasi berdasarkan lama
Gender operasi paling banyak yaitu responden
Laki-laki 32 72% dengan waktu operasi < 2 jam sebanyak 25
Wanita 12 27% responden (56%). 100% responden dengan
Penyakit jenis operasi elektif (non trauma).
Penyerta
Tabel 3 Distribusi Infeksi Luka Operasi di
Tidak ada 18 40%
RSU PKU Muhammadiyah Bantul
DM 12 27%
Hipertensi 8 18% Kategori Frekuensi Persen (%)
Stroke 6 13% Berat 3 6
Total 44 100% Sedang 14 0
Ringan 20 84.1
Tidak ada 7 15.9 infeksi pada tubuh. Menurut teori
Total 44 100 imunologi, usia dewasa akhir
Berdasarkan tabel diatas bahwa dipengaruhi oleh sistem imun tubuh
presentase responden yang memiliki angka yang menjurus kepada penuaan sehingga
kejadian infeksi luka operasi di RSU PKU menyebabkan terjadi atrofi timus dengan
Muhammadiyah Bantul paling banyak fungsi sudah mengalami penurunan
adalah dengan infeksi luka ringan sebanyak sehingga jaringan timus seluruhnya
20 responden (45%). dapat diganti oleh jaringan lemak
sehingga bertambah usia yang lebih tua
IV. Pembahasan
beresiko terhadap infeksi luka post
1. Karakteristik Responden
operasi13. Seiring bertambah usia
a. Umur
kelenjar timus sudah mengalami
Responden berdasarkan karakteristik
perubahan akan tetapi jumlah sel T dan
umur paling banyak responden dengan
B tidak mengalami perubahan sehingga
rentang umur 36-45 tahun (36,4%).
terjadi peningkatan pembentukan auto-
Semakin tinggi usia seseorang maka
antibody selain itu respons makrofag
infeksi luka semakin tinggi pula
terhadap benda asing di sel mukosa dan
terutama pada dewasa akhir dikarenakan
sel kulit serta pembentukan protein fase
sudah mulai perubahan atau
akut menurun sehingga meningkatkan
kemunduran yang disebabkan oleh
faktor resiko terhadap terjadinya infeksi.
faktor structural dan fungsional yang
Pasien yang memiliki infeksi pada
menyebabkan kulit dan jaringan
luka operasi paling banyak umur 34-43
subkutis lebih rentan terhadap infeksi.
tahun (26,7%) dikarenakan adanya
Kulit merupakan perlindungan yang
faktor yang mendukung lain misalnya
efektif mencegah mikroorganisme
adanya penyakit penyerta, perawatan
masuk ke dalam tubuh serta berkembang
luka atau faktor-faktor yang lain seperti
biak melalui luka kecil pada permukaan
jenis kelamin dan perawatan diri. Hal itu
kulit dan normalnya sistem kekebalan
didukung oleh hasil penelitian ini bahwa
tubuh (imun) dapat membunuh bakteri
dari 16 responden mayoritas memiliki
yang berhasil masuk namun pada
penyakit penyerta diabetes mellitus.
pasien-pasien dengan risiko tinggi
Faktor resiko terjadi infeksi salah
seperti usia dewasa akhir-lansia bakteri
satunya yaitu penyakit diabetes mellitus.
lebih mudah masuk dan berkembang
Selain itu, faktor yang mempengaruhi
biak dan menyebabkan terjadinya
peningkatan infeksi luka operasi,
misalnya banyaknya penyakit yang kelamin dengan infeksi luka operasi
berhubungan dengan peningkatan usia, dimana laki-laki lebih beresiko
menurunnya ketahanan imunologis dibanding perempuan dikarenakan
tubuh, malnutrisi, hipoalbumin, dan berhubungan dengan kebersihan diri.
intake yang kurang adekuat sering Hasil penelitian lain terdapat hubungan
terjadi pada usia yang memasuki yang signifikan antara kebersihan diri
penuaan. dengan penyembuhan luka.
Pasien dengan dewasa akhir akan 53% pasien laki-laki terkena infeksi
lebih mudah terkena ILO karena daerah operasi dibandingkan perempuan
semakin tua seseorang maka sistem sebanyak 47%. Menurut pengamatan
imunitas tubuh semakin menurun. Pada peneliti dibangsal bedah RSU PKU
rentang usia yang akan memasuki Muhammadiyah Bantul bahwa infeksi
dewasa akhir sampai lanjut usia tersebut luka banyak dialami oleh laki-laki ini
dapat terjadi lamanya penyembuhan berkaitan dengan personal hygiene yang
luka, malnutrisi, malabsorbsi, berbeda-beda antara laki-laki dan
peningkatkan proses katabolik dan perempuan dimana perempuan lebih
penurunan imunitas. Oleh karena itu, cenderung memperhatikan kebersihan
pasien dewasa akhir-lansia sangat diri pakaian yang dikenakan terlihat
mempengaruhi peningkatan infeksi luka lebih bersih sedangkan dibandingkan
terutama pasca operasi dikarenakan laki-laki yang lebih cenderung tidak
resiko penyakit lain muncul sehingga memperhatikan kebersihan diri
sangat rentan dilakukan pembedahan sehingga laki-laki lebih mudah atau
non trauma dan pada usia tersebut beresiko terkena infeksi luka operasi.
terjadi penurunan struktur serta fungsi Menurut Gitarja dan Hardian (2008)
tubuh yang menyebabkan kulit dan bahwa kebersihan diri seseorang akan
jaringan sangat rentan terhadap infeksi mempengaruhi proses penyembuhan
luka terutama luka post operasi. luka dikarenakan kuman setiap saat
b. Jenis Kelamin dapat masuk melalui luka bila
Karakteristik responden berdasarkan kebersihan diri kurang sehingga jenis
jenis kelamin, responden terbanyak yaitu kelamin laki-laki merupakan faktor
laki-laki sebanyak 32 responden meningkatnya terjadinya ILO yang
(72,7%), dan responden perempuan dikaitkan dengan kurangnya
sebanyak 12 responden (27,3%). Ada perhatian laki-laki terhadap
hubungan yang signifikan antara jenis kondisi kesehatan dirinya.
c. Penyakit penyerta diabetes mellitus. Hasil penderita infeksi
Berdasarkan karakteristik responden, luka operasi dengan riwayat penyakit
didapatkan hasil bahwa 18 responden penyerta diabetes mellitus memiliki
(40,9%) tidak memiliki penyakit angka kejadian yang lebih tinggi yakni
penyerta atau tidak memiliki riwayat sebesar 19,4%, jika dibandingkan
penyakit lain. Namun, 26 responden dengan yang tidak memiliki riwayat
(56,1%) memiliki penyakit penyerta diabetes mellitus yakni sebesar 8,5%.
yang meliputi DM, hipertensi bahkan Penyakit penyerta lain yang dialami
stroke. Pasien yang mempunyai penyakit pasien seperti diabetes mellitus yang
penyerta atau diriwayatkan mengalami tidak terkontrol saat perioperasi
penyakit lain akan berpengaruh terhadap diketahui dapat meningkatkan risiko
Pasien operasi yang memiliki penyakit terhadap infeksi luka operasi. Pasien
penyerta atau penyakit yang diabetes mellitus dengan pengontrolan
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh gula darah yang baik cenderung tidak
meliputi DM, TBC, Malnutrisi dan lain- mengalami gangguan dalam
20
lain. akan menganggu proses penyembuhan luka . Hasil penelitian
penyembuhan luka. Hasil yang didapat yang telah dilakukan oleh Puspitasari
peneliti bahwa DM merupakan penyakit (2011) terdapat hubungan yang
penyerta yang presentasenya lebih tinggi signifikan antara penyakit DM dengan
sesuai dengan CDC (2012) Faktor resiko penyembuhan luka dikarenakan diabetes
infeksi luka operasi adalah faktor pasien menyebabkan kadar zat berlemak dalam
yaitu penyakit diabetes mellitus. darah meningkat sehingga mempercepat
Penyakit penyerta pasien perlu terjadinya aterosklerosis (penimbunan
diwaspadai terutama pada penyakit plak lemak di dalam pembuluh
diabetes mellitus dari gangguan dapat darah) sehingga sirkulasi darah yang
mempengaruhi proses penyembuhan buruk melalui pembuluh darah besar
20
luka pasca operasi pada pasien . bisa melukai otak, jantung, dan
Menurut peneliti, semakin tubuh pembuluh darah kaki
mengalami penurunan imun akibat (makroangiopati), sedangkan pembuluh
penyakit penyerta lain maka semakin darah kecil bisa melukai mata, saraf,
tinggi resiko terhadap infeksi luka dan kulit serta memperlambat
dikarenakan dalam tubuh terjadi penyembuhan luka.
penurunan penyembuhkan luka Hubungan tekanan darah dan infeksi
diakibatkan karena penyakit lain seperti luka operasi adalah usia dan jenis
kelamin dimana usia seseorang yang juga sering mengalami peningkatan
diatas 40 tahun mengalami peningkatan yang disebabkan oleh berbagai macam
tekanan darah sehingga lebih lama faktor termasuk genetik. Pada pria
proses penyembuhan luka. Responden umumnya lebih banyak memiliki
dengan penyakit penyerta hipertensi tekanan darah yang lebih tinggi
kebanyakan terjadi diatas > 40 tahun daripada perempuan disebabkan dari
karena pada usia tersebut arteri besar pengaruh hormonal dan pola aktifitas
kehilangan kelenturannya dan menjadi misalnya merokok (Muhammadun,
kaku karena itu darah pada setiap 2010). Merokok merupakan faktor
denyut jantung dipaksa untuk melalui risiko terjadinya hipertensi karena
pembuluh yang sempit daripada nikotin dalam rokok akan
biasanya dan menyebabkan naiknya mengakibatkan peningkatan tekanan
tekanan. Usia yang meningkat beresiko darah. Nikotin yang masuk ke dalam
untuk menderita penyakit hipertensi pembuluh darah dapat merusak
juga semakin meningkat karena lapisan endotel pembuluh darah arteri
disebabkan berkurangnya elastisitas dan mengakibatkan proses
pembuluh darah sehingga pada orang aterosklerosis denyut jantung
berusia lanjut, arteri lebih keras meningkat dan kebutuhan oksigen
dan kurang fleksibel, hal ini yang disuplai otot-otot jantung dan
mengakibatkan peningkatan tekanan nikotin akan menaikkan tekanan darah
sistolik dan diastolik karena dinding baik sistolik maupun diastolic.
pembuluh darah tidak lagi retraksi Stroke merupakan penyakit akibat
secara fleksibel pada penurunan tekanan gangguan peredaran darah otak yang
darah. dipengaruhi oleh banyak faktor risiko
Umumnya pembuluh darah pada terdiri dari yang tidak dapat diubah
orang dewasa akhir sudah mulai berupa usia dikarenakan stroke dapat
mengalami berbagai perubahan ini menyerang segala usia, tetapi semakin
terjadi karena adanya penebalan pada tua usia seseorang maka semakin besar
intima (akibat ateroskeloris) dan tunika kemungkinan orang tersebut terserang
medika (akibat proses menua) sehingga stroke. dan jenis kelamin laki-laki dua
mengakibatkan peningkatan kelenturan kali lebih berisiko daripada perempuan
pembuluh darah tepi dan menyebabkan dan yang dapat diubah seperti hipertensi
peningkatan tekanan darah terutama dan diabetes mellitus. 46% dari seluruh
sistolik serta tekanan darah diastolic pasien stroke yang merupakan jumlah
terbanyak mempunyai faktor risiko Hasil ini sesuai dengan penelitian
hipertensi. Seseorang dengan diabetes yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto
melitus resiko terjadinya stroke Mangunkusumo, Jakarta dengan tingkat
meningkat dua kali lipat dibandingkan infeksi tertinggi pada lama operasi > 2
dengan orang tanpa diabetes ini terjadi jam yakni 10%3. Lamanya operasi
karena peningkatan gula darah dapat mengakibatkan dapat masuknya benda
meningkatkan risiko atherosclerosis. asing, misalnya benang atau drain
Kemunduran fisik akibat stroke mempengaruhi probabilitas atau
menyebabkan kemunduran gerak peningkatan infeksi luka operasi dan
fungsional baik kemampuan mobilisasi kemungkinan tinggi terjadinya
atau perawatan diri. Adanya infeksi luka kerusakan luka berikutnya. Semakin
menunjukkan bahwa perawatan banyak kuman atau masuknya beda
penderita stroke kurang optimal asing maka dapat semakin beresiko
2. Karakteristik Operasi peningkatan infeksi luka daerah operasi.
a. Lama operasi Maka untuk lamanya operasi perlu ada
Berdasarkan karakteristik lama perhatian khusus bagi rumah sakit
operasi paling banyak waktu operasi < 2 sehingga resiko infeksi luka operasi
jam sebanyak 25 responden (56.8%). semakin sedikit dan lama hari perawatan
Lamanya operasi sangat berpengaruh semakin berkurang. Operasi yang besar
terhadap kejadian ILO dikarenakan atau operasi non trauma memerlukan
dengan lamanya waktu operasi maka insisi yang lebih besar serta akan
akan berpengaruh terhadap membutuhkan waktu yang akan lama
terkontaminasinya luka operasi dengan dan akan mengakibatkan pendarahan
kuman ruang operasi. Tingkat infeksi yang banyak sehingga resiko terjadi
pada lama operasi > 2 jam sebesar infeksi luka post operasi akan semakin
18,7% serta penelitian ini juga meningkat.
menyebutkan bahwa lama operasi > 2 b. Jenis operasi
jam akan mengakibatkan seseorang yang Berdasarkan karakteristik operasi,
menjalani operasi lebih berisiko terkena operasi elektif terbanyak dilakukan 44
infeksi luka pasca operasi. Hasil responden (100%). Operasi elektif
penelitian juga dilakukan oleh Zumaro merupakan operasi terencana yang
(2009) lama operasi mempunyai dilakukan untuk mempersiapkan
pengaruh besar terhadap terjadinya responden untuk dilakukan tindakan
infeksi luka operasi (p=0,001) . pembedahan yang bertujuan untuk
menjamin keselamatan pasien Muhammadiyah Bantul paling banyak
intraoperatif. Operasi non trauma (80%) adalah dengan infeksi luka ringan
menunjukkan angka insiden paling sebanyak 20 responden (45%) diikuti
banyak di banding dengan operasi oleh infeksi luka sedang 14 responden
trauma (20%)3. Hasil penelitian ini (31%) kemudian tidak ada infeksi
didapatkan ada beberapa jenis operasi sebanyak 7 (15%) responden dan 3
non trauma yang meliputi abses, diantaranya memiliki infeksi luka berat
kolostomi, apendiktomi, prostat, CA (6%). Hasil yang didapatkan peneliti
mammae, hernia dan hemoroid. bahwa infeksi luka operasi ringan
Penyebab tingginya kasus infeksi didapatkan pada jenis operasi non trauma
luka operasi pasca operasi bersih yang meliputi apendiktomi, prostat, abses
diantaranya merupakan karakteristik dan hernia. Infeksi luka post operasi
operasi meliputi sterilitas dari ruang dan ringan itu dengan tanda-tanda tidak ada
instrumen operasi, tim bedah, lama eksudat atau ada eksudat tetapi tidak
operasi serta jenis operasi. Hasil yang purulen, dan jumlahnya tidak lebih dari
didapatkan oleh peneliti bahwa operasi seperempat kassa balutan, jika tidak ada
yang paling banyak dilakukan adalah eritema atau ada eritema tetapi tidak
operasi non trauma terdapat 44 terlalu tampak, apabila tidak ada edema
responden yang melakukan operasi atau ada edema tetapi tidak terlalu
tersebut di RSU PKU Muhammadiya tampak, letak nyeri dinilai ringan apabila
Bantul. Kasus infeksi luka operasi hanya di daerah luka, jika tidak ada nyeri
terbanyak diantaranya non trauma. atau hanya pada saat penggantian
Angka infeksi pada kasus tersebut balutan, serta tidak ada bau.
khususnya post operasi non trauma Faktor yang mempengaruhi
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor resiko infeksi luka ringan sesuai hasil
salah satunya diantaranya, lama pengamatan peneliti di RSU PKU
perawatan pasien baik pra maupun post- Muhammadiyah Yogyakarta bahwa
operatif yang lama sehingga terdapat usia, penyakit penyerta. Pasien
menyebabkan risiko infeksi luka pasca yang memiliki resiko infeksi ringan pada
operasi menjadi meningkat. luka operasi paling banyak umur 34-43
3. Infeksi luka operasi pada pasien tahun (26,7%) dikarenakan adanya faktor
post operasi yang mendukung lain misalnya adanya
Berdasarkan angka kejadian infeksi penyakit penyerta yang meliputi penyakit
luka operasi di RSU PKU DM yang akan mempengaruhi terhadap
penyembuhan luka sehingga beresiko 20 pasien, sedang 14 pasien dan berat 3
terpaparnya benda asing yang membuat pasien. Menurut Kemenkes RI (2013)
luka beresiko terkena infeksi luka post angka kejadian infeksi luka operasi terus
operasi. Faktor resiko terjadi infeksi luka meningkat mencapai 21% atau lebih.
ringan paling banyak adalah faktor yang Kejadian ILO mencapai 1,2 hingga 23,6
diderita oleh pasien yang meliputi usia per-100 prosedur bedah (WHO, 2010).
dan penyakit penyerta serta faktor dari Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa
perawatan luka. terdapat 84% dari 44 responden
Hasil pengamatan peneliti di RSU mengalami infeksi luka post operasi.
PKU Muhammadiyah Bantul didapatkan Berdasarkan ruang rawatnya, prevalensi
hasil bahwa banyak terdapat infeksi luka HAIs tertinggi terdapat di intensive care
post operasi ringan dikarena saat unit (ICU) dan di ruang rawat bedah dan
perawatan luka perawat sangat ortopedi (WHO, 2002). Sesuai dengan
memperhatikan teknik steril. Hal ini hasil penelitian ini terdapat 37 responden
sesuai dengan teori setiyawati (2008) mengalami ILO di bangsal bedah.
semakin baik perawatan luka dengan Menurut Darmadi (2008) HAIs dapat
memperhatikan tekhnik steril semakin terjadi di ruang bedah dikarenakan ada
baik pula penurunan infeksi luka pasca faktor-faktor yang mempengaruhi antara
operasi. Sejalan dengan Sutrisno dkk lain faktor intrinsik, faktor ekstrinsik,
(2012) Penurunan kejadian ILO bisa faktor keperawatan dan mikroba patogen.
dilakukan oleh perawat terhadap Oleh karena itu, program pencegahan
perawatan luka yang baik dan benar dan pengendalian infeksi di RSU PKU
sesuai standar operasional prosedur. Jadi Muhammadiyah Bantul harus melibatkan
dapat disimpulakan faktor yang berbagai unsur mulai dari pimpinan
mempengaruhi infeksi luka operasi selain sampai petugas kesehatan yang
pasien yang meliputi faktor usia, faktor berhubungan langsung dengan pasien.
jenis kelamin dan faktor adanya penyakit Selain itu, pihak rumah sakit juga
penyerta lain ada beberapa faktor dari dituntut memberikan pelayanan yang
petugas kesehatan dan perawatan luka profesional sesuai dengan undang-
yang baik dan benar. undang yang dijadikan pedoman namun
Angka kejadian infeksi luka operasi untuk lebih memperjelas dan membuat
di RSU PKU Muhammadiyah Bantul data adekuat maka pertugas
pada tahun 2016 terdapat 37 responden melakukan pengecekan secara
yang mengalami ILO diantaranya ringan langsung kepada pasien. Pengecekan
rutin tersebut juga dilakukan untuk 3. Bagi perawat
memantau perkembangan pasien guna Meminimalkan faktor-faktor
mencegah terjadinya infeksi. penyebab infeksi yang lain untuk
V. Kesimpulan lebih meminimalkan kejadian infeksi
luka operasi dan diperlukan supervisi
Karakteristik pasien post operasi di
yang ketat dari kepala ruang untuk
Bangsal Bedah RSU PKU
mengawasi pelaksanaan teknik
Muhammadiyah Bantl rata-rata rentang
perawatan luka.
umur responden 36-45 tahun (dewasa
4. Bagi peneliti lain
akhir), pasien paling banyak berjenis
Peneliti selanjutnya untuk
kelamin laki-laki, 26 pasien dengan
meneliti faktor-faktor lain yang
penyakit penyerta yang meliputi DM,
berkontribusi terjadinya infeksi luka
hipertensi dan stroke serta sebanyak 25
operasi..
responden dengan waktu operasi kurang
VII. DaftarPustaka
dari 2 jam serta insiden infeksi luka post
operasi di Bangsal Bedah RSU PKU 1. Pandjaitan, Costy. (2013). Infeksi
Nosokomial di Rumah Sakit harus
Muhammadiyah Bantul yaitu infeksi diantisipasi. diakses 26 November
ringan sebanyak 22 pasien, infeksi 2015 dari
http://politikindonesia.com/index.php
sedang sebanyak 12 pasien, infeksi ?k=wawancara&i=40941-Costy-
ringan sebanyak 7 pasien dan infeksi Pandjaitan:-Infeksi-Nosokomial-di-
Rumah-Sakit-Harus-Diantisipasi
berat sebanyak 3 pasien. 2. World Health Organization.
VI. Saran Prevention of hospital-acquired
infections. Diakses 25 Januari 2016
1. Bagi rumah sakit dari
Meningkatkan SOP terkait http://www.who.int/csr/resources/pub
lications/whocdscsreph200212.pdf
tanda-tanda infeksi pada pasien post 3. Haryanti, L., Pudjiadi, H. A., Ifran K.
operasi di RSU PKU Muhammadiyah E., Thayeb, Thayeb, A., Amir, I.,
Hegar B. (2013). Prevalensi dan
Bantul. Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi
2. Bagi pendidikan Bedah. Vol. 15 No 4. Diakses 10 Juni
2015 dari
Memperkaya literature dan http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-
informasi dan sebagai panduan untuk 4-2.pdf
4. National Nosocomial Infection
mahasiswa dalam melakukan Survailance NNIS America. (2010)
penelitian yang berkaitan dengan http://www.ajicjournal.org/article/S0
196-6553(04)00542-5/abstract
infeksi luka operasi. 5. Asyifa, A., Suarnianti, Mato. (2012).
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan ILO di RSUP DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Vol 1 no 2. Nosokomial pada Pasien Luka Post
Diakses 10 Februari 2016 dari Operasi di RSUD Tugurejo
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1 Semarang. Diakses 10 Februari 2016
/1/e- dari http://www.e-
library%20stikes%20nani%20hasanu jurnal.com/2013/10/faktor-faktor-
ddin--ainusasyif-40-1-artikel16.pdf. yang-mempengaruhi.html
6. Yuwono, J. (2013) Pengaruh 14. Noch, L., Rompas, S.S & Kallo, V.
Beberapa Faktor Risiko Terhadap (2015). Hubungan Tingkat
Kejadian Surgical site infection (SSI) Pendidikan dan Sikap Dengan
Pada Pasien Laparotomi Emergensi. Pelaksanaan Prosedur Tetap
Jambi Medical Journal, diakses pada perawatan Luka Di Ruang Perawatan
tanggal 29 Desember 2015 dari Bedah Badan Rumah Sakit Daerah
http://eprints.unsri.ac.id/3161/ Kabupaten BANGGAI diakses
7. Sinaga & Tarigan, R. (2012). tanggal 10 juni 2015 dari
Penggunaan Bahan Pada Perawatan http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
Luka Di RSUD DR. Djasamen jkp/article/viewFile/6735/6255
Saragih Pematangsiantar. Diakses 15. Potter&Perry. (2006). Buku Ajar
pada tanggal 26 November 2015 dari Fundamental Keperawatan Edisi 4.
file:///C:/Users/user/Downloads/192- Jakarta: SM.
638-1-PB.pdf 16. Majid, Judha & Istianah. (2011).
8. Dahesihdewi, Andaru. (2015). Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Surveilans HAI’S di Rumah Sakit. Terhadap Lamanya Perawatan pada
Continuing Nurse Education. Pasien Pasca Operasi laparatomi di
Program Studi Profesi Nurse Instalansi Rawat Inap Bedah RSU
Angkatan XXII. UMY. 17. Minovanti, Dias. (2014). Faktor
9. Rusmawati, Henni. (2013). Internal dan Eksternal yang
Surveillance Kejadian Infeksi Daerah Berhubungan dengan
Operasi Di RSUD Panembahan ILO[ABSTRAK]. Diakses 10
Senopati Bantul. Karya Tulis Ilmiah Februari 2016 dari
strata satu, Universitas http://digilib.esaunggul.ac.id/6111/U
Muhammadiyah Yogyakarta, EU-Undergraduate-6111-BABII-
Yogyakarta. faktor-internal-dan-eksternal-yang-
10. Septiari, B.B. (2012). Infeksi berhubungan-dengan-infeksi-luka-
Nosokomial. Yogyakarta: Nuha operasi--di-rumah-sakit-hermina-
Medika. daan-mogot--jakarta-barat-tahun-
11. Kurnia, A., Tripriadi, E.A., & 2014.pdf
Andrini, F. (2013). Gambaran 18. Putra, R.A., & Asrizal. (2012).
Penderita ILO pada Pasien Pasca Tindakan Perawat dalam Pencegahan
Operasi Bersih Di RSUD Arifin Infeksi Nosokomial luka Pasca
Achmad Prov. Riau. Diakses 29 Bedah. diakses 11 november 2015
Desember 2015 dari dari
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMF file:///C:/Users/user/Downloads/196-
DOK/article/viewFile/6448/6146 642-1-PB%20(1).pdf
12. Riyadi, S., & Hatmoko. (2012). 19. Pandjaitan, Costy. (2015).
Standar Operating Procedure Dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Praktik Klinik Keperawatan Dasar. Meningkatkan Mutu Layanan
Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Kesehatan. Continuing Nurse
13. Rosaliya, Yosi., Suryani, Shobirun. Education. Program Studi Profesi
(2010). Faktor-Faktor yang Nurse Angkatan XXII. UMY.
Mempengaruhi Kejadian Infeksi
20. Faridah, Andayani & Inayati. (2012).
Pengaruh Umur dan Penyakit
Penyerta terhadap Resiko ILO pada
Pasien Bedah Gastrointestinal. Vol. 2
No 2. Diakses 10 Februari 2016 dari
http://journal.uad.ac.id/index.php/PH
ARMACIANA/article/view/668/507
21. Sutrisno, E., Intang, A., & Suhartatik.
(2014). Hubungan Pengetahuan
Perawat terhadap Perilaku
Pencegahan Infeksi Luka Operasi di
RSUD BARRU. Vol. 5 No. 1 diakses
tanggal 9 juni 2015 dari
http://www.library.stikesnh.ac.id

You might also like