You are on page 1of 28

MAKALAH KEBIJAKAN & PERENCANAAN ENERGI

“ANALISIS EKONOMI BERDASARKAN KETERSEDIAAN


BAHAN DAN SUMBER ENERGI”

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah


Kebijakan & Perencanaan Energi

OLEH :
KELOMPOK 9

M. Ihsan Kamil : 0614 4041 1731


Monica Kharisma Tama : 0614 4041 1734

Dosen Pembimbing : Ir. H. Sahrul Effendy, M. T.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Analisis Eknonomi berdasarkan
Ketersediaan Bahan dan Sumber Energi” ini, dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing mata
kuliah Kebijakan & Perencanaan Energi yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini, dan ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu hingga selesai tugas
ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk lebih sempurnanya penulisan-penulisan selanjutnya.
Demikian semoga tugas Kebijakan & Perencanaan Energi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan energi nasional yang terus meningkat karena pertumbuhan
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang
senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber
energi utama ketersediaannnya sangat terbatas dan terus menipis. Sehingga inti
dari permasalahan energi dunia saat ini adalah ketidakseimbangan permintaan dan
penawaran serta akses dari sumber daya energi tersebut. Selain itu dalam rangka
memasuki era industrialisasi maka kebutuhan energi terus meningkat dan
meningkatkan tersedotnya cadangan energi khususnya energi fosil. Diperkirakan
hingga tahun 2030 konsumsi energi dunia masih tergantung kepada energi minyak
bumi yang tidak terbarukan.
Dalam batas tertentu keadaan ini juga dialami Indonesia. Kondisi energi
Indonesia saat ini masih mengandalkan pada migas sebagai penghasil devisa
maupun untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Cadangan minyak bumi dalam
kondisi depleting (penghabisan), walaupun gas bumi cenderung meningkat. Untuk
energi baru dan terbarukan, meskipun Indonesia memiliki potensi beragam,
namun pengelolaan dan penggunaannya belum optimal. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk memperkuat ketahanan energi
nasional melalui berbagai pengembangan energi baru dan terbarukan guna
mencapai energi bauran, serta meningkatkan efisiensi dan konservasi energi. Oleh
karena itu, dibuat makalah ini untuk mengetahui kondisi energi dunia mencakup
ketersediaan bahan dan sumber energi pada umumnya dan Indonesia khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sumber Daya Energi


Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh
suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu
bersifat fisik, tetapi juga non-fisik (intangible). Sumber daya ada yang dapat
berubah, baik menjadi semakin besar maupun hilang, dan ada pula sumber daya
yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula istilah sumber daya yang dapat
pulih atau terbarukan (renewable resources) dan sumber daya tak terbarukan
(non-renewable resources).
Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat diolah oleh
manusia sehingga dapat digunakan bagi pemenuhan kebutuhan energi. Sumber
daya energi ini disebut sumber energi primer, yaitu sumber daya energi dalam
bentuk apa adanya yang tersedia di alam.
Secara umum, sumber daya energi dapat dibedakan menjadi:
1. Sumber daya energi konvensional
Sumber daya energi konvensional adalah sumber daya energi yang digunakan
untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energi manusia sekarang. Sumber
daya energi konvensional terdiri dari
- minyak bumi
- batubara
- gas alam.
2. Sumber daya energi nuklir
Sumber daya energi nuklir merupakan sumber daya energi yang tersedia di
alam dan hanya dapat dikonversi menjadi bentuk energi yang dapat
dikonsumsi oleh manusia melalui reaksi nuklir. Sumber energi nuklir terdiri
dari:
- sumber daya energi fissi nuklir (uranium, torium),
- material radioaktif alami,
- sumber daya energi fusi nuklir (deuterium, litium).
3. Sumber daya energi non-konvensional
Sumber daya energi terbarukan adalah sumber daya energi yang tersedia
secara terus menerus dalam waktu sangat lama karena siklus alaminya.
Sumber daya energi terbarukan terdiri dari:
- energi angin
- energi matahari
- geotermal
- energi air laut pasang
- biofuel
- energi air
- biomassa

2.2 Definisi Ketersediaan Sumber Daya Energi


Ketersediaan sumber daya energi diartikan sebagai kemampuan manusia
untuk mendapatkan sumber daya energi tersebut berdasarkan teknologi yang telah
dikembangkan serta dengan cara yang secara ekonomi dapat diterima.
Ketersediaan sumber daya energi ditinjau dari beberapa macam aspek, yaitu:
- keberadaan sumber daya tersebut di alam
- ketersediaan teknologi untuk mengeksploitasi sumber daya tersebut
- ketersediaan teknologi untuk memanfaatkan sumber daya tersebut
- pertimbangan dalam aspek ekonomi
- pertimbangan dampak (lingkungan, sosial)
- kompetisi dengan penggunaan penting lainnya.
Berdasarkan berbagai aspek pertimbangan tentang ketersediaan sumber
daya energi yang telah disebutkan di atas, maka secara lebih praktis ketersediaan
sumber daya energi didasarkan pada dua aspek penting, yaitu:
- ketersediaan data yang cukup dan konsisten
- estimasi biaya yang diperlukan untuk menggali.
Untuk mengeksploitasi suatu sumber daya alam (termasuk sumber daya
energi) disamping dua pertimbangan tersebut masih diperlukan pertimbangan
berikutnya yang menyangkut:
- dampak lingkungan maupun sosial akibat eksploitasi sumber daya alam
- kompetisi (benturan) dengan penggunaan penting lainnya.
2.3 Klasifikasi Sumber Energi
Di dunia ini tersedia berbagai sumber daya alam; antara lain angin, air,
batu bara, minyak bumi, hutan, panas matahari, dan lain-lain. Di antara sumber
daya alam tersebut ada yang bisa menjadi sumber energi, sehingga disebut sumber
daya energi. Berdasarkan definisi dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
30 Tahun 2007 Bab I Pasal 1, sumber energi adalah sesuatu yang dapat
menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui proses konversi.
Sedangkan sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan baik sebagai sumber energi maupun sebagai energi.
Berdasarkan ketersediaannya sumber daya alam ada yang sifatnya
terbarukan (renewable resource) dan ada yang tidak terbarukan (non renewable
resource). Demikian pula hanya dengan sumber energi, ada energi terbarukan
(renewable energy) dan energi tak terbarukan (non renewable energy).
Pengklasifikasian seperti ini sangat dipengaruhi oleh peran variabel waktu.
Sumber daya alam yang dapat diperbarui merupakan sumber daya yang terus-
menerus tersedia sebagai input produksi dengan batas waktu tak terhingga.
Termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah panas matahari, angin,
panas bumi, dan air laut (ombak). Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui adalah sumber daya yang yang persediannya sebagai input produksi
terbatas dalam jangka waktu tertentu. Termasuk disini adalah minyak bumi, gas
bumi, dan batubara.
Bicara mengenai rentang waktu, laju pemakaian (produksi), serta
pembentukan kembali (generation), pada akhirnya sumber daya yang terbarukan
bisa berubah menjadi sumber daya tak terbarukan. Air sungai, misalnya, jika laju
pemakaiannya jauh lebih besar dari debit dan kualitas air dari arah hulu atau dari
sumber mata airnya, maka lama-kelamaan sungai tersebut akan mengalami
kekeringan sampai airnya habis. Begitu juga dengan hutan. Dibutuhkan waktu
paling tidak 10-20 tahun untuk membesarkan pepohonan yang memiliki nilai
ekonomi. Jika laju produksi hutan (penebangan kayu) lebih besar dari laju
pertumbuhan kembali pepohonan, maka sumber daya hutan tersebut akan habis.
Sumber daya alam seperti minyak bumi, gas bumi, dan batubara
membutuhkan waktu jutaan tahun untuk proses pembentukannya. Dengan jumlah
ketersediaan yang terbatas di alam (artinya bisa dikuantifisir) dan dengan laju
produksi yang besar serta skala waktu produksinya harian (jauh lebih kecil dari
skala waktu jutaan tahun), maka tentu saja sumber daya alam ini makin lama
makin tipis persediaannya hingga akhirnya habis.
Pada akhirnya klasifikasi sumber daya alam terbarukan dan tak terbarukan
akan sangat tergantung juga pada manajemen pemanfaatannya, yaitu sejauh mana
besarnya laju produksi dibandingkan dengan laju pembentukan kembali. Sumber
daya akan menjadi tak bebarukan apabila laju produksi (production rate) lebih
besar dari laju pembentukan kembali (generation rate) di alam.
Berdasarkan asal-muasalnya sumber daya energi bisa diklasifikasikan
sebagai fosil dan non fosil. Minyak bumi, gas bumi, dan batubara disebut sebagai
sumber energi fosil karena, menurut teori yang berlaku hingga saat ini, berasal
dari jasad-jasad organik (makhluk hidup) yang mengalami proses sedimentasi
selama jutaan tahun. Sedangkan energi non fosil adalah sumber energi yang
pembentukannya bukan berasal dari jasad organik. Termasuk sumber energi non
fosil adalah sinar matahari, air, angin, dan panas bumi.
Dari segi pemakaian sumber energi terdiri atas energi primer dan energi
sekunder. Energi yang langsung diberikan oleh alam dalam wujud aslinya dan
belum mengalami perubahan (konversi) disebut sebagai energi primer. Termasuk
sumber energi primer adalah minyak bumi, batubara dan gas alam. Sementara
energi sekunder adalah energi primer yang telah mengalami proses lebih lanjut.
Termasuk sumber energi sekunder adalah hasil olahan minyak bumi seperti LPG.
Minyak bumi jika baru digali (baru diproduksikan ke permukaan), gas
bumi, batu bara, uranium (nuklir), tenaga air, biomassa, panas bumi, radiasi panas
matahari (solar), tenaga angin, dan tenaga air laut dalam wujud aslinya disebut
sebagai energi primer. Hasil olahan minyak bumi seperti bahan bakar minyak dan
LPG disebut sebagai energi sekunder. Air terjun apabila belum diolah masuk
klasifikasi energi primer. Apabila sudah dipasang pembangkit tenaga listrik maka
hasil olahannya, yaitu energi listrik, disebut sebagai energi sekunder. Pada
dasarnya energi sekunder berasal dari olahan energi primer.
Bila dilihat dari nilai komersial, sumber energi bisa diklasifikasikan
sebagai komersial, non komersial, dan energi baru. Energi komersial adalah energi
yang sudah dapat dipakai dan diperdagangkan dalam skala ekonomis. Energi non
komersial adalah energi yang sudah dapat dipakai dan dapat diperdagangkan
tetapi belum mencapai skala eknomis. Sedangkan energi baru adalah energi yang
pemanfaatannya masih sangat terbatas dan sedang dalam tahap pengembangan
(pilot project). Energi ini belum dapat diperdagangkan karena belum mencapai
skala ekonomis. Klasifikasi berdasarkan nilai ekonomi ini bisa berbeda-beda
berdasarkan waktu dan tempat. Energi non komersial atau energi baru bisa saja
suatu saat menjadi energi komersial. Atau energi non komersial di suatu tempat
bisa saja menjadi energi komersial di tempat lain. Secara ringkas klasifikasi
sumber energi ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Klasifikasi Sumber Energi

2.4 Sumber Daya Energi Konvensional


Sumber Daya Energi Konvensional adalah potensi alam yang berasal atau
diambil dari alam dengan teknologi yang biasa digunakan (natural), seperti
minyak bumi, gas alam, panas bumi, dan batubara. Sedangkan sumber daya alam
non-konvensional adalah potensi alam yang banyak berasal dari temuan atau
pengembangan teknologi seperti accu (aki) atau baterai, nuklir, solar cell dan
sejenisnya. Sumber daya non-konvensional tetap menggunakan bahan baku atau
bahan yang bersumber dari alam juga, hanya saja diproses dan diubah dalam
bentuk yang lebih praktis untuk siap digunakan. Berikut ini adalah beberapa
contoh dari Sumber Daya Energi Konvensional:
1. Batubara
Batubara merupakan bahan bakar fosil yang terbentuk dari tumbuhan yang
mati dan kemudian tertimbun selama jutaan tahun. Pohon-pohon tinggi yang
tumbuh saat itu seperti lycopods dan pakis raksasa, kemudian mati dan jatuh ke
dalam rawa dan genangan air. Pohon-pohon mati tersebut kemudian tertimbun
lumpur dan pasir dalam keadaan basah secara terus-menerus sehingga lapisan
tumbuhan mati dalam keadaan basah dan asam. Selain itu.lapisan tersebut terputus
dari udara langsung dan mendapat tekanan terus-menerus dari lapisan di atasnya.
Potensi batubara di Indonesia terutama terdapat di Pulau Kalimantan dan
Pulau Sumatra, sedangkan di daerah lainnya ditemukan dalam jumlah kecil.
Namun demikian cadangan batubara Indonesia sejumlah 28,02 miliar ton, hanya
sekitar 3 persen dari sekitar 861 miliar ton cadangan dunia. Berdasarkan statistik
BP tahun 2010, cadangan batubara terbesar di dunia berada di Amerika Utara
sebesar 245 miliar ton, diikuti Rusia 157 miliar ton, Amerika Selatan 125 miliar
ton, China 115 miliar ton, Australia 75 miliar ton, India 61 miliar ton, Eropa 50
milar ton, dan Afrika 33 miliar ton.

Gambar 2.1 Peta Distribusi Cadangan Batubara Dunia.


Berdasarkan perhitungan neraca sumber daya dan cadangan batubara
Indonesia yang dilakukan oleh Badan Geologi, potensi sumber daya batubara
Indonesia tahun 2011 sebesar 161,34 miliar ton, terdiri dari 120,3 miliar ton untuk
tambang terbuka, dan 41 miliar ton untuk tambang bawah tanah. Berdasarkan nilai
kalorinya, sumber daya batubara untuk tambang terbuka terdiri dari 29,02 miliar
ton batubara kalori rendah, 80,18 miliar ton batubara kalori sedang, 9,39 miliar
ton batubara kalori tinggi, dan 1,74 miliar ton batubara kalori sangat tinggi.
Adapun cadangan batubara Indonesia yang layak tambang sebesar 28,02 miliar
ton terdiri dari 10 miliar ton batubara kalori rendah, 16,13 miliar ton batubara
kalori sedang, 1,66 miliar ton batubara kalori tinggi dan 0,23 miliar ton batubara
kalori sangat tinggi. Dari jumlah tersebut sebesar 10,26 miliar ton berupa
cadangan terbukti (proven reserve) dan sebesar 17,76 miliar ton berupa cadangan
terkira (probable reserve).

Sumber: Badan Geologi


Gambar 2.2 Cadangan dan Kualitas Batubara
Sebaran batubara Indonesia hasil kegiatan eksplorasi yang dilakukan
pemerintah dan swasta menunjukkan bahwa potensi signifikan hanya di Sumatra
dan Kalimantan. Potensi terbesar berada di Sumatra sebesar 53% atau 85,25 miliar
dengan rincian 64,59 miliar ton berupa potensi untuk tambang terbuka dan 20,66
miliar ton untuk potensi tambang bawah tanah dan cadangannya sebesar 14,79
miliar ton. Adapun potensi Kalimantan sekitar 46% atau 75,03 miliar ton dan
cadangannya sebesar 13,20 miliar ton dengan produksi sebesar 92%.
Gambar 2.3 Potensi Batubara pada tiap Provinsi di Sumatra

2. Minyak Bumi
Sumber daya alam berikutnya yang dimiliki Indonesia adalah minyak
bumi. Minyak bumi (petroleum) atau dikenal juga sebagai emas hitam merupakan
cairan kental, cokelat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar yang terdapat
pada lapisan teratas dari beberapa area di kerak bumi. Sebagaimana hutan, tidak
semua negara memiliki minyak bumi. Kita patut bersyukur,
Potensi minyak bumi Indonesia terus mengalami penurunan karena
dimanfaatkan terus-menerus. Bahkan saat ini, Indonesia telah mulai mengimpor
minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tak lagi mencukupi.
Minyak bumi dimanfaatkan sebagi sumber energi kendaraan bermotor, mesin
pabrik, dan lain-lain. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagian menggunakan
minyak bumi untuk menghasilkan listrik. Oleh karena itu, kamu perlu melakukan
tindakan penghematan listrik maupun bahan bakar minyak agar cadangannya
tidak cepat habis.
Indonesia dahulu merupakan anggota OPEC sebagai salah satu pengekspor
minyak bumi. Tetapi pada tahun 2008, Indonesia resmi keluar dari OPEC karena
produksi dalam tidak dapat mengurangi konsumsi dalam negeri. Rata-rata
kebutuhan dalam negeri adalah sekitar 1,3 juta barel per hari. Permintaan ini tidak
diiringi dengan produksi minyak yang hanya sebesar 879 ribu barel per hari.
Indonesia saat ini masih memiliki cadangan minyak sebesar 7,73 miliar
barel. Angka ini terdiri dari 4,039 miliar barel cadangan proven dan 3,692 miliar
barel cadangan berpotensi. Selain ada upaya untuk mencari sumur produksi baru,
para ahli perminyakan juga berusaha untuk meningkatkan teknologi untuk
produksi minyak yang lebih maksimal. Cadangan minyak bumi terbesar di
Indonesia terdapat di Sumatera bagian tengah dengan nilai 3,847 miliar barel
cadangan.
Tren cadangan minyak bumi Indonesia dari tahun 2004 hingga 2011
menunjukkan angka penurunan. Berikut ini adalah data resmi Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral mengenai data cadangan minyak bumi di Indonesia
sampai dengan tahun 2011.
Tabel 2.2 Cadangan Minyak Bumi dalam Angka

Gambar 2.4 Peta Persebaran Minyak Bumi Indonesia


Sementara itu, seiring dengan menurunnya jumlah cadangan minyak bumi
itu, produksi minyak bumi Indonesia dari tahun ke tahun juga tengah mengalami
penurunan cukup signifikan, sebagai berikut:
Tabel 2.3 Produksi Minyak Bumi Indonesia

3. Gas Alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah
bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat
ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika
gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Gas
alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium. Metana adalah gas
rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke
atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana
yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat
Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan
tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia
dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat
membahayakan. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa,
adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia
dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara.
Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas.
Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir
sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.komponen utama dalam
gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai
terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon
yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain
juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).
Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber
energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana
yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat.
Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari
rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75
dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut). Nitrogen, helium, karbon
dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung di dalam
gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam
bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya. Gas alam dapat berbahaya karena
sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih
ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi
bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat
mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat
menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana
yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%, Pembakaran satu meter
kubik gas alam komersial menghasilkan 38 MJ (10.6 kWh).
Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat
realisasi produksi gas nasional hingga 27 Januari 2013 lalu mencapai 8.152,53
juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Gas alam sebagai bahan bakar.
2. Gas LNG sebagai komoditas ekspor, dan
3. Gas sebagai bahan baku (pupuk, petrokimia, metanol, plastik,industri besi
tuang dan sebagainya.
Tabel 2.4 Cadangan Gas di Dunia
Pangkat Negara Cadangan terbukti (triliun kaki kubik)

1. Iran 1192,9

2. Rusia 1103,6

3. Qatar 871,5

4. Turkmenistan 617,3

5. Amerika Serikat 330

6. Arab Saudi 290,8

7. Uni Emirat Arab 215,1

8. Venezuela 196,8

9. Nigeria 179,4

10. Aljazair 159,1

11. Australia 129,9

12. Irak 126,7


13. Cina 115,6

14. Indonesia 103,3

Top 14 negara 5632


Sumber: BP Statistics 2014
Tabel 2.5 Produksi dan Konsumsi Gas di Indonesia 2005-2014

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Produksi
75.1 74.3 71.5 73.7 76.9 85.7 81.5 77.1 72.1 73.4
dalam milyar m³
Konsumsi
35.9 36.6 34.1 39.1 41.5 43.4 42.1 42.2 36.5 38.4
dalam milyar m³
Sumber: BP Statistical Review of World Energi 2015

2.5 Sumber Daya Energi Non-Konvensional


Energi terbarukan merupakan sumber energi alam yang dapat langsung
dimanfaatkan dengan bebas. Selain itu, ketersediaan energi terbarukan ini tak
terbatas dan bisa dimanfaatkan secara terus menerus. Adapun contoh dari energi
terbarukan ini adalah sebagai berikut:
1. Angin
Angin merupakan salah satu sumber energi yang tak pernah ada habisnya.
Selama bumi ini masih ada, maka angin akan tetap ada selamanya karena
ketersediaannya tidak terbatas. Angin sendiri seringkali dimanfaatkan dalam
teknologi kincir angin, khususnya di negara dengan intensitas angin sangat
banyak. Angin ini nantinya akan mendorong turbin dari kincir angin yang bisa
menghasilkan energi listrik.
Dari aneka potensi sumber energi terbarukan yang dimiliki oleh alam
Indonesia, tenaga angin merupakan satu sumber energi yang cukup potensial.
Selain bersifat terbarukan dan ramah lingkungan, turbin angin dianggap sangat
efektif untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi. Turbin angin kecil
berkapasitas 3 kW mampu menghasilkan energi listrik hingga 7.000 kWh per
tahun. Dengan kapasitas tersebut, turbin angin bisa menghindarkan dari emisi
CO2 hingga 5 ton per tahun. Pemasangan dan penggunaan turbin angin selama
rata-rata 20 tahun dapat membayar kembali emisi CO2 selama 3-6 bulan pertama
operasinya. Hal ini berarti lebih dari 19 tahun turbin angin dapat memproduksi
energi tanpa emisi alias “zero environmental cost” atau tanpa ‘ongkos
lingkungan’.
Dalam lebih dari 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya pasar, secara
global biaya produksi tenaga angin menurun hingga 50%. Saat ini di wilayah yang
anginnya maksimum, tenaga angin mampu menyaingi PLTU batu bara teknologi
baru dan di beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit listrik tenaga gas alam.
Menurut data dari Renewable Energy Policy Network for the 21st Century
(REN21), total kapasitas turbin angin di seluruh dunia terus meningkat setiap
tahunnya dengan total tahun 2014 sebesar 370 GW. Negara dengan kapasitas
turbin angin terbesar saat ini adalah China dengan kapasitas lebih dari 110 GW,
disusul dengan Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan India.

Gambar 2.5 Total Kapasitas Tenaga Angin di Seluruh Dunia Tahun 2004-2014 (Sumber:
REN21)

Gambar 2.6 10 Negara dengan Kapasitas Turbin Angin Terbesar Tahun 2014 (Sumber:
REN21)
Secara umum, Indonesia termasuk kategori negara tanpa angin, mengingat
bahwa kecepatan angin minimum rata-rata yang secara ekonomis dapat
dikembangkan sebagai sumber energi adalah 4 m/detik (Lubis, 2007). Meskipun
demikian, ada beberapa wilayah dengan kecepatan angin yang potensial sebagai
sumber energi, yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB),
Sulawesi Selatan dan Tenggara, Pantai Utara dan Selatan Jawa dan Karimun
Jawa.
Menurut data dari situs resmi ESDM, potensi tenaga angin di Indonesia
mencapai 950 MW. Dari jumlah tersebut, baru sebagian kecil yang dimanfaatkan
menjadi sumber energi listrik. Belum ditemukan data resmi dari instansi terkait
mengenai total kapasitas turbin angin yang telah terpasang di seluruh Indonesia,
namun diketahui bahwa turbin angin dengan kapasitas mikro telah banyak
dibangun sejak beberapa tahun lalu. Misalnya pada tahun 2007, telah dibangun
turbin angin dengan kapasitas kurang dari 800 Watt di empat lokasi, masing-
masing di Pulau Selayar 3 unit, Sulawesi Utara 2 unit, Nusa Penida 1 unit dan
Bangka Belitung 1 unit. Sejumlah turbin dengan kapasitas mikro juga ditemukan
di berbagai lokasi di Indonesia, misalnya di Pulau Sumba (Dusun Palindi di
Kecamatan Kamanggih, Sumba Timur), Pulau Rote, Pulau Karya, Pantai
Pandansimo Bantul dan lain-lain. Pada umumnya pemanfaatan turbin angin skala
mikro tersebut adalah untuk keperluan penerangan dan pemompaan air untuk
irigasi.

2. Matahari
Matahari merupakan sumber energi paling penting dalam kehidupan
manusia. Sumber energi panas dari matahari juga banyak digunakan untuk
berbagai macam aktivitas, seperti fotosintesis buatan, listrik tenaga surya,
menjemur pakaian dan lain sebagainya.
Sumber : Solar Millenium AG, Erlangen
Gambar 2.7 Potensi Tenaga Surya di Dunia
Menurut gambar tersebut potensi tenaga surya Indonesia secara umum ada
pada tingkat satisfy (cukup). Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu patokan
kita dalam menyusun perencanaan energi di masa depan. Selain itu potensi ini
setidaknya dapat menjadi penyejuk di tengah panasnya isu krisis listrik yang
selama ini menghantui Indonesia.
Indonesia memiliki potensi energi surya yang cukup besar mengingat letak
geografisnya yang berada pada daerah tropis. Berdasarkan data penyinaran
matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia
untuk kawasan Barat Indonesia mencapai 4,5 kWh/m2/hari dengan variasi
bulanan sekitar 10%, sementara itu untuk Kawasan Timur Indonesia sekitar 5,1
kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Tabel 2.6 Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia

Sumber: BPPT, BMG


Pada Tabel 2.6 terlihat bahwa Nusa Tenggara Barat dan Papua mempunyai
intensitas radiasi matahari paling tinggi di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan
Bogor mempunyai intensitas radiasi matahari paling rendah di seluruh wilayah
Indonesia.

3. Panas Bumi
Sumber energi panas bumi atau geothermal sendiri merupakan energi
panas dari kerak bumi. Energi geothermal ini diperoleh akibat peluruhan
radioaktif dan juga pelepasan kalor atau panas secara terus menerus di dalam
bumi.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan panas bumi
terbesar di dunia. Namun pemanfaatannya masih rendah. Baru sepertiga yang
dimanfaatkan Saat ini cadangan panas bumi di Indonesia mencapai 27.000 MWe
(megawatt of electrical output), sedangkan yang sudah dimanfaatkan hanya
sepertiganya yakni 9.000 MWe atau setara dengan listrik 800 MW. Beberapa
daerah panasbumi di Indonesia yang telah dieksploitasi untuk dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik adalah: Sibayak (Sumatra Utara), Salak, Karaha-Bodas,
Kamojang, Wayang Windu, Darajat (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan
Lahendong (Sumatera Utara) dengan total kapasitas sebesar 822 MW. Sementara
daerah potensial yang sedang dieksplorasi antara lain: Ulubelu (Lampung),
Bedugul (Bali), Mataloko (Nusa Tenggara Barat), Kotamubago (Sulawesi Utara)
dan lainnya. Potensi energi panas bumi Indonesia terbesar di dunia, sekitar 40
persen cadangan dunia. Potensi panas bumi Indonesia sekitar 20.000 MW dengan
temperatur tinggi, dengan rincian sekitar 5.500 MW di Jawa-Bali, sekitar 9.500
MW di Sumatera, dan 5.000 MW tersebar di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sementara potensi dunia diperkirakan 50.000
MW, dan yang sudah dimanfaatkan sekitar 10.000 MW atau 20 persen dari
potensi. Cadangan energi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 27
GWe atau setara dengan 40 persen sumberdaya panasbumi dunia, hanya saja
belum dimanfaatkan secara optimal. Sekitar 80% lokasi panas bumi di Indonesia
berasosasi dengan sistem vulkanik aktif seperti Sumatra (81 lokasi), Jawa (71
lokasi), Bali dan Nusa Tenggara (27 lokasi), Maluku (15 lokasi), dan terutama
Sulawesi Utara (7 lokasi). Sedangkan yang berada di lingkungan non vulkanik
aktif yaitu di Sulawesi (43 lokasi), Bangka Belitung (3 lokasi), Kalimantan (3
lokasi), dan Papua (2 lokasi). Dari 252 lokasi panas bumi yang ada, hanya 31%
yang telah disurvei secara rinci dan didapatkan potensi cadangan.
Tabel 2.7 Potensi Sumber Daya Energi Panas Bumi di Wilayah Indonesia

Berikut ini beberapa lapangan panas bumi yang memiliki prospek untuk
dikembangkan menjadi PLTP.
 Lapangan Panas bumi Margabayur di Lampung dengan potensi lapangannya
sekitar 250 MW dan layak untuk dikembangkan pada tahap awal dengan
kapasitas 2x55 MW. Pada lapangan panasbumi ini perlu melaksanakan
pemboran sumur-sumur untuk memperoleh uap.
 Lapangan Panas bumi Lahendong yang memiliki potensi lapangan uapnya
sebesar 250 MW dan layak untuk dikembangkan 2x20 MW.
 Lapangan Panas bumi Ulubelu-Lampung yang mempunyai potensi
lapangannya sekitar 550 MW. Pada lapangan ini potensi panasbumi yang
sudah dikembnagkan swasta sekitar 110 - 300 MW dan sisanya masih ada
sekitar 200 - 250 MW belum dikembangkan.
 Lapangan Panas bumi Lainnya adalah Kerinci. Lapangan-lapangan tersebut
sekarang ini sedang diekplorasi oleh Pertamina.

Gambar 2.8 Distribusi Lokasi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi
Di Jawa Timur terdapat 11 lokasi panas bumi yang dapat menghasilkan
total energi 1206,5 MW atau hampir 5% dari total potensi di Indonesia. Kesebelas
lokasi tersebut tersebar di Tirtosari, Pandan, Cangar-Tulungrejo, Songgoriti,
Arjuno-Welirang, Telaga Ngebel, Argopuro, Tiris-Lamongan, Blawan Ijen,
Rejosari dan Melati. Perkiraan potensi yang dapat dikembangkan antara lain
terdapat di Iyang-Argopuro 285 MW, Ngebel-Wilis 120 MW, Ijen 270 MW,
Arjuno-Welirang 230 MW dan Tiris-Lamongan 140 MW. Dari potensi yang ada
di Jawa Timur belum ada satupun yang dikembangkan untuk pembangkit tenaga
listrik. Dengan eksplorasi yang lebih detail pada daerah yang lebih luas, sangat
mungkin potensi tersebut lebih besar dari pada yang diperkirakan sekarang.

4. Air Laut Pasang


Pemanfaatan air laut pasang atau gelombang dari air laut ini kian dijadikan
sebagai sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik. Di Indonesia,
potensi pembangkit listrik dari gelombang laut mencapai 510 GW dan potensi
pembangkit listrik tenaga pasang surut mencapai 160 GW. Garis pantai Indonesia
yang panjangnya nomor dua di dunia diperkirakan memiliki potensi energi laut
sebesar 10-36 MW per kilometer. Potensi energi gelombang di selatan Pulau Jawa
termasuk yang terbesar di Indonesia, angkanya mencapai 45 kW/m. Sedangkan
keberadaan arus laut Indonesia yang berada di Selat Lombok juga sedang akan
digarap untuk dapat memanen energi. Indonesian Ocean Energy Association
(INOCEAN) telah memetakan potensi energi gelombang laut di Indonesia
(Gambar 2.9).

Gambar 2.9 Potensi Energi dari Laut Indonesia


Kondisi dunia penelitian di Indonesia memang sudah bisa ditebak. Potensi
gelombang laut yang cukup besar tersebut memang masih terlihat belum ada
dampak. PT T-Files adalah pionir di bidang pemanfaatan energi laut di Indonesia.
Kondisinya tidak jauh dari trend dunia energi laut. Instalasi WEC PT T-Files
terdapat di 5 titik di Indonesia dengan kapasitas maksimal 1 MW. Daya sebesar
itu mampu menerangi 1 desa kecil di pelosok Indonesia.

5. Biofuel
Macam-macam sumber energi terbarukan berikutnya adalah biofuel.
Biofuel merupakan bahan bakar hayati yang dihasilkan dari bahan-bahan organik.
Sumber dari energi terbarukan ini adalah tanaman yang memiliki kandungan gula
tinggi seperti tebu dan sorgum serta tanaman yang memiliki kandungan minyak
nabati tinggi seperti kelapa sawit, ganggang dan jarak.

Gambar 2.10 Produksi Biofuel Dunia hingga Tahun 2011


Hingga saat ini Biofuel dijadikan sebagai alternatif dalam pemenuhan
energi sebagai campuran ataupun pengganti bahan bakar minyak karena beberapa
masyarakat dunia menyadari bahwa sumber daya fosil suatu saat akan habis.
Perkembangan Biofuel mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat
dipengaruhi oleh harga minyak dunia.

Gambar 2.11 Perbandingan Harga Dunia dan Peningkatan Produksi Biofuel Dunia
Dari Gambar 2.11 di atas terlihat bahwa hingga tahun 2006 perubahan
harga minyak dunia memiliki hubungan searah dengan prosentasi perubahan
produksi biofuel. Pada saat harga minyak dunia stabil dan rendah maka produksi
biofuel akan menurun dan sebaliknya saat harga minyak mulai naik maka biofuel
akan kembali dilirik sebagai alternatif bahan bakar dan produksinya akan
meningkat. Saat harga minyak relatif tinggi saat ini, Biofuel menjadi
kembali populer untuk dikembangkan.

6. Air
Selain air laut pasang, energi air juga energi alternatif yang dapat
digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Sumber energi yang satu ini
didapatkan dengan memanfaatkan energi potensial dan energi kinetik yang
dimiliki oleh air Di Indonesia sendiri sudah terdapat puluhan PLTA untuk
menghemat sumber daya tak terbarukan.
Potensi tenaga air di Indonesia menurut Hydro Power Potential Study
(HPPS) pada tahun 1983 adalah 75.000 MW, dan angka ini diulang kembali pada
Hydro power inventory study pada tahun 1993. Namun pada laporan Master Plan
Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon Koei pada tahun
2011, potensi tenaga air setelah menjalani screening lebih lanjut adalah 26.321
MW, yang terdiri dari proyek yang sudah beroperasi (4.338 MW), proyek yang
sudah direncanakan dan sedang konstruksi (5.956 MW) dan potensi baru (16.027
MW). Dalam laporan studi tahun 2011 tersebut, potensi tenaga air diklasifikasikan
dalam 4 kelompok sesuai tingkat kesulitannya, mulai dari tidak begitu sulit hingga
sangat sulit. PLN bermaksud akan mengembangkan sebagian besar dari potensi
tenaga air tersebut sebagai proyek PLN seperti pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Potensi Tenaga Air yang Perlu Kajian Lebih Lanjut
No Nama Provinsi Tipe Kap. (MW)

1 Pahae Julu Sumut ROR 2 x 9

2 Mandoge Sumut ROR 3 x 10

3 Lematang Sumsel RES 2 x 25

4 Musi Kotaagung Sumsel ROR 2 x 13, 7

5 Ranau Bengkulu ROR 3 x 21

6 Cimandiri 3 Jabar RES 110

7 Cipasang Jabar RES 400

8 Pade Kembayung Kalbar ROR 3 x 10

9 Muara Juloi Kalsel RES 284

10 Tabang Kaltim RES 354

11 Boh Kaltim RES 9 x 100

12 Kayan 3 Kaltara RES 1.200

13 Poso 2 Peaking Sulteng ROR 180

14 Poso 3 Sulteng RES 300

15 Palu 3 Sulteng RES 75

16 La’a Sulteng ROR 160

17 Tumbuan Sulbar ROR 450

18 Seko 2 Sulsel ROR 90

19 Batu Sulsel RES 200

20 Watupanggantu NTT ROR 15


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kebutuhan energi nasional dari tahun ke tahun menunjukkan gejala
semakin meningkat tajam. Peningkatan kebutuhan energi tersebut sejalan dengan
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, ekonomi dan pesatnya perkembangan
teknologi di sektor industri. Sampai saat ini masalah kebutuhan energi dunia
masih didominasi oleh energi yang bersumber dari bahan bakar fosil. Begitu juga
dengan yang dialamai Indonesia saat ini, ketergantungan energi fosil terutama
minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih sangat tinggi.
Tingginya konsumsi energi fosil tersebut diakibatkan oleh subsidi sehingga harga
energi menjadi murah dan masyarakat cenderung boros dalam menggunakan
energi.
Untuk mengatasi kondisi cadangan energi Indonesia yang semakin
menurun, maka salah satu solusinya adalah dengan mencari sumber energi
alternatif sebagai pengganti bahan bakar berbasis fosil. Dan salah satu usaha yang
dilakukan adalah dengan mengembangkan sumber energi alternatif berbahan baku
nabati, dimana salah satu programnya adalah pengembangan bahan bakar biofuel
dari tanaman-tanaman potensial. Selain itu, potensi energy baru terbarukan di
Indonesia sangat melimpah, diantaranya yaitu bahan bakar nabati, energi
matahari, tenaga air, biomassa komersial, dan energi yang tergolong baru bagi
indonesia diantaranya nuklir, syngas dan gas metan batubara.
DAFTAR PUSTAKA

BPS (2015) Statistik Indonesia 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.


BPS (2015a) Statistik Transportasi Darat 2014, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Dirjen Migas (2016), Kebijakan LPG 3 Kg, Bahan Paparan di International
Institute for Sustainable Development, 29 Januari 2016, Jakarta.
Ditjen EBTKE (2013) Statistik Energi Baru dan Terbarukan 2013, Direktorat
Jeneral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Ditjen EBTKE (2014) Statistik Energi Baru dan Terbarukan 2014, Direktorat
Jeneral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Ditjen EBTKE (2015) Statistik Energi Baru dan Terbarukan 2015, Direktorat
Jeneral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Ditjen Migas (2015) Peta Jalan Kebijakan Gas Bumi Nasional 2014-2030,
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, Jakarta.
http://artikelkimia.blogspot.com/2010/12/gas-alam.html (Diakses pada tanggal 3
November 2017)
http://indocropcircles.wordpress.com/2014/01/04/indonesia-miliki-cadangan-gas-
besar/ (Diakses pada tanggal 4 November 2017)
http://www.esdm.go.id/berita/40-migas/3190-cadangan-produksi-gas-bumi-
indonesia-mencapai-59-tahun.html (Diakses pada tanggal 4 November
2017)
http://curahanilmu.blogspot.com/2009/05/makalah-mengenai-minyak-bumi-dan-
gas.html (Diakses pada 4 November 2017)
id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam (Diakses pada tanggal 4 November 2017)
www.scribd.com/energi gas (Diakses pada tanggal 4 November 2017)

You might also like