You are on page 1of 12

KEPEMIMPINAN

OLEH:
Kelompok 12:
Dewa Ayu Nyoman Ardhea Mahadewi (1515251107)
Putu Agus Mahendra Wijaya (1515251140)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
NON REGULER 2018
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Membuat keputusan adalah salah satu fungsi yang paling penting yang
dilakukan oleh para pemimpin. Banyak aktifitas para manajer dan administrator yang
berupa perbuatan dan pelaksanaan keputusan, termasuk merencanakan pekerjaan,
memecahkan masalah-masalah teknis, memilih para bawahan, menentukan kenaikan
upah membuat penugasan kerja, dan sebagainya. Kepemimpinan partisipatif
melibatkan usaha-usaha manajer untuk mendorong dan memudahkan partisipasi
orang lain dalam pengambilan keputusan yang penting.

Kepemimpinan partisipatif, pendelegasian, dan pemberdayaan merupakan


subyek yang menjebatani pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku dalam
kepemimpinan. Penelitian mengenai kepemimpinan partisipatif dan pendelegasian
menekankan perspektif pemimpin mengenai pembagian kekuasaan. Pengertian
mengenai pemberdayaan adalah tambahan yang lebih terbatas dan baru bagi literatur
kepemimpnan dan penelitian, ini menekankan pada perspektif para pengikut.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana kepemimpinan yang partisipatif ?

1.2.2 Bagaimana proses pengambilan keputusan?

I.3 TUJUAN PENULISAN

Ada pun tujuan dari penulisan ini adalah :

- Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep kepemimpinan partisipatif


dan pendelegasian.
BAB II

ISI

A Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan pertisipatif adalah kepemimpinan yang selalu mendorong dan
memudahkan partisipasi orang lain dalam pengambilan keputusan. Terdapat tiga
istilah yang terkait dengan kepemimpinan partisipatif, yaitu: 1.Konsultasi, yaitu
pimpinan menanyakan opini dan gagasan bawahan, kemudian pemimpin mengambil
keputusan, 2.Keputusan bersama, yaitu pimpinan bersama-sama bawahan mengambil
sebuah keputusan dan keputusan tersebut menjadi keputusan final, 3.Pendelegsian,
dimana seorang pemimpin memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada
individu atau kelompok untuk mengambil sebuah keputusan. Kepemimpinan
partisipatif menyangkut baik pendekatan kekuasaan maupun perilaku kepemimpinan.
Kepemimpinan, menyangkut aspek-aspek kekuasaan seperti
· bersama-sama menanggung kekuasaan (power sharing),
· pemberian kekuasaan (empowering)
· proses-proses yang saling mempengaruhi secara timbal balik
· prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain,
untuk memperoleh gagasan dan saran-saran, serta perilaku spesifik yang digunakan
untuk pendelegasian kekuasaan.

v .Jenis partisipasi
Salah satu bentuk kepemimpinan partisipatif adalah dengan melibatkan orang
lain dalam pembuatan keputusan. Meskipun para ahli masih belum bersepakat tentang
prosedur- prosedur untuk mengambil suatu keputusan, tetapi secara garis besar para
ahli menyatakan bahwa terdapat empat prosedur (cara) pengambilan keputusan,
yaitu:
1. Keputusan otokratis.
Manajer membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat atau saran
karyawan, dan karyawan tidak memiliki pengaruh langsung pada keputusan, atau
dengan kata lain tidak ada partisipasi dari karyawan. Pada pengambilan keputusan
secara otokratis, terdapat dua peran yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin,
· pertama, pemimpin hanya semata-mata mengumumkan keputusan aoutokratis
(gaya “memberitahu”),
· kedua, pemimpin menggunakan taktik pengaruh seperti persuasi rasional (gaya
’menjual’)

2. Konsultasi.
Manajer menanyakan ide, gagasan atau pendapat pada karyawan, kemudian
membuat keputusan sendiri setelah dengan serius mempertimbangkan saran dan
perhatian karyawan.Pada pengambilan keputusan dengan cara konsultasi, terdapat
beberapa metode yang dapat dilakukan sang pemimpin, Pemimpin menunjukkan
sebuah keputusan yang telah dibuat sebelumnya tanpa konsultasi sebelumnya, tetapi
bersedia melakukan modifikasi, jika ada keberatan atau saran yang bagus. Pemimpin
menunjukkan proposal sementara dan secara aktif mendorong karyawan untuk
memberikan saran demi perbaikan proposal tersebut. Pemimpin menyajikan sebuah
masalah dan meminta karyawan untuk berpartisipasi dalam mendiagnosanya dan
mengembangkan penyelesaiannya, tetapi membuat keputusan akhir sendiri

3. Keputusan bersama. Manajer bertemu dengan karyawan untuk mendiskusikan


masalah yang dihadapi dan membuat keputusan bersama. Di sini partisipasi Manajer
dan karyawan dapat dikatakan sama, dalam pengambilan keputusan akhir.
4. Pendelegasian. Manajer memberikan otoritas dan tanggung jawab untuk membuat
keputusan pada seseorang atau kelompok karyawan. Manajer biasanya hanya
menentukan batas pembuatan keputusan final, dan persetujuan awal tidak selalu
diperlukan sebelum keputusan diimplementasikan

v Keuntungan Potensial dari Partisipasi


1. Kualitas Keputusan
• Melibatkan orang lain dan membuat keputusan akan meningkatkan kualitas
keputusan karena partisipan memiliki informasi dan pengetahuan yg tidak
dimiliki oleh pemimpin
2. Penerimaan Keputusan
• Partisipan akan memandang sbg keputusan mereka, yg selanjutnya
memotivasi untuk menerapknnya dengan berhasil.
3. Kepuasan terhadap Proses Keputusan
• Partisipan merasa diperlakukan secara bermartabat dan terhormat saat
dilibatkan dan akhirnya meningkatkan kepuasan
4. Pengembangan Keterampilan Partisipan
• Pengalaman membantu membuat keputusan rumit dapat menghasilkan
pengembangan keterampilan dan kepercayaan yg lebih besar oleh
partisipan

B. DELEGASI
Pendelegasian adalah proses khusus yang terjadi sewaktu manajer meminta
salah satu atau beberapa orang bawahan untuk mengambil alih tanggung jawab dalam
membuat keputusan yang sebelumnya dibuat oleh manajer tersebut.
Delegasi mencakup penugasan atas sebuah tanggung jawab yang baru kepada
bawahan dan wewenang tambahan yang menyertainya. Delegasi secara kualitatif
berbeda dalam beberapa hal dari bentuk lain dari kepemimpinan partisipatif seperti
consulting dan pengambilan keputusan bersama. Seorang manajer mungkin
berkonsultasi dengan bawahan, rekan kerja, atau atasan, namun dalam banyak kasus
delegasi hanya ditujukan kepada bawahan. Contohnya, seorang manager yang
memiliki kelebihan beban kerja, cenderung melakukan pendelegasian dibanding
konsultasi. Karena itu, tidak mengherankan bahwa faktor analisis dari kuesioner
kepemimpinan biasanya berkisar antara consulting dan delegasi. (Yukl & Fu, 1999)
v Keuntungan dari Delegasi:
1. Kualitas keputusan yang lebih baik.
Hal ini dapat terjadi bila bawahan memiliki keahlian lebih dalam melakukan suatu
tugas dibanding manager. Seorang bawahan yang yang menangani permasalahan
secara langsung dan memiliki informasi yang relevan dapat membuat keputusan yang
lebih cepat dan lebih baik dalam membuat keputusan. Namun hal ini tidak akan
efektif jika bawahan kurang memiliki keahlian untuk membuat keputusan yang baik,
gagal untuk memahami apa yang diharapkan atau memiliki tujuan yang tidak sesuai
dengan manager.
2. Komitmen bawahan yang lebih besar terhadap keputusan yang dibuat.Hal
ini timbul dar identifikasi bawahan terhadap keputusan dan hasrat untuk
menjadikannya berhasil.
3 Delegasi yang menghasilkan tanggung jawab dan wewenang tambahan dapat
membuat pekerjaan bawahan lebih menarik, menantang, dan bermakna.Namun hal ini
hanya akan terjadi pada bawahan yang berhasrat akan adanya tanggung jawab
tambahan, memiliki keahlian untuk menangani tanggung jawab yang baru.
Sebaliknya delegasi akan menurukan kepuasan kerja jika bawahan secara konstan
merasa frustasi karena kewalahan akan tanggung jawabnya yang besar atau
kewalahan karena kurangnya kemampuan untuk menyelesaikan tugas.
4. Delegasi merupakan hal yang penting dalam managemen waktu untuk
seorang manager yang kewalahan dengan tanggung jawab.
Dengan mendelegasikan pekerjaan dan kewajiban yang kurang penting kepada
bawahan, seorang manager memiliki waktu tambahan yang dapat digunakan untuk
tanggung jawab yang lebih penting. Bahkan jika seorang manager dapat melakukan
tugas dengan lebih baik daripada bawahan, adalah lebih efisien jika waktu dari
manager difokuskan untuk hal yang lebih mempengaruhi performansi kerja unit.
5. Delegasi dapat menjadi metode yang efektif untuk perkembangan
managemen
Sebuah organisasi perlu mengembangkan bakat managerial untuk mengisi posisi
kosong pada tingkat wewenang yang lebih tinggi. Delegasi merupakan cara untuk
memfasilitasi perkembangan keahlian yang dibutuhkan untuk hal tersebut. Ketika
delegasi digunakan untuk mengembangkan maksud tujuan, hal itu biasanya
dibutuhkan manager untuk melakukan tugas monitoring dan coaching. Karena itu,
dalam hal ini, delegasi bukanlah bertugas untuk mengurangi kerja dari manager.

C. PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan melibatkan persepsi oleh para anggota organisasi di mana
mereka memiliki kesempatan untuk menentukan peran pekerjaan mereka,mencapai
hasil karya yang berarti, dan mempengaruhi peristiwa penting. Istilah
‘pemberdayaan’ menjelaskan bagaimana motivasi instrinsik dan self-efficacy
seseorang terpengaruh oleh perilaku kepemimpinan, karakteristik pekerjaan, struktur
organisasi, dan kebutuhan serta nilai-nilai mereka sendiri.
Ada empat elemen yang mendefinisikan pemberdayaan (Spreitzer, 1995), yaitu :

1. Makna
2. Determinasi Diri
3. Self Efficacy
4. Dampak

Keempat elemen tersebut diuraikan dalam gambar berikut.


D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pada hakekatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis


terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang
matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Pengertian diatas menunjukan ada lima hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara
kebetulan.

2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara sembrono.

3. Sebelum sesuatu masalah dapat dipecahakan dengan baik, hakekatnya dari pada
masalah itu harus diketahui dengan jelas

4. Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan ilham atau dengan


mengarang, tetapi harus didasarkan pada fakta yang terkumpul,, terolah dengan baik
dan disimpan secara teratur sehingga dapat dipercayai

5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif
yang ada dari berbagai alternatif yang dianalisis dengan matang.

Kesemuanya ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan sebagai tugas terpenting


dan terutama bagi seorang pemimpin yang baik, bukan merupakan tugas mudah dan
bahwa apabila seorang ingin diakui sebagai seorang pemimpin yang baik maka orang
tersebut sepanjang karirnya harus teratur dan berkesinambungan dengan kemampuan
mengambil keputusan. Dengan kata lain pengambilan keputusan adalah suatu teknik
untuk memecahkan suatu masalah denagn mempergunakan teknik-teknik ilmiah.

B. Peranan Kepemimpinan Dalam Mengambil Keputusan

Pengambilan keputusan adalah pemilihan dua alternatif atau lebih. Pengambilan


keputusan perlu dilakukan karena adanya perbedaan antara harapan atau tujuan
dengan hasil yang dicapai. Salah satu model pengambilan keputusan adalah The
Optimizing Model. Model tersebut merupakan model pengambilan keputusan yang
menguraikan bagaimana individu seharusnya berperilaku untuk mencapai hasil atau
keluaran yang maksimal.
C. Pengaruh Prilaku Terhadap Pengambilan Keputusan

Ada empat prilaku terhadap pengambilan keputusan,yaitu sebagai berikut.

1. Nilai. Nilai dianggap sebagai pedoman jika seorang menghadapi situasi dimana
harus dilakukan suatu pilihan.

2. kepribadian. Aspek kepribadian meliputi sikap, Kepercayaan dan kebutuhan


individu.

3. kecendrungan mengambil resiko. Ada yang berani dalam mengambil resiko,ada


yang ditengah-tengah dan ada yang penuh pertimbangan /kurang ambil resiko.

4. Disonasi kognif. Adanya rasa cemas pada pengambilalan keputusan terhadap


akibat dari keputusan yang diambilnya.

D. Langkah-Langkah Dalam Pengambilan Keputusan

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut

1. Menentukan perlunya pengambilan keputusan

2. Mengidentifikasi kriteria keputusan

3. Mengalokasi pembobotan terhadap criteria

4. Mengembangkan alternative

5. Mengevaluasi alternative

6. Memilih alternatif terbaik

Langkah-langkah tersebut tentunya tidak mutlak berurutan, melainkan harus


disesuaikan dengan bobot keputusan yang akan diambilnya. Seringkali hal-hal khusus
harus dimasukan didalamnya, antara lain menyangkut asumsi-asumsi yang harus
dirumuskan agar alternatif-alternatif dapat lebih banyak dimunculkan. Dengan
alternative yang relative lebih banyak, kemungkinan yang dievaluasi semakin banyak
pula. Pada akhirnya, keputusan dapat diambil berdasarkan berbagai alternatif yang
muncul.
Selain itu juga Herbert A. Simon mengajukan mmodel proses pengambilan keputusan
yang dianggap sebagai sebuah arus dari penyelidikan samapai perancangan dan
kemudian pada pemulihan. Tetapi pada setiap tahap hasilnya mungkin dikembalikan
ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Jadi tahapan tersebut merupakan unsur-
unsur sebuah proses bersinambungan.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengambilan Keputusan

Ada 6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan :

1. Fisik : Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak
nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang
menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan
kesenangan.

2. Emosional : Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada
suatu situasi secara subjective.

3. Rasional: Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi,


memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4. Praktikal : Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan


melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui
kemampuanya dalam bertindak.

5. Interpersonal : Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan


antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

6. Struktural : Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan


mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku
tertentu.

Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor


yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau
wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha seorang manajer untuk


mendorong dan memudahkan partisipasi orang lain dalam membuat keputusan yang
jika tidak demikian maka akan dibuat sendiri dari manajer itu. Partisipasi memiliki
banyak bentuk, dimulai dari melakukan revisi keputusan tentatif setelah menerima
protes, meminta saran sebelum membuat keputusan, meminta seseorang atau
kelompok untuk bersama-sama membuat suatu keputusan yang tergantung pada
persetujuan final dari manajer tersebut. Meengikutsertakan orang lain dalam
membuat keputusan sering merupakan kebutuhan agar keputusan agar kebutuhan
tersebut diterima dan diimplementasikan dalam organisasi. Namun, bahkan bila tidak
perlu berkonsultasi dengan orang lain sebelum membuat keputusan, seorang manajer
mungkin masih lebih suka melakukannya agar mendapatkan manfaat dari partisipasi.
Potensi manfaat dari partisipasi meliputi kualitas keputusan yang lebih baik dan
penerimaan keputusan yang lebih besar oleh orang yang akan menetapkannya atau
yang akan terpengaruh olehnya.

Partisipasi tidak mungkin efektif jika partisipan potensial tidak memiliki


sasaran yang sama dari pemimpin tersebut, jika mereka tidak ingin menerima
tanggung jawab untuk membantu dalam pengambilan keputusan, jika mereka tidak
mempercayai pemimpin tersebut, atau jika tekanan waktu dan penyebaran partisipan
membuatnya tidak praktis jika melakukan konsultasi dengan orang-orang atau untuk
mengadakan pertemuan kelompok. Mungkin tidak akan efektif kecuali jika manajer
tersebut memilki ketrampilan yang mencukupi dalam mengelolasss
DAFTAR PUSTAKA

https://yunit4m4l1aa.wordpress.com/2012/04/17/kepemimpinan/

http://anthoposthink02.blogspot.co.id/2014/02/kepemimpinan-partisipatif.html

You might also like