You are on page 1of 10

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan
pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya
rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih
tinggi. Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas. Berdasarkan
perubahan suhu menurut waktu, konduksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konduksi
tunak dan konduksi tidak tunak.
Pada zat padat, energi kalor tersebut dipindahkan hanya akibat adanya vibrasi
dari atom-atom zat padat yang saling berdekatan. Hal ini disebabkan karena zat
padat merupakan zat dengan gaya intermolekular yang sangat kuat, sehingga atom-
atomnya tidak dapat bebas bergerak, oleh sebab itu perpindahan kalor hanya dapt
terjadi melalui proses vibrasi. Sedangkan proses konduksi pada fluida disebabkan
karena pengaruh secara langsung karena atom-atomnya dapat lebih bebas bergerak
dibandingkan dengan zat padat.
Konduksi merupakan suatu proses perpindahan kalor secara spontan tanpa
disertai perpindahan partikel media karena adanya perbedaan suhu, yaitu dari suhu
yang tinggi ke suhu yang rendah. Konduksi atau hantaran kalor pada banyak materi
dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Sementara satu ujung
benda dipanaskan, molekul-molekul di tempat itu bergerak lebih cepat. Sementara
itu, tumbukan dengan molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih lambat,
mereka mentransfer sebagian energi ke molekul-molekul lain, yang lajunya
kemudian bertambah. Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfer sebagian
energi mereka dengan molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan
demikian, energi gerak termal ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda.
Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya konduksi.
Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum konduksi ini perlu dilakukan yang
bertujuan untuk menentukan kapasitas kalor terhadap perubahan suhu pada benda
dan menentukan pengaruh massa benda terhadap perubahan suhu jika suatu zat
mendapatkan kalor.
1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum praktikum konduksi yaitu untuk mengetahui


faktor-faktor laju pindah panas secara konduksi dan membuktikan laju pindah
panas secara konduksi berdasarkan persamaan dan pengukuran.
Kegunaan dari praktikum konduksi adalah agar dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam membuat alat pengering.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perpindahan Panas

Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau
material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga
tercapainya kesetimbangan panas. Perpindahan kalor (heat transfer) adalah ilmu
untuk meramalkan atau menggambarkan perpindahan energi yang terjadi karena
adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi. Proses di mana
perpindahan energi itu berlangsung disebut perpindahan panas. Perpindahan panas
akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2 bagian benda. Panas akan
berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah (Rokhimi, 2015).
Terdapat tiga macam proses perpindahan energi kalor, proses tersebut adalah
perpindahan energi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi adalah proses
perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat atau material ke bagian lainnya.
Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan dari logam yang
berpindah. Yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang diletakkan di atas
nyala api membentur molekul-molekul yang berada di dekatnya dan memberikan
sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat kembali membentur molekul
molekul terdekat lainnya dan memberikan sebagian panasnya, dan begitu
seterusnya di sepanjang bahan sehingga suhu logam naik. Jika padatan adalah
logam, maka perpindahan energi kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas, yang
bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan memberi energi kalor ketika
bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh
tumbukan langsung molekulmolekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas dari
gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi bertumbukan dengan molekul
berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi ditransfer ke
molekul berenergi rendah (Rokhimi, 2015).
Efisiensi penukar panas adalah perbandingan laju perpindahan panas aktual
penukar panas terhadap laju perpindahan panas penukar panas jika benda berada
pada temperatur dasar (Ma’sum, 2012).
2.2. Cara-Cara Perpindahan Panas

Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai perpindahannya energi dari


suatu daerah lainya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut.
karena perbedaan suhu terdapat diseluruh alam semesta. Perpindahan panas
mengenal 3 cara perpindahan panas yang berbeda yaitu konduksi dapat juga dikenal
dengan istilah hantaran, radiasi dan konveksi. Jika kita berbicara secara tepat, maka
hanya konduksi dan radiasi dapat di golongkan sebagai proses perpindahan panas,
karena hanya kedua mekanisme ini dapat terjadi di karenakan adanya beda suhu.
Yang disebut terakhir dari ketiga cara itu, yaitu konveksi (Johan, 2016).

2.2.1. Konduktivitas Termal

Konduktivitas atau kehantaran termal adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan suatu energi panas.
Konduktifitas termal merupakan suatu fenomena transport dimana perbedaan
temperatur menyebabkan transfer energi termal dari suatu daerah benda panas ke
daerah yang sama dengan temperatur yang lebih rendah (Johan, 2016).
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut ini yang
disebut dengan hokum Fourier dan merupakan persamaan dasar konduksi. Banyak
faktor yang mempengaruhi peristiwa konduksi, diantaranya pengaruh luas
penampang yang berbeda, pengaruh luas penampang yang berbeda, pengaruh
geomeri, pengaruh permukaan kontak, pengaruh adanya insulasi dan lain-lainnya.
Dalam proses perpindahan kalor secara konduksi terdapat laju hantaran kalor. Laju
hantaran kalor menyatakan seberapa cepat kalor dihantarkan melalui medium itu.
Terdapat besaran-besaran yang mempengaruhi dalam laju hantaran kalor yaitu luas
permukaan benda, panjang atau tebal benda, perbedaan suhu benda dan juga
dipengaruhi oleh suatu besaran yang disebut konduktivitas termal (Rokhimi, 2015).
Jika padatan adalah logam, maka perpindahan energi kalor dibantu oleh
elektronelektron bebas, yang bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan
memberi energi kalor ketika bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas,
kalor dikonduksikan oleh tumbukan langsung molekul-molekul gas. Molekul di
bagian yang lebih panas dari gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi
bertumbukan dengan molekul berenergi rendah, maka sebagian energi molekul
berenergi tinggi ditransfer ke molekul berenergi rendah (Rokhimi, 2015).

2.2.2. Perpindahan Panas Secara Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat


dengan fluida yang mengalir di sekitarnya, dengan menggunakan media penghantar
berupa fluida karena perbedaan suhu diantara keduanya (Johan, 2016).

2.2.3. Konveksi Alami

Perpindahan panas konveksi alami adalah perpindahan panas yang disebabkan


oleh beda suhu dan benda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang
mendorongnya. Contohnya yaitu plat panas dibiarkan udara sekitar tanpa ada
sumber gerakan dari luar (Johan, 2016).

2.2.4. Konveksi Paksa

Perpindahan panas konveksi paksa adalah perpindahan panas aliran gas atau
cairan yang disebabkan adanya tenaga dari luar. Contohnya yaitu plat panas yang
dihembuskan oleh kipas atau blower (Johan, 2016).
perpindahan panas konveksi pada pelat datar tergantung dari besarnya beban
panas, temperatur permukaan, luas penampang dan kecepatan fluida. Jika
memvariasikan beban panas pelat datar pada panjang karakteristik (Le) konstan,
maka ada indikasi laju perpindahan panas akan meningkat (Tetelepta, 2010).

2.2.5. Konveksi Radiasi

Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang elektromagnet


atau paket-paket energi (photon) yang dapat di bawah sampai jarak yang sangat
jauh tanpa memerlukan interaksi dengan medium (ini yang menyebabkan mengapa
perpindahan panas radaisi sangat penting pada ruang vakum), selain itu jumlah
energi yang dipancarkan sebanding dengan temperatur benda tersebut. Kedua hal
tesebut yang membedakan antara peristiwa perpindahan panas konduksi konveksi
dengan perpindahan panas radiasi. Sedangkan perpindahan panas radiasi ialah
distribusi energi berupa panas yang terjadi melalui pancaran gelombang cahaya dari
suatu zat ke zat yang lain tanpa zat perantara, besar kecilnya radiasi suatu benda
tergantung pada suhu benda dan jaraknya. Semakin tinggi suhunya semakin besar
radiasi yang dikeluarkan, dan semakin jauh jaraknya semakin kecil radiasi yang
dikeluarkannya pada benda tersebut (Johan, 2016).

2.3. Konduksi

Kalor adalah energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor
selalu berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Peristiwa berpindahnya kalor atau panas dari suatu tempat ke tempat lain sebagai
akibat perbedaan suhu di sebut perpindahan kalor. Perpindahan kalor dapat terjadi
melalui 3 cara yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi (Paubun, 2009).
Konduksi adalah perpindahan kalor yang terjadi dalam 1 medium atau antara
medium dengan medium yang lainnya bersinggungan secara langsung karena
adanya perbedaan suhu tanpa disertai perpindahan pertikel-pertikel dalam medium
tersebut. Secara mikroskopis, konduksi adalah perpindahan energi dalam (energi
termis) dalam atom atau molekul yang memiliki energi lebih besar ke atom atau
molekul yang memiliki energi lebih kecil pada saat atom-atom atau
molekul-molekul tersebut bertumbukan. Perpindahan kalor secara konduksi
biasanya terjadi pada zat padat (Paubun, 2009).
Menurut Paubun (2009), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
perpindahan kalor secara konduksi adalah:
a. Panjang benda
Semakin panjang suatu benda yang dipanaskan maka semakin lambat panas
(kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun sebaliknya.
Secara matematis dapat dituliskan:
H∞1/L
keterangan:
H = laju perambatan kalor secara konduksi (Joule/detik) dan
L = panjang benda yang dipanaskan (m).
b. Luas permukaan benda
Semakin luas permukaan suatu benda yang dipanaskan maka semakin cepat
panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun sebaliknya.
Secara matematis dapat dituliskan:
H∞A
keterangan:
H = laju perambatan kalor secara konduksi (Joule/detik) dan
A = luas permukaan benda yang dipanaskan (m).
c. Jenis benda
Semakin bersifat konduktor (logam) suatu benda yang dipanaskan maka
semakin cepat panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun
sebaliknya.
Secara matematis dapat dituliskan:
H∞k
keterangan:
H = laju perambatan kalor secara konduksi (Joule/detik) dan
k = konduktivitas bahan (Joule/detik).
d. Perbedaan suhu
Semakin besar perbedaan suhu dua benda yang bersentuhan maka semakin
cepat kalor panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun
sebaliknya.
Secara matematis dapat dituliskan:
H ∞ ΔT
keterangan:
H = laju perambatan kalor secara konduksi (Joule/detik) dan
ΔT = perbedaan suhu (Kelvin).
Menurut Paubun (2009), laju perpindahan panas secara konduksi dapat ditulis
secara umum:
H∞ k.A. ΔT/ L
keterangan:
H = laju perambatan kalor secara konduksi (Joule/detik),
L = panjang benda yang dipanaskan (m),
A = luas permukaan benda yang dipanaskan (m),
k = konduktivitas bahan (Joule/detik) dan
ΔT = perbedaan suhu (Kelvin).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengenalan alat dan inventarisasi perbengkelan pertanian


dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2018, pukul 15.00 WITA sampai
selesai di Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Program Studi Keteknikan
Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum konduksi adalah thermometer, kompor


portable, tabung gas, mistar, alat tulis, kamera dan penjepit tabung reaksi.
Bahan yang digunakan pada praktikum konduksi adalah plat besi dan besi
silinder sepanjang 30 cm.

3.3. Prosedur Praktikum

Prosedur kerja dari praktikum pengenalan alat dan inventarisasi perbengkelan


pertanian yaitu:
a. Menyiapkan alat-alat bengkel yang digunakan.
b. Menyalakan kompor terlebih dahulu.
c. Menandai plat besi menjadi lima bagian.
d. Memanaskan ujung besi.
e. Mengukur suhu pada plat besi tersebut dengan menggunakan thermometer
pada setiap bagian yang ditentukan.
f. Menunggu sampai nilai pada thermometer stabil pada setiap bagian.
g. Mencatat nilai suhu pada setiap thermometer.
h. Menghitung jumlah alat-alat yang telah digolongkan.
i. Mengulangi prosedur a-g dengan mengganti plat besi dengan besi silinder.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum pengenalan dan inventarisasi perbengkelan pertanian


yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Bengkel pertanian merupakan tempat yang digunakan untuk membuat,
merawat atau memelihara, melakukan perbaikan, memodifikasi alat dan mesin,
serta tempat untuk menyimpan alat dan mesin pertanian ketika tidak
digunakan.
b. Klasifikasi dan pengelompokkan alat–alat perbengkelan pertanian ada
beberapa yaitu turning tools, driving tools, boring tools, cutting tools, holding
tools, digging tools, layout tools dan other tools.
c. Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui kondisi alat–alat dalam
perbengkelan, dan mengelompokkan alat-alat tersebut sesuai dengan
fungsinya.
5.1. Kesimpulan

Alat–alat dalam bengkel pertanian yang sudah rusak dan tidak layak untuk
digunakan sebaiknya diganti maupun diperbaiki sehingga memudahkan dalam
kegiatan perbengkelan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. N. dan Indah W.2016.Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel


Di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
UNY. Universitan Negeri Yogyakarta: Yogyakarta
Mutaqin. 2016. Tindakan Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di Bengkel
Listrik. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Rianto., Eru, P. dan Wiratmoko, Y. 2016. Sistem Invormasi Inventarisasi
Alat/Barang di SMKN 1 Jenangan Ponogoro Berbasis Web. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Waruwu, S. dan Ferida, Y. 2016. Analisis Faktor Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pada
Proyek Pembangunan Apartement Student Castle. University Technology
of Yogyakarta: Yogyakarta.
Welim, Y.Y., Wishjunaidhi. dan Rasip, F. 2015. Pengembangan Sistem Invormasi
Service Kendaraan pada Bengkel KEMP. Universitas Budi Luhur:
Jakarta.

You might also like