Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Produk Sampingan adalah satu atau beberapa macam produk yang
mempunyai nilai relatif kecil dan dihasilkan secara serempak dengan produk utama yang
mempunyai nilai lebih tiggi .
1. Produk Sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama tanpa perlu
diproses lebih lanjut.
2. Produk Sampingan yang memerlukan proses pengolahan setelah dipisah dari produk
utama agar siap dijual.
3. Produk Sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama dan dapat pula
diproses lebih lanjut agar dapat dijual dengan nilai lebih tinggi. Pada produk
sampingan golongan ini manajemen harus mengambil keputusan apakah produk
sampingan diolah lebih lanjut atau dijual setelah dipisah dari produk utama.
Dalam akutansi produk samping timbul kesulitan dalam menetukan harga pokok karena
biaya tidak dapat diidentifikasikan kepada produk sampingan oleh karena itu dapat
digunakan beberapa metode yang bisa digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Produk Sampingan tidak memperoleh alokasi biaya produksi dari pengolahan produk
sebelum dipisah. Masalah akuntansi yang timbul adalah bagaimana memperlakukan
hasil penjualan produk sampingan. Metode ini biasanya disebut metode tanpa harga
pokok.
2. Produk sampingan memperoleh alokasi biaya produksi dari pengolahan produk
sebelum dipisah, metode ini disebut metode dengan harga pokok.
Pada metode tanpa harga pokok dititik-beratkan pada masalah perlakuan hasil
penjualan produk sampingan dalam hal ini dapat digunakan beberapa metode sebagai
berikut :
Dengan pencatatan ini berarti bahwa produk sampingan yang belum terjual dapat dilihat
pada rekening persediaan produk sampingan sebesar taksiran nilai jualnya.
Berikut ini bahasan contoh perlakuan produk sampingan sebagai penghasilan lain-
lain.
Contoh : Produk sampingan tidak memerlukan proses lebih lanjut setelah dipisah,
perusahaan menggunakan metode tanpa harga pokok.
PT Anto menghasilkan dua macam produk yaitu produk A yang merupakan produk
utama dan dapat dijual dengan harga rp. 20,00 per kilogram dan produk B merupakan
produk sampingan yang dapat dijual dengan harga rp. 1,20 per kilogram. Biaya produksi
untuk bulan januari 1982 meliputi biaya bahan rp. 8.600,00 biaya tenanga kerja rp.
6.000,00, biaya overhead pabrik rp. 4.000,00 dan perusahaan menggunakan satu rekening
barang dalam proses untuk menampung elemen biaya produksi tersebut. Biaya pemasaran
besarnya rp. 550,00. Produk utama yang dihasilkan sebanyak 1.200 kilogram dapan dijual
dalam bulan januari 1.000 kilogram, sedangkan produk sampingan yang dihasilkan
sebanyak 500 kilogram sudah dapat dijual seluruhnya.
Diminta :
Membuat jurnal dan menyusun laporan rugi apabila hasil penjualan produk
sampingan diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha.
Penyelesaian :
Jumlah
No. Nama Rekening dan Keterangan
D K
1. Biaya Overhead Pabrik Rp 4.000,00
Biaya Pemasaran 450,00
Biaya Administrasi dan Umum 550,00
Berbagai Rekening di Kredit Rp 5.000,00
PT Anto
Laporan Rugi-Laba
Bulan : Januari 1982
Penjualan produk utama = 1.000 x Rp 20,00 = Rp 20.000,00
Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi :
Bahan = Rp 8.600,00
Tenaga Kerja = 6.000,00
Overhead Pabrik = 4.000,00
Rp 1.000,00
Laba bersih usaha Rp 3.500,00
Penghasilan Di luar usaha :
Penjualanproduk sampingan = 500 kg @ Rp 1,2 = 600,00
Rp 4.100,00
Laba bersih
Gambar 4.4.
Laporan Rugi-Laba
Pada metode ini hasil penjualan produk sampingan tidak diperlakukan sebagai
penghasilan diluar usaha karena produk produk tersebut dihasilkan dari operasi
perusahaan, akan tetapi penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah
penjualan produk utama. Metode ini menyajikan laba bersih yang sama besarnya dengan
perlakuan penjualan produk sampingan sebagai penghasilan diluar usaha. Sebagai
gambaran apabila hasil penjualan produk sampingan PT. Anto pada contoh no.2 dimuka
diperlakukan sebagai penambah penjualan produk utama, maka jurnal penjualan produk
sampingan sebagai berikut :
Kas (piutang dagang) Rp 600,00
Penjualan Rp. 600,00
Sedangkan laporan rugi-labanya akan tampak pada gambar 4.5 sebagai berikut :
PT Anto
Laporan Rugi-Laba
Bulan : Januari 1982
Penjualan
Produk Utama = 1.000 x Rp 20,00 = Rp 20.000,00
Produk Sampingan = 500 x Rp 1,2 = 600,00
Rp 4.100,00
Laba bersih
Gambar 4.5.
Laporan Rugi-Laba
Pemakaian metode ini mengakibatkan besarnya laba bersih tidak berbeda dengan
kedua metode yang sudah dibahas, yaitu sebesar Rp. 4.100,00. Hasil penjualan produk
sampingan dibuat jurnal sebagai berikut :
Kas (piutang dagang) Rp. 600,00
Harga pokok penjualan Rp. 600,00
Laporan rugi-laba dengan metode ni dapat dilihat pada gambar 4.6
PT Anto
Laporan Rugi-Laba
Bulan : Januari 1982
Penjualan Produk Utama = 1.000 x Rp 20,00 = Rp 20.000,00
Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi :
Bahan = Rp 8.600,00
Tenaga Kerja = 6.000,00
Overhead Pabrik = 4.000,00
Rp 4.100,00
Laba bersih
Gambar 4.6.
Laporan Rugi-Laba
Dalam metode ini penjualan produk sampingan akan mendebit rekening kas atau
piutang dagang dan mengkredit rekening barang dalam proses, apabila rekening barang
dalam proses diselenggarakan untuk setiap elemen biaya maka perlu metode alokasi
untuk setiap rekening barang dalam proses (misalnya dapat dialokasikan berdasar
perbandingan setiap elem rekening barang dalam proses). Penggunaan metode ini akan
menghasilkan laba bersih yang berbeda apabila pada akhir periode sebagaian produk
utama belum terjual, karena hasil penjualan produk sampingan mengurangi biaya
produksi maka persediaan akhir produk utama nilainya lebih rendah dan laba bersih akan
lebih rendah pula. Perbedaab laba tersebut dapat dinyatakan dengan rumus :
LA - LB = PA ( HA - HB )
Di mana :
LA = Laba bersih pada ketiga metode yang dibahas di muka, misalnya hasil
penjualan produk sampingan masuk penghasilan di luar usaha.
LB = Laba bersih pad metode hasil penjualan produk sampingan mengurangi
Biaya produksi.
PA = Jumlah kuantitas persediaan produk utama.
HA = Harga pokok produk utama pada ketiga metode yang dibahas di muka.
HB = Harga pokok produk utama dengan metode hasil penjualan produk
Sampingan mengurangi biaya produksi.
Jurnal untuk mencatat penjulan produk sampingan, pencatatan harga pokok produk
utama serta harga pokok penjualan produk utama sebagai berikut.
PT Anto
Laporan Rugi-Laba
Bulan : Januari 1982
Penjualan Produk Utama = 1.000 x Rp 20,00 = Rp 20.000,00
Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi :
Bahan = Rp 8.600,00
Tenaga Kerja = 6.000,00
Overhead Pabrik = 4.000,00
Rp 1.000,00
Gambar 4.7.
Laporan Rugi-Laba
Perbedaan laba dengan metode lainnya yang telah dibahas di muka yaitusebesar Rp
100,00 atau Rp 4.100,00 – Rp 4.000,00 adalah :
= (1.200-1.000) (Rp 15,5 – Rp 15,00) = Rp 100,00
Yang dimaksud penjualan bersih produk sampingan adalah hasil penjualan produk
sampingan setelah dikurangi dengan biaya produksi produk sampingan setelah
dipisah, biaya pemasaran dan administrasi atas produk sampingan. Secara matematis
dapat dinyatakan :
Dari contoh nomor 2 dimuka yaitu PT. Anto yang menghasilkan produk sampingan
sebanyak 500 kilogram, misalnya produk sampingan tersebut dapat dijua Rp 2,4 per
kilogram dan memerlukan proses pengolahan tambahan yang menyerap biaya produksi
berupa biaya bahan Rp 150,00, biaya Tenaga kerja Rp 125,00 dan Overhead Pabrik Rp
125,00, serta menikmati biaya pemasaran Rp 20,00 dari sejumlah biaya Rp 450,00 dan
menikmati biaya administrasi Rp 30,00 dari jumlah total biaya Rp 550,00 tersebut.
Apabila penjualan bersih diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha seperti metode
1.a. maka jurnal untuk mencatat biaya pengolahan produk sampingan, serta penjualan
produk sampingan adalah sebagai berikut :
PT Anto
Laporan Rugi-Laba
Bulan : Januari 1982
Penjualan Produk Utama = 1.000 x Rp 20,00 = Rp 20.000,00
Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi :
Bahan Rp 8.600,00
Tenaga Kerja 6.000,00
Overhead Pabrik 4.000,00
Rp 800,00
Biaya komersial produk sampingan
Biaya Pemasaran Rp 20,00
Biaya Administrasi 30,00 Rp 50,00
Gambar 4.8.
Laporan Rugi-Laba
Metode harga pokok pengganti dapat digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan
produk sampingan dimana produk sampingan tersebut tidak dijual tetapi digunakan
sendiri di dalam proses produksi, baik sebagai elemen biaya dahan maupun sebagai bahan
bakar.
Dalam metode ini persediaan bahan atau bahan bakar yang berupa produk sampingan
didebit sebesar harga pasar atau harga pokok pengganti apabila produk sampingan
tersebut dibeli di luar atau dari pasar dan harga pokok produk utama dikredit sebesar
jumlah tersebut, apabila rekening barang dalam proses produk utama diselenggarakan
untuk setiap elemen biaya maka perlu metode alokasi untuk setiap elemen biaya tersebut.
Sebenarnya metode ini hamoir sama dengan metode 1.d. tersebut dimuka yaitu hasil
penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi produk utama. Oleh karena pada
metode harga pokok pengganti apabila dibeli dari pihak luar atau dari pasar. Beberapa
contoh perusahaan yang memakai sendiri produk sampingan adalah :
1. Pada pabrik pengolahan batu bara menghasilkan produk sampingan berupa gas
oven atau coke oven gas yang dipakai kembali sebagai bahan bakar untuk
pemanasan di tanur pembakaran.
2. Pada pabrik gelas atau botol menghasilkan produk sampingan berupa cullet
(beling) yang digunakan kembali sebagai salah satu bahan untuk membuat cairan
kaca.
Contoh 3. : Perusahaan menghasilkan produk sampingan yang dikonsumsi sendiri
sebagai bahan.
PT. Gelas Indonesia menghasilkan botol untuk minuman ringan, dari proses
produksinya menghasilkan produk sampingan berupa pecahan botol atau beling yang
dipakai kembali sebagai salah satu bahan di salam pengolahan botol.
Dalam bulan Januari 1982 perusahaan menghasilkan botol “Beras Kencur” sebanyak
8.000 buah dan produk sampingan yang dihasilkan sebanyak 200 kilogram. Biaya
produksi dalam periode tersebut terdiri atas biaya bahan Rp 150.000,00; biaya tenaga
kerja Rp 150.000,00 dan biaya overhead pabrik Rp 100.000,00. Harga pokok pengganti
apabila beling dibeli dari luar Rp 50,00 per kilogram.
Diminta :
Menghitung harga pokok produk utama dan membuat jurnal untuk mencatat produk
sampingan maupun produk utama apabila rekening barang dalam proses diselenggarakan
untuk setiap elemen biaya.
Penyelesaian :
Pada metode dengan harga pokok, produk sampingan memperoleh alokasi biaya
produksi sebelum dipisah dengan produk utama. Salah satu metode dengan harga pokok
adalah metode nilai pasar atau metode kebalika (reversal) yang akan dibahas berikut ini.
Metode nilai pasar atau kebalikan sering disebut metode working backwards (metode
kerja mundur), pada metode ini produk sampingan memperoleh alokasi biaya produksi
sebelum dipisah dengan produk yang utama sebesar taksiran harga jual semua produk
sampingan dikurangi dengan taksiran laba kotor produk sampingan, taksiran biaya
produksiproduk sampingan setelah dipisah dengan produk utama, dan taksiran biaya
komersial (biaya pemasaran dan administrasi) dari produk sampingan. Jadi disebut
metode kerja mundur karena untuk menghitung alokasi biaya ke produk sampingan harus
ditentukan taksiran harga jualnya terlebih dahulu kemudian mundur ke harga pokok.
Sedangkan produk utama memperoleh alokasi dari biaya produksi sebelum dipisah
dikurangi dengan biaya yang dialokasikan pada produk sampingan.
Secara matematis alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah adalah
sebagai berikut :
di mana :
ABS = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan.
TPS = Taksiran nilai penjualan produk sampingan.
TLKS = Taksiran laba kotor produk sampingan.
TBPmS = Taksiran biaya pemasaran produk sampingan.
TBAS = Taksiran biaya administrasi produk sampingan.
TBPS = Taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah
di mana :
ABU = B - ABS
Di mana :
ABU = Alokasi biaya bersama kepada produk utama.
B = Biaya bersama.
ABS = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan.
di mana :
*Gambar
Produk yang dihasilkan terdiri atas 10.000 buah produk utama X dan 1.000 kilogram
produk sampingan Y.
Diminta :
Penyelesaian :
(1) Menghitung harga pokok satuan secara matematis :
Jadi, Harga pokok satuan produk sampingan = Rp 17.700,00 : 1.000 kg = Rp 17.70 per
kilogram
ABU = B - ABS
= (Rp 200.000,00 + Rp 100.000,00 Rp 100.000,00) – Rp 15.000,00
= Rp 385.000,00
HPU = Rp 385.000,00 + (Rp 40.000,00 + Rp 40.000,00 + 35.000,00)
= Rp 500.000,00
(2) Jurnal transaksi yang dibuat untuk PT Utami adalah sebagai berikut :
PT. Utami
Jurnal Transaksi
Bulan Januari 1982
*Gambar
*Gambar