You are on page 1of 8

TUGAS AGROEKOLOGI

RAGAM AGROEKOLOGI

PAPER

Disusun Oleh :

Aldian Abid Adiba 20160210062


Doni Setya Budi 20160210075
Urwatul Wusqa 20160210096

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017
A. Pendahuluan
Ditinjau dari bahasa, istilah agroekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu agro
(pertanian), eko/eco (lingkungan hidup), dan logi/logos (ilmu) . Secara sederhana,
agroekologi bisa diartikan sebagai ilmu lingkungan pertanian, yaitu penerapan
pengetahuan-pengetahuan ekologi ke dalam desain pengelolaan pertanian. Dalam
praktiknya, kini agroekologi diterjemahkan sebagai penerapan ekologi ke dalam
studi, perancangan, dan pengelolaan sistem pertanian pangan. Sedangkan dalam
pandangan Serikat Petani Indonesia (SPI), konsep agroekologi ini dimaknai
sebagai suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek
lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian (Spi, 2016)

B. Ragam Agroekologi
1. Sawah
a. Pengertian

Sawah adalah tanah yg digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Untuk
keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk
mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan.
Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya
adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan
basah (lowland rice). Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak
berteras atau lebih dikenal terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan
menahan air (Wikipedia, 2017)

b. Proses terbentuknya
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau
dengan pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada
cara yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna karena tanah
dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara teratur, dan
dipupuk.
Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau
lahan basah yang dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan
pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada lahan sawah bukaan baru. Hara N,
P dan K merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol.
2. Talun
a. Pengertian Talun
Talun (tegal pekarangan) adalah salah satu sistem agroforestry yang khas,
ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman
musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui
di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman.
Mendefinisikan talun sebagai sistem tradisional yang mempunyai aneka fungsi
selain fungsi produksi, dimana dalam sistem ini terdapat kombinasi tanaman
pertanian semusim dengan pepohonan. Talun umumnya mempunyai batas-batas
kepemilikan yang jelas dan ditemukan di sekitar daerah pemukiman (Ilham,
2014).
b. Proses Terbentuknya Talun
Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen
dan talun tidak permanen (talun-kebun). Pada talun permanen, tidak ditemukan
adanya pergiliran tanaman dan pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi
area, sehingga cahaya yang tembus sedikit dan hanya sedikit tanaman toleran
yang ditanam. Pada talun yang pohonnya jarang, cahaya bisa banyak tembus,
sehingga tanaman musiman tumbuh dan dapat ditemukan ditemuakan, talun
seperti itu disebut juga “Kebun Campuran”. Pada talun tidak permanen,
ditemukan adanya pergiliran tanaman, biasanya terdiri dari tiga fase, yaitu kebun,
kebun campuran, dan talun (Ilham, 2014).
3. Perkebunan
a. Pengertian Perkebunan

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu


pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai.
Mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut. Mengunakan
bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta permodalan serta manajemen
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat
(Wikipedia, 2016).
b. Terbentuknya Perkebunan

Seiring berjalanya waktu, kebutuhan manusia akan bahan pangan semakin


meningkat. Maka dari itu perlunya pembangunan pertanian secara besar untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Tanaman yang ditanam biasanya tanaman
semusim dan atau tanaman tahunan yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya
ditetapkan sebagai tanaman perkebunan (Mardevita, 2016).

4. Pekarangan
a. Pengertian
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan. Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga
atau terkadang memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, di belakang,
disamping sebuah bangunan. Tergantung besar sisa tanah yang tersedia setelah
dipakai untuk bangunan utamanya (Anonim, 2009).
b. Terbentuknya
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan
yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan
ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan
sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarangan. Dengan
demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia
sebagai unit-unit di pekarangan merupakan satu kesatuan terpadu.

C. Komponen

Komponen Abiotik (Kelasipa, 2015):


1. Cahaya
Cahaya merupakan komponen yang amat penting, karena dengan adanya cahaya,
rantai makanan akan terbentuk. Energi yang dipancarkan oleh cahaya dibutuhkan
oleh produsen untuk membuat makanannya.
2. Tanah
Kandungan oksigen telarut pada tanah semakin bertambah dengan pembajakan
yang dilakukan oleh manusia. Hal ini dapat meningkatkan nutrisiyang terkandung
di dalam tanah dengan demikian, tumbuhan akan subur dan baik pertumbuhannya.
3. Air
Air menjadi kompone abiotik yang amat penting untuk memulai suatu kehidupan.
Dalam ekosistem air di dapatkan dengan menunggu musim hujan atau dapat pula
dengan irigasi. Bagi petani yang mengandalkan air dari musim penghujan tentu
akan mempengaruhi masa penanaman tanaman primer, dengan demikian akan
dihuni oleh tumbuhan – tumbuhan liar.
4. Udara
Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi.Gas-gas di
atmosfer ini disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur
zat tertentu, seperti oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen. Di atmosfer,
udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup pori/rongganya
akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik aerasinya akan baik
proses mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di atmosfer maupun di
tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh
pada tanaman.

Komponen Biotik (Fika, 2012) :


a. Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi
zat organik (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh
tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen
adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau.
b. Konsumen
Komponen konsumen terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-
bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Salah
satunya adalah tumbuhan hijau yang dapat memproduksi makanan sendiri.
Contoh konsumen adalah belalang, tikus, kambing, dan manusia.

c. Pengurai
Pengurai adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap
sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang
sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong
pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor,
yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya
adalah kutu kayu.
d. Manusia
Sebagai ekosistem buatan, manusia sangat berperan dalam sebuah ekosistem
sawah. Manusia mengelola sawah untuk kebutuhan hidupnya. Mulai dari
pembentukan sawah hingga perawatan agar mendapatkan hasilnya.
D. Interaksi
Ekosistem dapat terbentuk karena ada 2 komponen penyusun yang saling
melakukan interaksi, yaitu komponen abiotik (benda mati) dan komponen biotik
(mahluk hidup). Komponen abiotik terdiri dari beberapa unsur fisik dan kimia
seperti suhu, kelembaban udara, air, tanah, dan lain sebagainya, sedangkan
komponen biotik terdiri dari semua mahluk hidup yang meliputi manusia, hewan,
tumbuhan, jamur, monera, dan protista (Ebiologi, 2015)
Interaksi dalam Ekosistem
Ke semua komponen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan tidak bisa
berdiri sendiri-sendiri. Mereka melakukan interaksi sebagai bentuk hubungan
timbal balik dalam kehidupan. Adapun interaksi dalam ekosistem dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu interaksi antara biotik dan abiotik, interaksi antar
komponen biotik, serta interaksi antar komponen abiotik.

1. Interaksi Antara Komponen Biotik dan Abiotik


Dalam ekosistem, komponen abiotik dapat mempengaruhi komponen biotik,
begitupun sebaliknya, komponen biotik juga dapat mempengaruhi komponen
abiotik. Keduanya melakukan interaksi dalam ekosistem untuk memperoleh
kondisi yang seimbang. Sebagai contoh adalah tanaman padi. Untuk melakukan
proses fotosintesis, selain butuh sinar matahari ia juga butuh karbondioksida
untuk bernapas, air untuk kegiatan transportasi, dan tanah sebagai sumber unsur
hara. Tanpa semua komponen abiotik tersebut, jangankan untuk berbuah, untuk
hidup dan tumbuh saja mungkin tanaman padi tersebut tidak akan mampu.
2. Interaksi Antar Komponen Biotik
Interaksi dalam ekosistem yang dilakukan antar komponen biotik dapat kita
temukan dalam contoh yang sangat banyak dengan kasus yang sangat beragam.
Namun semua contoh dan kasus tersebut sejatinya dapat dibagi dalam 2 jenis
kelompok yaitu kelompok interaksi intraspesifik dan interaksi interspesifik.
3. Interaksi antar komponen abiotik
Interaksi dalam ekosistem juga dapat terjadi antar komponen abiotik melalui
hubungan timbal balik. Sebagai contoh adalah interaksi antara intensitas cahaya
matahari dan air. Jika intensitas cahaya matahari meningkat, maka laju penguapan
dari suatu perairan juga akan meningkat.
Jika interaksi dalam ekosistem berlangsung secara dinamis, perubahan yang
terjadi dalam batas tertentu pada suatu komponen penyusun ekosistem, tentu tidak
akan menimbulkan gangguan dalam ekosistem tersebut. Ini berarti ekosistem
tersebut sudah mencapai keseimbangan yang mantap atau mengalami kondisi
homeostatis. Ekosistem dengan kondisi homeostatis sangat penting untuk
dipertahankan, supaya keseimbangan ekosistem dapat selalu terjaga dari generasi
ke generasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ebiologi. 2015. Interaksi. http://www.ebiologi.com/2015/06/interaksi-


dalam-ekosistem-kelompok.html. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017.

Fika. 2012. Interaksi. http://fikachuuw.blogspot.co.id/2012/10/hasil- pengamatan


interaksi-yang-terjadi.html. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017.

Iham. 2014. Talun. http://ekotum116c-pekarangandesadantalun.blogspot.co.id/.


Diakses pada tanggal 19 Februari 2017.

Mardevita. 2016. Sistem Pertanian Berkelanjutan.


http://mardevitaislamiyakti.blogspot.co.id/2016/11/sistem-pertanian-
berkelanjutan.html. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017.

Spi. 2016. Agroekologi untuk kesejahteraan petani.


https://www.spi.or.id/agroekologi-untuk-kesejahteraan-petani/. Diakses
pada tanggal 19 Februari 2017.

Wikipedia. 2016. Perkebunan. https://id.wikipedia.org/wiki/Perkebunan. Diakses


pada tanggal 19 Februari 2017.

Wikipedia. 2017. Sawah. https://id.wikipedia.org/wiki/Sawah. Diakses


pada tanggal 19 Februari 2017.

You might also like