Professional Documents
Culture Documents
RAGAM AGROEKOLOGI
PAPER
Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2017
A. Pendahuluan
Ditinjau dari bahasa, istilah agroekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu agro
(pertanian), eko/eco (lingkungan hidup), dan logi/logos (ilmu) . Secara sederhana,
agroekologi bisa diartikan sebagai ilmu lingkungan pertanian, yaitu penerapan
pengetahuan-pengetahuan ekologi ke dalam desain pengelolaan pertanian. Dalam
praktiknya, kini agroekologi diterjemahkan sebagai penerapan ekologi ke dalam
studi, perancangan, dan pengelolaan sistem pertanian pangan. Sedangkan dalam
pandangan Serikat Petani Indonesia (SPI), konsep agroekologi ini dimaknai
sebagai suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek
lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian (Spi, 2016)
B. Ragam Agroekologi
1. Sawah
a. Pengertian
Sawah adalah tanah yg digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Untuk
keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk
mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan.
Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya
adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan
basah (lowland rice). Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak
berteras atau lebih dikenal terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan
menahan air (Wikipedia, 2017)
b. Proses terbentuknya
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau
dengan pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada
cara yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna karena tanah
dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara teratur, dan
dipupuk.
Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau
lahan basah yang dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan
pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada lahan sawah bukaan baru. Hara N,
P dan K merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol.
2. Talun
a. Pengertian Talun
Talun (tegal pekarangan) adalah salah satu sistem agroforestry yang khas,
ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman
musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui
di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman.
Mendefinisikan talun sebagai sistem tradisional yang mempunyai aneka fungsi
selain fungsi produksi, dimana dalam sistem ini terdapat kombinasi tanaman
pertanian semusim dengan pepohonan. Talun umumnya mempunyai batas-batas
kepemilikan yang jelas dan ditemukan di sekitar daerah pemukiman (Ilham,
2014).
b. Proses Terbentuknya Talun
Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen
dan talun tidak permanen (talun-kebun). Pada talun permanen, tidak ditemukan
adanya pergiliran tanaman dan pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi
area, sehingga cahaya yang tembus sedikit dan hanya sedikit tanaman toleran
yang ditanam. Pada talun yang pohonnya jarang, cahaya bisa banyak tembus,
sehingga tanaman musiman tumbuh dan dapat ditemukan ditemuakan, talun
seperti itu disebut juga “Kebun Campuran”. Pada talun tidak permanen,
ditemukan adanya pergiliran tanaman, biasanya terdiri dari tiga fase, yaitu kebun,
kebun campuran, dan talun (Ilham, 2014).
3. Perkebunan
a. Pengertian Perkebunan
4. Pekarangan
a. Pengertian
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan. Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga
atau terkadang memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, di belakang,
disamping sebuah bangunan. Tergantung besar sisa tanah yang tersedia setelah
dipakai untuk bangunan utamanya (Anonim, 2009).
b. Terbentuknya
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan
yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan
ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan
sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarangan. Dengan
demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia
sebagai unit-unit di pekarangan merupakan satu kesatuan terpadu.
C. Komponen
c. Pengurai
Pengurai adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap
sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang
sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong
pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor,
yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya
adalah kutu kayu.
d. Manusia
Sebagai ekosistem buatan, manusia sangat berperan dalam sebuah ekosistem
sawah. Manusia mengelola sawah untuk kebutuhan hidupnya. Mulai dari
pembentukan sawah hingga perawatan agar mendapatkan hasilnya.
D. Interaksi
Ekosistem dapat terbentuk karena ada 2 komponen penyusun yang saling
melakukan interaksi, yaitu komponen abiotik (benda mati) dan komponen biotik
(mahluk hidup). Komponen abiotik terdiri dari beberapa unsur fisik dan kimia
seperti suhu, kelembaban udara, air, tanah, dan lain sebagainya, sedangkan
komponen biotik terdiri dari semua mahluk hidup yang meliputi manusia, hewan,
tumbuhan, jamur, monera, dan protista (Ebiologi, 2015)
Interaksi dalam Ekosistem
Ke semua komponen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan tidak bisa
berdiri sendiri-sendiri. Mereka melakukan interaksi sebagai bentuk hubungan
timbal balik dalam kehidupan. Adapun interaksi dalam ekosistem dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu interaksi antara biotik dan abiotik, interaksi antar
komponen biotik, serta interaksi antar komponen abiotik.