Kesehatan kerja
‘Misalnya, racikal sianida (CN") sangat toksik untuk sistem enzim biologik; kerena
itu, asam hidrosianid (HCN) dan natrium sianida (NaCN) mempunyai derajat
‘mematikan yang berbeda. HCN adalah gas dan NaCN ialah bubuk putin krista yang,
‘meskipun dapat larut dalam air, tidak dapat melopaskan HCN sampal, katakaniah,
bbereaksi dengan HCL lambung.
Jalan masuk bahan beracun mungkin melalui:
+ inhalasi—rute yang paling sering, dalam indust
+ penelanan—tidak lazim (mungkin terjadi penelanan setelah ada inhalasi partkel
yang dikembalikan oleh eskalator sila);
+ penyerapan kulit—iebih sering terjadi daripada yang terduga bila bahan itu larut
femnak.
‘Sekali kontak dengan tubuh, bahan toksik akan mempunyai berbagai efek, yaitu
+ lokal—iritan pada kulit, mata, atau saluran pernapasan atau alergi pada (biasa-
nya) kulit atau saluran perapasan; dan
+ sistemik—toksisitas inheren, toksisitas metabolik, atau keduanya.
‘Ada kemungkinan suatu bahan toksik menghasiikan efek lokal pada titk Kontak
serta efek jauh selama perjalanannya melalui tubuh. Target organ yang paling lazim
adalah:
ulit merupakan tempat yang paling lazim memperiihatkan efek pemajanan bahan
kimia toksik. Dermatitis Kontak merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering
terjadi,
aru jelas mempunyai risiko sebagai organ penting yang bertemu dengan bahan
beracun yang diirup. Hati dan ginjal merupakan dua organ yang penting dalam
‘metabolisme dan ekskresi; dan karenanya akan diserang oleh bahan beracun atau
metabolitnya bila terjadi absorpsi. Banyak racun industri bersifat larut leak
‘sehingga menuju ke organ yang berkadar lemak tinggi, seperti otak, sumsum
belakang, dan sumsum tulang. Di samping itu, efek toksiknya akan berlangsung lama
arena ditimbun sementara di dalam lemiak tubuh.
Kurang benar bila dikatakan bahwa hati sudah dilengkapi oleh alat untuk
“dotoksifikas racun industri. Yang benar alah bahwa hati akan melakukan proses
metabolik standar terhadap bahan asing seperti itu. Proses itu adalah oksidasi,
reduksi, hidrolisis (fase 1), atau sintesis, seperti konjugasi dengan asam glukuronat
(fase |i). Reaksi fase I akan cenderung meningkatkan polaritas bahan yang
dimetabolisme; reaksi fase Il conderung meningkatkan keasamannya. Kedua usaha
itu meningkatkan kelarutan dalam air, sehingga akan membantu pengeluarannya
‘melalui urine. Jalan pengeluaran yang kurang lazim ialah empedu, kullt, dan paru.
Tidak semua orang bereaksi sama torhadap suatu dosis bahan beracun. Faktor
yang sangat berpengarun dalam menentukan efek toksik antara lain adalah:
804 Penyakit akibat kerja
usia,
kelarnin,
krolompok etrik,
latar belakang genetik,
status endokrin,
status alopik,
oui,
kelelanan,
Penyakit yang menyertai (dan pengobatannya),
pajanan bersama dengan bahan kimia sinergis atau antagonis—termasuk obat,
dan
+ pomajanan terdahulu terhadap bahan toksik tersobut
‘Tidak ada satu klasiikasi yang sesuai untuk bahan-bahan beracun. Beberapa
anit menghlasifikasikan secara kimia, fisika, atau fisiologik. Satu ukuran keracunan
akut relait yang paling sering dipakai ialah LO,», yaity dosis bahan yang mampu
membunun separun dari populasi binatang percobaan yang terpajan, sebagaimana
disajikan dalam tabel berikut.
Tingkat eracunan [LD jy (beraiVkg dos oral tnggal pada tkus)
‘1/mg atau kurang
150mg
'50-500mg
05-50
5159
FRolatif tidak berbahaya 15g atau lebih
‘Sistem pemeringkatan yang sangat impresif seierpti ini tidak memungkinkan
™menghitung kematian yang lambat atau tertunda dan, yang mungkin lebih serius lagi,
dianggap bahwa manusia bereaksi terhadap bahan itu seolah-olah sama dengan
tidak ada alat pemeringkatan toksisitas yang tepat untuk semua dan LDig
‘utip. Karena itu perlu diwaspadai keterbatasan-keterbatasannya, perl
diingat bahwa banyak batas pemajanan kerja didasarkan pada bukti yang lemah
2epert ity—alasan yang lomah untuk kriteria pengendalian tempat kerja.
Kebutuhan akan skala toksisitas yang disepakati dan memadal—terutama
dengan mengembangkan sistem uji keracunan yang menolak penggunaan binatang
laboratorium—sangat mendesak.
4.4 Organ target
Pendahuluan
Pada bagian ini, bahasan ditujukan pada organ-organ tubuh dan caranya merespons
datangnya bahaya dan gangguan dari bahan yang torkalt dengan pokerjaan.
81Kesehatan kerja
Informasi toksikologik dan patologik yang rinci mengenai setiap bahan ada pada Bab
5. Namun, hanya respons organ terhadap codera saja yang biasanya akan
memunculkan onset penyakit. Inlah yang membawa pekerja kepada dokter. Plubism
kronis, misalnya, menampilkan diri dalam berbagai bentuk kelainan fungsi sistem dan
dokter harus membuat banyak diagnosis banding: kondisi ini merupakan kejadian
yang langka meskipun pasien mengeluh terpajan berat terhadap timbal anorganik!
Sistem organ target yang dibicarakan dalam bab ini adalah
+ sistem pernapasan,
sistem saraf sentral dan perifer,
sistem saluran komih,
sistem kardiovaskular,
seul,
hati, dan
sistem reproduksi
Sistem pernapasan
Struktur
Saluran napas atas dan bawah sangat rawan terhadap bahan berbahaya di tempat,
kerja. Lebih dari 80% bahan ini masuk ke dalam tubuh melalui sistem pemapasan,
Efek pemajanan seperti itu juga dapat dirasakan pada sistem organ lainnya, tetapi
kerusakannya sering kali terletak pada saluran udara dan paru.
Sistom ini tordiri atas beberapa bagian anatomi yang terpisah-pisah,
mulut, sinus hidung, faring dan laring:
trakhea, brokhi utama dan percabangan;
bbronknial
alveoli: dan
‘sawar alvoolus-kapilor.
Percabangan berulang saluran udara dari bifurkasi trakea ke alveoli mempuny;
‘efek peningkatan luas permukaan mukosa saluran pemapasan, tetapi menurunkan,