Professional Documents
Culture Documents
SIROSIS HEPATIS
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pematang Sikek
Masuk RS : 09 Desember 2017
Rekam Medis : 125017
Anamnesis : Auto-anamnesis
Keluhan Utama
BAB berwarna hitam sejak 1 hari SMRS
Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : kompos mentis kooperatif
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 100x/menit
- Napas : 28x/menit
- Suhu : 38,3 oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala
• Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+), edema palpebra (-
/-), pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya (+/+)
• Hidung : napas cuping hidung (-), keluar cairan (-)
• Telinga : deformitas daun telinga (-/-), keluar cairan (-/-)
• Mulut : bibir pucat (-),mukosa mulut basah, asianosis, lidah kotor (-)
• Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-)
Toraks
Paru :
• Inspeksi : bentuk dinding dada normal, pergerakan dinding dada
melemah di lapangan bawah paru kanan dan kiri, spider nevi (+).
• Palpasi : vocal fremitus melemah pada lapangan bawah paru kanan
dan kiri
• Perkusi : Redup pada lapangan bawah paru kanan dan kiri setinggi
SIK V-VI , dan sonor pada lapangan atas dan tengah paru kiri dan kanan.
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler menghilang di lapangan bawah
paru kanan dan kiri, wheezing -/-, ronkhi (-/-)
Jantung :
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
• Palpasi : ictus cordis teraba pada SIK V linea aksilaris anterior
sinistra
• Perkusi : Batas jantung kanan linea sternalis dextra; batas jantung
kiri linea aksilaris anterior sinistra
• Auskultasi : S1 dan S2 regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : venektasi (-), spider nevi (+), caput medusa (-)
• Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 8 x/menit, double sound (+)
• Perkusi : shifting dullness (+), nyeri tekan (-)
• Palpasi : undulasi (+), hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, lingkar
perut: 100 cm
Ekstremitas
• Eritema palmaris (+)
• Edema pretibia (+)
• Kulit kuning (+)
• CRT <2s
• sianosis (-)
• tremor (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (09/12/17) Kimia Darah (09/12/17) Elektrolit (09/12/17)
Hb: 9,4 gr/dl Bil. Total: 6 mg/dl Na: 135 mmol
Leukosit: 11.560 SGOT: 52 K: 3,5 mmol
Hematokrit: 27,25 SGPT: 123 Cl: 105 mmol
Trombosit: 55.000 GDS: 109
Ureum: 18
Kreatinin: 0,7
HbsAg: positif
Diagnosis
Sirosis hepatis stadium dekompensata
Hepatitis B kronik
Rencana Penatalaksanaan
Rencana Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG abdomen
Pemeriksaan SPE
Pemeriksaan AFP
Pemeriksaan endoskopi gastroskopi
Rencana Pengobatan
Non Farmakalogi
Tirah baring
IVFD NaCl 0,9% 10 tpm
Diet Hepar III, rendah garam, dan restriksi cairan
Transfusi PRC
Farmakalogi
Injeksi ranitidin 2x50 mg
Injeksi ceftriaxone 2x1 gram
Sukralfat syr 3x1 c
Curcuma tablet 3x1
FOLLOW UP
TGL Subjektif Objektif Assessment Terapi
10-12-17 Lemah, naf su KU : tampak sakit Sirosis IVFD NaCl
makan menurun sedang hepatis 0,9% 10
Kes : CM decompensat tetes per
menit makro
TD: 110/70 mmHg e dengan
Injeksi
HR : 96 x / menit hepatitis B ranitidin
RR : 20 x / menit kronik 2x50 mg
T : 37,5 oC Injeksi
Mata ceftriaxone
Konjungtiva anemis, 2x1 gram
sklera ikterik, pupil Sukralfat syr
3x1 c
isokor.
Curcuma
Leher tablet 3x1
Tidak ada pembesaran Injeksi
KGB, kalnex 3x1
Toraks: Injeksi vit.
Paru: K 3x1
Inspeksi : bentuk Cek albumin
dinding dada normal,
pergerakan dinding
dada melemah di
lapangan bawah paru
kanan dan kiri,
spider nevi (+).
• Palpasi : vocal
fremitus melemah
pada lapangan
bawah paru kanan
dan kiri
• Perkusi : Redup pada
lapangan bawah paru
kanan dan kiri
setinggi SIK IV –V,
dan sonor pada
lapangan atas dan
bawah paru kiri dan
kanan.
• Auskultasi : Suara
nafas vesikuler
menghilang di
lapangan bawah paru
kanan dan kiri,
wheezing -/-, ronkhi
(-/-)
Abdomen :
Inspeksi :
venektasi (-), spider
nevi (+), caput
medusa (-)
Auskultasi : bising
usus (+), double
sound (+)
Perkusi : shifting
dullness (+), nyeri
tekan (-)
Palpasi :
undulasi (+), hepar
sulit dinilai, lien
sulit dinilai, lp: 104
cm
Ekstrimitas : Eritema
Palmaris (+), Edema
pretibia (+) , Kulit
kuning (+), CRT <2s,
sianosis (-), tremor (-)
USG abdomen:
Kesan :
Sirosis hepatis
Efusi pleura
bilateral
Tidak tampak
kelainan pada
vesica fellea, ren
bilateral, pancreas,
dan vesica
urinaria.
11-12- Demam (+), KU : tampak sakit Sirosis IVFD NaCl
2017 BAB hitam (+), sedang hepatis + 0,9% 10
perut menyesak, Kes : CM hepatitis B tetes per
menit makro
lemah TD: 90/60 mmHg kronik
Injeksi
HR : 105 x / menit OMZ 2x1
RR : 27 x / menit mg
T : 38 oC Injeksi
Mata: Konjungtiva ceftriaxone
anemis, sklera ikterik, 2x1 gram
pupil isokor. Sukralfat syr
3x1 c
Leher: Tidak ada
pembesaran KGB, Curcuma
Toraks: tablet 3x1
Paru: Injeksi
kalnex 3x1
Inspeksi : bentuk
dinding dada normal, Injeksi vit.
pergerakan dinding K 3x1
dada melemah di Sistenol 3x1
lapangan bawah paru Spironolakto
kanan dan kiri, n tunda,
jika TD>100
spider nevi (+).
mmHg,
• Palpasi : vocal
masukkan
fremitus melemah
spironolakto
pada lapangan
n
bawah paru kanan
Transfusi
dan kiri
PRC 1 unit
• Perkusi : Redup pada Transfusi
lapangan bawah paru albumin 1
kanan dan kiri unit
setinggi SIK IV –V, Pronalges
dan sonor pada suppositoria
lapangan atas dan k/p
bawah paru kiri dan Madofar
kanan. tablet 3x1
• Auskultasi : Suara bila gejala
nafas vesikuler pre-coma
menghilang di muncul
lapangan bawah paru
kanan dan kiri,
wheezing -/-, ronkhi
(-/-)
Abdomen :
Inspeksi :
venektasi (-), spider
nevi (+), caput
medusa (-)
Auskultasi : bising
usus (+), double
sound (+)
Perkusi : shifting
dullness (+), nyeri
tekan (-)
Palpasi :
undulasi (+), hepar
sulit dinilai, lien
sulit dinilai, lp: 105
cm
Ekstrimitas : Eritema
Palmaris (+), Edema
pretibia (+) , Kulit
kuning (+), CRT <2s,
sianosis (-), tremor (-)
Albumin: 2 gr/dl
I. Definisi
Sirosis hepatis dapat diartikan sebagai penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati ini akan
menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
pertumbuhan jaringan ikat dan nodul tersebut. 1
II. Epidemiologi
Saat ini diperkirakan lebih dari 2 milyar penduduk dunia telah terpapar
infeksi virus hepatitis B dan diperkirakan 5% penduduk dunia menderita hepatitis
B kronik yang merupakan penyebab terjadinya sirosis hepatis dan karsinoma
hepatoseluler. Begitu pula diperkirakan sebanyak 170 juta penduduk dunia
terpapar dengan infeksi virus hepatitis C, di mana sebagian besar penderita yang
terinfeksi virus tersebut akan menjurus menjadi kronik dan 50% akan menjadi
sirosis hepatis.2
Sirosis hepatis dijumpai di seluruh negara termasuk Indonesia. Angka
kejadian sirosis hepatis di Indonesia menunjukkan pria lebih banyak menderita
sirosis daripada wanita (2-4,5 : 1), terbanyak didapatkan pada dekade kelima. 1
Di Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada, hanya laporan-
laporan dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta,
jumlah pasien sirosis hepatis berkisar 4,1 % dari pasien yang dirawat di Bagian
Penyakit Dalam, dalam kurun waktu 1 tahun (2004). Di Medan dalam kurun
waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak 819 (4%) pasien dari
seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam RSUD Pirngadi. 3
III. Etiologi
Etiologi dari sirosis hepatis dapat dilihat dalam tabel berikut ini :3
Tabel 5. Sebab-sebab Sirosis Hepatis9
Penyakit Infeksi
Bruselosis, ekinokokus, skistosomiasis, toksoplasmosis, hepatitis virus
Penyakit keturunan dan metabolic
Defisiensi ά1-antitripsin, sindroma fanconi, galaktosemia, penyakit gaucher,
hemokromatosis, penyakit simpanan glikogen, intoleransi fluktosa herediter,
penyakit Wilson
Obat dan toksin
Alkohol, amiodaron, arsenic, obstruksi bilier, penyakit perlemakan hati non
alkoholik, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis primer
Penyebab lain
Penyakit usus inflamasi kronik, fibrosis kistik, sarkoidosis, pintas jejunoileal
V. Patogenesis
Sirosis adalah kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan parut yang difus
di hati. Jaringan hati normal digantikan oleh nodus-nodus fibrosa serta pita-pita
fibrosa yang mengerut dan mengelilingi hepatosit. Arsitektur dan fungsi hati
normal terganggu. 4
Sirosis terjadi di hati sebagai respon terhadap cedera sel berulang dan reaksi
peradangan yang ditimbulkannya. Penyebab sirosis antara lain adalah infeksi
misalnya hepatitis, obstruksi saluran empedu yang menyebabkan penimbunan
empedu di kanalikulus, atau cedera hepatosit akibat toksin. Alkohol adalah toksin
yang paling sering menyebabkan cedera peradangan hati.4
IX. Komplikasi
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas
hidup pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanggulangan
komplikasinya. Komplikasi sirosis hepatis dapat berupa pendarahan varises
esophagus, koma hepatis dan infeksi sekunder. Bila penyakit hati bersifat
progresif maka gambaran klinis, prognosis dan pengobatan tergantung kepada dua
kelompok besar komplikasi yaitu kegagalan hati dan hipertensi portal. Gejala-
gejala kegagalan hati dapat berupa spider nevi, eritema palmaris, atrofi testis,
ginekomastia, ikterus, ensefalopati dan lain-lain. Sedangkan gejala hipertensi
portal dapat berupa splenomegali, dilatasi pembuluh vena esophagus, kaput
medusa hemoroid dan vena kolateral dinding perut. 1
Pada pasien sirosis hepatis sekitar 20-40% dengan varises esophagus yang
menimbulkan pendarahan. Angka kematiannya sangat tinggi, sebanyak
duapertiganya akan meninggal dalam waktu satu tahun walaupun dilakukan
beberapa tindakan untuk menanggulangi varises ini dengan beberapa cara. 3
Bila penyakit ini berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat
timbul komplikasi lain berupa asites, ensefalopati, peritonitis bakterial, sindroma
hepatorenal dan transformasi ke arah kanker hati primer. 1
X. Penatalaksanaan
Jika diagnosis sirosis hepatis ditegakkan, prosesnya akan berjalan terus
tanpa dapat dibendung. Usaha-usaha yang dapat dilakukan hanya bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyulit-penyulit. Membatasi kerja fisik, tidak minum
alcohol, dan menghindari obat-obat dan bahan-bahan hepatotoksik merupakan
suatu keharusan. Bilamana tidak ada koma hepatic diberikan diet yang
mengandung protein 1g/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari. [2]
1. Tarigan P. Sirosis Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta;
Balai penerbit FK UI, 1996. 271-9
2. Djaya N. Profil Lipid dan Kadar Glukosa Darah Penderita Sirosis Hati Child B
dan C serta Hubungannya dengan Asupan Makanan dan Status Gizi di Rumah
Sakit Sumber Waras Jakarta Barat. Volume 3. No 3. Jakarta : FK Unika
Atmajaya, 2004
3. Nurdjanah S. Sirosis Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 4.
Jakarta. Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Penyaakit Dalam Fakultas Kedokteran
Univesitas Indonesia. 2006. 445-8
6. Underwood J. Patologi Umum dan Sistemik. Volume II. Edisi 2. Jakarta : EGC,
1998. 489
7. Sherlock S. Diseases of The Liver and Biliary System. 11th Ed. London :
Blackwell Science, 2002 ; 365