You are on page 1of 4

Definisi

Odontologi forensik adalah Cabang dari ilmu kedokteran forensik dan


berhubungan dengan penegakan hukum ,pemeriksaan,penanganan dan penyampaian
bukti gigi di pengadilan.

Odontologi forensik umumnya diminta untuk mengkonfirmasi identitas tubuh


dengan membandingkan antemortem chartings gigi dengan informasi yang diperoleh
dari pemeriksaan langsung gigi. Odontologist mungkin juga akan diminta untuk
membuat chartings gigi pada tubuh yang identitasnya belum diketahui meskipun
penyidik belum memintanya,sehingga informasi gigi menjadi tersedia dikemudian
hari.

Identifikasi Antemortem

Identifikasi antemortem terdiri dari foto rontgen gigi,catatan,dan bentuk


gigi.Usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data antemortem biasanya adalah
tanggung jawab dari penyidik.

Identifikasi postmortem

Peranan yang penting dari forensik odontologi adalah mengidentifikasi mayat yang
telah membusuk.Identifikasi gigi pada manusia dilakukan dengan beberapa alasan dan
dalam berbagai situasi yang berbeda.

Mayat yang telah membususk pada saat ditemukan dan pada mayat di dalam air
sering kali tidak menyenagkan lagi dan sangat sulit untuk diidentifikasi,disinilah
identifikasi gigi sangat diperlukan.

Identifikasi dalam kedokteran gigi forensik antara lain :

1. Identifikasi ras korban maupun pelaku melalui gigi – geligi.

2. Identifikasi jenis kelamin korban melalui gigi geligi,tulang rahang.

3. Identifikasi umur korban (janin) melalui benih gigi.

4. Identifikasi umur korban melalui gigi susu,gigi campuran dan gigi tetap.

5. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.


6. Identifikasi golongan darah melalui pulpa gigi.Identifikasi gigi korban melalui
gigi palsu yang dipakainya

Gigi mempunyai nilai yang spesifik,sehingga tidak terbatasnya kemungkinan


kombinasi ciri – ciri khas pada gigi baik ciri alami maupun akibat tindakan
perawatan .Ciri – ciri khas tersebut antara lain

1. Jumlah gigi.

jumlah gigi pada seseorang dapat berbeda – beda.Satu dari beberapa gigi pada rahang
dapat tidak ada,baik secara klinis atau radiologis,jumlah gigi yang berkurang dapat
disebabkan gigi yang lepas alami,pencabutan,trauma,kongenital (tidak terbentuknya
benih gigi molar ketiga,premolar kedua,incisivus kedua) dan pergeseran gigi.

Restorasi mahkota dan protesa

2. Restorasi mahkota dan proteosa sangat bersifat individual karena dibuat sesuai
kebutuhan masing – masing individu.

3. Karies gigi

Fraktur dari gigi yang karies bentuknya tidak teratur.

4. Gigi yang malposisi dan malrotasi

Malposisi dapat berupa gigi berjejal,gigi saling menutup,miring,bergeser dan


jarang – jarang.Malrotasi dapat berupa terputarnya gigi.

5. Gigi berbentuk abnormal

Gigi dapat berbentuk abnormal karena faktor kongenital atau dapatan.

6. Oklusi gigi.

Perkiraan umur juga dapat dihitung melalui pemeriksaan gigi geligi:


Perkembangan gigi mulai dapat dipantau sejak mineralisasi gigi susu,yaitu umur
empat bulan dalam kandungan hingga mencapai saat sempurnanya gigi molar kedua
tetap,sehubungan dengan ini dikenal beberapa tahap yang dapat dipantau dengan
baik :

Intrauteri : Dipantau melalui sediaan ,dengan melihat tahap mineralisasi gigi dapat
diketahui usia kandungan.

Post natal tanpa gigi : berkisar antar umur 0 – 6 bulan,yaitu saat tumbuhnya gigi susu
yang pertama.

Masa pertumbuhan gigi susu :berkisar antar umur 6 bulan – 3 tahun,saat bermunculan
gigi susu kedalam mulut.

Masa statis gigi susu : berkisar antara umur 3 – 6 tahun,pada masa ini penentuan umur
melihat tingkat keausan gigi susu.

Masa gigi-geligi campuran :berkisar antara 6 – 12 tahun,pada masa ini umur dapat
dilihat dari gigi susu yang tanggal dan gigi tetap yang tumbuh.

Masa penyelesaian gigi tetap : Yaitu saat tidak adanya gigi susu yang tanggal dan
selesainya pembentukan akar gigi yang terakhir tumbuh,yaitu molar kedua tetap.

Perkiraan umur juga dapat dihitung :

Atrisi : Akibat penggunaan rutin pada saat makan,sehingga permukaan gigi


mengalami keausan.

Penurunan tepi gusi : Sesuai dengan pertumbuhan gigi dan pertambahan umur,maka
tepi gusi akan bergerak kearah apikal.

Pembentukan dentin sekunder : Semakin tua seseorang semakin tebal dentin


sekundernya.

Pembentukan semen sekunder : Dengan bertambahnya umur,maka semen sekunder di


ujung akar pun bertambah ketebalannya.

You might also like