You are on page 1of 4

Sektor Aneka Industri Tertekan, IHSG Ditutup

Melemah
JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada jeda siang
perdagangan saham Rabu (4/12/2016) ditutup di zona merah akibat tekanan pada sektor
aneka industri.

IHSG ditutup turun 10,48 poin atau turun 0,2 persen di level 5.265,48. Sementara sektor
aneka industri tertekan 2,45 persen.

Selain sektor aneka industri, enam sektor lain juga ditutup melemah di sesi I perdagangan
saham Rabu ini. Hanya sektor konsumer, industri dasar dan properti yang ditutup menguat.

Dari data RTI, IHSG bahkan sempat turun tajam ke level terendah baru di 5.249,23 setelah
mencapai level kenaikan tertinggi di 5,285,57 yang merupakan area hijau.

Sebanyak 145 saham ditutup naik pada sesi I perdagangan saham Rabu ini. Sementara 131
saham ditutup turun dan 92 saham ditutup tetap.

Net foreign sell di semua papan perdagangan mencapai Rp 54,8 miliar sementara net
foreign sell di pasar reguler mencapai Rp 100,2 miliar.

Dari pasar spot Bloomberg, rupiah terpantau menguat 19 poin ke level 13.457.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/04/122249826/sektor.aneka.industri.tertekan.ihs
g.ditutup.melemah

Pekan Ini, Saham Aneka Industri Jeblok


Terdalam
Dinda Audriene, CNN Indonesia
Sabtu, 17/12/2016 15:51 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Industri otomotif tampak sepi beberapa pada tahun ini. Pemberitaan yang
mengaitkan industri tersebut tak seramai sektor lainnya seperti properti, tambang, atau sektor keuangan.

Hal ini nyatanya berimbas pada pergerakan harga saham emiten otomotif yang terus mengalami
pelemahan sepanjang pekan ini. Tak heran, sektor aneka industri yang berisikan emiten otomotif kembali
tertekan pekan ini.

Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor aneka industri turun hingga 3,05 persen ke level
1.271,541 dari posisi akhir pekan lalu 1.311,625. Jika melihat pergerakan harga saham emiten otomotif
sepanjang pekan ini, memang terjadi penurunan yang berkelanjutan setiap harinya.

Sebut saja PT Astra International Tbk (ASII), harga sahamnya akhir pekan ini ditutup melemah ke level
Rp7.575. Padahal, awal pekan ini harga saham Astra International masih bertengger pada level Rp7.850.

Sementara itu, harga saham emiten otomotif lainnya yakni, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) juga terus
mengalami pelemahan setiap hari selama pekan ini. Harga saham Gajah Tunggal pada akhir pekan ini
ditutup di level Rp1.1085, sedangkan pada awal pekan harganya masih berada pada level Rp1.130.

Analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada menyatakan, sepinya pemberitaan mengenai industri
otomotif membuat pelaku pasar melakukan aksi jual untuk keluar sementara dan beralih ke emiten lain
yang dinilai lebih menguntungkan.

Meski demikian, sebenarnya Astra International baru saja merilis data penjualannya beberapa hari lalu.
Sayangnya, Reza menilai data tersebut tak cukup mampu mendorong pergerakan harga sahamnya.

“Data penjualan kendaraan baru dikeluarkan beberapa hari lalu sebenarnya. Saya lihat cukup bagus
secara tahunan alami kenaikan untuk penjualan roda empat, tapi ternyata itu juga enggak direspon positif
oleh pasar, jadi enggak terserap pada pergerakan harga sahamnya,” ungkap Reza
kepada CNNIndonesia.com, Jumat (16/12).

Adapun, penurunan indeks sektor aneka industri juga diikuti oleh tujuh sektor lainnya sepanjang pekan ini.
Selain sektor aneka industri, pertambangan juga terkoreksi 1,28 persen, kemudian barang dan konsumsi
turun 1,56 persen, properti turun 2,7 persen, infrastruktur turun 2,8, keuangan turun 0,44 persen,
perdagangan turun 1,43 persen, dan manufaktur turun 1,48 persen.

Artinya, hanya dua sektor yang berhasil bergerak positif pekan ini yaitu, agrikultur sebesar 0,02 persen dan
industri dasar yang naik 0,2 persen.

Reza menilai, kenaikan sektor industri dasar dimotori oleh emiten semen seperti PT Semen Indonesia Tbk
(SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Harga saham emiten semen yang dinilai
murah nyatanya dimanfaatkan pelaku pasar untuk mengalihkan portofolionya pada emiten semen.

Selain itu, pelaku pasar juga melihat pelemahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah
pada pekan lalu berimbas baik bagi perusahaan semen yang beberapa bahan bakunya menggunakan
produk impor.

“Karena harga saham semen yang berkapitalisasi besar murah pasar manfatkan, lalu pelemahan mata
uang dolas AS juga dilihat momentum yang bagus bagi emiten semen,” imbuh Reza.

Tak hanya itu, pelaku pasar juga merespon positif keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku
bunga 7 days repo rate sebesar 4,75 persen. Dengan begitu, diharapkan perbankan ikut mengurangi suku
bunga perumahan mengikuti acuan yang ditetapkan oleh BI dan mendorong penjualan semen nantinya.

“Keputusan BI juga mempengaruhi, dalam hal ini memang yang kena dampaknya lebih dulu semen
dibandingkan properti, karena memang multiplier effect,” ujar Reza.

Namun, jika pekan depan pemberitaan terkait industri semen semakin positif, maka bukan tak mungkin
terjadi penurunan indeks sektor industri dasar karena pelaku pasar bakal memanfaatkan momentum
tersebut untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking).

“Jika positif terus, harga saham naik terus, pelaku pasar cenderung profit taking, jadi minggu depan tunggu
pemberitaan positif,” pungkas dia. (Giras Pasopati/Giras Pasopati)
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161217153457-92-180299/pekan-ini-saham-aneka-
industri-jeblok-terdalam/
Sektor Aneka Industri Angkat IHSG ke Zona
Hijau 17 Mar 2017, 09:17 WIB
Indeks sempat meraih level tertinggi di 5.399,99 dan terendah di 5.371,67 sepanjang perdagangan hari ini,
Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menghijau hari ini. Pada pra
pembukaan perdagangan saham, Jumat (17/3/2017), IHSG naik 21,57 poin atau 0,39 persen ke level
5.539,8.

Pada pembukaan pukul 09.00, IHSG pun terus melonjak. IHSG menguat 31,4 poin atau 0,07 persen ke
level 5.549,6. Indeks saham LQ45 mendaki 0,95 persen ke level 926,804.

Ada sebanyak 117 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 16 saham
melemah dan 68 saham diam di tempat.

IHSG sempat berada di level tertinggi 5.552,07 dan terendah 5.535,57. Total frekuensi perdagangan
saham sekitar 8.494 kali dengan volume perdagangan 248,3 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 288,7
miliar.

Investor asing melakukan aksi beli mencapai Rp 76,72 miliar di seluruh pasar. Sedangkan posisi dolar AS
di kisaran Rp 13.334.

BACA JUGA

 Investor Antisipasi The Fed, IHSG Konsolidasi


 IHSG Naik Terbatas Jelang Hasil Pertemuan The Fed

 Aksi Beli Investor Asing Angkat IHSG 22 Poin

Secara sektoral, hampir semua menguat. Sektor saham aneka industri naik 1,75 persen, dan catatkan
penguatan terbesar di awal sesi.

Selain itu, sektor saham keuangan mendaki 1,39 persen dan sektor saham industri dasar naik 0,65 persen.

Sementara yang melemah antara lain, infrastruktur sebesar 0,1 persen dan perdagangan juga sebesar 0,1
persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BINA mendaki 13,55 persen ke level Rp 890 per saham,
saham MAMI melonjak 7,25 persen ke level Rp 74 per saham, dan saham DNAR naik 5,33 persen ke level
Rp 605 per saham.

Saham-saham CANI merosot 7,63 persen ke level Rp 460 per saham, saham BRNA tergelincir 3,08
persen ke level Rp 1100 per saham, dan saham HOME turun 2,14 persen ke level Rp 274 per saham.
Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menjelaskan, IHSG telah menguat cukup tinggi pada
perdagangan Kamis kemarin dengan naik 85,86 poin atau 1,58 persen ke level 5.518, 24.

Untuk perdagangan hari ini, indeks masih akan bergerak di zona positif . "IHSG akan bergerak menguat
terbatas pada akhir pekan dengan kisaran pergerakan 5.490-5.550," kata dia.

Lanjar menjelaskan, Penguatan IHSG kemarin tak lepas dari peran investor asing. Investor asing
mencatatkan beli bersih yang cukup besar mencapai Rp 1,58 triliun.

"Indeks sektor aneka industri memimpin optimisme pasar dalam negeri disusul indeks sektor yang
konsumer yang selalu menjadi pilihan favorit. Pergerakan 2 minggu terakhir yang cenderung flat
terkonsolidasi terpatahkan dengan kepastian naiknya Fed Rate," jelas dia.

Riset DBS menyebutkan, IHSG terbang tinggi sejalan pasar saham regional setelah langkah the Fed
menaikkan suku bunganya. Membaiknya kinerja emiten dan optimisme pasar terhadap lembaga
pemeringkat S&P yang berpotensi menaikkan peringkat utang Indonesia ke tingkat layak investasi di 2017
menambah bahan bakar ke pasar.

Seluruh sektor mendukung penguatan dengan aneka industri menguat paling besar (+3.92 persen) diikuti
manufaktur (+2.02 persen) serta infrastruktur (+1,83 persen). Vol perdagangan Rp 8,65 triliun
dengan foreign net buy Rp 1,842 triliun

http://bisnis.liputan6.com/read/2889495/sektor-aneka-industri-angkat-ihsg-ke-zona-hijau

You might also like