You are on page 1of 187

WIDYA WRETTA

MEDIA KOMUNIKASIUNIVERSITAS HINDU INDONESIA


Jl. Sangalangit, Tembau, Penatih, Denpasar, TLP. 464700, 464800, 462920

Volume I Nomor 1, Bulan Mei 2017


ISSSUSUNAN
DEWAN REDAKSI MAJALAH WIDYA WRETTA FAKULTAS ILMU AGAMA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

Penanggungjawab
Rektor Universitas Hindu Indonesia
(Dr.Ida Bgus Dharmika, MA)
Penasehat
Dekan Fakultas Ilmu Agama dan Agama dan Kebudayaan
(Dr. I Wayan Subrata, M.Ag)
Mitra Bestari
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja. MA. (Undiksa Singaraja)
Prof.Dr. Anak Agung Anom Kumara, MA. (Universitas Udayana)
Ketua Penyunting
Dr. I Wayan Watra, S.Ag., M. Si
Wakil Ketua Penyunting
Drs. I Gede Subawa mas, M. Hum.
I Gde Jayakumara, SS., MA
Penyunting Pelaksana
I Putu Sastra Wibawa , SH. MH,
Dra I Gusti Ayu Ketut Artatik, M. Si
Petugas Administrasi
Sang Ayu Juniati, SE., Ni Nyoman Suciati, S.Ag
Ni Made Ayu Pebriyanti, S.Pd, Putu Sekarnadi, SE.

MAJALAH ILMIAH WIDYA WRETTA : Terbit dua kali setahun pada bulan April/Mei dan September/
Oktober. Menerima tulisan, artikel dan ulasan dari dalam Unhi Denpasar, serta promosi dan iklan. Iklan
dapat berupa promosi produk baru, pelayanan dan jasa yang menarik para peneliti ilmu agama, kebudayaan,
ekonomi dan MIPA (Matematika dan Biologi). serta Ayurweda. Copy promosi diterima redaksi paling
lambat dua bulan sebelum penerbitan. Informasi biaya dan teknik pemasangan iklan dapat diperoleh
langsung di Sekretariat Majalah Widya Wretta (Akademik Unhi Denpasar, Telp. 464700 dan 464800)

1i
WIDYA WRETTA
2
VOLUME II NOMOR 2 OKTOBER 2016
SAMBUTAN
DEKAN FAKULTASILMU AGAMA

Om Swastyastu,

Atas Asung Kertha Waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, majalah Widya
Wretta terbitan periode Mei 2017 Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu
Indonesia Denpasar dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini ijinkan kami memanjatkan puji syukur kehadapan-Nya. Kehadiran Media
Komunikasi Widya Wretta yang membahas tentang Agama dan Kebudayaan dengan berbagai
perspektif. Sebagai lembaga keagamaan maka keberadaan tulisan-tulisan ilmiah yang
merupakan hasil penelitian ataupun hasil-hasil kajian sangat diharapkan, untuk memperluas
khasanah ilmu pengetahuan di bidang Agama dan Kebudayaan.

Dalam terbitan ini penulis lebih banyak mengkaji persoalan Agama dan Kebudayaan
berdasarkan paradigma Fungsional Struktural meskipun ada yang menggunakan paradigma
kritis, dan komersialisasi.

Akhirnya kami atas nama pribadi dan sekaligus sebagai Dekan Fakultas Ilmu-Agama,
menyambut baik atas penerbitan edisi perdana ini, semoga menjadi wahana komunikasi yang
baik bagi kaum intelektual Hindu dan menjadi salah satu usaha ilmiah yang dilakukan oleh
Civitas akademika sebagai sebuah pengabdian kepada masyarakat, utamanya umat Hindu
khususnya dan umat beragama pada umumnya.

Om Santih, Santih, Santih Om.

Denpasar, 18 Mei 2017


Dekan Fakultas Ilmu Agama

Dr. I Wayan Subrata, M.Ag

iii
3
PENGANTAR
PENYUNTING REDAKSI

Om Swastyastu,
Atas asung wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa
Media Komunikasi Widya Wretta dapat diterbitkan menjelang yudisium Fakultas Ilmu Agama
dan Kebudayaan, Universitas Hindu Indonesia dan menjelang Wisuda Sarjana dan
Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia Tahun 2017.
Media Komunikasi Widya Wretta, terbit dua (2) kali dalam setahun, yaitu pada Bulan
(April/Mei) dan (September/Oktober) menjelang yudisium Fakultas Ilmu Agama dan
Kebudayaan, Universitas Hindu Indonesia dan menjelang Wisuda Sarjana dan Pascasarjana
Universitas Hindu Indonesia. Penerbitan Widya Wretta difokuskan pada masalah “Agama
dan Kebudayaan”, Bagi para penulis yang naskahnya belum dimuat periode April/Mei akan
dimuat pada terbitan periode selanjutnya. Kami membuka peluang selebar-lebarnya bagi
para penulis lain untuk berpartisipasi dalam jurnal ini dengan tetap mengacu pada persyaratan
yang telah ditentukan redaksi.
Widya Wretta dikelola oleh Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan, dimana visi dan
misinya adalah mengembangkan pemikiran-pemikiran yang terkait dengan Agama dan
Kebudayaan Hindu baik dari kalangan civitas akademika Universitas Hindu Indonesia, maupun
masyarakat umum. Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan berusaha untuk menjadi teladan
dan wadah yang terdepan, sebagai cikal bakal munculnya tunas-tunas muda yang tumbuh
menjadi intelektual tangguh di bidang Agama dan Kebudayaan Dengan demikian diharapkan
seluruh civitas akademika untuk membantu secara moral maupun material demi kelangsungan
media komunikasi Widya Wretta dengan peradaban etika dan moralitas sebagai insan perguruan
tinggi.
Dewan Redaksi majalah ilmiah Widya Wertta menyajikan karya-karya ilmiah seperti
yang dikemukakan oleh: 1). I Wayan Watra dalam tulisan ini mengangkat tema, tengtang
akhir dari sebuah kehidupan. Dengan mengusung konsep “Trikona”, yang mempertanyakan
akhir dari sebuah adalah kematian. Setelah mati roh tersebut pergi kemana?, dengan
merangkumnya menjadi sebuah judul: Pendidikan Eskatologi Sosioreligius Dalam Upanisad
Persfektif Filsafat Agama dan Kebuadayaan. 2). Sudadi selaku dosen pertama yang menjar
filsafat di Universitas Hindu Indonesia, mengali pemikiran-pemikiran klasik orang-orang India
di jaman dahulu. Kiranya dapat dipakai sebagai pedoman di dalam menjalani kehidupan di
era modernisasi di abad 21, dengan merangkumnya menjadi sebuah judul, Dimensi Kreatif
Dalam Pemikiran Filsafat India. 3). I Wayan Subrata mengamati sebuah perkembangan
pariwisata yang terjadi di Bali, dengan memfukuskan diri pada kantong-kantong Desa

WIDYA WRETTA
iv
4
VOLUME II NOMOR 2 OKTOBER 2016
Pekraman, yang mulai dilirik oleh Wisatawan, yang dirangkum menjadi sebuah judul,
Perkembangan Desa Wisata di Desa Pakraman Sumampan, Gianyar. 4). I Putu Sarjana,
melihat budaya salah satu Bali yang hampir punah yaitu Gotong Royong yang perlu dilertarikan.
Melalui pendidikan secara formal yang terjadi di Jembrana, yang dirangkum dalam sebuah
judul, Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Desa
Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. 5). I Wayan Martha, memperhatikan
hak waris bagi anggota masyarakat yang pindah agama dari agama Hindu ke Agama Kristen,
maupun ke agama yang lainnya. Masalah ini perlu dikaji, karena berhubungan dengan Desa
Adat, terkait dengan Kayangan Tiga, yang dirangkum dalam sebuah judul, Tinjauan Yuridis
Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama Hindu Ke Agama Kristen (Di Desa Pakraman
Taro Kaja) Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. 6). Anak Agung Gede
Dira, menulis tentang upacara di Sungai Sekapur Sirihi Desa Mataram di Lampung, dirangkum
dalam sebuah judul, Upacara Selametan Pada Sungai Sekampuh Di Desa Mataram
Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung Nilai Pendidikan Persfektif Agama
Hindu. 7). Anak Agung Putra Yasa, melihat bahwa pendidikan Karakter bagi anak-anak
perlu ditumbuh-kembangkan, karena karakter anak-anak di jaman sekarang sudah mulai
merosot, yang dirangkum dalam sebuah judul, Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam
Menumbuh Kembangkan Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 2 Penebel. 8). I Nyoman Putra Adnyana, memperhatikan pelaksanaan Ngaben bagi
Warga Apandya Bang, sudah mulai dilakukan secara berkelompok. Sehingga dengan demikian
sistem pengabenan semacam ini perlu dipakai sebagai pedoman untuk pelaksanaan berikutnya,
yang dirangkum dalam sebuah judul, Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandya Bang Di
Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Hindu). 9). I Ketut Winantra, memperhatikan Perilaku Generasi Muda di Lapangan belum
melakukan kewajiban agamanya dengan baik dan benar, khususnya dalam Banyu Pinaruh adalah
sebagai momentum Pendidikan Karakter menuju kesempurnaan sosioreligius.
Akhirnya, kami segenap redaksi Media Komunikasi Widya Wretta, memohon maaf
pada pembaca, jika dalam penerbitan ini terdapat kekurangan. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, demi penyempurnaan pada edisi selanjutnya.
Semoga Media Komunikasi Widya Wretta, selalu hidup disepanjang jaman.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om.


Denpasar, 18 Mei 2017
Hormat kami,

Dr. I Wayan Watra, S.Ag.,M.Si.

5v
PENDIDIKAN ESKATOLOGI SOSIORELIGIUS
DALAM UPANISAD PERSFEKTIFFILSAFATAGAMA DAN KEBUADAYAAN

Oleh:

I WAYAN WATRA
NI KADEK GUNAKSA

ABSTRAK
Pendidikan Eskatologi dalam Upanisad pada intinya ingin mengkaji mengenai
kematian, keberadaan akan jiwa serta reinkarnasi. Adanya kehidupan merupakan
salah satu bentuk penciptaan yang nantinya pasti akan mengalami akhir kehidupan
atau kembali kepada sang pencipta. Akhir dari kehidupan ini tiada lain mengenai
akhir jaman, kematian, keberadaan jiwa serta kebangkitan kembali yang sering disebut
dengan istilah Eskatologi. Secara umum Eskatologi telah banyak dibicarakan diberbagai
kalangan. Dalam hal ini khusus membahas Eskatologi Hindu dalam Upanisad-
Upanisad Utama. Eskatologi mengupas masalah kematian, keberadaan jiwa, serta
kelahiran kembali. Kematian bersifat riil, natural, imanen, esensial, universal yang
merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia. Yang berpengaruh terhadap
keberadaan jiwa serta kelahiran kembali nantinya. Terkait dengan masalah tersebut
peneliti tertarik untuk menelitinya dengan dua permasalahan pokok yaitu (1)
Bagaimanakah pandangan para Rsi terhadap keberadaan jiwa? (2) Bagaimanakah
para Rsi mentransformasikan evolusi jiwa kepada murid-muridnya?
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu untuk mengkaji permasalahan pokok
dari Eskatologi Hindu dalam Upanisad Utama yaitu dengan menggunakan metode
kepustakaan. Konsep kematian serta evolusi jiwa diuraikan secara umum, serta
menurut ajaran Hindu yang terdapat dalam berbagai sumber khususnya Upanisad-
Upanisad Utama, yang memiliki tujuan untuk mengetahui pandangan para Maharsi
terhadap keberadaan jiwa serta metode yang digunakan oleh para Maharsi dalam
mentransformasikan ajaran evolusi jiwa. Analisis data yang digunakan yaitu dengan
metode deskriptif dan metode interpretatif. Teori-teori yang dipakai untuk menganalisis
adalah Teori Agama (Religi), Teori Aksi Reaksi, Teori Perubahan, dan Teori
Pendidikan. Pandangan para rsi merupakan data primer dalam teks Upanisad Utama.
Berdasarkan metode penelitian di atas, hasil penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut: pendidikan Eskatologi dijadikan pedoman dalam mengupas
permasalahan yang berkaitan dengan kematian secara filosofis religius, keberadaan
jiwa serta kelahiran kembali. Kematian merupakan suatu hal yang sangat riil, yang
sangat pasti dihadapi oleh yang lahir. Dengan adanya kematian berarti terpisahnya
antara badan dengan jiwa. Keberadaan akan jiwa tidak hanya mengena pada setelah
kematian namun juga dalam berlangsungnya kehidupan itu sendiri. Yang mana manusia
mempunyai wujud kesatuan antara tubuh dengan jiwanya yang masing-masing tidak

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
1
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
dapat berdiri sendiri dalam kedaulatannya. Keberadaan jiwa setelah kematian sangat
dipengaruhi oleh segala tindakan semasa hidup, yang nantinya menentukan tempat
yang layak bagi jiwa itu sendiri. Serta berpengaruh pula dalam kelahirannya nanti,
dalam bentuk evolusi yang meningkat ataupun menuju kemerosotan. Adanya kelahiran
kembali sebagai proses evolusi disebabkan adanya beban karma yang membelenggu
dalam jiwanya, sehingga diberi kesempatan untuk menikmati dalam kelahiran
berikutnya. Dengan adanya perjalanan jiwa dalam berevolusi, yaitu untuk
meningkatkan kwalitas jiwa tersebut untuk dapat bereinkarnasi ke dalam sebuah
tubuh yang baru dan lebih baik, bahkan tidak terlahir lagi, tetapi menyatu dengan
yang tunggal dan mencapai moksa.

Kata kunci : Eskatologi Hindu, Upanisad-Upanisad Utama.

1. Pendahuluan. Seperti agama Abrahamik lainnya, Islam


Eskatologi berasal dari kata eschalos mengajarkan tentang kelahiran para makhluk
dalam bahasa Yunani yang berarti ‘yang yang telah mati, sebagai salah satu rencana
terakhir’, ‘yang selanjutnya’, dan ‘yang paling penyelesaian dari semua penciptaan Tuhan
jauh’. Secara umum merupakan keyakinan dan kekekalan dari roh-roh para makhluk.
yang berkaitan dengan kejadian-kejadian Bagi orang yang beriman akan di hadiahkan
akhir hidup manusia seperti . Kematian, hari oleh Allah sebuah Surga sementara bagi orang
kiamat, hari berakhirnya dunia, saat akhir yang tidak beriman maka akan dihukum di
sejarah, dan lain-lain. Ketika kata eschalos masukan kedalam Neraka (http://
disandingkan dengan kata logos yang id.wikipedia.org/wiki/Eskatologi_Islam
menjadi eskatologi dalam bahasa Indonesia diakses 2 juni 2009).
berarti ilmu atau pengetahuan tentang hal-hal Lain halnya dalam eskatologi Kristen
akhir, hal-hal pamungkas, atau yang yang secara harfiah berarti wacana atau
menyangkut realitas akhirat sebagai akhir pembicaraan (logos) tentang hal terakhir
kehidupan seperti kematian, kelahiran, (eschaton) atau hal-hal terakhir (eschata).
pengadilan terakhir, serta kiamat sebagai akhir Yang dalam ilustrasinya diberikan sebuah
dunia (Phan, 2005 : 9). gambaran mengenai Yesus Kristus yang wafat
Istilah eskatologi pada saat sekarang dan bangkit kembali, akan datang lagi untuk
ini tentunya banyak yang membicarakan dan menghakimi orang yang masih hidup dan yang
juga tercantum diberbagai agama mengenai sudah meninggal dan bahwa akan ada
eskatologi. Seperti halnya dalam Eskatologi kelahiran badan dan kehidupan kekal. Hal
Islam dinyatakan bahwa ilmu yang yang sistematis dan kritis mengenai
mempelajari tentang al-Qiyâmah “Pengadilan kebenaran-kebenaran tersebut yang disebut
Terakhir”. Eskatologi sangat berhubungan dengan eskatologi (Phan, 2005 : 29).
dengan salah satu aqidah Islam, yaitu Namun dalam eskatologi Hindu,
meyakini hari akhir. pembahasannya tidak jauh dari apa yang

WIDYA WRETTA
2
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
diterangkan dalam eskatologi lainnya, hanya Kematian dan kelahiran kembali adalah
saja penyebutan atau istilahnya saja yang sebuah topik yang sangat menarik perhatian
berbeda. Dalam hal ini mengenai kelahiran bagi banyak orang. Suatu hari atau pada
kembali sering disebut dengan inkarnasi atau kesempatan lainnya semua orang pasti akan
punarbhawa, serta adanya perjalanan dari mengalami sebuah kematian dan kelahiran
jiwa itu sendiri setelah kematian yang banyak kembali. Ancaman kematian membayangi
terdapat dalam teks Upanisad-Upanisad kehidupan semua manusia serta kelahiran
Utama yang hanya terdapat pada bagian merupakan hal yang tidak bisa manusia duga
tertentu saja. kapan awal dan akhirnya.
`Hindu merupakan salah satu agama Maka dari itu penulis ingin
yang ada di dunia yang memiliki latar belakang mengangkat mengenai Pendidikan Eskatologi
sejarah yang sangat unik. Dalam buku Hindu dalam Upanisad-Upanisad Utama,
pengantar agama Hindu untuk perguruan yang tentunya dijadikan pertanyaan oleh setiap
tinggi dijelaskan bahwa kata agama Hindu orang khususnya umat Hindu di Bali. Untuk
berasal dari bahsa Yunani yaitu : Hydros atau mengungkapkan bagaimana peran pendidikan
Hidos sebagai nama untuk menyebutkan eskatolagi dalam kaitannya dengan kelahiran
kebuadayaan atau agama yang berkembang kembali dari jiwatman atau roh manusia itu
dilembah sungai Shindu, Hydros berarti air, dalam sendiri yang terdapat dalam ajaran
Weda air berarti tirtha. Sehingga agama Hindu Upanisad-Upanisad Utama. Berkenaan
di Bali berarti agama tirtha karena dalam setiap dengan hal tersebut, maka permasalahan
pelaksanaan upacara ritualnya menggunakan penelitian ini secara rinci dapat dirumuskan
tirtha (Pudja dalam Arya, 2008 : 11) sebagai berikut : 1). Bagaimanakah
Segala ciptaan Hyang Widhi adalah pandangan para Maha Rsi terhadap
merupakan pancaran kemahakuasaan-Nya keberadaan jiwa?, Bagaimanakah konsep
(Wibbuti). Yang mana wibbuti ini terpancar evolusi jiwa ditransformasikan oleh para
melalui tapa-Nya. Tapa adalah pemusatan Maha Rsi kepada murid-muridnya?
tenaga pikiran yang terkeram hingga 2. Pendidikan Eskatologi Hindu dalam
menimbulkan panas yang memancar. Upanisad–Upanisad Utama
Disebabkan oleh tapa Hyang Widhi terjadilah
Secara umum masyarakat bahwa
dua kekuatan yaitu kekuatan kejiwaan dan
kematian adalah suatu misteri kehidupan yang
kekuatan kebendaan yang dinamai Purusa
telah menyelimuti umat manusia sejak dulu
dan Prakrti (Pradhana). Kedua kekuatan
kala. Namun, bukti nyata atas asal-usul
ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta,
kehadirannya hingga kini masih belum
terjadinya ciptaan ini tidaklah sekaligus
tersingkap. Kematian adalah suatu peristiwa
malahan tahap demi tahap (evolusi), dari yang
yang kerap terjadi di sekeliling kita. Namun
halus kepada yang kasar.
sedikit sekali di antara kita ada yang mau
merenungkannya secara mendalam. Hal

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
3
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
tersebut diakibatkan karena kita sama sekali Yang dimaksud dengan mati adalah hilangnya
tenggelam dalam kenikmatan inderawi. Kita nyawa atau tidak hidup lagi. Orang yang
bahkan melupakan bahwa ada sesuatu yang kehilangan nyawanya mengalami keterpisahan
disebut kematian, kita mengabaikan bahwa antara badan fisik dengan roh (Atma) dimana
yang lahir harus mati (Wiarsana, 2007 : 1). rohnya meninggalkan badan wadag (fisik)
Pada proses evolusi yang terus yang rusak. Dan proses kematian adalah
menerus berlangsung di dunia ini, kita akan runtutan atau proses berpisahnya nyawa
mengalami dan melihat bahwa tidak ada dengan badan fisik. Kematian sama halnya
satupun di antara sekian banyak jenis dengan kelahiran yang merupakan bagian yang
kehidupan yang tidak mengalami ketenangan tak terpisahkan dari hidup. Kematian itu
dan kebahagiaan yang kekal. Semua makhluk adalah dipenuhi oleh kegelapan dan misteri
pasti akan mengalami kematian, tanpa kecuali yang tidak bisa kita ungkapkan.
manusia itu sendiri baik itu yang kaya dan Pengamatan yang dapat dilakukan
miskin, sehat maupun sakit, tiada satu pun mengenai kematian bahwa pengalamannya itu
yang dapat mengelakkan kematian. Yang sendiri bukan merupakan peristiwa yang
sewaktu-waktu dapat menghampiri kita baik menyedihkan dan menakutkan seperti yang
dimasa kanak-kanak, remaja atau dihari tua, biasa digambarkan oleh umum. Memang
kita sama sekali tidak mengetahui tempat dan benar bahwa dalam mendekati kematian
tujuan kita nanti. orang merasa sedih, takut namun dengan
Dengan adanya kematian ini tentunya tibanya kematian rasa sedih berakhir sudah.
yang ditinggalkan hanya mampu Ketakutan kita akan kematian sebenarnya
mengekspresikan rasa duka dengan timbul karena ketidak adanya perspektif,
kesedihan yang mendalam dalam bentuk ketidakmampuan menempatkan kematian
linangan air mata. Menangis merupakan reaksi dalam suatu kerangka yang lebih luas dan
yang universal dalam situasi kematian. mendalam saat kita berusaha untuk
Ekspresi yang emosional tersebut dicurahkan memahaminya. Jika kita telah menjalani hidup
berkenaan dengan hubungan sosial yang dengan benar maka kematian tersebut akan
dibangun semasa hidup. Orang di manapun menjadi suatu fenomena yag sangat indah.
membangun hubungan saling ketergantungan Kebanyakan orang cenderung
yang kompleks dalam tenggang waktu yang menganggap kematian sebagai suatu “mimpi
lama, sehingga hubungan tersebut buruk” yang perlu segera dilupakan.
menghasilkan perasaan kedekatan yang Kematian dipandang sebagai momok
melibatkan cinta, benci, keraguan, perpisahan menakutkan yang layak dihindari, dijauhkan
yang membuat penderitaan dan diorganisasi dari pikiran, bukan sebagai suatu kenyataan
personal. Orang menangis manakala yang patut dihadapi, disadari dengan
hubungan yang melibatkan emosi terputus kematangan batin. Mereka takut
secara mendadak (Subagya, 2000 :116). membayangkan bahwa suatu waktu nanti,

WIDYA WRETTA
4
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
cepat atau lambat, mereka pun tidak terlepas yang bersifat abadi orang yang meninggal tidak
dari cengkeraman kematian. Sesungguhnya, lagi berada di tengah-tengah keluarganya.
perasaan takut terhadap kematian itu jauh lebih Bagi anak cucunya yang ditinggal mau tidak
buruk daripada kematian itu sendiri. Ini mau harus siap menghadapi kehidupan tanpa
menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan. kehadiran orang tua. Dengan sendirinya
Ketakutan terhadap kematian terjadi perubahan pada keluarga yang
memiliki dua sisi, yaitu takut meninggalkan apa ditinggal dalam menyikapi persoalan
yang ada di belakang dan takut menghadapi kehidupan yang akan dihadapi.
apa yang ada di depan. Selain itu kematian Bila keterikatan seseorang terhadap
juga dapat menjadi menakutkan karena sering keluarga yang dicintainya semakin lama
dimulai dengan adanya kesengsaraan. semakin melekat, maka semakin sulitlah ia
Kesengsaraan tersebut merupakan untuk berpisah, yang pada puncaknya ketika
kesengsaraan fisik belaka yang memberi akan meninggalkan dunia ini ia akan merasa
imbas terhadap kesadaran untuk bangkit dan takut karena memikirkan keadaan keluarga
kemudian terjaga dan sadar bahwa kematian tercinta yang akan ditinggalkannya (Wirahaji,
pasti akan membuat keadaan menjadi lebih 2007 : 58-59).
baik. Selain itu ada beberapa faktor lain yang Faktor kekayaan menempati urutan
menyebabkan mansuia takut menghadapi kedua setelah keluarga, setelah memikirkan
kematian antara lain : faktor keluarga, keadaan keluarga manusia memikirkan semua
kekayaan, kekuasaan, kesenangan, dan harta benda, kekayaan yang menjadi miliknya
Awidya dan Ajnana. baik dari warisan maupun dari usahanya
Faktor keluarga, merupakan sendiri. Semua kekayaan itu harus
penyebab utama manusia takut menghadapi ditinggalkannya pada saat kematian, karena
kematian. Keterikatan manusia terhadap semua itu tidak dapat dibawa pada
keluarga atau keturunnya membuat manusia keberadaan berikutnya. Bahaya yang dapat
tidak rela berpisah hanya ingin terus menerus ditimbulkan dari harta, kekayaan terletak
berkumpul. Kasih sayang yang berlebihan pada kekuatan keterikatan inderawi.
pada keluarga terutama kepada anak cucu Keterikatan pada benda-benda duniawi
mengikat seseorang untuk tetap ingin hidup merupakan potensi yang dapat menghancurkan
di dunia ini. Bagaimanapun keluarga adalah hidup manusia. Manusia menjadi lupa akan jati
orang yang paling dekat dengan orang yang dirinya (Wirahaji, 2007 : 63).
akan meninggal. Maka dari itu tidak
terelakkan lagi emosi kekeluargaan akan Faktor kekuasaan, kekuasaan
muncul pada saat itu. sebagai salah satu keterikatan terhadap
duniawi, selain harta dan keluarga. Kekuasaan
Kematian memutuskan komunikasi sering memikat dan membawa kecendrungan
antara orang yang meninggal dengan keluarga manusia untuk meraihnya. Fenomena
yang ditinggal. Sehingga terjadi perpisahan menunjukkan bagaimana orang berbondong-

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
5
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
bondong mengejar kekuasaan, kedudukan adalah seks selalu identik dengan wanita,
atau pun jabatan. Dengan mendapatkan karena sebagai simbol keindahan tersebut.
kedudukan manusia memperoleh berbagai Maka setiap yang indah akan menjadi target
fasilitas serta relasi yang membantu kebutuhan pasar yang selalu dijadikan komoditi yang
hidupnya sampai keturunnya. Manusia yang mampu mendatangkan uang. Itulah sebabnya
serakah menggunakan jabatannya sebagai ada saja orang yang mengumpulkan wanita
kesempatan untuk menimbun kekayaan. dalam suatu tempat dan dijual kepada siapa
Konsekuensinya manusia materialistis, saja yang membutuhkan jasa se “saat” nya
apabila kehilangan kekuasaan berarti (Wirahaji, 2007 : 67-68).
kehilangan segalanya (Wirahaji, 2007 : 66). Awidya dan Ajnana, kegelapan dan
Faktor kesenangan, pesta kehidupan kebodohan menjadi sumber ketakutan
berakhir dengan kematian. Segala macam manusia dalam menghadapi kematian. Setiap
kesenangan, kenikmatan dunia dihentikan oleh orang yang dilahirkan dari Awidya dan
kematian. Tidak ada yang mampu mecegah Ajnana, ketidaktahuannya begitu besar
atau pun membatalkan datangnya kematian, termasuk pengetahuannya terhadap jati
juga tidak satu pun materi yang dapat dipakai dirinya. Dari kondisi demikian manusia mulai
sebagai konsepsi untuk berkompromi dengan belajar dan dapat pelajaran mulai dari
kematian. Bagi manusia yang terjerumus dan lingkungan keluarga sampai pendidikan
terobsesi dengan berbagai kesenangan formal.
duniawi, tentu tidak menerima akan datangnya Awidya dan Ajnana adalah sumber
kematian. segala penderitaan, Awidya dan Ajnana
Pencarian manusia meraih sebagai musuh terbesar manusia. Kualitas
kesenangan bersifat kompleks. Keinginan hidup manusia sangat ditentukan oleh
manusia dikemudikan baik oleh insting seberapa banyak ia dapat mengurangi Awidya
maupun oleh sistem nilai personal. Dorongan dan Ajnana yang melekat padanya.
insting manusia dilewatkan oleh keinginan Pengalaman hidup sehari-hari memperlihatkan
prbadi yang luas dan bersifat berubah-ubah. bahwa mwnghadapi kompleksitas
Ada dua kesenangan yang menonjol yaitu; permasalahan dalam hidupnya. Semakin
seksual dan judi. berpengetahuan seseoarang, maka semakin
Seks adalah kebutuhan manusia yang siap dan bijak melakoni hidup ini (Wirahaji
selalu ada dalam diri setiap manusia dan bisa 2007).
muncul secara tiba-tiba. Seks juga merupakan Mati bagi umat Hindu merupakan
pengungkapan rasa abstrak manusia yang transisi secara bersamaan merupakan akhir
cinta terhadap keindahan. Wanita adalah salah dan awal. Mati adalah seperti tidur dan lahir
satu jenis makhluk Tuhan yang diciptakan seperti bangun dari tidur. Ketika kebenaran
sebagai simbol keindahan. Fenomena yang pokok telah dipahami dan diterima mengenai
sering terjadi dalam masyarakat sekarang ini sifat-sifat jiwa dan lingkaran kelahiran, hidup,

WIDYA WRETTA
6
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kehidupan sesudah mati dan kelahiran kesempurnaan yang dimaksud bukan
kembali, maka semua prasangka dan menghindari kegiatan kerja, melainkan
ketakutan akan kematian akan lenyap. Bagi menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh
orang Hindu, mati adalah pengalaman yang pahala dari kerja tersebut. Hanya dia yang
paling alamiah yang merupakan transisi yang mengetahui Atman atau jiwa yang bisa
cepat dari dunia fisik kedunia astral. terbebas dari belenggu hukum alam ini, dia yang
Mengetahui hal tersebut kematian tidak bisa menguasai nafsunya, tidak
merupakan sebagai sebuah kesempatan mengetahui Atman dan akan selalu terbelenggu
spiritual yang membawa satu level pelepasan oleh hukum alam ini (Ra, 2004 : 4).
yang sulit diperoleh dalam kehidupan yang Dalam ajaran agama Hindu kita
penuh pergolakan dan satu urgensi berupaya mengenal adanya lima keyakinan yang disebut
lebih kuat lagi untuk mencari jiwa yang suci. dengan Panca Sradha. Dalam hal ini mengenai
Bagi leluhur orang Bali kematian adalah salah hukum karma yang selalu ada disekeliling kita.
satu proses kehidupan yang sesungguhnya, Hukum karma adalah hukum sebab akibat
dimana kematian dipandang sebagai proses “apa yang disebar itulah yang dipungut”.
evolusi dari kehidupan kasar menuju ke Nampaknya hal tersebut sudah dipahami dan
kehidupan halus. mudah dimengerti orang, tetapi penerapannya
2.1 Pandangan Para Maha Rsi terhadap pada kehidupan sehari-hari secara terperinci,
Keberadaan Jiwa metode tentang pola kerjanya, cara
menghadapinya dan akibat-akibat yang dicapai
Dalam kehidupan yang semakin sangat sulit. Mudah dalam teori, namun sulit
kompleks ini, manusia dalam hidupnya tidak dalam praktiknya (Ra, 2004 : 4).
bisa menghindarkan diri dari tindakan atau
Pada dasarnya karma ini adalah
kerja, berpikir adalah suatu tindakan atau
hukum, hukum yang kekal, tidak berubah,
kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan
tidak dapat dirusak, hukum yang tidak akan
sebagainya adalah suatu tindakan kerja.
mudah lekang. Persoalan mengenai hukum
Hidup adalah suatu tindakan atau kerja.
inilah yang tidak dengan mudah begitu saja
Orang tidak dapat menghindarinya. Hal
manusia dapat pahami . hanya fenomena
tersebut lebih identik atau mengarah pada kehidupan yang selalu ada dalam benaknya,
pemenuhan akan badani semata, tanpa tanpa sedikitpun berpandangan akan akibat
memikirkan lebih jauh dampak yang akan yang ditimbulkan nanti pada jiwa setelah
ditimbulkan nanti pada jiwa yang telah kematian. Persoalan mengenai keberadaan
menghidupi badan tersebut. akan jiwa di jaman sekarang ini nampaknya
Seperti yang dimaksudkan oleh banyak yang kurang peduli akan hal tersebut.
Krisna bahwasanya, bukan bebas tanpa kerja, Sebelum lebih lanjut membahas
melainkan bebas dari ikatan atau belenggu mengenai keberadaan jiwa, kita tidak bisa
kerja tersebut. Sedangkan kebebasan dan terlepas begitu saja mengenai jiwa itu sendiri.

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
7
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
Ada dua macam jiwa, yaitu jiwa individu atau Agung, jiwa yang tidak terbatas abadi dan
Jiwatman dan jiwa Agung atau Paramatman. tidak mati (Sivananda, 2005 :15-16).
Jiwa individu adalah suatu kesan atau Namun seperti apa yang telah
bayangan dari jiwa Agung. Bagaikan matahari dijabarkan dalam berbagai teks , bahwa
yang tercermin dalam berbagai pot air, begitu pandangan mengenai keberadaan jiwa
halnya dengan jiwa Agung tercermin dalam sangatlah beragam yang menyangkut situasi
pikiran-pikaran berbeda dari orang yang sosial yang variasinya tergantung pada ajaran
berbeda. agama dan kepercayaan yang dianut pada
Jiwa adalah arwah, ia bersifat non- masyarakat saat ini. Namun dalam hal ini
material, ia adalah kecerdasan atau penulis tidak mencantumkan secara umum
kesadaran, ia juga disebut Chaitanya. Ia pembahasan mengenai pandangan tentang
adalah jiwa individu yang meninggalkan badan keberadan jiwa, tetapi mengkhusus dalam
kasar setelah kematian dan pergi ke surga teks Upanisad-Upanisad Utama yang
dengan indera, pikiran, Prana, kesan-kesan, merupakan ajaran dari para Rsi
keinginan dan kecendrungan. Ia dianugrahi Mengkaji lebih jauh tentang
sebuah badan astral yang halus ketika menuju keberadaan jiwa menurut pandangan Para
surga. Bahkan ketika pikiran dihancurkan Maharsi yang lebih menitik beratkan pada
melalui meditasi, jiwa individu menyatukan teks Upanisad-Upanisad Utama yang
diri dengan jiwa Agung atau Paramatman, hanya mengkhusus pada bagian tertentu,
yang disebut dengan tujuan hidup. mengingat teks Upanisad memiliki bagian
Jiwa individu menjadi titik murni yang cukup banyak diantaranya Brhad
setelah melalui idaman, keinginan, ogoisme, Aranyaka Upanisad, Chandogya
kebanggaan, ketamakan, nafsu, kesukaan dan Upanisad, dan Katha Upanisad. Dalam hal
ketidaksukaan. Oleh karena itu ia bersifat ini teks dijadikan sebagai sebuah sistem yang
terbatas, dan dianugrahi pengetahuan terbatas. otonom dengan mengkaitkan sistem
Jiwa Agung tidak terbatas, maha tahu dan pengetahuan tersebut dalam konteks sosial
maha kuasa. Ia adalah perwujuadan dari masyarakat yang bersangkutan.
pengetahuan dan kebahagiaan. Jiwa individu
terikat melalui ketidaktahuan dan unsur Mengungkap tentang keberadaan
tambahan yang membatasi sepeerti pikiran, jiwa sangatlah berkaitan dengan keadaan
badan dan indera. Ia hanyalah merupakan tubuh makhluk, baik dalam hidupnya maupun
penampakan yang bersifat khayal. setelah kematiannya. Karena jiwa dengan
tubuh itu sendiri memiliki hubungan yang
Jiwa yang Agung tidak berbentuk, tak sangat erat. Manusia itu sendiri mempunyai
tergambarkan, memenuhi semua penjuru, tak wujud kesatuan antara tubuh dengan jiwanya
dapat dibagi, tak terhancurkan, tidak terikat yang masing-masing tidak dapat berdiri sendiri
ruang dan waktu. Tidak ada waktu baik siang
dalam kedaulatannya. Ada beberapa
maupun malam. Jadi demikianlah jiwa yang

WIDYA WRETTA
8
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
pandangan akan keberadan jiwa menurut memaparkan sinar manusia adalah jiwa atau
para Rsi sebagai berikut. atma-Nya, sebab dengan jiwa sebagai
2.3 Maharsi Yajnavalkya sinarnya, seseorang dpat duduk, bergerak,
Nama Maharsi Yajnavalkya sagatlah melakukan pekerjaannya dan kembali. Inilah
berhubungan dengan beberapa ajaran pokok pandnagan beliau tentang keberadaan jiwa
dari Upanisad. Ajaran-ajaran beliau dalam tubuh (Radhakrishnan, 2008 :189-19).
berkembang dalam berbagai bentuk dan di Pernyataan beliau mengenai
berbagai tempat, di mana guru dan sisya keberadaan jiwa pada saat kematian, seperti
berembuk dan memberi penjelasan tentang sebuah kereta sarat muatan berjalan terseok-
berbagai masalah. Dalam teks Upanisad- seok, demikianlah jiwa yang ada dalam tubuh
Upanisad Utama pada bagian Brhad yang ditumpangi oleh kecerdasannya
Aranyaka Upanisad, IV dan V Rsi bergerak terseok–seok ketika seseorang
Yajnavalkaya menyatakan bahwa jiwa disebut bernafas dengan susah. Jiwa yang ada dalam
dengan panggilan nama Indha, yang berada tubuh di mana badan halus bergerak antara
pada mata kanan, yang biasa disebut Indra, dunia ini dengan dunia berikutnya sebagai pula
yang tiada lain Indha adalah Atman, yang antara keadaan terjaga dengan keadaan
disamakan dengan diri sendiri yang bersifat fisik. mimpi, melalui kematian dan kelahiran,
Kemudian Viraj terletak pada mata berturut-turut dalam hubungnnya dengan
kiri. Tempat pertemuan antara Indra dan Viraj perpisahannya dengan tubuh dan bagian-
dalam ruang yang berada dalam jantung, bagiannya.
makanan mereka adalah merahnya darah Ketika badan ini menjadi kurus,
yang menggumpal dalam jantung. Jiwa yang karena tua atau karena penyakit, seperti juga
terdiri dari Indha dan viraj, seperti pemakan buah mangga membebaskan dirinya dari
makanan yang lebih halus dari jiwa badani. ikatannya, demikian pula makhluk ini
Dengan kata lain badan halus disuburkan oleh melepaskan diri dari anggota tubuhnya dan
makanan yang lebih halus daripada badan kembali lagi ketempat dari mana dia mulai
kasar. Beliau juga menyatakan badan dalam hidup baru. Bahwasanya orang yang akan
keadaan tidur dengan mimpi, jiwa disamakan meninggal melepaskan dirinya dari badan
dengan badan halus. kasarnya. Dan pergi kembali kepada tempat
Beliau juga menegaskan bahwa jiwa asalnya dengan jalan yang sama ketika dia
merupakan sesuatu yang tidak bisa datang dan di sana dia memproleh tubuh baru
dimengerti, sebab dia tidak pernah untuk memulai hidup baru (Radhakrishnan,
dimengerti. Dia tidak bisa dihancurkan sebab 2008 : 201-202).
dia tidak bisa hancur. Dia tidak terikat sebab Beliau juga menegaskan pada saat
dia tidak pernah mengikatkan dirinya dan dia kematian segala prana dan indera tetap tidak
tidak terbelenggu sebab dia tidak pernah bekerja karena menyertai jiwa yang
menderita atau terluka. Beliau juga meninggalkan badan. Jiwa ditemani oleh udara

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
9
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
vital tertinggi (Mukhya Prana), organ-organ maka dia akan kembali kepada Brahman
dan indera dan pikiran membawa serta (Radhakrishnan, 2006 :203-205).
Avidya, perbuatan baik dan buruk dan Setelah seseorang meninggalkan
kesan-kesan yang ditinggalkan oleh dunia ini, jiwanya pergi ke udara. Udara
keberadaannya sebelumnya, meninggalkan terbuka dengan sendirinya untuk dia disana,
tubuh sebelumnya dan memproleh tubuh yang seperti lobang pada roda kereta. Melalui
baru. Ketika jiwa melewati satu tubuh ke lobang itu dia menuju ke atas. Dia pergi ke
tubuh yang lain ia diselimuti oleh bagian- matahari, disana pun terbuka untuknya seperti
bagian halus dari unsur-unsur yang lubang sebuah lambara. Melalui hal ini dia
merupakan benih-benih tubuh yang baru. terus menuju ke atas, dan dia mencapai bulan
Atman itu sesungguhnya adalah dan sampai pada lubang sebuah genderang,
Brahman yang terdiri dari kecerdasan, dengan lubang inilah dia terus menuju ke atas
pikiran, yang hidup, penglihatan, pendengaran, dan dia menuju dunia yang terbebas dari
bumi, air, angkasa, udara, sinar, dan nafsu. kesedihan, bebas dari salju. Di sana dia
Sesuai dengan bagaimana seseorang bermukim dalam tahun-tahun abadi
bertindak, sesuai dengan bagaimana (Radhakrishnan, 2008 :223).
seseorang berkelakuan, menjadi itulah dia. Demikianlah pandangan Rsi
Pelaku hal-hal yang baik akan menjadi baik, Yajnavalkya tentang keberadaan jiwa, yang
pelaku hal-hal yang jahat akan menjadi jahat. lebih mengarah pada tindakan yang dilakukan
Seseorang menjadi mulia karena tindakan semasa hidup, sehingga berpengaruh besar
yang mulia, buruk karena tindakan buruk. terhadap keadaan jiwa nantinya. Apakah
Bagaimana nafsunya demikian pulalah perbuatan yang baik maupun yang buruk, yang
keinginannya ; bagaimana keinginannya, nantinya akan menentukan akan kembali untuk
begitu pulalah perbuatan yang dilakukan, menikmati hasil yang diperbuat, atupun
tindakan apapun yang dia lakukan, itu pulalah menyatu dengan Brahman dalam tahun-tahun
yang dia peroleh. keabadian.
Obyek kepada hal apa pikiran kita 2.4
terikat, badan halus akan pergi bersama-sama
dengan perbuatan. Menghabiskan semua hasil Dalam Chandogya Upanisad, V Rsi
dari pekerjaan apapun yang telah dia lakukan Uddalaka Aruni memberikan pandangan
di dunia ini, kemudian dia akan kembali lagi tentang keberadaan jiwa, beliau menyatakan
dari dunia itu ke dunia ini untuk memulai wujud yang terlihat pada mata itulah Atman,
perbuatan baru. Inilah orang yang memiliki dialah yang kekal, tanpa takut, itulah Brahman.
nafsu. Tetapi untuk orang yang tanpa nafsu, Sebab semua hal yang dikehendaki akan
yang tersebas dari nafsu, yang nafsunya adalah datang kepadanya yang mengerti akan hal ini,
Atman; nafasnya tidak akan sebab dia membawa semua hal yang
meninggalkannya. Karena dia Brahman dikehendaki. Dia yang mengerti hal ini akan

WIDYA WRETTA
10
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
membawa hal yang dikehendaki. Beliau juga melalui Devayana yaitu jalan penerangan, ia
menegaskan tentang pelaksanaan upacara tidak akan kembali lagi ke dunia material. Tetapi
pembakaran mayat yang akan menuntun sang apabila ia mengarahkan hidupnya dengan
jiwa pada jalan Brahman. Inilah jalan ke arah keinginan-keinginan di luar kebaikan, jiwanya
dewata, jalan kepada Brahman. Mereka pergi melalui Pitrayana, yaitu jalan kegelapan,
yang mengikuti jalan ini tidak akan kembali ke surga dan tetap tinggal di sana sampai
kepada keadaan berupa manusia, dan mereka kebaikannya habis. Lalu ia kembali kedunia
tidak akan kembali. lahir sesuai dengan hakikat umum dari prilaku
Maharsi menerangkan keberadaan hidup sebelumnya (Suamba, 1994 :93-94).
jiwa diawali dengan asal mula kehidupan yang Pandangan beliau tentang keberadaan
diawali dengan yadnya atau kurban. Dari tapa jiwa lebih menekankan pada unsur-unsur
Brahman ini menimbulkan api yadnya yang pembentuk dari jiwa itu sendiri yaitu api yadnya,
menghasilkan elemen-elemen antara lain api dan saat mereka meninggal dia akan di bawa
dan matahari yang akhirnya berubah menjadi kembali pada tempat yang di tentukan pada
kehidupan atau manusia. Hasil dari yadnya api pembakaran mayat. Namun tidak terlepas
ini adalah produksi Soma, yaitu air kehidupan, juga dari segala prilaku serta pengetahuan yang
lalu Soma dituangkan ke dalam Parjanya yaitu dilakukan sebelumnya, yang sangat
kekuatan yang menyebabkan hujan, hasilnya menentukan keberadaan akan jiwanya nanti,
adalah air diatas tanah yang mengahasilkan serta jalan apa yang nantinya di tempuh apakah
makanan. Ketika makanan disuguhkan kepada melalui devayana atau melalui pitrayana.
manusia dan apabila ia mencernanya ia akan Pernyataan beliau sangat sesuai
menghasilkan cairan vital yang disebut Reta. dengan ajaran veda yang menunjukan dua
Apabila Reta memasuki tubuh seorang wanita jalan terbuka untuk diikuti oleh roh yaitu:
maka menghasilkan janin dan selanjutnya devayana dan pitrayana yang satu mengarah
melahirkan anak. Ketika terlahir, di sepanjang ke kosmik Brahmapuram, dan yang lain
hidupnya, dan ketika dia meninggal mereka jalan yang kembali dari Brahmapuram.
membawa dia ke tempat yang telah ditentukan Devayana dilukiskan sebagai jejak sinar
untuk api pembakaran mayat, dari mana dia terang sebagai kendaraan para Dewa,
datang dan dari mana dia bangkit sedangkan pitrayana merupakan batas
(Radhakrishnan, 2008 : 330-332). geraknya ke waktu yang terbatas di
Oleh karena tubuh manusia terdiri dari yamaloka, yang dikenal juga dengan
empat elemen tersebut, maka ia akan hancur sebuatan “rumah kematian”. Ajaran suci Veda
menjadi elemen-elemen tersebut setelah menasihatkan kepada mereka yang telah mati
meninggal dunia. Tentang keberadaan untuk mencoba dan mengambil langkah
jiwanya, sangat bergantung pada prilaku dan pembentukan kembali setelah, tentunya,
pengetahuannya. Apabila ia memperoleh terlebih dahulu mereka membebaskan diri dari
pengetahuan spiritual sejati, ia akan pergi segala bentuk rintangan fisik (Titib, 2006 : 82).

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
11
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
3. Cara Para Maharsi Mentrans- Ini berarti berkarya untuk evolusi manusia.
formasikan Konsep Evolusi Jiwa Dengan adanya evolusi berupa kelahiran
kepada Muridnya kembali yang berjalan sesuai dengan waktu
Kehidupan saat ini ibarat menulis dan hukumnya sendiri. Hal tersebut sangat
permohonan untuk perjalanan kehidupan dipengaruhi oleh karma wesana dari jiwa itu
yang akan datang. Kita bersyukur kalau sendiri.
kehidupan nanti masih bisa menggunakan Hukum karma tidaklah berada di luar
badan manusia, jangan sampai memakai diri individu. Hakimnya bukan berada di luar
badan binatang. Oleh karena itu harus diingat melainkan di dalam. Hukum dimana kebjikan
bahwa semua indrya ini adalah pinjaman dari akan memberikan kemenangan dan perbuatan
Hyang Widhi; termasuk tubuh ini. Sehingga yang jahat akan mendapatkan ganjarannya
kalau kita tidak mampu memelihara “barang” yang merupakan pengungkapan dari hukum
pinjaman ini, maka kita pasti akan diberikan tentang keberadaan kita. Cara kerja karma
badan yang lebih jelek lagi; misalnya badan benar- benar tidak memihak, tidak kejam
binatang atau tumbuh-tumbuhan. maupun pemaaf. Walaupun kita tidak bisa
Menyadari akan hal tersebut sudah melepaskan diri dari bekerjanya azaz, aka
seharusnya manusia memikirkan atas segala nada harapan, karena bila manusia dapat
prilaku dalam hidupnya. Namun kenyataan memutuskan apa yang ingin di perbuat, dia
yang ada bahwa manusia tidak serta merta bisa membuat dirinya menjadi apa yang
peduli akan hal tersebut. Yang sudah diyakini diinginkan.
bahwa segala tindakan yang dilakukan Kepercayaan akan kelahiran kembali
semasa hidupnya akan berpengaruh besar terus bertahan sejak jaman Upanisad. Setelah
terhadap jiwa setelah kematiannya. Jiwa menceritakan tentang pemencaran dari tubuh
adalah Atman yang terbungkus oleh manusia pada saat kematian, mata manusia
Andamaya Kosha dan Vijnanamaya Kosha, kembali pada matahari, nafas kepada angin,
inilah yang pada nantinya akan berinkarnasi, wicara kepada api, pikiran kepada bulan, telinga
lahir berulang- ulang. Disini dibedakan kata kepada ruangan surga, tubuh kepada bumi dan
ber-evolusi yang berarti kemajuan dengan jiwa kepada angkasa, rambut kepada
cepat dan ber-evolusi yang berarti kemajuan pepohonan dan tumbuhan, darah dan bibit
secara perlahan-lahan (Ra, 2008 :12). kepada air. Dalam kebenarannya seeorang
Hukum evolusi mendesak umat akan menjadi baik karena perbuatan baiknya,
manusia untuk maju terus. Maju disini berarti dan menjadi jahat karena perbuatan jahatnya.
makin terealisasikannya sifat Tuhan yang Hidup kita menitiskan sifat kita (Radhakrisnan,
sejatinya bersemayam di dalam manusia. 2008 :78-79).
Manusia berusaha berkarya untuk evolusi Dengan pemaparan yang ada dalam
Tuhan, berarti berkarya untuk rencana Tuhan. Upanisad-Upanisad Utama mengenai
evolusi jiwa yang hanya mengkhususkan pada

WIDYA WRETTA
12
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bagian tertentu saja, mengingat Upanisad tersebut kepada siapa yang mampu
mempunyai banyak bagian, maka ada mengalahkan yang lain dalam perdebatan.
beberapa cara atau metode yang digunakan Maharsi Yajnawalkya lalu maju ke depan,
oleh Maharsi dalam menstransformasikan seorang pendeta tinggi bernama Aswala
ajaran evolusi jiwa kepada muridnya. Metode bertanya, namun dengan sikap tenang beliau
yang digunakan tentunya sangatlah beragam, dapat menjawab dengan tepat. Kemudian
sebab setiap para Maharsi memiliki cara dilanjutkan dengan seorang penanya gadis yang
pandang dan versi yang berbeda-beda dalam bernama Gargi, semua pertanyaan yang di
penyampaian ajarannya tersebut. Adapun lontarkan dapat pula terjawab dengan tepat.
metode yang digunakan dalam penyampain Dengan kenyataan tersebut
ajarannya antara lain sebagai berikut. bahwasanya dalam penyampaian
3.1 Metode Dharma Tula pengetahuanya tersebut beliau menggunakan
Kata Tula berasal dari bahasa teknik tanya jawab, hal tersebut beliau
sansekerta artinya perimbangan, keserupaan, lakukan pada salah seorang muridnya yang
dan bertimbang. Secara harfiah dharma tula bernama Jaratkarawa. Beliau banyak
dapat diartikan dengan bertimbang, memaparkan tentang keberadaan jiwa, serta
berdiskusi atau berembug atau temu wicara tentang kelahiran kembali sebagai proses
tentang ajaran agama Hindu dan Dharma. evolusi jiwa.
Secara tradisional dharma tula itu Maharsi berkata melalui perbuatan
dilaksanakan berkaitan dengan dharma gita. dosa, timbullah dosa dan melalui perbutan
Biasanya untuk memperoleh pemahaman atau bajik, timbulah kebajikan dengan kata lain
pengertian yang lebih jelas dari bagian-bagian sesungguhnya seseorang menjadi baik karena
dharma gita yang mengandung ajaran falsafah. perbutan baik dan menjadi jahat karena
Biasanya seluruh peserta aktif berperan serta berbuat jahat. Dengan adanya perbutan
memberikan ulasan atau membahas apa yang (karma) inilah yag nantinya membawa akibat
menjadi subyek pembicaraan (http:// yang menghasilkan kelahiran kembali
www.parisada.org/index.php?option= (Radhakrishan, 2008 : 162).
com_content&task=view&id=769&Itemid=79). Atma yang berinkarnasi sesuai
Metode dharma tula merupakan dengan sifat dan karmanya, kemudian memilih
metode yang digunakan oleh maharsi tubuh sebagai wujudnya yang kasar (binatang,
Yajnawalkya pada bagian Brhad Aranyaka tumbuhan) atau yang halus (manusia). Dia
Upanisad dalam menyampaikan berbagai menjadi nampak berkeadaan berbeda dari
ajarannya kepada murid-muridnya beliau satu penjelmaan ke penjelmaan berikutnya.
menggunakan teknik berembug atau diskusi. Dengan demikian bahwa karma seseoarang
Teknik yang beliau lakukan terpapar jelas akan mempengaruhi penjelmaannya di
pada saat Raja Janaka melaksanakan upacara kemudian hari. Itulah wejangan Yajnawalkya
kurban. Beliau akan menyarahkan hadiah tentang kelahiran kembali.

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
13
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
3.2 Metode Praktik Langsung serta kelahiran kembali. Teknik yang beliau
Metode praktik langsung merupakan lakukan sangatlah sesuai untuk membedah
suatu proses pendidikan dalam membimbing ajaran yang mengandung falsafah.
peserta didik secara sistematis dan terarah Beliau menjelaskan tentang dua jalan
dengan terlibat langsung dalam bentuk yang terbuka untuk makhluk yang fana, yang
praktik. Metode praktik langsung ini bertujuan bercahaya dan yang gelap, jalan dewata dan
untuk melatih dan meningkatkan kemampuan jalan leluhur. Mereka yang menjalankan
peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan keyakinan dan penebusan dosa akan
yang diperolehnya. Tentunya dengan memasuki jalan yang bercahaya dan tidak
pengalaman nyata yang diperoleh bisa akan kembali kepada lingkaran keberadaan
langsung dirasakan oleh peserta, sehingga manusia. Mereka yang hanya bersifat etis,
dapat memicu kemampuan peserta dalam menjalankan pekerjaan untuk umum, akan
mengembangkan kemampuannya. pergi melalui jalan berasap, bersemayam di
Metode praktik langsung ini sangat dunia leluhur, sampai datang waktunya bagi
sesuai dengan cara maharsi Uddalaka Aruni mereka untuk turun kembali sesuai dengan
dalam memberikan wejangan kepada pahalanya.
muridnya yang bernama Swetaketu dalam Beliau juga menyatakan “Tiga masa
Chandogya Upanisad. Hal tersebut terpapar depan dijelaskan pelaku yajna akan mencapai
dengan jelas bahwa beliau menyampaikan bulan dengan melewati jalan leluhur, dan
pengetahuan halusnya kepada Swetaketu setelah menikmati buah dari perbuatannya,
melalui ilustrasi-ilustrasi dalam wujud mereka akan kembali lagi dengan sisa dari
kebendaan. Ilustrasi tersebut merupakan karma mereka. Yang tidak menjadi pelaku
sesuatu yang riil yang penerapannya bisa di yajna akan langsung menuju kekerajaannya
praktikkan secara langsung. Yama, mereka yang mengambil jalan
Pada saat penyampaian pengetahuannya penerangan akan pergi kepada jalan dewata,
tersebut maharsi menyuruh muridnya untuk dari sini mereka tidak akan kembali lagi”.
mengambilbijibuahberingindanmembagisampai Perbedaan dari kedua jalan ini adalah salah
kelihatan bijinya, biji tersebut kemudian dibagi lagi satu dari dua sistem kebudayaan, jalan
menjadi sekecil-kecilnya sampai tidak tampak perbuatan dan jalan pengetahuan, yang
oleh kasat mata. Selain itu beliau juga menyuruh mempunyai akibat kerohanian yang berbeda.
Swetaketu untuk mengambil garam lalu Serta menjelaskan tentang kelahiran
diletakkan di sebuah wajan yang berisi air. kembali “Mereka yang melakukan perbuatan
Dengan praktik itulah beliau menyampaikan baik di sini akan segera memproleh kelahiran
hakikat dari roh yag halus. Kemudian yang baik, kelahiran sebagai brahman,
Svetaketu banyak mempertanyakan tentang kelahiran sebagai seorang ksatrya atau
keadaaan jiwa, jalan apa yang dilalui oleh jiwa kelahiran sebagai vaisya. Tetapi mereka yang

WIDYA WRETTA
14
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
perbuatannya di sini jahat akan terlahirkan terbatas (http://www.parisada.org/
sebagai anjing, babi atau candela”. Tetapi index.php?option=com_content&task=view&id=769&Itemid=79).
tiada satupun dari jalan ini di mana makhluk Metode dharma wacana ini
kecil itu akan tetap berputar, dilahirkan digunakan oleh Maharsi Samkara pada
kembali dan meninggal. Jalan mereka adalah bagian Katha Upanisad, karena pada bagian
jalan yang ketiga. Dengan jalan ini ternyata ini memakai tema cerita. Dimana beliau
dunia menjadi penuh, kerena itu biarkanlah menceritakan kepada muridnya tentang
seseorang melindungi dirinya (Radhakrishnan, seorang anak Brahmana bernama Naciketa.
2008 : 332-334 ) Beliau menceritakan perjalanan Naciketa
Kelahiran kembali adalah nasib muda, kemudian bagaimana Naciketa dikirim
manusia sampai dia memproleh pengetahuan kepada Batara Yama oleh ayahnya.
yang sesungguhnya. Dengan berbuat Dengan cerita Naciketa dikirim
kebajikan dia membawa evolusinya lebih jauh. kepada Yama inilah beliau menyampaikan
Pahala perbuatan baik adalah berkembang ajaran tentang evolusi jiwa kepada muridnya
dalam lingkungan yang baik. Pahala yang “Dengarkan, aku akan menjelaskan
berkembang dalam hati yang murni adalah kepadamu rahasia Brahman, yang abadi, dan
memproleh visi yang lebih terang dari realitas. juga bagaimana keadaan jiwa setelah
Pengetahuan tentang realitas akan menuntun mencapai kematian”, bahwasanya Sang
kepada pembebasan. Jiwa sebelum Brahmana mengajarkan pengetahuan evolusi
memproleh kelahiran kembali mengalami tersebut melalui percakapan yang sangat
perolehan pahala atas hukuman perbuatannya rahasia, yang diawali dengan keberadaan akan
pada tempat yang tepat (Radhakrishnan, hukum karma, dikatakan bahwa kita terlahir
2008 : 79-80). sesuai dengan perbuatan kita. Bila seseorang
3.3 Metode Dharma Wacana bisa mengertikan dia, sebelum badan terjatuh
Dharma Wacana adalah metode dia akan bebas dari penderitaan, bila tidak
penerangan Agama Hindu yang disampaikan maka memang pantas diberikan tubuh dalam
pada setiap kesempatan Umat Hindu yang dunia ciptaan-Nya.
berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Kemudian beliau melanjutkan ajaran
Kegiatan penerangan semacam ini dimasa lalu tentang “Beberapa jiwa memasuki
disebut Upanisad. Terminologi Upanisad kandungan untuk ditubuhkan; yang lain
atau Upanisad mengandung arti dan sifatnya memasuki obyek-obyek diam sesuai dengan
yang “Rahasia”. Pada masa lalu ajaran perbuatan dan pikiran mereka”. Di sinilah
Upanisad sering dihubungkan dengan hukum karma berlaku bahwa yang terlahir
“Pawisik” yakni ajaran rahasia yang diberikan sesuai dengan segala perbuatan sebelumnya.
oleh seorang guru kerohanian kepada siswa Dan juga beliau menuyatakan bahwa “Mereka
atau muridnya dalam jumlah yang sangat yang sadar ketika yang lain tertidur,

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
15
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
membentuk keinginan demi keinginan, dia tempat tinggal yang lain dan mengenakan
sesungguhnya, adalah murni. Itulah adalah pakaian yang lain untuk dapat
Brahman, itu sesungguhnya disebut yang mengembangkan dan menyadari dengan lebih
abadi. Di dalamnya semua dunia beristirahat baik dari sebelumnya. Dengan pernyataan
dan tiada seorangpun pernah pergi tersebut sudah barang tentu setiap makhluk
melewatinya” (Radhakrishnan, 2008 :495- mengalami evolusi. Evolusi yang terjadi pada
496). setiap makhluk hidup adalah untuk mencapai
kondisi yang lebih baik.
Hukum karma disini berlaku dalam
dunia samsara, dimana perbuatan kita akan Evolusi berjalan menuju tingkatan
menuntun kita ke dalam tempat yang lebih yang lebih tinggi dan bukan suatu
tinggi atau lebih rendah yang sangat kemerosotan ke tingkat yang lebih rendah,
ditentukan pada pengetahuan, kelakuan dan namun hal ini merupakan hukum dan prinsip
perbuatan semasa hidup kita dalam dunia alam pada umumnya. Jiwa yang dilengkapi
waktu atau dengan datangnya evolusi yang sedikit kebaikan dan ketuhanan yang
secara bertahap dari waktu ke waktu. Hukum diperoleh pada kehidupan sebelumnya,
karma disebut juga dengan hukum sebab memasuki kehidupan yang lain guna
akibat. Hukum sebab akibat ini mengatur meningkatkan, mengembangkan dan
segalanya, yang tidak dapat di cegah atau membuat kondisi lebih baik yang sebelumnya
dihentikan. itu (Sivananda, 2005 : 76).

Tuhan tidak menghukum siapapun, Ketika mati, manusia meninggalkan


manusia memetik pahala dari karmanya, ia karmanya perbuatan baik atau buruknya.
memetik panenan kesenangan dari perbuatan Badan kasar mungkin mati dan terurai, tetapi
yang baik. Ia menderita dan mengalami kesan-kesan dari tindakannya tidak mati, ia
kesengsaraan dan penyakit, kehilangan harus mengambil kelahiran lagi untuk
miliknya karena perbuatannya yang tidak baik. menikmati pahala dari tindakan-tindakan ini.
Insting adalah akibat dari pengalaman masa Tidak ada kehidupan yang pertama, karena
lalu. Pengalaman masa lalu dalam kematian ia merupakan pahala dari perbuatan
tetap berada dalam pikiran bawah sadar atau sebelumnya, dan tidak ada juga yang terakhir,
chitta dalam suatu keadaan yang tersembunyi karena perbuatannya harus diperbaiki pada
dan seolah-olah dalam keadaan tidur kehidupan berikutnya. Oleh karena itu
(Sivananda, 2005 : 64). samsara atau keberadaan fenomenal adalah
tanpa awal dan akhir (Sivananda, 2005 : 80).
Suatu hal yang sangat sering di dengar
bahwa tubuh manusia merupakan sebuah Dengan segala kesan yang dibawa
pakaian dan tempat tinggal jiwa yang kekal. oleh sang jiwa ketika meninggalkan badan
Jiwa itu tentunya dapat menghuni kembali kasarnya, maka hal tersebut sangat

WIDYA WRETTA
16
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
menentukan bentuk kehidupan selanjutnya. penelitian ini. Dari analisis yang di lakukan
Kelahiran kelak bagi sang jiwa adalah akibat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1).
dari perbuatan masa lalu, dan teori karma dan Secara filosofis religious pandangan para
reinkarnasi memainkan peran penting dalam maharsi terhadap keberadaan jiwa,
menentukan hal yang sama. Hukum sebab sebenarnya memiliki hakikat yang sama. Pada
akibat. Aksi reaksi berlaku juga dalam kasus intinya keberadaan jiwa di akhirat sangat
hukum karma (Sivananda, 2005 : 87). ditentukan oleh pengetahuannya (vidya),
karakter dan perbuatannya (karma) pada
Gambaran ini merupakan gambaran masa hidupnya. 2). Pemahaman masyarakat
perjalanan roh melalui punarbhawa yang tiada harus dibangun bersarkan kepada sraddha,
habisnya, sampai ketika suatu saat semua kemudian barulah dipergunakan sebuah
beban-beban yang memberatkan sang roh system, atau cara seperti yang digunakan
hilang lenyap, maka ia tidak akan jatuh lagi, oleh maharsi dalam mentransformasikan
tetapi menyatu dengan Hyang Widhi menuju konsep ajaran evolusi jiwa, tentunya juga
moksa. Dengan demikian proses reinkarnasi sangat beragam, disesuaikan dengan seni
akan terus menerus terjadi sampai akhirnya masing-masing. Cara yang digunakan, yaitu
sang jiwa memproleh tempat yang paling dengan metode dharma tula, praktik
sempurna serta manunggalnya dengan yang langsung dan metode dharma wacana.
Agung, sehingga terputusnya pula proses Konsep evolusi jiwa yang dituangkan dalam
evolusi yang selalu ada bagi setiap makhluk, metode dharma tula, diaplikasikan dengan
dalam pencapaian kemanunggalannya. mengadakan diskusi atau tanya jawab. Dan
5.Simpulan metode praktik langsung dilakukan dalam
Pendidikan Eskatologi merupakan bentuk kegitan langsung dengan memberikan
ilmu atau pengetahuan tentang hal-hal akhir contoh yang riil yang bisa dipraktikkan.
atau hal yang menyangkut realitas akhirat Sedangkan metode dharma wacana
sebagai akhir kehidupan dan reinkarnasi. penerapannya dilakukan dengan memberikan
Kematian, keberadaan jiwa di akhirat dan penjelasan dengan cara bercerita.
reikarnasi merupakan hal yang pokok dalam

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
17
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
DAFTAR PUSTAKA Maswinara, I Wayan. 1998. Pesan-Pesan
Upanisad. Surabaya : Paramita.
-, 2008. Apakah Yang Terjadi Pada Kita Jika Panitia Pelaksana Seminar Kesatuan Tafsir
Kita Mati : http://www. Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu
pustakahindu.info/2008/09/10/karma- XV. 2007. Keputusan Seminar
antara-sorga-neraka. Diakses pada Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-
tanggal 6 Mei 2009. Aspek Agama Hindu. Surabaya :
-, 2007. http://pasektangkas.blogspot.com/ Paramita.
2007/12/reinkarnasi-punarbhawa. Pendit, Nyoman S. 2007. Filsafat Hindu
html. Dharma Sad-Darsana Enam Aliran
-, http://id.wikipedia.org/wiki/Reinkarnasi Astika (ortodoks). Denpasar :
-,http://www.parisada.org/index.php? Pustaka Bali Post
option=com_content&task =view&id= Phan. C. Peter. 2005. 101Tanya Jawab
769&Itemid=79 tentang Kematian dalam
Ananta. 2009.http://taksu.wordpress.com/ Kehidupan Kekal. Yogyakarta :
2009/07/23/punarbhawa-atau- Kanisius
samsara/. Diakses pada tanggal 25 Juli Prabhupada, A. C. Bhaktivedanta Sri
2009. Srimad. 2008. Coming Back Kembali
Astara Pri, I Gst Ngurah. 2008. Hakikat Lagi Sains Reinkarnasi. Cet. 5.
Kematian Sebagai Evolusi Jiwa Perpustakaan Nasional Ri : Hanuman
Menurut Ajaran Hindu. Skripsi (tidak Sakti.
diterbitkan). Fakultas Brahma widya Punyatmaja Oka, I. B. 1994. Cilakrama.
institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Cet.2. Parisada Hindu Dharma Pusat
Gulo, W. 2002. Metodelogi Penelitian. Denpasar : Upada Sastra
Jakarta : Grasindo. Ra, Anandas. 2004. Butir-Butir Mutiara
Kamajaya, Gede. 2001. Alam Kehidupan Indah Wacana Bhgawan Sri Sathya
Sesudah Mati. Surabaya : Paramita. Sai Baba Hukum Karma. Surabaya :
Paramita.
Kamajaya, Gede.1999. Hukum Evolusi Roh
(Brahma Cakra). Surabaya : Paramita Ra, Anandas. 2007. Reinkarnasi Hidup
Tidak Pernah Mati. Surabaya :
Keramas, Dewa Md Tantera. 2008. Metode Paramita
Penelitian kwalitatif Dalam Ilmu
Agama Dan Kebudayaan. Surabaya Ra, Anandas. 2008. Evolusi Melalui
: Paramita. Reikarnasi Dan Karma Dari Tuhan

WIDYA WRETTA
18
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Kembali Kepada Tuhan. Surabaya : Hindu Di Bali. Skripsi (tidak
Paramita. diterbitkan) Fakultas Ilmu Agama
Radhakrishnan, S. 2008. Upanisad- Institut Hindu Dharma Denpasar.
Upanisad Utama. Surabaya : Sukanddarramidi. 2006. Metode Penelitian
Paramita. Petunjuk Praktis Untuk Meneliti
Suamba, IB. Pt. 1994. Upanisad dalam Pemula. Ed.1-cet. 3. Jogyakarta :
Cerita dan Dialog. Cet.1. Gadjah Mada University Press.
Perpustakaan Nasional : Upada Sastra. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005.
Subagya, Tri. Y. 205. Menemui Ajal Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.
Etnografi Jawa tantang Kematian. 3 -cet.3. Jakarta : Balai Pustaka.
Cet. 1. Yogyakarta : Kepel Prees. Titib, I Made. 2006. Persepsi Umat Hindu
Snijders, Aldelbert. 2004. Antropologi di Bali Terhadap Svarga, Naraka,
Filsafat Manusia Paradoks Dan Moksa dalam Svargarohanaparva
Seruan. Jogyakarta : Kanisius. Persepektif Kajian Budaya.
Surabaya : Paramita
Sudartha, Tjok Rai. 2008. Tatwa : http://
w w w. s a r a d b a l i . c o m / e d i s i 9 7 / Titib, I Made. 1994. Untaian Ratna Sari
tatwa.htm. Diakses pada tanggal 5 Mei Upanisad. Cet.1. Denpasar : Yayasan
2009. Dharma Naradha

Sudharta, Tjok Rai. 1967. Upadeca Usman, Husaini. 2008. Metodelogi


Tentang Ajaran-Ajaran Agama Penelitian Sosial. Ed. 2-cet. 1. Jakarta
Hindu. Singaraja : Kanwil Dep. Agama : PT. Bumi Aksara.
Provinsi Bali. Wiarsana, I Ketut. 2007. Kematian dan
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Perjalanan Atma dalam Narasi
Kuntitatif, Kualitatif Dan R & D. Kelepasan. Denpasar : Panakom
Bandung : Cv. Alfabeta. Publishing.

Suka Yasa, I Wayan.2004. Brahma Widya Wirahaji, Ida Bagus. 2007. Faktor-Faktor
Dan Kearifan Lokal Dalam Tattwa Yang Menyebabkan Manusia
Jnana. Tesis (tidak diterbitkan) Takut Menghadapi Kematian
Program Magister (S2) Ilmu Agama Menurut Pandangan Sulinggih
Dan Kebudayaan Universitas Hindu Di Denpasar. Tesis (tidak
Indonesia Denpasar. diterbitkan) Program Studi
Magister (S2) Ilmu Agama Dan
Sunarti, Ni Ketut. 1989. Tinjauan Terhadap Kebudayaan Universitas Hindu
Mati Ngulah Pati Dalam Indonesia Denpasar.
Hubungannya Dengan Agama

Pendidikan Eskatologi Sosioreligius


dalam Agama Dan Kebudayaan
19
I Wayan Watra
Ni Kadek Gunaksa
DIMENSI KREATIF DALAM
PEMIKIRAN FILSAFAT INDIA
Oleh :

Sudadi
Abstrak
Secara geografis India sebagian besar dibatasi oleh pegunungan dan samodra
Hindia, yang pada masa lampau mempunyai arti penting untuk pertahanan dari kemungkinan
adanya serangan dari bangsa lain, sehingga mendorong orang India untuk menggunakan
pemikirannya dalam menatap kehidupan masa depan baginya. Keadaan seperti ini sudah barang
tentu mendorong sebagian bangsa India menggunakan kodrat kemanusiaannya yang bebas,
yaitu berupa kebebasan berpikir. Dari kebebasannya menggunakan pikiran tersebut, maka lahirlah
filsafat India yang pada hakekatnya bermasud merenungkan persoalan hidup yang lebih
mendalam. Aktifitas mereka dalam memikirkan persoalan hidup, dipilihnya tempat tempat yang
dianggap bebas dari kebisingan dan kesibukan berbagai aktifitas, seperti pertapaan pertapaan
di hutan belantara dan beberapa asrama yang telah dibuatnya.
Semua sistem filsafat di India berkembang hampir bersamaan dan berdampingan satu
sama lain, serta menampilkan suatu petunjuk buat hidup yang ideal, meskipun hal ini dengan
cara pendekatan yang berbeda beda. Namun demikian pemikiran filsafat suatu bangsa mempunyai
ciri-ciri tersendiri yang merupakan spesifikasi sesuai dengan akar budaya yang melandasinya.
Filsafat India dalam tradisi pemikirannya, mempunyai berbagai macam aliran, yang kadang
kadang antara aliran satu dengan aliran lainnya, mengandung perbedaan bahkan pertentangan,
namun mempunyai tujuan akhir sama, yaitu kelepasan. Filsafat India secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua aliran, yaitu Hinduisme dan Buddhisme.
Bila dikaji secara saksama tentang aliran Hinduisme dan aliran Buddhisme, tampak
sekali perbedaannya, maka sangat kecil kemungkinannya bahwa kedua aliran dimaksud dapat
bersatu. Namun di India kenyataannya tidak demikian, karena keduanya baik aliran Hinduisme
maupun aliran Buddhisme mampu bersatu. Hal itu secara empiris tampaknya bahwa aliran
pemikiran Buddhisme telah lenyap dari India, namun sebenarnya bahwa aliran pemikiran
Buddhisme telah diberi tempat tersendiri dalam aliran pemikiran Hinduisme. Kenyataan ini karena
ada beberapa faktor yang sebagai latar belakangnya sehingga menyebabkan aliran pemikiran
Hindiusme menerima aliran lain seperti aliran Buddhisme. Unsur-unsur aliran Buddhisme yang
dapat diterima oleh aliran pemikiran Hinduisme, yaitu antara lain prinsip cinta kasih. Prinsip
cinta kasih dimaksud, ternyata dapat mengembangkan pedoman perilaku manusia terhadap diri
sendiri, alam semesta, dan terhadap Realitas Tertinggi yang berada di luar diri manusia. Lebih
dari hal itu, kebebasan manusia juga tumbuh, kultus individu mulai turun, dan kesewenang-
wenangan tampak berkurang. Jadi pemikiran filsafat India mempunyai kecenderungan bersifat
spiritual, namun pada kenyataannya tidak mengabaikan sama sekali pada hal hal yang bersiwat
duniawi. Kenyataan ini karena pemikiran filsafat India mempunyai tujuan akhir kelepasan sebagai
kebahagiaan tertinggi, namun juga berusaha memecahkan masalah masalah yang dihadapi
manusia di dunia.

WIDYA WRETTA
20
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
A. Pendahuluan filsafat India yang pada hakekatnya bermasud
Lahirnya suatu hasil pemikiran yang merenungkan persoalan hidup yang lebih
dapat dikatakan sebagai filsafat suatu bangsa, mendalam, dan aktifitas mereka dalam
erat sekali hubungannya dengan kehidupan memikirkan persoalan hidup, dipilihnya
bangsa yang besangkutan, baik yang ada tempat tempat yang dianggap bebas dari
kaitannya dengan keadaan geografis, sosial, kebisingan dan kesibukan berbagai aktifitas,
budaya, ekonomi maupun kepercayaan. seperti pertapaan pertapaan di hutan
Begitu pula dengan timbulnya filsafat India, belantara dan beberapa asrama yang telah
yaitu keadaan geografis di India yang dibuatnya.
beragam, seperti sebagian tanahnya berupa B. Ciri-ciri Filsafat India
dataran dengan sungai sungainya yang besar, Tradisi filsafat India yang
gunung gunung yang di sela selanya terdapat berkembang di India tidak sebanyak seperti
bukit bukit dengan hutannya yang lebat, tanah yang terdapat di Barat. Semua sistem filsafat
kering berupa padang pasir, dan keadaan di India berkembang hampir bersamaan dan
cuaca yang kadang kadang membuat suhu berdampingan satu sama lain, serta
udara antara panas dan dingin perbedaannya menampilkan suatu petunjuk buat hidup yang
sangat mencolok (Ghallab M, 1950: 52). Lain ideal, meskipun hal ini dengan cara
dari itu, secara geografis India sebagian besar pendekatan yang berbeda beda. Namun
dibatasi oleh pegunungan dan samodra Hindia, demikian pemikiran filsafat suatu bangsa
yang pada masa lampau mempunyai arti mempunyai ciri-ciri tersendiri yang merupakan
penting untuk pertahanan dari kemungkinan spesifikasi sesuai dengan akar budaya yang
adanya serangan dari bangsa lain, sehingga melandasinya. Radhakrishnan (1957: XXII –
mendorong orang India untuk menggunakan XXX) menunjuk tujuh ciri yang memberikan
pemikirannya dalam menatap kehidupan masa warna dan sifat hampir seluruh filsafat India.
depan baginya. Ciri ciri filsafat India dimaksud, yaitu:
Bagi sebagian penduduk India yang a. Ciri yang mempunyai motif spiritual, yaitu
tidak semata mata dalam hidupnya cenderung motif yang mewarnai usaha filsafat India
pada persoalan duniawi, hal tersebut di atas maupun hidup pada umumnya. Hal ini
akan memberikan kecenderungan untuk dapat dilihat bahwa semua aliran
memikirkan kehidupan yang lebih tinggi, yaitu mengakui adanya esensi spiritual, kecuali
kehidupan yang didasari pada kerokhanian. aliran materialisme hedonistis yaitu
Keadaan seperti ini sudah barang tentu Carvaka. Jadi dalam hal ini penghayatan
mendorong sebagian bangsa India keagamaan dan agama amat terkait erat
menggunakan kodrat kemanusiaannya yang dengan usaha filsofis dari filsafat.
bebas, yaitu berupa kebebasan berpikir
(Bakker, 1976: 1). Dari kebebasannya b. Ciri filsafat India yang ditandai dengan
menggunakan pikiran tersebut, maka lahirlah sikap introspektif dan pendekatan

Dimensi Kreatif Dalam Pemikiran


Filsafat India
21
Sudadi
terhadap realitas. Dalam hal ini filsafat filsafat India mempunyai tendensi
India dipahami sebagai atmavidya, yaitu introspektif. Kenyataan ini dapat dilihat
pengetahuan akan dirinya. Oleh sebab itu, bahwa tendensi filsafat India, khususnya
perhatian lebih ditekankan pada Hinduisme mengarah kepada monisme
subyektivitas daripada objektivitas, idealis. Hal ini bukan berarti bahwa tidak
sehingga psikologi dan etika dianggap ada dualisme atau pluralisme, dan kalau
lebih penting daripada ilmu pengetahuan memang toh ada dualisme dan pluralisme,
alam atau ilmu pengetahuan positif yang itu telah diresapi oleh ciri monistik yang
tetap menjadi bagian dari kesibukan kuat.
mereka. e. Ciri yang menyatakan bahwa hanya
c. Ciri yang ditandai dengan adanya intuisilah yang diakui mampu memahami
hubungan erat antara hidup dan filsafat. kebenaran tertinggi. Ciri ini bukan berarti
Ciri semacam ini ditemukan dalam setiap bahwa rasio ditolak, hanya saja rasio dan
sistem filsafat India. Dengan demikian, pengetahuan intelektual dianggap tidak
baginya filsafat bukan sekedar sport mencukupi. Oleh sebab itu, kata yang
otak, tetapi merupakan suatu usaha tepat untuk filsafat adalah darsana, yaitu
kebenaran yang dapat membebaskan dari kata dasar “drs” berarti melihat dan
manusia. Jadi, ciri ini adalah suatu bentuk suatu pengalaman intuitif langsung.
pragmatisme, namun bukan berarti f. Ciri yang menerima akan adanya otoritas,
bahwa kebenaran diukur dari sifat meskipun demikian dalam taraf tertentu,
praksisnya, sebab kebenaran itu sendiri sistem filsafat India berbeda beda dalam
dapat membawa keselamatan. Di sini keterikatannya dengan sruti. Hal ini
keselamatan biasanya didekati secara dapat dipahami bahwa tidak satu pun
negatif, yaitu sebagai bebas dari sistem sistem yang ada secara terang
penderitaan, kelahiran kembali dan terangan mengabaikan insight intuitif
sebagainya, namun secara positif bahwa yang diajarkan oleh para guru, seperti
keselamatan dimaksudkan sebagai Upanisad, Budha, atau Mahavira,
pencapaian hidup yang lebih penuh dan kecuali Carvaka.
kebahagiaan abadi. Keselamatan dalam
arti positif dapat terwujud bila jiwa g. Ciri yang menunjukkan adanya tentdensi
mencapai kemurniannya yang semula, untuk mendekati berbagai aspek
atau bila terjadi identifikasi dengan yang pengalaman dan realitas dengan
absolut yaitu bersatu dengan Tuhan, atau pendekatan sintesis. Ciri ini sejaman
juga bila jiwa mencapai eksistensi dengan Rg Veda yang memahami bahwa
abadinya. agama yang benar akan mencakup semua
agama, sehingga “Tuhan itu satu”,
d. Ciri yang membuat filsafat India lebih namun manusia menyebutnya dengan
bersifat idealis, yaitu tampak bahwa banyak nama. Sebagai konskuensinya

WIDYA WRETTA
22
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
yaitu, bahwa agama dan filsafat, memberikan petunjuk maupun bimbingan
pengetahuan dan perbuatan, intuisi dan kepada orang India dalam melaksanakan
pemikiran, Tuhan dan manusia, noumena segala macam kegiatannya.
dan fenomena, semua dipandang sebagai C. Aliran-aliran Filsafat India dan
dan diletakkan dalam suatu harmoni justru Perkembangannya
karena adanya tendensi sintesis ini. Jadi,
visi sintesis ini yang menyebabkan Filsafat India sejak lahir, tumbuh, dan
semua sistem dapat hidup dalam toleransi. perkembangannya memerlukan waktu yang
relatif panjang, yaitu meliputi berabad abad
Filsafat India selain mempunyai ciri ciri lamanya. Filsafat India dalam tradisi
seperti telah disebutkan di atas, juga lahir dari pemikirannya, mempunyai berbagai macam
agama Hindu, sehingga keduanya saling aliran, yang kadang kadang antara aliran satu
melengkapi. Kenyataan ini dapat dipahami, dengan aliran lainnya, mengandung perbedaan
yaitu bila agama tidak menunjukkan bahkan pertentangan, namun mempunyai
dinamikanya, maka muncullah pemikiran tujuan akhir sama, yaitu kelepasan. Filsafat
yang sifatnya filsafati, yaitu berupa kritik untuk India secara garis besar dapat digolongkan
mempertahankan kebenaran. Lebih dari itu, menjadi dua aliran, yaitu Hinduisme dan
apabila agama tidak mampu lagi memenuhi Buddhisme (Radhakrishnan, 1958: 43).
kebutuhan karena adanya perubahan jaman, Hinduisme sering disebut sebagai aliran
maka tampillah tokoh tokoh baru dengan ortodox, dalam arti bahwa pemikirannya
maksud untuk mengadakan perubahan dalam mendasarkan pada otoritas Weda, sedangkan
bidang kerokhanian (Robert C. Zaehner, Buddhisme biasa disebut sebagai aliran
1992: 69). Hal tersebut menunjukkan bahwa heterodox, yaitu suatu aliran yang
filsafat India bersifat kritis, sebab senantiasa pemikirannya tidak mendasarkan pada
mengadakan koreksi terhadap agama. otoritas Weda. Di samping dua aliran tersebut,
Sebaliknya, meskipun agama dan tradisi sosial masih ada aliran heterodox yang lain, yaitu
sangat besar pengaruhnya terhadap rakyat, Jainisme dan Carvaka, namun kedua aliran
namun tidak akan menghambat penyelidikan disebut terakhir ini di India kurang
filsafat, karena orang India mempunyai berkembang dan kurang pengaruhnya.
kebebasan untuk menggunakan pendapatnya.
Di atas juga telah disebutkan bahwa filsafat Filsafat India selain mempunyai aliran
India menekankan pada faktor subjektif, ini aliran seperti disebutkan di atas, masih banyak
berarti bahwa dalam membahas manusianya mempunyai aliran aliran lain, seperti Nyaya
sendiri bermaksud untuk meningkatkan dan Waisesika, Sankhya dan Yoga, Purva
derajat manusia sampai pada tingkat yang Mimamsa, dan Uttara Mimamsa. Meskipun
setinggi tingginya. Jadi, filsafat India dapat demikian, pada bahasan kali ini dengan
mengandung makna sebagai pengatur dalam sengaja hanya akan dikemukakan dua macam
kehidupan manusianya, dan senantiasa dapat aliran pemikiran filsafat India, yaitu Hinduisme
dan Buddhisme, karena beberapa aliran lain

Dimensi Kreatif Dalam Pemikiran


Filsafat India
23
Sudadi
yang lebih kecil, pemikirannya bersumber di dalamnya mencakup aliran aliran
pada Hinduisme atau pun Buddhisme. Tentang agama yang berdasarkan cara pemikiran
aliran Hinduisme dan Buddhisme dapat yang berlainan. Berdasar kenyataan di
dipahami sebagai berikut: atas, aliran Hinduisme sering dikatakan
1. Aliran Hinduisme, yaitu suatu aliran yang mencakup semua agama di India, bahkan
menurut Swami Vivekananda (1946: 1- Buddhisme pun merupakan cabangnya (P.
2) bahwa Hinduisme adalah suatu agama T. Raju, 1971: 31).
di India yang bersifat universal, karena 2. Aliran Buddhisme. Kata Buddhisme
mendasarkan pada kitab Weda. Hal ini berasal dari kata “buddh” yang artinya
dapat dimengerti karena bagi pemeluknya bangun, yaitu bangun dari kesesatan
berkeyakinan bahwa yang termuat dalam (Honig, 1959: 126). Perkembangan arti
kitab Weda adalah mutlak benar, selanjutnya, bahwa Buddha artinya “yang
merupakan wahyu Tuhan, dan Weda sudah dicerahi”, yaitu sebutan bagi tokoh
merupakan kitab yang tiada awal dan rokhani yang pernah menjelma pada
tiada akhir seperti dikatakan oleh pribadi Sidharta. Jadi aliran Buddhisme
Radhakrishnan (1958: 3) sebagai berikut adalah kebangkitan yang merupakan
the Vedas give us abundant reaksi terhadap kebiasaan kebiasaan
information respecting all that is yang berlaku pada zaman Hindu
most interesting in the contemplation khususnya pada zaman Brahmana yang
of antiquity. Aliran Hinduisme dapat berupa upacara keagamaan yang
diibaratkan sebagai rimba raya yang berlebihan. Aliran Buddhisme lahir ketika
penuh pohon-pohon rindang, sebab di di India terjadi kekacauan politik dan
dalamnya terkandung, seperti agama, kegelisahan spiritual, serta tergesernya
bentuk bentuk kultur, mistik, kultus, etika, dasar dasar keagamaan yang lama. Pada
estetika, dan mazab mazab yang dasarnya masa itu menganggap bahwa upacara
filsafat. Dengan demikian barang siapa korban dinilai semakin berbelit belit,
yang ingin mempelajari aliran Hinduisme, sehingga orang menjadi tidak pasti
bila tidak paham betul, akan terjebak terhadap upacara korban yang dimonopoli
dalam aliran rokhani yang rumit, sehingga oleh para pemuka agama. Selain itu
hampir tidak menemukan jalan (Honig, Buddhisme juga merupakan suatu reaksi
1959: 62). Aliran Hinduisme dalam terhadap pemikiran filsafati Upanisad.
pertumbuhan dan perkembangannya, Aliran Buddhisme selain memuat ajaran
telah mengalami perubahan-perubahan, agama dan etika, juga merupakan suatu
baik berupa usaha penyempurnaan sistem filsafat. Aliran Buddhisme
maupun yang menentangnya. Sebagai mempunyai ciri ciri, yaitu (a). Pesimistik,
konsekuensinya, maka dalam Hinduisme artinya bahwa hidup yang merupakan
timbul aliran yang bermacam macam, yang penderitaan dipandang sebagai suatu yang

WIDYA WRETTA
24
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
riil dan eksistensial. Pengertian pesimis di Jepang, Korea, Cina, dan Indonesia.
sini tidak cenderung pada sikap putus asa, Pemikiran filsafat India di negara-negara
sebab terkandung upaya mengatasinya; seperti disebutkan di atas, ternyata juga
(b). Optimistik , artinya bahwa dalam memberi warna pada pemikiran bangsa yang
hidup menolak pada hal hal yang bersifat bersangkutan.
spekulatif, dan mengesampingkan hal hal Bila dikaji secara saksama tentang
yang secara pasti tidak dapat diketahui. aliran Hinduisme dan aliran Buddhisme,
Oleh sebab itu, manusia dalam tampak sekali perbedaannya, maka sangat
membebaskan dari penderitaan, harus kecil kemungkinannya bahwa kedua aliran
bertolak dari fakta kehidupan, bukan dimaksud dapat bersatu. Namun di India
dengan ritual; (c). Pragmatik, artinya kenyataannya tidak demikian, karena
bahwa hidup adalah mengutamakan hal keduanya baik aliran Hinduisme maupun aliran
yang bermanfaat untuk mengatasi Buddhisme mampu bersatu. Hal itu secara
penderitaan. Oleh sebab itu, pengetahuan empiris tampaknya bahwa aliran pemikiran
yang bermanfaat bagi kehidupan sehari- Buddhisme telah lenyap dari India, namun
hari harus dijadikan titik tolak dalam sebenarnya bahwa aliran pemikiran
mencapai kesempurnaan; (d). Saintifik, Buddhisme telah diberi tempat tersendiri
artinya bahwa pengalaman pribadi dalam aliran pemikiran Hinduisme. Kenyataan
digunakan sebagai sarana untuk mencari ini karena ada beberapa faktor yang sebagai
hubungan sebab akibat; (e). Empiristik, latar belakangnya sehingga menyebabkan
artinya bahwa pengalaman pribadi dalam aliran pemikiran Hindiusme menerima aliran
hidupnya dijadikan sebagai sesuatu yang lain seperti aliran Buddhisme.
dianggap benar; (f). Demokratis, artinya
bahwa dalam aliran Buddhisme Faktor-faktor yang menjadi latar
mempunyai paham yang tidak belakang bahwa aliran pemikiran Hinduisme
membedakan status manusia satu dengan menerima aliran aliran lain di India seperti
yang lain dalam kedudukannya di aliran Buddhisme adalah sebagai berikut:
masyarakat; (g). Terapeutik, artinya a. Pandangan aliran Hinduisme menganggap
dalam aliran Buddhisme mempunyai bahwa sistem pandangan yang ada di
pandangan bahwa bagi pengikutnya India dilihat sebagai sesuatu yang saling
senantiasa menyembuhkan penderitaan melengkapi, sehingga hal tersebut
terhadap sesama manusia. memungkinkan adanya suatu
Pemikiran filsafat India tidak hanya kecenderungan pada visi sintesis yang
berkembang di negaranya sendiri, melainkan dapat memungkinkan adanya toleransi
juga sempat berkembang ke negara-negara intelektual dan religius terhadap adanya
lain, seperti Srilangka, Birma, Thailand, perbedaan dengan sistem-sistem yang
Vietnam, Laos, Kamboja, Tibet, Mongolia, lain. Lain dari itu, bahwa aliran Hinduisme

Dimensi Kreatif Dalam Pemikiran


Filsafat India
25
Sudadi
juga bukan merupakan suatu sistem yang Berdasar dari kenyataan di atas,
bersifat doktriner, melainkan memiliki dapat dikatakan bahwa penyatuan antara
cakupan yang luas dan toleran terhadap aliran Hinduisme dan aliran Buddhisme
berbagai pandangan (John Tondowidjojo, membawa angin sejuk bagi masyarakat India,
1983: 18). dan menempatkan harkat maupun martabat
b. Aliran Hinduisme maupun aliran manusia sesuai dengan kodratnya. Untuk
Buddhisme dalam perkembangannya maksud tersebut Nehru dalan Huston Smith
semakin memperlunak perbedaan (1985: 189) berkata bahwa bangsa India
perbedaan yang ada pada keduanya. Oleh adalah bangsa yang sangat toleran dalam
karena itu dengan diterimanya pandangan pemikiran atau filsafatnya, namun sangat tidak
aliran Buddhisme oleh aliran Hinduisme, toleran dalam kehidupan sosialnya.
maka hal itu dianggap sebagai kembalinya D. Selayang Pandang Tentang Dimensi
“anak nakal aliran Hinduisme” (Huston Kreatif Dalam Pemikiran Filsafat
Smith, 1985: 185). India
c. Melihat suramnya perkembangan Proses berpikir kreatif, Arthur Koestler dalam
pengaruh aliran Buddhisme di India, maka bukunya, The Art of Creativity telah
alternatif menyatu dengan aliran mengajukan teori berpikir bisosiatif, yaitu
Hinduisme adalah merupakan suatu sebagai cara melukiskan proses kreativitas.
pilihan yang terbaik, sebab kondisi sosial Jenis berpikir yang kreatif, divergen, dan
dan politik yang tidak memungkinkan imaginatif, yang dibedakan dari berpikir
sebagai akibat pasang surutnya konvergen, logis, dan analitis sebagaimana
pemerintahan di India. menjadi tugas dan fungsi dari masing-masing
Latar belakang seperti telah belahan otak kanan dan kiri, telah
disebutkan di atas itulah yang sebagai dilukiskannya sebagai proses berpikir
penyebab bersatunya antara aliran Hinduisme bisosiatif (Conny R. Semiawan, dkk., 1988:
dan aliran Buddhisme. Unsur-unsur aliran 67). Jadi, kalau bagi berpikir analitis berlaku
Buddhisme yang dapat diterima oleh aliran peraturan yang memungkinkan suatu
pemikiran Hinduisme, yaitu antara lain prinsip pendekatan logis dan vertikal, yang menuju
cinta kasih. Prinsip cinta kasih dimaksud, kepada satu jawaban tunggal atau dapat
ternyata dapat mengembangkan pedoman diramalkan sebelumnya, maka berpikir
perilaku manusia terhadap diri sendiri, alam holistik dan imaginatif merupakan proses
semesta, dan terhadap Realitas Tertinggi yang berpikir kreatif yang mempertimbangkan
berada di luar diri manusia. Lebih dari hal itu, berbagai kemungkinan terutama merupakan
kebebasan manusia juga tumbuh, kultus ciri, tugas, dan fungsi belahan otak kanan,
individu mulai turun, dan kesewenang- Koestler menganggap bahwa dalam proses
wenangan tampak berkurang. berpikir kreatif, pikiran dalam mencari
jawaban terhadap suatu persoalan pada suatu

WIDYA WRETTA
26
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bidang mengembara sepanjang permukaan suatu praktik religius yang lebih berorientasi
bidang itu. Dengan demikian dalam panorama keluar, dan praktik meditasi yoga. Selanjutnya
dimensi kreatif pemikiran filsafat India, pada jaman Brahmana peranan Dewa
sekurang-kurangnya dapat dipahami melalui terdesak oleh korban, namun karena dalam
dimensi-dimensi sebagai berikut: kehidupan keagamaan itu mengharuskan
adanya sesuatu yang diperTuhan, maka
timbullah banyak Dewa baru yang dipandang
1. Dimensi Ontologis. memiliki kasamaan sifat, sehingga muncullah
Ontologi adalah cabang filsafat yang pandangan bahwa segala sesuatu berasal dari
membicarakan tentang yang ada dan yang ada satu asas (monisme). Pada jaman ini yang
ini akan membuahkan pengetahuan manusia, dianggap sebagai sebab pertama dari segala
seperti Tuhan (Surajiyo, 2008: 151). Oleh sesuatu yang ada yaitu Brahman atau
sebab itu, dalam hal ini dimensi ontologis Prajapati. Oleh sebab itu pada jaman
dalam pemikiran filsafat India mengacu pada Brahman yang dianggap sebagai realitas
keberadaan Tuhan, sebab bagi masyarakat tertinggi adalah Brahman atau Prajapati.
India, perihal keyakinan dan ketaatan kepada Perkembangan selanjutnya adalah jaman
Sang Tunggal merupakan dasar, tujuan, dan Upanisads, yaitu merupakan penyempurnaan
jiwa dari pandangan kefilsafatnnya dari Pantheisme, sehingga Brahman dianggap
(Boekhandel Bing Sien, 1939: 30). Hinduisme sebagai asas alam semesta, sedangkan Atman
dalam pemikiran filsafatinya memiliki berbagai merupakan asas hidup manusia. Hal ini juga
macam istilah untuk menyebutnya, seperti ditegaskan oleh Suwandi Sandiwan Brata
untuk menyebut hakekat Realitas Tertinggi (dalam Jelajah Hakikat Pemikiran Timur,
sebagai yang diperTuhan, dan hal tersebut 1993: 23) yang mengatakan bahwa puncak
senada dengan yang dikatakan oleh Lin Yu- penemuannya adalah tersingkapnya sayasca
Tang (1949) bahwa pada dasarnya rakyat ayam purusa yasca ditye sa ekah
India cinta terhadap Tuhan. (Indonesia: dia yang ada dalam manusia dan
dia yang ada dalam matahari adalah satu), dan
Pada jaman Weda Kuno, orang India
bahwa Satyam Brahman (Inggris: the True
menyembah kepada para Dewa, karena
Brahman) adalah ahah (Indonesia: cahaya)
merekalah yang dianggap dapat menolong
di dalam matahari dan aham (Indonesia:
manusia, sehingga Dewa inilah yang sangat
saya) di dalam manusia. Lebih tegasnya oleh
dihormati. Hal senada seperti dikatakan oleh
L. D. Barnett (1913: 27) disebutkan bahwa
Suwandi Sandiwan Brata (dalam Jelajah
Brahman dan Atman adalah sebagai Tuhan
Hakikat Pemikiran Timur, 1993: 22) bahwa
dan Jiwa. Akhirnya, pada jaman bangkitnya
dalam pelacakan peradaban Mahenjo Daro
aliran pemikiran Hinduisme sesudah masa
(th. 4000 SM) disebutkan telah ditemukan
Buddhisme, muncul pula para dewa, namun
semacam pemujaan terhadap dewa dewa,
dari mereka yang ada itu hanya ada satu yang
seperti dewi kesuburan, hal ini merupakan
dianggap tertinggi, sedang yang lain sebagai

Dimensi Kreatif Dalam Pemikiran


Filsafat India
27
Sudadi
penjelmaannya, dan Dewa yang tertinggi permanen. Konsep Buddhisme tentang Tuhan
tersebut disamakan dengan Brahman. perlu disadari bahwa kurang jelas, namun
Brahman dalam hal ini merupakan yang ada, dalam perkembangan selanjutnya ada suatu
yang tak berubah, melampaui ruang dan pengakuan terhadap suatu misteri yang
waktu, asal material dari alam raya maupun terdalam dari suatu keberadaan yang
pelaku penciptaan. menimbulkan rasa segan, takut dan hormat
Sementara aliran pemikiran manusia.
Buddhisme di dalamnya dinyatakan bahwa di 2. Dimensi Epistemologis
dunia ini tidak ada yang tetap, namun dalam Epistemology adalah cabang filsafat
keadaan yang selalu berubah. Oleh sebab itu, yang membicarakan tentang asal muasal,
semuanya serba menjadi dan menghilang lagi, sumber, metode, struktur, dan validitas atau
sehingga hidup ini sebenarnya merupakan kebenaran pengetahuan (Surajiyo, 2008:
penjadian dan peniadaan, dan yang ada 151). Jadi pemikiran filsafat Hinduisme dalam
kemarin bukanlah yang ada sekarang, dan tataran dimensi Epistemologis terkandung
bukan yang ada besok. Teori tentang gerak pemikiran bahwa pengetahuan mempunyai
yang tidak ada henti hentinya itu adalah suatu arti yang sangat penting, karena pengetahuan
kompromi antara dua pandangan yang saling merupakan salah satu jalan untuk mencapai
bertentangan, yaitu yang percaya akan “ada” kelepasan atau kebebasan manusia dari
dan “tidak ada”. Hal tentang menjadi ini dapat penderitaan (samsara) menuju ke alam
dibandingkan dengan di Barat pendapat salah spiritual (Frans Vreede, 1953: 60). Hal ini
seorang filsuf Yunani Kuno, yaitu Herakleitos senada dengan pendapat Thomas F. Michel
yang hidup sekitar tahun 500 SM, yang (1979: 80) yang mengatakan bahwa melalui
mengatakan bahwa “kita ada dan kita tidak pengetahuan manusia akan menempuh jalan
ada”. Pada bentuk paradoks ini Herakleitos yang sangat pendek, tercepat, namun sangat
mengatakan bahwa perubahan merupakan curam, karena memerlukan kombinasi antara
satu satunya kemantapan, seperti dengan kekuatan intelek dengan kekuatan yang
ucapannya “It rests by changing” (Bertens, besarnya luar biasa. Manusia melalui
1987: 43). Oleh karena itu menurut pengetahuannya akan mampu melawan
Herakleitos jika disimpulkan, yaitu tidak ada ketidak tahuannya (awidya), dan lebih
sesuatu pun yang betul betul “ada”, semuanya tepatnya disebut dengan istilah “belum tahu”.
“menjadi”. Jadi sesuatu yang benar itu Ketidak tahuan manusia bukanlah berarti
bukanlah “ada” dan bukan pula “tidak ada” belum tahu terhadap fenomena fenomena
tetapi “menjadi”. Maka dari itu, realitas tidak alam, akan tetapi belum tahu mengenai
disangkal, tetapi realitas itu diberi arti yang hakekat Realitas Tertinggi yang dipandang
lebih dinamik, dalam arti bahwa ada sebagai asas pertama. Jika manusia dapat
perubahan, tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui Realitas Tertinggi, maka mereka
berubah, maksudnya bahwa tidak ada subjek juga akan mengetahui siapakah “aku”, dan

WIDYA WRETTA
28
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bagaimana aka terhadapNya. Akan tetapi perkembangan lebih lanjut bahwa
sebaliknya, bahwa dengan mengetahui anggapannya itu, meskipun menyenangkan,
siapakah aku, maka akan dapat diketahui pula tetapi tidak memuaskan dan tidak
Realitas Tertinggi. Pemikiran seperti memberikan kebahagiaan. Memerka
disebutkan dalam dimensi epistemologi ini, memandang bahwa kenikmatan di dunia ini
dalam filsafat Hinduisme didasarkan pada merupakan nilai duniawi yang sifatnya
suatu anggapan bahwa masalah kejadian alam sekunder, kerena itu dicarinya kenikmatan
semesta dan isimya adalah melalui proses yang lebih tinggi; (b). Dharma, artinya suatu
emanasi (pelimpahan). bentuk realitas yang membuat segala sesuatu
Sedangkan dimensi epistemologi menjadi sebagaimana adanya, atau sesuatu
dalam pemikiran filsafat Buddhisme, yang mengatur alam semesta dalam suatu
disebutkan bahwa pada tubuh manusia tatanan kosmis dan mengatur manusia dalam
terdapat mata, telinga, lidah, hidung, peraba, suatu tatanan moral. Atas dasar arti seperti
dan roh (Fernandes, 1990: 69). Oleh sebab telah disebutkan, maka dharma dipandang
itu unsur unsur yang telah disebutkan itu sebagai suatu “hukum tang abadi” atau
kontak dengan objek objek secara mekanis “hukum yang kekal”. Lebih dari hal itu,
yang kemudian membentuk pengertian atau dharma juga dapat diartikan kejujuran,
gambaran rohani yang disebut pengetahuan. ketulusan hati, tidak merugikan orang lain,
Dan sebagai catatan dalam dimensi kebersihan, kesabaran, dan cinta kasih; (c).
epistemologis pemikiran filsafat Buddhisme Reinkarnasi, artinya adalah suatu
menyebutkan bahwa yang diketahui oleh kepercayaan tentang kelahiran kembali, dan
manusia adalah bersifat sementara. kepercayaan ini diterima oleh semua sistem
filsafat India. Yang dipandang bukan sebagai
3 . Dimensi Aksiologis dogma, melainkan sebagai fakta eksistensi.
Jika dipahami secara dimensi Hidup yang tidak baik dapat juga menuju
aksiologis, maka pemikiran filsafat Hinduisme reinkarnasi, namun ke dalam taraf hidup yang
mengandung beberapa kebenaran yang lebih rendah, akan tetapi sebaliknya yaitu bila
hampir tidak pernah dipermasalahkan, sebab hidupnya baik, maka dapat menuju ke suatu
kebenaran tersebut mempunyai nilai nilai yang eksistensi yang baik pula. Jadi, prinsipnya
sangat urgen, yaitu berupa: (a). Kama, artinya bahwa reinkarnasi didasarkan pada struktur
suatu kenikmatan atau kesenangan duniawi. moral secara alamiah; (d). Karma, artinya
Filsafat Hinduisme secara implisit maupun adalah suatu keyakinan bahwa setiap
eksplisit sama sekali tidak menganggap bahwa perbuatan akan memperoleh akibat sesuai
kenikmatan atau kesenangan di dunia ini dengan perbuatan yang telah dilakukan.
merupakan tujuan tertinggi. Pada awalnya Intinya bahwa karma adalah merupakan
para penganut pamikiran filsafat Hinduisme “penaburan dan panenan” (John
mempunyai anggapan, yaitu bahwa kehidupan Tondowidjojo, 1983: 18). Karma pada
dalam dunia ini menyenangkan, prinsipnya mengandung pengertian bahwa

Dimensi Kreatif Dalam Pemikiran


Filsafat India
29
Sudadi
perbuatan yang telah dilakukan akan 40 mil sebelah selatan pegunungan Himalaya
menentukan bentuk yang akan diambil dalam (Ananda dan Nevedita, 1967: 225);
setiap eksistensi baru. Jadi, karma merupakan (B). Dharma, artinya doktrin yang diberikan
hukum sebab akibat dalam kehidupan oleh Buddha setelah mencapai pencerahan.
manusia, sehingga manusia melalui tingkah Dalam sumber berbahasa Pali disebutkan
lakunya akan menentukan takdirnya sendiri; bahwa doktrin Buddha yang pertama kali
(e). Moksa, artinya sebagai suatu nilai abadi disebut “Catur Arya Satyani” yang artinya
dan ideal spiritual yang tertinggi dalam filsafat empat kebenaran mulia (Y.W.M.
Hinduisme. Jadi, moksa mempunyai Bakker,1976: 1) yang isinya adalah: (1).
pengertian sebagai suatu pembebasan manusia Dukha Satya, artinya hidup dalam segala
dari suatu lingkaran penderitaan yang tiada bentuknya merupakan suatu penderitaan; (2).
henti hentinya, baik dengan jalan yadnya Samudaya Satya, artinya keinginan dan nafsu
(amal), bakti maupun pengetahuan. merupakan sebab dari penderitaan; (3).
Hal di atas berbeda dengan filsafat Nirodha Satya, artinya penderitaan itu dapat
Buddhisme, sebab dalam filsafat Buddhisme dilenyapkan atau dipadamkan; (4). Marga
terdapat doktrin yang mencakup tiga hal yang Satya, artinya adalah untuk melenyapkan atau
disebut Triratna, yaitu: memadamkan penderitaan. Dari uraian tentang
(A). Buddha, artinya tokoh yang berasal dari filsafat Buddhisme di atas, dapat dipahami
suatu asas rokhani yaitu “kebuddhaan” atau bahwa terdapat adanya jalan untuk
tabiat kebuddhaan yang tersembunyi dalam memadamkan penderitaan dengan maksud
diri setiap orang yang menjadi Buddha mencapai kelepasan, yang merupakan tujuan
termasuk Sidharta (Harun Hadiwijono, 1971: akhir dari Buddhisme. Jalan dimaksud harus
54). Atas dasar inilah bagi penganut paham ditempuh dengan “jalan delapan tingkatan”
Buddhisme mempunyai anggapan bahwa atau “jalan bersifat delapan” atau “delapan
Sidharta bukanlah manusia biasa, sebab di jalan tengah”. Isi dari jalan delapan tingkatan
dalam dirinya terdapat “pribadi yang yaitu: (a). Iman yang benar, artinya bahwa
sebenarnya”, yang lepas dari ikatan apapun. orang harus percaya dan mempercayakan
Hal inilah yang menyebabkan Sidharta pembebasan dari penderitaan Triratna (isinya:
merupakan figur mempesonakan berjiwa Budhha, Dharma, Sangha); (b). Niat yang
besar dan berbudi luhur. Lebih dari hal benar, artinya bahwa tanpa niat yang benar,
tersebut bagi Sidharta adalah faktor kualitas manusia tidak akan mampu membuat dan
pribadinya sehingga menyebabkan mengatur usahanya yang sebenarnya; (c).
Buddhisme dapat berpengaruh dan Kata kata yang benar, artinya bahwa
berkembang di India maupun di luar India. manusia harus dapat menjaga atau mengatur
Sidharta yang berbudi luhur dan berjiwa besar lidahnya, yang maksudnya adalah dapat
itu lahir pada kira kira tahun 563 Sebelum dipercaya, ramah, sopan, rendah hati, dan
Masehi di suatu daerah yang terletak sekitar baik hati; (d). Perbuatan yang benar, artinya

WIDYA WRETTA
30
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bahwa tingkah laku manusia harus didasarkan itu bagian yang tidak tampak inilah yang disebut
pada maksud yang suci; (e). Hidup yang jiwa yang tidak dapat mati atau kekal.
benar, artinya bahwa manusia harus Sedangkan pada jaman Upanisad, manusia
mempunyai tujuan yang serasi, selaras, dipandang terdiri dari dua hal juga, namun dua
seimbang dan simultan antara aspek lahir dan hal dimaksud adalah badan jiwa yang mengalir
batin; (f). Usaha yang benar, artinya bahwa dari Brahman (dalam filsafat Barat proses ini
manusia harus disiplin, menentang segala disebut Emanasi). Pendek kata bahwa
macam bentuk kejahatan dan mengutamakan manusia pada hakekatnya adalah Brahman,
kebajikan; (g). Pikiran yang benar, artinya artinya bahwa manusia sebagai mikrokosmos
bahwa bagi manusia kesadaran diri merupakan yang di dalamnya mengandung makrokosmos.
unsur yang penting dalam mencapai kelepasan; Hal senada juga dapat dilihat dalam
(h). Samadhi atau pemusatan pikiran epos Ramayana yang di dalamnya tersirat
yang benar, artinya bahwa manusia dapat bahwa manusia sebagai makluk yang terdiri
mengenal diri sendiri tentang kebenarannya dari jiwa dan raga. Jiwa manusia tidak dapat
melalui meditasi dan samadhi, sehingga melalui mati, dan tidaklah berhenti dari kelahiran
cara demikian kelepasan akan dapat tercapai. kembali adalam arti reinkarnasi, namun untuk
(C). Sangha adalah suatu perkumpulan para kebahagiaannya secara eksistensial adalah di
rahib (imam = bhiksu) yang dipandang dapat Nirwana. Oleh sebab itu ketakutan akan
menciptakan suasana kerokhanian. Peranan kehilangan Nirwana dapat sebagai motivasi
Sangha sangat penting, sebab amat dibutuhkan dan mengatur tingkah laku manusia. Dan yang
dalam Buddhisme merealisasikan ajarannya. perlu diketahui juga bahwa manusia itu tetap
Hal ini ditegaskan pula oleh To Thi Anh (1984: mempunyai rasa ketergantungan, namun
29) bahwa dalam filsafat Buddhisme memuat ketergantungan dimaksud seperti dikatakan
nilai nilai kemasyarakatan yang tinggi, sehingga oleh Suparlan Suhartono (dalam Dasar-dasar
mendorong moralitasnya untuk memberikan Filsafat, 2007: 12), yakni bahwa
sumbangan bagi proses humanisasi di Timur. ketergantungan manusia kepada Sang
4. Dimensi antropologis Pencipta itu bukanlah semata-mata, melainkan
ketergantungan yang ber-keluluasaan.
Pemikiran filsafat India dalam dimensi
antropologis tampak sekali bahwa Lain halnya dengan yang tersirat
pandangannya tentang manusia menyebutkan, dalam epos Mahabarata. Dalam Mahabarata
bila jiwa manusia tidak dapat mati, maka dijelaskan bahwa manusia dipandang sebagai
manusia dalam kehidupannya harus berbuat makluk yang terdiri dari dau hal, yaitu roh dan
baik, agar jiwanya kembali bersamaNya. raga. Hubungan antara roh dan raga adalah
Pada masa Brahmana disebutkan bahwa yang menyebabkan adanya suatu aktivitas,
manusia terdiri dari dua hal, yaitu pertama namun aktivitas itu tetap merupakan milik
adalah bagian yang tampak, dan yang kedua raga, sedangkan roh hanya merupakan
adalah bagian yang tidak tampak, oleh sebab penonton.

Dimensi Kreatif Dalam Pemikiran


Filsafat India
31
Sudadi
Pandangan tentang manusia yang E. Refleksi Pemikiran Filsafat India di
merupakan salah satu keyakinan dalam Era Kontemporer
pemikiran filsafat India adalah pandangan dari Deepak Lal (dalam Helen Hughes,
Bhagavadgita. Bhagavadgita di dalamnya 1992: 269) Guru Besar Ekonomi di University
menyebutkan bahwa manusia terdiri dari jiwa College London yang juga menjabat sebagai
dan raga, namun jiwa seolah olah senantiasa Penasehat Riset Bank Dunia, dan menulis buku
mendapat tekanan dari raga. Oleh karena itu dengan judul The Hindu Equilibrium pada
jiwa selalu mendapat pengaruh dari hal hal tahun 1986, mengatakan bahwa jika pada tahun
yang sifatnya duniawi. Tetapi perlu diketahui 1950an seseorang diminta meramalkan tentang
bahwa dalam Bhagavadgita disebutkan, bila Negara Dunia Ketiga manakah yang sangat
tujuan hidup manusia adalah untuk kembali mungkin untuk memulai revolusi industri dan
ke asalnya yaitu Brahman, maka tujuan mempunyai prospek terbaik pertumbuhan
manusia yang seperti yang tersirat dalam ekonominya, maka pilihannya pasti India,
Bhagavadgita itulah yang senada dengan karena memiliki sarana pendukung, seperti
pandangan dalam filsafat Hinduisme. pasaran domistik yang besar, sumber daya
Berbeda halnya dengan pandang alam yang beragam, dan sistem birokrasi serta
Buddhisme tentang manusia. Buddhisme kepemimpinan politik yang cenderung terikat
memandang bahwa pada manusia ada yang pada pembangunan. Tetapi kenyataannya
tetap, yaitu berupa pribadi, meskipun hal ini menunjukkan hal yang berbeda, dan justru
sifatnya abstrak. Dalam hal ini pribadi manusia hasilnya malah mengecewakan bila dibanding
adalah berupa kelompok “nama dan rupa”, dengan Empat Serangkai di Asia Timur, seperti
yaitu merupakan kelompok bathiniah dan Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Korea
lahiriah yang dapat dibedakan dalam liwa Selatan. Sebagai alasannya adalah faktor
skandha (arti: pengumpulan). Pengumpulan ideologi dan lingkungan, mengapa demikian.
(skandha) yaitu, (a). Rupa (apa yang India memang telah menerapkan
tampak); (b). Wedhana (perasaan); (c). strategi industri berat, yaitu dengan
Sanjna (pengamatan); (d). Samskara melaksanakan kebijakan strategi substitusi
(kehendak); dan (e). Wijnana (kesadaran). impor, tetapi biaya sosial sebagai imbalannya
Kelima hal yang telah disebutkan itu terlalu mahal (Lal Deepak, 1992: 272). Hal
keberadaannya selalu berubah, dan tidak tersebut adalah disebabkan oleh industri berat
merupakan pribadi manusia yang substansial dan teknologi yang relatif besar modalnya,
dan permanen. Manusia dianggap mempunyai sehingga pengangguran dan kemiskinan tidak
aku yang benar ada, dan tampak sebagai dapat diatasi. Lebih lebih dengan adanya
sesuatu yang tetap karena ketidaktahuan prediksi bahwa nanti di awal abad ke 21
(awidya) dari manusia, hal inilah menimbulkan penduduk India mencapai 1 milyard orang, yang
keinginan bagi manusia. berarti peningkatan angkatan kerja dapat
mencapai 420 juta orang (Thee Kian Wie,

WIDYA WRETTA
32
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
1981: 114). Oleh sebab itu sebagai DAFTAR PUSTAKA
konsekuensinya bagi negeri India adalah
menciptakan lapangan kerja yang memadai,
sehingga kemiskinan dan pengangguran dapat Ananda K., Comaraswamy, and Sister
berkurang. Nevedita, 1967, Myth of The Hindus
and Buddhist, New York, Dover
India menyadari akan suramnya Publications
prospek perekonomian negara, maka tampillah
pemikiran baru dari aliran Neo Gandhiiis yang Bakker, Y.W.M., SY., 1976, Filsafat Timur,
ingin kembali kepada cita cita Mahatma Yogyakarta, Institut Filsafat Teologi
Gandhi, yaitu “plain living and high Barnett, L. D., 1913, The Hearth of India,
thingking” (Indonesia: pemikiran yang luhur London, John Murray
dan kehidupan sederhana) dengan paradigma
Bertens, K., Sejarah Filsafat Yunani,
baru. Untuk mewujudkan di India yang
Yogyakarta, Penerbit Kanisius
pemikirannya secara filosofis, yaitu lebih
mengutamakan tujuan spiritual daripada tujuan Boekhandel “Bing Sien”, 1939, India Soetji,
material. Surabaya
F. Kesimpulan Conny R. Semiawan, dkk., 1988, Dimensi
Kreatif Dalam Filsafat Ilmu,
Selayang pandang tentang dimensi
Bandung, Penerbit Remaja Karya
kreatif pemikiran filsafat India menunjukkan
bahwa filsafat India mempunyai kecenderungan Fernandes SVD., Stephanus Oziah, 1990,
bersifat spiritual, namun pada kenyataannya Citra Manusia Budaya Timur dan
tidak mengabaikan sama sekali pada hal hal Barat, Flores, Penerbit Nusa Indah
yang bersiwat duniawi. Kenyataan ini karena Frans Vreede, 1953, A Short Introduction
filsafat India mempunyai tujuan akhir kelepasan to The Essential of Living Hindu
sebagai kebahagiaan tertinggi, namun juga Philosophy, London, Oxford
berusaha memecahkan masalah masalah yang University Press
dihadapi manusia di dunia. Jika dilihat bahwa
Pancasila yang menjadi falsafah bangsa Ghallab, M., 1950, Filsafat Timur, Medan,
Indonesia di dalamnya antara lain terkandung Penerbit Saiful
nilai kerokhanian, maka menunjukkan bahwa Harun Hadiwijono, 1971, Agama Hindu dan
antara filsafat Pancasila dan pemikiran yang Buddha, Jakarta, BPK Gunung Mulia
terkandung dalam filsafat India, bisa ada titik
==============, 1971, Sari Filsafat
singgungnya, meskipun tidak seluruhnya. Titik
India, Jakarta, Badan Penerbit Kristen
singgung dimaksud antara lain adalah adanya
persamaan, yaitu menunjuk pada nilai yang Honig, A. G., 1959, Ilmu Agama, Jakarta,
sifatnya rokhani. Badan Penerbit Kristen

Dimensi Kreatif Dalam Pemikiran


Filsafat India
33
Sudadi
Huston Smith, 1985, The Religions of Man, Robert C. Zaehner, 1992, Kebijaksanaan
Alih Bahasa Saafroedin Bahar: Agama- Dari Timur, Jakarta, Penerbit PT.
agama Manusia, Jakarta, Yayasan Gramedia Pustaka Utama
Obor Indonesia Suparlan Suhartono, 2007, Dasar-dasar
Lal Deepak, 1992, Ideologi dan Filsafat, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media
Industrialisasi di India dan Asia Surajiyo, 2008, Filsafat Ilmu &
Timur. Alih Bahasa Mulyadi, Jakarta, Perkembangannya di Indonesia,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta, PT. Bumi Aksara
Michel, 1979, Pengantar-agama Agama Thee Kian Wie, 1981, Pemerataan
Dunia, Yogyakarta, Institut Filsafat Kemiskinan Ketimpangan, Beberapa
Teologi Pemikiran Tentang Pertumbuhan
Radhakrishnan, Sarvepalli, 1957, A Source Ekonomi, Jakarta, Penerbit Sinar
Book In Indian Philosophy, Hen Harapan
Jersey, Princeton University Press Tondowidjojo, John, 1983, Masalah
Radhakrishnan, 1958, Indian Philosophy, Pandangan Hidup Ketimuran,
New York, The Macmillan Company Surabaya, Sanggar Bina Tama
Raju, P.T., 1970, Introduction to Vivekananda, Swami, 1946, Hinduisme,
Comparative Philosophy, Illinois, Mylapore, Sri Ramakrishna
Racturus Book

WIDYA WRETTA
34
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
PERKEMBANGAN DESA WISATA
DI DESA PAKRAMAN SUMAMPAN, GIANYAR
Oleh:
I WAYAN SUBRATA
KADEK PARSINI
ABSTRAK
Bali dengan wilayah yang sangat sempit, tersedia potensi kepariwisataan
yang sangat besar dengan beraneka ragam keunikan, seperti upacara keagamaan,
adat istiadat, budaya, seni dan keindahan panorama alam serta flora fauna yang
sangat memikat kunjungan wisatawan ke Bali. Perkembangan dunia pariwisata
sudah memasuki daerah-daerah pedesaan. Masing-masing desa sudah mulai
memperkenalkan potensi desanya, salah satunya Desa Pakraman Sumampan.
Dalam hal ini daya tarik yang dimiliki oleh Desa Pakraman Sumampan diantaranya
letak georafis yang strategis, dekat dengan objek wisata dan fasilitas akomodasi
yang cukup memadai. Pengaruh Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Religius
di Desa Adat Sumampan secara tidak langsung mulai berkembang, dikarenakan
perekonomian masyarakat lokal yang mulai mebaik, pelaksanaan kegiatan seni,
budaya, agama pun mengalami peningkatan baik ke arah positif maupun negatif.
Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab permasalahan: (1) Apakah landasan
hukum adanya desa wisata di Desa Pakraman Sumampan?, (2) Bagaimana
pengaruh desa wisata terhadap kehidupan sosial religius masyarakat di Desa
Pakraman Sumampan?, (3) Manfaat apakah yang dirasakan oleh masyarakat
terhadap keberadaan desa wisata di Desa Pakraman Sumampan?. Tujuan Penelitian
ini adalah: (1) Untuk mengetahui landasan hukum adanya desa wisata di Desa
Pakraman Sumampan, (2) Untuk mengetahui pengaruh desa wisata terhadap
kehidupan sosial religius masyarakat di Desa Pakraman Sumampan, (3) Untuk
mengetahui Manfaat apakah yang dirasakan oleh masyarakat terhadap keberadaan
desa wisata di Desa Pakraman Sumampan. Teori yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian ini adalah teori sistem hukum, teori fungsional
struktural, dan teori nilai.
Penelitian ini berbentuk rancangan kualitatif. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik observai, wawancara, dan kepustakaan. Setelah data
terkumpul, data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif interpretative.
Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh simpulan sebagai hasil penelitian
sebagai berikut: 1) Landasan adanya desa wisata di Desa Pakraman Sumampan
Undang-Undang No. 10 pasal 4 dan 5 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, Undang-

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
35
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
Undang Otonomi Daerah No. 22 Tahun 1999 yang menekankan kepada
pembangunan yang lebih difokuskan di daerah pedesaan melalui program PIR
(Pariwisata Inti Rakyat) dibuat oleh Departemen Pariwisata dan mulai dijalankan
pada tahun 2000. 2) Pengaruh desa wisata terhadap kehidupan sosial religius
masyarakat di Desa Pakraman Sumampan yang dapat dirasakan oleh masyarakat
yakni mulai bangkitnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan agama
dalam kemajuan pariwisata. Pariwisata di Bali lebih dominan kepada pariwisata
budaya, adat-istiadat, dan agama. Hal ini terlihat dari antusianisme wisatawan
mancanegara untuk terjun langsung mengikuti upacara yang dilakukan di pura
khususnya di Desa Pakraman Sumampan. 3) Manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat terhadap keberadaan desa wisata di Desa Pakraman Sumampan yaitu:
(1) Manfaat desa wisata terhadap lingkungan, (2) Manfaat desa wisata terhadap
kebudayaan, (3) Manfaat desa wisata dari aspek sosial, dan (4) Manfaat desa
wisata dalam bidang politik.

Kata Kunci : Desa Wisata Sosioreligius

1. Latar Belakang Masalah


Budaya Barat pun sekarang sudah
menjadi hal yang sangat mutlak untuk ditiru
Bali dengan wilayah yang sangat
oleh masyarakat Bali.Ini tercermin dari
sempit, tersedia potensi kepariwisataan yang
keseharian masyarat Bali itu sendiri.Bali
sangat besardengan beraneka ragam
menjadi sebuah daerah yang memiliki banyak
keunikan, seperti upacara keagamaan, adat
kelebihan, baik dari segi kearifan lokal budaya
istiadat, budaya, seni dan keindahan
yang sangat unik dan keadaan alamnya
panorama alam serta flora fauna yang sangat
sehingga mereka tertarik untuk berkunjung ke
memikat kunjungan wisatawan ke Bali. Bali
Bali.Perkembangan pariwisata yang
yang dulu dianggap masih sangat alami dan
menempatkan budaya dan agama Hindu
belum tersentuh dunia luar kini berangsur-
sebagai rohnya menjadi tolak ukur dari semua
angsur sudah mengalami perubahan yang
tindakan, dan bukannya menjual semua yang
signifikan.Bali yang dulu dianggap daerah
ada dengan membabi buta.Pembangunan
yang sangat memegang teguh nilai-nilai luhur
kepariwisataan Bali diharapkan selalu
agama Hindu kini sudah mulai beralih meniru
memperhatikan terpeliharanya seni budaya
budaya barat yang dikatakan lebih
sebagai aset pariwisata.
modern.Ini tidak dapat dipungkiri tentu
sebagai dampak dari perkembangan Peningkatan peran sektor pariwisata
pariwisata yang begitu pesat di Bali. sangat erat kaitannya dengan peluang bagi

WIDYA WRETTA
36
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kemajuan ekonomi dan pembinaan serta diantaranya letak georafis yang strategis,
pengembangan kebudayaan membuka dekat dengan objek wisata danfasilitas
peluang dan prospek yang cukup baik bagi akomodasi yang cukup memadai.
perkembangan desa wisata karena potensi Perkembangan desa wisata di Desa
dan kondisi lingkungan sosial sangat Pakraman Sumampan sudah mulai
mendukung.Dampak positif yang dapat berkembang dari tahun 2008 dan
dirasakan masyarakat dalam bidang ekonomi dicanangkan pada tahun 2011 sebagai desa
adanya peningkatan pendapatan perkapita sadar budaya sampai saat ini.Hal tersebut
masyarakat meningkat.Keuntungan dengan juga diperkuat dengan UU. Otonomi Daerah
adanya objek wisata, dibangun berbagai nomor 22 tahun 1999 yang diberlakukan
kemudahan untuk menjangkau lokasi, seperti mulai tahun 2000 menjelaskan bahwa
pembangunan jalan, transportasi yang lancar, pembangunan akan lebih difokuskan di daerah
penginapan, kios-kios penjual cinderamata pedesaan melalui program PIR (Pariwisata Inti
dan lain-lainnya. Disamping itu akan membuka Rakyat) dibuat oleh Departemen Pariwisata.
wawasan yang lebih mantap bagi masyarakat Pembangunan desa wisata dilakukan untuk
tentang dunia luar, terutama pada daerah optimalisasi pariwisata pedesaan.Demi
domisili wisatawan dan berkembangnya mendukung program pemerintah dalam
konsep tentang globalisasi kebudayaan yang pembangunan maka dijadikanlah Desa
pada hakekatnya akan menyebabkan interaksi Pakraman Sumampan sebagai desa wisata.
dinamis yang sangat mantap antara wisatawan
dengan masyarakat setempat. Perkembangan desa wisata di Desa
Adat Sumampan telah memberikan pengaruh
Seiring dengan perkembangan dunia positif dan negatif terhadap kehidupan sosial
pariwisata yang begitu pesat telah religius masyarakat lokal. Pengaruh positif
mempengaruhi pola hidup masyarakat Bali. yang timbul antara lain: pelestarian budaya,
Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif adat istiadat, cara beryadnya, cara hidup,
maupun negatif .Pengaruh positif bagi kesenian, penyediaan lapangan pekerjaan dan
masyarakat Bali adalah semakin terpenuhinya membangkitkan perekonomian masyarakat
kebutuhan sehari-hari.Pengaruh negatif dari lokal. Sedangkan pengaruh negatifnya antara
perkembangan pariwisata adalah mulai lain: menyempitnya lahan pertanian yang
ditinggalkannya tradisi leluhur yang telah disebabkan oleh keinginan masyarakat yang
memberikan ciri khas dari masyarakat Bali. berbondong-bondong membangun villa atau
Perkembangan dunia pariwisata sudah guest house. Berkembangnya yadnya yang
memasuki daerah-daerah pedesaan.Masing- berlebihan, misalnya: beryadnya sekarang ini
masing desa sudah mulai memperkenalkan lebih mengutamakan kemeriahan dan
potensi desanya, salah satunya Desa kemegahan baik dari segi hiasan rumah,
Pakraman Sumampan.Dalam hal ini daya tarik seragam upacara, hiburan saat upacara,
yang dimiliki oleh Desa Pakraman Sumampan makanan minuman,dsb.

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
37
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
Sehubungan dengan perkembangan Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali yang
desa wisata di Desa Adat Sumampan, secara memiliki potensi sumber daya alam dan
umum kebudayaan-kebudayaan, adat sumber daya manusia maupun Kelembagaan
istiadat, agama dan seni yang diwariskan yang ditunjang sarana prasarana yang ada,
nenek moyangnya masih terjaga cukup mendukung dalam rangka program
kelestariannya, walaupun sudah berbaur pembangunan.
dengan budaya asing namun kebudayaan asli 2.1 Sejarah Singkat Desa Pakraman
masyarakat tersebut masih rutin dilakukan Sumampan
oleh masyarakat setempat.
Desa adat Sumampan diperkirakan
Penulis membahas tentang Pengaruh sudah ada sejak kepemerintahan Dalem
Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Bedahulu yang bernama” Sri Arta Sura
Religius di Desa Adat Sumampan pada Ratnabhumi Banten” (Sri Gajah Wktra ) tahun
penelitian ini karena semenjak adanya desa 1246 atau 1342 masehi.Dari zaman dahulu
wisata di Desa Adat Sumampan kehidupan sungai Petanu dinamakan daerah “Karurak”
sosial religiusnya secara tidak langsung mulai di selatan Desa Karurak Desa “Wanasari” dan
berkembang, dikarenakan perekonomian sekarang dinamakan daerah Kemenuh semua
masyarakat lokal yang mulai mebaik, daerah tersebut bernama Desa Sumampan,
pelaksanaan kegiatan seni, budaya, agama Tengkulak, sampai daerah Batur dikuasai oleh
pun mengalami peningkatan baik ke arah Dalem Sukawati yang bernama Ida I Dewa
positif maupun negatif. Berdasarkan hal Agung Anom Sirikan, tahun 1764 atau tahun
tersebut, penulis ingin mengkaji Pengaruh 1864 masehi.
Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial
Religius di Desa Adat Sumampan. Dari uraian Ida I Dewa Agung Anom Sirikan
di atas dapat dikemukakan rumusan Rumusan mempunyai tiga anak laki-laki, yang pertama
Masalah sebagai berikut: 1). Apakah landasan bernama Ida I Dewa Agung Jambe yang
hukum adanya desa wisata di Desa tinggal di Puri Guwang, yang kedu abernama
Pakraman Sumampan? 2). Bagaimana Ida I Dewa Agung Karna yang tinggal di Puri
pengaruh desa wisata terhadap kehidupan Ketewel, yang paling kecil Ida I Dewa Agung
sosial religius masyarakat di Desa Pakraman Gede yang tinggal di Puri Timbul (Puri
Sumampan? 3). Manfaat apakah yang Sukawati), tahun 1768 atau tahun 1864
dirasakan oleh masyarakat terhadap masehi Ida I Dewa Agung Gede yang di Puri
keberadaan desa wisata di Desa Pakraman Timbul mempunyai tiga putra, yang pertama
Sumampan? bernama Ida I Dewa Agung Gede Sukawati
yang tinggal di Puri Timbul (Puri Sukawati),
2. G ambaran Umum Lokasi Penelitian putra kedua bernama Ida I Dewa Agung Panji
Desa Pakraman Sumampan yang tinggal di Puri Peliatan, yang paling kecil
termasuk wilayah Kecamatan Sukawati, bernama Ida I Dewa Agung Gede Karang

WIDYA WRETTA
38
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Puri di Negara Batuan tahun 1783 atau tahun Desa Adat Sumampan, yang sekarang
1861 masehi. ditetapkan dengan nama Desa Adat
Dari Tahun 1783 sebenarnya sungai Sumampan.
Petanu dibagi menjadi dua yaitu: dari tepi laut 2.3 Letak Geografis
Gumicik sampai wilayah Medahan yang Desa Pakraman Sumampan dengan
dikuasai oleh Ida I Dewa Agung Karang yang posisi memanjang dari selatan keutara dengan
tinggal di Puri Negara Batuan Disisinya luaas 4,5 km2 adalah salah satu Desa dari 12
dibatasi oleh sungai Petanu, disisi selatan (dua belas) Desa di Kecamatan Sukawati,
dibatasi oleh Sungai Ayung. Ida I Dewa Agung Kabupaten Gianyar dengan batas-batas
Panji yang tinggal di Puri Peliatan menguasai sebagai berikut :
dari Desa Sumampan, Batu sepih sampai
kedaerah Batur, batas di sisi utara sungai -Sebelah Utara : Desa Peliatan
Petanu batas disisi selatan Sungai Ayung, -SebelahTimur : Sungai Petanu Desa
tahun 1812 atau tahun 1890 masehi dan Blahbatuh
berubah menjadi batu yaitu Ida I Dewa Agung -Sebelah Selatan : Desa Sukawati, Desa
Negara yang bernama Ida Cokorda Oka Batuan Kaler
Karang kepada Ida Cokorda Gede Sukawati -Sebelah Barat : Desa Mas
yang tinggal di Puri Peliatan. Dengan luas wilayah 734 Ha walaupun
Pada Tanggal 30 Agustus 1890 Puri alih fungsi lahan pertanian sangat marak tetapi
Peliatan diserang oleh Puri Negara, tempat luas lahan pertanian yang terhampar sebagai
perang di sawah subak “penambenan” dan lahan hujan masih 250 ha, lahan pertanian
akhirnya kalah Ida Cokorda Gede Sukawati tersebut terbagi kedalam 14 (empat belas
di Subak Penambenan , Semenjak Ida subak) di Kecamatan Sukawati seperti :
Cokorda Sukawati menjadi inget Ida 1. Subak Tegenungan
Cokorda Karang dikutuk menjadi prasda 2. Subak Wasan Desa Kemenuh
Ida diserang oleh pasukan Peliatan dan 3. Subak Uma Jero Kemenuh
akhirnya Ida meninggal di Penambenan. 4. Subak Pengiyangan
Tanggal 18 Januari 1891 masehi Puri Negara 5. Subak Gunung Sari
diserang dan dibakar oleh pasukan Peliatan 6.Subak Tebe
sebagai akhir pasukan Peliatan Ida Cokorda 7.Subak Alas
Gede saking Puri Ubud. Jadi wilayah yang 8.Subak Enggong
dikuasai oleh Puri Negara diambil alih oleh 9.Subak Tengkulak
Ida Cokorda Puri Peliatan disaat itulah 10.Subak Gandalangu
dijadikan satu jagat Medahan dijagat 11.Subak Bedulu
Sumampan dan Batu Sapih dan dijadikan satu 12.Subak Sekembang
Desa Adat yang bernama Desa Adat 13.Subak Kemenuh
Sumampan sampai sekarang, yang dinamakan 14. Subak Babakan Kepuh

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
39
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
Dari 734 ha luas wilayah Desa Di Desa Pakraman Sumampan tidak
Pakraman Sumampan dibagi kedalam ada hutan dan perkebunan yang dikelola dalam
penggunaan lahan sebagai berikut : skala kecil (pohon jati, kakao, kelapa) masih
- Tanah Persawahan : 250 ha ada sebagai hak milik orang lokal
Sumampan.Secara geografis Desa
- Pemukiman : 74,965 ha
Pakraman Sumampan termasuk daerah
- Tegalan : 235,9 ha dataran rendah dengan ketinggian antara 15-
- Tempat Suci (Pura) : 48,97 ha 20 meter diatas permukaan laut. Beriklim
trofis dengan temperature 31 º C dan 33 °C
-Kuburan : 3,601 ha
dan sepanjang tahun 2013 dengan curah hujan
-Dan Fasilitas Umum Lainnya : 120,564 ha 121.7 ml dengan puncak penghujan antar
bulan Desember - Maret setiap tahun, dengan
kemiringan antara 1-20 kearah Selatan.
Tabel 1
Desa Pakraman Sumampan terletak
Luas Tanah dalam Wilayah Desa
di tengah-tengah Kabupaten Gianyar dan di
Pakraman Sumampan
sebelah selatan Kota Madya Denpasar dan
sebagai gerbang barat Kabupaten Gianyar
\ menuju Bali Timur, Tengah dan Utara memiliki
jarak ke pusat-pusat pemerintahan dan
kawasan wisata sebagai berikut :
- Jarak Desa Pakraman Sumampan ke
Kota Kecamatan : 5 Km
- Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke
Kabupaten : 10 Km
- Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke
Sumber: Desa Sumampan, 2013
Kota Provinsi : 25 Km
Berdasarkan data di atas, diketahui
- Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke
bahwa luas wilayah di Desa Pakraman
Kawasan Kuta : 20 Km
Sumampan untuk tanah persawahan atau
lahan pertanian mencapai 250ha yang masih - Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke
produktif guna memenuhi kebutuhan dalam Bandara Ngurah Rai: 22 Km
pangan.Sedangkan lahan untuk permukiman, - Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke
dan tegalan luasnya berada dibawah lahan Nusa Dua : 35 Km
pertanian sehingga mendukung program - Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke
pemerintah untuk program pertanian. Ubud : 5 Km

WIDYA WRETTA
40
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
- Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke Tabel 2
Sanur : 25 Km Keadaan Penduduk Menurut Umur
Berdasarkan jarak tempat seperti
di atas dan ditunjang dengan kualitas jalan
serta modal transportasi yang memadai
adalah peluang yang sangat besar untuk
Sumampan memacu kegiatan
pembangunannya.
2.4. Kependudukan, Pendidikan dan
Mata Pencaharian
Penduduk memiliki pengaruh yang
sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan pembangunan, sehingga
penduduk merupakan sumber daya sebagai
salah satu faktor penentu pembangunan,
berhasil tidaknya pembangunan tersebut
tergantung dari kwalitas sumber daya
Sumber: Desa Sumampan, 2013
manusia masing-masing desa.
Penduduk berdasarkan gender
pada tahun 2013 adalah 4702 orang laki- Berdasarkan data di atas,
laki dan 4606 orang perempuan. Pada tahun diketahui bahwa keadaan penduduk
2013 menjadi 9308 orang dan pada tahun menurut umur di Desa Pakraman
2014 laki-laki 4917 orang dan 4822 orang Sumampan usia 15-56 Tahun merupakan
wanita, yang jumlahnya 9739 itu artinya warga atau karma yang aktif dalam
telah terjadi peningkatan dengan kenaikan kegiatan baik untuk desa pakraman serta
yaitu 431 orang atau 4,6 %. untuk kegiatan yang lain dalam kegiatan
untuk mewakili dalam kegiatan sosial
Jumlah Kepala Keluarga di Desa lainnya. Sedangkan usia 0-12 Bulan berada
Pakraman Sumampan tahun 2013 : 1861 paling rendah namun demikian tingkat
KK sedangkan tahun 2014 berjumlah 1964 kesehatan balita sangat diperhatikan
KK, dengan rata-rata setiap keluarga dihuni dengan adanya kegiatan posyandu.
oleh 5 orang. 126,8 jiwa/km2 (setiap
kilometer persegi) tahun 2013, dan 133 jiwa/
km2 pada tahun 2014.

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
41
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
Tabel 3 Tabel 4
Keadaan Penduduk Menurut Keadaan Penduduk Menurut Mata
Pendidikan Pencaharian

Sumber: Desa Sumampan, 2013

Berdasarkan data di atas,


diketahui bahwa penduduk menurut
tingkat pendidikan di Desa Pakraman
Sumampan jenjang pendidikan penduduk
sebagain besar hanya sampai pada jenjang Sumber: Desa Sumampan, 2013
SLTA. Selain itu, jumlah penduduk yang Berdasarkan data di atas, diketahui
hanya menyelesaikan sampai jenjang SD bahwa mata pencaharian penduduk di Desa
maupun SLTP lebih sedikit.Lulusan Pakraman Sumampan sebagian besar adalah
Perguruan Tinggi mencapai jumlah 10 bermata pencaharian sebagai petani.
orang. Sedangkan pekerjaan penduduk lainnya
pegawai Koperasi, Bank dan karyawan
swasta lainnya.

WIDYA WRETTA
42
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.5 Landasan Adanya Desa Wisata di hingga pada saat itu Desa Pakraman
Desa Pakraman Sumampan Sumampan diakui keberadaan pariwisata oleh
Di era yang semakin maju semakin provinsi Bali.Desa Pakraman Sumampan yang
pula banyak cara dan strategi untuk awalnya menjadi tujuan wisata berubah
mengangkat potensi wisata di suatu daerah. menjadi desa wisata sampai saat
Masing-masing daerah memiliki kekhasan atau ini.Berkembangnya desa wisata di Desa
penonjolan karakteristik alam maupun sosio Pakraman Sumampan juga berimbas kepada
kultural dan aspek lainnya.Desa memiliki ekonomi masyarakat menjadi lebih baik
segudang potensi yang bisa diangkat menjadi karena antusias masyarakat dalam
komoditas dan dipoles dengan manajemen menyambut perubahan sangat tinggi dan
strategi yang tepat untuk menjadi desa wisata. dorongan untuk memajukan Desa Pakraman
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Sumampan agar dikenal oleh dunia menjadi
kepariwisataan berbunyi Pariwisata adalah kenyataan.Ketut Lasia (Wawancara, 10
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung Agustus 2016).
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang Sesuai dengan Undang-Undang
disediakan masyarakat, pengusaha, Tahun 2009 Pasal 4, kepariwisataan bertujuan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk:
.Landasan desa wisata yang diperkuat dengan a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
dikeluarkannya Undang-Undang No 10 b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
Tahun 2009 tentang kepariwisataan c. menghapus kemiskinan;
menjadikan Desa Pakraman Sumampan d. mengatasi pengangguran;
mampu bersaing dengan desa yang lainnya. e. melestarikan alam, lingkungan, dan
Ketut Karsana (Wawancara, 19 Juli 2016). sumber daya;
Perkembangan desa wisata di Desa f. memajukan kebudayaan;
Pakraman Sumampan juga diperkuat dengan g. mengangkat citra bangsa;
dikeluarkannya Undang-Undang Otonomi h. memupuk rasa cinta tanah air;
Daerah No. 22 Tahun 1999 yang i. memperkukuh jati diri dan kesatuan
menekankan kepada pembangunan yang bangsa; dan
lebih difokuskan di daerah pedesaan melalui j. mempererat persahabatan antarbangsa.
program PIR (Pariwisata Inti Rakyat) dibuat Tujuan pariwisata sesuai dengan
oleh Departemen Pariwisata dan mulai Undang-Undang No. 10 Tahun2009 Pasal
dijalankan pada tahun 2000. Dulunya Desa 4 secara tidak langsung sudah diterapkan oleh
Pakraman Sumampan merupakan tujuan Desa Pakraman Sumampan untuk memajukan
wisata, karena adanya Pokdarwis (kelompok desa khususnya dalam bidang kepariwisataan.
desa wisata) yang diketuai oleh Bapak Sila, Karena komitmen yang dimiliki oleh Desa
Desa Pakraman Sumampan mengikuti lomba Pakraman Sumampan sangat tinggi dalam
dan berhasil meraih juara I di tingkat Nasional, menyamakan pendapat, persepsi dan

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
43
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
mengangkat potensi desa guna dijadikan desa keutuhan Negara Kesatuan Republik
wisata maka komitmen itulah yang menjadi Indonesia.
dukungan terkuat untuk terwujudnya dan Desa Wisata merupakan suatu
keberlangsungnya desa wisata. Komitmen bentuk intergrasi antara atraksi akomodasi
yang sangat kuat yang dimiliki oleh Desa dan fasilitas pendukung yang tersaji dalam
Pakraman Sumampan mampu menggandeng suatu struktur kehidupan masyarakat yang
Pemerintah Daerah dan pihak swasta dalam menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
memajukan pariwisata di Desa Pakraman berlaku (Nuryanti, 1993: 2-3). Desa wisata
Sumampan. Ketut Lasia (Wawancara, 25 Juli juga dapat dimaknai sebagai suatu kawasan
2016) pedesaan yang menawarkan keseluruhan
Dan Undang-Undang No 10 Tahun suasana mencerminkan keaslian pedesaan
2009 Pasal 5 tentang prinsip diseleng- baik dari kehidupan sosial religius, sosial
garakannya kepariwisataan berbunyi: ekonomi, sosial budaya, adat istiadat,
keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan
a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai
struktur tata ruang desa yang khas, atau
budaya sebagai pengejawantahan dari
kegiatan perekonomian yang unik dan menarik
konsep hidup dalam keseimbangan
serta mempunyai potensi untuk
hubungan antara manusia dan Tuhan Yang
dikembangkannya berbagai komponen
Maha Esa, hubungan antara manusia dan
kepariwisataan.
sesama manusia, dan hubungan antara
manusia dan lingkungan; Undang-Undang No 10 Tahun 2009
b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, Pasal 5 tentang prinsip diselenggarakannya
keragaman budaya, dan kearifan lokal; kepariwisataan sesuai dengan Konsep Tri
c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan Hita Karana dalam ajaran agama Hindu.
rakyat,keadilan, kesetaraan, Konsep Tri Hita Karana merupakan
dan proporsionalitas; hubungan yang harmonis antara manusia
d. Memelihara kelestarian alam dan dengan Sang Pencipta (Parhyangan),
lingkungan hidup; hubungan harmonis antara manusia dengan
e. Memberdayakan masyarakat setempat; manusia (pawongan) dan hubungan harmonis
f. Menjamin keterpaduan antarsektor, antara manusia dengan lingkungan
antardaerah, antar pusat dan daerah yang (palemahan).Hubungan yang harmonis
merupakan satu kesatuan sistemik dalam antara manusia dengan Sang Pencipta
kerangka otonomi daerah, serta diwujudkan dalam kegiatan religius di Desa
keterpaduan antar pemangku Pakraman Sumampan seperti melakukan
kepentingan; persembahyangan purnama tilem di pura-
g. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia pura, melaksanakan odalan, menjalankan
dan kesepakatan internasional dalam tradisi ngedeblagsetiap sasih ke-5sebagai
bidang pariwisata; dan. memperkukuh ciri khas desa dan perayaan hari-hari besar

WIDYA WRETTA
44
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
agama Hindu. Hubungan harmonis antara jika desa tersebut memiliki peninggalan-
manusia dengan manusia diwujudkan dalam peninggalan yang mempunyai nilai sejarah
sikap sosial di masyarakat yang mampu yang tinggi atau situs sejarah/prasejarah bisa
meningkatkan Sumber daya manusia (SDM) menjadi tujuan wisata sejarah desa. Bahkan
yang lebih baik.Hubungan yang harmonis jika desa itu memiliki keunggulan hasil bumi
antara manusia dengan lingkungan dapat atau hasil laut misalnya pertanian, perkebunan,
dilihat dari penataan ruang di Desa Pakraman perikanan dan lain-lain (contoh wisata petik
Sumampan yang hijau dan asri yang menjadi apel, petik strawberry, petik tomat, cabai dan
daya tarik wisatawan asing datang ke Desa sayuran lain). Dunia wisata dalam kekinian
Pakraman Sumampan. Lingkungan yang asri banyak mengalami perkembangan yang
dan hijau merupakan aset utama dalam cukup signifikan.Apapun bisa dijadikan wisata
pembangunan desa wisata, sehingga Desa yang mendatangkan keuntungan ekonomi bagi
Pakraman Sumampan sadar akan kebersihan warga sekitar, asal jeli melihat dan
dan penataan lingkungan. Desa Pakraman memanfaatkan peluang.Sunarta (Wawancara,
Sumampan juga membentuk bank sampah 19 Juli 2016).
yang bertujuan mengurangi sampah plastik
Di dalam pengembangan suatu desa
demi terwujudnya Desa Pakraman
menjadi desa wisata, disamping identifikasi
Sumampan clean and green. Nyoman
terhadap unsur-unsur yang ada di desa,
Parwata (wawancara, 25 Juli 2016).
penentuan desa wisata juga harus diimbangi
dengan pemahaman karakteristik serta
2.6 Pengaruh Desa Wisata Terhadap tatanan budaya masyarakat. Hal ini
Kehidupan Sosial Religius Masyarakat dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan dalam
di Desa Pakraman Sumampan pengembangan aspek perekonomian desa
tersebut. Wilayah yang bisa dikembangkan di
Setiap desa memiliki potensi untuk desa wisata adalah wilayah yang baik dari segi
dijadikan komoditas wisata unggulan. ekonomi, sosial religius, sosial budaya,
Keindahan dan keunikan alam akan menjadi lingkungan fisik alam,mempunyai ciri khas
wisata alam. Jika desa tersebut memiliki yang non urban, dan mempunyai ciri
keunikan tradisi dan budayanya bisa menjadi kehidupan tradisional yang unik. Di Desa
destinasi wisata budaya.Jika desa tersebut Pakraman Sumampan pengaruh desa wisata
memiliki menu makanan dan minuman khas terhadap kehidupan sosial religius masyarakat
tradisional yang unik baik dari bahan, rasa dan sangat baik.Pengaruh pariwisata banyak
penyajiannya, bisa dijadikan destinasi wisata memberi dampak positif khususnya dalam
kuliner desa.Jika desa tersebut memiliki bidang sosial religius.
kerajinan-kerajinan khas dan unik bisa
menjadi destinasi wisata suvenir desa.Atau

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
45
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
Foto 4.1 Foto 4.2
Tradisi Medeblagan Wisatawan Sedang Mendokumentasikan
Prosesi Upacara

Selain itu setiap hari suci purnama


dan tilem masyarakat Desa Pakraman
Kegiatan religius yang dapat Sumampan melakukan persembahyangan
dirasakan oleh masyarakat yakni mulai bersama untuk memanjatkan puji syukur
bangkitnya kesadaran masyarakat akan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
pentingnya peranan agama dalam atas anugerah yang dilimpahkan oleh
kemajuan pariwisata. Pariwisata di Bali Beliau.Selain itu tujuannya untuk
lebih dominan kepada pariwisata budaya, meningkatkan rasa persaudaraan antar
adat-istiadat, dan agama.Hal ini terlihat warga desa.Pada saat persembahyangan
dari antusianisme wisatawan purnama tilem berlangsung tidak jarang
mancanegara untuk terjun langsung terlihat wisatawan asing ikut andil dalam
mengikuti upacara yang dilakukan di pura persembahyangan.Mereka berpakian
khususnya di Desa Pakraman layaknya umat Hindu di Bali.Hal ini
Sumampan. Banyak wisatawan yang mencerminkan bahwa agama Hindu
datang dan berkunjung ke Desa tersendiri sudah memiliki nilai positif dimata
Pakraman Sumampan merasa kagum dan warga asing yang berkunjung ke
senang akantradisi yang ditawarkan, Bali.Secara tidak langsung sosial religius
bahkan kebanyakan dari mereka ingin juga berpengaruh terhadap pencitraan
menetap dan tinggal di Desa Pakraman agama Hindu dan berdampak pada
Sumampan. Wayan Lingga (Wawancara, ekonomi masyarakat.Wayan Lingga
25 Juli 2016). (Wawancara, 25 Juli 2016).

WIDYA WRETTA
46
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Foto 4.3 warga asing merasa dihargai dan dihormati
Wisatawan Ikut Terlibat Dalam tinggal di Desa Pakraman Sumampan.
Persembahyangan di Pura Dengan terlibatnya warga asing dalam
pementasan fragmentari, maka masyarakat
Desa pakraman Sumamapn dirasa terbuka
untuk kedatangan wisatawan. Dengan
demikian wisatawan yang datang ke Desa
Pakraman Sumampan dan melihat secara
langsung pementasan fragmentari yang
dilakukan maka wisatawan tersebut akan
merasa lebih nyaman dan nantinya bisa
menyampaikan pesannya kepada wisatawan
yang lain terhadap keindahan budaya yang
Pengaruh lain desa wisata terhadap dimiliki Desa Pakraman Sumampan dan dapat
kehidupan sosial religius yang dapat dirasakan menarik minat wisatawan lain untuk
yakni dengan adanya desa wisata ekonomi berkunjung ke Desa Pakraman Sumampan.
desa menjadi lebih stabil dan pada saat
pelaksanaan upacara piodalan di pura-pura
masyarakat tidak lagi meturunan (iuran) Foto 4.4
untuk melaksanakan upacara piodalan, karena Wisatawan Asing Ikut Terlibat Dalam
iuran villa dan home staydikumpulkan oleh Kegiatan Fragmentari Pada Hari Raya
pengurus desa untuk kegiatan upacara dan Pengrupukan
kesejahteraan masyarakat di Desa Pakraman
Sumampan.Nyoman Parwata (Wawancara,
25 Juli 2016)
Dengan adanya desa wisata di Desa
Pakraman Sumampan maka setiap sehari
menjelang hari raya penyepian masyarakat
merayakan hari raya pengrupukan dengan
diselingi fragmentari ogoh-ogoh yang
dijadikan daya tarik oleh masyarakat Desa
Pakraman Sumampan untuk menarik warga
asing datang ke Desa Pakraman
Sumampan.Peserta dari kegiatan fragmentari
juga melibatkan warga asing yang tinggal di
Pariwisata budaya yang dijiwai
Desa Pakraman Sumampan, hal ini membuat
agama Hindu dengan aktualisasi masyarakat

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
47
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
dalam upacara keagamaannya merupakan Kondisi ini tercermin dalam
modal dasar dalam pengembangan kehidupan beragama masyarakat Desa
kepariwisataan di Bali.Upacara merupakan Pakraman Sumampan.Pada dasarnya
suatu kejadian penting dalam kehidupan pengetahuan diperoleh oleh pekerja semenjak
masyarakat Bali dan diadakan pada tanggal- dalam keluarga, sekolah sampai mereka
tanggal dan hari-hari menurut penanggalan berstatus sebagai pekerja.Sepanjang
Bali (Susana, 1997:8).Kondisi ini menunjukan kehidupan pekerja sedikit banyak
bahwa nilai-nilai ajaran Agama Hindu yang memperoleh tambahan pengetahuan
dianut telah dijadikan dasar dalam berfikir, keagamaan yang diperoleh sepanjang
berkata dan berbuat.Sementara itu keyakinan kehidupan telah terinternalisasi dalam diri
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, masyarakat Desa Pakraman Sumampan dan
keyakinan terhadap ajaran karma member efek terbesar dalam pembentukan
phala.Keyakinan terhadap ajaran Atman, sikap keagamaan. Pendidikan yang diterima
Punarbawa dan keyakinan terhadap ajaran seseorang dalam keluarga merupakan
Moksa (kelepasan) berada pada katagori sebagian dari seluruh proses kehidupannya.
baik.Keyakinan yang cukup mantap ini Keteladanan merupakan cara yang dapat
tentunya menjadi dasar munculnya sikap ditempuh untuk menanamkan sikap positif
keagamaan dan akhirnya mempengaruhi terhadap agama sejak dini.
perilaku keagamaan masyarakat Hindu pekerja
Sikap keagamaan memberikan
pariwisata dalam kehidupan sehari-hari.
sumbangan efektif yang paling besar terhadap
Sikap sosial masyarakat Hindu di pembentukan prilaku keagamaan.Hal ini
Desa Pakraman Sumampan menunjukan menunjukan adanya konsistensi antara sikap
adanya kematangan kesadaran beragama. keagamaan dengan prilaku keagamaan
Pengalaman kehidupan beragama yang telah masyarakat Desa Pakraman Sumampan.
dilalui sedikit demi sedikit mantap dalam diri Semakin kuat sikap keagamaan dengan
masyarakat di Desa Pakraman Sumampan keagamaan maka akan semakin konsisten
sebagai satu unit yang otonom dalam perilakunya dengan ajaran Hindu. Temuan ini
kepribadiannya, sebagai hasil peranan fungsi membuktikan bahwa ajaran Hindu
kejiwaan terutama motivasi, emosi dan menyatakan bahwa keyakinan (Sradha) ialah
intelegensi yang dimiliki oleh masyarakat Desa
mengakui atau menyakini dalam hati (sikap)
Pakraman Sumampan. Kesadaran beragama
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan
ini merupakan dasar dan arah bagi kesiapan
dengan perbuatan (prilaku).Ajaran ini
untuk memberikan tanggapan, reaksi dan
menuntut konsistensi antar sikap, niat prilaku
penyesuaian diri terhadap rangsangan yang
seseorang. Wayan Lingga (Wawancara, 25
datang dari luar.Perilaku keagamaan yang
ditampilkan oleh masyarakat merupakan Juli 2016).
manifestasi dari sikap keagamaan dan Pengaruh desa wisata terhadap
kesadaran beragama. kehidupan sosial religius di Desa Pakraman

WIDYA WRETTA
48
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Sumampan agar tidak memudarnya nilai-nilai diterima oleh masyarakat yang lambat laun
agama yang terkandung di dalamnya maka merubah budaya lama”. Dari pendapat tersebut
masyarakat berinisiatif mengingatkan jelas bahwa dampak yang ditimbulkan oleh
warganya untuk melakukan puja trisandhya globalisasi terhadap masyarakat sangat
sebanyak tiga kali dalam sehari dengan dominan sekali. Permasalahan yang dihadapi
memutar kasetpuja trisandhya.Hal ini dirasa sekarang adalah proses Modernisasi yang tidak
penting karena pengaruh dunia barat di tengah bisa dibendung, akibat dari modernisasi
gencarnya arus perkembangan pariwisata tersebut adalah terjadinya proses perubahan
mampu merubah sikap dan prilaku sosial dan budaya di tiap daerah yang
masyarakat.Karena arus moderenisasi melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai dan
segalanya di ukur dengan materi hal tersebut kebudayaan, maka dari itu kita harus
membuat pentingnya mengingatkan warganya menyadari dan memahami, bahwa manakala
untuk melakukan puja trisandhya agar salah satu aspek atau unsur sosial atau
kewajibannya sebagai umat Hindu tidak kebudayaan mengalami perubahan, maka
dilupakan. Ketut Lasia (Wawancara, 25 Juli unsur-unsur yang lainnya yang telah berubah
2016). terlebih dahulu. Karena itu mesti dipahami dan
Globalisasi suatu proses luluhnya disadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam
batas batas bangsa seakan tanpa batas masyarakat bersangkutan ada yang
merasuk dan membuat unsur-unsur budaya berkualifikasi norma dan nilai. Ketut Karsana
luar masuk atau merembes dengan mudah ke (Wawancara, 20 Juli 2016).
budaya suatu masyarakat dewasa ini. Dalam Secara sosial pengaruh negatif dalam
hal ini aspek yang terpengaruh adalah segi prilaku seringkali interaksi antara
kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, penduduk lokal dengan wisatawan secara
kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai tidak langsung mempengaruhi masyarakat
(value ) yang dianut oleh masyarakat ataupun setempat terutama generasi muda mulai suka
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat minum-minuman keras, terjadi gesekan-
terhadap berbagai hal, atau kebudayaan juga gesekan seperti pertengkaran antar pemuda
dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang maupun masyarakat karena pengaruh
mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan minuman alkohol. Untuk meminimalisir
hasil kelakuan. Dimana hal hal tersebut terjadinya tindakan sosial di masyarakat maka
terwujud dalam kesenian tradisional kita.Oleh desa adat membuat awig-awig dan pararem
karena itu nilai-nilai maupun persepsi atas persetujuan bersama bahwa setiap
berkaitan dengan aspek aspek kejiwaan atau tindakan yang mengancam keamanan di
psikologi dan sosial religius. Dampak lingkungan Desa Pakraman Sumampan
globalisasi terhadap masyarakat menurut dikenakan sangsi adat berupa “Mecaru” di
Yunan dkk (1996:140)”goncangan budaya setiap pura Khayangan Tiga dan di tempat
yang ditimbulkan oleh masuknya budaya baru terjadinya tindakan kekerasan.

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
49
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
Pengaruh negatif perkembangan 2.8 Manfaat Yang Dirasakan Oleh
desa wisata juga terlihat dari cara berpakian Masyarakat Terhadap Keberadaan
kaum muda yang mulai bergeser. Banyak Desa Wisata di Desa Pakraman
ditemui busana kepura yang digunakan Sumampan
menyimpang dari norma-norma etika Desa wisata merupakan salah satu
berbusana adat ke pura. Inisiatif yang jenis industri padat karya yang mampu
dilakukan untuk mencegah terjadinya mendorong pertumbuhan ekonomi karena
pergeseran nilai-nilai etika berbusana ke dapat menyediakan lapangan kerja,
pura, maka Desa Pakraman Sumampan peningkatan penghasilan, standar hidup dan
juga mengeluarkan awig-awig aturan menstimulasi sektor-sektor produksi lainnya
memakai busana ke pura. Selain aturan sehingga berdampak pada pembangunan
awig-awig yang mengingat, kesadaran ekonomi. Pembangunan ekonomi itu sendiri
dalam diri juga sangat dibutuhkan dalam hal merupakan proses kenaikan pendapatan total
ini agar tidak adanya pencitraan yang negatif dan pendapatan perkapita dengan
dari masyarakat non hindu. memperhitungkan pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental
Selain itu pengaruh desa wisata juga dalam struktur ekonomi suatu wilayah.
dirasakan dari sikap religius masyarakat Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
Desa Pakraman Sumampan. Sikap religius pertumbuhan ekonomi. Pembangunan
masyarakat cenderung menurun akibat ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatnya pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi memperlancar
karena perkembangan desa wisata. Segala proses pembangunan ekonomi. Dari sudut
setuatu yang dikerjakan dinilai dengan ekonomi, sedikitnya terdapat delapan
materi, oleh karena itu desa adat keuntungan pengembangan desa wisata yaitu
menyelenggarakan kegiatan purnama tilem peningkatan kesempatan usaha, kesempatan
tiap bulannya di Pura Khayangan Tiga, Pura kerja, peningkatan penerimaan pajak,
Dadya, dan Paibon untuk lebih memberi penerimaan pendapatan, percepatan
kesadaran pada masyarakat tentang pemerataan pendapatan, peningkatan nilai
pentingnya sikap religius ini dalam tambah produk kebudayaan, memperluas
menghadapi tuntunan hidupnya, dan dapat pasar produk, meningkatkan dampak
memberikan ketenangan lahir maupun multiplier effect dalam perekonomian akibat
bathin. Dan untuk anak-anak SD dalam pengeluaran wisatawan, investor maupun
meningkatkan Sradha dan Bhakti perdagangan keluar negeri. Nyoman Parwata
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Wawancara, 25 Juli 2016).
maka prajuru desa melaksanakan `Undang-Undang No. 9 Tahun 1990
pasraman kilat demi memupuk kesadaran Tentang Kepariwisataan Salah satu tujuan
beragama sejak usia dini. penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk

WIDYA WRETTA
50
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
meningkatkan pendapatan daerah dalam mudah memahami apa yang mereka lihat, apa
rangka meningkatkan kesejahteraan dan yang mereka rasakan. Pembangunan
kemakmuran rakyat, juga memperluas dan pariwisata yang manfaatnya langsung dapat
memeratakan kesempatan berusaha dan dirasakan oleh masyarakat akan menciptakan
lapangan kerja serta mendorong iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan
pembangunan daerah. Untuk itu sudah berkembangnya sadar wisata dikalangan
selayaknya pariwisata dapat dijadikan masyarakat.
alternatif penggerak perekonomian hingga Tujuan wisatawan datang ke suatu
sedemikian rupa menjadi sumber pendapatan daerah antara lain didorong oleh keingian
bagi setiap daerah yang memiliki potensi untuk untuk mengenal, mengetahui atau mempelajari
menyelenggarakannya, dalam upaya daerah dan kebudayaanmasyarakat lokal.
memperoleh atau meningkatkan pendapatan Selama ditempat wisata , wisatawan pasti
daerah. berinteraksi dengan masyarakat lokal
Salah satu pembangunan ekonomi diberbagai bidang. Bidang Pariwisata dalam
dalam bidang pariwisata adalah melalui hal interaksi dengan masyarakat luas ini
pengembangan desa wisata.Pengembangan semakin intensif kalau jenis pariwisata yang
desa wisata tersebut adalah pengembangan dikembangkan adalah pariwisata budaya dan
perekonomian masyarakat yang diangkat alam, karena kedua pariwisata ini merupakan
melalui kegiatan pariwisata, dimana pariwisata hal yang langsung dengan kehidupan
dikembangkan berdasarkan unsur-unsur masyarakat sehari-hari.Daya tarik wisatawan
kegiatan yang telah ada serta ciri khas budaya pada suatu daerah tujuan wisata sangat
setempat sehingga sumber daya lokal memiliki dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat
kemampuan dan daya saing dalam dunia setempat yang ramah, kearifan lokal,
pariwisata.Selain itu pengembangan desa mempunyai karakter alam yang berbeda
wisata merupakan salah satu bentuk usaha dengan daerah lain, kondisi yang aman, serta
pelestarian wisata budaya yang bertujuan sarana transportasi yang lancar. Dengan
menarik wisatawan untuk berkunjung di desa kondisi tersebut wisatawan akan merasa
wisata tersebut. nyaman seolah-olah milik mereka sendiri dan
Proses pembangunan pariwisata yang paling utama ketika mereka merasakan
harus berjalan seiring dengan peningkatan kenyamanan tersebut menuntut untuk datang
“Sadar Wisata” masyarakat. Tugas aparat kembali ke daerah wisata tersebut.Ketut
pemerintah adalah untuk menciptakan kondisi Lasia (Wawancara, 25 Juli 2016).
yang memungkinkan terwujudnya peran serta Pembangunan desa wisata
masyarakat dengan cara-cara yang mudah mempunyai manfaat yang sangat luas baik di
dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat. bidang ekonomi, sosial, budaya, lingkungan
Sadar Wisata dikalangan masyarakat tidak dan lain-lain.Secara ekonomi, pembangunan
tumbuh dengan sendirinya, masyarakat lebih desa wisata mampu meningkatkan

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
51
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
perekonomian nasional, regional, dan 2. Kemitraan
masyarakat lokal, di bidang sosial mampu Pola kemitraan atau kerjasama dapat
membuka lapangan kerja dan lapangan saling menguntungkan antara pihak pengelola
berusaha bagi masyarakat di desa. Selain itu desa wisata dengan para pengusaha pariwisata
di bidang pendidikan, keberadaan desa di kota atau pihak pembina desa wisata dalam
wisata mampu memperluas wawasan dan hal ini pihak dinas pariwisata daerah. Bidang-
cara berfikir orang-orang desa, mendidik cara bidang usaha yang bisa dikerjasamakan,
hidup bersih dan sehat serta meningkatkan antara lain seperti: bidang akomodasi,
ilmu dan teknologi bidang kepariwisataan. perjalanan, promosi, pelatihan, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sosial budaya, 3. Promosi
pembangunan desa wisata dapat menggali dan
Desa wisata harus sering
mengembangkan kesenian serta kebudayaan
dipromosikan melalui berbagai media, oleh
asli daerah yang hampir punah untuk karena itu desa atau kabupaten harus sering
dilestarikan kembali. Pembangunan desa mengundang wartawan dari media cetak
wisata juga merupakan bentuk kesadaran maupun elektronik untuk kegiatan promosi
industri yang berorientasi lingkungan karena tersebut.
dianggap mampu menggugah kesadaran
4. Festival / Pertandingan
masyarakat akan arti pentingnya memelihara
dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan Kegiatan yang bisa menarik
manusia kini dan di masa datang. wisatawan atau penduduk desa lain untuk
mengunjungi desa wisata tersebut, misalnya
Upaya-upaya yang dapat dilakukan mengadakan festival kesenian, pertandingan
oleh Desa Pakraman Sumampanuntuk olah raga, dan lain sebagainya dapat dilakukan
pembangunan desa wisata yaitu: secara berkala untuk meningkatkan kunjungan
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia wisatawan.
(SDM) 5. Membina Organisasi Warga
Pelaksanaan pembangunan Sumber Masyarakat dapat diorganisir dan
Daya Manusia (SDM) bisa dilakukan melalui dibina untuk memajukan desa wisata
pendidikan, pelatihan, seminar, diskusi, dan mereka.Hal itu dapat dilakukan dengan
lain sebagainya khususnya di bidang-bidang mengembangkan organisasi kemasyarakatan.
kepariwisataan. Pendidikan diperlukan Fenomena kemasyarakat semacam ini perlu
didorong dan dikembangkan untuk
sebagai modal tenaga-tenaga yang akan
memajukan desa wisata.
dipekerjakan dalam kegiatan manajerial,
sedangkan pelatihan perlu tugas menerima dan 6. Perbaikan infrastruktur pariwisata
melayani wisatawan dan tenaga kerja Untuk memperkaya Obyek dan
produksi Daya Tarik Wisata (ODTW) di suatu desa

WIDYA WRETTA
52
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
wisata, dapat dibangun berbagai infrastruktur dibayarkan wisatawan digunakan untuk
sebagai antara lain pembangunan homestay melindungi dan memelihara alam guna
agar memenuhi persyaratan akomodasi keberlangsungan pariwisata.Hubungan
wisatawan, atau membangun guest house lingkungan dan desa wisata tidak selamanya
berupa, bamboo house, traditional house, log simbiosa yang mendukung dan
house, dan lain sebagainya, pembangunan menguntungkan sehingga upaya konservasi,
jalan, sumber energi, sarana olahraga, sarana apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar
pendidikan, gedung pertunjukan, tempat hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi
pembuangan limbah dan sampah, sarana kenyataan yang ada hubungan keduanya
komunikasi, terminal dan lain-lain. justru memunculkan konflik.Pariwisata lebih
2.9 Manfaat Desa Wisata Terhadap sering mengeksploitasi lingkungan
Lingkungan alam. Dampak pariwisata terhadap
lingkungan fisik merupakan dampak yang
Industri desa wisata memiliki mudah diidentifikasi karena nyata.
hubungan erat dan kuat dengan lingkungan
fisik.Lingkungan alam merupakan aset desa Manfaat terhadap lingkungan yang
wisata dan mendapatkan dampak karena dirasakan oleh Desa Pakraman Sumampan
sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh dengan berkembangnya desa wisata dilihat
(fragile), dan tak terpisahkan dari keasrian dari alam yang
(Inseparability). Bersifat rapuh karena ditawarkan.Desa Pakraman Sumampan
lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan menyadari bahwa pentingnya menjaga
yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh lingkungan agar tetap asri dan bersih.Dalam
atau kembali seperti sediakala. Bersifat ajaran agama Hindu menjaga hubungan
tidak terpisahkan karena manusia harus yang harmonis antara manusia dengan
mendatangi lingkungan alam untuk dapat lingkungan disebut dengan palemahan.Jika
menikmatinya. manusia tidak bersahabat dengan
lingkungan maka lingkunganpun juga tidak
Lingkungan fisik adalah daya tarik bersahabat dengan kita.Hal ini sering dilihat
utama kegiatan wisata.Lingkungan fisik dari bencana alam seperti banjir, tanah
meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, longsor, erosi, dan lain sebagainya.Itu
bentangan alam, dan gejala alam) dan merupakan ciri dari kemurkaan alam
lingkungan buatan (situs kebudayaan, kepada manusia.Selain itu di Bali sendiri
wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan melakukan upacara kepada tumbuh-
peninggalan sejarah). tumbuhan setiap enam bulan sekali yang
Secara teori, hubungan lingkungan dinamakan tumpek wariga karena tumbuhan
alam dengan desa wisata harus sejalan dan atau tanaman adalah makhluk yang paling
bermanfaat.Wisatawan menikmati banyak gunanya dan manfaatnya bagi
keindahan alam dan pendapatan yang kehidupan manusia.

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
53
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
Foto 4.5 2.10. Manfaat Desa Wisata Terhadap
Villa di Persawahan Kebudayaan
Dampak yang ditimbulkan oleh desa
wisata terhadap kebudayaan tidak terlepas
dari pola interaksi di antaranya yang
cenderung bersifat dinamika dan
positif.Dinamika tersebut berkembang,
karena kebudayaan memegang peranan yang
penting bagi pembangunan berkelanjutan
pariwisata dan sebaliknya pariwisata
memberikan peranan dalam merevitalisasi
kebudayaan.Ciri positif dinamika tersebut
diperlihatkan dengan pola kebudayaan
mampu meningkatkan pariwisata dan
pariwisata juga mampu memajukan
Home Stay maupun villa banyak kebudayaan.(Geriya, 1996: 49).
dibangun pada daerah persawahan, karena
Paparan di atas menandakan
masyarakat Desa Pakraman Sumampan
perkembangan desa wisata dapat
menyadari bahwa lingkungan persawahan
memberikan dampak yang positif terhadap
jauh dari polusi. Wisatawan yang tinggal
kebudayaan.Dengan demikian akulturasi
disana langsung dapat menikmati keindahan
kebudayaanakan terjadi, karena adanya
alam pada saat beristirahat dan udara yang
interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan.
dihirup juga masih segar. Di lingkungan
Di samping itu, kebudayaan-kebudayaan
persawahan wisatawan juga langsung bisa
daerah yang merupakan bagian dari
berbaur dengan para petani dan melihat
kebudayaan nasional Indonesia akan terus
bagaimana proses bercocok tanam.
berkembang. Ini disebabkan oleh adanya
Foto 4.6 wisatawan (orang asing) yang datang
Pemandangan Persawahan Dekat Villa berkunjung untuk melihat dan mengenal lebih
dekat kebudayaan asli khususnya yang ada
di Desa Pakraman Sumampan.Hal ini
tentunya juga menyebabkan terjadinya
penggalian nilai-nilai budaya asli untuk
dikembangkan dan dilestarikan. Dengan
demikian pola kebudayaan tradisional seperti
tempat-tempat bersejarah, monumen-
monumen, kesenian, dan adat istiadat akan
tetap terpelihara dan lestari.

WIDYA WRETTA
54
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Desa Pakraman Sumampan sangat terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan yang hal berikut:
menjadi warisan adi luhung hingga saat ini a. Merupakan perangsang dalam usaha
masih tetap eksis dijalankan oleh pemeliharaan monumen-monumen
masyarakat.Pariwisata yang dijiwai oleh budaya yang dapat dinikmati oleh
budaya lebih memiliki nilai jual yang tinggi penduduk setempat dan wisatawan.
dimata wisatawan.Karena kebudayaan
mampu membawa pariwisata dapat dikenal b. Merupakan dorongan dalam usaha
sampai ke mancanegara.Hal tersebut melestarikan dan menghidupkan kembali
menjadikan Desa Pakraman Sumampan beberapa pola budaya tradisional seperti
menjadi desa wisata yang dijadikan tujuan kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik,
berwisata ke Bali.Wisatawan yang berlibur di upacara-upacara adat, dan pakaian.
Desa Pakraman Sumampan juga dapat c. Memberikan dorongan untuk
menyaksikan pertunjukan tarian kecak yang memperbaiki lingkungan hidup yang
dibawakan oleh masyarakat setempat.Tarian bersih dan menarik.
kecak yang dipentaskan secara tidak langsung
d. Terjadinya tukar-menukar kebudayaan
dapat memperkenalkan kebudayaan kesenian
antara wisatawan dan masyarakat lokal.
tarian Bali dapat dikenal oleh wisatawan
Misalnya, wisatawan dapat lebih banyak
mancanegara.
mengenal kebudayaan serta lingkungan
Foto 4.7 yang lain dan penduduk lokal juga
Pementasan Tari Kecak mengetahui tempat-tempat lain dari cerita
wisatawan.
e. Mendorong pendidikan di bidang
kepariwisataan untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia di bidang
kepariwisataan yang handal.
Perkembangan pariwisata yang
sangat pesat dan terkosentrasi dapat
menimbulkan berbagai dampak.
Secara umum dampak yang ditimbulkan
adalah dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif dari pengembangan
pariwisata meliputi;
Dampak positif pariwisata terhadap
1) memperluas lapangan kerja
kebudayaan seperti disebutkan di atas secara
garis besar dampak positif pariwisata 2) bertambahnya kesempatan berusaha

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
55
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
3) meningkatkan pendapatan a. masyarakat lokal ingin memberikan hasil
4) terpeliharanya kebudayaan setempat karya seni atau kerajinan yang bermutu
tinggi kepada pembeli (wisatawan);
5) dikenalnya kebudayaan setempat oleh
wisatawan. Ketut Karsana (Wawancara, b. untuk menjaga citra dan menunjukkan
15 Agustus 2016) identitas budaya masyarakat lokal
kepada dunia luar;
c. masyarakat ingin memperoleh uang
Foto 4.8 akibat meningkatnya komersialisasi.
Wisatawan Asing Sedang Belajar Musik Dampak positif sosial budaya
Tradisional Bali pengembangan pariwisata dapat dilihat dari
adanya pelestarian budaya-budaya
masyarakat lokal seperti kegiatan keagamaan,
adat-istiadat tradisi, diterimanya
pengembangan objek wisata dan kedatangan
wisatawan oleh masyarakat lokal.
Bali sebagai salah satu objek wisata
utama di Indonesia merupakan barometer
perkembangan pariwisata nasional.Oleh
karena itu, Bali memegang peranan yang
penting dalam perkembangan pariwisata di
Indonesia.Sebagai daerah tujuan utama bagi
wisatawan, tentu Bali tidak terlepas dari
dampak pengembangan pariwisata dari segala
aspek kehidupan termasuk kebudayaan.
Dampak positif dari kegiatan Pengembangan pariwisata di Bali yang
pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal bertumpu pada kebudayaan Bali yang pada
antara lain; munculnya kreativitas dan inovasi dasarnya bersumber pada agama Hindu,
budaya, akulturasi budaya, dan revitalisasi menimbulkan adanya kegairahan penggalian,
budaya. Sedangkan dampak negatif yang pemeliharaan, dan pengembangan aspek-
sering dikawatirkan terdapat budaya aspek kebudayaan terutama kesenian,
masyarakat lokal antara lain; proses monumen-monumen peninggalan sejarah, dan
komodifikasi, peniruan, dan profanisasi. Lebih adat istiadat.Tentu saja hal ini memberikan
lanjut dijelaskan bahwa dampak pariwisata efek ganda yaitu bertambahnya pendapatan
terhadap budaya masyarakat lokal masyarakat lokal dari kegiatan ini sebagai
sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh konsumsi bagi wisatawan dan dapat menjaga
tiga hal yakni: kelestarian aspek-aspek kebudayaan itu

WIDYA WRETTA
56
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
sendiri.Misalnya, pertunjukan berbagai kebudayaan dalam arti luas sebagai
kesenian untuk wisatawan, adanya museum pendukung kepariwisataan. Sudah menjadi
untuk menyimpan benda-benda bersejarah kenyataan devisa yang dihasilkan dari
yang juga sebagai daya tarik wisatawan, dan pengembangan pariwisata, digunakan oleh
berbagai kegiatan adat istiadat yang bersifat negara untuk melaksanakan pembangunan di
unik. segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi ke
Adanya dampak positif pariwisata semua aspek pembangunan, sehingga
terhadap kebudayaan menunjukkan adanya dirasakan sangat kecil kembali pada bidang
keselarasan ungkapan yang mengatakan kebudayaan. Padahal secara nyata
“Pariwisata untuk Kebudayaan”.Artinya, kebudayaan itulah sebagai penopang paling
pengembangan pariwisata benar-benar besar dalam pariwisata untuk mendatangkan
memberikan dampak yang positif terhadap devisa. Oleh karena itu, ada kesan “budaya
perkembangan kebudayaan dalam arti yang untuk pariwisata”.Dengan demikian,
luas.Ini artinya, perkembangan pariwisata kebudayaan di sini tereksploitasi secara besar-
secara positif dapat memperkokoh besaran dan hanya digunakan sebagai bahan
kebudayaan Indonesia. promosi tanpa adanya usaha untuk menjaga
dan melestarikannya.Ketut Karsana
Perkembangan pariwisata memang (Wawancara, 15 Agustus 2016)
dapat menumbuhkembangkan aspek-aspek
kebudayaan seperti kesenian dan adat istiadat 2.10 Manfaat Desa Wisata dari Aspek
di Bali khususnya yang ada di Desa Sosial
Pakraman Sumampan.Akan tetapi, di balik Manfaat sosial dari segi
itu ternyata juga muncul permasalahan akibat kepariwisataan yang dirasakan oleh Desa
terlalu tereksploitasinya aspek-aspek Pakraman Sumampan yakni:
tadi. Misalnya, munculnya berbagai kesenian
yang awalnya hanya dipentaskan untuk 1. Struktur sosial
kepentingan upacara agama, kemudian Sebagai akibat pengembangan
dipertunjukkan untuk kepentingan pariwisata dalam bidang sosial, maka akan
wisatawan.Demikian juga dijadikannya tempat terjadi:
suci sebagai objek wisata.Ini merupakan fakta
a) Transaksi kesempatan kerja dari sektor
terjadinya komersialisasi budaya dalam
pertanian ke sektor pelayanan.
pariwisata, karena berubahnya atau
b) Modernisasi dalam cara-cara
bertambahnya fungsi di samping fungsi
pertanian dan penjualan hasil panen.
utamanya.
c) Pemerataan pendapatan masyarakat
Di samping terjadinya komersialisasi, d) Berkurangnya perbedaan dalam
tampaknya yang perlu juga menjadi pemikiran pendidikan dan kesempatan berusaha
kita bersama, yaitu pola pembinaan atau pekerjaan.

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
57
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
2. Modernisasi keluarga b) dampak terhadap hubungan interpersonal
a) Kaum wanita memperoleh status baru antara anggota masyarakat;
dari petani tradisional berubah menjadi c) dampak terhadap dasar-dasar organisasi/
pedagang acungan, pemilik toko kelembagaan sosial;
cendera mata, restoran atau bekerja d) dampak terhadap migrasi dari dan ke
pada kerajinan tangan dan karyawan daerah pariwisata;
hotel. e) dampak terhadap ritme kehidupan sosial
b) Terjadi kelonggaran perlakuan orang masyarakat;
tua terhadap anak-anak dari disiplin f) dampak terhadap pola pembagian kerja;
ketat menjadi anak yang bebas memilih g) dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas
sesuai dengan yang dicita-citakannya sosial;
c) Peningkatan dalam wawasan h) dampak terhadap distribusi pengaruh dan
masyarakat kekuasaan;
d) Terjadinya perubahan tingkah laku i) dampak terhadap meningkatnya
kearah yang positif, terutama dalam penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
etika dan cara komunikiasi antar j) dampak terhadap bidang kesenian dan
sesama. adat istiadat.
e) Dapat menghilangkan prasangka- Dampakdesa wisatadi atas mampu
prasangka negatif terhadap etnis lain merubah aspek sosial masyarakat Desa
Desa wiata adalah suatu kegiatan Pakraman Sumampan kearah yang positif,
yang secara langsung menyentuh dan bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan
melibatkan masyarakat yang dituju, sehingga pengaruh yang luar biasa dari wisatawan yang
membawa berbagai dampak terhadap datang ke Desa Pakraman Sumampan.
masyarakat setempat.Oleh karena desa Kesamaan jender antara laki-laki dan
wisata banyak dikatakan sebagai perubah perempuan di Bali membuat perempuan Bali
yang luar biasa, mampu membuat masyarakat memiliki nilai tambahan dimata keluarganya
setempat mengalami perubahan dalam karena perempuan Bali tidak hanya sebagai
berbagai aspek. Dalam perubahan yang ibu rumah tangga bagi keluarganya namun
diakibatkan oleh desa wisata mampu membuka lapangan pekerjaan seperti
mengelompokkan dampak desa wisata membuat mohe stay maupun villa untuk
terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh menambah penghasilan di kelurga.Hal tersebut
kelompok besar, yaitu: juga dirasakan oleh perempuan yang disudah
menikah di Desa Pakraman Sumampan.
a) dampak terhadap keterkaitan dan
Banyak dari mereka bekerja dibidang
keterlibatan antara masyarakat setempat
pariwisata seperti Guide,bekerja di Villa,
dengan masyarakat yang lebih luas,
termasuk tingkat otonomi atau Hotel maupun di restaurant. Sunarta
ketergantungannya; (Wawancara, 10 Agustus 2016).

WIDYA WRETTA
58
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.11 Manfaat Desa Wisata Dalam sosial budaya. Sehingga munculah istilah HI
Bidang Politik atau hubungan internasional . HI merupakan
Untuk lebih memahami manfaat dari salah satu cabang ilmu dari ilmu politik yang
desa wisata di bidang politik , kita perlu memuat hubungan antar Negara baik secara
mengetahui definisi dari politik . politik berasal birateral, dan multilateral. Dalam berbagai
dari bahasa yunani (politikos) yang berarti kota aspek seperti ekonomi, politik, pariwisata,
wilayah, atau yang berkaitan dengan warga budaya, pendidikan,dan lain lain.
Negara politik merupakanproses Kejasama antar Negara sering
pembentukan dan pembagian kekuasaan dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan
dalam masyarakat yang berupa proses di negaranya, kesamaan nasib, kesamaan
pembuatan keputusan , khususnya dalam geografis, ketergantungan Negara lain
Negara. Definisi ini adalah gabungan dari ,dan untuk menunjukan keunggulan
berbagai definisi yang berbeda mengenai Negara. Secara tidak langsung Negara-
hakikat politik yang dikenal dalam ilmu Negara tersebut sudah melakkan kegiatan
politik.Politik juga merupakan suatu seni dan politik. Dengan kemajuan teknologi dan
ilmu untuk meraih kekuasaan konstitusional globalisasi dunia hubungan kerjasama antar
maupun nonkonstitusional, berikut beberapa Negara sangat sering dilakukan dan
definisi dari politik : membentuk organisasi organisasi
1. Politik adalah usaha yang ditempuh multinasional seperti APEC, ASEAN , UNI
warga Negara untuk mewujudkan EUROPA dan lian-lain. Organisasi-organisasi
kebaikan bersama(aristoteles) ini sering melakukan konfrensi di suatu
2. Politik adalah hal yang berkaitan Negara, sehingga dapat meningkatkan pamor
dengan penyelengaraan pemerintahan dari Negara itu sendiri. Sehingga
dan Negara. memajukan perkembangan industri, terutama
3. Politik merupakan kegiatan yang diarah industri pariwisata Negara tersebut.
kan untuk mendapatkan dan Dalam industri pariwisata keamanan
mempertahankan kekuasaan adalah hal yang sangat penting dimana para
dimasyarakat. wisatawan datang berlibur dan
4. Politik adalah segala sesuatu tentang berkunjung untuk menikmati destinasi yang
proses perumusan dan pelaksanaan mereka kunjungi. Sehingga jika daerah wiasta
kebijakan publik. aman maka para wisatawan akan tenang
Politik memiliki definisi yang luas, menikmati daerah tujuan wisatanya dan ini
kegiatan politik tidak hanya tentu mengangkat pamor dari daerah wisata
sekedar mencakup mempertahankan dan itu sendiri. Banyak kegiatan multinasional
mendapatkan kekuasaan saja, tetapi politik dilakukan di daerah tujuan wisata seperti
juga mencakup pengaruh ideologi dan Bali.Karena Bali dianggap aman, dengaan
peranan suatu negara dalam bidang ekonomi, keramah tamahan penduduknya.Sehingga

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
59
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
mengangkat pamor Bali dimata dunia. Dan 3. Simpulan
dari pariwisata akan dapat meningkatkan Sebagaimana yang telah disampaikan
devisa Negara sehingga baik untuk dalam penelitian mengenai Pengaruh Desa
perekonomian . Wisata Terhadap Kehidupan Sosial
Dampak positif desa wisata dalam bidang Religius Di Desa Pakraman Sumampan,
politik dapat disimpulkan bahwa:
1. Terjalinnya hubungan baik dengan 1. Landasan adanya desa wisata di Desa
negara-negara lain. Pakraman Sumampan diperkuat dengan
2. Saling berkunjung dan saling mengenal dikeluarkannya Undang-Undang No. 10
antar penduduk sehingga dapat Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang
mempererat kesatuan dan persatuan menjadikan Desa Pakraman Sumampan
mampu bersaing dengan desa yang
3. Lebih banyak mengenal keindaha dan lainnya. Perkembangan desa wisata di
kekayaan tanah air , melalui kunjungan Desa Pakraman Sumampan juga
wisata sehingga memunculkan keinginan diperkuat dengan dikeluarkannya
untuk memelihara, menjaga dan rasa Undang-Undang Otonomi Daerah No.
cinta terhadap tanah air 22 Tahun 1999 yang menekankan
4. Terjaganya hubungan baik internasional kepada pembangunan yang lebih
dalam hal pengembangan pariwisata difokuskan di daerah pedesaan melalui
mancanegara, sehingga terjadi saling program PIR (Pariwisata Inti Rakyat)
kunjung antar bangsa sebagai wisatawan dibuat oleh Departemen Pariwisata dan
. sebagaimana halnya dalam pariwisata mulai dijalankan pada tahun 2000.Tujuan
pada poin pertama pariwisata sesuai dengan Undang-
Undang No. 10 Tahun2009 Pasal 4
5. Terjadi kontak kontak langsung yang
secara tidak langsung sudah diterapkan
akan menumbuhkan rasa saling pengertian
oleh Desa Pakraman Sumampan untuk
terhadap perbedaan
memajukan desa khususnya dalam
6. Akan menimbulkan inspirasi untuk selalu bidang kepariwisataan. Undang-Undang
mengadakan pendekatan dan rasa saling No 10 Tahun 2009 Pasal 5 tentang
menghormati. prinsip diselenggarakannya
7. Pemerintah mendapat defisa tambahan kepariwisataan sesuai dengan Konsep
non migas Tri Hita Karana dalam ajaran agama
Hindu. Konsep Tri Hita Karana
8. Adanya pemberlakuan kebijakanbebas merupakan hubungan yang harmonis
visa terhadap Negara tertentu, untuk antara manusia dengan Sang Pencipta
menarik wisatawan untuk berkunjung (Parhyangan), hubungan harmonis

WIDYA WRETTA
60
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
antara manusia dengan manusia tinggi nilai-nilai kebudayaan yang menjadi
(pawongan) dan hubungan harmonis warisan adi luhung hingga saat ini masih
antara manusia dengan lingkungan tetap eksis dijalankan oleh masyarakat.
(palemahan). Pariwisata yang dijiwai oleh budaya lebih
2. Pengaruh Desa Wisata terhadap memiliki nilai jual yang tinggi dimata
kehidupan Sosial Religius masyarakat di wisatawan. Karena kebudayaan mampu
Desa Pakraman Sumampan sangat baik. membawa pariwisata dapat dikenal
Pengaruh pariwisata banyak memberi sampai ke mancanegara. Hal tersebut
dampak positif khususnya dalam bidang menjadikan Desa Pakraman Sumampan
sosial religius. Kegiatan religius yang menjadi desa wisata yang dijadikan
dapat dirasakan oleh masyarakat yakni tujuan berwisata ke Bali. Manfaat desa
mulai bangkitnya kesadaran masyarakat wisata terhadap aspek sosial dapat
akan pentingnya peranan agama dalam dirasakan dari kegiatan yang secara
kemajuan pariwisata. langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat yang dituju, sehingga
3. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat membawa berbagai dampak terhadap
terhadap keberadaan desa wisata di Desa masyarakat setempat. Oleh karena desa
Pakraman Sumampan yakni mampu wisata banyak dikatakan sebagai perubah
mendorong pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, mampu membuat
karena dapat menyediakan lapangan masyarakat setempat mengalami
kerja, peningkatan penghasilan, standar perubahan dalam berbagai aspek.
hidup dan menstimulasi sektor-sektor Manfaat desa wisata terhadap aspek
produksi lainnya sehingga berdampak politikdilihat dari Kejasama antar Negara
pada pembangunan ekonomi. Manfaat sering dilakukan karena untuk memenuhi
desa wisata terhadap lingkungan Manfaat kebutuhan di negaranya, kesamaan nasib,
terhadap lingkungan yang dirasakan oleh kesamaan geografis, ketergantungan
Desa Pakraman Sumampan dengan Negara lain ,dan untuk menunjukan
berkembangnya desa wisata dilihat dari keunggulan Negara. Secara tidak
keasrian dari alam yang ditawarkan. Desa langsung Negara-Negara tersebut sudah
Pakraman Sumampan menyadari bahwa melakkan kegiatan politik.
pentingnya menjaga lingkungan agar tetap
asri dan bersih. Dalam ajaran agama
Hindu menjaga hubungan yang harmonis
antara manusia dengan lingkungan
disebut dengan palemahan.Manfaat
desa wisata terhadap kebudayaandi Desa
Pakraman Sumampan sangat menjunjung

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
61
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
DAFTAR PUSTAKA Selatan.(skripsi).
Denpasar:Universitas Hindu
Indonesia.
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran
Nilai-Karakter Konstruktivisme Muhadjir, 2006. Metode Penelitian.
dan VCT Sebagai Inovasi Surabaya : Gramedia.
Pendekatan Pembelajaran Afektif. Mendrawan,I Wayan dan Nanang
Jakarta: PT. Raaja Grafindo Persada. Sutrisno.2009. Pura Dalem
Bimo Walgito,1994.Psikologi Sosial. Gandalangu
Yogyakarta:Andi Offset. None , 2013.Kemenuh desa wisata
Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep budaya.Pokdarwis Desa Kemenuh.
Pendidikan Moral. Bandung : Nuryati,Wiendu.1993.Concept, Perspective
Alfabeta and Challenges,Makalah Bagian
Hadi, Y. Sumandio. 2006. Seni Dalam Ritual Dari Laporan Konferensi
Agung. Yogyakarta : Buku Pustaka Internasional Mengenai
Pariwisata Budaya. Yogyakarta:
Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Gadjah Mada University Press.
Penelitian Dan Aplikasi Indonesia.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Pitana, Gde,dkk.2005.Sosiologi Pariwisata
. Yogyakarta:CV.Andi Offset.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan
Mentalitas dan Pembangunan. =====.2009.Pengantar Ilmu Pariwisata.
Jakarta: Gramedia Yogyakarta:CV.Andi Offset.

==== ,1987.Sejarah Antropologi Satori, Djam’an. Komariah, Aan. 2011.


I.Universitas Indonesia. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : CV Alfabeta
===== ,1980.Manusia Dan Kebudayaan
di Indonesia.Jakarta: Percetakan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Sapto Dadi. Kuantitaf Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Mahsun.2010.Metode Penelitian Bahasa
Tahapan,Strategi,Metode dan Subadra,I Nengah.Dampak Sosial Budaya
Tekniknya. Jakarta:PT.Raja Pengembangan Pariwisata di
Grafindo Persada. Objek Wisata Pantai Senggigi
Kabupaten Lombok Barat
Manuaba,Ida Bagus Gede.2008. Dampak (artikel).Denpasar:Bali Tourism
Pariwisata Terhadap Kehidupan Watch.
Sosial Budaya dan Pendidikan
Agama Hindu di Kecamatan Kuta

WIDYA WRETTA
62
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Siswantoro.2010.Metode Penelitian Undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang
Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. kepariwisataan
Soelaeman,Munandar.1995.Ilmu Sosial Undang-undang Otonomi Daerah nomor 22
Dasar.Badung PT.Eresco. tahun 1999 tentang pemerintahan
Soekanto,2004.Sosiologi Suatu Pengantar. daerah.
Jakarta: CV. Rajawali. Radar Jaya Undang-undang nomor 10 pasal 4 dan pasal
Offset Jakarta. 5 tentang tujuan pariwisata dan
Wardiyanta.2006.Metode Penelitian prinsip diselenggarakannya
Pariwisata.Yogyakarta:Andi Offset. pariwisata.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DATA NAMA INFORMAN

1. Nama : I Ketut Lasia


Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Br. sumampan, desa kemenuh
Jabatan : Wakil Bendesa Adat Desa Pakraman Sumampan
Pekerjaan : Karyawan Swasta

2. Nama : I Ketut Karsana


Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Br. Sumampan, Desa Kemenuh
Jabatan : Kelian Adat Desa Pakraman Sumampan
Pekerjaan : wiraswasta

Perkembangan Desa Wisata di Desa


pakraman Sumampan, Gianyar
63
I Wayan Subrata
Kadek Parsini
3. Nama : I Made Sunarta
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Br. Sumampan, Desa kemenuh
Jabatan : Wakil Kelian Adat Desa Pakraman Sumampan
Pekerjaan : wiraswasta

4. Nama : I Nyoman Parwata


Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Br. Sumampan, Desa Kemenuh
Jabatan : Kelian Dinas Br.Sumampan dan Wakil Kelian Adat Desa Pakraman
Sumampan
Pekerjaan : wiraswasta

5. Nama : I wayan Lingga


Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Br. Sumampan, Desa Kemenuh
Jabatan : Kelian Banjar Dalem Desa Pakraman Sumampan
Pekerjaan : wiraswasta

SKRIPSI
PENGARUH DESA WISATA TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL RELIGIUS MASYARAKAT DI
DESA PAKRAMAN SUMAMPAN

WIDYA WRETTA
64
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
NILAI PENDIDIKAN BUDAYA GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN
SOSIAL MASYARAKAT DESA PERGUNG
KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

Oleh :

I PUTU SARJANA
NI KADEK INDAH SURI ASTUTI

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “ Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong Dalam


Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten
Jembrana” ini pada intinya ingin mengkaji tata cara pelaksanaan Gotong Royong
yang dilihat dari nilai pendidikan Agama Hindu. Terkait dengan pelaksanaan Gotong
Royong ini peneliti tertarik untuk menelitinya dengan dua permasalahan pokok,
yaitu (1) Bagaimana pelaksanaan gotong royong dalam kehidupan sosial masyarakat
di Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jemrana? (2) Bagaimana
usaha untuk mempertahankan nilai pendidikan budaya gotong royong yang telah
lama tertanam dalam kehidupan sosial masyarakat di Desa Pergung, Kecamtan
Mendoyo, Kabupaten Jembrana?
Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan eksploratif kualitatif, yaitu dengan observasi langsung kelokasi yang
menjadi objek penelitian ini. Dalam usaha mengembangkan teori berdasarkan data
lapangan, metedo obsevasi ( pengamatan) juga digunakan dalam penelitian ini, di
samping metedo wawancara, dan studi kepustakaan sehingga paling tidak ada
peluang untuk melakukan pengecekan data secara silang ( triangulasi) dengan
demikian akurasi data menjadi lebih terjamin.
Berdasarkan metode penelitian diatas, hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut: pelaksanaan budaya gotong royong di Desa Pergung diklasifikasikan
kedalam dua tipe yaitu tipe gotong royong tolong menolong, dan tipe kerja bakti.
Gotong royong tolong menolong jenis meselisih bau dan meselisi dalam bidang
pertanian adalah kegiatan spontanitas yang didasari atas kebersamaan dan pambrih
dan timbal balik yang hidup serta berlangsung di pedesaan. Ngayah merupakan
aktivitas kegiatan gotong rotong , khususnya dalam bidang realigi dan kepercayaan
dan yang didasari atas kewajiban sosial sebagai warga masyarakat. Perkembangan
penduduk dan majunya ilmu pengetahuan mempengaruhi bergesernya nilai budaya
gotong royong.

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
65
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
Usaha -usaha dalam mempertahankan nilai budaya terutama sistem gotong
royong dalam kehidupan sosial masyarakat pedesaan khususnya warga Desa
Pergung yaitu: melalui pola pelembagaan sistem gotong royong dalam organisasi
sosial tradisional seperti Banjar, dan Desa. Karena banjar adalah merupakan suatu
kesatuan sosial atas dasar wilayah yang lebih kecil dari desa. Banjar menjalankan
tugas-tugas yang bersifat krama juga bertugas dalam bidang yang lebih bersifat
sekunder. Yang semua dilakukan dengan sistem gotong royong yang tercakup dalam
organisasi sosial tradisiaonal seperti “ Banjar”.
Nilai pendidikan yang terkandung dalam pelaksanaan budaya gotong royong
adalah pada nilai pendidikan sosial,nilai sosial yang terkandung dapat diambil dari
prilaku dan tatacra hidup sosial.Perilaku sosial berupa sikiaf seseorang terhadap
peristiwayang terjadi disikitarnya yang ada hubungannya dengan sosial
bermasyarakat anatar individu. Nilai pendidikan sosial yang ada dalam karya seni
dapat dilihat dari cermin kehidupan masyarakat yang diinterprestasikan untuk
mewujudkan Desa yang lestari dan harmonis.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan pada Gotong Royong

1. Latar Belakang Masalah bersifat individu dengan kehidupan yang


Manusia pada hakekatnya sebagai bersifat komunal sesesungguhnya saling kait
mahluk individu dan sekaligus sebagai mengait,saling mengisi,dan saling membutuhkan
makhluk sosial dalam kesehariannya saling satu sama lain.( Denda, 2009 : 1 – 2 )
ketergantungan suatu dengan lainnya.Ini dapat Kondisi kebersamaan itulah yang nyata
ditemukan sejak kehidupan masyarakat berpengaruh pada cara dan pandangan hidup
manusia purba yang ditandai oleh kebutuhan manusia bahwa merasa saling membutuhkan
dasar yang didorong oleh nalurinya samapai diantara satu dengan lainya,sehingga manusia
dengan tahapan kehidupannya yang ditandai bahwa saling mampu membentuk kelompok-
oleh fungsi nalurinya. Kehidupan beragama kelompok yang nantinya dapat diandalakan
mempunyai tempat tersendiri yang utama dan dalam menghadapi kehidupan sebagai
perlu mendapat perhatian khusus dan serius makhluk sosial. Kebersamaan itulah yang
sebagai konsekwensi logis dari pemenuhan menjadi penjamin terjadinya cara dan
kebutuhan atau keperluan dari masyarakat kebiasaan-kebiasaan atau budaya tolong
beragama itu sendiri,guna memenuhi menolong,yang dalam masyarakat pedesaan
kebutuhan jasmani dan rohani(sekala dan dan sistem pengarahan tenaga tambahan dari
niskala),baik sebagai mahluk individu maupun luar kalangan keluarga untuk mengisi
sebagai makhluk social yang hidup secara kekurangan tenaga pada masa sibuk disebut
bersama, hidup yang saling mementingkan “ Gotong Royong”.( Koentjaraningrat,1 984
antara satu dengan yang lain.Kehidupan yang : 57).

WIDYA WRETTA
66
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Kebiasaan- kebiasaan yang telah nasional.Sesuai dengan ketiga pola
mengkristal dan melekat dalam kehidupan pembangunan kerukunan umat beragama
sosial masyarakat akan dapat menjadi tersebut maka umat Hindu berkewajiban pula
warisan budaya generasinya yang mendatang. menciptakan dan memelihara kerukunan
Budaya tradisional akan dapat menopang intern dan antar umat beragama demi
keudayaan nasional, seperti apa yang termuat kesinambungan pembangunan nasional.
dalam pasal 32 BAB III UUD 1945 bahwa “ Konsep ajaran Tri Hita merupakan
Kebudayaan Bangsa adalah “ Kebudayaan sarana yang mutlak, di mana konsep tersebut
yang timbul sebagai buah usaha budinya harus dimiliki oleh setiap Desa.Konsep
rakyat Indonesia seluruhnya”. Pengembangan tersebut menghaturkan hubungan manusia
kebudayaan Nasional, masyarakat tidak perlu dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
ingkar terhadap pluralisasi kebudayaan manusia dan hubungan manusia dengan
tradisional, seralas bersikap terbuka dalam lingkungan.Konsep tersebut diarahakan untuk
pertemuan duta budaya yang beraneka itu. dapat mencapai tujuan terwujudnya
Usaha memperkaya kebudayaan harus Moksartam Jagathita Ya Ca Iti
menuju kearah kemajuan abad budaya dan Dharma.Untuk mencapai tujuan tersebut di
persatuan,dengan tidak menolak bahan- perlukan kesatuan gerak dan pandangan serta
bahan baru dari kebudayaan bangsa sendiri, kepercayaan yang sama bagi setiap organisasi
serta mempertinggi derajat peradaban adat yang tercangkup di dalam Desa itu
kemanusian Bangsa Indonesia. sendiri.Melaksanakan ajaran Tri Hita Karana
Dalam pasal 32 BAB III UUD 1945 yang diatas mendorong kita untuk bias hidup
dan penjelasannya itu menegaskan komitmen nyaman,aman dan tentram. Kita dituntut bisa
Nasional merupakan perwujudan cita-cita hidup berdampingan baik dengan sesama
kebangsaan yang berlandasan dalam tatanan umat beragama,antar umar beragama maupun
kehidupan bersama yang disertai penghayatan dengan lingkungan sekitar lingkungan yang
senasib sepenanggungan yang subyektif dan bersih.(Pendidikan Agama Hindu dan Budi
kolektif. Pekerti 2014:41- 42).

Pentingnya kerukunan hidup umat Pembangunan yang giat dilaksanakan


beragama,sesuai dengan pola konsep Hindu dewasa ini pada hakekatnya merupakan
arah kerukunan terdiri dari tiga unsur proses pembaharuan di segala bidang
yaitu:kerukunan intern umat beragama kehidupan. Proses itu dengan sendirinya
,kerukunan antar umat beragama,dan menuntut perubahan kebudayaan dalam
kerukunan antara umat beragama dengan masyarakat.Diantara unsur kebudayaan yang
pemerintah.Ketiga pola ini diupayakan umtuk berpengaruh oleh perubahan itu adalah bentuk
terciptanya kerukunan secara global dari masa gotong royong baik yang bersifat spontan,
kemasa demi kesinambungan pembangunan yang berpamrih atau yang bersifat memenuhi
kewajiban sosial.

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
67
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
Dalam proses kebudayaan, khususnya masyarakat dan kebudayaan Bali sedang
di pedesaan,terjadi pergeseran nilai- nilai mengalami perubahan khususnya karena
budaya. Hal ini mempengaruhi bentuk dan modenisasi dan pembangunan. Atas dasar
sifat gotong royong yang ada pada masyarakat logika edukatif, perubahan suatu masyarakat
yang bersangkutan, terutama sekali pada dan kebudayaan pada hakekatnya akan
masyarakat pedesaan.Kerja sama dengan membwa implikasi perubahan subsistem
asas timbal balik menyebabkan adanya masyarkat yang bersangkutan baik sistem
keteraturan sosial dalam masyarakat. ekonomi,sistem teknologi,sistem
Keteraturan sosial itu terwujud karena kemasyarakatan maupun sistem religi,
memang unsur-unsur yang ada dalam gotong eksistensi gotong royong sebagai suatu unsur
royong itu sudah dan sedang dihayati oleh sosial budaya masyarakat,dari sudut
masing-masing individu dan kelompok. pendekatan fungsional pada hakekatnya
Apabila unsur itu tidak d hayati, tidak akan berada dalam hubungan terjaring (inter
ada keteraturan maka sistem itu berubah atau dependensi) dengan unsur-unsur lain dalam
hilang sama sekali. rangka kehidupan masyarakat.
Suatu asumsi dasar yang di jadikan Disuatu pihak generasi muda sangat
patokan dalam pemahaman tentang sistem rentan terhadap budaya baru,sering
gotong royong adalah:” Bentuk kerja sama menentang dan menolak nilai- nilai budaya
untuk mencapai tujuan tertentu dengan asas yang telah tertanam. Maka terjadilah
timbal balik yang mewujudkan adanya pencemaran budaya lama atau asli.
ketentuan sosial dalam kehidupan Perkembangan dan penguasaan ilmu dan
masyarakat.( Griya 1986 :3). teknologi memang merupakan urgensi yang
tidak bias ditangguhkan dalam mempengaruhi
Didalam bentuk- bentuknya, wujud tradisi atau budaya yang telah melekat dalam
gotong royong itu dapat pula dilandasi oleh kehidupan sosial masyrakat, sehingga
spontanitas, pamrih atau karena memenuhi akhirnya menggeser dan dapat melemahakan
kewajiban sosial, walaupun landasannya yang budaya yang telah mengakar.
pokok adalah asas timbal balik itu. Antara
ketiga hal itu banyak terlihat perbedaan- Atas dasar ungkapan di atas, maka
perbedaan tingkatan yang mendasar. Didalam diupayakan melestarikan nilai-nilai budaya
kehidupan masyarakat Bali ada bentuk kerja yang semakin mengalami pergeseran.
sama yang di golongkan sebagai gotong Seberapa jauh perubahan dalam sistem gotong
royong ini pada pokoknya dilandasi oleh royong dalam kaitan proses pembangunan
spontanitas atau pamrih. Bentuk kerja sama dan masa depan masyakat.
yang lain adalah yang dapat d golongkan Berdasarkan paparan yang di atas dan
sebagai gotong royong kerja bakti, yang untuk melengkapi urian di atas, maka dalam
dapat terwujud sebagai kegiatan untuk penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti
memenuhi kewajiban sosial. Dewasa ini Gotong Royong dalam Masyrakat, yang

WIDYA WRETTA
68
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
berjudul “Nilai Pendidikan Budaya Gotong besar warga masyarakat tentang hidup
Royong Dalam Kehidupan Sosial bersama yang di landasi dengan nilai budaya,
Masyarakat Desa Pergung Kecamatan memgingat manusia itu tidak hidup sendiri di
Mendoyo Kabupaten Jembrana dari dalam ini, tetapi dikelilingi oleh komunitinya
penelitian ini diharapkandapat menjawab apa dan alam semestanya. Didalam sistem sosial,
yang menjadi fokus dalam penelitian ini yakni, mereka merasakan bahwa dirinya hanya suatu
1). Bagaimana pelaksanan gotong royong unsur kecil saja dari dalam ini. Kerena itu ia
dalam sistem kehidupan sosial masyarakat harus berusaha untuk sedapat mungkin
desa pergung Kecamatan Mendoyo memelihara hubungan baik dengan sesamanya
Kabupaten Jemrana; 2). Bagaimana usaha dengan tergolong oleh jiwa sama rata, sama
untuk mempertahankan nilai pendidikan tinngi, dan sama rendah.
budaya gotong royong yang telah lama Azas kebersamaan inilah
tertanam dalam kehidupan sosial masyarakat memotivasi masyarakat untuk lebih berorintasi
Desa Perung Kecamatan Mendoyo terhadap sesama, sehinnga tercipta nilai
Kabupaten Jembrana. Dalam hai ini dapat budaya yang berkembang dalam bermacam-
menumbuhkan rasa kerbersamaan. Terkait macam kegiatan gotong royong. Atas dasar
dengan penelitian ini akan dibahas beberapa konsep-konsep tersebut di atas, maka konsep
permasalahan sesuai dengan fokus penelitian. gotong royong agaknya mengimplikasikan
Berdasarkan atas pemahaman latar dalam kehidupan gotong royong tersebut
belakang masalah diatas, maka untuk terbagi dalam berbagai bidang kehidupan
mendapakan gamabran yang lebih jelas serta masyarakat pedesaan. Konsep gotong
lebih dapat mengrahakan pembahasan materi royong merupakan konsep yang erat kaitanya
sebagai dengan yang dimagsud maka dapat dengan kehidupan masyarakat pedesaan,
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai baik sebagai pengarahan tenaga maupun
berikut : 1). 1. Bagaimana pelaksanaan sebagai sistem nilai budaya yang kental
gotong royong dalam kehidupan sosial dengan aktivitas dalam rangka kehidupan
masyarakat di Desa Pergung Kecamatan sosial budaya masyarakat bali
Mendoyo Kabupaten Jemrana? 2). Sebuah sumber menyebutkan bahwa:
Bagaimana usaha untuk mempertahankan nilai “Gotong Royong adalah bentuk kerja sama
pendidikan budaya gotong royong yang telah untuk mencapai tujuan tertentu dengan azas
lama tertanam dalam kehidupan sosial timbal balik yang menyujudkan adanya
masyarakat di Desa Pergung Kecamtan kententuan sosial masyarakat”.(Griya I
Mendoyo Kabupaten Jembrana? Wayan, 1986:23).
2. Pelaksanaan Budaya Gotong-Royong. Dari urian di atas dapat terungkap bahwa di
Dalam kehidupan sosial masyarakat dalam bentuk-bentuk gotong royong itu dapat
pedesaan telah lama tertanam dari sebagian pula dilandasi oleh spontanitas, pambrih dank

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
69
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
arena memenuhi kewajiban sosial, walaupun 2.1 Meselisi Bau
landasanya yang pokok adalah azas timbal balik. Tradisi yang sangat unik ini, telah
Dengan demikian, maka ada dua jenis berlangsung di dalam kehidupan sosial
tipe gotong royong dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Pergung. Meselisi Bau
masyarakat yakni : “Gotong royong tolong merupakan kegiatan gotong royong yang
menolong, bentuk gotong royong ini pada klasifikasinya merupakan kegiatan gotong
pokoknya dilandasi oleh spontanitas atau royong tolong menolong pada bidang
pamrih dan bentuk gotong royong kerja bakti ekonomi dan mata pencaharian masyarakat.
yaitu pada pokoknya dilandasi sebagai Menurut sebuah sumber
kegiatan untuk memenuhi kewajiban sosial mengungkapakan bahwa kata Meselisi Bau
sebagai masyarakat.”(Griya I tersusundari kata dasar yaitu: selisih dan bau.
Wayan,1986;26) Selih artinya pinjam dan Bau artinya harfiahnya
Atas dasar konsep tersebut diatas, adalah bau dan dalam kontek itu, bau yang di
maka konsep gotong royong agaknya magsud adalah bau binatang ternak. Ternak
mengimplikasikan dalam kehidupan yang umumnya dipergunakan dalam kegiatan
masyarakat desa Pergung yang secara pengolahan tanah di bidang pertanian yaitu
keseluruhan mengklasipikasikan kedalam seperti: sapi, dan kerbau. Dengan demikian
kedua tipe dan masing-masing jenis diuraikan maka istilah meselisih bau mempunyai arti
dan dijelaskan eksestensinya maupun saling pinjam atau saling memberikan binatang
perkembangannya dalam empat jenis bidang ternaknya seperti sapid dan kerbau. Masing-
kehidupan masyarakat Pergung yaitu: masing, sehingga terwujud sepasang ternak
- bidang ekonomi dan mata pencaharian yang siap di pergunakan untuk menarik bajak
sawah dalam pengolahan tanah di sawah.
- bidang teknologi dan perlengkapan hidup (Griya I Wayan,1986:26).
- bidang kemasyarakatan Menurut I Nyoman Sumada
- bidang relegi dan kepercayaan mengatakan bahwa dalam keadaan seperti itu
seorang petani memberikan seekor ternaknya
Kemudian terkait dengan penelitian
dari petani yang lain. Sepasang ternak yang
tentang sistem gotong royong di Desa
terwujud, berkat adanya kerja sama tersebut.
Pergung, Kecamtan Mendoyo, Kabupaten
Siap dipakai secara silih berganti diantara
Jembrana akan dibahas yakni: untuk gotong
mereka dan bentuk kerja sama seperti itu akan
royong dalam bentuk tolong menolong akan
berulang berkali di pergunakan petani dalam
di uraikan tentang “Meselisi Bau dan
musim pengolahan lahan persawahan mereka.
Meselisi”, dan untuk gotong royong dalam
bentuk kerja bakti akan di uraikan “ tentang I Nyoman Sumada menambahkan
Ngayah”. bahwa jenis gotong royong menolong melalui
penggabungan tenaga ternak seprti itu telah

WIDYA WRETTA
70
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
dikenal dari masa yang jauh lampau. masing-masing peserta memberikan seekor
Khusunya semenjak tenaga binatang ternaknya.Dalam tradisi pemakain bajak di
merupakan sumber tenaga penting di bidang Desa Pergung bajak tersebut ditarik oleh
pertanian.Pada desa-desa pertanian di Bali sepasang sapi atau kerbau.Sapi atau kerbau
potensi tenaga ternak masih merupakan penarik bajak itu jumlahnya dua ekor.Dapat
sumber tenaga yang penting. Kegiatan meselih terdiri dari keduanya jantan dan keduanya
bau tersebut masih terwujud sebagai yang betina,dan juga bisa digunakan satu ekor
murni. Kemudian dalam perkembangan jantan dan satu ekor betina.Ikatan pettani
berikutnya sering dimanfaatkan oleh desa- yang meselisih bau itu dapat berlangsung
desa yang lain yang sudah mengenal dan dalam jangka waktu beberapa kali musim
terbiasa dengan sistem upahan. Pasangan tanam sepanjang kedua pasangan ternak itu
ternak yang berwujud sebagai kerja sama mampu diandalkan tenaga kerjanya.Apabila
seperti itu dapat diupahkan pada pihak ternak salah seorang petani anggota itu tidak
ketiga.(Wawancara tanggal 2 januari 2015). mampu dikerjakan lagi karena ternaknya tua
I Wayan Sukadana kelian subak atau dijual maka bentuk kerja sama itu bisa
Desa Pergung menjelaskan bahwa bentuk bubar dan petani yang ternaknya masih itu
kegiatan “ Meselisih Bau” berlaku dibidang membangun silih bau dengan petani lain dan
pertanian, baik pertanian sawah di maupun begitulah seterusnya.(Wawancara tanggal 2
pertanian tegalan.Tujuanya adalah untuk januari 2015).
pengolahan tanah yang penarik bajak dan I Nyoman Sumada menambahkan
fungsi tenaga ternak tersebut adalah sebagai dalam meselih bau itu batasan pesertanya yang
tenaga penarik bajak.Kelompok saling penting antara petani dandengan pemilik
kecil,umunya terdiri dari dua orang petani ternak dan rumah tepat tiingal mereka saling
pemilik ternak dan penggarap tanah.Petani berdekatan dan ikatan kekerabatan tidak
yang berselisih bau itu biasanya berdekatan amat menentukan. Faktor difrensasi sosial ada
rumah tempat tinggalnya satu sama pengaruhnya dalam menentukan pesertanya,
lain,sehingga memudahkan mereka dalam hal karena meselih bau sekurang-kurangnya
saling meminjamkan dan memberikan menurut adanya jenis pekerjaan yang sejenis
ternaknya.( Wawancara tangal 2 Januari diantara pesertanya. Tidak mungkin petani
20015). meselisih bau dengan pegawai atau pedagang,
I Gede Saksi seorang petani yang karena dua jenis pekerjaan yang berlakangan
merupakan pasang Meselisih Bau dengan I bukan pekerjaan yang sejenis dengan petani
Nyoman Sumada menjelaskan tentang dan juga pegawai atau dagang adalah bukan
peserta-peserta meselisih bau itu biasanya pemeliha ternak. (Wawancara tanngal 2
terdiri dari dua orang petani.Dengan cara Januari 2015).
demikian akan terwujud akan dapat terwujud Menurut penjelasan I Gede Saksi ada
sepasang ternak penarik bajak,dimana ketentuan-ketentuan yang telah disepakti dan

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
71
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
berlaku pada kegiatan Meselisih Bau, yakni menjadi pasangannya. Dengan demikian ada
kewajiban yang paling pokok dari anggota kecendrungan dasar pertimbangan yang
peserta, dalam jenis kegiatan yang paling cukup rasioanal dalam hal pemilihan pasangan
pokok dari anggota peserta, dalam jenis yang diajak membangun selisih bau itu. Petani
Meselisih Bau adalah saling memberikan yang membangun silih bau adalah antar petani
ternak mereka untuk dipakai dalam yang luas garapanya relatif sama,sehingga
pengolahan tanah sebagai tenaga penarik dengan demikian yang satu tidak diekploitasi
bajak.Disamping itu,kadang-kadang ikut serta oleh yang lain.
pula jenis-jenis peralatan yang relevan dengan Dalam hal meselisih bau itu,memang
pekerjaan pengolahan tanah tersebut atau ditutut adanya keiklasan dan kewajiban
tenaga petani itu sendiri.Dengan moral,untuk saling membantu secara
demikian,apabila seseorang petani akan berimbang antara sesame anggota peserta.
mengolah tanahnya dengan bajak,dan Apabila ternyata bahwa kewajiban yang
mempergunakan tenaga ternak pernah diberikan (kewajiban melalui tenaga
pasanganya,maka yang diajak membangun ternak) tidak seimbang dengan hak yang
silih bau.Sering pula petani pasang itu ikut serta diterima dari pasangannya, maka pasangan
dalam menghartakan sapi atau kerbaunya tersebut dapat bubar dan bahkan dapat terjadi
ketempat kerja,lalu ikut membantu ketegangan tertentu serta petani mengalih
kerja,sebagai imbalan terhadap kerja,sebagai pasangan yang lain.
imbalan terhadap kerja seperti itu, maka
petani yang punya kerja yang punya kerja Suatu ketentuan yang penting pula
biasanya menyugukan makan dan minum dalam hal meselisih bau adalah,bahwa
menurut tradisi yang berlaku. (Wawancara pasangan ternak itu adalah kombinasi dari
tanggal 4 Januari 2015). peranan yang berbeda, yaitu ternak yangsatu
menempati yang sebelah kiri dan satu yang
I Nyoman Sumada menambahkan lagi posisi sebelah kanan, sehinnga dapat
sebaiknya apabila nanti pasangannya berfungsi secara harmonis. (Wawancara 3
mempunyai kerja, maka menjadi Januari 2015).
kewajiban.Bagi yang pertama untuk
berbuatyang sama seperti apa yang telah Menurut I Gede Saksi mengatakan
pernah dilakukan pasangannya yang terdahulu. bahwa pelaksanaan meselih bau dapat
Demikian terwujud suatu kegiatan gotong berlangsung dalam jangka waktu bebrapa
royong,tolong menolong antara kedua petani musim tanam.Untuk satu tahap pekrjaan,
melalui ikatan ternak mereka.Hal itu biasnya prosenya berlangsung sebagai berikut: Mula-
terdapat suatu keseimbangan dalam proses mula petani yang punya kerja member tahu
bantu membantu.Dalam arti jumlah kerja dan pasangannyasatu ada dua hari sebelumnya
luas garapan ysng terjadi pada petani yang bahwa dia akan melakukan pekerjaan
satu,hamper sama dengan yang lain yang membajak dan sapi atau kerbau

WIDYA WRETTA
72
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
pasangannya akan dipekergunakan.Dalam penggabungan tenaga kerja yang terwujud
hal pebriatahuan itu biasanya dipertegas, sebagai kerja sama seperti itu akan mampu
apakah ternaknya saja yang akan diminta mempercepat proses pengolahan tanah
atau sekaligus dengan bantuan tenaga kerja pertanian. Terungkap pula bahwa kehidupan
dari petani pasangannya itu. komoniti petani adalah suatu kehidupan dimana
Pada hari yang telah ditentukan, sifat hubungan personal merupakan cirri yang
maka ternak atau bersama petani cukup menonjol maka disamping hasil yang
pasangannya itu,digarapkan pekrjaan dari berbentuk fisik diatas pada hakekatnya
petani yang punya kerja itu. Pekerjaan diantara para petani peserta meselisih bau. Itu
membajak melalui meselih bau itu umumnya kadang-kadang tumbuh pula suatu ikatan batin
berlangsung pada pagi hari sekitar selama tertentu, dan rasa keterikatan itu terwujud dalam
setengah hari (dari jam 05.00 samapi dengan berbagai jenis gotong-royong yang lain antar
10.00 pagi) setelah pekerjaan itu selesai sesame, sepertimeselisi, ngerembo, ngopin dan
maka ternak dari pasanganya itu di lain-lain.
kembalikan oleh yang punya kerja atau 2.2 Meselisi
apabila pasangannya itu ikut membantu Tradisi yang telah berlangsung lama
kerja,maka dia sendiri yang ini merupakan kegiatan gotong-royong tipe
mengantarkanternaknya kembali.Dengan tolong menolong dalam bidang pertanian dan
demikain pula dikemudian hari, apabila petani mata pencaharian. Sistem sosial budaya
ini mendapat giliran,maka beralaku pula tata masyarakat di Bali, hanya tingkat intensitas
pelaksanaan seperti tersebut di atas. ( dan frekuensinya berbeda-beda menurut
Wawancara pada tanggal 3 januari 2015). bidang kehidupan dan tingkat perkembangan
Dari uraian di atas dapat terungkap masyarakat desa yang mengkonsepsikan dan
bahwa hasil dari kegaitan gotong royong mengaktifkan kegiatan gotong-royong
meselisih bau itu di terutama tertuju untuk tersebut. Hal ini berati bahwa jenis gotong-
kepentingan individu yang sedang punya royong yang sama mungkin akan diaktifkan
kerja. Dengan adanya jenis gotong royong ini, dengan tingkat intensitas dan frekuensi yang
maka seorang petani cukup memiliki seekor berbeda dalam bidang kehidupan dan tingkat
ternak saja (sapi dan kerbau) dengan bantuan perkembangn desa yang berlainan. Kemudian
seekor ternak lagi dari petani lain, maka terkait dengan penelitian tentang sistem sosial
terwujudlah pasangan ternak yang siap masyarakat desa Pergung. Kegiatan gotong
dipergunakan sebagai tenaga penarik bajak royong jenis meselisi merupakan tradisi yang
dalam pengolahan tanah pertanian mereka. telah berlangsung dalam kehidupan sosial
Dalam hal ini hasil tampak pertama-tama masyarakat petani. Sebuah sumber
adalah hasil bentuk fisik yaitu pasangan ternak menjelaskan bahwa “ Meselisi” terbentuk dari
sebagai tenaga kerja, pasangan petani yang kata dasar slisi. Sebagai suatu jenis gotong
menjadi peserta meselisih bau, dan royong, meselisi berati berganti-ganti

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
73
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
membantu. Kata slisian berati orang yang yang lain yang diajaknya meselisi dalam hal
diajak bantu membantu dalam bekerja.(Drs penjualan hasil kerajinan dan nanti begitu
I Wayan Geriya,1986 :36). sebaliknya. ( Wawancara 6 Januari 2015).
Menurut I Nyoman Peres Kepala Bentuk kegiatan “ Meselisi” itu
Desa Pergung menjelaskan bahwa jenis seperti disebutkan diatas umumnya berlaku
gotong royong ini sangat popular dibidang dalam bidang mata pencaharian, yaitu
pertanian dan dapat dipandang sebagai jenis pertanian, kerajinan dan dalam bidang
kegiatan arisan bertani. Diluar bidang pertanian kemasyarakatan. Dalam penjelasan yang
meselisi juga dikenal dalam bidang kerajinan disampaikan oleh I Ketut Nonik seorang
dan bidang kemasyarakatan. petani yaitu dalam bidang pertanian seperti
Dibidang pertanian, kegiatan meselisi kegiatan mencangkul atau menanam,
diantara sesama petani telah dikenal dan tujuannya adalah untuk menghimpun tenaga
dipraktekan sejak masa yang lampau kerja tambahan, sehingga dengan demeikian
terutama tatkala sistem upahan belum proses pekerjaan dapat berlangsung secara
menyentuh kehidupan para petani. Tatkala lebih cepat. Dalam lingkungan kehidupan
kebutuhan akan tenaga kerja tambahan sangat petani yang mengenal sistem upahan, maka
diperlukan terutama pada tahap-tahap kegiatan meselisi itu pada umumnya dilakukan
pekerjaan tergolong berat dan memelukan antara sesama petani yang kurang mampu
tenaga tambahan seperti : mencangkul, memakai tenaga upahan dalam pengaarahan
menanam, maka sejumlah petani menghipun tenaga tambahan yang diperlukan itu. (
diri melalui tukar menukar tenaga dan bantu Wawancara Tanggal 6 Januari 2015).
membantu satu sama lain. Himpunan itu secara Dalam bidang kemasyarakatan
silih berganti menyambung tenaga kerja adanya bentuk kegiatan “ Meselisi”
mereka terhadap anggota himpunan sampai memberikan peluang bagi seseorang untuk
mencapai suatu siklus, dimana setiap anggota mengalihkan suatu kewajibannya kepada
pernah membnatu dan dibantu diantara kawanya yang lain. Sehingga sesorang itu
sesamanya. (Wawancara 4 Januari 2015). dapat memfokuskan kegiatanya kepada
Dalam bidang kerajianan seperti bidangyang lain, yang dari sudut kepentingan
informasi yang disampaikan oleh I Ketut Reda oarng tersebut menurut suatu prioritas tanapa
seorang pengerajin bide(ulatan bambu) di dia dianggap melalaikan kewajiban sosilnya.
Pergung. Meselisi terwujud dalam hal Kelompok yang terlibat dalam
pertukaran materi hasil kerajinan. Apabila ada kegiatan meselisi itu pada umumnya adalah
seseorang pembeli ingin membeli suatu barang kelompok yang bersifat sementara dan
(Bedeg)dari seorng pengerajin yang kebetulan kemudian dapat berganti dengan orang lain
dia tak mempunyai persediaan jenis barang setelah satu siklus.Setiap anggota telah pernah
yang ingin dibeli tersebut, maka pengerjian membantu dan dibantu satu sama lain.

WIDYA WRETTA
74
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Meselisi dibidang pertanian, umumnya terjadi usia yang sebaya dan dengan luas garapan
diantara petani tetanggaan meselisi dibidang yang rata- rata seimbang. Maka dapat
kemasyarakatan umumnya diantara sesama dikatakan bahwa dalam kegiatan meselisi
dalam satu kelompok sosial tertentu yaitu satu peserta-pesertanya adalah asal dari strata
banjar, satu seka, satu subak, satu sosial yang sama. (Wawancara tanggal 2
dadia.(Wawancara dengan I Wayan Januari 2015).
Sukadana, Kelian Subak Desa Pergung). I Nengah Mista seorang petani
Kelian Subak I Wayan Sukadana penggrap mengatakan bahwa ada ketentuan-
menambahkan bahwa peserta-peserta ketentuan dalam kegiatan meselisi yakni pada
kegiatan meselisi, yang terpenting adalah pokoknya kewajiban peserta dalam kegiatan
orang-orang tersebut asal dari pekerja sejenis, meselisi adalah saling memberikan tenaga
dalam artian ini bahwa mereka adalah sama- kerja, atau memberikan tenaga kerja, atau
sama petani, sama-sama pengerajin dan materi bagi anggota peserta yang telah
seterusnya.Dalam bidang pertanian jumlah membutuhkan bantuan tersebut.Dalam hal ini
peserta dalam satu himpunan peselisian misalnya satu himpunan peselisian dalam hal
biasanya sekitar 2-5oarang. Jumalah yang mencangkul terdiri dari 5 orang peserta dan
relatif kecil seperti itulah yang lebih salah seorang anggota sedang mempunyai
memberikan kemudian dapat tercapainya satu kerja, maka empat anggota lainya
siklus untuk satu musim tanam, dimana setiap berkewajiban datang membantu
anggota pernah membantu dan dibantu satu mencangkulkan tanah pertanian anggota
sama lain diantara sesama mereka. Para petani tersebut, sampai tanah garapan selesai
yang ikut serta dalam satu peselisian umunya dikerjakan. Dalam hal seperti itu, maka
adalah dari kalangan pria dan mereka dapat anggota peserta yang telah menyelenggarakan
terdiri dari kategori golongan usia dewasa kerja dan menerima bantuan dari empat orang
maupun tua. Ada kecendrungan bahwa anggota peserta lainya, akhirnya mempunyai
mereka memilih anggota dari golongan usia suatu kewajiban pula untuk nantinya
relatif sebaya. mengembalikan bantuan tersebut, dalam
Batas-batas bagi peserta dalam bentuk bantuan tenaga kerja kepada sesama
kegiatan meselisi dibidang pertanian tidak anggota terdapat suatu hak dan kewajiban
harus diikat oleh sistim kekerabatanatau sistim untuk saling memberikan bantuan, baik
kesatuan hidup setempat (banjar, desa). berupa tenaga maupun materi, dalam suatu
Peserta-peserta itu pada umunya terdiri dari bentuk maupun jumlah yang hampir seimbang.
petani -petani tetangga atau anggota suatu Dalam contoh kasus himpunan kegiatan
subak tertentu. Karena mereka pada meselisi, lima petani pecangkul diatas, maka
umumnya adalah himpunan dari pekerja- dalam setiap pekerjaan mengcangkul untuk
pekerja yang sejenis. Adanya kencendrungan anggota himpunan selalu ditemukan satu
di antra mereka memilih anggota dari golongan bentuk kerja sama tolong menolong yang

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
75
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
pada hakekatnya bersifat tertutup, dalam arti punya kerja itu menghubungi sasama anggota
diselenggarakan oleh anggota peserta dan himpunannya. Dalam hal ini tidak ada
untuk kepentingan anggota peserta yang pemimpin himpunan dan juga tidak ada
bersangkutan. ( Wawancara tanggal 7 Januari aturan-aturan pasti, misalnya tentang giliran
2015). atau sangsi-sangsi bagi yang tidak disiplin.
I Ketut Suka menambahkan bahwa Segala musyawarah dan resiprositas. Dalam
kegiatan meselisi itupun adalah digerakkan hal kerja tersebut diatas, maka menurut hari
oleh prinsip timbal balik. Karena itu hampir dan tempat ,yang telah ditetapakan oleh yang
selalu ditutut adanya keseimbangan antara hal punya kerja, maka seluruh anggota peserta
yang pernah diterima dan kewajiban yang datang untuk melakukan kerja. Dalam
harus diberikan.Apabila ada diantara anggota bentuknya yang paling murni, kegiatan meselisi
peserta tidak disiplin dalam arti lebih seperti ini, bahkan berlangsung tanpa adanya
mengutamakan hak dari pada kewajiban, kompensasi apapun yang punya kerja. Masa
maka orang tersebut segera harus menerima kini mulai adanya suguhan seperti minuman,
suatu penelian jelek atas dirinya. Prilaku rokok, dan sebagainya. Satu dari proses
dijadikan fokus buah bibir diantara sesame meselisi berakhir apabila telah tercapai satu
petani. Karena prinsip kehidupan umumnya siklus, dimana anggota peserta telah pernah
lebih didasrkan pada solidaritas mekanis, memberikan kewajiban dan menerima hak
maka hal seperti itu mudah menjalar dan mereka. Ikatan meselisi itu dapat bubar untuk
diketahui oleh lingkungan petani yang lebih satu musim tanam dan kadang-kadang-
luas, dan nantinya orang seperti itu tidak akan kadang dapat berlangsung untuk beberapa
mau lagi diajak kerja sama dan mudah musim tanam. ( Wawancara tanggal 6 Januari
terisolasi. ( Wawancara pada tanggal 5 Januari 2015).
2015). Dari urain di atas dapat terkuap
Menurut I Ketut Suka pelaksanaan bahwa hasil dari kegiatan, yang pada
kegiatan meselisi umumnya diawali oleh suatu gilirannya nanti dapat dinikmati oleh seluruh
kontak dan pembicaraan yang bersifat anggota peserta. Karena dalam kegiatan
informal. Sejumlah petani menyatakan meselisi itu pada umumnya menyangkut
kesepakatanmereka untuk menghimpun diri tenaga kerja dan materi, maka hasil yang
dalam satu bentuk himpunan peselisihan. Hal segera terwujud adalah dalam bentuk fisik.
ini dilakukan biasanya pada awal musim Dengan adanya jenis gotong royong ini maka
tanam. Dengan tercitanya kesepakatan dalam bidang pertanian para petani dapat
tersebut, maka merekpun pada hakekatnya memperoleh tenaga tambahan tanpa
mulai terkaitoleh adanya hak dan kewajiban mengubah dan pekrjaan dapat terselaisaikan
antara sesame mereka. secara lebih cepat, karena dianggap oleh satu
himunan tenaga kerja secara bersama-sama.
Apabila salah satu anggota peserta Dalam bidang kemasyarakatan jenis gotong
telah menetapkan punya kerja, maka yang

WIDYA WRETTA
76
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
royong ini menyebabkan seseorang dapat aktifitas pengarahan tenaga untuk kepentingan
menularkan atau melimpahkan suatu persiapan atau pelaksanaan upacara di pura,
kewajiban sosial secara sementara kepada di banjar atau di desa. Pengarahan tenaga
temannya yang lain, tanpa dia dianggap lainnya di tempat yang sama untuk suatu hal
melalaikan kewajiban sosil. yang berhubungan dengan keramaian,
2.3 Ngayah perayaan atau kegiatan lainnya oleh warga
masyarakat yang bersangkutan.
Kegiatan gotong royong sejenis “
Ngayah” merupakan tradisi yang hidup dan Bentuk kegiatan gotong royong jenis
telah berlangsung dalam kehidupan sosial “ngayah” ini yaitu : dengan pengertian suatu
masyarakat Desa Pergung. Ngayah kegiatan yang berhubungan dengan
merupakan tipe gotong royong kerja bakti sumbangan tenaga yang harus diberikan oleh
dibidang kehidupan yang secara klasifikasi suatu golongan masyarakat yang lebih rendah
merupakan bidang realigi dan kepercayaan. tingkatannya kepada golongan masyarakat
Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa, yang lebih tinggi tingkatannya, maka gotong
kata ngayah mempunyai arti kegiatan untuk royong ini bias berbentuk suatu kewajiban
melaksanakan pekerjaanbagi kepentingan sosial diantara golongan masyarakat dengan
orang atau kelompok yang lebih tinggi derajat pelaisan social seperti kasta.
atau statusnya. ( I Wayan Geria, 1986 : 88). Kegiatan gotong royong ini juga
Dalam sumber lain juga disebutkan bahwa : membentuk suatu pola hubungan yang pasti
Ngayah ialah suatu aktivitas sosial yang antara suatu golongan masyarakat dengan
bertujuan menyebutkan tenaga untuk kegiatan gotong royong masyarakat dengan warga
yang bersifat suci atau sakral yang kadang- kelompoknya yang dapat dikatakan sebagai
kadang bersifat kemeriahan. (Drs. I Ketut hubungan “Patron Kloin” seperti :
Sudana Astika, 1986 : 88) - Banjar dengan anggota banjar
Istilah atau pemakaian ngayah ini - Sanggah /Pura dengan anggota dadia/
sudah di kenal lama terutama pada masa penyungsung
kerajaan-kerajan dahulu, dimana anggota - Puri dengan sama carik/Samakarang
masyarakat melakukan kegiatan ini bagi - Puri/Jero dengan panjak/parekan
kepentingan kerajaan atau keluarga saja. - Geriya dengan sisianya
sampai sekarang masih ada perbedaan Pada kegiatan-kegiatan lain yang
struktur masyarakat, yang terwujud dalam berhubungan dengan keramaian atau
tingkat kasta. Istilah ngayah masih terpakai kemeriahan di Pura, Puri maupun Banjar,
untuk suatu aktifitas sumbangan tenaga dari aktivitas gotong royong ini akan berbentuk
suatu golongan masyarakat kepada golongan suatu cetusan spontanitas dari para warganya
masyarakat yang lebih tinggi tingkatannya. untuk memenuhi kewajiban sosial dalam
Istilah “Ngayah juga terpakai untuk suatu menyumbang tenaga bagi kepentingan
bersama.

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
77
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
Menurut I Nengah Peres bendesa Adat Desa warga sendiri dan bukan dari pihak yang
Pergung mengatakan bahwa peserta-peserta diberikan sumbnagan tenaga. ( Wawancara
kegiatan gotong royong seperti ngayah ini pada tanggal 9 Januari 2015).
melibatakan para warga suatu kelompok Pelaksanaan dari aktifitas gotong
sosial tertentu, yang tercipta adanya struktur royong “ngayah” ini biasanya didahului
sosial dimasyarakat atau kalangan warga denganpamong banjar, desa, dadia atau
kelompok tersebut. pengurus desa adat dan pengurus desa adat
Para peserta kegiatan ini bias semua setempat.Menurut I Wayan Renden banjar
warga suatu banjar atau kegiatan desa, atau Petan Kelod Desa Pergung untuk memelihara
sebagian saja dari para warga tersebut. Pola dilingkungan Pura Puseh dan Pura Desa dan
hubungan yang tercipta karena adanya lingkungan sekitar, telah dijadualkan itu setiap
hubungan yang baik seperti Karena bentuk bulan yaitu minggu pertama telah dijadualkan,
gotong royong ini terwujud sebagai kewajiban secara bergilir dari anggota banjar Petapan
sosial dari suatu kelompok atau golongan Kelod yang masing-masing kelompok terdiri
masyarakat lainya.Maka kadang-kadang juga dari lebih 40 orang mengadakan kegiatan
tewujud suatu kewajiban yang timbal balik pembersihan. Kemudian bulan berikutnya
anatara keduanya. Bagi yang mendapat dilaksanakan oleh kelempok Banjar lainya
sumbangan tenaga, berkewajiaban untuk karena Desa Pegung terdiri dari 6 Banjar yaitu
memberikan sekedar imbalan yang berupa Banjar Petapan Kelod, Banjar Petapan Kaja,
hidangan atau imbalan lainya. Tetapi ketentuan Banjar Pangkung Lubang, Banjar Pangkung
ini tidak perlu mengikat, karena pada Apit, Banjar Baler Pasar dan Banjar Dauh
kewajiban menyumbang tenaga dari para Pasar. Kegiatan ngayah ini dilakukan secra
anggota suatu kelompok yang bernama “ rutin dan terpimpin oleh Kelian Banjar masing-
banjar atau desa”,dan tidak ada suatu masing banjar. Kemudian dalam hal permanen
keharusan tersedianya hidangan tersebut. seperti perbaikan bangunan maupun
Ketentuan yang lain ialah yang berhubungan persiapan menyambut piodalan maka semua
dengan sangsi yang dikenakan kepada para banjar melakukaan kerja bakti dan ngayah
peserta, karena suatu hal tidak dapat ikutserta secara bergiliran. Kegiatan ini merupakan
dalam kegiatan gotong royong ini. Karena gotong royong untuk memenuhi kewajiaban
aktifitas ini sebenarnya lebih banyak sebagai warga masyarakat Desa Pergung. (
berdasarkan pada spontanitas, sehingga Wawancara pada tanggal 10 Januari 2015).
ditutut adanya pengertian dan kesadaran I Wayan Renden menambahkan
tinggi. Maka sangsi-sangsi yang juga lebih pengaturan pemakaian tenaga yang datang
banyak berupa sangsi sosial diantara para juga mendapat perhatian dari para ketua
warga lainya, bahkan akibat yang lebih fatal kelompok dan langsung menjadi pemimpin
lagi ialah pengucilan dari para warga sendiri, kelompok kerja. Pengaturan yang paling
jadi sangsi ini sebenarnya datang dari para penting adalah pengaturan konsumsi untuk

WIDYA WRETTA
78
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
persiapan Krama yang ngayah, biasnya terwujud dari satu aktivitas yang bernama “
jumlahnya sangat besar pada saat-saat Ngayah”.
puncak upacara atau puncak karya piodalan 3. Usaha Dalam Mempertahankan
di Pura Khayangan Tiga Desa Pergung. Nilai Pendidikan Budaya Gotong
Dijelaskan pula oleh Bendesa Adat Royong.
bahwa sampai upacra atau suatu kegiatan Dalam pandangan hidup masyarakat
berakhir, maka kewajiban menyumbangkan pedesaan yang masih homogin sangat
tenaga ini belumlah berakhir seluruhnya. dipengaruhi dan dijiwai oleh kebudayaan Bali
Karena untuk membereskan sisa-sisa yang sarat dengan norma agama yaitu Agama
pekerjaan dan Persiapan maka rencana Hindu.Dalam sistim kepercayaan masyarakat
kegiatan yang akan datang juga harus diatur Desa Pergung bakti itu diwujudkan dalam
jauh sebelunya dan kegiatan tersebut bentuk “Pengorbanan yang tulus ikhlas
dilakukan dengan rasa tulus ihklas penuh terhadap sesamanya, maupun terhadap
pengabdian.Pelaksanaan ngayah itusangat makhluk lain. Jiwa sepengangguran inilah yang
melekat dalam sanubari masing-masing warga mampu mempertahankan nilai budaya yang
masyarakat, sehingga aktivitas gotong rorong ada di Bali umunyanya di Desa Pergung.
jenis ngayah ini merupakan suatu yang Pandangan hidup rasa bakti dan sepengguran
dianggap wajib oleh masyarakat Desa telah mengkristalisasi dari nilai-nilai yang
Pergung.( Wawancara pada tanggal 10 dimiliki oleh masyarakat diyakini keberannya
Januari 2015). dan karena itu mengakibatkan tekad para
Dari uraian diatas dapat terungkap warga masyarakat untuk mewujudkannya.
bahwa hasil utama yang dapat dicapai dari Azas kebersamaan memotivasi
aktivitas “Ngayah” ini adalah berhasilnya suatu masyarakt Desa Pergung untuk lebih
pekerjaan dilaksanakan berkat adanya beorientasi terhadap sasamanya. Azas
sumbangan tenaga dari para warga suatu berbakti membangkitkan loyalitasnya. Sistem
kelompok. Disamping itu juga tetap terjalin kepercayaan masyarakat untuk rasa bakti itu
hubungan yang berpola “patro-klien” antara diwujudkan dalam bentuk manusia suci yang
satu golongan masyarakat dengan segolongan ditujukan baik terhadap sesamaa makro
masyarakat lainya. Disamping itu bagi para kosmos ini. Ada lima jenis korban suci yang
warga suatu kelompok yang mempunyai tewujud sebagai upacraa yana memotivasi
kewajiban menyumbangkan tenaganya bagi kehudupan warga,dan hal ini dikenal “ Panca
kelompok lainnya, juga merasakan telah Yadnya” yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya,
memenuhi kewajibannya sebagai imbalan dari Pitra Yadnya dan Manusia Yadnya.
pada hak yang telah ia terima sebelunya.
Pandangan hidup seperti itulah yang
Suatu kewajiban sosial bertujuan menandai pedoman masyarakat Desa
untuk menyambungkan tenaga dari Pergung untuk dapat mengerakkan dan
segolongan warga masyarakat tertentu, telah

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
79
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
mewujudkan perbuatan kongkritdalam gotong royong berdesa Pergung menjelaskan
bentuk kegiatan gotong royong, tolong bahwa “ Konsep Tri Hita Karana yang
menolong maupun dalam bentuk kegiatan kerja merupakam pedoman hidup warga masyarakat
bakti lainya berbagai bidang kehidupan Desa Pergung telah terealisasi dalam awig-awig
masyarakat dalam bidang ekonomi, desa adat maupun awig-awig karma subak
teknologi.kemasyarakatan dan realigi. Atas Desa Pergung.
dasar itu faktor pandangan hidup dapat Seperti konsep parahyangan,
dikatagorikan sebagai yang lain fungsi memuntun warga masyarakat dalam bidang
mempertahankan sistem gotong royong dalam realigi dan kepercayaan untuk
kehidupan masayarakat Desa Pergung. mempertahankan gotong royong kerja bakti
Usaha-usaha mempertahankan jenis “ngayah”. Kemudian konsep pawongan
budaya dilakukan melalui pola pelembagaan telah menuntun warga bahawa dalam hidup
sistem gotong royong yaitu melalui jalur selalau ketergantungan dengan sasama
organisasi sosial tradisional seperti banjar, desa sehinnga setiap warga lebih menghargai
dan subak. Dan tidak melelui jalur organisasi kepentingan bersama. Sebuah sumber
sosial tradisional. Dalam pengembangan banjar, mengatakan bahwa “ Hakekat hubungan
desa dan subak sistem gotong royong manusia dengan manusui bervariasi atas:
merupakan sub sistem dari organisasi tersebut Hubungan horizontal atau berorientasi kearah
dalam kehidupan masyarakat Bali pada sasamanya, hubungan vertical atau berorientasi
umunya, baik di banjar maupun di desa. Kalau individual dan masalah hakekat hubungan
di kota tidak ada yang tergantung dalam manuasi dengan alam bervariasi atas: manusia
organisasi banjar maupun sosial orang Bali selaras alam, manusia tunduk terhadap alam,
terpenuhi oleh pelembagaan organisasi banjar manusia menguasai alam. (Koentjaraningrat,
maupun desa, karena juga mencngkup suatu 1980:104).
sangsi dalam sistem tertentu. Dalam bidang Atas dasar variasi-variasi kerangka di
pertanian organisasi subak sistem gotong atas, maka gotong royong agaknya berkaitan
royong terorganisasi dan di tertata melalui awig- erat dengan sistem nilai budaya mengenai
awaig subak. Sistem gotong royong sangat kuat hubungan horizontal dan vertical atar sesame
seperti perbaiakan irigasi, jalan dan ini manusia dan mengenai hungungan manusia
dilakukan bersama-sama dalam anggota karma selaras dengan alam. Profesor
subak serta bergotong royong. Koentjaraningrat menjabarkan sistem nilai
Awig-awig subak menurut atutan budaya yang merupakan latar belakang
secara sangsi yang mengikat anggota subak, kehidupan gotong royong Indonesia kedalam
sehingga sistem gotong royong yang konsep-konsep kehidupan masyarakat.
merupakan nilai budaya yang perlu dilestarikan. Kemudian konsep Tri Hita Karana
Terkait dengan penelitian nilai budaya di Desa dalam bidang Palemahan juga telah menuntun
Pergung dalam usaha pelestariannya sitem

WIDYA WRETTA
80
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
warga Desa Pergung menghargai lingkungan pengetahuan budaya pendidikan dari gurunya.
atau wilayah desa yang harus dijaga dan Selain itu lingkungan yang tidak kalang
dirawat secara bersama-sama. pentingnya adalah lingkungan masyarakat.
Atas dasar konsep-konsep tersebut Melalui masyarakat seorang anak dapat
diatas, maka konsep gotong royong agaknya meniru budaya dan tradisi yang ditumbuh
mengimplikasikan dua dimensi sistem nilai kembangkan oleh masyarakatnya.
budaya sebagai latar belakang kegiatan Fungsi budaya pendidikan dalam
gotong royong dan sistem tidakan yang suatu masyarakat adalah sebagai
terwujud sebagai peran sosial seperti bidang pedomandalam menghadapi lingkungan
kehidupan, ekonomi, bidang kemasyarakatan seperti alam, sosial dan budaya
serta bidang realigi dan kepercayaan dan (Suparlan.1995). Mengingat fungsinya
sistem ini di sebut sistem sosial. sedemikian vital, maka setaiap masyarakat
3.1 Gotong Royong Sebagai Nilai termasuk masyarakat Desa Pergung
Pendidikan. Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
memiliki dan berusaha untuk melestarikan,
Banyak denifinisi yang berkenan melindungi, mengembangkan dan
dengan budaya karena kedudayaan meliputi memanfaatkanya. Dalam rangka pelestarian
semua aspek kehidupan manusia. Namun itulah pendidikan budaya menjadi penting.
demikian ada satu hal yang tidak boleh Pendidikan budaya pada dasarnya adalah
dilupakan yaitu proses belajar yang artinya suatu kegiatan penanaman nilai-nilai yang
kebudayaan tidak datang dengan sendirinya dijadikan acuan dalam bersikap dan
tetapai harus dipelajari sejak manusia masih bertingkah laku bagi suatu masyarakat.
berusia dini,bahkan sejak manusia masih Penanaman nilai- niali itu dapatdilakukan oleh
berupa janin. Hal itu tercermin dari adanya keluarga ( melalui kedua orang tua), sekolah
pantangan- pantangan ketika sesorang berdan (melalui para guru) dan masyarakat ( melalui
dua ( hamil).Maka dari itu ada upacara warga). Ini artinya bahwa penanaman nilai-
kehamilan dalam umur kandungan tujuh niali tidak hanya di lingkungan keluarga dan
bulan,yang penuh dengan simbol- simbol yang sekolah,tetapi juga masyarakat.
bermakna. Semua itu dimagsudkan agar sang
cabang bayi kelak memiliki watak dan Suatu tradisi yang ada di kalangan
keperibadian yang sesuai dengan masyarakat masyarakat Desa Pergung yaitu gotong
ketika anak masih berusia dini. Lingkungan royong,baik gotong royong yang menyangkut
keluarga merupakan wahana pemblajaran kepetinganin individual( perseorangan)
budaya pendidikan. Dari kedua orang tua ia maupun kepentingan bersama. Gotong
akan belajar dan diajari budaya yang royong dalam kerja bakti untuk melestarikan
ditumbuh kembangkan oleh masyarakat dan desa termasuk dalam katagori gotong royong
setelahbesekolah ia akan memperoleh yang menyangkaut kepentingan bersama.
Gotong royong sebagaimana telah disinggung

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
81
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
bagaian depan,adalah nilai budaya sebagai diri manusia oleh karena itu hidup berkelompok
suatu sistem nilai dan bersifat abtrak,oleh manusia bersifat dinamis. Didorong oleh
karena sifat itu yang demikian maka ia tidak adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
dapat dilihat, difoto dan diraba. sendiri dan dibantu oleh akal pikiran yang
dimiliki, manusia membentuk kelompok-
Gotong royong baru dapat diamati
manangkala telah berwujud aktivitas ( sistem kelompok sosisl. Mereka merasakan banyak
manfaat keuntungan dari kerja sam dalam
sosail). Disini dapat dilihat bagaimana desa
kelompok. Pengalaman hidup dalam
gotong royong dalam bentuk kerja bakti untuk
melestarikan desa. Gotong royong sebagai kelompok kemudian menumbuhkan berbagai
kepentingan kelompok.
mana telah di singgung pada bagian atas, jika
diamati secara seksama, tidak hanya Nilai-nilai yang terkandung di dalam
mengandung nilai, ketergantungan dengan keyakianan agama mereka masing-masing
sesamnya bersamaan dan musyawarah, tetapi anggota masyarakat yang kemudian
juga kerjasama. Nilai-nilai tersebut sangat terfrekuensi dalam falsafah dan idiologi bangsa
mengandung kehidupan bersama dalam suatu yakni Pancasila. Nilai-nilai ketuhanan yang
masyarakat dan karenanya gotong royong terkandung di dalamnya hendaknya menjadi
dalam menunjukankepentingan bersama spirit yang terimplemasikan dalam pola pikir,
tersebut, secra tidak langusung merupakan pola sikap dan pola prilaku anggota warga
wahanadalam pendidikan budaya. Dalam masyarakat dengan membiasakan atau
gotong royong ini berjiwa sosial yang penting membudayakan saling menjaga nilai-nilai
yang harus ditambahkan pada anak-anak, anak kebaikan kemanusian, berperilaku adil
muda,orang tua maupun warga masyarakat, terhadap diri sendiri keluarga atau sesama,
Karena mengajarkan anak untuk memiliki jiwa menjadikan diri sebagai pemimpin yang
sosial,gotong royong dan saling membantu hal bertangung jawab dengan lebih mementingkan
ini dapat diemplementasikan di masyarakat kepentingan bersama ketimbang pribadi atau
dengan organisasi-organisasi yang dibentuk golongan yang bermuara pada berkembangnya
untuk mengajak masyarakat untuk melestarikan budaya gotong royong dalam segala aspek.
desa dan untuk mendidik anak secra dini untuk Nilai-nilai yang harus menjadi sumber kwalitas
melatih jiwa sosial si anak untuk melestarikan kehidupan berbangsa dan bemasyarakat dalam
desa. rangka menumbuhkan budaya gotongroyong,
yaitu spirit dan niali-nilai keimanam, ketakwaan,
Hal ini sangat berkaitandengan
kejujuran, keterbukaan, semangat hidup
kehidupan kelompok manusia yang
dilatarbelakangi oleh kondisi keterbatasan menyadari sendiri dan keberadaan orang
lain.persatuan dan kesatuan bersikap dan
kemampuan-kemampuan yang di miliki untuk
prasangka positif, disiplin diri, tamggung jawab
memenuhi kebutuhan hidupnya disisi lain
kebutuhan hidup manusia selalu berubah dan dan kebersamaan.
berkembang serta akal pikiran yang dimiliki Hal ini sangat berpengaruh pada nilai
menjadikan selalu terjadi proses belajar pada pendidikan sosial,nilai sosial yang terkandung

WIDYA WRETTA
82
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
dapat diambil dari prilaku dan tatacra hidup 4. Simpulan
sosial.Perilaku sosial berupa sikaf seseorang Berdasarkan pembahasan-
terhadap peristiwa yang terjadi disikitarnya yang pembahasan pada bab terdahulu maka bagian
ada hubungannya dengan sosial bermasyarakat akhir dari tulisan ini, penulis temukan beberapa
anatar individu. Nilai pendidikan sosial yang kesimpulan yang merupakan jawaban dari
ada dalam karya seni dapat dilihat dari cermin permasalan yang dibahas yaitu sebagi berikut.
kehidupan masyarakat yang diinterprestasikan
untuk mewujudkan Desa yang lestari dan a). Pelaksanaan budaya gotong royong di Desa
harmonis. Pergung diklasipikasikan kedalam dua
tipe yaitu tipe gotong royong tolong
Upaya yang dilakukan adalah menolong, dan tipe gotong royong kerja
membentuk dan pengembangan pos-pos bakti.Gotong royong jenisnya Meselisi
pemberdayaan keluarga( posdaya) di berbagai Bau merupakan kegiatan gotong royong
tempat di lingkungan sekitar yang bias dilakukan yang klasifikasinya merupan kegiatan
dibalai banjar. Posdaya merupakan wadah, gotong royong tolong menolong pada
forom silahturahmi dan wadah untuk bidang ekonomi dan mata pencaharian.
membangkitkan kembali budaya gotong royong Dan kegiatan meselisi bau itu kegiatan
di masyarakat di lingkungan kita. Dalam spontanitas yang didasari atas
posdaya kelurga-kelurga diajak secara kebersamaan dan pambrih dan timbal
muswarah dan memecahkan masalah balik yang hidup serta berlangsung di
dilingkungan dengan seksama dan belajar pedesaan.
untuk perpendapat secara logis sehingga
masalah dapat dipecahakan. b). Usaha untuk mempertahankan nilai
pendidikan budaya gotong royong yang
Dengan diawali musyawarah di tingkat telah lama tertanam dalam kehipuan sosial
akar rumput,budaya saling mengenal maka masyarakat Desa Pergung. Dilakukan
akan tercipta budaya hidup gotong royong yang melalui pola pelembagaan sistim gotong
secara nyata dilakukan. Gotong royong bukan royong melalui pola pelembagaan sistem
sekedar diomongkan di publik,tetapai bener- gotong royong dalam organisasi sosial
bener dilaksankan dengan cara seksama dan tradisional seperti Banjar, Desa
tulus iklas yang di kerjakam besama-sama.Hal Perekraman, karena banjar adalah
ini diciptakan adanya bentuk saling menghargai merupakan suatu kesatuan sosial atas
dan menghormati sesama anak bangsa. Dalam dasar wilayah yang lebih kecil dari Desa.
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat Banjar menjalankan tugas-tugas yang
sangat penting untuk mendidik dan bersifat religius juga bertugas dalam
menumbuhkn rasa kerja bakti pada anak sejak bidang yang lebih bersifat sekuler.
dini. Dalam hal ini kebersamaan yang sangat
Semua dilakukan dengan sistem gotong
penting dan akan tibul rasa kasih saying dan
royong yang tercangkup dalam
semua akan merasakan rasa kebersamaan di
organisasi sosial tradisional.
lingkungan orang tua, anak (muda mudi).

Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial


Masyarakat Desa Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
83
I Putu Sarjana
Ni Kadek Indah Suriastuti
DAFTAR PUSTAKA Muhajir. 2002. Metode Penelitian Kualitatif
III. Surabaya: Raka Sarasin.

Departemen Agama Republik Indonesia. Marzuki. 1977. Tehnik Observasi.


1986.Upadesa Nawawi, H. Hadari. 1993. Metodologi
Griya, I Wayan. 1986. Sistim Gotong Penelitian Bidang Sosial: Jogyakarta.
Royong Dalam Masyarakat Gajah Mada University Pre.
Pedesaan Daerah Bali. Departemen Poloma,M. Margaret. 2003.Sosiologi
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Kontemporer ( Tim Penerjemah).
Iventarisasi dan Dokumentasi Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Kebudayaan Daerah. Tim Penyusun. 2014. Buku Pendidikan
Hall, Caplin S.Dkk.1993. Teori-Teori Agama Hindu dan Budi Pekerti
Holostik (Organismik- Tingkat SD Kelas V. Bali Batang
fenomenologis). Yogyakarta: Kainisius Kemdikbud : Pusat Kurikulum dan
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Perbukuan.
Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Riduwan. 2004. Metode dan Teknik
Indonesia Ghalia. Penyusunn Tesis. Bandung: Alvabeta.
Jalaludin. 2002. Psikologi Agama. Jakarta: Saifuddin, Azwa. 1999. Metode Penelitian.
PT. Raja Grafindo Persada. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
James, A. Black dan Dean J. Champion. Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Pikologi
1999. Metode dan Masalah Umum. Yogyakarta : ANDI
PenelitianSosial. Bandung: Refika Adi Yogyakarta.
Tama.
Koentjaraningrat. 1982. Kebudayaan
Mentalis dan Perkembgangan.
Jakarta: penerbit PT Gramedia.
. 1990. Beberapa Pokok
Antropoligi Sosial, Dian Rakyat.
. 1993.Metode-metode
Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Resda
Karya.

WIDYA WRETTA
84
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK WARIS AKIBAT KONVERSI
AGAMA HINDU KE AGAMA KRISTEN
(DI DESA PAKRAMAN TARO KAJA)
DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG,
KABUPATEN GIANYAR

Oleh:

I WAYAN MARTHA
I NYOMAN SURTANA

ABSTRAK
Konversi agama Hindu menjadi agama lain merupakan masalah yang
serius yang di hadapi oleh masyarakat Bali saat ini. Seiring berkembangnya pola
pikir masyarakat Hindu Bali akibat globalisasi, yang tidak diikuti oleh
keseimbangan ekonomi dan lemahnya teologi/pemahaman agama Hindu,
menjadikan masyarakat Bali sering kali mempertanyakan keyakinannya terhadap
keadaan yang menghimpit kehidupannya, sehingga sering kali keadaan tersebut
menjadikan seseorang memilih melakukan konversi agama yang menimbulkan
kegoncangan dalam masyarakat adat di Bali sehingga menimbulkan implikasi-
implikasi/akibat terhadap pelaku konversi agama.
Dalam Karya Ilmiah Yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris
Konversi Dari Agama Hindu ke Agama Kristen, (Di Desa Pakraman Taro Kaja)
Desa Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar”. Adapun permasalahan
yang dibahas dalam skripsi ini adalah: (1) Mengapa konversi agama Hindu ke
agama Kristen di Desa Pakraman Taro Kaja bisa terjadi? (2) Bagaimanakah
Proses Konversi Agama Hindu ke agama Kristen di Desa Pakraman Taro Kaja?,
(3) Bagaimana Implikasi Konversi Agama Hindu ke agama Kristen Terhadap
Hak Waris di Desa Pakraman Taro Kaja?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor, Proses dan Implikasi
Konversi agama Hindu ke agama Kristen terhadap waris. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
analistis. Maksudnya adalah suatu analisis data yang didasarkan pada penelitian
kepustakaan yang dikaji dengan teori hukum yang bersifat khusus di bidang Desa
Pakraman, Hukum Adat dan Hukum Hindu.

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro,
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar 85
I Wayan Martha, INyoman Surtana
Untuk memudahkan pemahaman dalam pengkajian permasalahan penelitian
ini digunakan tinjauan pustaka berupa buku-buku dan skripsi dengan beberapa konsep
yaitu: (1) Koversi Agama (2) Implikasi (3) Waris (4) Hukum Hindu (5) Desa Pakraman
(6) Awig-awig. Teori yang digunakan adalah teori konversi agama, teori proses konversi
agama, dan teori konflik dan integrasi
Metode pengumpulan data yang di gunakan (1) Obserpasi, (2) Wawancara,
dan (3) Studi Kepustakaan. Metode analisis data digunakan metode kualitatif.
Penyebab terjadinya konversi dari agama Hindu ke agama Kristen di Desa
Pakraman Taro Kaja antara yaitu: (1) Faktor ekonomi, (2) Lingkungan tempat tinggal,
(3) Pengaruh kondisi pendidikan, dan (4) Kurangnya pemahaman ajaran agama Hindu.
Proses Terjadinya konversi agama Hindu ke agama Kristen di Desa
Pakraman Taro Kaja. Mengalami proses yang panjang dimulai dari sejak I Nyoman
Simon Nadhi tinggal dipanti asuhan kurang lebih 15 tahun dalam kurun waktu itu ia
menjalani proses ketekisasi (pendidikan Kristen) sebelum melakukan babtis
(pernyataan) masuk agama Kristen.
Implikasi yang ditimbulkan akibat melakukan konversi agama dari agama
Hindu ke agama Kristen di Desa Pakraman Taro Kaja, adalah: (1) Tidak diakui lagi
sebagai warga (masyarakat) Desa Pakraman Taro Kaja. Sesuai dengan awig-
awig/aturan yang berlaku. (2) Dilepaskannya mereka dari hak dan kewajiban di dalam
anggota Desa Pakraman Taro Kaja, terutama hak-hak/waris yang terikat dengan
Ayahan Desa Pakraman (kewajiban dalam masyarakat adat), seperti Tegal Ayahan
Desa dan Karang Desa (ladang dan pekarangan milik adat), semua hak itu kembali
menjadi milik Desa Pakraman. Pengambilan hak-hak ini bukan tanpa alasan,
pengambilan ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan masyarakat Desa
Pakraman Taro Kaja, dalam pemeliharaan kahyangan/pura, upacar-upacaranya dan
kegiatan adat lainnya. Seiring terputusnya hak-hak di dalam desa Pakraman maka
terputus juga kewajiban mereka di dalam desa Pakraman. Sedangkan hak-hak mereka
yang bukan atau tidak ada hubungan degan ikatan desa Pakraman Taro Kaja, seperti
harta guna kaya (harta atas nama pribadi /hak milik) keputusannya dikembalikan
kepada keluarga bersangkutan untuk memutuskan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tentunya semua aturan itu diberlakukan untuk menjaga eksistensi adat dan
agama Hindu di lingkungan Desa Pakraman Taro Kaja kedepan, dan tidak lupa
mempertimbangkan dalam pembuatan awig-awig (aturan) dan pelaksanaannya
supaya tidak bertentangan dengan UUD.RI,1945 (Undang Undang Dasar Republik
Indonesia, Tahun 1945), Hukum Adat Bali, dan Hukum Hindu.
Hasil penelitian ini ialah Hak dan kewajiban yang menyangkut Ayahan Desa
terhadap krama/warga masyarakat yang melakukan konversi dari agama Hindu ke
agama lain di Desa Pakraman Taro Kaja hak dan kewajiban dalam Desa Pakraman
dicabut. Karena dengan berpindah agama maka kewajiban-kewajiban dalam Desa
Pakraman Taro Kaja yang berlandaskan ajaran agama Hindu tidak dapat dilakukan.
Kata Kunci: Konversi Agama, waris,dan Implikasi.

WIDYA WRETTA
86
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
1.1 Latar Belakang (wetonan), mesangih (potong gigi),
Bali merupakan pulau kecil di pawiwahan (perkawinan), pengabenan
Indonesia, tetapi Bali memiliki keunikan (kremasi jenasah) dan sebagainya hingga
tersendiri yang lain daripada pulau-pulau upacara dewa yadnya baik dalam sekala
manapun di Indonesia bahkan di dunia, besar maupun kecil. Selain itu, ritual mecaru,
Kekhasan Pulau Bali sendiri dapat dilihat dari mepakelem sering digelar. Bahkan tidak
begitu banyaknya julukan yang diberikan jarang ritual itu dilakukan dengan serba
dunia luar terhadap Bali, diantaranya pulau mewah, mendatangkan sulinggih dalam jumlah
surga, pulau dewata, pulau seribu pura dan banyak, membeli banten yang besar,
banyak sebutan lainnya. Selain julukan membuat peralatan yang banyak serta waktu
tersebut Bali juga terkenal dengan yang dihabiskan berhari-hari (Setia,2006:27).
masyarakatnya yang ramah, adatnya kuat serta Dalam pelaksanaan tersebut tentu saja
budayanya yang khas, dan tidak lepas dari memerlukan biaya yang cukup besar sehingga
implementasi ajaran agama yang dianut memerlukan pengeluaran ekstra dalam
mayoritas masyarakat Bali yaitu agama Hindu. pelaksanaan tersebut. Di pihak lain,
masyarakat dan pemerintah daerah Bali
Landasan agama Hindu yang paling semakin gandrung dengan membina dan
menonjol dan menjadi penerapan atau yang mengembangkan kesenian ataupun
menjadi tuntunan dalam pola kehidupan melaksanakan upacara yang besar (Ardika,
sehari-hari masyarakat Bali yakni, konsep Tri 2004:22). Tentu saja hal ini menjadi
Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagian pertanyaan, apakah dengan upacara seperti
yang terdiri dari: Parahyangan, Pawongan, itu umat Hindu akan dapat menyelesaikan
dan Palemahan. Wiana, (2007,8) persoalan mereka setelah kematian ini. Atau
menyebutkan bahwa Parahyangan adalah akan menambah beban, karena upacara besar
media umat Hindu utuk menghubungkan diri tersebut juga tidak urung menimbulkan
dengan Tuhan, Pawongan adalah media keluhan setelah selesai upacara, karena
untuk membangun hubungan yang harmonis banayak oranag memaksakan diri membuat
dengan sesama manusia, dan Palemahan upacara besar yang berakibat banyak harta
Adalah media utuk membangun hubungan benda yang terjual serta diikuti oleh persoalan
yang harmonis dengan alam /lingkungan. penyelesaian hutang karena menyelesaikan
Dari konsep Tri Hita Karana terlihat upacara. Apakah itu tujuan hidup manusia,
bahwa umat Hindu Bali sangat taat dengan tentu pertanyaan ini akan dijawab oleh para
konsep tersebut, dapat dilihat dalam pembuat ritual-ritual besar (Surpi, 2011:1).
kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu Bali Selain itu katanya desa adat atau desa
tidak dapat terlepas dari kegiatan upacara Pakraman yang merupakan implementasi
agama. Mulai dari manusa yadnya seperti dari sukerta tata pawongan pembinaan
nelu bulanan (tiga bulanan), otonan hubungan yang baik antar sesama manusia,

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 87
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


juga terkenal sangat kuat. Darmayudha Karana telah mengakar dan dikenal dalam
(2001:13) mengatakan desa Pakraman sejak kehidupan masyarakat Bali. Bahkan sering
awal sudah ditata untuk menjadi desa yang disampaikan dalam pidato para pejabat,
religius. Hal ini menurut Dharmayudha dapat seolah tanpa menyinggung konsep Tri Hita
dibuktikan realitas historie dimana dapat Karana pidatonya kurang lengkap dan tidak
dibuktikan desa Pakraman dibentuk berbobot. Orang Bali juga terkenal dengan
berdasarkan konsep-konsep dan nilai-nilai kebersamaan dan kegotong-royongan atau
filosofis agama Hindu. Antropolog C.Geert konsep ngayah yang dilakukan secara turun
dalam (Ashrama dkk,2007:43). menemukan temurun.
kokohnya keterikatan orang Bali terhadap Semestinya dengan apa yang
tujuh tatanan sosioreligio-kultural. Ketujuh dilakukan atau dengan intensifnya praktek
tatanan tersebut adalah (1) keterikatan orang ritual, kuatnya ikatan dengan lembaga adat
Bali terhadap pura pemujaan Tuhan dan dan sosial serta kearifan lokal serta nilai yang
leluhur, (2) terhadap rumah tinggal, (3) dianut oleh masyarakat Bali, orang Bali akan
terhadap Banjar dan desa Pakraman, (4) menjadi lebih kuat, baik dari sisi agama dan
terhadap organisasi sekaa, (5) terhadap spiritual serta tidak ada keinginan untuk lepas
lembaga subak, (6) terhadap kasta serta dari ikatan sosialnya yang memberi
hubungan kerabat melalui darah dan perlindungan dan kenyamanan
perkawinan, dan (7) terikat pada Desa Dinas (Surpi,2011:3). Ditambah lagi dalam
sebagai bagian dari NKRI. Hal menunjukan masyarakat Hindu di Bali, sorang anak dapat
adanya keterikatan emosional dan fisik pula kehilangan hak mewarisnya jika anak
ditengah dinamika kebudayaan yang tersebut mempunyai tingkah laku dan
merupakan fenomena khas. perbuatannya merugikan atau mengancam
Selain ikatan sosioreligio-kultural kedudukan pewarisnya. Misalnya seorang
sebagaimana yang dikemukakan Geertz anak yang driwaka (durhaka) terhadap orang
tersebut, masih ada lagi kearifan lokal Bali tua dan leluhurnya atau pewarisnya. Demikian
yang sangat tinggi nilainya seperti yang pula seorang anak akan kehilangan hak
dijelaskan oleh Geria (dalam Ardana, warisnya apabila ia meninggalkan agama
2005:39 ) yakni konsepsi desa kala patra, leluhurnya atau pewarisnya. Hal ini
karma phala, taksu, dan jengah, diberlakukan karena anak tersebut tidak
sabhayantaka, paras paros sarphanaya, dapat melakukan kewajiban sebagai seorang
wirang dan tindih, satyam sivam anak yang suputra (baik) terhadap leluhur
sundaram, asih punya bhakti, Desa dan orang tuanya, seperti melakukan yadnya
Amawacara Nagara Amawa Tata serta serta kewajiban-kewajiban sosial dalam
konsep Tri samaya (Atita-Wartamana- masyarakat dan keluarganya.
Anagata). Selain konsep tersebut, Kerepun (Gelgel,2006:149). Akan tetapi, di Desa
(2007:106) menguraikan konsep Tri Hita Pakraman Taro Kaja, Desa Taro,

WIDYA WRETTA
88
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Begitu pula terhadap hak waris, hak
yang merupakan salah satu desa tua di Bali. mewarisnya krama desa/warga masyarakat
Ada beberapa orang warga masyarakatnya Desa Pakraman Taro Kaja, akan hilang
melakukan konversi agama (berpindah apabila ada warga masyarakat Desa
agama), dari agama Hindu ke agama Kristen. Pakaraman Taro Kaja melakukan konversi
Konversi agama di Desa Pakraman agama. Seperti kutipan awig-awig Desa
Taro Kaja tersebut tentu saja menimbulkan Pakraman Taro Kaja berikut, yang tertulis
dampak sosial di tengah masyarakat, karena dalam Pancama Sargah ( Bab V ), Palet 4,
di dalam awig-awignya (aturan adat) sudah indik warisan ( bagian 4, tentang warisan),
tercantum, apabila ada masyarakatnya Pawos 66,ca,angka (1) dan (2) (pasal 66
berpindah agama, maka mereka tidak lagi hurup ca) yaitu:
dianggap sebagai krama/warga Desa 1. Nilar Kawitan Lan Sasananing Agama
Pakraman Taro Kaja seperti yang tertulis (Hindu)
pada Tritya Sargah,sukerta Tata 2. Alpaka Guru Rupaka
Pakraman (Bab III, tentang hubungan antar Artinya:
masyarakat), Palet I Indik krama (bagian I
tentang warga), Pawos 4 (1) (pasal 4, ayat 1. Meninggalkan kepatutan (hak waris) dan
1). Yaitu: tidak melakukan kewajiban beragama
(hindu).
Sane kabawos Krama Desa 2. Durhaka terhadap orang tua dan leluhur.
Pakraman Taro Kaja inggih punika (Awig-awig lan Pararem Desa
kaluarga sane maagama Hindu Pakraman Taro Kaja,2002:61).
saha ngamong Tegal Ayahan Desa,
Karang Desa lan Karang Guna Dari pengertian diatas bahwa
Kaya utawi jenek mapaumahan hilangnya hak waris seseorang atau seorang
ring sawidangan Desa Pakraman anak apabila, meninggalkan kepatutan (hak
Taro Kaja. waris), durhaka kepada orang tua atau
leluhur, meninggalkan kewajiban beragama/
Artinya: pindah dari agama Hindu ke agama lain dan
Yang disebut sebagai warga keluar dari keluarga asal masuk ke rumpun
masyarakat adat Taro Kaja ialah keluarga lain melalui proses perkawinan atau
orang yang beragama Hindu yang diangkat anak oleh orang lain. Sehingga
menduduki ladang, pekarangan milik dengan demikian maka, ahli waris tidak dapat
desa adat dan pekarangan hak milik lagi melanjutkan kewajiban orang tuanya baik
pribadi atau tinggal menetap di kewajiban sosial di masyarakat maupun
lingkungan desa Pakraman Taro kewajiban beragamanya.
Kaja. (Awig-awig lan pararem Berdasarkan permasalahan di atas,
Desa Pakraman Taro Kaja, 2002:4) penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 89
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


mengenai “Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Desa Pakraman Taro Kaja tertulis dalam
Waris Terhadap Akibat Konversi Agama Dari Purana Pura Agung Gunung Raung (2012
Agama Hindu ke Agama Kristen (Di Desa : 2-36) Disana diceritakan mengenai babad
Pakraman Taro Kaja) Desa Taro, (sejarah) berdirinya serta asal mula nama
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Desa Taro. Berikut adalah sejarah singkatnya
Gianyar”. :
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan sejumlah sumber tertulis
Berdasarkan latar belakang masalah seperti purana, prasasti, usan, babad,
diatas, maka dapat disusun rumusan masalah pamancanah dan tatwa, pada jaman dulu kala
sebagai berikut : Pura Gunung Raung yang berlokasi di Desa
Pakraman Taro Kaja, Tegallalang, konon
1. Mengapa konversi agama Hindu ke dibangun berkat kehendak seorang rsi yang
agama Kristen di Desa Pakraman Taro maha mulia bergelar Maharsi Markandeya.
Kaja Bisa Terjadi ? Beliau merupakan seorang mahayogi yang
2. Bagaimanakah proses konversi agama sangat utama berasal dAri keturunan wangsa
Hindu ke agama Kristen di Desa Bregu. Disebutkan bahwa Bhagawan Bregu
Pakraman Taro Kaja ? sebenarnya adalah keturunan dari Sang
Hyang Jagatnatha yang juga bergelar Sang
3. Bagaimana Implikasi yuridis konversi
Hyang Ratnamaya. Beliau disebutkan
agama terhadap hak waris di Desa
merupakan putra dari Sanghyang Tunggal
Pakraman Taro Kaja ?
yang menjaga atau menguasi dunia
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN seluruhnya.
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
Diceritakan sekarang sebagai
HAK WARIS KONVERSI AGAMA
pendahuluan dari purana ini, konon pada
HINDU KE AGAMA KRISTEN
jaman dulu ada salah satu keturunan beliau
Sang Hyang Jagatnatha bernama Sang Hyang
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rsiwu beliaulah seorang maharsi yang sangat
4.1.1 Sejarah Desa cakap/bijaksana mempunyai putra bergelar
Sanghyang Meru. Setelah lama menikah
Desa Pakraman Taro Kaja, beliau mempunyai dua putra laki-laki, yang
merupakan Desa Pakraman yang terletak di sulung bernama Sang Ayati dan adiknya
Kecamatan Tegallalang, serta masih menjadi bernama Sang Niata. Sang ayati kemudian
bagian dari Desa Dinas Taro. Seperti desa- mempunyai putra Sang Prana, dan Sang Niata
desa lainnya. juga mempunyai seorang putra bernama Sang
Desa Pakraman Taro Kaja juga Markanda.Sang Markanda kemudian
memiliki asal-usul sampai daerah/desa ini memperistri seorang gadis yang sangat cantik
diberi nama Taro. Sejarah singkat mengenai dan sempurna bernama Dewi Maswini.

WIDYA WRETTA
90
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Setelah lama beliu bersuami istri, lahirlah putra Wukireng rawung yoghanam,
beliau yang diberi gelar Sang Maharsi Sritawyan satyan dharmanah
Markandeya.berikutnya diceritakan beliau Tamanloke Tyranjitah, Sang
Maharsi Markandeya sangat tampan Markandhiy Bhisekanam
mempunyai banyak ilmu, faham terhadap isi
sastra yang utama. Setelah lama membujang Setiba beliau di Gunung Raung
akhirnya beliu memperistri seorang gadis yang disuruhlah murid-murid beliau merabas hutan
bernama Dewi Dumara. Beliu mempunyai untuk dibanun pasraman dan pondok-
seorang putra yang bergelarHyang Rsi Dewa pondok. Disana beliu tinggal untuk bertapa,
Sirah. Hyang Dewa Sirah memperistri Dewi menyucikan diri, menghilangkan dosa yang
Wipari,yang kemudian beranak banyak. diakibatkan oleh sepuluh indria (dasendriya)
Demikianlah ceritra para rsi terdahulu. dan mempengaruhi dunia ini.
Hentikan ceritanya sejenak. Entah berapa lama beliau
Adapun Sang Maharsi Markandeya melaksanakan pertapaan beryoga semadidi
beliu juga dikatakan sebagai titisan Bhatara sana, tiba-tiba terlihat sinar menyala-nyala
Surya, memang benar dari Negara menjulang ke angkasa.Pada saat itu juga
Bharatawarsa (India). Kemudian ada terdengar ada sabda yang turun dari leluhur
keinginan beliau untuk mengembara / beliu yakni Sang Hyang Jagatnatha, agar beliu
melanglang buana, yang diiringi oleh murid- Sang Maharsi pergi kea rah timurmenuju Bali
murid setia beliau, akan membengun daerah pulina di sebelah timur pulau Jawa,kerena
beru dengan merabas hutan menuju daerah- disana sudah ada stana para dewa yakni di
daerah yabg ada disebelah selatan dari India, Gunung Tohlangkir (Gunung Agung) yang
dibagian timur Nusantara. Tidak diceritakan disebut Giri Raja dan konon gunung itu
dalam perjalanan sempailah beliau di Gunung merupakan pucak Gunung Maha Meru yang
Damalung di wilayah Gunung Di Hyang yang dibawa kebali oleh Sang Hyang Pasupati
disebut juga Gunung Hyang atau Gunung dahulu, sebagai pemangku dunia (Bali), agar
Dewata.Namun disana sudah ada pertapaan supaya kokoh sewilayah pulau Bali ini.
Sang Ila putra dari Sang Rsi Tresnawindu,yang Kemudian Sang Hyang Maharsi Markandeya
merupakan murid dari Sang Hyang Maharsi pergi kea rah timur meninggalkan Gunung
Agastya yang telah terlebih dahulubertapa di Raung sesui dengan petunjuk Sang Hyang
wilah pulau Jawa, dan telah berbaur dengan Dewata (leluhur beliu),diiringi oleh 800 orang
tujuh rsi (sapta rsi) di sana. Selain itu Sang murid.Beliu berkehendak berdharmayatra
Aridewi dan Sang Anaka juga bertapa di menyebarkan ajaran-ajaran Trisakti Paksa,
Gunung Di Hyang yang disebut Gunung Dieng terutama waisnawa Paksa dengansegala
sekarang.Itulah sebabnya Maharsi aturan dan tatacara upacara dan upakaranya.
Markandeyapergi ke Gunung Raung di Jawa Tolangkir Girirupam,
Timur. Durmanggaleng sisyântakem,

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 91
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


PanÞcadatuh sìuddalokam, panca datu itu sebagai penolak segala
Bhasukih Swastyam kayuh. rintangan, dilengkapi juga dengan
Tidak diceritakan perjalanan beliau di penyelenggaran upacara bhuta yajna dan jug
tengah jalan,segera tiba di Gunung Tohlangkir. menanam Tirta Pangentas sesuai dengan tata-
Disana beliau Sang Maharsi diiringi oleh cara pelaksanaan upacar yadnya.Tempat
murid-murid beliau merabas hutan menanam pancadatu itu kemudian dinamakan
pegunungan. Namun pekerjaan beliu Bhasukih. Apa sebabnya demikian?, karena
mendapat rintangan yang sangat berat. Banyak bahasa ‘bhasukih’ berarti selamat, dan
pengikut beliau yang terkena penyakit yang terhidar dari segala jenis marabahaya. Barang
mematikan. Akhirnya beliau Sang Maharsi siapa yang tinggal menetap di sekitar Gunung
Markandeya kembali ke Gunung Raung ke Raja (GunungAgung) semoga mendapat
tempat pasraman beliau dahulu.kemudian keselamatan. Demikianlah tujuan serta
beliau bertapa dan bersemedi, memohon harapan beliau Sang Maharsi.
keselamatan dan panjang umur juga terhadap Giriwanah wakramcanam,
murid-murid beliau yang berada di Pulau Bali. yayangbratahparamartham,
Tidak dikisahkan, setelah beliau mendapat Sang Markandhya waklokan,
anugrah dari Hyang Sesuhunan, seketika itu purwakandesìah prakasitam
beliau pergi meninggalkan Gunung Raung
kemudian kembali lagi ke Gunung Tolangkir Entah berapa lama beliau berada
diiringi oleh murid-murid beliau sebanyak 400 disana, kemudian beliau Maharsi
orang,yang berasal dari orang-orang Markandeya berkeliling meninjau suasana
pegunungan (wwang aga), yang sudah sekitar, sambil memilih tempat merabas hutan
mempunyai kepercayaan masing-masing kearah barat. Tanpa diduga terlihatlah oleh
kepercayaan tersebut bersumber dari Agama beliau bukit kecil memanjang membujur dari
Brahma, yang dinaggap sebagai pengetahuan arah utara ke selatan.
yang sangat mulia, yang mereka bawa dari Kemudian beliau Sang Mahayoghi
jawa dan telah diamalkan sejak dahulu. diiringi murid-murid beliau terdiri dari orang-
Tidak diceritakan mereka di tengah orang Aga (Gunung Raung) mencari bukit
perjalanan, tibalah mereka di wilayah Gunung kecil itu. Tidak diceritrakan ditengah
Tolangkir. Disana beliau disambut oleh murid- perjalanan akhirnya beliau dan rombongan
murid beliau dahulu yang telah mempunyai sampai di bukit kecil itu. Disanalah beliau
pondokan di daerah itu. Namiun murid-murid Maharsi Markandeya yang juga diiringi oleh
beliu yang sebagian telah meninggal karena para Rsi dari Jawadwipa istirahat sejenak,
terkena penyakit. Segeralah Sang Maharsi berkumpul, berjejer-jejer terlihat dari
Markandeya menenam pancadatu di kejauhan. Disana kemudian Sang Mahayoghi
wilwyah gunung tolangkir, disertai puja mantra beryoga-semadhi memohon kepada para
sang brahmana agung. Adapun penanaman Hyang agar dianugrahi kelancaran dalam

WIDYA WRETTA
92
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
pekerjaan merabas atau membuka hutan yang beliau Sang Mahayoghi bertapa yoga
keramat tersebut, juga merencanakan untuk semadhi, mohon kesejahteraan dunia. Tempat
membuka lahan yang luas yang ada di sebelah beliau beryoga tersebut kemudian dibangun
barat tempat tersebut. Tempat beliau Sang tempat suci (parahyangan) yang diberi nama
Mahayoghi beristrirahat (madehetan) Pura Payogan atau disebut juga Pura Gunung
kemudian dibangun pura (parhyangan) yang Lebah sampai sekarang. Hentikan ceritanya
mretiwi (tanpa pelinggih) dalam pelaksanaan sejenak.
tata cara upacaranya. Pura tersebut dikenal Adapun murid-murid beliau yang
dengan nama Pura Sabang Dahet sampai dititahkan oleh Sang Maharsi untuk
sekarang. Lokasi pura tersebut sekarang ada meneruskan merabas hutan/semak-semak di
di tengah hutan termasuk wilayah Desa hulu bukit itu, segala penjuru mereka merabas
Pakraman Pwakan. hutan dan membuka lahan untuk berbagai
Adapun bukit kecil itu kemudian kepentingan yang kawasan sangat luas itu.
disebut munduk Taro. Oleh karena rendah Entah berapa bulan lamanya mereka
keadaannya, maka bukit tersebut disebut juga membuka hutan, sudah banyak dapat
munduk Gunung Lebah, demikianlah membuka lahan.Disana kemudian Sang
disebutkan. Mengenai sungai yang ada di Mahayoghi membagi-bagi lahan tersebut
sebelah timur munduk itu disebut Wos diperuntukan sebagai pondok-pondok,
Lanang dan sungai yang berada di sebelah lading, kebun, sawah, dan lahan kering
barat munduk disebut sungai Wos Wadon. (pagagan), juga sawah (pertanian tanah
Kedua sungai tersebut bertemu di hilir (ujung basah). Disamping itu juga dipersiapkan untuk
selatan) bukit. Tempat pertemuan sungai tempat pura dan halaman-halamannya,
tersebut disebut pecampuhan sampai bangunan suci lainnya, dan kuburan.adapun
sekarang. podok-pondokannya diatur berjejer-jejer
Setelah beliau Sang Pandya atau berderet-deret, di kemudian hari deretan
merencanakan merabas hutan, semak (banjaran) itu disebut banjar sampai
belukar, kemudian membuka berbagain jenis sekarang. Adapun kumpulan banjar yang
lahan untuk berbagai kepentingan. Pada saat besar dinamai wanua/banua atau thani, juga
iti Sang Maharsi menitahkan kepada murid- desa tersebut tuha-tuha yakni tuha wanua/
murid beliau merabas hutan dan semak banua,tuha thani dan tuha desa. Wilayah
belukar yang ada di sekitar tempat itu, dan desanya disebut parimandala tersebut
ada juga yang suruh oleh beliu pergi kea rah dinamai pangjahit.
selatan untuk menelusuri sungai yang mengapit Selanjutnya mengenai bangunan suci
munduk Taro tersebut. Sunagai itu bertemu yang dibangun ada yang disebut Hyang Api
di ujung hilir munduk iti. Tempat pertemuan dan Hyang Karimana, bangunan suci (pura)
sungai itu kemudian disebut pacampuhan tersebut konon merupakan asal dari adanya
(campuhan) sampai sekarang. Disanalah Tri Kahyanganyang ada di setiap desa seperti

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 93
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


sekarang. Kemudian gabungan dari sawah sekarang. Apa sebabnya dinamai ‘taro’
disebut subak atau suwak, tempat dari subak- karena desa itu berasal dari kehendak
subak itu disebut kaswakan. Pemimpin dari (ajnana) beliau Maharsi Markandeya.
kawasan itu disebut ser atau pakaser. Ajnana kata lain dari kahyun (keinginan),
Demikianlah yang tertulis dalam prasasti. kata kahyun kemudian menjadi kayu, pupon
Pada saat itu Sang Maharsi kembali nama lainnya, kemudian ‘taru’, pupon nama
memohon kepada Hyang Sesuhunan, agar lainnya, kemudian ‘taru’ menjadi Taro.
tegal, ladang, kebun dan sawah yang digarap Demikian asal-muasal nama Desa Taro itu,
oleh murid-murid beliau berhasil dengan baik. menurut beberapa tatwa.
Demikian juga para pengikut beliau sengat Setelah sejahtera desa-desa yang
rajin mengerjakan lahan pertaniannya, yang ada di hulu munduk Taro kemudian beliau
selalu disertai dengan pemujaan kepada Ida Sang Pandya mengumpulkan para pemimpin
Hyang ( Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang subak, dan para bragmana, rsi pengikut beliau
Maha Esa), Yang menyebabkan kehidupan dari Gunung Rawung dahulu. Ada keinginan
mereka di dunia menjadi sejahtera. Setelah beliau Sang Pandya memindahkan pasraman
semuanya berhasil, daerah ini kemudian beliau yang ada di Gunung Rawung, untuk
dinamai Desa Pwakan sampai sekarang. dibangun kembali tempat beliau sekarang
Karena ‘pwakan’ berarti membagi, dan kata (Desa Taro). Kemudian murid-murid beliau
‘pwakan’ itu berasal dari kata ‘wakan’ yang bersama-sama para brahmana, rsi semuanya
berarti: merabas, membagi-bagi, membagi sepakat untuk memindahkan dan membangun
secara adil tanah di wilayah. Demikianlah kemudian diupacarai sesuai dengan tata-cara
ceritranya dahulu. pelaksanaan upacara dewa yadnya.setelah
Sarwwoâdâ Patrahlokam, selesai melaksanakan upacara, maka mulai
Sarwwoâdâh patrahlokam, saat itu bangunan suci itu dinamai Parhyangan
(pura) Gunung Raung. Nama tersebut diambil
Hyang Giriraung puspitanam, dari nama tempat pasraman beliau dahulu
Jagadpadah Eko Sìiwalokam yakni Gunung Raung. Sekarang kahyangan
Lama kelamaan setelah selesai tersebut diberi nama Pura Agung Gunung
membuka lahan, berkat doa-doa Sang Raung, dikenal oleh umat sebagai sungsungan
Pandya suburlah kawasan tersebut. Tumbuh atau kahyangan jagat.
segala yang ditanam, dan berhasil dipanen Demikianlah sejarah Desa
segala yang berbuah. Oleh demikian Pakraman Taro Kaja berdasarkan Purana
kenyataannya, kemudian kawasan itu dinamai Pura Agung Gunung Raung, Desa Pakraman
Sarwwada, ‘sarwwada’ makanya segala Taro Kaja yang terletak di Desa Taro,
diingini atau dikehendaki beliau Maharsi ada Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
di daerah itu. Di kemudian hari kawasan
Sarwwada disebut juga Desa Taro sampai Desa Pakraman inilah yang
dijadikan lokasi penelitian, mengingat Desa

WIDYA WRETTA
94
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Pakraman Taro Kaja merupakan salah satu 1. Satu Desa Dinas meliputi beberapa Desa
desa tua di Bali, mengingat dan merupakan Pakraman
pasraman (pusat pendidikan Agama Hindu) 2. Satu Desa Pakraman terdiri babarapa
pada masa kedatangan Sang Hyang Maharsi Desa Dinas
Markandeya dahulu, kini dimasa modern ini
ada beberapa warga masyarakatnya 3. Satu Desa Dinas meliputu beberapa Desa
melakukan konversi Agama, dari Agama Pakraman dan salah satu banjar yang
Hindu ke Agama Kristen. Atas dasar kejadian berlokasi di Desa Pakraman tersebut,
tersebut Desa Pakraman Taro Kaja menjadi warga Desa Pakraman yang
dijadikan lokasi penelitian. lain, di desa dinas yang bersangkutan.
Secara sruktur administrasi Mengenai batas-batas wilayah, Desa
pemerintahan, Desa Pakraman Taro Kaja Pakraman Taro Kaja dapat dilihat dalam
merupakan bagian dari Desa Dinas Taro, awig-awig Desa Pakraman Taro Kaja yang
Desa Dinas Taro Terdiri dari 14 (empat belas) berbunyi seperti berikut:
Desa Pakraman yaitu ; (1) Desa Pakraman “ Jabar kakuwuh wawidanganya
Taro Kaja, (2) Desa Pakraman Taro Kelod, mawates nyatur”
(3) Desa Pakraman Tatag, (4) Desa
Ha. Sisish Wetan ring Desa
Pakraman Ked, (5) Desa Pakraman
Pakraman Bonjaka;
Pwakan, (6) Desa Pakraman Pakuseba, (7)
Desa Pakraman Belong, (8) Desa Na. Sisih Kulon ring Tukad Wos
Pakraman Patas, (9) Desa Pakraman Ulu;
Pisang Kaja, (10) Desa Pakraman Pisang Ca. Sisih Lor Desa Pakraman
Kelod, (11) Desa Pakraman Let, (12) Desa Belong;
Pakraman Tebuana, (13) Desa Pakraman
Sangkaduan, dan (14) Desa Pakraman Alas Ra. Sisih Kidul Desa Pakraman
Pujung. Hal Ini sangat memungkinkan Karena Tatag.
di Provinsi Bali ada dua system pemerintahan Yang artinya;
desa ,Yakni Desa Dinas dan Desa
Batas-batas desa memiliki empat
Pakraman. Karena syarat dan dasar
perbatasan antara lain;
pembentukan antara Desa Dinas dan Desa
Pakraman berbeda, Windia dan Ketut 1. Sebelah Timur berbatasan
Sudantar (2006 ; 14) menyebutkan akan dengan Desa Pakraman
terdapat beberapa kemungkinan, yaitu: Bonjaka;
Satu desa dinas mempunyai luas 2. Sebelah Barat berbatasan
wilayah dan jumlah penduduk yang sama dengan Tukad Wos Ulu;
dengan satau Desa Pakraman. 3. Sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Pakraman Belong;

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 95
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


4. Sebelah Selatan berbatasan Konversi agama dibaca sebagai bentuk
dengan Desa Pakraman Tatag. pembebasan diri dari tekanan batin yang
(Awig-awig Desa Pakraman timbul dari dalam diri (intern) maupun dari
Taro Kaja,2002:2) lingkungan (eksternal).

Sementara itu, Desa Pakraman Taro 4.2.1 Faktor Internal


Kaja dibagi menjadi empat tempek(bagian), Faktor internal (endogenos origin)
sesuai dengan bunyi Awig-awig Desa yaitu proses perubahan yang terjadi dalm diri
Pakraman Taro Kaja antara lain: seseorang atau kelompok. Konversi yang
1. Tempek Kaja: terjadi dalam batin ini membentuk suatu
2. Tempek Tengah Dajanan; kesadaran untuk mengadakan suatu
3. Tempak Tengah Delodan; transformasi yang disebabkann oleh krisis
4. Tempek Kelod. yang terjadi dan keputusan yang diambil
(Awig-awig Desa Pakraman Taro seseorang berdasarkan pertimbangan
Kaja,2002:2) pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala
psikologis yang bereaksi dalam bentuk
Menurut informasi terbaru yang hancurnya struktur psikologis yang lama dan
didapat, krama desa/peduduk asli Desa seiring dengan proses tersebut muncul pula
Pakraman Taro Kaja berjumlah 463 KK struktur psikologis baru yang dipilih.
dengan jumlah orang sebanyak 2.297 jiwa,
dimana jumlah krama desa/penduduk laki- 4.2.2 Faktor Eksternal
laki sebanyak 1.146 jiwa, dan krama desa/ Eksogonus origin (unsur dari luar diri)
penduduk perempuan sebanyak 1.151 jiwa. yaitu proses perubahan yang berasal dari luar
Sumber data: Data penduduk Br Taro Kaja diri atau kelompok sehinga mampu menguasai
tahun 2012. kesadaran orang atau kelompok yang
bersangkutan. Kekuatan yang berasal dari
4.2 Penyebab Terjadinya Konversi luar ini kemudian menekan pengaruhnya
Agama Hindu Ke Agama Kristen Di terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan
Desa Pakraman Taro Kaja batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh
Para ahli agama menyatakan bahwa yang bersangkutan. Sedangkan berbagai ahli
faktor pendorong terjadinya konversi agama berbeda pendapat dalam menentukan faktor
adalah petunjuk Tuhan. Sementara para yang menjadi pendorong konversi (motivasi
sosiolog mengatakan bahwa konversi agama konversi).
terjadi karena adanya pengaruh sosial baik Sementara itu para ahli pendidikan
yang bersifat persuasif maupun koersif berpandangan bahwa konversi agama terjadi
(kekerasan). Adapun para psikolog karena pengaruh kondisi pendidikan.
menyatakan faktor-faktor psikologis-lah yang Tampaklah dari uraian diatas bahwa masing-
mempengaruhi terjadinya konversi tersebut.

WIDYA WRETTA
96
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
masing pendapat muncul selaras dengan laki-laki 38 tahun saat diwawancara di
disiplin keilmuan yang ditekuni oleh masing- rumahnya di Mawang Kangin, Br Puakan,
masina ahli tetapi secara umum, konversi Desa Taro. Mengatakan :
konversi agama mengandung dua unsur “Saat saya masih kecil saya dan kakak
sebagaimana dikemukakan oleh Penido, yaitu: saya ditinggal oleh orang tua kami, bapak
Tekanan hebat dari misi Kristen dalam kami meninggal dunia, karena ditinggal
beberapa dekade membuat Bali sedikit bapak kami. Dari saat itulah kami dirawat
tergetar. Walau kegagalan konversi terjadi oleh kakek, dan kakek kamipun merasa
pada waktu yang sangat panjang, tidak sulit untuk merawat kami dengan keadaan
menyurutkan misi Kristen di Bali. Gempuran ekonomi kami saat itu, namun atas saran
demi gempuran terus diberikan dengan dari seseorang yang merupaka salah satu
strategi, metode dan taktik yang berbeda. anggota dari Gereja yang ada di Banjar
Upaya dan strategi itupun akhirnya berhasil Pakuseba menyarankan kakek saya untuk
mengkristenkan beberapa orang Bali, dari menitipkan saya di Panti Asuhan Kristen
wilayah perkotaan sampai ke pelosok desa, di Tabanan yang bernama Panti Asuhan
seperti yang terjadi di Desa Pakraman Taro Salam, Kakek sayapun menyetujui saran
Kaja. Keberhasilan Penginjilan itu tidak tersebut dan menitipkan saya disana,
terlepas dari kodisi warga Desa Pakraman sedangkan kakak saya tinggal di Payangan
Taro Kaja saat itu. dengan kerabat kami di payangan.
Seperti yang dialami oleh keluarga I Saat itu, usia saya kurang lebih tiga
Nyoman Nadhi yang diawali dengan ditinggal setengah tahun, sayapun tinggal dan
oleh ke dua orang tuanya, bapaknya sekolah disana dengan kehidupan dan
meninggal dunia. Menjadikan I Nyoman rutinitas kehidupan sehari-hari dibina dan
Nadhi dan kakaknya I Made Laba harus dibesarkan dengan ajaran agama Kristen,
hidup dengan kakeknya. Sementara itu, saya tingal di Panti Asuhan kurang lebih
karena keterbatasan ekonomi untuk merawat 15 tahun. Setelah beranjak dewasa saya
dan menyekolahkan I Nyoman Nadhi dirasa sempat pulang kembali ke desa asal saya
sulit oleh sebab itu atas saran dari salah satu (Taro Kaja), sayapun ikut bergaul dengan
anggota Gereja yang ada di Banjar Pakuseba, teman-teman sebaya saya dan ikut
Desa Taro Kecamatan Tegallalang, sembahyang kepura seperti yang lainnya,
Kabupaten Gianyar sang Kakek menitipkan karena saat itu walaupun lama saya tinggal
I Nyoman Nadhi di Panti Asuhan Kristen, di Panti Asuhan Salam saya belum
yang ada di Tabanan, Nama Panti Asuhan memutuskan untuk masuk ke Agama
tempat I Nyoman Nadhi tinggal adalah Panti Kristen. Tetapi dalam pergaulan ini saya
Asuhan Salam, sedangkan I Made Laba merasa kosong karena kepuranya juga
tinggal dengan kerabatnya di Payangan. jarang, ataupun sembahyang ke Gereja
Seperti penuturan I Nyoman Simon Nadhi juga juga tidak, jadi secara bathin saya

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 97
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


tidak merasa atau menemukan perspektip ilmu-ilmu sosial, sehingga
kenyamanan. Akhirnya saat usia saya 17 pemahaman umat Kristen terhadap teologinya
tahun saya dan kakak saya I Made Laba, sangat mapan (Donder, 2006:1).
memutuskan untuk di Babtis masuk
Dari kasus di atas lemahnya
Kristen. Dari saat itu saya memeluk Agama
pemahaman teologi/pengetahuan keagamaan
Kristen dan mendapat nama Baptis nama
umat hindu ditunjukan oleh I Made Laba
saya semula I Nyoman Nadhi menjadi I
Yunus, dimana konversi terhadap dirinya tidak
Nyoman Simon Nadhi sedangkan Kakak
dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal
saya Semula Bernama I Made Laba
dan pengaruh kondisi pendidikan karena dari
sekarang Menjadi I Made Laba Yunus.
sejak dia tinggal di dalam keluarga Hindu dan
Saya masuk Kristen karena saya bergaul dalam lingkungan Hindu, berbeda
merasa menemukan kenyamanan secara dengan apa yang dialami oleh Simon Nadhi
batin di dalam agama Kristen”. Kata yang dari kecil tinggal di panti asuhan Kristen.
Simon Nadhi. (Wawancara,17 April
Kurangnya pemahaman dalam
2014)
masyarakat Hindu juga dirasakan oleh Ni
Dari hasil wawancara diatas cukup Rusniati, 37 tahun (istri Simon Nadhi),
jelas bahwa ada beberapa Faktor pendorong yang semula beragama Hindu dan
terjadinya konversi Agama Hindu ke Agama memeluk Kristen setelah dia kawin
Kristen di Desa Pakraman Taro Kaja dengan Simon Nadhi. Berikut
diantaranya; penjelasannya pada wawancara di rumah
1. Faktor ekonomi; I Nyoman Simon Nadhi di Mawang
Kangin, Br Puakan, Desa Taro.
2. Lingkungan Tempat Tinggal; (Wawancara 17 April 2014) Mengatakan
3. Pengaruh kondisi Pendidikan; “ di masyarakat Hindu mok (mbak)
merasa sangat jarang adanya penyuluhan-
4. Kurangnya Pemahaman Teologi
penyuluhan tentang keagamaan sehingga
(Ajaran Agama) Hindu.
mok merasa sangat sedikit sekali
Pemahaman teologi agama mengetahui pengetahuan agama Hidu yang
merupakan hal yang sangat mutlak dan penting mok (mbak) ketahui. Sedangkan di
untuk dipertimbangkan seiring dengan agama Kristen Mok selalu di beri
pergeseran pola pikir, umat manusia dewasa pemahaman keagamaan baik secara
ini yang lebih mengutamakan menggunakan langsung maupun diberikan buku,
akal. Hal tersebut telah lama disikapi matang sehingga mok (mbak) merasa lebih paham
oleh umat lain seperti Kristen, Katolik, Islam terhadap agama yang mok (mbak) yakini
maupun Budha. Kristen bahkan telah sekarang. (Wawancara 17 April 2014)
menyempurnakan teologinya melaluai

WIDYA WRETTA
98
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
4.2.3 Konversi Agama: Akumulasi intelektual serta penanaman iman dalam
Banyak Faktor lingkungan gereja. Kondisi ini jauh berbeda
Thouless (2000:189) menggolongkan dengan komunitas hindu yang pembinaan
penyebab awal onversi agama menjadi keagagamaan tidak se intensif agama Kristen.
konversi intelektual, moral dan sosial. Tetapi, 4.3 Proses Konversi Agama Hindu Ke
perbedaan di antara konversi itu tidak tegas. Agama Kristen di Desa Pakraman
Sebab setiap perubahan intelektual Taro Kaja
mengandung berbagai implikasi terhadap Penerimaan warga Desa Pakraman
perilaku dan kesetiaan sosial, dan tidak Taro Kaja terhadap kekristenan lebih banyak
seorang pun bisa merubah kesetiaan sosialnya karena terjadi goncangan, baik goncangan
dalam bidang agama atau motivasi perilaku sosial (faktor dari luar diri) maupun dari dalam
tanpa adanya perubahan atas keyakinan. diri berupa krisis individu. Jarang terjadi yang
Starbuck dalam Thouless (2000:200- mana seseorang yang langsung memutuskan
203) yang melakukan penelitian ilmiah tentang untuk beralih kepercayaan tanpa suatu proses
konversi pada akhir abad ke-19 menemukan yang panjang.
bahwa konversi adalah gejala adolensi. Dia Secara umun seseorang atau
menganalisis sejumlah laporan dan sekelompok orang awalnya mengalami krisis
pengalaman konversi serta menyimpulkan dan persoalan dalam hidupnya, hal tersebut
tifikat konversi kedalam tiga fase berurutab menimbulkan kegamangan. Dalam kondisi ini
yakni; (1) keputusasaan, (2) kesedihan tidak sedikit yang mempertanyakan kebenaran
sebagai suatu titik peralihan, dan (3) agama yang yang dianut serta Tuhan yang
kegembiraan dan kedamaian. Starbuck juga dipuja. Krisis ini akan mepertanyakan
melakukan kajian komparatif mengenai keberadaan Tuhan dan kebenaran yang
beberapa konversi yang terjadi dalam dianut. akhirnya terbuka ruang untuk nilai-nilai
beberapa kegiatan regular gereja dan baru atau hal-hal baru dalam hidupnya.
konversi yang timbul karena kegiatan penginjil Seseorang atau sekelompok orang ingin
propesional. Lebih dalam Starbuck juga mendapat makna baru dalam hidupnya.
melakukan kajian komparatif mengenai Seseorang atau sekelompok orang yang ingin
jumlah orang yang mengalami konversi secara mendapatkan makna baru dalam hidup
tiba-tiba dengan orang-orang yang sekaligus komunitas baru yang membuatnya
menunjukan perkembangan spiritual secara nyaman. Sampai di sini pun merupakan
berangsur-angsur tanpa mengalami krisis proses yang penting baik berupa penerimaan
konversi. Kesimpulan Starbuck, walau ada maupun penolakan terhadap ajaran atau nilai
perbedaan dalam kehidupan keagamaan baru yang dikenal atau ditawarkan.
pada kedua kelompok ini secara umum
sejalan. Situasi ini dapat dipahami dari Proses ini lebih banyak berupa debat
intensifnya siar keagamaan dan pemahaman teologis yang akhirnya mempertanyakan

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 99
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


agama lama yang dianut dan komunitas lama, Mereka yang bersekolah di sekolah
sehubungan dengan krisis dan persoalan yang Kristen dan menjadi pengikut Kristen baru
dihadapi. Debat ini berakhir pada penerimaan sering mengalami proses panjang ini. Juga ada
terhadap konsep baru yang berupa harapan kelanya untuk menjadi seorang Kristen
keselamatan yang ditawarkan oleh agama membutuhkan waktu yang panjang, yakni
Kristen. Selain itu, perbedaan komunitas berupa pemantapan pembelajaran agama
Kristen dan pola kerjasama dalam desa adat Kristen yang diselenggarakan oleh gereja.
menjadi daya tarik tersendiri. Pada termin ini Salah satunya, Simon Nadhi mengatakan ia
tidak jarang komunitas Kristen memiliki mengikuti pendidikan Kristen atau ketekisasi
keunggulan kultur yang memungkinan selama kurang lebih lima belas tahun seperti
seseorang dihargai dan diterima. yang dikutip dalam wawancara pada tanggal
Harapan akan kehidupan yang lebih 17 April 2014, mengatakan :
baik dengan ajaran baru, membuat seseorang “saya belajar tentang agama Kristen sejak
atau sekelompok berketetapan untuk saya tinggal di panti asuhan Kristen, saat
menerima ajaran baru yang ditawarkan. Tidak itu saya berusia kurang lebih tiga setengah
berhenti pada penerimaan, mereka terus tahun, dan saya tinggal di panti asuhan
mendapatkan pembinaan hingga akhirnya Kristen kurang lebih lima belas tahun dan
dilakukan upacara pembabtisan. saya memutuskan untuk di babtis masuk
Adapula proses lain yang berlangsung menjadi pemeluk agama Kristen pada
tanpa disadari keimanan Kristen tumbuh umur 17 tahun”.
dalam diri. Misalnya seseorang disekolahkan Sedangkan menurut Ni Wayan Rusniati 37
atau dilingkungannya sendiri sering Tahun mengatakan:
mendapatkan pendidikan Kristen baik formal “Mok (mbak) melakukan babtis saat
maupun informal melalui dialog atau bahan menikah dengan suami mbak, dan
bacaan yang luas tersedia. Semakin lama upacara babtis dilakukan di sungai yang
seiring dengan pemahamannya yang luas dan ada di Br Pakuseba,Taro. Dengan
mendalam tetntang Kristen, seseorang dibenamkan dalam air, sedangkan harinya
seseorang dapat menerima kekristenan tanpa bukan pada hari natal tetapi hari-hari
proses yang panjang, dengan atau tanpa krisis biasa, dan Mok (mbak) di beri
yang dialami. Melaui pendidikan atau pemahaman ajaran kekristenan selama
pergaulan, kekristenan tanpa disadari telah kurang lebih satu bulan setelah dibabtis”.
berproses pada diri seseorang. Ketika terjadi (Wawancara,06. Agustus.2014)
kegoncangan dalam hidupnya yang
membuatnya mengingat kembali tentang Jadi proses konversi di Desa
ajaran Kristen yang pernah dikenalnya, Pakraman Taro Kaja terjadi dalam rentang
sehingga timbul niatnya untuk melakukan waktu yang cukup lama sebelum benar-benar
konversi agama. mereka dibabtis untuk menjadi jemaat Kristen.

WIDYA WRETTA
100
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
4.4 Implikasi Konversi Agama Hindu ke salah satu warga Desa Pakrama Taro Kaja
Agama Kristen Terhadap Hak Waris yang berpindah agama maka, mereka tidak
di Desa Pakraman Taro Kaja lagi diajak atau diakui lagi sebagai
Keputusan yang diambil oleh mayarakat adat desa Pakraman Taro
beberapa warga masyarakat Desa Kaja. Begitu pula terhadap waris yang
Pakraman Taro Kaja, dalam hal ini oleh bersifat Ayahan Desa seperti Karang dan
Inyoman Simon Nadhi dan Kakaknya Made Tegal Ayahan Desa dialihkan kepada
Laba Yunus, yang sebelumnya beragama Hindu keluarga yang masih meagama
dan memutuskan pindah ke agama Kristen tentu (beragama) Hindu”, (Wawancara 01,
saja, menimbulkan beberapa masalah terhadap Agustus. 2014).
masyarakat, karena dalam awig-awig (aturan Tindakan yang diambil dari Desa
adat) Desa Pakraman Taro Kaja yaitu, dalam Pakraman tersebut juga tidak terlepas dari
Tritya Sargah Tata Pakraman (Bab III, Aturan Adat yang mengatur keberlangsungan
tentang hubungan antar masyarakat), Palet 1 Desa Pakraman Taro Kaja, yang mengatur
Indik Krama (bagian1 tentang warga), Pawos4 tentang Hak seorang ahli waris dan sebab-
(1) (pasal 4 ayat 1) menyebutkan bahwa; “Sane sebab mereka tidak mendapatkan warisan,
kabawos Krama Desa Pakraman Taro Kaja yang tentunya awig-awig tersebut juga telah
inggih punika kaluarga sane magama Hindu disesuaikan dengan Hukum Adat Bali dan juga
saha ngamong Tegal Ayahan Desa, Karang Hukum Hindu.
Desa lan Karang Guna Kaya utawi jenek 4.4.1 Implikasi Yuridis Hak Waris
mapaumahan ring sawidangan Desa Menurut Hukum Adat Bali
Pakraman Taro Kaja”, artinya: Yang disebut
sebagai Warga Desa Pakraman Taro Kaja ialah Ahli waris adalah orang yang
keluarga yang beragama Hindu juga bertangung menerima warisan. Mengenai ahli waris, dalam
jawab atas Tegal Ayahan Desa (ladang milik hukum adat dikenal adanya penggolongan ahli
masyarakat adat), Karang Desa, dan Karang waris berdasarkan garis pokok keutamaan
Guna Kaya dan tinggal menetap di wilayah Desa dan garis pokok pengganti. Garis pokok
Pakraman Taro Kaja. (Awig-awig dan keutamaan adalah garis hukum yang
pararem, 2002:4). menentukan urutan-urutan keutamaan dalam
di antara golongan-golongan keluarga
Begitu pula menurut keterangan yang pewaris dengan pengertian bahwa golongan
diberikan oleh beberapa tokoh masyarakat Desa yang satu lebih diutamakan dari golongan yang
Pakraman Taro Kaja berikut ini, yang pertama lain. Garis pokok pengganti adalah garis
keterangan dari I Made Suwersa, 60 Tahun hukukmyang bertujuan untuk menentukan
mengatakan: siapa di antara kelompok keutamaan tertentu,
Berdasarkan awig-awig kami(Desa tampil sebagai ahli waris. Dalam menentukan
Pakraman Taro Kaja) bahwa apabila ada ahli waris berdasarkan garis pokok
keutamaan dan garis pengganti ini harus

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 101
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


diperhatikan dengan seksama system sebagai nafkah hidupnya (pengupa jiwa).
kekeluargaan yang berlaku. (Soerjono (Gde Panetja,1989:164).
Soekanto, 2002: 261). Dengan garis garis Apabila ahli waris dari golongan
pokok keutamaan tadi, maka orang-orang keutamaan pertama tidak ada, maka yang
yang memiliki hubungan darah dibagi dalam berhak atas harta warisan adalah golongan
golongan-golongan,yaitu; ahli waris keutamaan kedua, yaitu orang tua
a. Kelompok keutamaan pertama adalah pewaris, jika masih ada. Setelah itu barulah
keturunan pewaris; diperhitungkan saudara-saudara pewaris
b. Kelompok keutamaan kedua adalah sebagai kelompok keutamaan ketiga dan
orang tua waris; keturunannya sebagai ahli waris pengganti.
c. Kelompok keutamaan ketiga adalah Pewarisan dalam Hukum Adat Bali
saudara-saudara pewaris,dan bukan semata-mata hanya berisi hak ahli waris
keturunannya; terhadap warisan, lebih dari itu yang terpenting
d. Kelompok keutamaan ke empat adalah adalah kewajiban ahli waris terhadap pewaris.
kakek dan nenek pewaris, dan Sebagai konsekuensi dari hak yang diterima,
seterusnya. seorang ahli waris memiliki kewajiban-
Dalam hukum adat Bali yang kewajiban tertentu, yaitu:
berdasarkan pada sistem kekeluargaan (1) Memelihara pewaris pewaris dalam
kepurusa, orang-orang yang dapat keadaan pewaris tidak mampu;
diperhitungkan sebagai ahli waris dalam garis (2) Menguburkan jenazah pewaris dan
pokok keutamaan dan garis pokok pengganti atau menyelenggarakan pengabenan
adalah para laki-laki dalam keluarga yang (upacara pembakaran jenazah) bagi
bersangkutan,sepanjang tidak terputus pewaris dan menyemayamkan
haknya sebagai ahli waris. Kelompok orang- arwahnya di sanggah/ merajan
orang yang termasuk dalam garis keutamaan (tempat persembahyangan keluarga),
pertama sebagai ahli waris adalah keturunan (3) Menyembah arwah leluhur yang
ahli waris kencang ke bawah, adalah anak bersemayam di sanggah/merajan;
kandung laki-laki atau anak perempuan yang (4) Melaksanakan kewajiban-kewajiban
ditingkatkan statusnya sebagai peneris (ayahan) terhadap banjar/desa.
keturunan (sentana rajeg) dan anak angkat
(sentana paperasan). Sentana Rajeg dan Kelalaian terhadap kewajiban-
sentana Paperasan mempunyai hak yang kewajiban diatas dapat di jadikan alasan
sama dengan anak kanduna laki-laki terhadap untuk memecat seseorang sebagai ahli waris
harta warisan. Anak perempuan dan janda (VE Korn,1972,19). Dalam Diskusi Hukum
bukan lah ahli waris, tetapi apabila anak Adat Waris Bali (1971) disabutkan bahwa
perempuan itu tidak kawin (deha tua) maka ahli waris terputus haknya menerima harta
ia berhak atas pembagian harta orang tuanya warisan antara lain disebabkan:

WIDYA WRETTA
102
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
(1) Anak laki-laki kawin nyeburin Na. Pamrajan
(2) Anak laki-laki yang tidak melaksanakan Ca. Pangunakaya, tadtadan/jiwa dana,
dharmaning anak, misalnya durhaka hutang piutang
terhadap leluhur, durhaka terhadap Artinya:
orang tua; (2) Yang disebut sebagai warisan
(3) Sentana rajeg yang kawin keluar. diantaranya
Pada dasarnya Hukum Adat Bali (a) Harta milik bersama, seperti ladang,
menyatakan bukan hanya semata mata berisi kewajiban desa Pakraman/adat, harta
hak, tetapi ada juga kewajiban-kewajiban pusaka seperti tempat suci dan yang
yang harus dipenuhi dalam upaya mendapat lainnya
warisan dan apabila salah satu kewajiban
diabaikan maka dapat menimbulkan (b) Pura Keluarga (mrajan/sanggah)
terputusnya hak untuk menerima warisan. (c) Penghasilan Hasil jerih payah, harta
Pengertian Hukum adat Bali diatas menjadi benda bekal perkawinan dan hutang
dasar penulisan awig-awig Desa Pakraman piutang.
Taro Kaja, berikut kutipan awig-awig
(3) Wawu kengin kabawos wararisan
mengenai waris, ahli waris, pewaris dan
prade wenten;
hilangnya hak waris krama/warga Desa
Pakraman Taro Kaja: (ha) Sang mapiturun (pawaris)
(1) Warisan inggih punika tetamian (na) Katurunan( ahli waris)
artha brana saha ayah-ayahan (ca) Artha brana miwah tategenan
ngupadi kasukertan sekala-niskala (ayah-ayahan) makacihna waris
kaluhurannia ring turunannya.
Artinya;
Artinya:
(3) Bisa disebut waris apabila sudah ada;
Warisan adalah peninggalan baik
(a) Pewaris (orang yang meninggalkan
berupa harta benda maupun
warisan)
kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan untuk menjaga keharmonisan (b) Keturunan (ahli waris/yang menerima
lahir dan batin dari leluhurnya terhadap warisan)
ahli warisnya. (c) Artha benda dan juga kewajiban atau
(2) Kang sinanggeh Warisan luwire: tanggung jawab sebagai bukti waris
Ha Due tengah, makadi tegal, ayahan Pawos 64 (pasal 64)
desa, khayangan pusaka siwa (1) Ahli waris luire
pakarana lan sapanunggalannya.
(ha) Pratisentana purusa

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro,
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar 103
I Wayan Martha, INyoman Surtana
(na) pratisentana wadon (sentana rajeg) pangupakarania miwah nyeledihin
(ca) Sentana paperasan lanan/wadon ayah-ayahan pawaris.

(2) Prade tan wenten sakadi ring ajeng, (na) Ngabenang pawaris saha
kang sinanggeh ahli waris. ngelanturang upacar-upacara pitra.

(a) Turunan purusa pernah (ca) Naurin hutang-hutang pawaris


ngunggahang rerama lanang pekak manut pangalogika.
selantur ipun rerama misan, mindon. Artinya;
(b) turunan purusa kesamping pernah Kewajiban seorang ahli waris:
kesamping minakadi kaponakan (a) Menerima dan menguasai bagian
miwah misan, keponakan. warisan dari pewarisnya, seperti
Artinya: memelihara sanggah, Pura serta segala
(1) Ahli waris adalah upacaranya dan juga meneruskan
kewajiban pewaris.
(a) Anak lelaki
(b) Melakukan upacara pitra yadnya
(b) Anak perempuan(sentana rajeg) ialah (ngaben) untuk pewaris serta
anak perempuan yang statusnya melanjutkan upacara-upacar pitra
dijadikan anak lelaki yadnya
(c) Anak angkat lelaki/ perempuan (c) Membayar hutang-piutang pewaris
(2) Apabila tidak ada seperti yang diatas, sesuai ketentuan.
maka yang disebut ahli waris iala: Pawos 66 (pasal 66)
(a) Keturunan lelaki yang memiliki Pangepahan warismanut sekadi ring sor:
hubungan garis keturunan ke atas orang
tua lelaki, kakek dan kebawah seperti (Ha) Risampun kalaksanayang Pitra
paman. Yadnya lan hutang-hutang pawaris
buntas.
(b) Keturunan lelaki yang memiliki
hubungan menyamping seperti (Na) Para ahli waris polih pahan
keponakan dan sepupu. sangkaning pangunakaya, saha
tegal/karang ayahan desa kaemong
Pawos 65 (pasal 65) olih waris, kang sinanggeh Krama
Swadarmaning ahli waris Ngarep.
(ha) Nerima saha nguasayang tetamian (Ca) sinalih tunggil ahli waris kengin tan
pahan saking kaluhurannia, makadi polih pahan prade:
ngarempon sanggah ,Pura saha 1) Nilar kawitan lan sasananing agama

WIDYA WRETTA
104
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2) Alpaka guru rupaka. 3) Ahli waris perempuan, kawin
3) Sentana rajeg, kesah keluar atau ahli waris laki-laki
mawiwaheutawi pratisentana kawin nyeburin atau nyentana
nyeburin soang-soang kabawos masing-masing disebut ninggal
ninggal kadaton. kedaton atau meninggalkan hak
warisnya.
(Ra) Boya ahli waris, kengin muponin
hasil manut dudonan,luire: (Awig-awig miwah Pararem Desa
Pakraman Taro Kaja,2002:58-60)
1) Santana luh, salami during kesah
mawiwaha. Dari kutipan awig-awig di atas sudah
sangat jelas diatur bahwa orang yang tidak
2) Balu luh wiadin muani nyeburin melaksanakan kewajiban beragama (hindu)
(soang-soang boya sentana). maka hak-hak dan kewajiban dalam Desa
3) Mulih deha utawi truna, riantukan Pakraman ditiadakan. Namun hak-hak yang
ring pawiwahan pecak sampun merupakan harta kekayaan keluarga diluar
kabawos ninggal kedaton. statusnya Ayahan Desa atau hak yang
menyangkut Desa Pakraman Taro Kaja.
Artinya:
Keputusan untuk memutuskan memberikan
Pembagian waris sepatutnya seperti dibawah: atau tidak hak-hak itu, di kembalikan kepada
(b) Sesudah pelaksanaan ngaben dan kebijakan keluarga masing-masing seperti;
pelunasan hutang-hutang leluhur selesai Tanah hasil pembelian orang tua tanpa ada
dibayar. hubungan dengn ayah-ayahan desa
Pakraman, mobil dan yang lainnya (harta
(c) Para ahli waris dapat bagian atas harta guna kaya) keluarga yang memutuskan.
guna kaya atau harta kekayaan leluhur,
dan karang/tegal ayahan desa kaemong Begitu pula keterangan yang didapat
olih ahli waris ,yang disebut Krama oleh penulis pada saat wawancara dengan: I
Marep. Ketut Madia 53 tahun.Yang mengatakan:

(d) Salah satu penyebab ahli waris tidak “Ada beberapa hal yang
mendapatkan bagian waris: menyebabkan orang yang berpindah agama
kehilangan hak warisnya, ada beberapa alasan
1) Meninggalkan kepatutan (Hak kenapa krama/warga tersebut kehilangan
waris) dan meninggalkan kewajiban waris. Desa Pakraman Taro Kaja memiliki
beragama atau pindah agama begitu banyak kahyangan/pura yang harus
(hindu). dipelihara keberlangsungannya baik secara
2) Durhaka terhadap leluhur. fisik maupun upaca-upacaranya maka, untuk
menjaga itu semua masyarakat Taro Kaja
pada jaman dahulu diberi bagian-bagian

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 105
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


karang (pekarangan) dan tegal (ladang) disebabkan karena orang tersebut berpindah
kemudian disebut Tanah Ayahan Desa (tanah agama, dan tidak bisa melanjutkan tanggung
adat). jawab/kewajiban agama leluhurnya (Hindu).
Tanah tersabut digunakan sebagai Tetapi jika ada hak guna kaya (harta/waris
tempat tinggal dan digunakan untuk menopang hak milik) keluarga yang bersangkutan yang
kehidupan masyarakat. Tanah pemberian memutuskan” (Wawancar 08 Agustus 2014).
tersebut juga digunakan sebagai dasar menjadi Keterangan para informan diatas juga
anggota desa Pakraman dengan tanggung di benarkan oleh I Made Laba Yunus, laki-
jawab ngayum (memelihara) Kahyangan yang laki 40 tahun ini mengatakan di rumahnya
ada di Desa Pakraman Taro Kaja. Mawang Kangin:
Dengan alasan tersebut maka apabila “setelah saya memeluk agama Kristen saya
ada warga masyarakat yang berpindah ke tidak tinggal di Taro Kaja, saya dan adik saya
agama lain maka hak waris yang ada sagkut Simon Nadhi tinggal di mawang kangin Br
pautnya dengan Tanah Ayahan Desa dicabut Puakan Taro, di tanah yang merupakan tanah
haknya karena dengan berpindah agama kesugihan (guna kaya) dari leluhur kami.
maka mereka tidak dapat lagi melakukan Walaupun saya sudah tidak lagi beragama
kewajibannya sebagamana masyarakat Hindu Hindu tetapi, apabila ada upacara di sanggah,
di Desa Pakraman Taro Kaja. Saya kira itu saya selalu ikut dalam acara tersebut baik
alasannya, kalau tidak seperti itu maka secara pendanaan maupun pekerjaan, seperti
kemungkinan, banyak warga yang berpindah yang kamai lakukan beberapa bulan lalu, di
agama lalu siapa yang akan memelihara sanggah kami mengadakan perbaikan dan
kahyangan yang ditinggalkan leluhur kami. upacaranya. Secara pendanaan saya
Tetapi kalau menyangkut waris yang tidak ada membayar sesuai dengan warisan yang saya
kaitannya dengan Desa Pakraman silahkan terima dan dengan melakukan pekerjaan-
dibicarakan di dalam keluarga bersangkutan”, pekerjaan namun saya ngayah di luar kegiatan
(Wawancar, 01, Agustus.2014). keagamaan disanggah seperti, menyambut
Informan yang lain juga tamu undangan dan membantu
mengungkapkan hal yang sama mengenai mempersiapkan hidangan didapur untuk
alasan hilangnya hak waris di Desa keluarga yang nyayah disanggah”
Pakraman Taro Kaja. Seperti yang (Wawancara 06 Juni 2014).
diungkapkan oleh I Ketut Rapia.S.H. 48
Tahun, di rumahnya Banjar Taro Kaja 4.4.2 Implikasi Yuridis Terhadap Hak
mengatakan: Waris Menurut Hukum Hindu
“Orang atau warga desa Pakraman Taro Sebelum kita membicarakan tentang
Kaja akan kehilangan hak warisnya. Terutama ahli waris sangat penting diketahui terlebih
yang menyangkut Ayahan Desa, yang dahulu mengetahui tentang pewaris. Pewaris

WIDYA WRETTA
106
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
adalah orang yang meninggalkan warisan, dayada bandhawaç casat. (MD. IX.
sedangkan ahli waris adalah orang yang 159)
menerima warisan (harta milik pewaris) dari Artinya:
pewaris.
Anak sah dari sesorang ,anak yang lahir
Dalam Hukum Waris Hindu dari hubungan dengan istri, anak yang lahir
ditentukan bahwa pewaris hakekatnya adalah dengan rahasia, anak yang dibuang adalah
orang tua (bapak),sedang kan ahli waris tang anak yang mewaris dan keluarga.
terpenting adalah anak laki-laki, artinya
warisan turun dari bapak kepada anak laki- Kanincca sahodhacca kritah
lakinya.Hal ini diatur dalam Pasal 156, paunarbhawasttha swayam dattaçca
157,158, 159, dan 185. Bab IX. Kitab çaudracca sad dayada bandhawah.
Manawa Dharmasastra. (MD. IX. 160).
Samawarnaýsu ye jatah sarwe putraú Artinya:
dwijanmanam uddharam jya yase Anak dari wanita yang tidak dikawini,
datwa bhajeran nitare samam. anak yang diterima bersama istri, anak
(MD.IX.156) yang dibeli, anak dari wanita yang kawin
Artinya: lagi, anak yang menyerahkan diri dan
anak dari seorang sudra yang tidak
Semua anak-anak dari orang dwijati yang dinikahi adalah keluarga bukan pewaris.
lahir dari istri sederajatkan memperoleh
bagian yang sama dari harta warisan Isanasah pitrvittsya rayah. (Rgveda: I.
setelah satu dengan yang lainnya memberi 73.9)
bagian tambahan kepada saudara Artinya:
tertuanya.
Anak laki-laki mewarisi milik (harta)
Putrandwadaca yanaha nrnam swa leluhurnya.
yambhuwo manuh tesam sad badha
Prajabhyah pustim wibhajanta aastate
dayadah sad dayadha bandhawah.
(Rgveda: I.13.4).
(MD. IX. 158).
Artinya:
Artinya:
Para orang tua memberikan bagian
Sesungguhnya ada duabelas anak dari
mereka kepada anak laki-laki.
seseorang menurut Manuswayambhu,
enam diantaranya adalah mewaris dan Dari bunyi sloka-sloka di atas, anak
keluarga, sedangkan yang lainnya yang termasuk ahli waris dalam Hukum Hindu
hanyalah keluarga. adalah anak laki-laki, baik itu anak kandung
maupun anak angkat. Sedangkan anak yang
Aurasah ksetrajaçcaiwa datah krtrima
bukan ahli waris tetapi masih sebagai keluarga
ewaca gudhotpanno pawidhaçcah

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 107
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


adalah, anak yang lahir dari perkawinan yang 5) Anak orang lain yang minta diakui sebagai
tidak sah (tidak dinikahi), anak yang dapat anak.
dari membeli, anak yang menyerahkan diri 6) Anak hamba yang berasal dari keturunan
(anak pungut). rendah, yang diakui anak.
Pasal 198 Kutara Manawa, yang Disamping anak laki-laki anak, anak
mengacu pada kitab Manawa Dharmasastra perempuan berhak mendapat waris.
ada enam anak yang sebagai ahli waris. Amajur iva pitroh saca sati samanada
Enam anak yang akan mendapat ã asadasas tvaam iye bhagam kridhi
warisan itu adalah: praketam upa masya bhara daddhi
1) Anak yang lahir dari perkawinan pertama. bhagam tanvo yanemamahah (Rgveda:
II.17.7).
2) Anak yang lahir dari istri kedua
(perkawinan mendapat persetujuan orang Artinya:
tuanya). Seorang anak selalu tiggal dengan orang
3) Anak pemberian saudara,anggota tuanya, seperti seorang wanita yang tingal
keluarga . menjadi orang tua dirumah, meminta uang
4) Anak yang diminta dari orang lain. kepada orang tuanya. Semoga orang
5) Anak yang diperoleh dari istri yang atas tuanya memikirkan itu. Perhitungkan dan
perintah suaminya bercampur dengan berikan bagiannya kepadanya untuk
iparnya. perawatan dan untuk melayani para tamu.
6) Anak buangan yang dipungut dan diakui Yataiwãmã tathã putra putrena duhitã
sebagai anak. soma tasyãmãtmani tishantayam
Sedangkan enam anak yang tidak kathamanyo dhanam haret
mendapat warisan adalah: (MD:IX.130)
1) Anak yang tidak diketahui siapa Artinya:
bapaknya, diperoleh ibinya ketika masih
gadis Seorang anak sama dengan dirinya
2) Anak campuran orang (dihamili oleh sebagaimana seorang anak perempuan
banyak laki-laki). sama dengan anak laki, bagaimana
3) Anak seorang istri yang telah mungkin orang lain memperoleh harta
diceraikan,kemudian kawin lagi dengan warisan sedangkan anak perempuan yang
aki-laki lain. Setelah laki-laki kedua ditunjuk, seorang yang ditunjuk yang sama
meninggal ia kembali lagi kepada suami dengan dirinya masih hidup.
pertama dengan membawa kandungan Mãtusu yautakam yat syãtkumara
dari suami kedua. bhãga ewash dauhita ewa ca hareda
4) Anak yang diperoleh karena pemberian. putrasyãkhilam dhanam (MD.IX.131)

WIDYA WRETTA
108
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Artinya: bapak adalah ia yang menanggung,
Tetapi apapun juga harta sendiri milik ibu memelihara anak-anaknya. Yang disebut
harta itu adalah satu-satunya merupakan teman adalah ia yang percaya dan dapat
bagian anak perempuan; dan anak wanita dipercaya, dan seorang istri adalah ia yang
yang diangkat ststusnya menjadi anak laki- selalu bisa memberikan kebahagiaan.
laki menerima seluruh warisan orang Mãtãpitribyãm jãmbhirbhrãtrã putrena
tuanya yang tidak berputra laki. bhãryayã, duhitrã dãsa wargena
Dari bunyi pasal diatas dapat wiwadam na samacaret (MD:IV.180).
diketahui bahwa seorang anak perempuan Artinya:
berhak mendapatkan warisan orang tuannya Janganlah ia sampai berkelahi dengan ayah
baik ibu maupun dari bapaknya, lebih-lebih bundanya sendiri, dengan keluarga-
jika anak perempuan itu diangkat statusnya keluarga perempuannya, dengan abang-
menjadi laki-laki (putrika), ia berhak atas abangnya, dengan anak dan istrinya,
harta kekayaan peninggalan orang tuanya. dengan putrinya dan dengan pelayan-
Seorang anak disamping berhak atas pelayannya sekaligus.
harta warisan orang tuanya, mereka memiliki Tanggung jawab yang harus diemban
kewajiban yang harus dipikul sebagai seorang oleh seorang anak laki-laki atau seorang anak
anak (Gelgel,2006:145) wanita yang berstatus laki (putrika),
Yasya putro vasibhuto sebagaimana bunyi sloka-sloka diatas adalah:
bhãryãchandãnugãni vibhave yasca a. Melakukan upacara-upacara ritual untuk
santustas tasys svarga ihaiva hi para leluhurnya.
(Nitisastra:II.3) b. Menghormati leluhur, orang tua, kakak
Artinya: dan juga para gurunya dan senantiasa
Kalau seorang anak bakti kepada orang menyenangkan hati mereka.
tuanya, sang istri penurut, merasa puas c. Menghindari perselisihan, perkelahian
terhadap harta benda yang dimiliki, dengan orang tua dan keluarganya.
sebenarnya kesenangan surga dinikmati d. Selalu berbakti kepada orang tuanya.
oleh orang-orang tersebut di dunia.
Te putrã ye pitur-bhaktãh sa pita A. Hilangnya Hak Mewaris Dalam Hukum
pasokah tam mitram yatra visvasah sã Hindu
bhaãryã yatra nirvrtih. (Nitisastra:II.4). Setiap ahli waris sebenarnya
Artinya: mendapatkan hak waris dari prang tuannya
(pewaris), namun ada kalanya seseorang kan
Yang disebut putra adalah mereka yang kehilangan hak warisnya disebabkan kerena
bhakti terhadap bapak, yang disebut perbuatannya yang bertentangan dengan

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 109
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


norma-norma hukum yang berlaku, baik itu (durhaka) terhadap orang tua dan leluhurnya.
hukum agamanya ataupun hukum adatnya Demikian pula seorang anak akan kehilangan
(Gelgel,2006:148). hak mewarisnya apabila ia meninggalkan
Perbuatan yang memungkinkan agama leluhurnya atau pewarisnya. Hal ini
hilangnya hak mewaris terhadap harta warisan diberlakukan karena seorang anak yang
disebabkan oleh beberapa hal: berpindah agama tidak dapat melaksanakan
kewajiban leluhurnya sebagai seorang anak
a. Membunuh atau berusaha menghilangkan yang suputra (baik) terhadap leluhur,orang
nyawa pewaris atau anggota anggota tuanya, seperti melakukan yadnya serta
pewaris atau anggota keluarga. kewajiban-kewajiban sosial dalam
b. Melakukan penganiayaan atau berbuat masyarakat dan lingkungan keluarganya.
merugikan kehidupan pewaris.
c. Berbuat tidak baik ataupu menjatuhkan B. Harta Warisan Dalam Hukum Hindu
nama baik pewaris atau kerabat pewaris Harta warisan adalah segala harta
karena perbuatan tercela. benda yang ditinggalkan atau yang menjadi
d. Meninggalkan agamanya atau berpindah hak meilik orang yang telah meninggal dunia
agama atau kepercayaannya. (Gde atau pewaris, baik yang menyangkut harta
Wiranata,2005:265). yang akan(dapat) dibagi ataupun harta yang
Dalam Hukum Hindu seorang ahli belum (tidak dapat) dibagi. Harta warisan ini
waris akan kehilangan hak warisnya atautidak dapat berupa harta bendaberwujud dan dapat
berhak mewaris seperti apa yang diatur dalam pula berupa harta benda yang tdak berwujud.
pasal 201, 214 Bab IX. Kitab Manawa Harta warisan dalam Hukum waris
Dharmasastra adalah jika: Hindu dikenal dengan nama Dravivya/drvya/
1. Ahli waris menolak untuk mewaris. drasvya. Harta warisan dalam Hukum Hindu
2. ahli waris durhaka terhadap pewaris atau dapat digolongkan menjadi:
leluhurnya. a. Harta warisan yang dapat dibagi.
3. ahli waris diangkat anak oleh orang lain. b. Harta warisan yang tidak dapat dibagi.
4. ahli waris kawin dengan putrika (anak a. Harta warisan yang tidak berwujud.
wanita yang berstatus purusa) Harta warissan yang mempunyai nilai
5. ahli waris menderita penyakit jiwa dan ekonomis, seperti tanah,uang, rumah, emas
tidak sempurna indrianya. dan sebagainya. Sedangkan harta warisan
Dalam masyarakat Hindu di Bali, yang tidak dapat dibagi-bagi disebut harta
seorang anak dapat pula kehilangan hak pusaka sepertikeris, tempat pemujaa/suci
warisnya jika anak tersebut mempunyai (rumah ibadah), benda-benda yang memiliki
tingkah laku dan perbuatannya merugikan nilai religius magis, seperti pratima dan
atau mengancam kedudukan pewarisnya. sbagainya. Harta warisan yang ti berwujud
Misalnya seorang anak yang driwaka adalah harta warisan yang dapat dilihat dan

WIDYA WRETTA
110
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
diraba secara fisik material,sedangkan harta 4.4.3 Implikasi Menurut Hukum
warisan tidak berwujud berupa hak dan Nasional (Positif) Indonesia
kewajiban. (MD.X.115) Kebebasan beragama di indonesia
Sapta witãgamã dharmyã dãyo lãbhah sangat dijunjung tingagi karena Negara
krayo jayah, prayoga karmayogacca menjamin kebebasan beragama seluruh warga
satpratigraha ewa ca. Negara sesuai dengan bunyi Undang-Undang
Artinya : Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pasal
29 (1) dan (2) tentang agama yang berbunyi
Ada tujuh cara yang sah dalam sebagai berikut:
memperoleh hak milik yaitu: pewarisan,
perjumpaan, atau hadiah persahabatan, Pasal 29
pembelian, penaklukan, peminjaman AGAMA
dengan bunga,melakukan pekerjaan (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan
menerima hadiah dari orang-orang saleh. Yang Maha Esa.
Dari bunyi sloka115 Bab.X. Manawa (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-
Dharmasastra di atas, ada tujuh cara sah atau tiap penduduk untuk memeluk agamanya
cara yang dibenarkan untuk memperolah dan untuk beribadat menurut agama dan
warisan dalam Hukum Hindu yaitu: kepercayaannya itu.
a. Pewarisan Berdasarkan pejelasan Undang-
b. Pembelian Undang diatas maka sangat jelas tidak ada
c. Penaklukan implikasi dari tindakan atau perbuatan
berubah/berpindah agama.
d. Penjumpaan
e. Peminjaman dengan bunga BAB V. PENUTUP
f. Melakukan pekerjaan 2.1 Kesimpulan
g. Penerimaan dari orang yang saleh.
Setelah penulis menguraikan secara
Jadi dari hasil uraian di atas dapat maksimal tentang “Implikasi Konversi Agama
ditarik benang merah terhadap waris menurut Terhadap Hak Waris Menurut Hukum Hindu
Hukum Hindu. Bahwa orang yang tidak dapat (Studi Kasus di Desa Pakraman Taro Kaja).
melakukan/melanjutkan kewajiban orang tua Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
seperti berikut.
atau pewaris. Menurut Hukum Hindu, maka
tidak dibenarkan untuk mendapatkan Waris 1. Terjadinya konversi agama di Desa
dari pewarisnya, Sama halnya dengan orang Pakraman Taro Kaja disebabkan oleh
yang berubah/berpindah agama dari agama beberapa Faktor sebagai berikut:
Hindu Ke agama lain. - Lemahnya ekonomi, yang
mengakibatkan mudahnya pengaruh
agama lain untuk memasukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 111
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


pengaruhnya dengan menjanjikan meka mereka mempersiapkan jemaatnya
kehidupan yang lebih baik, dengan dengan sangat baik sebelum akhirnya
cara perekrutan anak-anak dari dilakukan pembabtisan (masuk Kristen).
keluarga kurang mampu untuk tinggal 3. Implikasi ditimbulkan oleh tindakan
dipanti asuhan, mempasilitasi konversi agama atau berpindah agama di
pendidikan yang lebih layak. Dengan Desa Pakraman Taro Kaja memeiliki
demikian secara mudah mereka beberapa implikasi:
ditanamkan atau dididik dengan
ajaran-ajaran agama Kristen yang - Tidak diakui lagi sebagai warga
dimulai dari lingkungan atau tempat (mayarakat) Desa Pakraman Taro
tinggal mereka yang baru sehingga Kaja. Sesuai dengan awig-awig
lambat laun mereka melupakan agama (aturan) yang berlaku.
lama (Hindu) dan masuk ke agama - Dilepaskannya hak dan kewajiban
baru (Kristen). Karena pembangunan mereka di dalam anggota Desa
teologi mereka sudah disrahkan ke Pakraman Taro Kaja. Terutama
teologi agama baru (Kristen) mereka. hak-hak/waris mereka yang terikat
- Lemahnya pemahaman teologi agama dengan ayahan Desa Pakraman,
Hindu, lemahnya pemahan teologi ini seperti Tegal Ayahan Desa dan
mampu dimanfaatkan secara Karang Desa, kembali menjadi milik
maksimal oleh agama Kristen Desa Pakraman. Pengambilan hak-
mengingat teologi mereka memang hak ini bukan tanpa alasan,
sudah disempurnakan sehingga sangat pengambilan ini dilakukan untuk
mudah dipahami, kegoncangan menjaga keberlangsungan
individu atau krisis individu dari masyarakat Desa Pakraman Taro
masyarakat Hindu dapat dengan Kaja. Sedangkan hak-hak mereka
cepat dimanfaatkan oleh agama lain yang bukan merupakan atau tidak
untuk perekrutan jemaat baru. ada hubungannya dengan tanggung
jawab ke Desa Pakraman seperti
2. Proses konversi agama Hindu ke agama harta guna kaya (waris atas nama
Kristen yang terjadi di Desa Pakraman pribadi/hak milik) dikembalikan
Taro Kaja memang mengalami proses yan kepada keluarga bersangkutan untuk
ganagat panjang dari mulai melakukan memutuskan sesuai dengan aturan
perekrutan dan memberikan ajaran hukum yang berlaku. Sedangkan
kekristenan (ketekisasi), sebelum benar- dalam kewajiban terhadap Desa
benar siap untuk masuk agama Kristen Pakraman, seiring dengan
memerlukan waktu puluhan tahun karena terputusnya hak-hak mereka karena
pendidikan mereka yang sangat berpindah agama maka kewajiban
terstruktur dan terorganisasi dengan baik mereka juga dihentikan, baik

WIDYA WRETTA
112
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kewajiban untuk ngayah di Pura dan yang lebih mudah di pahami dan
kegiatan sosial di masyarakat. dimengerti oleh umat Hindu terutama
Tentunya semua aturan tersebut generasi muda dan anak-anak agar
diberlakukan untuk menjaga eksistensi adat paham tentang teologi agamanya sendiri
dan agama Hindu di lingkungan Desa (Hindu) sejak dini.
Pakraman Taro Kaja kedepan, dan tidak 2. Demikian pula penulis himbau kepada
lupa mempertimbangkan dalam pembuatan segenap warga masyarakat dan pemuka-
awig-awig (aturan) dan pelaksanaannya pemuka adat di Desa Pakraman Taro
tidak berlawanan dengan UUD Republik Kaja. Kita sebagai warga yang baik
Indonesia, Hukum Adat Bali, dan Hukum hendaknya dalam mengatasi faktor-faktor
Hindu. penyebab konversi agama hendaknya
2.2 Saran-Saran memberikan pembinaan pembinaan
mental dan sepiritual guna
1. Untuk mengurangi faktor-faktor mempersiapkan generasi muda yang siap
terjadinya konversi agama Hindu ke menghadapi gempuran agama lain, di era
agama Kristen dan agama lainnya sekarang ini akibat globalisasi, dan sangat
hendaknya pemerintah terkait dalam hal penting dalam memutuskan suatu
ini Parisada Hindu Dharma Indonesia kebijakan hendaknya sesuai dengan
(PHDI) dan para pemuka agama Hindu aturan yang berlaku sesuai dengan
untuk melakukan berbagai langkah- ketentuan Undang-undang yang berlaku
langkah guna mengatasi turunnya jumlah di Republik Indonesia dan Hukum Adat
umat Hindu yang mulai kmenurun di jaman yang sesuai dengan Hukum Hindu sebagai
sekarang, dengan memberikan landasan dasar Hukum adat di Bali.
pemahaman tentang ajaran agama Hindu

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 113
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


DAFTAR PUSTAKA Adat di Propinsi Bali. Denpasar:
Upada Sastra.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Abdel Salam, EL Fatih., 2008. Kerangka 2001. Kamus Besar Bahasa
Teoritis Penyelesaian Konflik. Bahan Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta, Balai
Kuliah di Islamic Revealed Knoledge Pustaka,h.1269.
and Human Sciences Internasional,
Islamic Universiti Kuala Lumpur. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2012.
Purana Pura Agung Gunung Raung
Ardana, I Gusti Gede, 2007. Taro
Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Bali Dalam Menghadapi Donder, I Ketut, 2006 Brahmavidya:
Budaya Global. Denpasar: Fustaka Teologi Kasih Semesta. Kritik
Tarukan Agung-Fakultas Sastra Terhadap Epistimologi Teologi, Klaim
Universitas Udayana Kebenaran, Program Misi,
Komparasi Teologi dan konversi.
Ardika, I Wayan, 2004. Pariwisata Bali: Surabaya: Paramitha.
Membangun Pariwisata Budaya dan
mengendalikan budaya periwisata. Ekasana, I Made.2012. Dharma
Dalam I.N Darma Putra (e.d.), Bali Bandhu,Hukum Keluarga Hindu.
Menuju Jagadhita:Aneka Perspektif: Paramita Surabaya.
Pustaka Bali Post. Gelgel, I Putu.2006. Hukum Hindu.
Ashrama, B.,I Gede Pitana dan I Wayan Universitas Hindu Indonesia dan
Windia (Eds). 2007. Bali is Bali Penerbit Widya Dharma.
Forever Ajeg Dalam Bingkai Tri Hita Hendropuspito,D., 1983.Sosiaologi Agama
Karana. Denpasar Bali Travel News Jakarta Kanisius dan BPK Gunung
bekerja sama dengan Pemerintah Mulia.
Propinsi Bali dan PT. Bali Post.
Indra Nolin, 2011. UUD RI 1945 Sebelum
Astiti, Tjok Istri Putra.2005.Pemberdayaan dan Sesudah Amandemen. Penerbit
Awig-awig Menuju Ajeg Bali. Pustaka Tanah Air.
Lembaga Dokumentasi dan Publikasi
Fakultas Hukum Universitas Udayana. qbal Hasan, 2002. Pokok-pokok
Metodelogi dan Aplikasi. Bandung
Bugin, B.2001. Metode Penelitian Sosial. Gali Inddonesia.
Surabaya: Airlangga University Press.
Jalaluddin, H., 2002. Psikolog Agama.
Dharmayasa I Made, Canakya Niti Sastra Jakarta: Raja Grafindo Persada.
,Dharma Naradha, Denpasar, 1995.
Kerepun, Kembar M,2007. Kelemahan dan
Kekeuatan Manusia Bali (Sebuah
Dharma Yudha,I Made Suastawa,2001.Desa Otokritis). Denpasar Panakon.
Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Korn, VE, 1972. Hukum Adat Waris di Bali
diterjemahkan serta diberi catatan-

WIDYA WRETTA
114
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
catatan oleh I Gde Wajan Pangkat, NO. 72 Th. XXIV. Denpasaa: Fakultas
Denpasar, Fakltas Hukum & Hukum Universitas Udayana.
Pengetahuan Masyarakat Sugiono,Prof.Dr. 2009. Metode Penelitian
Universitas Udayana. Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.
Nasution.2008. Metode Risearch. Jakarta: Bandung:CV Alfabeta.
PT Bumi Putra Akasa. Surpi, Ni, Kadek., 2011. “Membedah
O’DEA.Thomas, 1966. Sosiologi Agama. Kasus Konversi Agama Di Bali” ,
Terjemahan oleh Tim Penerjemah Kronologi Metode Misi dan
Yasogama.1985. Jakarta Rajawali. Alasantindkan Konversi Agama dari
Panetje,Gde,1989. Aneka Catatan Hindu ke Kristen dan Katolik di Bali
Hukum Adat Bali. Denpasar, Guna serta Pernik-pernik Keagamaandi
Agung dunia. Paramita Surabaya.

Parimarta,I Gde.1998 “Desa Adat Dalam Susan, Novri, 2003. Teori Konflik
Perspektif Sejarah”, Dinamika Struktural dan Krisis (positivisme dan
Kebudayaan Vol.1. Denpasar Sosial Krisis). (online), (http://
Universitas Udayana. .skripps.ohio.edu/ news/cmdd/artikel
ef.htm, diakses 23 September 2008).
Puja I Gde., Tjok Rai Sudharta, Manawa
Dharmasastra, Departemen Agama Thouless, Robert H, 2000. Pengantar
RI, Jakarta,1978. Sosiologi Agama. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Ramayulis, 2002. Psikolog Agama.
Jakarta: Kalam Mulia. Warjana, 2009.Materi Pokok Dharmagita.
Jakarta:Direktorat Jenderal
Setia, Putu, 2006. Bali Yang Meradang. Bimbingan Masyarakat Hindu Budha.
Denpasar: Pustaka Manikgeni.
Wiana, I Ketut, 2007. Tri Hita Karana
Subagyo.1997.MetodelogiPenelitian Menurut Konsep Hindu. Surabaya:
Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Paramita.
Soepomo,1977. Bab-bab Tentang Hukum Windia,Wayan P. dan I Ketut Sudantra.
Adat, Jakarta,Pradnya Paramita. 2006. Pengantar Hukum Adat Bali.
Soekanto, 1996. Meninjau Hukum Adat Penerbit: Lembaga Dokumentasidan
Indonesia. Suatu Pengantar Untuk Publikasi Fakultas Hukum
Mempelajari Hukum Adat. Jakarta, Universitas Udayana.
Raja Grafindo, Cetakan ketiga.
Wiranata, I Gde., Hukum Adat Indonesia
Sudantra, I Ketut. 1999. Formalisasi Perkembangan Dari Masa ke Masa,
Forum Komunikasi Antar Desa Adat
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
dalam Kontek Penyelesaian
Persoalan-persoalan Hukum yang
Dihadapi Desa Adat.Kerta Patrika

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama


Hindu ke Agama Kristen Di Desa Pakramaan Taro Kaja Desa Taro, 115
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

I Wayan Martha, INyoman Surtana


UPACARA SELAMETAN PADA SUNGAI SEKAMPUH
DI DESA MATARAM KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN
PRINGSEWU LAMPUNG
NILAI PENDIDIKAN PERSFEKTIF AGAMA HINDU

Oleh:
Anak Agung Gede Dira
Lindia Winardika

ABSTRAK

Masyarakat Suku Jawa yang tinggal di Desa Mataram, Kecamatan Gading


Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung memiliki tradisi unik yaitu Upacara
selametan pada Sungai Sekampuh. Upacara selametan tersebut dilaksanakan setiap
satu tahun sekali yaitu jatuh pada hari Jumat Kliwon, pada bulan suro menurut
perhitungan kalender Jawa. Hal ini sangat menarik karena Upacara selametan
tersebut di dilaksanakan di pinggir aliran Sungai yaitu Sungai Sekampuh karena
itulah oleh warga disebut dengan Upacara selametan Sungai Sekampuh. Upacara
selametan tersebut diikuti oleh warga yang beragama Hindu maupun Non-Hindu,
namun jika dilihat dari pelaksanaan Upacaranya sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan ajaran agama Hindu, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai hubungan Upacara selametan pada Sungai Sekampuh tersebut dengan
Ajaran Agama Hindu.
Dalam penelitian yang kemudian tersusun menjadi karya ilmiah yang di
beri judul Upacara Selametan Pada Sungai Sekampuh Di Desa Mataram,
Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung (Kajian
Pendidikan Agama Hindu). Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut: (1) Mengapa warga Desa Mataram
melaksanakan Upacara selametan pada Sungai Sekampuh?, (2) Bagaimana proses
pelaksanaan Upacara selametan pada Sungai Sekampuh?, (3) Nilai-nilai pendidikan
Agama Hindu apa saja yang dapat dipetik dalam pelaksanaan Upacara selametan
pada Sungai Sekampuh?.
Rumusan masalah diatas di bedah dengan menggunakan beberapa teori
dan metode. Teori yang digunakan yaitu: (1) Teori Religi dan (2) Teori Pendidikan
Konstruktivisme. Sedangkan metode yang digunakan yaitu: (1) Metode Observasi,
(2) Metode Wawancara, (3) Metode Pengumpulan Data, dan (4) Metode Analisis
Data.

WIDYA WRETTA
116
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas mengenai Nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung di dalam
pelaksanaan Upacara selametan pada Sungai tersebut.
Dalam Pelaksanaan Upacara selametan pada Sungai Sekampuh tersebut
menggunakan berbagai saran upakara seperti: Tumpeng robyong, ayam
panggang, ayam engkung, kelapa muda hijau, kemenyan, komaran, bunga
wangi, kinangan, ambengan, wedangan, ancak, pisang raja hijau, kepeng,
telur ayam kampung mentah, jajan pasar, bubur dua warna (abang/putih),
kupat selamet, lepet, dan perahu debok. Prosesi pelaksanaanya sendiri melalui
beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, upacara puncak, dan acara hiburan.
Dari hasil penelitian di lapangan peneliti dapat menyimpulkan beberapa
Nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung didalam pelaksanaan Upacara
selametan pada Sungai Sekampuh yaitu: Nilai pendidikan tattwa, nilai pendidikan
etika, nilai pendidikan sosial dan nilai pendidikan upacara.
Kata-kunci : Upacara, Selametan, Sungai.

1. Latar Belakang masyarakat, di dalam agama Hindu


Masyarakat Jawa yang tinggal di keharmonisan hubungan itu tertuang dalam
pedesaan pada umumnya sebagai masyarakat ajaran Tri Hita Karana yaitu hubungan yang
agraris, yang sehari-harinya hidup sebagai harmonis antara manusia dengan Ida Sang
petani dan sangat kental dengan budaya Hyang Widhi Wasa, hubungan yang harmonis
gotong-royongnya. Hal itu merupakan antara manusia dengan manusia lainya, dan
kebudayaan nenek moyang yang telah di hubungan yang harmonis antara manusia
wariskan secara turun-temurun yang perlu di dengan alam lingkunganya atau mahluk hidup
lestarikan keutuhannya, sehingga tidak mudah lainya Sarvaprani Hitankara/semua mahluk
hanyut karena perkembangan zaman. Dalam sejahtera. (Titib, 1996 : 21)
kehidupan berkomuniti pada masyarakat Umat Hindu dalam mempertahankan
Jawa di pedesaan, keadaan saling tolong- keharmonisan sebagai upaya penguat,
menolong antar individu dan individu atau pengikat, sekaligus sebagai identitas diri umat
antara keluarga dan keluarga dapat dilihat Hindu dalam kebertahanannya terhadap
dalam kegiatan menanam padi, menyiangi, budaya lokal dengan tetap mempertahankan
panen, memperbaiki rumah, menggali sumur, konsep Tri Hita Karana melalui kegiatan
serta dalam upacara yang di adakan oleh ritual atau upacara. Upacara atau ritual adalah
suatu keluarga maupun warga desa. salah satu bagian dari tiga kerangka agama
Prilaku masyarakat desa di atas Hindu selain tattwa dan susila, yang ketiganya
merupakan usaha dalam menciptakan merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
keharmonisan di dalam lingkungan dapat di pisahkan antara yang satu dengan

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 117
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
yang lainya. Bagi umat Hindu dalam setiap setempat di sebut Danyang. Masyarakat
pelaksanaan Upacara harus selalu di landasi meyakini bahwa Danyang penghuni sungai
dengan ketulusan hati, persembahan yang tersebut sewaktu-waktu akan meminta
dilandasi dengan ketulusan hati ini disebut tumbal (korban), hal itu ditandai dengan
dengan yadnya. adanya orang yang terkena musibah atau
Jika di teliti secara seksama, maka celaka yang menyebabkan orang tenggelam
tujuan yadnya adalah mendidik manusia untuk atau meninggal di Sungai Sekampuh, untuk
mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi menghindari adanya tumbal tersebut
Wasa, Pelaksanaan yadnya sesunguhnya di masyrakat setempat melaksanakan Upacara
dasarkan atas adanya hutang (Rna). Hutang selametan pada Sungai Sekampuh. Upacara
atau Rna itu ada tiga macam yaitu, Dewa Rna selametan yang di laksanakan di Sungai
merupakan hutang kepada para Dewa sebagai tersebut merupakan wujud rasa syukur
manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kepada Tuhan atas segala anugrah yang telah
Rsi Rna merupakan hutang kepada Rsi atau di berikanNya, serta sebagai persembahan
Guru (Guru pengajian, Guru rupaka, Guru kepada Danyang yang menghuni sungai agar
wisesa), Pitra Rna merupakan hutang kepada tidak mengangu masyarakat yang beraktifitas
para leluhur. Hutang jasa tersebut tidak di di sungai tersebut. Selametan berasal dari
bayar dengan uang melainkan dengan jasa kata “selamet” yang artinya terbebas dari
melalui upacara yadnya. Kata upacara dalam segala rintangan, selametan berarti upacara
bahasa sansekerta berarti bergerak, yakni sedekah makan serta doa bersama yang
mendekat, mendekatkan diri kepada alam, bertujuan untuk memohon keselamatan.
sesama, dan yang paling utama kepada Tuhan, (Purwadi, Djoko, Siti, Mahmudi, dkk. 2005
itulah landasan tattwa aneka Upacara yadnya : 490).
(Wiana, 2004 : 49). Upacara selametan sungai di
Masyarakat yang tinggal di Desa laksanakan oleh masyarakat yang tinggal di
Mataram memiliki Upacara yang unik yaitu Desa Mataram, khususnya warga yang tempat
Upacara selametan pada Sungai Sekampuh. tinggalnya tidak jauh dari aliran Sungai
Bagi masyarakat Desa Mataram keberadaan Sekampuh atau warga yang kesehariannya
Sungai Sekampuh memiliki peranan yang bersinggungan dengan sungai tersebut, seperti
penting dalam kehidupan mereka, sebab warga yang memiliki sawah maupun ladang
sungai tersebut di jadikan sebagai sumber air yang lokasinya tidak jauh dari sungai, serta
pada saat musim kemarau, sebagai sumber warga yang bekerja sebagi penambang pasir
air untuk irigasi sawah, serta dijadikan sebagi maupun batu. Upacara selametan telah
sumber penambangan pasir dan batu. Namun dilaksanakan selama bertahun-tahun namun
di sisi yang lain masyarakat setempat juga belum ditemukan sumber yang jelas mengenai
percaya bahwa Sungai sekampuh tersebut di kepercayaan masyarakat dalam
huni oleh mahluk gaib, oleh masyarakat melaksanakan Upacara selametan yang

WIDYA WRETTA
118
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
mengunakan berbagi macam sarana berupa sekitaran Jawa Tengah. Meskipun telah
sesaji. Pada umumnya warga setempat hanya tinggal di luar pulau Jawa namun warganya
mengatakan bahwa Upacara tersebut masih tetap menjaga tradisi leluhur mereka,
merupakan tradisi yang telah di wariskan oleh akan tetapi sebagian tradisi tersebut telah
para pendahulu mereka yang menganut faham disesuaikan dengan tempat, waktu dan
Kejawen. Bila di dilihat lebih seksama maka keadaan (desa, kala, patra). salah satunya
pelaksanaan Upacara selametan lebih identik yaitu tradisi selametan. Menurut Sagio salah
dengan ajaran Agama Hindu di mana dalam seorang Sesepuh Desa Mataram,
setiap kegiatan upacara selalu mengatakan bahwa :
mempergunakan sarana upakara atau banten Wong Jowo kuwi ojo nganti lali karo
sebagai persembahan yang tulus (yadnya). tradisi leluhur, ne sampe lali berati
Hal inilah yang menarik untuk di teliti, sehingga dudu Wong jowo. Tradisi dilakoni ben
nantinya di harapkan dapat menemukan uripe ora nyasar mengkone bene dadi
gambaran yang lebih jelas mengenai Upacara tetep eling mareng Gusti, penjaluke
selametan pada Sungai Sekampuh. Wong Jowo kuwi ora akeh mung pingin
Dari uraian di atas dapat waras selamet, mulane kuwi Wong
dikemukakan rumusan masalah sebagai Jowo neng ndi wae manggon tetep eling
berikut: 1). Mengapa masyarakat di Desa karo tradisi selametan.
Mataram, Kecamatan Gading Rejo, Terjemahan:
Kabupaten Pringsewu, Lampung,
melaksanakan Upacara selametan Pada Orang Jawa itu jangan sampai lupa dengan
Sungai Sekampuh.? 2). Bagaimana proses tradisi leluhur, kalau sampai lupa berarti
pelaksanaan Upacara selametan Pada bukan Orang Jawa. Tradisi dilaksanakan
Sungai Sekampuh di Desa Mataram, supaya dalam menjalani hidup tidak
Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten tersesat dan nantinya juga supaya tetap
Pringsewu, Lampung.? 3). Nilai filosofi ingat dengan Gusti (Tuhan). Permintaan
pendidikan Agama Hindu apa saja yang dapat Orang Jawa itu tidak banyak yaitu hanya
dipetik dalam Upacara selametan Sungai ingin sehat dan selamat (tidak terkena
Sekampuh di Desa Mataram, Kecamatan musibah), karena itulah dimanapun Orang
Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Jawa tinggal tetap ingat dengan tradisi
Lampung.? Selametan. (Sagio, wawancara tangal 17
Desember 20011)
2.1.Upacara Selametan Pada Sungai
Sekampuh Di Desa Mataram Dari penuturan Sagio tersebut dapat
menjelaskan mengapa tradisi selametan begitu
Desa Mataram adalah salah satu penting bagi Orang Jawa oleh sebab itu Orang
Desa yang ada di daerah Lampung, yang Jawa tidak akan pernah melupakan atau
penduduknya adalah mayoritas suku Jawa meningalkan Upacara selametan. Upacara
yang dahulu bertransmigrasi dari daerah

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 119
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
selametan merupakan tradisi dari para leluhur Hyang Widhi Wasa, Hubungan manusia
sebagai sarana memahami serta selalu dengan manusia dan hubungan manusia
mengingat ajaran Tuhan sehingga manusia dengan alam lingkunganya. Dimana hal ini
tidak tersesat di dalam menjalani hidup ini. terlihat pada pelaksanaan Upacara selametan
Dari situ dapat di pahami bahwa tradisi yang yang mengunakan Sesaji serta mantra suci
di maksud adalah tradisi yang berasal dari sebagi wujud bhakti yang tulus kepada Tuhan
faham Kejawen, sedangkan faham kejawen Yang Maha Esa, hubungan harmonis antara
sendiri banyak di pengaruhi oleh ajaran- manusia dengan sesamanya terlihat dari
ajaran dari Agama Hindu tapi karena sudah kegiatan gotong royong dan kebersamaan
menjadi suatu tradisi sehingga di katakan dalam pelaksanaan Upacara selametan
sebagai faham atau keyakinan Kejawen. Ciri tersebut, dan hubungan yang harmonis dengan
dari faham Kejawen sendiri salah satunya Alam dan mahluk hidup lainya yaitu terlihat
yaitu masih mengunakan persembahan atau dari lokasi yang digunakan yaitu di sebuah
sesaji Dalam pelaksanaan Upacara maupun sungai serta memberi persembahan kepada
ritual, dan salah satu contoh nyatanya yaitu Danyang yang ada di sungai tersebut.
dalam pelaksanaan Upacara selametan Dengan terjalinya hubungan yang harmonis
Sungai. tersebut maka akan diperoleh kebahagiaan
Upacara selametan Sungai lahir dan batin. (Suparmo, hasil wawancara
Sekampuh yaitu Upacara selametan yang tangal 18 Desember 2011).
lokasi pelaksanaanya diadakan di pinggiran 2.2 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Sungai Sekampuh. Dalam pelaksanaan Upacara Selametan Pada Sungai
Upacara selametan sungai mengunakan Sekampuh
berbagi macam sesaji yang di persembahkan 2.2.1. Waktu Pelaksanaan
kepada Tuhan sebagai ungkapan rasa syukur
serta diperuntukan bagi Danyang yang Upacara selametan pada Sungai
mendiami Sungai dilokasi tersebut. Upacara Sekampuh di Desa Mataram dilaksanakan
Selametan sungai merupakan sebuah sarana setiap satu tahun sekali yang jatuh pada hari
untuk memohon keselamatan bagi warga yang Jumat Kliwon, pada bulan Suro,
sering beraktifitas di sekitar sungai supaya berdasarkan penangalan Jawa. Perhitungan
tidak terkena suatu musibah apapun. dalam kalender Jawa mengunakan sistem
perputaran bulan (Candra Sengkala) dimana
Menurut Parmo (seorang guru agama dalam satu bulan terdiri dari 30 hari dimulai
Hindu) mengatakan bahwa Upacara dari tanggal 1sampai tanggal 30, dan dalam
selametan Sungai Sekampuh merupakan satu hari terdiri dari 24 jam dimulai dari pukul
tradisi yang sesuai dengan konsep ajaran 18.00 sampai pukul 18.00 hari esoknya.
agama Hindu yaitu Tri Hita Karana yaitu tiga
hubungan yang menyebabkan kebahagiaan, Dalam perhitungan Jawa yang paling
yaitu hubungan manusia dengan Ida Sang umum di gunakan yaitu hari tuju (Dino Pitu),

WIDYA WRETTA
120
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
hari lima (Pasaran Limo), dan bulan dua belas dibangun di lokasi yang sama dengan tempat
(Wulan Rolas). 1) Dino pitu (sapta wara) penyeberangan yang mengunakan perahu
terdiri dari Soma (senin) , Anggoro (selasa), pada zaman dahulu. (Sagio, Wawancara
Budho (rabu), Respati (kamis), Sukro tanggal 21 Desember 2011).
(jumat), Tumpek (sabtu), dan Radite 2.2.3 Sarana Dalam Upacara
(minggu). 2) Pasaran Limo (panca wara) selametan Pada Sungai
terdiri dari Legi, Paing, Pon, Wage,dan Sekampuh
Kliwon. 3) Wulan Rolas terdiri dari Suro,
Sapar, Mulut, Bakdo Mulut, Jumadi Lawal, Pelaksanaan suatu upacara
Jumadi Lakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, keagamaan tidak terlepas dari sarana upacara
Selo, dan Besar. Pelaksanaan Upacara keagamaan itu sendiri. Dalam ajaran agama
selametan pada Sungai Sekampuh Hindu sarana yang di gunakan biasa disebut
menggunakan perhitungan Dino pitu, Pasaran denga banten atau sesaji, upacaranya sendiri
Limo dan Wulan Rolas yaitu hari Jumat lebih dikenal dengan sebutan upacara yadnya.
Kliwon, bulan Suro, namun jika di dalam Banten atau sesaji tersebut merupakan
bulan Suro tidak terdapat hari Jumat Kliwon bentuk yadnya yang dipersembahkan secara
maka sudah di sepakati bersama bahwa hari tulus iklhas sebagai wujud bhakti kepada
yang di gunakan yaitu Anggoro Kasih, yang Tuhan. Sarana atau upakara tidak dapat
berarti Hari Selasa Kliwon. (Kandari, dipisahkan dalam suatu tujuan untuk mencapai
Wawancara Tanggal 22 Desember 2011). suatu upacara yadnya. Karena itu akan di
bahas lebih dahulu sarana atau upakara yang
2.2.2. Tempat Pelaksanaan di gunakan dalam Upacara selametan pada
Lokasi yang digunakan sebagai Sungai Sekampuh.
tempat pelaksanaan Upacara selametan 2.2.4. Sesaji Dalam Upacara Larung
pada Sungai Sekampuh yaitu di pinggir Sungai Sesaji
Sekampuh lebih tepatnya berada disekitar
tempat penyeberangan. Pada zaman dulu Sarana yang digunakan dalam
orang-orang menyeberang masih mengunakan upacara larung sesaji yaitu sebagai berikut:
perahu yang terbuat dari kayu, namun pada 1. Tumpeng Robyong adalah nasi yang di
sekitaran tahun 1999 masehi, oleh pemerintah bentuk kerucut seperti sebuah gunung
di bangun sebuah jembatan penyeberangan. yang di tempatkan pada sebuah wadah
Meski tempat penyeberangan telah diganti (bakul), kemudian di sekitarnya di beri
dari mengunakan perahu menjadi bermacam-macam lauk dan sayuran, dan
mengunakan jembatan, akan tetapi tempat di atasnya di tancapkan cabe merah.
melaksanakan Upacara selametan sungai
2. Engkung adalah ayam yang di bentuk
tetap berada di lokasi yang sama, hal ini
seperti orang bersemedi yang di masak
karena jembatan penyeberangan tersebut
dengan cara di rebus mengunakan santan

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 121
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
kelapa, ayam yang digunakan adalah 13. Kembang Wangi adalah bunga tiga
ayam kampung jantan yang masih muda macam jenis dan warna, yang berbau
yang baru keluar lancirnya atau bulu ekor harum dan di beri minyak wangi.
ayam yang panjang. 14. Kemenyan
3. Perahu Debok adalah perahu yang di 15. Kepeng adalah uang yang terdiri dari
buat dari pohon pisang, pohon pisang uang kertas dan uang logam.
dipotong-potong kemudian di tancap 16. Ancak adalah tempat menaruh sesaji
mengunakan kayu dan diikat hingga yang terbuat dari bambu yang di anyam
berbentuk seperti perahu persegi empat. berbentuk persegi empat yang di atasnya
4. Pisang Raja Hijau satu sisir. di alasi daun pisang.
5. Kelapa Muda Hijau satu buah.
6. Wedangan adalah minuman yang terdiri 2.2.5. Sesaji Dalam Upacara Kenduri
dari kopi, teh, dan air putih yang di Sesaji yang di gunakan dalam
dalamnya diisi daun towo atau dap-dap. Upacara kenduri yaitu sebagai berikut:
7. Kinangan adalah kapur sirih dan rokok 1. Tumpeng Robyong adalah nasi yang di
yang di bungkus menjadi satu. bentuk kerucut seperti gunung yang di
8. Lepet dan Kupat Slamet, yaitu lepet tempatkan pada sebuah bakul, dan di
adalah ketan yang dicampur kelapa di sekitarnya diberi berbagai macam lauk-
bungkus dengan daun kelapa yang di lilit, pauk, sayuran dan diatasnya di
sedangkan kupat selamet adalah ketupat tancapkan cabai merah.
yang dibuat dengan satu helai daun kelapa 2. Ambengan adalah nasi yang di tempatkan
yang biasanya digunakan dalam upacara pada bakul yang di atasnya di isi berbagi
selametan. macam lauk-pauk dan sayuran.
9. Bubur Abang Putih adalah bubur beras 3. Ayam Panggang adalah ayam yang di
yang diberi gula merah (abang), dan masak dengan cara di panggang, ayam
bubur beras yang polos (putih), bubur yang di gunakan adalah ayam kampung
abang dan putih di tempatkan pada daun jantan.
pisang yang di picuk.
10. Telur ayam kampung yang masih
mentah satu. 2.2.6. Proses Pelaksanaan Upacara
11. Komaran adalah alat-alat untuk berhias Selametan Pada Sungai
yang di jadikan dalam satu kotak, seperti Sekampuh
bedak, kaca, sisir, gunting, minyak Proses pelaksanaan Upacara
cemcem, lulur.dll selametan pada Sungai Sekampuh di Desa
12. Jajan Pasar adalah aneka macam kue Mataram, melalui beberapa tahapan yaitu,
yang biasa di jual di pasar. Persiapan Upacara, Upacara Puncak, dan
Acara Hiburan.

WIDYA WRETTA
122
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.2.7. Tahap Persiapan Undangan ini dimaksudkan bahwa waraga
Tahap awal atau persiapan ini adalah Desa Mataram akan melaksanakan sebuah
tahapan dimana warga mulai menyiapkan hajat yaitu Upacara selametan sungai.
segala sesuatu yang perlu dalam 2.2.8. Upacara Puncak
melaksanakan Upacara selametan sungai Upacara puncak yaitu kegiatan inti
seperti, pengadaan musyawarah, pembuatan dimana Upacara selametan sungai
sarana upakara atau sesaji dan mengundang dilangsungkan yang di awali dengan Upacara
beberapa tokoh dari desa tetangga untuk ikut larung sesaji dan di lanjutkan dengan
hadir dalam Upacara selametan sungai Upacara kenduri.
Musyawarah diadakan di rumah 1. Upacara Larung Sesaji
Kepala Dusun (Bayan), warga masyarakat
yang akan ikut dalam pelaksanaan upacara Upacara selametan pada Sungai
tersebut di undang. kemudian dalam rapat ini Sekampuh ini dilaksanakan pada pagi hari,
yang di bahas adalah mengenai pembentukan setelah warga berkumpul di tempat
panitia pelaksana dan menentukan berapa berlangsungnya Upacara selametan, yaitu di
besar iuran yang akan dibebankan pada pingiran sungai sekampuh dan lebih tepatnya
masing-masing KK. Hasil dari iuran tersebut di sekitaran tempat penyeberangan. Para
nantinya akan dipakai dalam pelaksanaan sesepuh dan tamu undangan duduk bersama
kegiatan Upacara selametan tersebut. di sebuah tikar yang sudah di siapkan
sedangkan warga pelaku upacara yang lainya
Tugas pembuatan sesaji biasanya di berkumpul disekitaran tempat tersebut dan
serahkan kepada para Ibu-ibu, dimana dalam mengikuti upacara tersebut dengan hikmat.
pengerjaanya di awasi atau di pandu oleh
mereka yang lebih mengerti mengenai jenis- Pertama-tama yang dilakukan yaitu
jenis sesaji yang akan di pergunakan dalam menyiapkan sesaji yang di perlukan dalam
Upacara selametan tersebut. Pada pagi Upacara larung sesaji. Setelah sesaji sudah
harinya tugas seorang Juru Kunci atau siap maka seorang Sesepuh Desa atau Juru
Kunci akan menghaturkan sesaji dan sebagian
Sesepuh Desa adalah meneliti sarana upakara
dari sesaji tersebut nantinya akan di larung
tersebut apakah sudah lengkap atau belum,
atau di hanyutkan disungai. Setelah
jika sudah lengkap maka selanjutnya sesaji
membakar kemenyan maka Juru Kunci mulai
akan dibawa menuju lokasi di laksanakannya
mengucapkan mantra-mantra atau doa-doa.
Upacara selametan.
Mantra yang dipakai tidak memiliki sumber
Selain menyiapkan sarana upakara yang jelas, mantra tersebut diwariskan dari
atau sesaji, panitia upacara juga menyiapkan para leluhur atau pendahulu-pendahulu
daftar para tamu undangan, undangan mereka.
biasanya di berikan kepada Kepala Desa dan Sebelumnya mantra ini tidak di tulis
beberapa Tokoh dari Desa Tetangga. tapi di sampaikan secara lisan oleh para

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 123
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
Sesepuh mereka, hal ini terjadi kemungkinan Terjemahan:
karena zaman dahulu banyak warga yang Kejadian berasal dari biji yang satu
tidak dapat membaca dan menulis. Tapi Kemudian berpencar ke seluruh dunia
kemudian oleh Mbah Kandari selaku Juru Terimbas oleh zatnya
kunci, akhirnya mantra tersebut di salin atau Yang membaca dan yang mendengarkan
di tulis pada buku untuk di jadikan sebagai Yang menyalin dan yang menyimpan
arsip yang nantinya akan di berikan kepada Yang melaksanakan serta memberitahu
penerusnya yang lain, hal ini dilakukan dengan (mengajarkan)
pertimbangan agar tidak hilang ataupun lupa. Menjadi keselamatan badan
Mantra yang di gunakan di bagi menjadi dua, Jika dibacakan dalam air
yang pertama Mantra (doa) Agung, di Kukuh selamat terbebas dari penyakit
rapalkan dengan cara dilagukan lirih seperti Terbebas dari malapetaka
kidung dan yang kedua adalah Mantra Yang di pandang dengan kasih sayang
Pasrahan atau haturan di rapalkan dengan Menjadi satu dalam tubuh ku
cara bersuara lirih atau berkomat-kamit, yaitu Semua penyakit bersama-sama kembali
sebagai berikut: Semua senjata lenyap
Mantra Pertama: Seperti kapas jatuhnya besi
Wiji sawiji mulane dadi Semua racun menjadi hambar
Apan pencar saisineng jagad Binatang buas menjadi jinak
Kasambadan dening date Pada akhirnya semua selamat
Kang maca kang angrungu Semua sejahtera
Kang anurat kang nyimpeni Dikelilingi widyadara dan widyadari
Kang ngalakoni kang mituturi
Dadi ayuning badan Mantra Kedua:
Kinarya sesembur
Teguh ayu luputa ing lelara Panjaluk kiambak sedanten mareng
Luputa bilahi kabeh Gusti Kang Moho kuoso
Mugi mugi waras selamet sadulur
Welas asih pandulune kiambak sedanten
Dadya sarira tunggal Mugi mugi rahayu lan derajat mulya
Sakabehing lara pan samnya bali urip kiambak sedanten
Sakehing braja luput Mogi mogi gusti mareng nyekseni lelaku
Kadi kapuk tibaning wesi kiambak sedanten
Sakehing wisa tawa Panjaluk kiambak sedanten mareng
Sato galak lulut mbah dhanyang kali sekampuh……?
Temahan rahayu kabeh Kiambak matur sesaji daharan jajan
Apan sarira ayu pala picis komaran aruman
Ingideran kang widyadara-widyadari

WIDYA WRETTA
124
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Isi sesaji ora sepiro neng cokop kanggo dengan menyatakan bahwa sesunguhnya
nali sedulur semua yang ada di alam semesta ini berasal
Seduluran oraono ganggu ing dari Tuhan, dan semua perbedaan yang terjadi
keselametan, oraono ganggu ing karena sudah menjadi takdir atau kodratnya
tentrem ayem masing-masing. Bagi siapa saja yang
melaksanakan ajaran Tuhan dan
Terjemahan: mengajarkanya kepada orang lain akan
Permintaan kami semua (yang mengikuti membawa keselametan bagi dirinya. Jika
upacara) kehadapan Tuhan Yang Maha manusia melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan
Kuasa maka semua mahluk di dunia ini pasti akan di
Semoga saudara-saudara kami semua
pandang dengan kasih sayang, hal ini
dalam keadaan sehat dan selamat
menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
Semoga hidup kami semua penuh dengan
upacara yang akan di gelar tidak ada lagi rasa
berkah dan di berkati kemuliaan
benci, permusuhan, dan tindakan-tindakan
Semoga Tuhan berkenan menyaksikan
yang kami semua sedang kerjakan kejahatan karena yang ada hanya rasa cinta
kasih. Harapan yang diinginkan yaitu agar
Permintaan kami semua kepada mahluk semua berada dalam kasih Tuhan sehinga
gaib yang menguasai wilayah sungai mendapat kebahagiaan lahir dan batin.
sekampuh ………? Dalam mantra yang ke dua atau
Bahwa kami mempersembahkan sesaji mantra Haturan menyatakan bahwa warga
berupa makanan, kue, buah, uang, Desa Mataram melaksanakan Upacara
perhiasan, dan wewangian selametan sungai. Pertama kali yang
Persembahannya tidak seberapa, tetapi dilakukan yaitu memohon kepada Tuhan agar
akan cukup untuk mengikat tali berkenan menyaksikan pelaksanaan Upacara
persaudaraan
tersebut, serta memohon agar seluruh warga
Sesama saudara tidak akan mengangu
dihindarkan dari segala marabahaya. Kepada
keselamatan, sesama saudara tidak akan
Danyang yang menghuni Sungai dimohon agar
menganggu ketentraman dan kedamaian
tidak menganggu masyarakat Desa Mataram
(Kandari, wawancara tanggal 20 Desember sebab semua adalah saudara sehingga tidak
2011) boleh saling menganggu, sebagai wujud
Dengan melihat mantra di atas maka persaudaraan itu maka wajib saling berbagi,
jelas bahwa mantra yang pertama atau mantra dan tindakan nyata yang dilakukan yaitu
Agung tersebut ditujukan sebagai pemujaan dengan memberikan sesaji atau pesembahan
kehadapan Tuhan, agar di restui kegiatan yang berupa berbagi jenis makanan, minuman,
akan dilaksanakan oleh masyarakat, yaitu wewangian,dan perhiasan yang kemudian di
larung atau dihanyutkan ke sungai.

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 125
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
Setelah Juru Kunci selesai menganggu, hal inilah yang di ajarkan oleh
membacakan mantra, maka kegiatan para leluhur kita, maka Upacara selametan
dilanjutkan dengan menyiapkan sesaji untuk ini harus tetap di lestarikan, karena disini kita
di larung. Beberapa sesaji yang akan dilarung di ajarkan untuk tetap “eling lan waspodo”
antara lain: Ujung dari tumpeng robyong yang artinya kita harus selalu ingat kepada
yang telah dipotong, engkung, komaran, Tuhan (eling/ingat), dan menjauhi segala
kelapa muda ijo, kepeng, kembang godaan yang dilarangnya (waspodo/
wangi, telur ayam mentah, bubur abang/ waspada). (Marwoto, pidato sambutan
putih, kinangan, kupat, lepet, dan jajan tanggal 23 Desember 2011).
pasar. Semua sesaji tersebut di tempatkan Senada dengan yang dikatakan oleh
pada sebuah perahu yang terbuat dari pohon Marwoto menurut Mariono ( seorang
pisang, dan dialasi dengan ancak. kemudian Pemangku), Beliau menyatakan bahwa
perahu yang telah diisi dengan sesaji tersebut sesungguhnya mahluk gaib atau mahluk
di larung atau di hanyutkan kesungai. Sesaji halus itu memang ada, namun mahluk-
larungan ini di persembahkan bagi Danyang mahluk seperti itu tidak nampak karena
sungai, dengan harapan agar tidak mengangu mereka berada di alam gaib. Alam gaib yang
masyarakat Desa Mataram. tak kasat mata di dalam agama Hindu disebut
Menurut Marwoto (kepala Desa dengan Niskala sedangkan alam nyata ini
Mataram), dalam sambutanya menyatakan disebut Sekala. Umat Hindu selalu di ajarkan
bahwa meski dalam pelaksanaan Upacara untuk bisa hidup berdampingan dengan
selametan Sungai mengunakan berbagi mahluk-mahluk gaib tersebut dengan
macam sesaji ia mengatakan dengan tegas harmonis, salah satunya dengan memberikan
bahwa hal ini bukan berarti kami sesaji tetapi itu bukan menyembah melainkan
menyembah setan, jin, demit dan jenis untuk menghormati karena mereka juga
mahluk halus lainya, dan sangat tidak tepat mahluk ciptaan Tuhan. Sesaji yang di
jika menyembah meraka, karena menurut persembahkan kepada Danyang yang ada
keyakinannya jika menyembah mahluk- di sungai tujuanya juga sama yaitu untuk
mahluk seperti itu akan menimbulkan dosa menghormati, sekali lagi bukan menyembah
yang besar. Lebih lanjut Beliau menyatakan karena yang patut kita sembah hanya Ida
bahwa yang kami sembah hanya Gusti Kang Sang Hyang Widhi Wasa. Persembahan
Moho Agung (Tuhan), dan sudah sesaji tersebut diharapkan dapat
selayaknya bahwa kita wajib memberikan memberikan hubungan timbal balik, dimana
sedikit rezeki yang kita peroleh untuk di jika kita tidak menganggu maka mereka juga
berikan kepada Danyang yang menunggu tidak akan menganggu. (Mariono,
Sungai dengan harapan agar tidak Wawancara tanggal 23 Desember 20011

WIDYA WRETTA
126
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Gambar: 03.
Gambar : 01. Tampak sesaji yang sudah hanyut di sungai
Sesaji dihaturkan di pinggir sungai pada saat upacara larung sesaji
(Dokumentasi : Winardika, 2011) (Dokumentasi : Winardika, 2011)

2. Upacara Kenduri
Setelah larung sesaji selesai, kemudian
dilanjutkan dengan Upacara Kenduri.
Upacara kenduri ini di buka oleh Kepala Desa
atau yang mewakili dengan memberikan
sambutan yang di tujukan kepada masyarakat
beserta para tamu undangan yang hadir pada
upacara tersebut. Kemudian setelah sambutan
selesai di lanjutkan dengan pembacaan doa,
doa yang dimaksud adalah segala harapan
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Upacara
selametan. Seorang Kami Tuo atau Modin
Gambar: 02. Sesaji dilarung ke sungai di percayakan untuk memimpin doa, seluruh
warga yang hadir dalam upacara tersebut ikut
(Dokumentasi : Winardika, 2011)
berdoa sesuai dengan agama dan
kepercayaanya masing-masing.
Setelah selesai berdoa banten atau
sesaji yang sudah di haturkan atau di doakan
tersebut selanjutnya di bagi-bagikan kepada
seluruh warga untuk di santap bersama-sama.

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 127
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
Suasana yang tadinya penuh dengan hikmat Ia yang memakan sisa yajna akan terlepas
langsung berubah menjadi riuh ramai penuh dari segala dosa, (tetapi) Ia yang memasak
kegembiraan. Warga percaya bahwa makanan hanya bagi dirinya sendiri,
makanan yang telah di doakan itu akan sesunguhnya makan dosa.
membawa berkah kepada mereka, oleh Karma brahmodbhavam viddhi
karenanya masyarakat menyebutnya “Sego Brahmaksara-samudbhavam,
Berkat” artinya nasi berkah, karena itu Tasmat sarva-gatam brahma
sebagian makanan akan disisakan untuk Nityam yajne pratisthitam
dibawa pulang yang nantinya akan dinikmati
bersama keluarga masing-masing. Artinya:
Upacara kenduri ini menurut Ketahuilah, adanya karma adalah
Martono (Kepala Dusun Margoyoso I) yaitu karena Brahma yang ada dari Yang Maha
merupakan perayaan atau pesta dari Upacara Abadi, karena itu Brahma yang melingkupi
selametan sungai, dimana kenduri itu berarti semua ini selalu berkisar di sekitar
sedekah makan atau makan bersama dalam persembahan.
dengan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Dari kutipan diatas jelas dikatakan
Maha Esa sebagai rasa syukur atas bahwa manusia yang memakan sisa
terlaksananya Upacara selametan, dan persembahan akan terbebas dari dosa dan di
segala makanan dari sisa sesaji itu merupakan tegaskan juga bahwa Brahma (Tuhan sebagi
berkah yang diterima, oleh karena itu pencipta), akan selalu berada di sekitaran
makanan tersebut akan di sedekahkan atau persembahan, penjelasan ini tentu saja sejalan
di bagikan kepada seluruh warga yang hadir dengan kepercayaan masyarakat yang
untuk dinikmati bersama-sama. (Martono, melaksanakan Upacara selametan bahwa
wawancara tanggal 23 Desember 2011). makanan sisa dari sesaji merupakan sebuah
Dalam ajaran Agama Hindu sendiri berkah.
menikmati makanan sisa banten atau
persembahan sudah tidak asing lagi, karena
sisa persembahan dalam setiap upacara
keagamaan akan di ambil atau dilungsur,
karena itu makan sisa persembahan disebut
dengan lungsuran. Dalam kitab Bhagawad
Gita, Bab III Sloka 13 dan 15 di sebutkan
sebagai berikut:
Yajna-sistasinah santo
Mucyante sarva-kilbisaih
Bhunjante te tv agham papa Gambar: 04 Sesaji Ambengan
Ye pacanty atma-karanat (Dokumentasi : Winardika, 2011)
Artinya:

WIDYA WRETTA
128
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Gambar: 05 Gambar: 07
Kepala desa sedang memberikan sambutan Tampak warga yang beragama Hindu
(Dokumentasi : Winardika, 2011) mengikuti doa bersama
(Dokumentasi : Winardika, 2011)

Gambar: 08
Gambar: 06 Sisa sesaji dibagikan kepada warga untuk
Doa bersama dipimpin oleh seorang Modin dinikmati bersama
(Dokumentasi : Winardika, 2011) (Dokumentasi : Winardika, 2011)

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 129
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
2.2.4. Acara Hiburan sendiri seperti Gusti Ingkang Moho Agung,
Setelah serangkaian Upacara Gusti Ingkang Moho Kuoso, Gusti Ingkang
selametan sungai telah selesai, maka Moho Asih, Gusti Ingkang Murbeng
perwakilan dari panitia akan mengumumkan Dumadi dan masih banyak lagi yang lainya.
apakah akan di adakan acara hiburan atau Gusti ini merupakan penghormatan yang
tidak. Pengadaan acara hiburan sifatnya tidak sangat tinggi kepada Tuhan, Tuhan di percaya
wajib karena pada umumnya pengadaanya sebagi penguasa alam semesta beserta isinya,
didasarkan pada besarnya uang hasil iuran Tuhan adalah Maha segala-galanya, sehingga
warga yang tersisa, serta jika ada warga yang Tuhan di jadikan sebagai sesembahan yang
mau menyumbang lebih atau donatur. Jika paling utama.
uang yang terkumpul cukup maka akan di Persepsi tentang Tuhan yang
adakan suatu hiburan bagi warga yang tergambar dalam ungkapan tan kena
biasanya di adakan di rumah salah satu Kepala kinayangapa ini mengandung suatu makna
Dusun. Hiburan yang di tampilkan pada bahwa setiap orang mencoba melukiskan atau
umumnya berupa kesenian-kesenian daerah menjelaskan tentang hakikat Tuhan, maka
seperti kuda lumping, wayang kulit, ketoprak meskipun begitu penjelasan itu sendiri
dan sebagainya. Ada atau tidaknya acara sebenarnya tidak dapat mengambarkan
hiburan akan di umumkan setelah Upacara Tuhan secara seutuhnya. Upaya untuk
selametan tersebut selesai, setelah pemberian menggapai Tuhan sendiri tidak lebih dari ibarat
pengumuman tentang acara hiburan selesai orang-orang buta yang meraba gajah. Ada
warga di persilakan untuk pulang kerumah yang memegang gading, ada yang memegang
masing-masing. perut, ada yang memegang kaki dan ada pula
3. Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu yang memegang ekor. Masing-masing
Dalam Upacara Selametan Pada mempunyai pandangan dan penghayatan yang
Sungai Sekampuh berbeda tentang gajah tersebut. Semuanya
memang benar, mengahayati dan merasakan
1.1. Nilai Pendidikan Perspektif Filsafat apa yang dirabanya dan mengira bahwa itu
(Tattwa) gajah. Tetapi mereka sebenarnya tidak tahu
Ciri paling utama dalam kebudayaan wujud dan bentuk sesungguhnya gajah itu.
kejawen adalah sifatnya yang religius, dan Demikian pulalah kiranya yang dapat digapai
pada umumnya orang jawa sangat percaya oleh manusia tentang Tuhan.
dengan adanya Tuhan. Dalam pandangan Meski Tuhan itu tan kena
kejawen persepsi tentang Tuhan di lukiskan kinayangapa namun orang Jawa meyakini
dengan kata-kata “tan kena kinayangapa”, keberadaan Tuhan, keyakinan terhadap
yang artinya tidak dapat di lukiskan atau Tuhan tersebut di tuangkan dalam kata-kata
digambarkan, sehingga sebutan tentang Tuhan “sangkan paraning dumadi” yang artinya
hanya menujuk pada sifat-sifat Tuhan itu Tuhan adalah asal mula dan tujuan hidup.

WIDYA WRETTA
130
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Setelah menyadari bahwa asal manusia dari Artinya:
Tuhan dan tujuan manusia adalah kembali Tak ada sesuatupun yang lebih tinggi dari
kepada Tuhan maka hal ini menyebabkan pada-Ku, wahai Dhananjaya (Arjuna),
manusia harus menemukan jalan menuju semua yang ada disini terikat dengan-Ku
Tuhan, dan melaksanakan ajaran-ajaran yang bagaikan untaian permata pada seutas
luhur merupakan salah satu jalan manusia tali (benang).
menuju Tuhan. Sehingga hal ini membuat orang
jawa tidak melupakan tradisi leluhurnya.
Keyakinan kejawen tentang Tuhan Dari kutipan di atas, jelaslah
tidak berbeda dengan keyakinan tentang dipaparkan bahwa Tuhan atau Sang Hyang
Tuhan dalam ajaran agama Hindu. Dalam Widhi Wasa, merupakan sumber dari segala
ajaran agama Hindu Tuhan atau Ida Sang kehidupan dan segala yang ada di muka bumi
Hyang Widhi Wasa disebut juga Sang Hyang ini. Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah
Acintya, yang artinya tidak terpikirkan. Sangkan Paraning Dumadi, asal mula dan
Manusia tidak mampu memikirkan bagaimana tujuan akhir dari segala yang ada. Tidak ada
wujud dan bentuk Tuhan yang sebenarnya. kekuatan dan keesaan yang dapat melebihi
Umat Hindu sangat percaya tentang Tuhan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Demikianlah
sebagai pencipta dan pengatur seluruh isi alam hakikat yang diyakini oleh umat Hindu.
semesta. Hal ini sangat jelas dapat dilihat Dengan adanya keyakinan terhadap
dalam Bhagawad Gita, Bab VII sloka 6 dan keberadaan Tuhan seperti yang dipaparkan
7 sebagai berikut: diatas, maka masyarakat kejawen yang ada
‘etad-yonini bhutani sarvanity di Desa Mataram dalam melaksanakan
upadharaya, Upacara selametan tidak pernah terlepas
Aham krtsnasya jagatah prabhavah dari persembahan dan pemujaan kepada
pralayas tatha. Tuhan. Persembahan yang diwujudkan dalam
bentuk banten (sesaji) yang berasal dari
Artinya: bumi, dan pemujaan yang disampaikan melalui
Ketahuilah bahwa semua makhluk mantra dan doa, merupakan suatu bukti
mempunyai asal kelahiran disini Aku adanya kesadaran bagi masyarakat kejawen
adalah asal mula dari seluruh alam semseta untuk melakukan kewajiban-kewajiban yang
ini, demikian pula penyerapannya kembali. mulia sebagai hamba Tuhan. Persembahan dan
“matatah parataram nanyat kincid pemujan kepada Tuhan dapat dilihat dengan
asti dhamanjaya, jelas dalam prosesi Upacara selametan yang
Pranavah sarva-vedesu sabdah khe dilakukan sebagai wujud bhakti dan ucapan
paurusam nrsu. terima kasih atas segala anugerah yang
dilimpahkanNya. Dengan di sertai
permohonan keselamatan, kesejahteraan dan

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 131
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
kebahagiaan hidup di dunia (jagadhita), tidak pelaksanaan Upacara selametan yaitu
lupa memohon maaf dan pengampunan atas berkata-kata yang kasar, jorok dan tidak
segala kekurangan, kesalahan dalam sopan dan juga tidak boleh mencicipi sesaji
pelaksanaan Upacara selametan. yang belum di persembahkan karena
Dengan demikian, dapat ditarik suatu perbuatan seperti itu di anggap telah
kesimpulan bahwa pelaksanaan Upacara mencemari kesucian sesaji tersebut. Upacara
selametan merupakan pemujaan dan selametan merupakan upacara yang sakral,
persembahan yang dilakukan dengan hati sehingga ketika upacara sedang berlangsung
murni dan tulus ikhlas, untuk memohon suatu kita tidak diperbolehkan mengucapkan kata-
penyucian, keselamatan dan kebahagiaan kata serta melakukan perbuatan yang tidak
hidup di dunia. Adanya kesadaran untuk baik karena dapat menimbulkan “kuwalat”
melakukan pemujaan dan persembahan yang artinya terkena musibah yang disebabkan
sebagai wujud bhakti ini menunjukan adanya karena perbuatan maupun perkataan yang
nilai pendidikan tattwa (ketuhanan) yang kurang baik. (Sagio, Wawancara tanggal 21
sangat jelas dalam pelaksanaan Upacara Desember 2011).
selametan. Melalui pendidikan seperti inilah Dari uraian di atas dapat ditarik suatu
diharapkan seluruh keturunan dalam keluarga kesimpulan bahwa nilai pendidikan Etika
dan masyarakat, untuk memiliki keyakinan dalam pelaksanaan Upacara selametan
tentang kebesaran Tuhan melalui diwujudkan melalui prilaku-prilaku yang baik.
pelaksanaan-pelaksanaan ritual. Dalam ajaran agama Hindu prilaku-prilaku
1.2. Nilai Pendidikan Etika yang baik tertuang dalam konsep Tri Kaya
Parisudha yaitu pikiran, perkataan, dan
Dalam kehidupan bermasyarakat perbuatan yang baik atau yang benar. Dengan
setiap orang dituntut untuk berbuat atau berpikir yang baik maka ucapan-ucapan kita
bertingkah laku yang baik hal ini sebagai upaya yang keluar adalah ucapan-ucapan yang baik
untuk menciptakan suatu keselarasan dan pula, dan dengan didasari oleh pikiran dan
keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. perkataan yang baik maka di harapkan
Tingkah laku yang menilai sebuah tindakan itu perbuatan-perbuatan yang dilakukan juga
apakah di katakan baik atau buruk bagi mencerminkan kebaikan. Pikiran, perkataan,
masyarakat dikenal sebagai ajaran Susila atau dan perbuatan yang baik tentu saja baik bukan
Etika, dengan demikian dalam etika kita akan hanya bagi diri sendiri akan tetapi juga baik
memperoleh pengetahuan tentang perbuatan menurut orang lain.
yang baik dan yang buruk dan hendaknya
supaya kita melakukan perbuatan yang baik 1.3. Nilai Pendidikan Sosioreligius
dan menghindari perbuatan yang buruk. Manusia adalah homo sosius yang
Menurut Sagio (Sesepuh Desa), tidak pernah lepas dari teman, manusia tidak
prilaku-prilaku yang harus dihindari saat dapat hidup sendirian dan selalu bersama-

WIDYA WRETTA
132
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
sama dengan manusia lain. Manusia hanya dan asuh maka keselarasan dalam hidup
dapat hidup dengan baik dan mempunyai arti bermasyarakat akan tercapai
apabila ia hidup bersama-sama manusia lain Dalam pelaksanaan Upacara
dalam masyarakat. Tidak dapat di bayangkan selametan pada Sungai di Desa Mataram,
apabila manusia hidup sendiri tanpa manusia, jiwa sosial manusia sangat jelas terlihat yaitu
tanpa bergaul dan berhubungan dengan kebersamaan dan saling ketergantungan
sesama manusia. Hanya dalam hidup bersama antara satu dengan yang lainya Semua itu
manusia dapat berkembang dengan wajar, hal tercermin dalam pelaksanaan Upacara
ini menunjukkan bahwa sejak lahir sampai selametan yang melibatkan orang banyak
meninggal manusia memerlukan bantuan serta mengundang beberapa warga desa
orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. tetangga untuk hadir dengan tujuan untuk lebih
Bantuan yang diperlukan tidak hanya mempererat tali persaudaraan. Dalam aktifitas
untuk kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk seperti inilah akan muncul rasa saling asah,
memenuhi kebutuhan rohani. Manusia sangat asih, dan asuh dari setiap warga yang
memerlukan pengertian, kasih sayang, mengikuti Upacara selametan tersebut.
pengakuan dan tanggapan-tanggapan Dari uraian di atas maka sudah jelas
emosional yang sangat penting artinya bagi bahwa dalam pelaksanaan Upacara
pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. selametan tersebut mengandung nilai-nilai
Semua kebutuhan baik yang bersifat jasmani pendidikan Sosial yaitu membimbing kepada
dan rohani hanya dapat diperoleh dalam seluruh masyarakat untuk mengembangkan
hubungannya dengan manusia lain dalam rasa solidaritas, kebersamaan, saling
bermasyarakat. Hal ini merupakan kodrat menghargai satu sama lain, tolong-menolong,
manusia sebagai mahkluk sosial. semangat gotong royong, dan saling berbagi
Dalam pandangan hidup masyarakat dalam keadaan suka maupun duka, sehingga
Jawa untuk mencapai keselarasan hidup tercapai tujuan dalam hidup bermasyarakat
bermasyarakat kita harus memahami kata yaitu Jagad Hita yang berarti keselarasan dan
saling “Asah, Asih, dan Asuh”. Asah yaitu kesejahteraan hidup di dunia.
sebuah perbuatan yang didasari dengan 1.4. Nilai Pendidikan Upacara
kerelaan, saling memberi, atau saling harga
menghargai satu sama lain, Asih yaitu Upacara selametan Sungai
perbuatan yang didasari oleh rasa sayang atau merupakan Tradisi yang diwariskan dari para
memandang semua mahluk dengan leluhur yang memiliki makna yang tinggi.
pandangan cinta kasih, Asuh yaitu perbuatan Masyarakat Desa Mataram memiliki sebuah
yang didasari oleh rasa untuk saling melindungi keyakinan bahwa melalui pelaksanaan
atau selalu menjaga kedamaian satu dengan Upacara selametan sungai dapat
yang lainya. Jika setiap orang melakukan mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan cara
segala perbuatanya dengan dasar asah, asih, mempersembahkan berbagi sesaji sebagi

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 133
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
wujud syukur atas segala anugrah yang telah 2. Simpulan
di berikan yang berupa kebahagiaan dan Berdasarkan hasil penelitian yang
keselamatan. Melalui upacara warga juga dilakukan, maka secara umum dapat ditarik
mendapat melampiaskan emosi keagamaan beberapa kesimpulan sebagi berikut:
sehingga memperoleh kepuasan rohani dan
ketenangan. Hal inilah yang mendorong 1. Masyarakat suku Jawa yang tinggal di
Masyarakat untuk tetap melaksanakan Desa Mataram, Kecamatan Gading Rejo,
kegiatan Upacara selametan tersebut. Kabupaten Pringsewu, Lampung
melaksanakan Upacara selametan pada
Dalam pelaksanaan Upacara Sungai sekampuh sebagai perwujudan dari
selametan sungai terkandung nilai-nilai rasa syukur dan bhakti kepada Tuhan,
pendidikan upacara, dimana di dalam disamping itu juga sebagai sarana untuk
pelaksanaan Upacara selametan tersebut menghormati dan memohon kepada
mengunakan berbagai macam peralatan dan Danyang penghuni Sungai Sekampuh
perlengkapan banten persembahan sebagai agar tidak menganggu. Dengan
sarana Upakara. Selain pengunaan sarana dilaksanakan Upacara selametan pada
Upakara dalam Upacara selametan tersebut Sungai Sekampuh diharapkan warga Desa
juga mengunakan mantra dan doa sebagai Mataram berharap mendapatkan berkah
media konsentrasi untuk dapat lebih dan keselamatan sehingga dapat tercapai
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha kebahagiaan jasmani dan kebahagiaan
Esa. rohani.
Dengan demikian dapat ditarik suatu 2. Terdapat tiga rangkaian pokok dalam
kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam pelaksanaan Upacara selametan pada
pelaksanaan Upacara selametan Sungai Sungai Sekampuh di Desa Mataram yaitu
adalah mendidik masyarkat untuk tetap Persiapan Upacara, Upacara Puncak,
melaksanakan kegiatan Upacara selametan, meliputi Upacara larung sesaji dan
sebagai upaya melestarikan tradisi leluhur, Upacara kenduri. Dan yang terakhir
ungkapan rasa syukur dan sebagai upaya adalah Acara Hiburan.
untuk mendekatkan diri kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Umat Hindu di Desa 3. Dalam pelaksanaan Upacara selametan
Mataram sangat menyadari dan meyakini Pada Sungai Sekampuh mengandung
bahwa pelaksanaan Upacara selametan beberapa nilai-nilai pendidikan yaitu nilai
merupakan salah satu jalan mencapai pendidikan Tattwa, Etika, Sosial, dan
Moksartam Jagat Dhita Ya Ca Iti Dharma Upacara.
yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan
kelepasan.

WIDYA WRETTA
134
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
DAFTAR PUSTAKA Jendra, I Wayan.1998. Cara Mencapai
Moksa Di Zaman Kali. Denpasar :
Yayasan Dharma Naradha.
Amirin. 1990. Ilmu dalam Perspektif ;
Sebuah Kumpulan Karangan Koentjaraningrat. 1980. Sejarah
Tentang Hakikat Ilmu. Jakarta : PT. Antropologi I. Jakarta : UI Press
Gramedia Pustaka Umum. ——————————.1981. Metode
Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama di Penelitian. Singaraja : Fakultas
Jawa Suatu Pendekatan Keguruan Ilmu Pendidikan
Antropologis. Jakarta : Murai ——————————.1997. Beberapa
Kencana Pokok Antropologi Sosial. Jakarta :
Conny, R. Semiawan. 1999. Ensiklopedi Dian Rakyat
Populer jilid 6. Jakarta : PT Ichtiar ——————————.1994.
Baru Van Hoeve Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai
Ekosusilo. 1993. Simbolisme Dalam Pustaka
Budaya Jawa. Yogyakarta : Mas Putra, Nyonya I Gusti Agung. 1982.
Hanandita. Upacara Yadnya. Denpasar :
Eriyanto.2003. Analisis Wacana Pengantar Pengadaan Buku Penuntun Agama
Analisis Teks Media. Yogyakarta : Hindu (Pemerintah Provinsi Bali).
LKiS Narbuko, Cholik. 2001. Metodelogi
Faisal. 1990. Filsafat Agama. Jakarta : PT Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Bulan Bintang Nasution. 2008. Metode Research
Geertz, Clifford. 1981.Terjemahan (penelitian ilmiah). Jakarta : Bumi
“Ambangan, Santri, Priyayi, dalam Aksara
Masyarakat Jawa”. Judul Asli “The Nawawi, H. Hadari. 1993. Metodelogi
Religion of Java”. Jakarta : Pustaka Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta
Jaya. : Gajah Mada Universitas Press
Hasbullah. 2005. Belajar dan Pudja, Gde. 1999. Bhagawad Gita
Pembelajaran(edisi Revisi). Jakarta (pancama veda). Surabaya :
: Balai Pustaka Paramitha
Iqbal. 2002. Metode Penelitian Dan PHDI, Pusat. 2003. Himpunan Keputusan
Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap
Indonesia Aspek-Aspek Agama Hindu I-XV. :
PHDI Pusat.

Upacara Selametan pada Sungai Sekampuh di Desa Mataram


Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung, Nilai
pendidikan Persfektif Agama Hindu 135
Anak Agung Gede Dira, Lindia Winardika
Purwadi, Dkk.2005. Ensiklopedi 1996).Denpasar : Yayasan Manikgeni
Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Bina Dharma Sastra.
Media. ————————. 1998. Weda Sabda
—————. 2003. Sosiologi Mistik (R. Suci Pedoman Praktis Kehidupan.
NG.Ronggowarsito). Yogyakarta : Surabaya : Paramitha
Persada
Saba. 2001. Metodelogi Penelitian. Wiana, I Ketut. 2004. Mengapa Bali di
Jakarta : Grasindo Sebut Bali. Surabaya : Paramitha.
Sagala, Saiful. 2008. Konsep Dan Makna Widana, I Gusti Ketut. 1997. Menjawab
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Pertanyaan Umat. Denpasar :
Sanjaya, Wina.2006. Strategi Pembelajaran Yayasan Dharma Naradha.
Berorientasi Standar Proses Wikarman, I Nyoman Singgih. 1998. Caru
Pendidikan. Jakarta : Kencana Palemahan Dan Sasih. Surabaya :
Prenada Media Group. Paramitha.
Semiawan, Conny.R. 1999. Ensklopedi WWW. Siklus Air. Com (Tanggal 20 Mei
Populer Jilid 6. Jakarta : PT Ichtiar 2011).
Baru Van Hoeve.
Soehadha. 2008. Orang Jawa Memaknai
Agama. Yogyakarta : Kreasi Wacana
Sugiyono.2008. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suwardani, Ni Putu. 2005. Pendidikan
Agama Hindu Dalam Tradisi
Kontruktivisme. Denpasar : Widya
Wretta
Tabrinni. 2001. Metode penelitian
kualitatif. Bandung : Rineka Cipta
Tim Penyusun Kamus. 1991. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Titib, I Made.1996. Tri Hita Karana
Menurut Kitab Suci Veda (artikel),
Pustaka Hindu Radhitya (No.5/

WIDYA WRETTA
136
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
POLA PENDIDIKAN AGAMA HINDU
DALAM MENUMBUH KEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER
ANAK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP) NEGERI 2 PENEBEL

Oleh:

ANAK AGUNG PUTRA YASA


MADE AGUS SUDIANA

ABSTRAK

Sekripsi yang berjudul “Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuh


Kembangkan Pendidikan Karakter di sekolah SMP N 2 Penebel”, ditinjau dari
pendidikan agama Hindu pada intinya ingin mengkaji bagaimana pola dan
pelaksanaan Pendidikan Agama Hindu di Sekolah SMP N 2 Penebel. Terkait
dengan Munculnya berbagai fenomena kenakalan remaja, penyimpangan-
penyimpangan prilaku tentunya tidak lepas dari lemahnya pendidikan agama
terhadap para remaja. Pendidikan di sekolah maupun di keluarga tidak sepenuhnya
berhasil membentuk moral yang baik. Sehubungan dengan lemahnya pendidikan
karakter, eksistensi guru agama khususnya guru agama Hindu sebagai ujung
tombak pembentukan karakter pada peserta didik di SMP N 2 Penebel menjadi
hal menarik untuk diteliti.
Berdasrkan latar belakang yang diuraikan pada bab penelitian, ada tiga
permasalahan yang diteliti yaitu: (1).Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan Agama
Hindu di SMP Negeri 2 Penebel? (2).Bagaimanakah pola pendidikan Agama
Hindu di kelas VIII a dalam menumbuh kembangkan pendidikan karakter peserta
didik di SMP Negeri 2 Penebel? (3). Kendala-kendala apa saja yang dihadapi
oleh guru mata pelajaran agama Hindu dalam menumbuh kembangkan karakter
pada peserta didik di SMP N 2 Penebel? dalam penyajian hasil penelilitian ada
beberapa prosedur yang hedak diperhatikan yaitu, kajian pustaka, konsep-konsep
dan teori-teori pada hakekatnya untuk memperjelas apa yang sesungguhnya hendak
dibicarakan Sehubungan dengan uraian tersebut landasan konseptual dalam hal
ini memuat pengertian-pengertian atau konsep-konsep yang relevan dengan
variabel-variabel yang menjadi topik penelitian ini, sehingga diperoleh pemahaman

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 137
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
yang komprehensif terhadap permasalahan yang dikemukakan. Konsep-konsep
yang berusaha untuk dipahami yaitu, “Konsep pola pendidikan” Kata pola berarti
model. Pola juga mengandung arti corak. Sedangkan pola dalam pendidikan
merupakan program kegiatan atau program yang hendak disajikan kepada siswa
oleh peserta didik. Jadi pengertian pola pendidikan yang dimaksud yaitu rangkaian
kegiatan atau prosedur atau program belajar yang relative tetap terdiri dari unsur
yang secara teratur saling berkaitan akan dilaksanakan dalam usaha mencapai
suatu tujuan tertentu yang disajikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan.
Selanjutnya pengertian Pendidikan agama Hindu, adalah proses
pengembangan kompetensi siswa-siswi untuk menikmati hidup (life skill) yang
bertumpu pada nilai-nilai kedamaian, jujur, adil, hormat, kerjasama, sederhana, dan
bahagia. Dan selanjutnya konsep kata menumbuh kembangkan secara etimologis
berasal dari dua kata yaitu menumbuhkan dan mengembangkan. Kata
menumbuhkan berarti: memelihara, merawat supaya tumbuh (bertambah besar,
sempurna, Dan sebagainya) Dan kata mengembangkan berarti menjadikan
berkembang atau menjadi lebih luas dan lebih sempurna. Dengan demikian, kata
menumbuh kembangkan dapat didifinisikan sebagai kegiatan memelihara supaya
bertumbuh dan berkembang menjadi lebih dewasa. Terkait dengan teori pendidikan
agama belum bisa menemukan teori yang relevan, namun teori yang mendekati
adalah teori Operant conditioning atau stimulus respons Teori ini diperguanakan
karena pendidikan akan memberikan rangsangan (stimulus) pada peserta didik
dengan pengetahuan yang telah ada padanya, sehingga menimbulkan tanggapan
atau balasan (respons) yang terkesan pada jiwanya. Rangsangan diciptakan untuk
memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah
asosiasi. Selanjutnya teori kognitif model Gestalt oleh Mex Wertheimenr tahun
1880-1943. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses pengembangan insight.
Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi
permasalahan, atau kemampuan menangkap dan kemudian berproses pengamatan,
penafsiran dan memberikan arti obyek atau rangsangan yang masuk melalui indria-
indria seperti mata dan telinga. Selanjutnya teori konvergensi yang dikemukan oleh
Wilian Stern (dalam Yatim Rianto 2010:86) yang beranggapan bahwa
perkembangan pribadi manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor
pembawaan (faktor dalam atau faktor endogen) dalam faktor lingkungan (faktor
luar atau faktor eksogen).

Kata kunci : Pola Pendidikan dan Karakter

WIDYA WRETTA
138
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
1. Latar Belakang pergeseran nilai sebagai akibat perkembangan
iptek dan teknologi yang dialami masyarakat
Pada hakikatnya, pendidikan nasional
saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa
berfungsi mengembangkan kemampuan dan
pembentukan karakter pada peserta didik
membentuk watak serta peradaban bangsa
lebih ditekankan melalui pendidikan agama.
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar terbentuknya karakter peserta
Selanjutnya, pendidikan nasional adalah didik yang kuat dan kokoh, pemerintah dalam
mengembangkan potensi peserta didik hal ini Departemen Pendidikan Nasional telah
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa menetapkan mata pelajaran agama wajib
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak diberikan pada jenjang pendidikan dasar,
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi.
dan menjadi warga Negara yang demokratis Pemberian pendidikan ini disesuaikan dengan
serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 agama yang dianut oleh peserta didik. Namun
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan demikian, perkembangan teknologi dan
nasional, Pasal 3). Mengingat fungsi dan komunikasi yang sangat pesat dewasa ini
tujuan pendidikan nasional yang demikian menyebabkan hubungan antara negara di
mulia, pendidikan agama menjadi sangat vital dunia sangat cepat seakan tanpa batas.
dan mendesak untuk diupayakan sesegera Kondisi yang demikian lebih dikenal dengan
mungkin. Alasannya, melalui pendidikan era globalisasi, ini mengakibatkan suatu
agama, peserta didik dibentuk menjadi Negara tidak dapat menutup diri dari
manusia yang beriman dan bertakwa kepada pergaulan antar bangsa. Akhirnya, banyak
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. masalah sosial bermunculan. Masalah sosial
Mengingat kurikulum pendidikan dasar, tersebut antara lain: Tingkah laku yang
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dianggap tidak cocok, melanggar norma dan
wajib memuat pendidikan agama (UU RI No. adat istiadat, atau tidak teritegrasi dengan
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan tingkah laku umum (Kartono, 2001:2).
nasional, penjelasan pasal 37 ayat 1). Selain Dampak dari masalah sosial tersebut
itu, ada tiga alasan yaitu ; Pertama, pendidikan adalah terjadinya degradasi moral dan etika
agama adalah merupakan tuntunan idiil dari di kalangan remaja. Para remaja cenderung
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. melakukan tindakan-tindakan yang
Kedua, pendidikan agama perlu menyimpang antara lain melakukan hubungan
dikembangkan/diperkokoh karena seks pranikah dan tawuran. Dikrenakan, para
merupakan konsekwensi logis dari remaja sangat mudah mendapatkan informasi
keberadaan serta hakikat manusia sebagai sesuai dengan keinginannya termasuk yang
mahluk sosial dan berbudaya. Ketiga, semestinya belum patut mereka nikmati
Pendidikan agama sangat penting diberikan seperti film porno dan tindak kekerasan.
karena makin derasnya pergeseran- Selain itu, apa yang ditayangkan di televisi

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 139
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
akan menjadi prasangka buruk bagi sebagian remaja yang diindikasikan menghidap
besar kalangan remaja sehingga mereka penyakit menular seksual (PMS), hanya
cendrung terdorong untuk melakukan atau mereka malu untuk menceritakannya apalagi
meniru perbuatan tersebut karena dianggap untuk berobat ke rumah sakit (Bali Post,18-
suatu hal yang lumrah/biasa. Kondisi ini sangat 12-2004). Ketiga, demikian juga dalam
memprihatinkan apalagi bentuk kenakalan prilaku penyalahgunaan narkotika dan obat
remaja telah bergeser ke arah tindakan terlarang (Narkoba) di berbagai kota di
kriminal yang mengancam taraf keselamatan Indonesia termasuk dibali, para remaja
dan ketentraman masyarakat (Departemen dewasa ini juga disinyalir telah banyak
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, menjadi pengedar dan malah pecandu mulai
2001:30) sejak usia sekolah dasar (SD). Keempat,
Fenomena kenakalan remaja dewasa penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
ini dapat dikategorikan sebagai masalah oleh para remaja merupakan perbuatan-
sosial. Sebagai bukti, dilihat dan didengar dari perbuatan yang merugikan dirinya sendiri dan
pemberitaan media masa. Ternyata, kurun masyarakat. Misalnya, suka bolos di sekolah,
waktu beberapa tahun terakhir ini kenakalan jam sekolah nongkrong di warung minum-
remaja semakin marak dan meningkat. Bukan minuman keras (miras), anak suka berdusta
saja dengan frekuensinya, tetapi juga dalam pada guru dan orang tuanya, melakukan
variasi dan intensitasnya. Adapun pelecehan seks, menipu, mencuri, berjudi,
permasalahnya antara lain; Pertama, data yang berkelahi dengan teman sebaya dan perbuatan
cukup mengejutkan dipaparkan oleh Dr. lain yang merusak keindahan serta kelestarian
Pangkahila pada seminar sehari “Bahaya HIV/ lingkungan (Conduct Disorder) (Sudarsono,
AIDS, penyalahgunaan obat-obatan 1990:8). Kelima, dari media elektronik Lativi
terlaarang (narkoba) dan seks bebas dan acara “brutal” pada tanggal 10 juli 2005
dikalangan remaja dan dewasa” di Gianyar diberitakan adanya kasus pemerkosaan yang
kamis 23 Desember 2004. Pangkahila melibatkan anak- anak dibawah umur yang
mengatakan bahwa sekitar 2,5 juta wanita bernama bunga (nama samaran) yang baru
Indonesia melakukan aborsi (pengguguran berumur 7 tahun baru kelas 1 SD di kota
kandungan) setiap tahunnya. Ironisnya lagi Bandung. Diperkosa oleh lima orang anak
kasus aborsi itu didominasi kaum remaja yang berumur rata-rata anak berumur 5 sampai 6
angkanya mencapai 1,5 juta/tahun. Kedua, tahun. Pemerkosaan ini diakibatkan oleh
berdasarkan hasil penelitian di kabupaten anak-anak yang bersangkutan di ajak
buleleng, disebutkan selama tahun 2004 bersama menonton video porno oleh orang
penghidap HIV/AIDS positif di bali utara ini tuanya, sehingga pada saat adanya
berjumlah 55 orang yang hampir semuanya kesempatan terjadilah pemerkosaan tersebut.
dari kalangan remaja dan usia produktif. Keenam, tata krama, etika dan kreativitas
Selain itu yang mengejutkan lagi banyak siswa saat ini disinyalir kian turun akibat
melemahnya pendidikan budaya dan karakter

WIDYA WRETTA
140
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bangsa. Padahal ini telah menjadi kesatuan 2. Pembahasan.
kurikulum pendidikan yang diimplementasikan 2.1 Pola Pendidikan Agama Hindu Yang
dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Dilaksanakan di kelas VIIIa SMPN
“Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini 2 Penebel
cenderung pada implementasi, harus
diperaktikan sehingga titik beratnya bukan
pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti Disebutkan bahwa dalam pelaksanaan
‘hidden curriculum”ujar Direktur Pembinaan suatu pola pendidikan telah mencangkup
SMP kementrian Pendidikan Nasional keseluruhan dari proses pembelajaran yaitu
(Kemendiknas), Didik Suhardi, kepala pers, strategi, metode, serta manajemen seorang
jumat (15/1). guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Hal tersebut disinyalir tidak lepas dari Didalam suatau proses pembelajaran terdapat
lemahnya pendidikan agama terhadap para berbagai macam metode yang dapat
remaja. Pendidikan di sekolah maupun di digunakan untuk menyampaikan materi
keluarga tidak sepenuhnya berhasil pelajaran. Metode adalah cara yang
membentuk moral yang baik. Sehubungan digunakan untuk mengimplementasikan
dengan lemahnya pendidikan karakter/ rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
pendidikan agama di sekolah, eksistensi guru nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
agama khususnya guru agama Hindu sebagai dengan optimal (Martinis,2009:37).
ujung tombak pembentukan karakter pada Selanjutnya strategi merupakan garis-garis
peserta didik di SMP N 2 Penebel menjadi besar dalam rangka untuk merelisasikan suatu
hal menarik untuk diteliti. metode. Kemp,(1995) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
Berdasrkan latar belakang tersebut, pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
ada tiga permasalahan yang diteliti yaitu: siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
Bagaimanakah pola pendidikan Agama Hindu secara efektif dan efisien. Dengan demikian,
di kelas VIII a dalam menumbuh kembangkan bisa terjadi satu strategi pembelajaran
pendidikan karakter peserta didik di SMP digunakan beberapa metode. oleh karenanya
Negeri 2 Penebel?, 2). Bagaimakah strategi berbeda dengan metode. Strategi
pelaksanaan pendidikan Agama Hindu di merujuk pada perencanaan untuk mencapai
kelas VIII a sekolah SMP Negeri 2 Penebel?, sesuatu, sedangkam metode adalah cara yang
dan 3). Kendala-kendala apa saja yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
dihadapi oleh guru mata pelajaran agama Dick and Carey (1985) juga menyebutkan
Hindu dalam menumbuh kembangkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu
karakter pada peserta didik di SMP N 2 set materi dan prosedur pembelajaran yang
Penebel? digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa. (Wina

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 141
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
Sanjaya,2006:126). Dalam hal ini hasil mampu mewujudkan cita-cita luhur
wawancara dengan guru mata pelajaran Moksartham jagadhita ya caiti dharma.
agama Hindu Dra Ni Made Sudiari Berikut adalah metode dan strategi
mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh Dra Ni
pembelajaran diterapkan beberapa metode Made Sudiari (guru mata pelajaran SMPN 2
pembelajaran yang biasa digunakan yaitu, Penebel) dalam proses pembelajaran
metode ceramah, metode penugasan, metode pendidikan agama Hindu di kelas VIIIa, yaitu:
diskusi dan metode kisah dengan strategi 2.1 Metode Ceramah
yang digunakan yaitu, strategi ekspositori dan
strategi pembelajaran kooperatif. Metode dan Metode ceramah adalah sebuah
strategi merupakan satu rangkaian dalam metode mengajar dengan menyampaikan
pembelajaran dalam hal ini metode dan informasi dan pengetahuan secara lisan
strategi yang diterapkan Dra Ni Made Sudiari kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
selaku guru mata pelajaran pendidikan agama mengikuti secara pasif. Metode ceramah juga
Hindu yaitu dengan mengkombinasikan atau dapat diartikan sebagai cara menyajikan
memilih beberapa metode-metode materi pelajaran melalui penuturan secara lisan
pembelajaran yang efektif/relefan dan sesuai atau penjelasan langsung kepada sekelompok
dengan tujuan yang ingin di capai. siswa. Metode ceramah merupakan metode
yang sampai saat ini sering digunakan oleh
Dengan demikian pola pendidikan setiap guru atau instruktur. Hal ini selain
agama Hindu di sekolah SMP N 2 Penebel, disebabkan oleh beberapa pertimbangan
khususnya di kelas VIIIa sebelum tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik
melaksanakan proses belajar mengajar guru dari guru ataupun siswa. Dalam hal ini metode
membuat Rencana Pelaksanaan ceramah biasanya guru memberikan uraian
Pembelajaran (RPP). Didalam RPP mengenai topik tertentu di tempat tertentu dan
tercantum juga metode pembelajaran dan dengan alokasi waktu tertentu pula
strategi yang digunakan oleh guru dalam proses (Pupuh,2007:61). Metode ini digunakan oleh
belajar mengajar di kelas. Metode dipilih Ibu Dra Ni Made Sudiari untuk
berdasarkan atas pertimbangan dan alasan di menyampaikan materi pelajaran agama Hindu
atas yang nantinya tujuan dari pembelajaran kepada siswa/siwi, alasannya adalah:
agama Hindu dapat tercapai yaitu bertujuan
untuk menumbuh kembangkan karakter dan Dikarenakan metode ini tidak dapat
meningkatkan Sraddha (iman) Bhakti diabaikan, sebab setiap proses
(ketakwaan) dari peserta didik kehadapan pembelajaran, metod ini merupakan
Brahman (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) pendukung setiap metode-metode lain
melaluai pemberian, pemupukan, penghayatan yang akan digunakan. Selain itu sudah
dan pengalaman ajaran agama Hindu sehingga menjadi kebiasaan pula bagi guru
menjadi insan yang suputra/dharmika dan menggunakan metode tersebut dalam

WIDYA WRETTA
142
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
menyampaikan materi pelajaran, Punjab (di lembah Sungai Sindhu). Dan
dengan metode ceramah ini saya selaku dalam Perkembangannya sampai ke
guru dapat mengontrol keadaan kelas. daerah lembah Sungai Gangga dan
Didalam suatu proses mengajar tidak Yamuna. Dan nama Hindu berasal dari
akan terasa mengajar apa bila kita kata Sindhu yaitu nama sungai di India
tidak menggunakan metode ceramah, Barat Daya yang sekarang dikenal
karena metode ceramah melengakapi dengan nama Punjab. Nama Hindu di
setiap metode lain yang hendak kita berikan oleh orang-orang Eropa yang
gunakan didalam suatu proses datang ke India. Dan selanjutnya
pembelajaran. Selain itu metode ini agama Hindu masuk ke Indonesia dan
sangat membantu dalam perkembangannya sebagai berikut:
menyelesaikan materi yang banyak 1. Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai
dalam jumlah waktu yang sedikit. merupakan kerajaan Hindu pertama
Artinya materi yang banyak dapat di Indonesia. Kerajaan kutai
disampaikan dengan waktu yang terletak di Kalimantan Timur daerah
singkat. Muara Kaman di tepi sungai
\ (wawancara,2 February 2016) Mahakam. Kerajaan Kutai memiliki
peninggalan yaitu 7 (tujuh) prasasti
yang ditulis dengan huruf Pallawa,
Dalam pelaksanaanya, metode dengan bahasa Sansekerta. Semua
ceramah dapat dikatakan sebagai metode prasasti yang ditulis pada yupa, yaitu
tradisional, karena sudah menjadi kebiasaan tugu batu yang berfungsi sebagai
guru untuk mengunakan metode ceramah. tiang untuk mengikat hewan yang
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa akan dikurbankan. Maka kutai
metode ceramah lebih menekankan pada dikenal dengan “Negeri Tujuh
keaktifan guru dalam penyampaian suatu Yupa”. Prasasti Kutai tersebut
materi agar dapat diterima dengan baik oleh kurang kurang lebih pada abad
peserta didik sehingga proses pembelajaran keempat masehi. Isi prsasti tersebut
dapat berjalan secara efektif dan efisien. adalah:
Berikut adalah materi yang di jelaskan oleh
guru dengan menggunakan metode ceramah: a. Berisi silsilah: Kundungga
berputra Aswawarman yang
Anak-anak sekarang ibu mau seperti Dewa Matahari
menjelaskan tentang sejarah agama (Ancuman) menumbuhkan
Hindu, agama Hindu masuknya ke keluarga. Aswawarman berpurta
Indonesia. Agama Hindu yang kita tiga seperti Api tiga.Sang
kenal sekarang lahir dan berkembang Mulawarman telah mengadakan
pertama laki di India, yaitu daerah kenduri (selamatan), mengdakan

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 143
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
kurban, maka didirikanlah tugu Klaing berasal dari kata Kalinga,
oleh para Brahmana. nama sebuah kerajaan di India
b. Tempat sedekah: Sang Selatan, pada tahun 674 M.
Mulawarman,Raja yang mulia Diperintah oleh Ratu Simha.
dan terkemuka telah memberikan Memerintah dengan sangat tegas,
sedekah 20.000 ekor sapi kepada jujur, dan bijaksana.
para Brahmana di tempat tanah 4. Kerajaan Kanjuruan, kerajaan
yang suci “Waprakeswara”. Kanjuruan ini ditulis dalam prasasti
2. Kerajaan Taruma Negara, terletak Dinaya, yang ditemukan disebelah
di Jawa Barat yaitu, Kerawang, barat laut Malang, Jawa Timur.
Jakarta, Bogor. Peninggalannya Tertulis dengan hurup Kawi dengan
tujuh prsasti dengan berhuruf bahasa Sansekerta angka tahunnya
Pallawa berbahasa Sansekerta tertulis dengan Candra Sengkala
ditulis kurang lebih pada abad yang berbunyi: Nayanma
kelima Masehi. Sumbernya prasasti Vayurasa=682 Caka= 760 M. isinya
dan berita dari luar negeri terutama mencertakan bahwa pada abad ke
dari Cina. Nama ketujuh prasasti 8 ada kerajaan yang berpusat di
tersebut yaitu: Kanyuruhan dengan rajanya yang
bernama Dewa Simha dibawah
a. Prasasti Ciaruteum terletak di lindungan api Puti Keswara ia
kota Bogor, ada gambar bekas mempunyai seorang putera yang
dua kaki. bernama Liswa, setelah naik tahta
b. Prasasti Kebun Kopi, gambar dan mulai upacara Abhiseka. Liswa
bekas tapak kaki gajah sang bernama Gajayana. Liswa
raja. mempunyai putrid yang bernama
Utteyana yang menikah dengan
c. Prasasti Jamu.
Janania. System pemerintahan
d. Prasasti Tugu, merupakan dengan agama yang dianut yaitu
prasasti terpanjang dan sekte Siwa.Gajayana mendirikan
terpenting. pemujaan untuk Dewa Agastya.
e. Prasasti Lebak. Bangunan tersebut sekarang
bernama candi Badut. Semula arca
f. Prasasti Pasir awi. tersebut terbuat dari kayu cendana
g. Prasasti Muara Cianten. dan kemudian diganti dengan batu
hitam, persmiannya dilakukan pada
3. Kerajaan Kaling atau Holing,
tahun 760 M. Begitulah anak-anak,
terletak di Jawa Tengah. Nama
mengenai perkembangan agama

WIDYA WRETTA
144
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Hindu yang kita kenal sekarang ini dipergunakan oleh Ibu Dra Ni Made
masuk ke Indonesia. Dan nanti akan Sudiari alasannya adalah:
dilanjutkan lagi sampai Metode penugasan atau pemberian
perkembangannya di Bali. Namun tugas bertujuan untuk melatih siswa
sebelumnya apakah ada yang mau lebih bertanggung jawab,
ditanyakan, apa bila ada yang ingin meningkatkan motivasi belajar siswa,
mau ditanyakan ibu persilakan untuk bembantu siswa agar lebih aktif,
……… karena jika hanya menggunakan
(proses pembelajaran pada tgl,3 metode ceramah saja, siswa menjadi
Februari 2016) terlalu pasif yang hanya mampu
menerima tanpa mampu mengolah atau
memahami materi dengan baik.
2.2 Metode Penugasan Dengan metode penugasan ini
Metode penugasan tidak saja dengan diharapkan siswa akan menjadi lebih
memberikan pekerjaan rumah, tetapi jauh aktif dan menjadikan siswa mampu
lebih luas. Tugas yang diberikan bisa saja belajar mandiri. Dalam pemberian
dikerjakan dirumah, di kelas dan tugas saya biasanya memberikan tugas
diperpustakaan. Metode penugasan yang berkaitan materi yang telah saya
bertujuan untuk merangsang anak aktif belajar ajarkan diakhir pembelajaran. Tugas
secara individual maupun berkelompok. Oleh yang biasanya diberikan adalah tugas
karena itu, tugas dapat dikerjakan secara membuat rangkuman, mengerjakan
individual maupun secara komunal LKS dan soal-soal yang saya buat.
(Pupuh,2007:64). Tugas merupakan suatu Dengan demikian siswa belajar dengan
pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian aktif.
tugas sebagai suatu metode mengajar (wawancara,2 February 2016)
merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh
guru kepada siswa untuk mencapai tujuan Berdasarkan alasan pemilihan metode
pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas diatas maka dapat dikatakan bahwa seorang
tersebut siswa belajar mengerjakan tugas guru dalam memilih suatu metode tidak hanya
(Wiryawan,1994:13) dalam melaksanakan berdasarkan kemampuannya saja dalam
kegiatan belajar siswa diharapkan menerapkan metode tersebut tetapi juga
memperoleh suatu hasil yaitu perubahan berdasarkan kegunaanya dalam proses
tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan belajar mengajar. Dengan menggunakan
yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dari metode tersebut diharapkan mampu
pemberian tugas adalah resitasi yang mengembangkan minat dan kemampuan
melaporkan atau menyajikan kembali tugas siswa. lingkungan sangat berpengaruh
yang telah dikerjakan atau dipelajari. Metode terhadap keaktifan dan minat belajar siswa.
Hal ini sejalan dengan teori konvergensi

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 145
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
menurut Wilhelm (dalam Muchlisin, 1973) belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu
bahwa selain anak sudah mempunyai bakat hasil yaitu perubahan tingkah laku tertentu
dan kemampuan ini akan dipengaruhi oleh sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
lingkungan sekolah. Disinilah guru berperan 2.3 Metode Diskusi
sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran. Guru dalam penyampaian Metode diskusi adalah adalah
materi yang diajarkan dapat diterima dengan metode pembelajaan yang menghadapkan
baik oleh siswa. Guru merupakan bagian dari siswa pada suatu permasalahan. Diskusi
lingkungan sekolah, dimana guru mempunyai merupakan interaksi antara siswa dan siswa
pengaruh yang besar terhadap perkembangan atau siswa dengan guru untuk menganalisis,
anak didik. Guru hendaknya mampu memecahkan masalah, menggali atau
mengembangkan bakat dan kemampuan yang memperdebatkan topik atau permasalahan
dimiliki oleh anak didiknya. tertentu. Metode diskusi adalah cara
penyampaian bahan pelajaran dimana guru
Anak-anak, sekarang ibu akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan tugas yang berkaitan mengumpulkan pendapat, membuat
dengan apa yang telah anak-anak kesimpulan atau menyusun berbagai
pelajari. Sekarang bukalah halaman 25 alternative pemecahan masalah (Seneng Dkk,
pada buku LKS kalian, tolong 2008:219). Metode diskusi adalah metode
dikerjakan di rumah boleh dengan cara yang dipergunakan untuk memecahkan suatu
kelompok maupun sendiri. Ibu akan permasalahan, menjawab pertanyaan,
memerikasa pekerjaan kalian pada menambah, memahami pengetahuan siswa,
pertemuan minggu mendatang. serta membuat keputusan (Killen 1998:dalam
(wawancara,2 February 2016) Sanjaya,2006:154) Dalam hal ini metode
diskusi diguanakan dalam proses
pembelajaran di kelas VIIIa SMP negeri 2
Didalam proses pembelajaran, Penebel alasannya adalah:
memberikan tugas sangatlah penting untuk
membantu siswa belajar lebih aktif dan Metode diskusi digunakan dalam
mandiri, baik dirumah maupun sekolah. Dan pembelajaran Pendidikan agama hindu
pemberian tugas didalam suatu proses dengan tujuan agar siswa terlatih untuk
pembelajaran siswa untuk meningkatkan bicara atau berargumentasi mengenai
motifasi belajar siswa dan juga dapat pendapatnya. Disamping itu Siswa
meningkatkan intelegensi peserta didik. Untuk juga dapat termotifasi untuk
itu sebagai guru hedaknya sangat bijaksana memberikan gagasan dan ide-ide,
dalam menentukan metode pembelajaran kecakapan untuk memecahkan
yang relefan, efektif dan sesuai dengan tujuan masalah. Bagi siswa, metode diskusi
pengajaran. Dalam melaksanakan kegiatan merupakan latihan untuk peranan

WIDYA WRETTA
146
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kepemimpinan serta peranan peserta mendiskusikannya pada kelompoknya yang
dalam kehidupan dimasyarakat, karena telah dibentuk. Dengan metode ini siswa akan
peserta terasah pikirannya untuk memperlihatkan keaktifanya dalam proses
menemukan ide-ide atau pemikiran- pembelajaran berlangsung. Berikut adalah
pemikiran untuk pemecahan masalah. permasalahan yang diberikan oleh guru dalam
Dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode diskusi:
metode diskusi siswa juga dapat Anak-anak, karena telah terbentuk
menambah wawasan, memecahkan kelompoknya masing-masing maka ibu
suatu permasalahan, menjawab sekarang membacakan permasalahan-
pertanyaan dan menambah nya yang akan kalia diskusikan.
pengetahuan. Sekarang sediakan peralatannya untuk
(wawancara,2 February 2016). mencatat. adapun permasalahan yaitu,
Dalam hal ini Ibu Dra Ni Made 1.bagaimanakah perkembangan
Sudiari memberikan sejumlah permasalahan agama Hindu hingga sampai masuk ke
kepada siswa yang berkisar seputar Indonesia hingga akhirnya sampai di
permasalahan agama, untuk selanjutnya Bali. 2.Berikan penjelasan mengenai
didiskusikan oleh masing-masing kelompok dampak yang ditimbulkan masuknya
siswa. Hal ini diharapkan pula agar siswa ikut agama Hindu yang terdiri dari sekte-
berperan serta terhadap berjalannya proses sekte. 3.apa yang mengakibatan
kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi metode keruntuhannya kerajaan besar hindu
ini memerlukan waktu yang relative cukup seperti Kutai dan Majapahit.
panjang, padahal alokasi waktu pelajaran (wawancara,2 February 2016).
agama Hindu sangat singkat, sehingga dengan Persoalan yang komplek sering kita
keterbatasan ini tidak mungkin menghasilkan jumpai dalam kehidupan masyarakat,
sesuatu secara tuntas. Metode ini hanya karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar
digunakan oleh Dra Ni Made Sudiari setelah kerja sama. Dalam hal ini diskusi merupakan
materi pelajaran telah habis, artinya metode jalan yang banyak memberi kemungkinan
ini biasanya digunakan pada akhir semester proses pembelajaran lebih aktif. Diskusi dapat
pada saat mendekati ujian tengah semester melatih siswa untuk belajar mengeluarkan
dan akhir semester. Adapun permasahan yang pendapat untuk memecahkan masalah, siswa
diberikan kepada siswa mengenai materi- bisa belajar mencari jawaban atas pertanyaan
materi yang telah dipelajari atau materi yang diberikan oleh guru maupun pertanyaan
sebelumnya dan siswa diberi kesempatan dari temannya. Penggunaan metode dalam
bertanya dan siswa yang lainnya memberikan proses pembelajaran dapat merangsang
tanggapan. Setelah guru menjelaskan kreatifitas anak didik dalam bentuk ide,
gambaran umum tentang permasalahan, gagasan dalam pemecahan masalah. Menurut
selanjutnya siswa diminta untuk Wina Sanjaya, (2008) dalam bukunya yang

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 147
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
berjudul “strategi Pembelajaran” Secara siswa untuk meningkatkan kemampuan
umum ada dua jenis diskusi yang biasa berpikir serta dapat mengembangkan
digunakan dalam proses pembelajaran. pengetahuan siswa.
Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini 2.4 Metode kisah
dinamakan diskusi kelas. Pada diskusi ini
permasalahan disajikan oleh guru dan Metode kisah adalah penyampaian
dibahas oleh kelas secara keseluruhan. Yang pesan dengan menceritakan kisah-kisah
mangatur jalannya diskusi adalah guru itu religius kisah para dewa, kisah orang suci, dan
sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada kisah kepahlawanan. Dalam kisah itu
diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa tersimpan nilai-nilai pedagogis-religius yang
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 memungkinkan anak didik mampu
orang. Setiap kelompok memecahkan sub meresapinya. Metode kisah ini dapat
masalah yang disampaikan guru. Proses membuka kesan pada jiwa peserta didik
diskusi diakhiri dengan laporan setiap sehingga dapat merangsang hati nuraninya dan
kelompok. berupaya melakukan hal-hal yang baik.
Menurut Al-Nahwali dalam A.Tafsir
Menurut Bridges (dalam Wina (2004:140) metode kisah amat penting di
Sanjaya, 2008) apapun jenis diskusi yang dalam pembelajaran pendidikan agama,
digunakan, dalam proses pelaksanaannya guru karena:
harus mengatur kondisi agar: (1)setiap siswa
dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan a. Kisah dapat memikat, karena
pendapatnya, (2)setiap siswa saling mendegar mengundang pembaca atau pendengar
pendapat orang lain, (3)setiap siswa saling untuk mengikuti pristiwanya,
memberi respon, (4)setiap siswa harus dapat merenungkan maknanya. Selanjutnya
mengumpulakan atau mencatat ide-ide yang makna-makna itu akan menimbulkan
dianggap penting, (5)melalui diskusi setiap kesan didalam hati.
siswa harus dapat mengembangkan b. Metode kisah melibatkan pembaca
pengetahuannya serta memahami isu-isu yang atau pendengar kedalam kisah itu
dibicarakan dalam diskusi. Kondisi ini harus sehingga ia terlibat secara emosional.
dipertahankan dan dikembangkan, karena
c. Metode kisah memberikan kesan
melalui pembelajaran diskusi dalam bentuk tim
mendidik rasa keimanan dengan cara
kelompok kecil maupun diskusi secara
keseluruhan kelas siswa didorong untuk Ø Membangkitkan berbagai perasaan
melalakukan tukar-menukar (sharing) dan emosi seperti terharu, cinta, dan
informasi dan pendapat, mendiskusikan perasaan terkesan.
permasalahan secara bersama, Ø Mengarahkan seluruh perasaan
membandingkan jawaban mereka, dan sehingga bertumpuk pada suatu
mengkoreksi hal-hal yang kurang tepat. puncak, yaitu kesimpulan kisah.
Strategi ini diharapkan dapat mendorong

WIDYA WRETTA
148
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Ø Melibatkan pembaca atau berkaitan dengan cerita-cerita yang memiliki
pendengar kedalam kisah itu makna religius dan susila. Melalui metode
sehingga ia terlibat secara kisah siswa diharapkan memiliki pengalaman
emosional. batin melalui kisah-kisah yang diceritakan.
Metode kisah memberikan sebuah Ketika metode yang telah dijelaskan
penomena yang dapat di jadikan bentuk diatas adalah metode yang diterapkan guru
pengalaman bagi peserta didik secara tidak pendidikan agama Hindu di SMPN 2 penebel
langsung. Metode ini digunakan oleh Dra Ni dalam proses belajar mengajar, dengan
Made Sudiari alasannya adalah: metode diatas diharapkan kekurangan
Kisah atau cerita lebih mudah diingat maupun kelebihan dapat diisi. Setelah proses
dibandingkan materi pelajaran yang pembelajaran berlangsung guru memberikan
dihapal. Jadi dengan menyelipkan suatu evaluasi terhadap proses pembelajaran
sebuah kisah atau cerita pada tersebut. Apakah materi yang disampaikan
pembelajaran agama Hindu siswa oleh guru dapat diterima/terserap oleh siswa
dapat mengerti sebuah makna kisah atau tidak. Metode mengajar dalam rangka
atau cerita, seperti kisah-kisah mencapai tujuan pembelajaran akan
kepahlawanan, kisah orang suci, kisah tergantung dari strategi mengajar guru,
para dewa untuk dijadikan cermin efektifnya pengunaan metode mengajar dan
kehidupan dan berprilakunya. Siswa kompetensi guru. Metode mengajar yang
akan memiliki kesan didalam dirinya diterapkan dalam suatu pembelajaran
melalui kisah atau cerita yang dibaca dikatakan efektif bila metode tersebut dapat
atau didengarnya. menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang
diharapkan, atau dengan kata lain tujuannya
(wawancara,2 February 2016) tercapai.
Pendidikan dengan metode kisah dapat Pola pendidikan berkenan tidak
memberikan kesan dalam jiwa seseorang hanya dengan metode yang digunakan akan
atau anak Didik, sehingga dapat mengubah tetapi juga dengan strategi guru. Strategi
hati nuraninya dan berupaya melakukan hal- murupakan garis-garis besar haluan untuk
hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan bertindak dalam usaha mencapai sasaran.
yang tidak baik sebagai dampak dari kisah- Tidak ada suatu strategi pembelajaran yang
kisah itu, apalagi penyampaian kisah-kisah dianggap lebih baik dibandingkan dengan
tersebut dilakukan dengan cara yang strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya
menyentuh hati dan perasaan. Metode kisah suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari
dapat memberikan pengetahuan kepada efektif tidaknya strategi tersebut dalam
peserta didik tentang perilaku yang baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah
sesuai dengan dharma. Karena kisah-kisah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan
yang diceritakan merupakan kisah-kisah yang pertama penggunaan strategi pembelajaran

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 149
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam yang telah diuraikan. Roy Killen (1998)
hal ini guru pengempu mata pelajaran menamakan strategi ekspositori dengan istilah
pendidikan agama Hindu di SMPN 2 Penebel strategi pembelajaran langsung (direct
khususnya di kelas VIIIa mengunakan instruction). Karena dalam strategi ini materi
pendekatan/strategi pembelajaran pelajaran disampaikan langsung oleh guru.
ekspositori. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi
2.5 Strategi ekspositori tersebut. Materi pelajaran seakan-akan sudah
jadi. Oleh karena strategi ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori menekankan pada proses bertutur, maka
adalah strategi pembelajaran yang sering juga dinamakan istilah trategi “chalk
menekankan pada proses penekanan and talk” keberhasilan penggunaan strategi
penyampaian materi secara verbal dari ekspositori sangat tergantung pada
seorang guru kepada sekelompok siswa kemampuan guru untuk bertutur atau
dengan maksud agar siswa dapat menguasai menyampaikan materi pelajaran. Ada
materi secara optimal. strategi ekspositori beberapa langkah dalam penerapan strategi
dalam hal ini lebih dominan terjadinya ekspositori yaitu:
komunikasi searah dari guru/dosen kepada
peserta didik, dimana pendidik mengexpos (1) persiapan/preparation,
informasi, pengetahuan dan lainnya yang (2) penyajian/ presentation,
terkait dengan metode ceramah (Roy Killen (3) menghubungkan/ corelation,
1998). Terdapat beberapa karakteristik (4) menyimpulkan/ generalization,
strategi ekspositori. Pertama, strategi (5) penerapan/apliction.
ekspositori dilakukan dengan cara Pertama, tahap persiapan berkaitan
menyampaikan materi pelajaran secara dengan mempersiapkan siswa untuk
verbal, artinya bertutur secara liasan menerima pelajaran dan juga persiapan guru
merupakan alat utama dalam melakukan dalam mengajar. Langkah persiapan
strategi ini, oleh karena itu sering orang merupakan langkah penting. Keberhasilan
mengindentikannya dengan ceramah. Kedua, pelaksanaan pembelajaran dengan
biasanya materi yang disampaikan adalah menggunakan strategi ekspositori sangat
materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data tergantung pada langkah persiapan. Kedua,
atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus langkah penyajian adalah langkah
dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama persiapan atau perencanaan yang telah
pembelajaran adalah penguasaan materi dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap
pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses guru dalam penyajian ini adalah bagaimana
pembelajaran beakhir siswa diharapkan agar materi pelajaran dapat dengan mudah
memahaminya dengan benar dengan cara ditangkap dan dipahami oleh siswa. Ketiga,
yang dapat mengungkapkan kembali materi langkah korelasi adalah langkah

WIDYA WRETTA
150
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
menghubungkan materi pelajaran dengan Dalam penggunaan strategi
pengalaman siswa atau dengan hal-hal yang pembelajaran ekspositori ada beberapa
memungkinkan siswa dapat menangkap prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan guru, yaitu: (1) Tujuan, sebelum penggunaan
yang telah dimilikinya. Langkah korelasi strategi pembelajaran ini guru harus
dilakukan tiada lain untuk memberikan makna merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk dan terukur seperti kriteria pada umumnya,
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam
dimiliknya maupun makna untuk bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir berorientasi pada kompetensi yang harus
dan kemampuan motorik siswa. Keempat, dicapai oleh siswa. (2) komunikasi, sebagai
menyimpulkan adalah tahapan untuk suatu strategi pembelajaran yang menekankan
memahami inti (core) dari materi pelajaran pada proses penyampaian, maka prinsip
yang telah disajikan. Langkah penyimpulan komunikasi merupakan prinsip yang sangat
merupakan langkah yang sangat penting penting untuk diperhatikan. Artinya
dalam strategi ekspositori, sebab melalui bagaimana upaya guru untuk menghindari dan
langkah menyimpulkan siswa akan dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang
mengambil inti sari dari proses penyajian. bisa menggangu proses komunikasi. Sistem
Menyimpulkan juga berarti memberikan komunikasi dikatakan efektif manakala pesan
siswa tentang kebenaran suatu materi.
itu dengan mudah dapat ditangkap oleh
Kelima, langkah aplikasi adalah langkah
penerima pesan secara utuh. (3) kesiapan,
unjuk kemampuan siswa setelah mereka
sebelum menyampaikan informasi terlebih
menyimak penjelasan guru. Strategi ini
dahulu kita yakinkan apakah dalam otak anak
digunakan oleh Dra Ni Made Sudiari
sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis
alasannya adalah:
informasi yang akan disampaikan. (4)
Dengan strategi pembelajaran berkelanjutan, proses pembelajaran
ekspositori guru bisa mengontrol ekspositori harus dapat mendorong siswa
urutan dan keluasan materi untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih
pembelajaran, dan mengetahui sampai lanjut. Pembelajaran bukan hanya
sejauh mana siswa menguasai bahan berlangsung pada saat itu tetapi juga untuk
pelajaran. Strategi ini sangat efektif waktu selanjutnya. Penggunaan strategi yang
apabila materi pelajaran yang harus berhasil adalah manakala melalui
dikuasai siswa sangat luas dan waktu penyampaian dapat membawa siswa pada
sangat sedikit. Strategi ini bisa
situasi kurang puas atau ketidak seimbangan
digunakan pada jumlah siswa dalam
(disequilibrium), sehingga mendorong mereka
ukuran kelas yang besar. Dan dapat
untuk mencari dan menemukan atau
dilakukan tanpa alat bantu/media.
menambah wawasan melalui belajar mandiri.
(wawancara, 3 February 2016)

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 151
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
2.5.1 Strategi kooperatif kemampuannya yang telah dimiliki maupun
meningkatkan kemampuan baru, baik
Strategi pembelajaran kooperatif
merupakan rangkaian kegiatan belajar yang kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran
dilakukan dengan cara kelompok, metode ini
tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok,
berkaitan dengan metode diskusi, yang
aktivitas belajar dilakukan dalam kegiatan sehingga antara peserta dapat saling
membelajarkan melalui tukar pikiran,
kelompok. Strategi pembelajaran kooperatif
pengalaman, maupun gagasan-gagasan.
berkaitan dengan hal yang menyebabkan
anggota bekerja sama, selain memiliki Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai
dua komponen utama, yaitu komponen tugas
dampak pembelajaran, yaitu berupa prestasi
kooperatif (coopertive task) dan komponen
belajar peserta didik (Student achievement)
juga mempuyai dampak pengiring seperti relasi struktur insentif kooperatif (cooperative
insentve structure). Tugas kooperatif
sosial. Upaya belajar strategi pembelajaran
berkaitan dengan hal yang menyebabkan
koopertif adalah segala aktivitas siswa untuk
meningkatkan kemampuannya yang telah anggota bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas kelompok, sedangkan struktur insentif
dimiliki maupun meningkatkan kemampuan
kooperatif merupakan sesuatu yang
baru, baik kemampuan dalam asfek
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. membangkitkan motivasi individu untuk
bekerja sama dengan mencapai tujuan
Model pembelajaran kelompok adalah
kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok keunikan dari pembelajaran kooperatif,
karena melalui struktur insentif setiap
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Ada empat unsur yang kelompok anggota bekerja keras untuk
penting dalam strategi pembelajaran belajar, mendorong dan memotivasi anggota
lain menguasai materi pelajaran, sehingga
kooperatif (SPK) yaitu, (1) adanya peserta
dalam kelompok, (2) adanya aturan mencapai tujuan kelompok. Jadi, hal yang
kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap menarik dari SPK adalah adanya harapan
selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu
anggota kelompok, dan (4) adanya tujuan
yang harus dicapai. Peserta adalah siswa yang berupa peningkatan prestasi belajar (student
yang melakukan proses pembelajaran dalam achievement) juga mempunyai dampak
pengiring seperti relasi sosisal, penerimaan
setiap kelompok belajar. Pengelompokan
siswa dapat ditetapkan berdasarkan terhadap peserta didik yang dianggap lemah,
beberapa pendekatan, diantaranya harga diri, norma akademik, penghargaan
terhadap waktu, dan suka memberi
pengelompokan yang didasarkan atas later
belakang kemampuan, pengelompokan yang pertolongan pada yang lain. (Wina Sanjaya,
didasarkan atas campuran. Upaya belajar 2006:241-243). Dalam hal ini Strategi
kooperatif digunakan oleh Dra Ni Made
dengan strategi kooperatif adalah segala
aktivitas siswa untuk meningkatkan Sudiari alasannya adalah:

WIDYA WRETTA
152
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Dengan pembelajaran kooperatif dapat sesuai dengan jadwal, sebagai berikut; pada
membantu siswa untuk lebih hari senin, jam ke 3 di kelas VIIIa. hari selasa,
bertanggung jawab dalam belajar, jam ke 3 di kelas VIIIc. hari rabu, jam ke 4
dapat meningkatkan kemampuan siswa dan 5 di kelas VIIIe. hari kamis, jam ke 2
mengunakan informasi, dapat dan 3 di kelas VIIId. hari sabtu, jam ke 4 di
meningkatkan motivasi, dapat kelas VIIIe. selanjutnya akan diuraikan secara
membantu untuk resfek pada orang singkat proses pelaksanaan pembelajaran
lain. agama Hindu di kelas VIIIa di sekolah SMP
(wawancara, 3 February 2016) Negeri 2 Penebel.
Dalam suatu proses pembelajaran
pendidikan agama Hindu yang dilaksanakan
2.6 Pelaksanaan pendidikan agama dikelas VIIIa SMPN 2 Penebel guru (Dra
Hindu di Kelas VIIIa sekolah Ni Made Sudiari) ada beberapa tahapan
SMPN 2 Penebel pembelajaran yaitu:
Di sekolah SMPN 2 Penebel 4.3.1. Tahap pemula (pra-instruksional)
memiliki jumlah siswa yang mayoritas
beragama Hindu, sehingga pendidikan agama Tahap pra-instruksional adalah
Hindu menjadi wajib diberikan kepada siswa/ tahapan persiapan guru sebelum kegiatan
peserta didik. Bahkan siswa yang beragama pembelajaran dimulai. Dalam hal ini kegiatan
muslim dan Nasrani juga ikut serta mengikuti yang dilakuakan guru antara lain:
pelajaran agama Hindu, karena disekolah 1. Mengucapkan doa bersama “Om
SMP N 2 Penebel tidak memiliki guru agama Swasty Astu”
Islam dan Nasrani, sehingga siswa yang 2. Memeriksa kehadiran siswa.
beragama Islam dan Nasrani mengukiti 3. Menanyakan materi sebelumnya (Preset)
pelajaran agama Hindu. Khususnya pada dengan maksud memberikan rangsangan
kelas VIII terdapat siswa yang beragama (stimulus) ingatan siswa.
Hindu sebanyak 176, Siswa Muslim 4. Apersepsi (mengulas kembali secara
sebanyak 6 Orang yang terbagi lima kelas singkat materi sebelumnya) dengan
yaitu kelas A,B,C,D,E. Seluruh siswa kelas maksud mengingatkan kembali materi
VIII A,B,C,D,E jam belajarnya dimulai Jam sebelumnya.
11:30 wita dan berakhir pada jam 16:45 wita. 4.3.2. Tahap pengajaran (instruksional)
Karena gedung ruang belajar tidak cukup
menampung siswa kesekuruhan mulai dari Tahap instruksional adalah langkah-
kelas VII, VIII dan IX maka siswa kelas VIII langkah yang dilakukan saat pembelajaran
ditempatkan pada siang hari dan kelas VII berlangsung. Tahap ini merupakan tahap inti
dan IX belajar pada pagi hari mulai dari jam dalam proses pembelajaran, guru menyajikan
07:30 wita sampai 11:45 wita. Siswa di kelas materi yang telah disiapkan, kegiatan guru
VIII mendapat mata pelajaran agama Hindu antara lain:

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 153
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
1. Menjelaskan tujuan pengajaran siswa. optimal dan memungkinkan tidak terjadi
2. Menuliskan pokok-pokok materi yang pengulangan-pengulangan bahan ajar yang
akan dibahas. dirasa tidak perlu. Hal ini sesuai dengan apa
3. Membahas pokok-pokok materi yang yang dinyatakan dalam (Reigeluth, 1993:338),
telah ditulis. menyatakan bahwa desain pembelajaran
4. Menyimpulkan hasil pembahasan dari elaborasi lebih memerhatikan pada
semua pokok materi. pemahaman, improvisasi, dan penerapan
metode-metode instruksional. Desain
4.3.3. Tahap penilaian dan tindak lanjut
(evaluasi) pembelajaran elaborasi merupakan proses
instruksional yang dimulai dengan mengadakan
Tahap evaluasi adalah penilaian atas hasil overview yang mengajarkan ide-ide secara
belajar siswa setelah mengikuti pelajaran dan umum, sederhana dan mendasar (tetap bukan
tindak lanjutnya. Kegiatan-kegiatan yang abstrak) cara pengorganisasian ini (dari umum
dilakukan oleh guru antara lain: ke detail) akan mengarahkan Si belajar untuk
1. Mengajukan pertanyaan pada siswa belajar terhadap perkembangannya. Si belajar
tentang materi yang telah dibahas. akan selalu sadar akan konteks dan pentingnya
2. Mengulas kembali materi yang belum hubungan antara topik yang dipelajarinya serta
dimengerti siswa. pentingnya perbedaan topik yang telah
3. Memberi tugas atau pekerjan rumah pada dipelajarinya serta pentingnya hubungan antara
siswa. topik yang telah dipelajari (Merril dan Twitchell,
4. Mengimformasikan pokok materi yang 1994:81-82).
akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Dalam memberikan pelajaran
Dalam proses pembalajaran yang Pendidikan agama Hindu guru mempersiapkan
diterapkan oleh guru di kelas VIIIa sekolah (preparasi) bahan selengkapnya secara
SMPN 2 Penebel seperti uraian diatas sistematis dan rapi, melalui program kerja
merupakan mengorganisasikan pembelajaran pelaksanaan pembelajaran, atau rencana
dengan desain pembelajaran elaborasi. Yaitu pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menjadi
pembelajaran yang lebih memerhatikan pedoman langkah-langkah guru yang akan
pemahaman, pengubahan dan penerapan dilakukan dalam proses pembelajaran. terkait
metode-metode pembelajaran. proses dimulai dengan hal ini disajikan rencana pelaksanaan
dengan mengajarkan ide-ide secara umum pembelajaran (RPP) yang menjadi panduan
sederhana dan mendasar. Pada mengajar guru pendidikan agama Hindu di
pelaksanaannya, setelah diberikan gambaran sekolah SMP negeri 2 Penebel pada lampiran
secara utuh, maka dilanjutkan dengan bab penulisan skripsi ini. Didalam proses
memilah-memilah pokok bahasan tersebut pelaksanaan pembelajaran stratrgi
menjadi yang terperinci (dari umum ke rinci). pembelajaran dan metode pembelajaran
Alasannya dengan cara ini siswa dapat digunakan untuk mengimplementasikan
diarahkan pada pemahaman materi yang perencanaan yang telah ditetapkan.

WIDYA WRETTA
154
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.7 Penerapan Strategi dalam Ketiga, mengenali lapangan atau medan
pembelajaran di kelas VIII a merupakan hal penting dalam langkah
SMPN 2 Penebel persiapan. Beberapa hal yang berhubungan
Didalam penerapan strategi dengan medan yang harus dikenali diantaranya,
pembelajaran guru mata pelajaran pendidikan pertama, latar belakang audiens atau siswa
agama Hindu di kelas VIIIa SMPN 2 Penebel yang akan menerima materi, misalnya
menggunakan beberapa strategi, yaitu strategi kemampuan dasar atau pengalaman belajar
pembelajaran ekspositori dan strategi siswa sesuai dengan materi yang akan
pembelajaran kooperatif. Didalam penerapan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa dan
strategi pembelajaran ekspositori ada beberapa lain sebagainya. kedua, kondisi ruangan, baik
prosedur yang harus diikuti, yaitu menyangkut luas dan besarnya ruangan,
(1)merumuskan tujuan yang ingin dicapai, pencahayaan, posisi tempat duduk maupun
(2)menguasai materi pelajaran, (3)mengenal kelengkapan ruangan itu sendiri.
medan dan hal yang mempengaruhi proses Selanjutnya, didalam penerapan strategi
penyampaian. pembelajaran kooperatif terdapat beberapa
Pertama, merumuskan tujuan prosedur pembelajaran yaitu: (1) penjelasan
merupakan langkah pertama yang harus materi, (2) belajar dalam kelompok, (3)
dipersiapkan guru. Karena tujuan dapat Penilaian dan (4) pengakuan tim.
memperjelas arah untuk bertindak, melalui Pertama, tahap penjelasan materi
tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas guru diartikan sebagai proses penyampaian pokok-
akan fokus terhadap materi, artinya dalam pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar
penyajian, materi tidak melebar atau keluar dari dalam kelompok. Tujuannya adalah agar siswa
materi semestinya. paham terhadap materi pelajaran, pada tahap
Kedua, penguasaan materi merupakan ini guru memberikan gambaran umum tentang
syarat mutlak dalam penggunaan strategi matrei pelajaran yang harus dikuasai yang
ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna, selanjutnya siswa akan memperdalam materi
akan membuat kepercayaan diri guru dalam pembelajaran kelompok.
meningkat sehingga guru akan mudah mengelola Kedua, setelah guru menjelaskan
kelas. Agar guru dapat menguasai materi gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran. Pertama, pelajari sumber-sumber pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk
belajar mutakhir. Kedua, persiapkan masalah- belajar pada kelompoknya masing-masing
masalah yang mungkin muncul dengan cara yang telah dibentuk sebelumnya.
menganalisis materi pelajaran. Ketiga, Pengelompokan dalam SPK bersifat
membuat garis-garis besar materi pelajaran heterogen, artinya kelompok dibentuk
yang akan disampaikan untuk memandu dalam berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap
penyampaian agar tidak melebar. anggotanya, baik perbedaan gender,
kemampuan akademik.

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 155
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
Ketiga, setelah proses pembelajaran Pembelajaran (RPP), didalam RPP tercantum
kelompok selesai, dengan batas watu yang juga metode pembelajaran yang nantinya akan
telah ditentukan selanjutnya dilakukan dengan digunakan oleh guru dalam proses belajar
penilaian dengan tes atau kuis. Tes atau kuis mengajar dikelas. Metode yang digunakan oleh
dilakukan baik secara individual maupun guru dipilih berdasarkan alasan diatas yang
secara kelompok. Tes individual nantinya akan nantinya tujuan dari pembelajaran agama hindu
memberikan informasi kemampuan setiap dapat dicapai.
siswa. Dan tes kelompok akan memberikan 5. Simpulan.
informasi kemampuan tiap kelompok.
Berdasarkan pembahasan-
Keempat, pengakuan tim (team pembahasan pada bab terdahulu maka dapat
recognition) adalah penetapan tim yang disimpulkan sebagai berikut: 1). Pola
dianggap paling menonjol atau tim paling pendidikan agama Hindu yang diterapkan di
berprestasi untuk kemudian diberikan sekolah SMPN 2 Penebel dengan
penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan menggunakan strategi ekspositori, kooperatif,
pemberian penghargaan tersebut diharapkan sedangkan metode yang digunakan adalah
dapat memotivasi tim atau kelompok. Terkait metode ceramah, metode diskusi dan metode
dengan strategi pembelajaran maka yang penugasan. Materi pendidikan agama Hindu
menjadi implementasinya adalah metode, dengan sistem LKS disampaikan dengan
karena metode merupakan realisasi dari sebuah metode ceramah kemudian didiskusikan dan
strategi. Dengan demikian, bisa jadi satu strategi selanjutnya ada penugasan 2). Pelaksanaan
pembelajaran digunakan beberapa metode, Pendidikan agama Hindu di SMPN 2 Penebel
misalnya untuk pelaksanaan stertegi ekspositori diarahkan untuk membangun kualitas mental
bisa digunakan metode ceramah sekaligus pribadi siswa/siswi agar memiliki visi yang jelas
metode tanya jawab atau bahkan metode dalam hidup, wawasan dan pengetahuan yang
diskusi dengan memanfaatkan sumber daya kontektual, tujuan yang jelas, komitmen
yang tersedia termasuk menggunakan media terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup
pembelajaran. Oleh karena strategi merujuk yang tinggi, rasa harga diri, rasa kompeten,
pada perencanaan untuk mencapai suatu tujuan
kemampuan hidup secara harmonis dan kreatif
sedangkan metode adalah cara yang dapat
dalam masyarakat yang pluralistik, kepedulian
digunakan untuk melaksanakan strategi.
terhadap lingkungan, serta kompetensi teknik
Dikarenakan Penerapan metode pembelajaran
sesuai dengan swadharma hidupnya. 3).
oleh seorang guru berbeda-beda antara guru
Kendala-kendala yang di hadapi dalam
satu dengan yang lainnya. Pemilihan metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan pelaksanakan pola pendidikan agama Hindu
kurikulum yang digunakan atau yang berlaku adalah kurangnya pasilitas penunjang seperti
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan alat peraga dan LCD/UHP, terbatasnya buku
(KTSP). Sebelum melakukan proses belajar pelajaran dan terbatasnya waktu.
mengajar guru membuat Rencana Pelaksanaan

WIDYA WRETTA
156
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
DAFTAR PUSTAKA Budhi Pekerti Hindu. Surabaya:
Paramita.

Budiastra,2009. Metode Pembelajaran Ngurah, IB dkk. 2005. Dharma Prawerti,


Agama Hindu Pada Kelas III Bahan Ajar Pendidikan Budhi
Sekolah Dasar No 4 Ketewel, Pekerti. Bali: Tri Agung.
Sukawati, kab. Gianyar. Denpasar: Sudirga IB, dkk. 2005 Panduan
UNHI Pendidikan Budhi Pekerti.
Dhaki, Zohrah, 2001. Pendidikan Budhi Denpasar: Dwi Jaya Mandiri.
pekerti SMP kelas 8. Jakarta: Sunarno, 2003. Model Pengintergrasian
penerbit Grassido. Budhi Pekerti ke dalam Bahasa dan
Dandtes, I Nyoman. 1987. Penilaian Sastra Indonesia. Jakarta: Dirjen
layanan Bimbingan dan Konseling. Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dayaksini dan Hudaniah, 2003. Psikologi Titib, 1996. Weda Sabda Suci Pedoman
Sosial (Edisi Revisi). Malang: Praktis Kehidupan. Surabaya:
Univerdsitas Muhamaddyah Malang. Partamita.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Wardana, dkk. 2003. Penelitian Tindakan
1995. Kamus Besar Kelas. Jakarta: Pusat
BahasaIndonesia. Edisi PendidikanUniversitas Terbuka.
Kedua.Jakarta: Balai Pustaka. Wirowidjojo, Sutjipto. 1988. Pengantar
Endang Setiawati,2010. Efektivitas pola Ilmu Pendidikan. Singaraja:
pendidikan agama hindu di SMPN Penerbitan FKIP Universitas Udayana.
1 Tegalidlimo kab. Banyuwangi. Wisnawati Ayu, 2010. Pola interaksi
Denpasar: UNHI Pembelajaran dalam pendidikan
jiwandonno, Sri Esti Wuriani. 2002. agama hindu di kelas V SD .1
Psikologi Pendidikan. Jakarta: sembung , Kecamatan Mengwi Kab.
Grasido. Badung

Juniati,dkk,2002. Pendidikan Budhi Pekerti Wina Sanjaya 2009. Strategi Pembelajaran


Untuk SMA kls XI. Jakarta: Berorientasi Standar Proses
penerbitGarasido. Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Mas, Raka. 2003. Membangun Yatim Riyanto, 2010. Paradigma Baru


Masyarakat Berkualitas Melalui Pembelajaran Jakarta: Kencana
Kepedulian PadaTata Susila dan

Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan


Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Penebel 157
Anak Agung Putra Yasa, Made Agus Sudiana
PELAKSANAAN UPACARA NGABEN WARGAAPANDYA BANG
DI DESA GADUNGAN, KECAMATAN SELEMADEG TIMUR,
KABUPATEN TABANAN
( KAJIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU)

OLEH :

I Nyoman Putra Adnyana


I Wayan Butuantara
Ni Wayan Nila Wati

ABSTRAK

Upacara ngaben merupakan salah satu bentuk yadnya yang dilakukan


oleh umat Hindu. Di Desa Pakraman Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur,
Kabupaten Tabanan, ada tradisi unik yang merupakan tradisi masyarakat yaitu
upacara ngaben yang dilakukan oleh warga Apandya Bang (warga peputihan,
wangsa mawang). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan tentang upacara
ngaben oleh warga apandya bang menemukan beberapa keunikan , yang mana
keunikan tersebut tidak ditemukan dalam upacara ngaben secara umum. Untuk
memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang keunikan tersebut diatas maka
perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam sehingga nantinya masyarakat lebih
mengetahui bagaimana bentuk, fungsi dan nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang
terkandung dalam upacara ngaben warga apandya bang yang dilaksanakan di
Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.
Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu : (1) Apakah fungsi
dan makna Upacara Ngaben Warga Apandya Bang di Desa Gadungan
Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan?, (2) Nilai-nilai Pendidikan
Agama Hindu apa yang terkandung dalam upacara Ngaben Warga Apandya
Bang di Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan?.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui fungsi dan makna upacara
Ngaben Warga Apandya Bang, di Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur,
Kabupaten Tabanan. Serta untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Hindu
yang terkandung dalam Ngaben Warga Apandya Bang, di Desa Gadungan,
Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.
Untuk menjawab permasalahan-permasalahn yang ada maka dalam
penelitian ini menggunakan beberapa teori penelitian yaitu : teori fungsional
struktiral, teori simbol dan teori makna. Model penelitian ini adalah penelitian

WIDYA WRETTA
158
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kualitatif dengan pendekatan theologis, sosiologis dan religi. Jenis dan sumber
data yaitu data primer yang berasal dari lapangan dan ditunjang dengan data
sekunder yang diperoleh dari literatur/pustaka yang relevan dengan masalah
penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
teknik deskriftif kualitatif.
Dari hasil pengolahan data peneliti menemukan : (1) tradisi unik ditemukan
pada bentuk pelaksanaan upacara ngaben warga apandya bang di Desa Gadungan,
Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan yakni : pada proses pemandian
jenasah tidak diletakkan pada bale tetapi di terampa (pegang) oleh sanak saudara
di bale penyajnan, selain itu tidak dikenal tingkatan upacara, tidak memasang
ancak saji, tidak memakai damar kurung, tidak membuat sanggar tawang,
ngaskara dan ngupadesa dilakukan di pura panti, abu jenasah tidak dilarung
tetapi ditanam di hulu tempat pembakaran dan abu sekah penyolasan di tanam di
belakang sanggah kemulan, (2) fungsi upacara ngaben warga apandya bang
yaitu fungsi keharmonisan, terwujudnya hubungan harmonis antar manusia dengan
manusia, antar manusia dengan lingkungan dan antar manusia dengan Tuhan
sebagai wujud penerapan falsafah Tri Hita Karana. Fungsi simbol dalam upacara
ngaben warga apandya bang sebagai simbolik terdapat pada penggunaan beberapa
banten yang masing-masing memiliki arti simbolik yang dipandang dapat mendukung
kesuksesan upacara, (3) aspek pendidikan upacara ngaben warga apandya bang
meliputi : pendidikan integrasi sosial (integrasi masyarakat) yakni terwujudnya
kerjasama mulai dari individu, keluarga dan seluruh masyarakat dengan tukus
ikhlas melaksanakan upacara ngaben tersebut. Aspek pendidikan kekerabatan
tersercim pada hubungan yang baik di antara masyarakat dengan rasa bersaudara.
Permasalahan yang bersifat pribadi justru menjadi baik kembali. Aspek pendidikan
untuk menumbuhkan rasa bakthi terhadap leluhur sekaligus terhadap Ida Sang
Hyang Widhi Wasa.

Kata Kunci : Fungsi, Nilai Pendidikan Upacara Ngaben Warga Apandya


Bang

1. Latar Belakang Masalah

Suku Bali merupakan suatu kelompok mewujudkan banyak variasi dan perbedaan
manusia yang terikat oleh kesadaran akan setempat. Disamping itu Agama Hindu yang
sesuatu kebudayaannya, sedangkan telah lama terintegrasikan ke dalam
kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa kebudayaan Bali, dirasakan pula sebagai suatu
yang sama. Walaupun ada kesadaran yang unsur yang memperkuat adanya kesadaran
demikian namun kebudayaan Bali akan kesatuan itu.

Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandyabang Di Desa Gadungan,


Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Hindu) 159
I Nyoman Putra Adnyana, I Wayan Butuantara, Ni Wayan Nilawati
Umat Hindu di Bali dalam mengamalkan Karena dalam pelaksanaannya mempunyai
ajaran agamanya terutama dalam upacara- perbedaan yang mendasar dengan upacara
upacara keagamaannya memiliki perbedaan ngaben pada umumnya seperti : (a) Tidak
antara daerah satu dengan daerah lainnya. membuat pepaga (tempat untuk menidurkan
Perbedaan itu terjadi karena didasari oleh jenasah saat dimandikan, (b) memandikan
tradisi budaya setempat. Oleh karena itu jenasah di bale penyadnyan, (c) tidak
segala kegiatan agama tidak terlepas dengan mengenal tingkat upacara, (d) tidak membuat
“desa, kala, patra” arti desa adalah tempat damar kurung, (e) tidak membuat sanggar
dimana umat Hindu berada, kala adalah tawang, (f) tidak memakai ancak saji,
waktu, pelaksanaan upacara, dan patra (g) ngaskara di Pura Panti, (h) tidak
adalah keadaan (Surayin, 2002:6). melaksanakan upacara ngayud.

Dasar dari pitra yajòa adalah karena Dengan demikian banyak keunikan dari
adanya kesadaran dari seseorang anak yang upacara ngaben yang dilakukan oleh warga
baik (suputra) terhadap hutangnya kepada Apandya Bang yang ada di Desa Gadungan,
orang tua atau leluhurnya. Perbuatan anak Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten
yang didasari atas dasar tulus ikhlas Tabanan ini, maka penulis tertarik untuk
melaksanakan yajòa dan dharma akan dapat meneliti dan sekaligus memberikan sandaran
menghantarkan roh orang tuanya untuk menuju teoritis terhadap eksistensi upacara tersebut.
alam “sunya loka” bagi umat Hindu upacara Berdasarkan latar belakang diatas, ada
ngaben (pitra yadnya) memiliki tujuan untuk beberapa masalah yang diajukan dan untuk
mempercepat proses proses pengembalian dijawab dalam penelitian ini, yaitu : 1). Apakah
unsur-unsur panca maha buta (lima unsur zat fungsi dan makna Upacara Ngaben Warga
alam). Menurut Kaler (1993:7) pada Apandya Bang di Desa Gadungan
hakekatnya stula sarira (badan jazad) Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten
setiap mahluk hidup termasuk manusia adalah Tabanan? 2). Nilai-nilai Pendidikan Agama
terdiri dari benda-benda yang sama saja Hindu apa yang terkandung dalam upacara
asalnya dengan benda-benda isi alam semesta Ngaben Warga Apandya Bang di Desa
yang ada disekitarnya. Semuanya berasal dari Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur,
unsur atau elemen yang sama, yakni panca Kabupaten Tabanan?
maha bhuta, yang terdiri dari : pratiwi (zat
2. Prosesi Upacara Ngaben Warga
tanah), apah (zat cair), teja (zat panas), bayu
Apandya Bang di Desa Gadungan,
(udara), dan akasa (ether)
Kecamatan Selemadeg Timur,
Dalam hal ini penulis memfokuskan Kabupaten Tabanan
tentang pelaksanaan upacara Ngaben Warga Prosesi upacara Ngaben yang
Apandya Bang di Desa Gadungan, dilakukan Warga Apandya Bang adalah
Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. susunan atau rangkaian upacara ngaben yang

WIDYA WRETTA
160
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
dilakukan oleh Warga Apandya Bang dan upacara). Pada jaman dahulu sebelum dikenal
susunan atau bentuk upakara/bebantenan adanya pengukur waktu seperti sekarang ini,
atau jenis-jenis banten yang digunakan dalam orang-orang masih menggunakan cara-cara
upacara Ngaben Warga Apandya Bang tradisional seperti menggunakan perhitungan
sebagai sarana bhakti Warga Apandya Bang waktu dengan istilah apanyakanan (selama
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, orang menanak nasi), apanginangan (selama
demikian pula bentuk yang dimaksud dalam orang makan sirih), akijapan (sekejap mata).
hal ini adalah eedan (dudonan) atau proses Ariani (2003 :100-101) menjelaskan
yang dilakukan dalam pelaksanaan upacara bahwa sampai saat ini mencari pedewasaan
Ngaben Warga Apandya Bang. Proses yang untuk menemukan hari baik masih tetap
dimaksud dalam hal ini adalah rangkaian menggunakan cara tradisional, karena
upacara ngaben Warga Apandya Bang dari penentuan hari yang baik bukanlah pekerjaan
awal sampai akhir dengan tahapan sebagai yang mudah dan untuk menghindari hal-hal
berikut : yang tidak diinginkan karena terjadi kesalahan
2.1 Penentuan Dewasa dalam menentukan hari baik.

Menurut Renten yang berstatus sebagai 2.2. Upacara Pekeling


Me Dukuh (wawancara, Senin, 25 Tiga hari menjelang puncak
Nopember 2016) mengatakan, pelaksanaan pelaksanaan upacara Ngaben diadakan
upacara dalam Agama Hindu tidak boleh upacara ngaturang pekeling (pejati) dengan
dilaksanakan pada sembarang tempat, waktu upakara wangi, peras penyeneng, daksina
dan dengan sembarang perilaku. pejati, ketipat kelanan, segehan di
Pelaksanaanya mengikuti norma-norma atau Kahyangan Tiga, Pura Panti, Sanggah
aturan-aturan tertentu. Pemrajan. Dimana sarana dan prasaranan
Sura (2004:43) menegaskan, bahwa yang diperlukan sudah dipersiapkan dengan
pelaksanaan upacara dalam agama Hindu bantuan krama banjar (ngayah). Adapun
tidak boleh dilaksanakan di sembarang tujuan ngaturang pakeling adalah sebagai
tempat, waktu dengan sembarang perilaku. permakluman dan simbolis pemberitahuan
Pelaksanaanya mengikuti norma-norma atau kehadapan Para Dewa yang bersthana di
aturan-aturan tertentu. Norma-norma/ aturan- Kahyangan Tiga maupun di pura Panti,
aturan pelaksanaan upacara agama sesuai dengan harapan agar beliau nyaksi dan
dengan di daerah masing-masing tempat, memberi perlindungan serta keselamatan yang
namun inti dari upacara tersebut sama. akhirnya melimpahkan anugrahNya kepada
Wiana, dkk (1985:61) menjelaskan, orang yang diupacarai. Selain menghaturkan
setiap pelaksanan upacara apapun bentuknya pejati ke Sanggah Pemrajan, tujuannya
di Bali senantiasa ketergantungan dengan memohon kehadapan roh leluhur yang telah
pedewasaan (hari baik dari pelaksanaan disucikan agar beliau memberikan
perlindungan dan anugrah kepada orang yang

Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandyabang Di Desa Gadungan,


Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Hindu) 161
I Nyoman Putra Adnyana, I Wayan Butuantara, Ni Wayan Nilawati
diupacarai dan diharapkan dapat setempat. Pepaga ini memakai galar
membimbing dan mengarahkan orang yang dengan perhitungan terakhir jatuh pada
diupacarai tersebut tidak terjerumus ke jurang hitungan ante. Urutan cara perhitungannya
neraka serta mendapat tempat yang sesuai dimulai dari :cekur, pinggang, nyawan,
dengan amal bhaktinya. galar, ante, guling. Pada pemasangan
2.3. Upacara Ngeringkes galar memakai cara khusus yaitu
menyesuaikan dengan jenis kelamin
Sehari sebelum upacara pelebon jenasah. Apabila wanita maka pada
diawali dengan upacara ngeringkes perhitungan galar berada di tengah-tengah
(nyiramang layon) dengan perlengkapan : dan cara pemasangannya tengkurap
air penyiraman (air tawar, air kumkuman), (melinggeb), bila laki-laki tengadah
kramas, kakrik, bablonyoh putih kuning, (nungkayak). Untuk pemasangan likah
gadung, kapas, don intaran, bunga menur, jatuh pada hitungan wangke. Urutan cara
waja, pecahan cermin, bebek, ampok- perhitungannya dimulai dari lingka,
ampok, kwangen, monmon mirah, wangke, wangkong. Pepaga ini memiliki
pengulungan, kain putih, sigsig, lenga empat buah tiang yang masing-masing
wangi, wastra arangsukan. terletak pada tiap sudutnya dan tingginya
Adapun dudonan upacara ngeringkes 175 cm.
adalah sebagai berikut : Ridis sebagai Ki Dukuh (Wawancara hari
1. Meras yeh Selasa 26 Nopember 2013) menjelaskan
bagi Warga Apandya bang prosesi
Meras yeh adalah upacara penyucian air
nyiramang layon masih tetap berada di
penyiraman yang akan digunakan dalam
bale peyajnan dengan jalan di terampa
upacara nyiramang layon dengan
bersama-sama oleh sanak keluarga.
banten :peras, daksina, dan ketipat.
Setelah kain penutup jenasah dibuka dan
2. Nyiramang layon sarira nya ditutupi dengan ampok-ampok
Sri Arwati (2006:7) pada umumnya berwarna hitam, pertama kali disiram
pelaksanan nyiramang layon harus dengan air tawar yang sudah diupacarai
dibuatkan papaga atau penungsangan terlebih dahulu. Penyiraman dengan air
yaitu suatu tempat untuk menidurkan tawar ini bertujuan untuk memusnahkan
jenasah saat dimandikan. Bentuknya cemer dalam tubuhnya yakni papa, klesa,
menyerupai tempat tidur, dbuat dari danda dan upata. Dalam tahap kedua
bambu yang dipecah-pecah dengan jjenasah disiram lagi dengan air
ukuran dua jengkal lebihnya dari panjang kumkuman (air asaban kayu cendana
jenasah dan lebarnya kurang lebih 80 cm yang berbau harum bercampur dengan
atau disesuaikan dengan besarnya jenasah. wangi-wangian) tujuannya untuk
Tingginya setinggi pusar kelian banjar mensucikan roh orang yang meninggal

WIDYA WRETTA
162
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
untuk dapat bersatu dengan alam hyang kesempurnaan kembalinya unsur-unsur
Widhi. Panca Indria.
3. Memang Reramuan 6. Pemasangan Bebek
Yang dinamakan reramuan adalah sarana- Bebek adalah serbuk cendana yang
sarana seperti gadung, kapas, wangi- merupakan bahan bedak yang ditambah
wangian dan lain-lain. Setelah nyiramang dengan anget-anget, bebek ini dipasang
layon (memandikan jenasah) maka pada perut sawa. Maksud pemasangan
dilakukan sebagai berikut :mekerik kuku bebek adalah untuk dapatnya roh angisep
pada tangan dan kaki, mengikat kedua ibu sarining wangi yakni menikmati kesucian.
jari kedua tangan (meitik-itik) dan 7. Memasang Lenga wangi
dipasang kuangen, sebagai kuangen
Adalah minyak harum, bedak wangin yang
pengubaktian (satu buah), kemudian
dipasang pada tubuh sawa dengan tujuan
dilanjutkan dengan mesigsig dan
untuk panuda laragati sangsara yakni
mekramas. Maksud upacara ini untuk
membasmi segala yang bersifat sengasara
mempersatukan roh yang meninggal bagi roh orang yang meninggal.
kearah tujuan yang didoakan.
8. Memasang Kuangen
4. Memasang bablonyohan
Pemasangan kuangen pada tubuh sawa
Bablonyohan dipasang yang putih dilakukan sebagai berikut : satu buah
tempatnya di kepala dan yang kunng dari diletakkan di kepala dengan kuangen
badan sampai kaki. Babonyohan putih berisi uang kepeng sebanyak 11 kepeng
terbuat dari beras dan kencur yang dan bunganya teratai (tunjung) putih. Satu
dihaluskan. Bablonyohan kuning dibuat buah kuangen diletakkan dihulu hati
dari beras, kencur dan temutis yang dengan kuangen berisi uang kepeng
dihancurkan. Tujuan pemasangan sebanyak 9 kepeng dan bunganya
bablonyoh adalah untuk sempurnanya roh tunjung putih. Satu kuangen diletakkan
ke alam asalnya. di dada dengan kuangen berisi uang
5. Memasang Eteh-eteh kepeng sebanyak 7 kepeng dan bunganya
tunjung putih. Dua buah kuangen
Pemasangan eteh-eteh dimulai dari : daun diletakkan di siku kiri dan siku kanan yang
intaran dipasang pada kening, gadung masing-masing berisi uang kepeng
dipasang pada dada, pusuh menur sebanyak 5 kepeng dengan bunga pusuh
dipasang pada lubang hidung, cermin cempaka putih. Dua buah kuangen lagi
dipasang pada kedua mata, waja dipasang dipasang masing-masing satu di lutut kanan
pada gigi, monmon mirah windusara dan satu dilutut kiri dengan berisi uang
dimasukkan ke dalam mulut. Semua hal kepeng masing-masing 5 kepeng dengan
diatas mempunyai tujuan untuk bunga pusuh cempaka kuning. Hal ini

Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandyabang Di Desa Gadungan,


Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Hindu) 163
I Nyoman Putra Adnyana, I Wayan Butuantara, Ni Wayan Nilawati
bertujuan untuk mengembalikan unsur- yang terdiri dari tirtha panglukatan,
unsur Panca Maha Bhuta yakni panca tirtha pabersihan, tirtha di sanggah
Tan Matra dengan cepat kembali ke kemulan.
asalnya.
12. Melelet
9. Memasang Wastra
Selanjutnya sawa dilelet atau dibungkus
Setelah semua selesai kegiatan diatas dengan ketentuan sebagai berikut : mula-
kemudian sawa itu dipasangi kain mula dilelet I dengan kain, kemudian
selengkapnya dan secara simbolis dengan tikeh pandan, lalu dengan tali
berfungsi akan persiapan muspa. Maksud kendit (tali ketikung), ante bambu dan
berpakaian ini adalah untuk menyatikan terakhir dengan kain putih. Tatakan
bayu, sabda, idep (kesemua unsur-unsur watangan sebagai alas layon di bale
baik yang bersifat sekala maupun niskala penyajnan berbusana serba putih
dan kembalinya roh pada asalnya). beralaskan galur bedeg sudamala
10. Mebanten paotonan maporong satus kutus.
Adapun banten paotonan terdiri dari : Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang
jerimpen pengambaian, pangkonan (2) tercantum dalam Babad Pande Bang
dulang, gibungan dan teterag. halaman 42 menyebutkan bahwa :
Disamping sawa diletakkan banten
“Nihan tingkahing angoeroeng
canang daksina dan punjung 5 buah.
watangan sedeke enoe ring oemah,
Pada prosesi mebanten paotonan tidak
maka wenang pangangenia sarwa
diikuti dengan acara persembahyangan
petak, wenang sami sarwa solas, ider-
oleh sanak saudara karena dengan jelas
di tegaskan dalam Babad Pande bang hal ider solas sarwa petak, langse sarwa
72: putih, sekar sarwa putih, canang sarwa
solas magenah ring watangan.
……..watangannia tan ana kasembah, Mangkana tingkahane babatan saking
puput panyembahe ring Kahyangan kaliliran mangkana Mwah tingkahing
ring pajenengan kang sinangguh ring ring arepan watangan ahapan nga,
Gedong Sinapa. punjung saroro, pinayasin ring ahapan
Terjemahannya : ika wenang katreg teken pranakania
………layon tidak disembah hanya sami. Ring teben watangan ika aju
dihaturkan cukup di pejenengan Gedong pretekaning mati samangkana”.
Sinapa saja. “Nihan tingkahing tatakan watangan
11. Metirtha maka palungguh mangke makamben
sarwa putih, matatakan galar bedeg
Setelah selesai mebanten paotonan, sudamala maporong satus akutu.s
kemudian jenasah diperciki tirtha (air suci)

WIDYA WRETTA
164
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Terjemahannya penyajnan (selesai ngeringkes) maka
Inilah perihal penyimpanan layon pada dipasang ancak saji yaitu serpihan bambu
waktu masih dirumah duka, patut yang pucuknya runcing sebagai pagar bale
menggunakan busana serba putih, penyajnan dimana tempat mayat
semuanya patut serba sebelas, ider-ider dibaringkan.
sebelas warna putih, langse serba putih, Menurut informan Ridis sebagai Ki Dukuh
bunga serba putih, canang serba sebelas (wawancara hari Sabtu, 30 Nopember
bertempat di watangan. Demikianlah hal 2016) bagi Warga Apandya Bang tidak
ikhwal bawaab yang berasal dari leluhur perlu memasang ancak saji untuk
dahulu. Dan segala sesuatu yang harus memagari bale penyajnan.
disiapkan di arepan watangan yang 2.4 Upacara Pemrasan
disebut dengan ahapan terdiri dari punjung
sasoro (sepasang, lengkap dengan Arwati (2006:16) fungsi upacara
hiasannya ditaruh didepan ditata berleret pemrasan adalah sebagai sarana untuk
dengan semua perlengkapannya, di teben menjalin hubungan bila kelak menjelma
watangan segala sesuati yang terkait kembali dapat diterima dengan banten
dengan upacara kematian. Demikianlah sorohan berisi pusuh yang ditaruh di samping
keterangannya. sawa yang bertujuan supaya roh orang yang
meninggal tidak mengganggu
Inilah perihal tatakan watangan, pretisentanenya.
berbusana serba putih beralaskan bedeg
sudamala meporong satus kutus. Wikrama (1999:63-65) dalam upacara
ngaben, gegitan sangat diperlukan.
Umumnya gegitan yang dipakai adalah
Setelah selesai melelet jenasah dalam bentuk kakawin, dalam bentuk
dibaringkan kembali di balai peyajnan. kidung misalnya aji kembang, kakawin-
Yang mana penyimpenan jenasah ini kakawin biasanya banyak dipetik dari wira
ditopang dengan tumpang salu, yakni carita seperti Bharata Yuda, Arjuna
balai-balai kecil yang berbentuk khas, Wiwaha dan sebagainya.
dimasukkan ke dalam peti serta dikurung Gegitan ini mengikuti eedan upacara
dengan pepelengkungan yang diselimuti dimana isi gegitan disesuaikan dengan
kain putih seluruhnya dan diatas kain putih upacara-upacara seperti : ketika sawa
dipasang rurub solas (kajang yang tidak digotong keluar digunakan wirama “Sewana
ada aksaranya hanya berbentuk patra dan Girisa” yang diangkat dari Bharata Yudha.
wong), yang mana rurub solas ini sudah Pada waktu mresihin (memandikan jenasah)
terlebih dahulu diplaspas di Pura Panti. wirama yang dipakai “Girisa yang diangkat
Surayin (2002 :8) mengemukakan setelah dari Pan Brayut”. Pada waktu menyembah
jenasah dibaringkan kemabli di balai digunakan wirama “Indrwangsa” yang

Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandyabang Di Desa Gadungan,


Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Hindu) 165
I Nyoman Putra Adnyana, I Wayan Butuantara, Ni Wayan Nilawati
diangkat dari Arjuna Wiwaha. Ketika atanding maduluran canang solas
niwakang tirtha pengentas digunakan tanding sasantun sajiwi rantasan
wirama swandewi yang diangkat dari saparadeg saha sadulurinia “Kidung
Ramayana. Ketika ngeseng sawa digunakan Solas Pada”. Tetep kadi pratingkahing
wirama “Girisha”. Rikala anyumput galih kaya ring kuna-kuna. Mangkana
digunakan wirama “Aji Kembang”. Dan tingkahe yan amanggahaken
rikala nganyud digunakan wirama kawangan wangsa mawang; ata
“Sikarini” dan sebagainya. dumehnia, apan saking
Satriawan sebagai Ki Dukuh waranugrahaniapaduka Bhatara
(wawancara hari Senin, 25 Nopember 2016) Brahma anugrahing sekancan
menegaskan gegitan yang digunakan pada pretisentanane sira kipangkusan Ki
eedan upacara ngaben bagi warga Mawang katekeng dlaha. Mangkana
Apandya Bang sangat berbeda dengan yang kengetakena aja lupa tutur ajali ring
kita bicarakan diatas. Gegitan yang dipakai sepretingkahing kaya/ring dangu-
hanya satu jenis saja baik dalam keadaan suka dangu. Pewarah uga ring pratisantana-
maupun duka yang disebut “Kidung santana mara pwania pada wruh
Pangkur Sari” yang banyaknya sebelas lawan kawangnia didinia nora salisuh
pada, yang disebut juga “Kidung Gong apan dahating ila-ila, kenasodanira
Gending”. paduka Bhatara kasuhun mapala
amanggihaken tan rahayu, sugih gawe
Sebelum Kidung Gong Gending kurang pangan:palania tan lingen
dinyanyikan maka terlebih dahulu Ki Dukuh lawah kalingan nahan ikang carita.
menghaturkan sesajen (banten) yang disebut
dengan prasantun yang terdiri dari : pras Terjemahannya :
ajuman, canang sari, daksina ketipat. Seperti inilah pada saat kematianmu
Kidung Gong Gending ini tdak boleh diganti setelah perginya sang atma dari
dengan kidung yang lain karena merupakan kurungannya (badan kasar), selanjutnya
warisan leluhur dari Warga Apandya Bang akan dimandikan di atas tempat yang telah
dan apabila dilanggar akan kena malapetaka. disiapkan upakara pemandiannya lengkap
Hal ini sangat jelas ditegaskan dalam Babad seperti yang sudah-sudah, setelah selesai
Pande Bang halaman 47 menyatakan sebagai metirtha pabresihan hasil nunas di Hyang
berikut : Kawitan. Perlengkapan upacaranya :
Kaya iki kapatianira risapatinggalira ajuman atanding, canang sebelas
sang atma sakeng kurungnira tan wus tanding, sesantun, rantasan seperadeg
sira dinusangan ring salu pagenahira. dilengkapi dengan “Kidung Solas pada”.
Genep anuhuraken ring Hyang Pelaksanaannya tetap seperti yang sudah-
Kawitanira. Lwire bebantenia : ajuman sudah. Demikian caranya kalau kukuh

WIDYA WRETTA
166
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
mengajegkan tos Ki Mawang: Sebabnya 1. Ngaskara
tiada lain karena berasal dari anugrah Wikarman (2002 :129) ngaskara
Paduka Bhatara Brahma, dianugrahkan bertujuan untuk menentramkan Sang Pitara.
dikemudian hari. Demikianlah untuk diingat Sedangkan Sudarsana (2002 :110)
jangan lupa, terhadap apa yang berlaku menjelaskan upacara Ngaskara dilakukan
sejak dahulu, sampaikan juga kepada sehari sebelum pelaksanaan upacara Pelebon
keturunanmu agar tahu akan soroh agar atau Pekutangan yang juga disebut juga hari
jangan tertimpa kemalangan besar terkena pembersihan karena pada hari itu
kutukan Paduka Bhatara Kasuhun, dilaksanakan upcara pebersihan dan
karena berakibat terkena kemalangan, giat penyusian Panca Maha Bhuta.
bekerja tetapi kurang pangan dan
sejenisnya lagi. Demikian ceritanya. Pulasari (2007 :32) menegaskan
upacara Ngaskara bertujuan untuk
melakukan penyucian bagi roh orang yang
Upacara selanjutnya dilaksanakan di diaben untuk bisa menjadi pitara.
Pura Panti, yang bertempat di Banjar Carik Renten sebagai Me Dukuh
Kauh, Desa Gadungan yang disungsung oleh (Wawancara hari senin 25 Nopember 2013)
75 KK dimana Pura Panti merupakan pura yang diperkuat oleh Norsi sebagai Me Dukuh
Kahyangan bagi seluruh Warga Apandya (wawancara hari senin 25 Nopember 2013)
Bang yang ada di Desa Gadungan. menyatakan bahwa banten atau upakara
Gunarka sebagai Ki Dukuh yang digunakan pada masing-masing
(wawancara hari, Senin, 25 Nopember 2016) pelinggih adalah sebagai berikut : di
menyatakan bahwa di Pura Panti terdapat 6 Pelinggih Pemayasan munggah jerimpen
buah pelinggih yaitu pelinggih disebelah penagmbean apajeg, daksida gede
barat disebut Pemayasan, di utara galahan 4, suci (1) mebe bebek sebulu
mengahdap ke selatan disebut Taksu Agung, ukudan. Di Pelinggih Taksu Agung
di timur Taksu Agung juga menghadap munggah banten : pangkonan (1),
keselatan disebut Pelinggih Gedong Sinapa, suci (1) lelauh atanding, rantasan putih
di timur laut disebut Pelinggih Padmasana, kuning (1). Di Pelinggih Gedong Sinapa
ditimur menghadap ke barat disebut munggah banten : daksina gede galahan
Pelinggih Kemulan/Kawitan rong besik 4 (1), daksina gede galahan 8 (1), jerimpen
dan diselatan menghadap ke barat disebut pengambian (2), pangkonan (2), kawisan
Pelinggih Bebaturan. (2). Pada Gedong Sinapa ini dilengkapi
Ridis sebagai Ki Dukuh (Wawancara dengan penunasan tirtha yaitu : Tirtha
Hari Selasa, 26 Nopember 2013) Panglukatan, pabersihan, pangentas,
menyatakan, bahwa Dudonan upacara di panembak. Dimana sarana penunasan
Pura Panti sebagai berikut : tirtha itu terbuat dari batok kelapa yang

Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandyabang Di Desa Gadungan,


Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Hindu) 167
I Nyoman Putra Adnyana, I Wayan Butuantara, Ni Wayan Nilawati
disebut dengan sibuh atau cabak. Hal ini 2.5. Simbol Banten Suci.
diterpegas dalam Babad Pande Bang Norsi sebagai Me Dukuh (wawancara
halaman 34 menyatakan sebagai berikut : hari senin, 25 Nopember 2016) menjelaskan
Koenang rikapajananta weang maka bahwa banten suci adalah sekumpulan
pangentas toya atman banten yang berfungsi sebagai pemarisudha
tonangnggolongan, sirah-nrah, mwang (penyucian) Dewa, Bhuta, dan Pitara.
sarwa matah mwang sarwa Penyucian ini bertujuan untuk meningkatkan
boengkoelan, mwang sarwa katihan lesempurnaannya sehingga dapat memelihara
poepoet pinretireka ring kabingan ring kesejahteraan dan kedamaian dunia. Banten
areping Gedong Sinapa. suci terdiri dari beberapa buah berisi buah-
Terjemahannya buahan, pala bungkah, pala wija, jajan,
nasi, lauk pauk dan lain-lain. Susunannya
“kelak pada upacara kematianmu patut tamas terkecil terdiri atas 1 buah dan terbesar
menggunakan toya panglentas/toya terdiri atas 10 buah tamas. Jumlah tamas
pangentas mawadah menentukan tingkat kesucian dan juga
tonangnggolongan (cabik/sibuh), menentukan penggunaan tingkat upacara.
sinrah-srah (diserahkan) dan segalanya Banten suci merupakan sesajen yang
serba mentah, serba bungkulan dan serba dijadikan sebagai simbol kesucian. Banten
batangan cukup di prayascita (disucikan) suci tersusun atas berbagai simbol aksara suci
di Kahyangan di depan Gedong Sinapa”. yang terangkai dalam banten merupakan
media yang dijadikan sebagai perantara serta
pujian terhadap Ida Sang Hyang Widhi atas
Adapun Banten yang digunakan
segala kebesaran beliau. Adapun simbol-
nuwur tirtha sebagai berikut : ajuman putih
simbol aksara suci yang tersusun dalam
kuning mebe taluh medadar asibak putih
banten suci antara lain :
asibak kuning, tulung urip (1), sebagai nasi
pamuun mebe taluh matah misi uyah 1. Aksara “Sang” lambang janan bungan
areng. Adapun sesari daksina adalah temu sebagai simbol senjata bajra.
sepaha satus. Di pelinggih Padmasana 2. Aksara “Bang” lambang janan
munggah banten daksina gede galahan 4 berbentuk buah kelongkang sebagai
(1), jerimpen pengambian (1), suci (10, simbol senjata gada
pangkonang (1). Pada saat Ngaskara ini 3. Aksara “Tang” lambang jajan
disertai dengan melaspas kajang, rurub kakuluban sebagai simbol senjata Naga
solas, beged sudamala maporong satus Pasa.
kutus. Begitu pula gong gending juga 4. Aksara “Ang” lambang janan berbentuk
metabuh yang sudah barang tentu dengan karna simbol senjata cakra.
banten pesantun terlebih dahulu. 5. Aksara “Ing” lambang jajan berbentuk
dedalas simbol senjata padma.

WIDYA WRETTA
168
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
6. Aksara “Nang” lambang jajan upacara ngaben Warga Apandya Bang
berbentuk kerang sebagai simbol senjata meliputi : pendidikan integrasi sosial (integrasi
Dupa. masyarakat) yakni terwujudnya kerjasama
7. Aksara “Mang” lambang jajan mulai dari individu, keluarga dan seluruh
berbentuk panji sebagai simbol senjata masyarakat dengan tukus ikhlas
danda. melaksanakan upacara ngaben tersebut.
8. Aksara “Sing” lambang jajan berbentuk Aspek pendidikan kekerabatan tersercim
kebeber sebagai simbol senjata Moksala. pada hubungan yang baik di antara
9. Aksara “Wang” lambang jajan masyarakat dengan rasa bersaudara.
berbentuk candigara sebagai simbol Permasalahan yang bersifat pribadi justru
menjadi baik kembali. Aspek pendidikan
senjata Trisula.
untuk menumbuhkan rasa bakthi terhadap
10. Aksara “Yang” lambang jajan berbentuk
leluhur sekaligus terhadap Ida Sang Hyang
binatang sebagai simbol senjata Dwaja.
Widhi Wasa.
Kesepuluh aksara tersebut merupakan
lambang pengider-ider yang melengkapi
lambang alam semesta. Dalam keyakinan
masyarakat Hindu seluruh penjuru mata angin
dikuasai oleh seluruh manifestasi Sang Hyang
Widhi dalam prabhawanya yang berbeda-
beda.
3. Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah
disajikan, dapat disimpulkan hasil penelitian
sebagai berikut : 1). Fungsi upacara ngaben
Warga Apandya Bang yaitu terdiri dari :
fungsi keharmonisan antara manusia dengan
manusia, antara manusia dengan lingkungan
dan antara manusia dengan Tuhan sebagai
wujud penerapan falsafah Tri Hita Karana.
Fungsi simbol dalam upacara ngaben Warga
Apandya Bang sebagai simbolik, terdapat
dalam penggunaan berbagai banten yang
masing-masing memiliki arti simbolik yang
dipandang dapat mendukung kesuksesan
upacara. 2). Aspek Pendidikan Agama Hindu

Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandyabang Di Desa Gadungan,


Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Hindu) 169
I Nyoman Putra Adnyana, I Wayan Butuantara, Ni Wayan Nilawati
DAFTAR PUSTAKA Nasution, 2003. Metode Research (Penelitian
Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara
Arwati, Ni Made Sri, 2006. Upacara Netra, I.B., 1974. Metodologi Penelitian.
Ngaben Dadakan, Denpasar Singaraja : Biro Penelitian &
Arwati, Ni Made Sri, 2007. Upacara Penerbitan
Memukur, Denpasar Purwita, I.B.Putu, 1992. Upacara Ngaben.
Arwati, Ni Made Sri, 2003. Beberapa Jenis Denpasar : PT Upada Sastra..............
Banten Kecil, Denpasar ; Upada Sastra Putra, dkk, I.G.A.G., 1981 Wrhaspati
Bungin, Burhan, 2001. Metode Penelitian Tattwa. Jakarta : Yayasan Dharma
Sosial Format-format Kuantitatif dan Sarathi
Kualitatif. Surabaya : Airlangga Suprayoga, dkk., 2001. Metodologi
Universitas Press. Penelitian Sosial Agama. Bandung : PT
Ariani, dkk, 2003. Upacara Ngaro Remaja Rosda Offset.
9Sedekah Laut) di Kelurahan Serangan Sugiyono, 2006. Metode Penelitian
Bali. Edisi 10, Denpasar : Balai Kajian Kuantitatif Kualitatif. R dan D. Bandung
Sejarah dan Nilai Tradisional. : Alfabeta
Dangin, I.G., 1941. Babad Pande Bang Surayin, Ida Ayu Putu, 2002. Bahan dan
Koeloe. Tampak Siring (Gianyar) Bentuk Sesajen. Surabaya : Paramitha
Djapa, I Wayan, 2007. Terjemahan Babad Sudarsana, I.B. Putu, 2002. Ajaran Agama
Pande Bang. Tabanan Hindu (Upacara Pitra Yadnya). Denpasar
Golo, W. 2004. Metodologi Penelitian, : yayasan Dharma Acarya
Jakarta : PT Gramedia Widia Sastra, Soekmono, R., 1973. Sejarah Kebudayaan
Indonesia. Indonesia. Jakarta : Yayasan Kanisius
Kaler, I Gusti Ketut, 1993. Ngaben Tim Penyusun, 1990. Kamus Besar Bahasa
(Mengapa Mayat Dibakar), Denpasar : Indonesia (Cetakan Ketiga). Jakarta :
Yayasan Dharma Naradha. Balai Pustaka
Koentjaraningrat, 1964. Tokoh-tokoh Triguna, I.B. Dede Yuda, 2000. Teori Tentang
Antropologi. Jakarta: Jakarta Simbol. Denpasar : Widya Dharma
Universitas.....
Wikarman, I Nyoman Singgin, 2002. Ngaben
Moleong, Lexy, 2001. Metodologi Kualitatif. (Upacara Dari tingkat Sederhana sampai
Bandung : Remaja Rosda Karya Offset. Utama). Surabaya : Paramitha
Mardalis, 2004. Metode Penelitian Suatu ......., 1991. Kamus Bali Indonesia. Denpasar
Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Aksara. Propinsi Dati I Bali
Mas, Ny. I Gst. Ag Putra, 1982. Upakara
yadnya. Denpasar

WIDYA WRETTA
170
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
PENGELUKATAN MASAL
PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI MUDA

Oleh :

I Ketut Winantra
Desak Seniwati

Abstrak :

Pada kenyataannya generasi muda belum memahami makna Hari Suci


Saraswati yang memiliki rakaian Banyu Pinaruh. Pada hari Banyu Pinaruh sebagaian
besar para remaja khususnya siswa SLTP dan SLTA di Tabanan, memaknai hari Banyu
Pinaruh ini dengan bersantai menikmati malam di pantai dengan berbagai kegiatan seperti
: balapan sepeda motor, minum-minuman beralkohol, yang bersifat negatip. Sebagai
penyebab munculnya beberapa permaslahan diantaranya: Bagaimana memberikan
pemahaman kepada generasi muda agar dapat memahami makna hari Suci Banyu
Pinaruh.?
Tulisan menggunakan analisisis kualitataif inpretatif terhadap kenyataan yang
terjadi di palapangan. Dari permasalahan yang sering terjadi dan berulang tersebut, maka
muncul kegiatan Pengelukatan Masal Banyu Pinaruh yang dilakukan pada hari Minggu,
Redite Paing, Sinta yang dilaksanakan di Pantai Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan
Tabanan, Kabupaten Tabanan, yang dilaksanakan oleh PDDS (Paiketan Daksa Dharma
Sadhu) Kabupaten Tabanan, yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan. Peserta
dari pengelukatan ini adalah para siswa SLTP, SLTA dan SMK yang ada di 4 kecamatan
yang berdekatan dengan lokasi kegiatan. Dimana secara keseluruhan peserta yang mengikuti
ppengelukatan sebanyak 1.500 orang, yang dipuput oleh 5 Sulinggih. Sehingga dengan
pelaksanaan pengelukatan masal untuk kalangan remaja ini dapat mengurangi kegiatan
negatip yang dilakukan selama ini. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkelanjutan pada
setiap Hari Banyu Pinaruh yang didukung sepenuhnya terhadap kegiatan tersebut. Dengan
rutinitas kegiatan ini diharapkan karakter remaja Hindu akan tertata lebih baik lagi.
Jadi dengan mengikuti prosesi Pengelukatan Banyu Pinaruh secara baik dan
benar, dapat membentuk karakter generasi muda Hindu ke arah yang lebih baik, bermakna,
bermanfaat sesuai dengan norma-norma agama Hindu. Pada akhirnya para generasi
muda dapat memahami lebih memahami kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
pada hari suci Banyu Pinaruh pada rangkaian Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati.
Kata kunci : Pengelukatan Banyu Pinaruh, Sebagai Pendidikan Karakter
Bagi Generasi Muda.

Penglukan Masal Proses Pembentukan Karakter Generasi Muda

I Ketut Winantra 171


Desak Seniwati
1. Pendahuluan Hindu mengenal 4 masa kehidupan
yang disebut dengan Catur Parimita, di mana
Umat Hindu di seluruh Indonesia
bagiannya adalah : Brahmacari, Grehasta,
khususnya di pulau Bali masih belum
Wanaprasta, dan Biksuka / saniasin. Generasi
seluruhnya memahami tentang bagaimana
muda khususnya bagi para generasi muda yang
pelaksanaan dan rangkaian hari suci
masih menapak pada masa menuntut Ilmu /
keagamaan dalam hal pemaknaan dan
masa Brahmacari, sehingga pemaknaan
pelaksanaannya. Hari Raya Agama Hindu
rangkaian Hari Raya Saraswati ini sangatlah
sangat banyak, dan yang diakui saat ini
penting ditananamkan sejak dini. Di beberapa
adalah : Hari Raya Nyepi, Hari Raya
wilayah khsusunya di Sekitaran Tabanan yang
Galungan dan Kuningan, Hari Siwaratri,
memiliki wilayah pinggir pantai seperti : Pantai
dan Hari Raya Saraswati. Dari empat Hari
Tampih, Pantai Yeh Gangga, Pantai Kedungu,
Raya Agama Hindu, yang memiliki
Pantai Klating dan seterusnya, dimana pada
rangkaian pelaksanaan adalah Hari Raya
malam setelah Perayaan Hari Raya Saraswati
Galungan dan Kuningan (Sugihan Jawa,
tersebut , mereka para generasi Muda
sampai dengan Hari Kuningan), dan Hari
khusunya anak sekolah SMP dan SMA,
Raya Saraswati dari (Sabtu Umanis
pada tengah malam sudah bepergian ke pantai
Watugunung (Saraswati), sampai dengan
tersebut. Adapun beberapa hal yang mereka
Buda Kliwon Sinta (Pagerwesi)).
lakukan dengan rekan atau temannya adalah
Untuk rangkaian Hari Raya tujuan melepas malam Saraswati, hampir
Galungan khususnya di Bali sudah paham sebagian besar kegiatan yang mereka lakukan
oleh semua umat Hindu , beserta bernuansa Negatif seperti : kebut, kebutan di
rangkaiannya dan pemaknaan dari masing- pantai, minum-minuman keras, bermain judi,
masing rangkaian. Pada bagian ini akan bahkan ada yang bermesraan dengan
dinahas mengenai bagian rangkaian hari raya pasangannya. Hal ini mereka lakukan karena
Saraswati yang belum dilaksanakan secara mereka belum mengerti dan memahami
maksimal yaitu : Hari Banyupinaruh yang mengenai apa yang harus mereka lakukan dan
jatuh pada hari Minggu, Pahing, Wuku apa maknanya.
Sinta.
Dari beberapa kejadiaan inilah sebuah
Rangkaian Hari Raya Saraswati Organisasi Sosial Keagamaan di Kabupaten
penuh dengan makna-makna yang sangat Tabanan yang terhimpun dalam suatu wadah
mulia dan luhur, dikarenakan perlambang yang di sebut PDDS (Paiketan Daksa Dharma
dari Ilmu pengetahuan adalah Dewi Sadhu Tabanan), mengggas suatu kegiatan
Saraswati, yang memiliki perumpamaan dalam penerapan Pengelukatan Banyupinaruh
sangat lembu, penuh kasih sayang dan secara Masal dan pemaknaan Hari Hari
sangat disenangi oleh semua Umat. Bayupinaruh tersebut.

WIDYA WRETTA
172
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2. Arti dan Makna Pengelukatan Dalam ritual umat Hindu, selain
Banyu Pinaruh sebagai tirtha, air juga dipakai sebagai sarana
Kenapa Banyupinaruh menjadi hari pembersihan diri jasmani dan rohani pada
yang khusus dan belum banyak umat yang ritual yang disebut melukat. Melukat berasal
memahami mengenai bangaimana makna, dari kata sulukat (su yang berarti baik dan
pelaksanaannya , dan apa tujuan dari lukat berarti penyuciaan), melukat berarti
pelaksanaan pengelukatan Banyupinaruh upacara untuk menyucikan diri guna
tersebut. memperoleh kebaikan. Ritual melukat telah
dilakukan oleh umat Hindu secara turun
Salah satu elemen penting dalam temurun untuk berbagai kepentingan, namun
kehidupan manusia di bumi adalah air. tujuannya tetap sama yaitu penyucian diri.
Dimana hampir dua pertiga bagian bumi terdiri (Sumber : Rumah Dharma – Hindu Indonesia, 9 Mei 2010)

dari air, hal inilah yang menjadi perbedaan


dengan planet lain yang ada di jagat raya. Beberapa diantara umat
Tidak hanya bumi, dua pertiga dari zat yang melaksanakan melukat sebagai simbol
membentuk tubuh manusia juga air. Begitu membersihkan diri dari segala kekotoran
pentingnya, air sudah menjadi kebutuhan guna bisa berada dalam pikiran yang kembali
sehari-hari dan manusia tidak bisa hidup tanpa bersih dan berisikan hal positip untuk
air. Di Bali, air juga dimanfaatkan untuk ritual melanjutkan kehidupan. Ada juga yang
keagamaan sebagai tirtha atau air suci melakukannya untuk memperoleh
anugerah Tuhan. (Sumber : Rumah Dharma – Hindu kesembuhan dari penyakit, memperoleh
Indonesia, 9 Mei 2010) keturunan, kewibawaan dan lainnya. Walau
demikian kesemuanya merupakan
Agama Hindu Dharma yang dianut permohonan yang ditujukan kepada Tuhan
sebagian besar masyarakat yang tinggal di melalui perantara air.
Pulau Bali juga dikenal dengan sebutan Agama
Tirtha (“agama air suci”). Berbeda dari Tempat melukat umumnya dipilih
tempat asalnya di India, Hindu di Bali pada sumber air yang dianggap suci seperti
merupakan perpaduan Hindu aliran Siwa, pada Beji Pura / Khayangan, capuhan
Waisnawa, dan Brahma dengan kepercayaan (pertemuan antara sumber air), danau, laut
lokal orang Bali. Laut, danau, sungai dan dan lain sebagainya. Pelaksanaan melukat
sumber mata air dianggap penting sehingga biasanya dilakukan secara bersama-sama
harus dijaga dan dilestarikan. Bukti ataupun sendiri dengan berbagai tujuan.
pentingnya bisa dilihat dari lokasi beberapa Juga dijelaskan dalam adat dan
pura yang mengambil tempat dekat dengan budaya, melukat bertujuan untuk :
sumber air seperti Pura Tanah Lot, Pura pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual
Uluwatu, Pura Ulun Danu Beratan, Pura Tirta dalam diri manusia yang dilaksanakan pada
Empul, dan lainnya. hari baik (dewasa ayu) sebagai tradisi yang

Penglukan Masal Proses Pembentukan Karakter Generasi Muda

I Ketut Winantra 173


Desak Seniwati
sudah dilakukan oleh umat Hindu di Bali Buddhir jnanena cuddhyati.
secara turun temurun dan masih terus Artinya :
dilakukan sampai saat ini. Tubuh dibersihkan dengan air,
Adapun makna dari upacara Melukat Pikiran disucikan dengan
dalam setiap diri manusia mempunyai sifat kebenaran,
buruk dan kotor, jadi sifat itu yang harus Jiwa disucikan dengan pelajaran
dilakukan pensucian atau dilakukan suci, kebijaksanaan, dan tapa brata,
pembersihan kembali. Kecerdasan dengan pengetahuan
yang benar.
Banyu Pinaruh memiki makna sucikan
Pikiran dengan Air Ilmu Pengethuan Wuku Apa makna Banyu Pinaruh Secara
Watugunung adalah wuku terakhir pada Filosofis ?
penanggalan Bali. Satu tahun kalender Bali Secara makna filosofis dari kegiatan
menurut pawukon terdiri dari 210 hari. Banyupinaruh ini adalah bahwa Umat Hindu
Minggu terakhir dari setahun penanggalan Bali pada hari ini melaksanakan penyucian lahir
adalah Watugunung, yang di tutup pada hari dan batin. Mereka membawa sarana upakara
Sabtu-Umanis-Watugunung. Dimana pada berupa canang dan dupa untuk memohon
hari tersebut Umat Hindu merayakan hari penyucian lahir bathin kepada Hyang Widhi /
pemujaan kepadaa Sang Hyang Aji Tuhan Yang Maha Esa, agar segala kekotoran
Saraswati. Nah Keesokan harinya pada hari dilebur dan oleh –Nya diberikan kesician
Minggu –Pahing adalah hari pertama pada pikiran, jiwa dan raga. Selain itu Banyu Pinaruh
tahun baru kalender Bali, yang dimulai dengan merupakan hari pertama dalam perputaran
wuku Sinta, umat Hindu pada hari ini pawukin yang terdiri dari 210 hari yang
melaksanakan rangkaian hari suci atau ritual diawali dengan wuku Sinta, ditandai dengan
Banyu Pinaruh. Hari Suci Banyu Pinaruh. Di Hari ini, disaat
Banyu pinaruh merupakan titik awal matahari terbit, umat Hindu memuja
periode wuku di Bali, sehingga akan sangat kebesaran-Nya, memohon perlindungan dan
baik jika sebelum kita mengawali suatu kesucian jiwa dan raganya. Mereka melebur
periode yang baru dan sebelum kita mengisi keletehan / kekotoran selama perputaran
diri dengan pengetahuan, alangkah baiknya pawukon menurut kalender Bali yang
kita membersikan tubuh ini dengan air suci dilakukan di laut, di danau, atau di sumber-
(penglukatan). Disebutkan dalam Manawa sumber air suci agar mereka memperoleh
Dharmasastra Buku V. 109 kekuatan untuk melangkah menyongsong
hari-hari berikutnya dengan bijak.
Adhirgartani cuddhyanti manah
satyena, Setelah ritual di laut, danau atau
Cuddhyati widyatapobhyam sumber air suci lainnya selesai, maka
bhutatma, dilanjutkan dengan memakai air kumkuman ,

WIDYA WRETTA
174
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
yakni iir yang berisi berbagai bunga harum. akan terbebas dari lautan kebodohan dan
Ritual ini menimbulkan kesucian jiwa dan dosa.”
raga, agar harum laksana, harum wewangian 4. Pembahasan Kegiatan Pengelu-
bunga, dan menyejukkan seperti air. katan Masal Banyu Pinaruh
3. Hakekat Banyu Pinaruh Berdasarkan apa yang telah
Banyu pinaruh berasal dari kata disebutkan diatas, organisasi sosial
banyu yang artinya air (kehidupan), dan keagamaan PDDS (Paiketan Daksa Dharma
pinaruh yang berasal dari kata weruh atau Sadhu) bersinergi dengan Pemerintah
pinih weruh. Weruh sendiri bermakna Kabupaten Tabanan melakukan kegiatan
pengetahuan, sehingga dapat dikatakan Pengelukatan masal Banyu Pinaruh dan
banyu pinaruh adalah hari dimana kita Baruna Astawa yang dilaksakan pada hari
memohon sumber air pengetahuan. Minggu Redite Paing wuku Sinta, yang
Banyupinaruh adalah air ilmu pengetahuan, mengambil telpat di Pantai Yeh Gangga, Desa
sebgaaimana yang diuraikan dalam pustaka Sudimara, Tabanan. Pemerintah Kabupaten
Bhagawadgita sebagai berikut “ Abhir gatrani Tabanan melalui Dinas Pendidikan
sudyanti manah satyena sudayanti”, artinya melakukaan koordinasi terkait dengan
badan dibersihkan dengan air sedangkan meelibatkan siswa SLTP, SLTA, dan SMK
pikiran dibersihkan dengan Ilmu pengetahuan. yang berada di 4 kecamatan yang berdekatan
Itu berarti, Banyu Pinaruh bukan hanya datang dengan lokasi pengelukatan. Empat
berkeramas atau mandi ke pantai atau sumber kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan
air, tetapi prosesi itu bermaksud Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan
membersihkan kekotoran atau kegelapan Marga, dan Kecamatan Kerambitan. Dari 3
kali kegiatan yang sebelumnya diikuti sekitar
pikiran (awidya) yang melekat dalam tubuh
1.000 orang peserta yang terdiri dari Siswa
umat dengan ilmu pengetahuan, atau mandi
sekolah dan masyarakat umum yang
dengan air ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai
mengetahui kegiatan ini. untuk membimbing
dengan Bahavadgita IV.36, yang berbunyi :
para generasi muda dalam hal ini pelajar untuk
Api ced asi papebyah, sarwabhayah papa kar
bersama memaknai akan pelaksanaan Banyu
taman, sarwa jnana peavenaiva vrijnam Pinaruh. Pengelukatan masal Banyu Pinaruh
santarisyasi’. Yang artinya : walau engkau ini dipuput oleh 5 Sulinggih yang ada di
paling berdosa diantara diantara manusia yang kabupaten Tabanan, yang sekaligus sebagai
memiliki dosa , dengan perahu Ilmu menggagas dari PDDS Tabanan. Kegiatan ini
pengetahuan , lautan dosa akan engkau dilaksanakan di Pantai Yeh Gangga, Desa
seberangi.” Itu artinya Banyu Pinaruh bukan Sudimara, Kecamatan Tabanan. Menurut
hanya berkamna simbolis belaka, tetapi sesuai manggaala PDDS yaitu : Ida Pandita Mpu Tri
dengan ajaran Hindu. “ Kita sudah dijamin Daksa Nata Manuaba dari Kerambitan , dan
dalam kitab Suci bahwa melalui mandi dan Ida Pandita Rsi Siwa Putra Sanatana Daksa
keramas dengan air ilmu pengetahuan , kita Manuaba, menjelaskan bahwa :

Penglukan Masal Proses Pembentukan Karakter Generasi Muda

I Ketut Winantra
175
Desak Seniwati
“ Pantai Yeh Gangga merupakan pantai yang ini dengan yang sudah dilaksanakan 4 kali,
disucikan dimana sesuai dengan nama Gangga pada setiap hari raya Banyu Pinaruh.
adalah sungai suci yang ada di India, sehingga Pelaksanaan Upacara Pengelukatan Massal
secara filosofis sudah benar dan secara lokasi Banyu Pinaruh ini menggunakan beberapa
bahwa di pantai yeh gangga posisi sudah sarana bebantenan. Dari hasil wawancara
tertata baik karena pantai ini memang dengan Ida Pandita Mpu Rsi Siwa Putra
dipergunakan untuk kegiatan melasti” Sanatana Daksa Manuaba, sebagai ketua
“ PDDS Tabanan merupakan Sulinggih PDDS Kabupaten Tabanan,
organisasi sosial yang bertujuan untuk menjelaskan untuk upakara yang
menambah kembali pemahaman umat Hindu dipergunakan serta makna dan fungsi dari
di pulau Bali khususnya yang ada di Tabanan bebantenan tersebut adalah sebagai berikut :
bahwa masih banyak prosesi keagamaan yang 1. Banten Pengresikan / pebersihan
belum dipahami secara benar”. diantaranya :
Pengelukatan masal Banyu Pinaruh ini a. Pabyakaonan adapun fungsinya
dilaksanakan berdasarkan sastra yang telah pembersihan menghilangkan sarwa
ada yang mana secara pelaksanaannya tidak roga, sarwa wigna, papa klesa,
dilaksanakan secara benar. Contohnya : angilaken saluwerining sebel
sebelum dilakukan kegiatan penegelukatan kandel.
masal ini banyak para pelajar atau generasi b. Durmanggala, adapun fungsi dan
muda kepantai pada tengah malam atau tujuannya adalah : menghilangkan
bahkan setelah selesai melakukan segala kotoran secara niskala yang
persembahyangan di malam atau sore hari, ada dalam tubuh.
dengan beberapa kegiatan negatif seperti :
minum minuman keras, merokok, berpacaran c. Pengulapan : anglulapi sami ring
serta kebut kebutan di pantai.” Dari kegiatan angga sarira.
pengelukatan masal Banyu Pinaruh ini yang d. Prayascita : ameritaning lara
sudah dilakukan 4 (empat) kali setiap loga, laara wigna papa klesa.
Minggu-Pahing-Sinta, terlihat bahwa dari
2. Ring surya : munggah cuci asoroh, pejati
jumlah peserta terus mengalami peningkatan,
asoroh, daksina galah 4, soda rayunan,
dan peserta terbanyak adalah dari para siswa
wastra seprengadeg, dewa-dewi. Yang
SMP dan SMTA, yang ada berdekatan
dihaturkan kepada dewa surya sebagai
dengan lokasi Pantai Yeh Gangga.”
penguasa alam agar diberikan penerangan
Dengan dasar inilah PDDS dan sinar suci.
Kabupaten Tabanan yang mendapat Sor Surya : Gelar sanga, segehan agung,
dukungan dari pemerintah Kabupaten untuk nnyomya sehananing buta kala
melaksanakan kegiatan pengelukatan masal sehingga dapat menjadi sifat kedewataan

WIDYA WRETTA
176
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
yang tidak mengganggu proses upacara 6. Pengastawa ring Guru stawa : memohon
yang dilakukan. tuntunan kepada para guru agar diberikan
3. Upakara Ring ajeng Sulinggih : Banten petunjuk atau jalan kebenaran untuk
padudusan, untuk memohon tirta melakukan kegiatan upacara ini.
pengelukatan yang akan di percikkan 7. Pengastawa ring kawitan stawa :bertujuan
atau dibagikan kepada seluruh peserta untuk memohon kekuatan / petunjuk dari
pengelukatan. para leluhur agar kegiatan berjalan secara
4. Upakara ring arepan Sulinggih : Banten maksimal.
arepan pemuput, daksina galah 4. 8. Pangastawa Ring Sang Hyang Baruna :
5. Ring ayaban upakara : Sekar taman bertujuan untuk memohon tirta / amertha,
pulagembal, bebangkit, ayaban tumpeng dimana Sang Hyang Baruna sebagai
7, banten dapetan, pajegan, teterag. manifestasi Brahman sebagai dewa air.
6. Banten pemeras toyo. 9. Pengastawa Ring Segara Stawa : untuk
Setelah penjelasan mengenai Banten memuja dewa yang berstana di pura
/ upakara yang dipergunakan selanjutnya segara sebagai penguasa lautan.
dijelaskan pula mengenai prosesi atau urutan 10. Pengastawa ring Giri Stawa :Untuk
dari kegiatan pengelukatan ini. Prosesi dari memuja para dewa yang berstana di
pengelukatan masal ini adalah sebagai berikut : pengider-ider, sad khayangan, Dang
1. Ngarga tirta ring suamba, ngarga tirta ring Khayangan, memohon anugrah –Nya.
payuk pengelukatan. 11. Pengastawa ring sang Hyang Aji
2. Ngemargian tirta pembersihan Saraswati : memohon ring Ida Bhatara
pengeresikan, pengelukatan dan tirta sami nunas panugrahan kepada Ida
pabyekaonan, durmanggala, pengulapan Bhatara Sami karena kita melakukan
perayascita. Ring sami bebantenan utawi penglukatan Banyu Pinaruh Baruna
upakara, ngelukat upakara mangda ka Astawa. Ngeseng sehananing lara loga
dadosan banten. Wusan ring upakara ring angga sarira.
utawi bebantenan ngelantur ring sami 12. Ngastawa Padudusan lantur ngemargian
pemilet sani jagi ngelaksanayang : Pembersihan ring upakara ring
pengelukatan. manusanta ( semua peserta yang
3. Pengastawan Ring surya : adapun mengikuti pengelukatan) yang memiliki
tujuannya adalah untuk nunas upasaksi tingkatan yang lebih tinggi.
kepada Bhatara surya yang memberikan 13. Ngayab Upakara (ngantebang upakara)
penerangan kepada alam semesta ini. yang ditujukan Surya , Sor Surya, Sekar
4. Pengastawa Ring akasa : memiliki tujuan Taman Plegembal, Nganteb Bebangkit,
untuk nunas upenyaksi ring betara lelangit. Nganteb ayaban tumpeng 7, ngayab
5. Pengastawa Ring pertiwi : memiliki tujuan banten dapetan, ngayab sesayut
untuk menghormati ibu pertiwi sebagai pengelepas lara (melepas semua
penguasa alam semesta / buana agung. kekotoran yang ada di alam buana agung

Penglukan Masal Proses Pembentukan Karakter Generasi Muda

I Ketut Winantra
177
Desak Seniwati
dan buana alit), ngayab sayut lara 20. Ngayab padudusan ring angga sarira :
melaradan. pembersihan ring buana alit secara
14. Ngemargiang tirta pemuput : yng keseluruhan (angga sarira).
berfungsi untuk muputan yadnya / 21. Ngaturan sembah bhakti ( Ngaturan puja
upakara yang bersangkutan. Tri Sandya ring ngaturang panca sembah).
15. Ngemargiang pemeras toyo ring segara 22. Dilanjutkan dengan melakukan
dilanjutkan dengan sapa mapilet utawi persembahyangan bersama.
pamilet sane jagi nyarengan 23. Nunas Tirtha dan Bija.
pengelukatan melebok ke segara. 24. Setelah selesai melakukan
16. Setelah Puja selesai dilanjutkan dengan persembahyangan, maka semua nasi
melakukan “pengelebokan” di pantai “yasa” / nasi “ pradnya “ yang dihaturkan
yang dilakukan oleh semua peserta yang di “surud” / diambil untuk dinikmati
mengikuti penglukatan tersebut. sebagai berkah dari Dewa Penguasa
17. Setelah itu nunas tirta penglukatan yang Lautan dan Dewa Ilmu Pengetahuan.
telah disiapkan / diberikan mantra / puja Dari 4 kali pelaksanaan pengelukatan
oleh para pandita yang muput upacara masal Banyu Pinaruh dan Baruna Astawa ini
tersebut. Semua tirta pengelukatan memperlihatkan adanya beberapa
dicampur jadi satu, kemudian dibagikan pemahaman atau peningkatan dari jumlah
ke semua sulingih untuk dipercikkan peserta, dimana dari sudah mulai tumbuh
kepada semua peserta pengelukatan kesadaran para remaja untuk mengikuti
masal. kegiatan pengelukatan ini dari pada mereka
18. Setelah semua mendapatkan harus kepantan tanpa adanya kegiatan yang
pengelukatan dari para sulinggih , dilakukan secara benar. Dari informasi pihak
dilanjutkan dengan dharma wecana dari kepolisian yang ikut membantu kegiatan ini
Pinandita mengeni makna dari dijelaskan bahwa ada efek yang baik dari
Pengelukatan ini, sehingga semua peserta kegiatan ini dimana para remaja berkurang
pengelukatan memahani betapa melakukan hal-hal negatif yang tidak sesuai
pentingnya melakukan kegiatan dengan ajaran dan norma-norma agama.
pengelukatan yang sesuai dengan makna
yang ada. Ada 2 pendekatan teori pendidikan
19. Nunas Tirta pabyakaonan, ( peserta yang dipergunakan untuk menkaji yaitu teori
ngayab pabyakaonan ke sor / bawah) pendidikan karakter menurut John W.
Durmangala (Ngayab Durmangala ring Santrock, dan yang keduai Pendidikan
dada / bwah), Pangulapan (Ngayab karakter menurut Thomas Lickona. Adapun
pengualapan ring prerai / muka , supaya penjelasan pendekatan teori karakter tersebut
muka lebih cerah), Prayascita ( Ngayab dapat dijelaksan sebagai berikut :
ring siwa duara/ akasa). Menurut John W. Santrock, 2007,
dijelaskan bahwa Pendidikan karakter

WIDYA WRETTA
178
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
merupakan pendekatan langsung untuk (Paiketan Daksa Dharma Sadhu)
pendidikan moral dengan memberi pelajaran Kabupaten Tabanan yang berada di bawah
kepada peserta didik tentang pengetahuan kepurusaan Griya Agung Bongkasa, melihat
moral dasar untuk mencegah mereka keprihatinan akan kondisi para generasi muda
melakukan perilaku tidak bermoral atau yang makin salah arah memiliki keinginan
membahayakan bagi diri sendiri untuk melakukan sebuah kegiatan
maupun orang lain. Dari teori yang dijelaskan Pengelukatan Masal, yang mendapat
diatas mengenai pendidikan karakter, bahwa dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten
implikasi dapat terlihat dalam pelaksanaan dan dukungan Dinas Pendidikan , sehingga
kegiatan pengelukatan masal Banyupinaruh kegiatan ini sudah dapat dilaksanakan
yang telah dilakukan dimana, para siswa didik sebanyak 4 kali, dengan antusiasme dari para
/ generasi muda sudah dapat merubah prilaku peserta yang terus meningkat, dari kegiatan
yang tidak bermoral atau prilaku yang pertama sampai yang keempat. Sehingga
mebahayan diri sendiri seperti melakukan Pemerintah Kabupaten Tabanan menetapkan
kegiatan kebut-kebutan di pantai, pesta bahwa Pengelukatan Masal Banyupinaruh ini
minuman keras, dengan melakukan kegiatan menjadi agenda rutin yang harus terus
yang sesuai dengan norma / kaedah agama dilakukan setiap Hari Suci Banyupinaruh,
yaitu dengan mengikuti pengelukatan masal yang merupakan rangkaian pelaksanaan Hari
ini. Dari pelaksanaan pengelukatan masal ini Raya Saraswati.
mereka mendapatkan pendidikan mengenai 5. Kesimpulan
apa sebenarnya yang harus dilakukan ketika
ada prosesi upacara atau hari Suci keagamaan Dari uraian di atas dapat disimpulkan
khususnya hari Banyupinaruh. bahwa, Dengan mengikuti prosesi
Pengelukatan Banyu Pinaruh secara baik
Menurut Thomas Lickona dama dan benar, dapat membentuk karakter
Education For Character 1995, generasi muda Hindu ke arah yang lebih baik,
menyatakan bahwa pendidikan karakter bermakna, bermanfaat dan sesuai dengan
merupakan suatu usaha yang dilakukan norma-norma agama Hindu. Pada akhirnya
dengan sengaja untuk membantu seseorang para generasi muda lebih memahami
sehingga ia dapat memahami, memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
dan melakukan nilai-nilai etika yang pokok. pada hari suci Banyu Pinaruh pada
Dalam implikasi bahwa dari keinginan suatu rangkaian Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati.
Organisasi sosial keagamaan yaitu PDDS

Penglukan Masal Proses Pembentukan Karakter Generasi Muda

I Ketut Winantra
179
Desak Seniwati
DAFTAR PUSTAKA
Wiana, Drs.I Ketut. Arti Dan Fungsi Sarana
Persembahyangan. 2000. Paramita:
Surabaya
http://pujaantara.wordpress.com/2008/07/
19/makna-hari-raya-saraswati/
http://www.hindubatam.com/upacara/dewa-
yadnya/hari-saraswati.html
http://ney24.wordpress.com/2013/12/17/
pemahaman-aktualisasi-bhagawadgita-
9-26/
John W. Santrock , Educatian Psychology.
2007
Manawa Dharmasastra Buku V. 109
Muhammad Yaumi, M Hum., M.A, Dr,
Pendidikan Karakter, 2014.
Thomas Lichon, Education For Character.
1995

WIDYA WRETTA
180
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Penglukan Masal Proses Pembentukan Karakter Generasi Muda

I Ketut Winantra
181
Desak Seniwati

You might also like