Professional Documents
Culture Documents
Penanggungjawab
Rektor Universitas Hindu Indonesia
(Dr.Ida Bgus Dharmika, MA)
Penasehat
Dekan Fakultas Ilmu Agama dan Agama dan Kebudayaan
(Dr. I Wayan Subrata, M.Ag)
Mitra Bestari
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja. MA. (Undiksa Singaraja)
Prof.Dr. Anak Agung Anom Kumara, MA. (Universitas Udayana)
Ketua Penyunting
Dr. I Wayan Watra, S.Ag., M. Si
Wakil Ketua Penyunting
Drs. I Gede Subawa mas, M. Hum.
I Gde Jayakumara, SS., MA
Penyunting Pelaksana
I Putu Sastra Wibawa , SH. MH,
Dra I Gusti Ayu Ketut Artatik, M. Si
Petugas Administrasi
Sang Ayu Juniati, SE., Ni Nyoman Suciati, S.Ag
Ni Made Ayu Pebriyanti, S.Pd, Putu Sekarnadi, SE.
MAJALAH ILMIAH WIDYA WRETTA : Terbit dua kali setahun pada bulan April/Mei dan September/
Oktober. Menerima tulisan, artikel dan ulasan dari dalam Unhi Denpasar, serta promosi dan iklan. Iklan
dapat berupa promosi produk baru, pelayanan dan jasa yang menarik para peneliti ilmu agama, kebudayaan,
ekonomi dan MIPA (Matematika dan Biologi). serta Ayurweda. Copy promosi diterima redaksi paling
lambat dua bulan sebelum penerbitan. Informasi biaya dan teknik pemasangan iklan dapat diperoleh
langsung di Sekretariat Majalah Widya Wretta (Akademik Unhi Denpasar, Telp. 464700 dan 464800)
1i
WIDYA WRETTA
2
VOLUME II NOMOR 2 OKTOBER 2016
SAMBUTAN
DEKAN FAKULTASILMU AGAMA
Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, majalah Widya
Wretta terbitan periode Mei 2017 Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu
Indonesia Denpasar dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini ijinkan kami memanjatkan puji syukur kehadapan-Nya. Kehadiran Media
Komunikasi Widya Wretta yang membahas tentang Agama dan Kebudayaan dengan berbagai
perspektif. Sebagai lembaga keagamaan maka keberadaan tulisan-tulisan ilmiah yang
merupakan hasil penelitian ataupun hasil-hasil kajian sangat diharapkan, untuk memperluas
khasanah ilmu pengetahuan di bidang Agama dan Kebudayaan.
Dalam terbitan ini penulis lebih banyak mengkaji persoalan Agama dan Kebudayaan
berdasarkan paradigma Fungsional Struktural meskipun ada yang menggunakan paradigma
kritis, dan komersialisasi.
Akhirnya kami atas nama pribadi dan sekaligus sebagai Dekan Fakultas Ilmu-Agama,
menyambut baik atas penerbitan edisi perdana ini, semoga menjadi wahana komunikasi yang
baik bagi kaum intelektual Hindu dan menjadi salah satu usaha ilmiah yang dilakukan oleh
Civitas akademika sebagai sebuah pengabdian kepada masyarakat, utamanya umat Hindu
khususnya dan umat beragama pada umumnya.
iii
3
PENGANTAR
PENYUNTING REDAKSI
Om Swastyastu,
Atas asung wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa
Media Komunikasi Widya Wretta dapat diterbitkan menjelang yudisium Fakultas Ilmu Agama
dan Kebudayaan, Universitas Hindu Indonesia dan menjelang Wisuda Sarjana dan
Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia Tahun 2017.
Media Komunikasi Widya Wretta, terbit dua (2) kali dalam setahun, yaitu pada Bulan
(April/Mei) dan (September/Oktober) menjelang yudisium Fakultas Ilmu Agama dan
Kebudayaan, Universitas Hindu Indonesia dan menjelang Wisuda Sarjana dan Pascasarjana
Universitas Hindu Indonesia. Penerbitan Widya Wretta difokuskan pada masalah “Agama
dan Kebudayaan”, Bagi para penulis yang naskahnya belum dimuat periode April/Mei akan
dimuat pada terbitan periode selanjutnya. Kami membuka peluang selebar-lebarnya bagi
para penulis lain untuk berpartisipasi dalam jurnal ini dengan tetap mengacu pada persyaratan
yang telah ditentukan redaksi.
Widya Wretta dikelola oleh Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan, dimana visi dan
misinya adalah mengembangkan pemikiran-pemikiran yang terkait dengan Agama dan
Kebudayaan Hindu baik dari kalangan civitas akademika Universitas Hindu Indonesia, maupun
masyarakat umum. Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan berusaha untuk menjadi teladan
dan wadah yang terdepan, sebagai cikal bakal munculnya tunas-tunas muda yang tumbuh
menjadi intelektual tangguh di bidang Agama dan Kebudayaan Dengan demikian diharapkan
seluruh civitas akademika untuk membantu secara moral maupun material demi kelangsungan
media komunikasi Widya Wretta dengan peradaban etika dan moralitas sebagai insan perguruan
tinggi.
Dewan Redaksi majalah ilmiah Widya Wertta menyajikan karya-karya ilmiah seperti
yang dikemukakan oleh: 1). I Wayan Watra dalam tulisan ini mengangkat tema, tengtang
akhir dari sebuah kehidupan. Dengan mengusung konsep “Trikona”, yang mempertanyakan
akhir dari sebuah adalah kematian. Setelah mati roh tersebut pergi kemana?, dengan
merangkumnya menjadi sebuah judul: Pendidikan Eskatologi Sosioreligius Dalam Upanisad
Persfektif Filsafat Agama dan Kebuadayaan. 2). Sudadi selaku dosen pertama yang menjar
filsafat di Universitas Hindu Indonesia, mengali pemikiran-pemikiran klasik orang-orang India
di jaman dahulu. Kiranya dapat dipakai sebagai pedoman di dalam menjalani kehidupan di
era modernisasi di abad 21, dengan merangkumnya menjadi sebuah judul, Dimensi Kreatif
Dalam Pemikiran Filsafat India. 3). I Wayan Subrata mengamati sebuah perkembangan
pariwisata yang terjadi di Bali, dengan memfukuskan diri pada kantong-kantong Desa
WIDYA WRETTA
iv
4
VOLUME II NOMOR 2 OKTOBER 2016
Pekraman, yang mulai dilirik oleh Wisatawan, yang dirangkum menjadi sebuah judul,
Perkembangan Desa Wisata di Desa Pakraman Sumampan, Gianyar. 4). I Putu Sarjana,
melihat budaya salah satu Bali yang hampir punah yaitu Gotong Royong yang perlu dilertarikan.
Melalui pendidikan secara formal yang terjadi di Jembrana, yang dirangkum dalam sebuah
judul, Nilai Pendidikan Budaya Gotong Royong Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Desa
Pergung Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. 5). I Wayan Martha, memperhatikan
hak waris bagi anggota masyarakat yang pindah agama dari agama Hindu ke Agama Kristen,
maupun ke agama yang lainnya. Masalah ini perlu dikaji, karena berhubungan dengan Desa
Adat, terkait dengan Kayangan Tiga, yang dirangkum dalam sebuah judul, Tinjauan Yuridis
Terhadap Hak Waris Akibat Konversi Agama Hindu Ke Agama Kristen (Di Desa Pakraman
Taro Kaja) Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. 6). Anak Agung Gede
Dira, menulis tentang upacara di Sungai Sekapur Sirihi Desa Mataram di Lampung, dirangkum
dalam sebuah judul, Upacara Selametan Pada Sungai Sekampuh Di Desa Mataram
Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung Nilai Pendidikan Persfektif Agama
Hindu. 7). Anak Agung Putra Yasa, melihat bahwa pendidikan Karakter bagi anak-anak
perlu ditumbuh-kembangkan, karena karakter anak-anak di jaman sekarang sudah mulai
merosot, yang dirangkum dalam sebuah judul, Pola Pendidikan Agama Hindu Dalam
Menumbuh Kembangkan Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 2 Penebel. 8). I Nyoman Putra Adnyana, memperhatikan pelaksanaan Ngaben bagi
Warga Apandya Bang, sudah mulai dilakukan secara berkelompok. Sehingga dengan demikian
sistem pengabenan semacam ini perlu dipakai sebagai pedoman untuk pelaksanaan berikutnya,
yang dirangkum dalam sebuah judul, Pelaksanaan Upacara Ngaben Warga Apandya Bang Di
Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan (Kajian Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Hindu). 9). I Ketut Winantra, memperhatikan Perilaku Generasi Muda di Lapangan belum
melakukan kewajiban agamanya dengan baik dan benar, khususnya dalam Banyu Pinaruh adalah
sebagai momentum Pendidikan Karakter menuju kesempurnaan sosioreligius.
Akhirnya, kami segenap redaksi Media Komunikasi Widya Wretta, memohon maaf
pada pembaca, jika dalam penerbitan ini terdapat kekurangan. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, demi penyempurnaan pada edisi selanjutnya.
Semoga Media Komunikasi Widya Wretta, selalu hidup disepanjang jaman.
5v
PENDIDIKAN ESKATOLOGI SOSIORELIGIUS
DALAM UPANISAD PERSFEKTIFFILSAFATAGAMA DAN KEBUADAYAAN
Oleh:
I WAYAN WATRA
NI KADEK GUNAKSA
ABSTRAK
Pendidikan Eskatologi dalam Upanisad pada intinya ingin mengkaji mengenai
kematian, keberadaan akan jiwa serta reinkarnasi. Adanya kehidupan merupakan
salah satu bentuk penciptaan yang nantinya pasti akan mengalami akhir kehidupan
atau kembali kepada sang pencipta. Akhir dari kehidupan ini tiada lain mengenai
akhir jaman, kematian, keberadaan jiwa serta kebangkitan kembali yang sering disebut
dengan istilah Eskatologi. Secara umum Eskatologi telah banyak dibicarakan diberbagai
kalangan. Dalam hal ini khusus membahas Eskatologi Hindu dalam Upanisad-
Upanisad Utama. Eskatologi mengupas masalah kematian, keberadaan jiwa, serta
kelahiran kembali. Kematian bersifat riil, natural, imanen, esensial, universal yang
merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia. Yang berpengaruh terhadap
keberadaan jiwa serta kelahiran kembali nantinya. Terkait dengan masalah tersebut
peneliti tertarik untuk menelitinya dengan dua permasalahan pokok yaitu (1)
Bagaimanakah pandangan para Rsi terhadap keberadaan jiwa? (2) Bagaimanakah
para Rsi mentransformasikan evolusi jiwa kepada murid-muridnya?
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu untuk mengkaji permasalahan pokok
dari Eskatologi Hindu dalam Upanisad Utama yaitu dengan menggunakan metode
kepustakaan. Konsep kematian serta evolusi jiwa diuraikan secara umum, serta
menurut ajaran Hindu yang terdapat dalam berbagai sumber khususnya Upanisad-
Upanisad Utama, yang memiliki tujuan untuk mengetahui pandangan para Maharsi
terhadap keberadaan jiwa serta metode yang digunakan oleh para Maharsi dalam
mentransformasikan ajaran evolusi jiwa. Analisis data yang digunakan yaitu dengan
metode deskriptif dan metode interpretatif. Teori-teori yang dipakai untuk menganalisis
adalah Teori Agama (Religi), Teori Aksi Reaksi, Teori Perubahan, dan Teori
Pendidikan. Pandangan para rsi merupakan data primer dalam teks Upanisad Utama.
Berdasarkan metode penelitian di atas, hasil penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut: pendidikan Eskatologi dijadikan pedoman dalam mengupas
permasalahan yang berkaitan dengan kematian secara filosofis religius, keberadaan
jiwa serta kelahiran kembali. Kematian merupakan suatu hal yang sangat riil, yang
sangat pasti dihadapi oleh yang lahir. Dengan adanya kematian berarti terpisahnya
antara badan dengan jiwa. Keberadaan akan jiwa tidak hanya mengena pada setelah
kematian namun juga dalam berlangsungnya kehidupan itu sendiri. Yang mana manusia
mempunyai wujud kesatuan antara tubuh dengan jiwanya yang masing-masing tidak
WIDYA WRETTA
2
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
diterangkan dalam eskatologi lainnya, hanya Kematian dan kelahiran kembali adalah
saja penyebutan atau istilahnya saja yang sebuah topik yang sangat menarik perhatian
berbeda. Dalam hal ini mengenai kelahiran bagi banyak orang. Suatu hari atau pada
kembali sering disebut dengan inkarnasi atau kesempatan lainnya semua orang pasti akan
punarbhawa, serta adanya perjalanan dari mengalami sebuah kematian dan kelahiran
jiwa itu sendiri setelah kematian yang banyak kembali. Ancaman kematian membayangi
terdapat dalam teks Upanisad-Upanisad kehidupan semua manusia serta kelahiran
Utama yang hanya terdapat pada bagian merupakan hal yang tidak bisa manusia duga
tertentu saja. kapan awal dan akhirnya.
`Hindu merupakan salah satu agama Maka dari itu penulis ingin
yang ada di dunia yang memiliki latar belakang mengangkat mengenai Pendidikan Eskatologi
sejarah yang sangat unik. Dalam buku Hindu dalam Upanisad-Upanisad Utama,
pengantar agama Hindu untuk perguruan yang tentunya dijadikan pertanyaan oleh setiap
tinggi dijelaskan bahwa kata agama Hindu orang khususnya umat Hindu di Bali. Untuk
berasal dari bahsa Yunani yaitu : Hydros atau mengungkapkan bagaimana peran pendidikan
Hidos sebagai nama untuk menyebutkan eskatolagi dalam kaitannya dengan kelahiran
kebuadayaan atau agama yang berkembang kembali dari jiwatman atau roh manusia itu
dilembah sungai Shindu, Hydros berarti air, dalam sendiri yang terdapat dalam ajaran
Weda air berarti tirtha. Sehingga agama Hindu Upanisad-Upanisad Utama. Berkenaan
di Bali berarti agama tirtha karena dalam setiap dengan hal tersebut, maka permasalahan
pelaksanaan upacara ritualnya menggunakan penelitian ini secara rinci dapat dirumuskan
tirtha (Pudja dalam Arya, 2008 : 11) sebagai berikut : 1). Bagaimanakah
Segala ciptaan Hyang Widhi adalah pandangan para Maha Rsi terhadap
merupakan pancaran kemahakuasaan-Nya keberadaan jiwa?, Bagaimanakah konsep
(Wibbuti). Yang mana wibbuti ini terpancar evolusi jiwa ditransformasikan oleh para
melalui tapa-Nya. Tapa adalah pemusatan Maha Rsi kepada murid-muridnya?
tenaga pikiran yang terkeram hingga 2. Pendidikan Eskatologi Hindu dalam
menimbulkan panas yang memancar. Upanisad–Upanisad Utama
Disebabkan oleh tapa Hyang Widhi terjadilah
Secara umum masyarakat bahwa
dua kekuatan yaitu kekuatan kejiwaan dan
kematian adalah suatu misteri kehidupan yang
kekuatan kebendaan yang dinamai Purusa
telah menyelimuti umat manusia sejak dulu
dan Prakrti (Pradhana). Kedua kekuatan
kala. Namun, bukti nyata atas asal-usul
ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta,
kehadirannya hingga kini masih belum
terjadinya ciptaan ini tidaklah sekaligus
tersingkap. Kematian adalah suatu peristiwa
malahan tahap demi tahap (evolusi), dari yang
yang kerap terjadi di sekeliling kita. Namun
halus kepada yang kasar.
sedikit sekali di antara kita ada yang mau
merenungkannya secara mendalam. Hal
WIDYA WRETTA
4
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
cepat atau lambat, mereka pun tidak terlepas yang bersifat abadi orang yang meninggal tidak
dari cengkeraman kematian. Sesungguhnya, lagi berada di tengah-tengah keluarganya.
perasaan takut terhadap kematian itu jauh lebih Bagi anak cucunya yang ditinggal mau tidak
buruk daripada kematian itu sendiri. Ini mau harus siap menghadapi kehidupan tanpa
menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan. kehadiran orang tua. Dengan sendirinya
Ketakutan terhadap kematian terjadi perubahan pada keluarga yang
memiliki dua sisi, yaitu takut meninggalkan apa ditinggal dalam menyikapi persoalan
yang ada di belakang dan takut menghadapi kehidupan yang akan dihadapi.
apa yang ada di depan. Selain itu kematian Bila keterikatan seseorang terhadap
juga dapat menjadi menakutkan karena sering keluarga yang dicintainya semakin lama
dimulai dengan adanya kesengsaraan. semakin melekat, maka semakin sulitlah ia
Kesengsaraan tersebut merupakan untuk berpisah, yang pada puncaknya ketika
kesengsaraan fisik belaka yang memberi akan meninggalkan dunia ini ia akan merasa
imbas terhadap kesadaran untuk bangkit dan takut karena memikirkan keadaan keluarga
kemudian terjaga dan sadar bahwa kematian tercinta yang akan ditinggalkannya (Wirahaji,
pasti akan membuat keadaan menjadi lebih 2007 : 58-59).
baik. Selain itu ada beberapa faktor lain yang Faktor kekayaan menempati urutan
menyebabkan mansuia takut menghadapi kedua setelah keluarga, setelah memikirkan
kematian antara lain : faktor keluarga, keadaan keluarga manusia memikirkan semua
kekayaan, kekuasaan, kesenangan, dan harta benda, kekayaan yang menjadi miliknya
Awidya dan Ajnana. baik dari warisan maupun dari usahanya
Faktor keluarga, merupakan sendiri. Semua kekayaan itu harus
penyebab utama manusia takut menghadapi ditinggalkannya pada saat kematian, karena
kematian. Keterikatan manusia terhadap semua itu tidak dapat dibawa pada
keluarga atau keturunnya membuat manusia keberadaan berikutnya. Bahaya yang dapat
tidak rela berpisah hanya ingin terus menerus ditimbulkan dari harta, kekayaan terletak
berkumpul. Kasih sayang yang berlebihan pada kekuatan keterikatan inderawi.
pada keluarga terutama kepada anak cucu Keterikatan pada benda-benda duniawi
mengikat seseorang untuk tetap ingin hidup merupakan potensi yang dapat menghancurkan
di dunia ini. Bagaimanapun keluarga adalah hidup manusia. Manusia menjadi lupa akan jati
orang yang paling dekat dengan orang yang dirinya (Wirahaji, 2007 : 63).
akan meninggal. Maka dari itu tidak
terelakkan lagi emosi kekeluargaan akan Faktor kekuasaan, kekuasaan
muncul pada saat itu. sebagai salah satu keterikatan terhadap
duniawi, selain harta dan keluarga. Kekuasaan
Kematian memutuskan komunikasi sering memikat dan membawa kecendrungan
antara orang yang meninggal dengan keluarga manusia untuk meraihnya. Fenomena
yang ditinggal. Sehingga terjadi perpisahan menunjukkan bagaimana orang berbondong-
WIDYA WRETTA
6
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kehidupan sesudah mati dan kelahiran kesempurnaan yang dimaksud bukan
kembali, maka semua prasangka dan menghindari kegiatan kerja, melainkan
ketakutan akan kematian akan lenyap. Bagi menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh
orang Hindu, mati adalah pengalaman yang pahala dari kerja tersebut. Hanya dia yang
paling alamiah yang merupakan transisi yang mengetahui Atman atau jiwa yang bisa
cepat dari dunia fisik kedunia astral. terbebas dari belenggu hukum alam ini, dia yang
Mengetahui hal tersebut kematian tidak bisa menguasai nafsunya, tidak
merupakan sebagai sebuah kesempatan mengetahui Atman dan akan selalu terbelenggu
spiritual yang membawa satu level pelepasan oleh hukum alam ini (Ra, 2004 : 4).
yang sulit diperoleh dalam kehidupan yang Dalam ajaran agama Hindu kita
penuh pergolakan dan satu urgensi berupaya mengenal adanya lima keyakinan yang disebut
lebih kuat lagi untuk mencari jiwa yang suci. dengan Panca Sradha. Dalam hal ini mengenai
Bagi leluhur orang Bali kematian adalah salah hukum karma yang selalu ada disekeliling kita.
satu proses kehidupan yang sesungguhnya, Hukum karma adalah hukum sebab akibat
dimana kematian dipandang sebagai proses “apa yang disebar itulah yang dipungut”.
evolusi dari kehidupan kasar menuju ke Nampaknya hal tersebut sudah dipahami dan
kehidupan halus. mudah dimengerti orang, tetapi penerapannya
2.1 Pandangan Para Maha Rsi terhadap pada kehidupan sehari-hari secara terperinci,
Keberadaan Jiwa metode tentang pola kerjanya, cara
menghadapinya dan akibat-akibat yang dicapai
Dalam kehidupan yang semakin sangat sulit. Mudah dalam teori, namun sulit
kompleks ini, manusia dalam hidupnya tidak dalam praktiknya (Ra, 2004 : 4).
bisa menghindarkan diri dari tindakan atau
Pada dasarnya karma ini adalah
kerja, berpikir adalah suatu tindakan atau
hukum, hukum yang kekal, tidak berubah,
kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan
tidak dapat dirusak, hukum yang tidak akan
sebagainya adalah suatu tindakan kerja.
mudah lekang. Persoalan mengenai hukum
Hidup adalah suatu tindakan atau kerja.
inilah yang tidak dengan mudah begitu saja
Orang tidak dapat menghindarinya. Hal
manusia dapat pahami . hanya fenomena
tersebut lebih identik atau mengarah pada kehidupan yang selalu ada dalam benaknya,
pemenuhan akan badani semata, tanpa tanpa sedikitpun berpandangan akan akibat
memikirkan lebih jauh dampak yang akan yang ditimbulkan nanti pada jiwa setelah
ditimbulkan nanti pada jiwa yang telah kematian. Persoalan mengenai keberadaan
menghidupi badan tersebut. akan jiwa di jaman sekarang ini nampaknya
Seperti yang dimaksudkan oleh banyak yang kurang peduli akan hal tersebut.
Krisna bahwasanya, bukan bebas tanpa kerja, Sebelum lebih lanjut membahas
melainkan bebas dari ikatan atau belenggu mengenai keberadaan jiwa, kita tidak bisa
kerja tersebut. Sedangkan kebebasan dan terlepas begitu saja mengenai jiwa itu sendiri.
WIDYA WRETTA
8
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
pandangan akan keberadan jiwa menurut memaparkan sinar manusia adalah jiwa atau
para Rsi sebagai berikut. atma-Nya, sebab dengan jiwa sebagai
2.3 Maharsi Yajnavalkya sinarnya, seseorang dpat duduk, bergerak,
Nama Maharsi Yajnavalkya sagatlah melakukan pekerjaannya dan kembali. Inilah
berhubungan dengan beberapa ajaran pokok pandnagan beliau tentang keberadaan jiwa
dari Upanisad. Ajaran-ajaran beliau dalam tubuh (Radhakrishnan, 2008 :189-19).
berkembang dalam berbagai bentuk dan di Pernyataan beliau mengenai
berbagai tempat, di mana guru dan sisya keberadaan jiwa pada saat kematian, seperti
berembuk dan memberi penjelasan tentang sebuah kereta sarat muatan berjalan terseok-
berbagai masalah. Dalam teks Upanisad- seok, demikianlah jiwa yang ada dalam tubuh
Upanisad Utama pada bagian Brhad yang ditumpangi oleh kecerdasannya
Aranyaka Upanisad, IV dan V Rsi bergerak terseok–seok ketika seseorang
Yajnavalkaya menyatakan bahwa jiwa disebut bernafas dengan susah. Jiwa yang ada dalam
dengan panggilan nama Indha, yang berada tubuh di mana badan halus bergerak antara
pada mata kanan, yang biasa disebut Indra, dunia ini dengan dunia berikutnya sebagai pula
yang tiada lain Indha adalah Atman, yang antara keadaan terjaga dengan keadaan
disamakan dengan diri sendiri yang bersifat fisik. mimpi, melalui kematian dan kelahiran,
Kemudian Viraj terletak pada mata berturut-turut dalam hubungnnya dengan
kiri. Tempat pertemuan antara Indra dan Viraj perpisahannya dengan tubuh dan bagian-
dalam ruang yang berada dalam jantung, bagiannya.
makanan mereka adalah merahnya darah Ketika badan ini menjadi kurus,
yang menggumpal dalam jantung. Jiwa yang karena tua atau karena penyakit, seperti juga
terdiri dari Indha dan viraj, seperti pemakan buah mangga membebaskan dirinya dari
makanan yang lebih halus dari jiwa badani. ikatannya, demikian pula makhluk ini
Dengan kata lain badan halus disuburkan oleh melepaskan diri dari anggota tubuhnya dan
makanan yang lebih halus daripada badan kembali lagi ketempat dari mana dia mulai
kasar. Beliau juga menyatakan badan dalam hidup baru. Bahwasanya orang yang akan
keadaan tidur dengan mimpi, jiwa disamakan meninggal melepaskan dirinya dari badan
dengan badan halus. kasarnya. Dan pergi kembali kepada tempat
Beliau juga menegaskan bahwa jiwa asalnya dengan jalan yang sama ketika dia
merupakan sesuatu yang tidak bisa datang dan di sana dia memproleh tubuh baru
dimengerti, sebab dia tidak pernah untuk memulai hidup baru (Radhakrishnan,
dimengerti. Dia tidak bisa dihancurkan sebab 2008 : 201-202).
dia tidak bisa hancur. Dia tidak terikat sebab Beliau juga menegaskan pada saat
dia tidak pernah mengikatkan dirinya dan dia kematian segala prana dan indera tetap tidak
tidak terbelenggu sebab dia tidak pernah bekerja karena menyertai jiwa yang
menderita atau terluka. Beliau juga meninggalkan badan. Jiwa ditemani oleh udara
WIDYA WRETTA
10
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
membawa hal yang dikehendaki. Beliau juga melalui Devayana yaitu jalan penerangan, ia
menegaskan tentang pelaksanaan upacara tidak akan kembali lagi ke dunia material. Tetapi
pembakaran mayat yang akan menuntun sang apabila ia mengarahkan hidupnya dengan
jiwa pada jalan Brahman. Inilah jalan ke arah keinginan-keinginan di luar kebaikan, jiwanya
dewata, jalan kepada Brahman. Mereka pergi melalui Pitrayana, yaitu jalan kegelapan,
yang mengikuti jalan ini tidak akan kembali ke surga dan tetap tinggal di sana sampai
kepada keadaan berupa manusia, dan mereka kebaikannya habis. Lalu ia kembali kedunia
tidak akan kembali. lahir sesuai dengan hakikat umum dari prilaku
Maharsi menerangkan keberadaan hidup sebelumnya (Suamba, 1994 :93-94).
jiwa diawali dengan asal mula kehidupan yang Pandangan beliau tentang keberadaan
diawali dengan yadnya atau kurban. Dari tapa jiwa lebih menekankan pada unsur-unsur
Brahman ini menimbulkan api yadnya yang pembentuk dari jiwa itu sendiri yaitu api yadnya,
menghasilkan elemen-elemen antara lain api dan saat mereka meninggal dia akan di bawa
dan matahari yang akhirnya berubah menjadi kembali pada tempat yang di tentukan pada
kehidupan atau manusia. Hasil dari yadnya api pembakaran mayat. Namun tidak terlepas
ini adalah produksi Soma, yaitu air kehidupan, juga dari segala prilaku serta pengetahuan yang
lalu Soma dituangkan ke dalam Parjanya yaitu dilakukan sebelumnya, yang sangat
kekuatan yang menyebabkan hujan, hasilnya menentukan keberadaan akan jiwanya nanti,
adalah air diatas tanah yang mengahasilkan serta jalan apa yang nantinya di tempuh apakah
makanan. Ketika makanan disuguhkan kepada melalui devayana atau melalui pitrayana.
manusia dan apabila ia mencernanya ia akan Pernyataan beliau sangat sesuai
menghasilkan cairan vital yang disebut Reta. dengan ajaran veda yang menunjukan dua
Apabila Reta memasuki tubuh seorang wanita jalan terbuka untuk diikuti oleh roh yaitu:
maka menghasilkan janin dan selanjutnya devayana dan pitrayana yang satu mengarah
melahirkan anak. Ketika terlahir, di sepanjang ke kosmik Brahmapuram, dan yang lain
hidupnya, dan ketika dia meninggal mereka jalan yang kembali dari Brahmapuram.
membawa dia ke tempat yang telah ditentukan Devayana dilukiskan sebagai jejak sinar
untuk api pembakaran mayat, dari mana dia terang sebagai kendaraan para Dewa,
datang dan dari mana dia bangkit sedangkan pitrayana merupakan batas
(Radhakrishnan, 2008 : 330-332). geraknya ke waktu yang terbatas di
Oleh karena tubuh manusia terdiri dari yamaloka, yang dikenal juga dengan
empat elemen tersebut, maka ia akan hancur sebuatan “rumah kematian”. Ajaran suci Veda
menjadi elemen-elemen tersebut setelah menasihatkan kepada mereka yang telah mati
meninggal dunia. Tentang keberadaan untuk mencoba dan mengambil langkah
jiwanya, sangat bergantung pada prilaku dan pembentukan kembali setelah, tentunya,
pengetahuannya. Apabila ia memperoleh terlebih dahulu mereka membebaskan diri dari
pengetahuan spiritual sejati, ia akan pergi segala bentuk rintangan fisik (Titib, 2006 : 82).
WIDYA WRETTA
12
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bagian tertentu saja, mengingat Upanisad tersebut kepada siapa yang mampu
mempunyai banyak bagian, maka ada mengalahkan yang lain dalam perdebatan.
beberapa cara atau metode yang digunakan Maharsi Yajnawalkya lalu maju ke depan,
oleh Maharsi dalam menstransformasikan seorang pendeta tinggi bernama Aswala
ajaran evolusi jiwa kepada muridnya. Metode bertanya, namun dengan sikap tenang beliau
yang digunakan tentunya sangatlah beragam, dapat menjawab dengan tepat. Kemudian
sebab setiap para Maharsi memiliki cara dilanjutkan dengan seorang penanya gadis yang
pandang dan versi yang berbeda-beda dalam bernama Gargi, semua pertanyaan yang di
penyampaian ajarannya tersebut. Adapun lontarkan dapat pula terjawab dengan tepat.
metode yang digunakan dalam penyampain Dengan kenyataan tersebut
ajarannya antara lain sebagai berikut. bahwasanya dalam penyampaian
3.1 Metode Dharma Tula pengetahuanya tersebut beliau menggunakan
Kata Tula berasal dari bahasa teknik tanya jawab, hal tersebut beliau
sansekerta artinya perimbangan, keserupaan, lakukan pada salah seorang muridnya yang
dan bertimbang. Secara harfiah dharma tula bernama Jaratkarawa. Beliau banyak
dapat diartikan dengan bertimbang, memaparkan tentang keberadaan jiwa, serta
berdiskusi atau berembug atau temu wicara tentang kelahiran kembali sebagai proses
tentang ajaran agama Hindu dan Dharma. evolusi jiwa.
Secara tradisional dharma tula itu Maharsi berkata melalui perbuatan
dilaksanakan berkaitan dengan dharma gita. dosa, timbullah dosa dan melalui perbutan
Biasanya untuk memperoleh pemahaman atau bajik, timbulah kebajikan dengan kata lain
pengertian yang lebih jelas dari bagian-bagian sesungguhnya seseorang menjadi baik karena
dharma gita yang mengandung ajaran falsafah. perbutan baik dan menjadi jahat karena
Biasanya seluruh peserta aktif berperan serta berbuat jahat. Dengan adanya perbutan
memberikan ulasan atau membahas apa yang (karma) inilah yag nantinya membawa akibat
menjadi subyek pembicaraan (http:// yang menghasilkan kelahiran kembali
www.parisada.org/index.php?option= (Radhakrishan, 2008 : 162).
com_content&task=view&id=769&Itemid=79). Atma yang berinkarnasi sesuai
Metode dharma tula merupakan dengan sifat dan karmanya, kemudian memilih
metode yang digunakan oleh maharsi tubuh sebagai wujudnya yang kasar (binatang,
Yajnawalkya pada bagian Brhad Aranyaka tumbuhan) atau yang halus (manusia). Dia
Upanisad dalam menyampaikan berbagai menjadi nampak berkeadaan berbeda dari
ajarannya kepada murid-muridnya beliau satu penjelmaan ke penjelmaan berikutnya.
menggunakan teknik berembug atau diskusi. Dengan demikian bahwa karma seseoarang
Teknik yang beliau lakukan terpapar jelas akan mempengaruhi penjelmaannya di
pada saat Raja Janaka melaksanakan upacara kemudian hari. Itulah wejangan Yajnawalkya
kurban. Beliau akan menyarahkan hadiah tentang kelahiran kembali.
WIDYA WRETTA
14
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
perbuatannya di sini jahat akan terlahirkan terbatas (http://www.parisada.org/
sebagai anjing, babi atau candela”. Tetapi index.php?option=com_content&task=view&id=769&Itemid=79).
tiada satupun dari jalan ini di mana makhluk Metode dharma wacana ini
kecil itu akan tetap berputar, dilahirkan digunakan oleh Maharsi Samkara pada
kembali dan meninggal. Jalan mereka adalah bagian Katha Upanisad, karena pada bagian
jalan yang ketiga. Dengan jalan ini ternyata ini memakai tema cerita. Dimana beliau
dunia menjadi penuh, kerena itu biarkanlah menceritakan kepada muridnya tentang
seseorang melindungi dirinya (Radhakrishnan, seorang anak Brahmana bernama Naciketa.
2008 : 332-334 ) Beliau menceritakan perjalanan Naciketa
Kelahiran kembali adalah nasib muda, kemudian bagaimana Naciketa dikirim
manusia sampai dia memproleh pengetahuan kepada Batara Yama oleh ayahnya.
yang sesungguhnya. Dengan berbuat Dengan cerita Naciketa dikirim
kebajikan dia membawa evolusinya lebih jauh. kepada Yama inilah beliau menyampaikan
Pahala perbuatan baik adalah berkembang ajaran tentang evolusi jiwa kepada muridnya
dalam lingkungan yang baik. Pahala yang “Dengarkan, aku akan menjelaskan
berkembang dalam hati yang murni adalah kepadamu rahasia Brahman, yang abadi, dan
memproleh visi yang lebih terang dari realitas. juga bagaimana keadaan jiwa setelah
Pengetahuan tentang realitas akan menuntun mencapai kematian”, bahwasanya Sang
kepada pembebasan. Jiwa sebelum Brahmana mengajarkan pengetahuan evolusi
memproleh kelahiran kembali mengalami tersebut melalui percakapan yang sangat
perolehan pahala atas hukuman perbuatannya rahasia, yang diawali dengan keberadaan akan
pada tempat yang tepat (Radhakrishnan, hukum karma, dikatakan bahwa kita terlahir
2008 : 79-80). sesuai dengan perbuatan kita. Bila seseorang
3.3 Metode Dharma Wacana bisa mengertikan dia, sebelum badan terjatuh
Dharma Wacana adalah metode dia akan bebas dari penderitaan, bila tidak
penerangan Agama Hindu yang disampaikan maka memang pantas diberikan tubuh dalam
pada setiap kesempatan Umat Hindu yang dunia ciptaan-Nya.
berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Kemudian beliau melanjutkan ajaran
Kegiatan penerangan semacam ini dimasa lalu tentang “Beberapa jiwa memasuki
disebut Upanisad. Terminologi Upanisad kandungan untuk ditubuhkan; yang lain
atau Upanisad mengandung arti dan sifatnya memasuki obyek-obyek diam sesuai dengan
yang “Rahasia”. Pada masa lalu ajaran perbuatan dan pikiran mereka”. Di sinilah
Upanisad sering dihubungkan dengan hukum karma berlaku bahwa yang terlahir
“Pawisik” yakni ajaran rahasia yang diberikan sesuai dengan segala perbuatan sebelumnya.
oleh seorang guru kerohanian kepada siswa Dan juga beliau menuyatakan bahwa “Mereka
atau muridnya dalam jumlah yang sangat yang sadar ketika yang lain tertidur,
WIDYA WRETTA
16
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
menentukan bentuk kehidupan selanjutnya. penelitian ini. Dari analisis yang di lakukan
Kelahiran kelak bagi sang jiwa adalah akibat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1).
dari perbuatan masa lalu, dan teori karma dan Secara filosofis religious pandangan para
reinkarnasi memainkan peran penting dalam maharsi terhadap keberadaan jiwa,
menentukan hal yang sama. Hukum sebab sebenarnya memiliki hakikat yang sama. Pada
akibat. Aksi reaksi berlaku juga dalam kasus intinya keberadaan jiwa di akhirat sangat
hukum karma (Sivananda, 2005 : 87). ditentukan oleh pengetahuannya (vidya),
karakter dan perbuatannya (karma) pada
Gambaran ini merupakan gambaran masa hidupnya. 2). Pemahaman masyarakat
perjalanan roh melalui punarbhawa yang tiada harus dibangun bersarkan kepada sraddha,
habisnya, sampai ketika suatu saat semua kemudian barulah dipergunakan sebuah
beban-beban yang memberatkan sang roh system, atau cara seperti yang digunakan
hilang lenyap, maka ia tidak akan jatuh lagi, oleh maharsi dalam mentransformasikan
tetapi menyatu dengan Hyang Widhi menuju konsep ajaran evolusi jiwa, tentunya juga
moksa. Dengan demikian proses reinkarnasi sangat beragam, disesuaikan dengan seni
akan terus menerus terjadi sampai akhirnya masing-masing. Cara yang digunakan, yaitu
sang jiwa memproleh tempat yang paling dengan metode dharma tula, praktik
sempurna serta manunggalnya dengan yang langsung dan metode dharma wacana.
Agung, sehingga terputusnya pula proses Konsep evolusi jiwa yang dituangkan dalam
evolusi yang selalu ada bagi setiap makhluk, metode dharma tula, diaplikasikan dengan
dalam pencapaian kemanunggalannya. mengadakan diskusi atau tanya jawab. Dan
5.Simpulan metode praktik langsung dilakukan dalam
Pendidikan Eskatologi merupakan bentuk kegitan langsung dengan memberikan
ilmu atau pengetahuan tentang hal-hal akhir contoh yang riil yang bisa dipraktikkan.
atau hal yang menyangkut realitas akhirat Sedangkan metode dharma wacana
sebagai akhir kehidupan dan reinkarnasi. penerapannya dilakukan dengan memberikan
Kematian, keberadaan jiwa di akhirat dan penjelasan dengan cara bercerita.
reikarnasi merupakan hal yang pokok dalam
WIDYA WRETTA
18
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Kembali Kepada Tuhan. Surabaya : Hindu Di Bali. Skripsi (tidak
Paramita. diterbitkan) Fakultas Ilmu Agama
Radhakrishnan, S. 2008. Upanisad- Institut Hindu Dharma Denpasar.
Upanisad Utama. Surabaya : Sukanddarramidi. 2006. Metode Penelitian
Paramita. Petunjuk Praktis Untuk Meneliti
Suamba, IB. Pt. 1994. Upanisad dalam Pemula. Ed.1-cet. 3. Jogyakarta :
Cerita dan Dialog. Cet.1. Gadjah Mada University Press.
Perpustakaan Nasional : Upada Sastra. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005.
Subagya, Tri. Y. 205. Menemui Ajal Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.
Etnografi Jawa tantang Kematian. 3 -cet.3. Jakarta : Balai Pustaka.
Cet. 1. Yogyakarta : Kepel Prees. Titib, I Made. 2006. Persepsi Umat Hindu
Snijders, Aldelbert. 2004. Antropologi di Bali Terhadap Svarga, Naraka,
Filsafat Manusia Paradoks Dan Moksa dalam Svargarohanaparva
Seruan. Jogyakarta : Kanisius. Persepektif Kajian Budaya.
Surabaya : Paramita
Sudartha, Tjok Rai. 2008. Tatwa : http://
w w w. s a r a d b a l i . c o m / e d i s i 9 7 / Titib, I Made. 1994. Untaian Ratna Sari
tatwa.htm. Diakses pada tanggal 5 Mei Upanisad. Cet.1. Denpasar : Yayasan
2009. Dharma Naradha
Suka Yasa, I Wayan.2004. Brahma Widya Wirahaji, Ida Bagus. 2007. Faktor-Faktor
Dan Kearifan Lokal Dalam Tattwa Yang Menyebabkan Manusia
Jnana. Tesis (tidak diterbitkan) Takut Menghadapi Kematian
Program Magister (S2) Ilmu Agama Menurut Pandangan Sulinggih
Dan Kebudayaan Universitas Hindu Di Denpasar. Tesis (tidak
Indonesia Denpasar. diterbitkan) Program Studi
Magister (S2) Ilmu Agama Dan
Sunarti, Ni Ketut. 1989. Tinjauan Terhadap Kebudayaan Universitas Hindu
Mati Ngulah Pati Dalam Indonesia Denpasar.
Hubungannya Dengan Agama
Sudadi
Abstrak
Secara geografis India sebagian besar dibatasi oleh pegunungan dan samodra
Hindia, yang pada masa lampau mempunyai arti penting untuk pertahanan dari kemungkinan
adanya serangan dari bangsa lain, sehingga mendorong orang India untuk menggunakan
pemikirannya dalam menatap kehidupan masa depan baginya. Keadaan seperti ini sudah barang
tentu mendorong sebagian bangsa India menggunakan kodrat kemanusiaannya yang bebas,
yaitu berupa kebebasan berpikir. Dari kebebasannya menggunakan pikiran tersebut, maka lahirlah
filsafat India yang pada hakekatnya bermasud merenungkan persoalan hidup yang lebih
mendalam. Aktifitas mereka dalam memikirkan persoalan hidup, dipilihnya tempat tempat yang
dianggap bebas dari kebisingan dan kesibukan berbagai aktifitas, seperti pertapaan pertapaan
di hutan belantara dan beberapa asrama yang telah dibuatnya.
Semua sistem filsafat di India berkembang hampir bersamaan dan berdampingan satu
sama lain, serta menampilkan suatu petunjuk buat hidup yang ideal, meskipun hal ini dengan
cara pendekatan yang berbeda beda. Namun demikian pemikiran filsafat suatu bangsa mempunyai
ciri-ciri tersendiri yang merupakan spesifikasi sesuai dengan akar budaya yang melandasinya.
Filsafat India dalam tradisi pemikirannya, mempunyai berbagai macam aliran, yang kadang
kadang antara aliran satu dengan aliran lainnya, mengandung perbedaan bahkan pertentangan,
namun mempunyai tujuan akhir sama, yaitu kelepasan. Filsafat India secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua aliran, yaitu Hinduisme dan Buddhisme.
Bila dikaji secara saksama tentang aliran Hinduisme dan aliran Buddhisme, tampak
sekali perbedaannya, maka sangat kecil kemungkinannya bahwa kedua aliran dimaksud dapat
bersatu. Namun di India kenyataannya tidak demikian, karena keduanya baik aliran Hinduisme
maupun aliran Buddhisme mampu bersatu. Hal itu secara empiris tampaknya bahwa aliran
pemikiran Buddhisme telah lenyap dari India, namun sebenarnya bahwa aliran pemikiran
Buddhisme telah diberi tempat tersendiri dalam aliran pemikiran Hinduisme. Kenyataan ini karena
ada beberapa faktor yang sebagai latar belakangnya sehingga menyebabkan aliran pemikiran
Hindiusme menerima aliran lain seperti aliran Buddhisme. Unsur-unsur aliran Buddhisme yang
dapat diterima oleh aliran pemikiran Hinduisme, yaitu antara lain prinsip cinta kasih. Prinsip
cinta kasih dimaksud, ternyata dapat mengembangkan pedoman perilaku manusia terhadap diri
sendiri, alam semesta, dan terhadap Realitas Tertinggi yang berada di luar diri manusia. Lebih
dari hal itu, kebebasan manusia juga tumbuh, kultus individu mulai turun, dan kesewenang-
wenangan tampak berkurang. Jadi pemikiran filsafat India mempunyai kecenderungan bersifat
spiritual, namun pada kenyataannya tidak mengabaikan sama sekali pada hal hal yang bersiwat
duniawi. Kenyataan ini karena pemikiran filsafat India mempunyai tujuan akhir kelepasan sebagai
kebahagiaan tertinggi, namun juga berusaha memecahkan masalah masalah yang dihadapi
manusia di dunia.
WIDYA WRETTA
20
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
A. Pendahuluan filsafat India yang pada hakekatnya bermasud
Lahirnya suatu hasil pemikiran yang merenungkan persoalan hidup yang lebih
dapat dikatakan sebagai filsafat suatu bangsa, mendalam, dan aktifitas mereka dalam
erat sekali hubungannya dengan kehidupan memikirkan persoalan hidup, dipilihnya
bangsa yang besangkutan, baik yang ada tempat tempat yang dianggap bebas dari
kaitannya dengan keadaan geografis, sosial, kebisingan dan kesibukan berbagai aktifitas,
budaya, ekonomi maupun kepercayaan. seperti pertapaan pertapaan di hutan
Begitu pula dengan timbulnya filsafat India, belantara dan beberapa asrama yang telah
yaitu keadaan geografis di India yang dibuatnya.
beragam, seperti sebagian tanahnya berupa B. Ciri-ciri Filsafat India
dataran dengan sungai sungainya yang besar, Tradisi filsafat India yang
gunung gunung yang di sela selanya terdapat berkembang di India tidak sebanyak seperti
bukit bukit dengan hutannya yang lebat, tanah yang terdapat di Barat. Semua sistem filsafat
kering berupa padang pasir, dan keadaan di India berkembang hampir bersamaan dan
cuaca yang kadang kadang membuat suhu berdampingan satu sama lain, serta
udara antara panas dan dingin perbedaannya menampilkan suatu petunjuk buat hidup yang
sangat mencolok (Ghallab M, 1950: 52). Lain ideal, meskipun hal ini dengan cara
dari itu, secara geografis India sebagian besar pendekatan yang berbeda beda. Namun
dibatasi oleh pegunungan dan samodra Hindia, demikian pemikiran filsafat suatu bangsa
yang pada masa lampau mempunyai arti mempunyai ciri-ciri tersendiri yang merupakan
penting untuk pertahanan dari kemungkinan spesifikasi sesuai dengan akar budaya yang
adanya serangan dari bangsa lain, sehingga melandasinya. Radhakrishnan (1957: XXII –
mendorong orang India untuk menggunakan XXX) menunjuk tujuh ciri yang memberikan
pemikirannya dalam menatap kehidupan masa warna dan sifat hampir seluruh filsafat India.
depan baginya. Ciri ciri filsafat India dimaksud, yaitu:
Bagi sebagian penduduk India yang a. Ciri yang mempunyai motif spiritual, yaitu
tidak semata mata dalam hidupnya cenderung motif yang mewarnai usaha filsafat India
pada persoalan duniawi, hal tersebut di atas maupun hidup pada umumnya. Hal ini
akan memberikan kecenderungan untuk dapat dilihat bahwa semua aliran
memikirkan kehidupan yang lebih tinggi, yaitu mengakui adanya esensi spiritual, kecuali
kehidupan yang didasari pada kerokhanian. aliran materialisme hedonistis yaitu
Keadaan seperti ini sudah barang tentu Carvaka. Jadi dalam hal ini penghayatan
mendorong sebagian bangsa India keagamaan dan agama amat terkait erat
menggunakan kodrat kemanusiaannya yang dengan usaha filsofis dari filsafat.
bebas, yaitu berupa kebebasan berpikir
(Bakker, 1976: 1). Dari kebebasannya b. Ciri filsafat India yang ditandai dengan
menggunakan pikiran tersebut, maka lahirlah sikap introspektif dan pendekatan
WIDYA WRETTA
22
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
yaitu, bahwa agama dan filsafat, memberikan petunjuk maupun bimbingan
pengetahuan dan perbuatan, intuisi dan kepada orang India dalam melaksanakan
pemikiran, Tuhan dan manusia, noumena segala macam kegiatannya.
dan fenomena, semua dipandang sebagai C. Aliran-aliran Filsafat India dan
dan diletakkan dalam suatu harmoni justru Perkembangannya
karena adanya tendensi sintesis ini. Jadi,
visi sintesis ini yang menyebabkan Filsafat India sejak lahir, tumbuh, dan
semua sistem dapat hidup dalam toleransi. perkembangannya memerlukan waktu yang
relatif panjang, yaitu meliputi berabad abad
Filsafat India selain mempunyai ciri ciri lamanya. Filsafat India dalam tradisi
seperti telah disebutkan di atas, juga lahir dari pemikirannya, mempunyai berbagai macam
agama Hindu, sehingga keduanya saling aliran, yang kadang kadang antara aliran satu
melengkapi. Kenyataan ini dapat dipahami, dengan aliran lainnya, mengandung perbedaan
yaitu bila agama tidak menunjukkan bahkan pertentangan, namun mempunyai
dinamikanya, maka muncullah pemikiran tujuan akhir sama, yaitu kelepasan. Filsafat
yang sifatnya filsafati, yaitu berupa kritik untuk India secara garis besar dapat digolongkan
mempertahankan kebenaran. Lebih dari itu, menjadi dua aliran, yaitu Hinduisme dan
apabila agama tidak mampu lagi memenuhi Buddhisme (Radhakrishnan, 1958: 43).
kebutuhan karena adanya perubahan jaman, Hinduisme sering disebut sebagai aliran
maka tampillah tokoh tokoh baru dengan ortodox, dalam arti bahwa pemikirannya
maksud untuk mengadakan perubahan dalam mendasarkan pada otoritas Weda, sedangkan
bidang kerokhanian (Robert C. Zaehner, Buddhisme biasa disebut sebagai aliran
1992: 69). Hal tersebut menunjukkan bahwa heterodox, yaitu suatu aliran yang
filsafat India bersifat kritis, sebab senantiasa pemikirannya tidak mendasarkan pada
mengadakan koreksi terhadap agama. otoritas Weda. Di samping dua aliran tersebut,
Sebaliknya, meskipun agama dan tradisi sosial masih ada aliran heterodox yang lain, yaitu
sangat besar pengaruhnya terhadap rakyat, Jainisme dan Carvaka, namun kedua aliran
namun tidak akan menghambat penyelidikan disebut terakhir ini di India kurang
filsafat, karena orang India mempunyai berkembang dan kurang pengaruhnya.
kebebasan untuk menggunakan pendapatnya.
Di atas juga telah disebutkan bahwa filsafat Filsafat India selain mempunyai aliran
India menekankan pada faktor subjektif, ini aliran seperti disebutkan di atas, masih banyak
berarti bahwa dalam membahas manusianya mempunyai aliran aliran lain, seperti Nyaya
sendiri bermaksud untuk meningkatkan dan Waisesika, Sankhya dan Yoga, Purva
derajat manusia sampai pada tingkat yang Mimamsa, dan Uttara Mimamsa. Meskipun
setinggi tingginya. Jadi, filsafat India dapat demikian, pada bahasan kali ini dengan
mengandung makna sebagai pengatur dalam sengaja hanya akan dikemukakan dua macam
kehidupan manusianya, dan senantiasa dapat aliran pemikiran filsafat India, yaitu Hinduisme
dan Buddhisme, karena beberapa aliran lain
WIDYA WRETTA
24
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
riil dan eksistensial. Pengertian pesimis di Jepang, Korea, Cina, dan Indonesia.
sini tidak cenderung pada sikap putus asa, Pemikiran filsafat India di negara-negara
sebab terkandung upaya mengatasinya; seperti disebutkan di atas, ternyata juga
(b). Optimistik , artinya bahwa dalam memberi warna pada pemikiran bangsa yang
hidup menolak pada hal hal yang bersifat bersangkutan.
spekulatif, dan mengesampingkan hal hal Bila dikaji secara saksama tentang
yang secara pasti tidak dapat diketahui. aliran Hinduisme dan aliran Buddhisme,
Oleh sebab itu, manusia dalam tampak sekali perbedaannya, maka sangat
membebaskan dari penderitaan, harus kecil kemungkinannya bahwa kedua aliran
bertolak dari fakta kehidupan, bukan dimaksud dapat bersatu. Namun di India
dengan ritual; (c). Pragmatik, artinya kenyataannya tidak demikian, karena
bahwa hidup adalah mengutamakan hal keduanya baik aliran Hinduisme maupun aliran
yang bermanfaat untuk mengatasi Buddhisme mampu bersatu. Hal itu secara
penderitaan. Oleh sebab itu, pengetahuan empiris tampaknya bahwa aliran pemikiran
yang bermanfaat bagi kehidupan sehari- Buddhisme telah lenyap dari India, namun
hari harus dijadikan titik tolak dalam sebenarnya bahwa aliran pemikiran
mencapai kesempurnaan; (d). Saintifik, Buddhisme telah diberi tempat tersendiri
artinya bahwa pengalaman pribadi dalam aliran pemikiran Hinduisme. Kenyataan
digunakan sebagai sarana untuk mencari ini karena ada beberapa faktor yang sebagai
hubungan sebab akibat; (e). Empiristik, latar belakangnya sehingga menyebabkan
artinya bahwa pengalaman pribadi dalam aliran pemikiran Hindiusme menerima aliran
hidupnya dijadikan sebagai sesuatu yang lain seperti aliran Buddhisme.
dianggap benar; (f). Demokratis, artinya
bahwa dalam aliran Buddhisme Faktor-faktor yang menjadi latar
mempunyai paham yang tidak belakang bahwa aliran pemikiran Hinduisme
membedakan status manusia satu dengan menerima aliran aliran lain di India seperti
yang lain dalam kedudukannya di aliran Buddhisme adalah sebagai berikut:
masyarakat; (g). Terapeutik, artinya a. Pandangan aliran Hinduisme menganggap
dalam aliran Buddhisme mempunyai bahwa sistem pandangan yang ada di
pandangan bahwa bagi pengikutnya India dilihat sebagai sesuatu yang saling
senantiasa menyembuhkan penderitaan melengkapi, sehingga hal tersebut
terhadap sesama manusia. memungkinkan adanya suatu
Pemikiran filsafat India tidak hanya kecenderungan pada visi sintesis yang
berkembang di negaranya sendiri, melainkan dapat memungkinkan adanya toleransi
juga sempat berkembang ke negara-negara intelektual dan religius terhadap adanya
lain, seperti Srilangka, Birma, Thailand, perbedaan dengan sistem-sistem yang
Vietnam, Laos, Kamboja, Tibet, Mongolia, lain. Lain dari itu, bahwa aliran Hinduisme
WIDYA WRETTA
26
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bidang mengembara sepanjang permukaan suatu praktik religius yang lebih berorientasi
bidang itu. Dengan demikian dalam panorama keluar, dan praktik meditasi yoga. Selanjutnya
dimensi kreatif pemikiran filsafat India, pada jaman Brahmana peranan Dewa
sekurang-kurangnya dapat dipahami melalui terdesak oleh korban, namun karena dalam
dimensi-dimensi sebagai berikut: kehidupan keagamaan itu mengharuskan
adanya sesuatu yang diperTuhan, maka
timbullah banyak Dewa baru yang dipandang
1. Dimensi Ontologis. memiliki kasamaan sifat, sehingga muncullah
Ontologi adalah cabang filsafat yang pandangan bahwa segala sesuatu berasal dari
membicarakan tentang yang ada dan yang ada satu asas (monisme). Pada jaman ini yang
ini akan membuahkan pengetahuan manusia, dianggap sebagai sebab pertama dari segala
seperti Tuhan (Surajiyo, 2008: 151). Oleh sesuatu yang ada yaitu Brahman atau
sebab itu, dalam hal ini dimensi ontologis Prajapati. Oleh sebab itu pada jaman
dalam pemikiran filsafat India mengacu pada Brahman yang dianggap sebagai realitas
keberadaan Tuhan, sebab bagi masyarakat tertinggi adalah Brahman atau Prajapati.
India, perihal keyakinan dan ketaatan kepada Perkembangan selanjutnya adalah jaman
Sang Tunggal merupakan dasar, tujuan, dan Upanisads, yaitu merupakan penyempurnaan
jiwa dari pandangan kefilsafatnnya dari Pantheisme, sehingga Brahman dianggap
(Boekhandel Bing Sien, 1939: 30). Hinduisme sebagai asas alam semesta, sedangkan Atman
dalam pemikiran filsafatinya memiliki berbagai merupakan asas hidup manusia. Hal ini juga
macam istilah untuk menyebutnya, seperti ditegaskan oleh Suwandi Sandiwan Brata
untuk menyebut hakekat Realitas Tertinggi (dalam Jelajah Hakikat Pemikiran Timur,
sebagai yang diperTuhan, dan hal tersebut 1993: 23) yang mengatakan bahwa puncak
senada dengan yang dikatakan oleh Lin Yu- penemuannya adalah tersingkapnya sayasca
Tang (1949) bahwa pada dasarnya rakyat ayam purusa yasca ditye sa ekah
India cinta terhadap Tuhan. (Indonesia: dia yang ada dalam manusia dan
dia yang ada dalam matahari adalah satu), dan
Pada jaman Weda Kuno, orang India
bahwa Satyam Brahman (Inggris: the True
menyembah kepada para Dewa, karena
Brahman) adalah ahah (Indonesia: cahaya)
merekalah yang dianggap dapat menolong
di dalam matahari dan aham (Indonesia:
manusia, sehingga Dewa inilah yang sangat
saya) di dalam manusia. Lebih tegasnya oleh
dihormati. Hal senada seperti dikatakan oleh
L. D. Barnett (1913: 27) disebutkan bahwa
Suwandi Sandiwan Brata (dalam Jelajah
Brahman dan Atman adalah sebagai Tuhan
Hakikat Pemikiran Timur, 1993: 22) bahwa
dan Jiwa. Akhirnya, pada jaman bangkitnya
dalam pelacakan peradaban Mahenjo Daro
aliran pemikiran Hinduisme sesudah masa
(th. 4000 SM) disebutkan telah ditemukan
Buddhisme, muncul pula para dewa, namun
semacam pemujaan terhadap dewa dewa,
dari mereka yang ada itu hanya ada satu yang
seperti dewi kesuburan, hal ini merupakan
dianggap tertinggi, sedang yang lain sebagai
WIDYA WRETTA
28
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bagaimana aka terhadapNya. Akan tetapi perkembangan lebih lanjut bahwa
sebaliknya, bahwa dengan mengetahui anggapannya itu, meskipun menyenangkan,
siapakah aku, maka akan dapat diketahui pula tetapi tidak memuaskan dan tidak
Realitas Tertinggi. Pemikiran seperti memberikan kebahagiaan. Memerka
disebutkan dalam dimensi epistemologi ini, memandang bahwa kenikmatan di dunia ini
dalam filsafat Hinduisme didasarkan pada merupakan nilai duniawi yang sifatnya
suatu anggapan bahwa masalah kejadian alam sekunder, kerena itu dicarinya kenikmatan
semesta dan isimya adalah melalui proses yang lebih tinggi; (b). Dharma, artinya suatu
emanasi (pelimpahan). bentuk realitas yang membuat segala sesuatu
Sedangkan dimensi epistemologi menjadi sebagaimana adanya, atau sesuatu
dalam pemikiran filsafat Buddhisme, yang mengatur alam semesta dalam suatu
disebutkan bahwa pada tubuh manusia tatanan kosmis dan mengatur manusia dalam
terdapat mata, telinga, lidah, hidung, peraba, suatu tatanan moral. Atas dasar arti seperti
dan roh (Fernandes, 1990: 69). Oleh sebab telah disebutkan, maka dharma dipandang
itu unsur unsur yang telah disebutkan itu sebagai suatu “hukum tang abadi” atau
kontak dengan objek objek secara mekanis “hukum yang kekal”. Lebih dari hal itu,
yang kemudian membentuk pengertian atau dharma juga dapat diartikan kejujuran,
gambaran rohani yang disebut pengetahuan. ketulusan hati, tidak merugikan orang lain,
Dan sebagai catatan dalam dimensi kebersihan, kesabaran, dan cinta kasih; (c).
epistemologis pemikiran filsafat Buddhisme Reinkarnasi, artinya adalah suatu
menyebutkan bahwa yang diketahui oleh kepercayaan tentang kelahiran kembali, dan
manusia adalah bersifat sementara. kepercayaan ini diterima oleh semua sistem
filsafat India. Yang dipandang bukan sebagai
3 . Dimensi Aksiologis dogma, melainkan sebagai fakta eksistensi.
Jika dipahami secara dimensi Hidup yang tidak baik dapat juga menuju
aksiologis, maka pemikiran filsafat Hinduisme reinkarnasi, namun ke dalam taraf hidup yang
mengandung beberapa kebenaran yang lebih rendah, akan tetapi sebaliknya yaitu bila
hampir tidak pernah dipermasalahkan, sebab hidupnya baik, maka dapat menuju ke suatu
kebenaran tersebut mempunyai nilai nilai yang eksistensi yang baik pula. Jadi, prinsipnya
sangat urgen, yaitu berupa: (a). Kama, artinya bahwa reinkarnasi didasarkan pada struktur
suatu kenikmatan atau kesenangan duniawi. moral secara alamiah; (d). Karma, artinya
Filsafat Hinduisme secara implisit maupun adalah suatu keyakinan bahwa setiap
eksplisit sama sekali tidak menganggap bahwa perbuatan akan memperoleh akibat sesuai
kenikmatan atau kesenangan di dunia ini dengan perbuatan yang telah dilakukan.
merupakan tujuan tertinggi. Pada awalnya Intinya bahwa karma adalah merupakan
para penganut pamikiran filsafat Hinduisme “penaburan dan panenan” (John
mempunyai anggapan, yaitu bahwa kehidupan Tondowidjojo, 1983: 18). Karma pada
dalam dunia ini menyenangkan, prinsipnya mengandung pengertian bahwa
WIDYA WRETTA
30
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bahwa tingkah laku manusia harus didasarkan itu bagian yang tidak tampak inilah yang disebut
pada maksud yang suci; (e). Hidup yang jiwa yang tidak dapat mati atau kekal.
benar, artinya bahwa manusia harus Sedangkan pada jaman Upanisad, manusia
mempunyai tujuan yang serasi, selaras, dipandang terdiri dari dua hal juga, namun dua
seimbang dan simultan antara aspek lahir dan hal dimaksud adalah badan jiwa yang mengalir
batin; (f). Usaha yang benar, artinya bahwa dari Brahman (dalam filsafat Barat proses ini
manusia harus disiplin, menentang segala disebut Emanasi). Pendek kata bahwa
macam bentuk kejahatan dan mengutamakan manusia pada hakekatnya adalah Brahman,
kebajikan; (g). Pikiran yang benar, artinya artinya bahwa manusia sebagai mikrokosmos
bahwa bagi manusia kesadaran diri merupakan yang di dalamnya mengandung makrokosmos.
unsur yang penting dalam mencapai kelepasan; Hal senada juga dapat dilihat dalam
(h). Samadhi atau pemusatan pikiran epos Ramayana yang di dalamnya tersirat
yang benar, artinya bahwa manusia dapat bahwa manusia sebagai makluk yang terdiri
mengenal diri sendiri tentang kebenarannya dari jiwa dan raga. Jiwa manusia tidak dapat
melalui meditasi dan samadhi, sehingga melalui mati, dan tidaklah berhenti dari kelahiran
cara demikian kelepasan akan dapat tercapai. kembali adalam arti reinkarnasi, namun untuk
(C). Sangha adalah suatu perkumpulan para kebahagiaannya secara eksistensial adalah di
rahib (imam = bhiksu) yang dipandang dapat Nirwana. Oleh sebab itu ketakutan akan
menciptakan suasana kerokhanian. Peranan kehilangan Nirwana dapat sebagai motivasi
Sangha sangat penting, sebab amat dibutuhkan dan mengatur tingkah laku manusia. Dan yang
dalam Buddhisme merealisasikan ajarannya. perlu diketahui juga bahwa manusia itu tetap
Hal ini ditegaskan pula oleh To Thi Anh (1984: mempunyai rasa ketergantungan, namun
29) bahwa dalam filsafat Buddhisme memuat ketergantungan dimaksud seperti dikatakan
nilai nilai kemasyarakatan yang tinggi, sehingga oleh Suparlan Suhartono (dalam Dasar-dasar
mendorong moralitasnya untuk memberikan Filsafat, 2007: 12), yakni bahwa
sumbangan bagi proses humanisasi di Timur. ketergantungan manusia kepada Sang
4. Dimensi antropologis Pencipta itu bukanlah semata-mata, melainkan
ketergantungan yang ber-keluluasaan.
Pemikiran filsafat India dalam dimensi
antropologis tampak sekali bahwa Lain halnya dengan yang tersirat
pandangannya tentang manusia menyebutkan, dalam epos Mahabarata. Dalam Mahabarata
bila jiwa manusia tidak dapat mati, maka dijelaskan bahwa manusia dipandang sebagai
manusia dalam kehidupannya harus berbuat makluk yang terdiri dari dau hal, yaitu roh dan
baik, agar jiwanya kembali bersamaNya. raga. Hubungan antara roh dan raga adalah
Pada masa Brahmana disebutkan bahwa yang menyebabkan adanya suatu aktivitas,
manusia terdiri dari dua hal, yaitu pertama namun aktivitas itu tetap merupakan milik
adalah bagian yang tampak, dan yang kedua raga, sedangkan roh hanya merupakan
adalah bagian yang tidak tampak, oleh sebab penonton.
WIDYA WRETTA
32
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
1981: 114). Oleh sebab itu sebagai DAFTAR PUSTAKA
konsekuensinya bagi negeri India adalah
menciptakan lapangan kerja yang memadai,
sehingga kemiskinan dan pengangguran dapat Ananda K., Comaraswamy, and Sister
berkurang. Nevedita, 1967, Myth of The Hindus
and Buddhist, New York, Dover
India menyadari akan suramnya Publications
prospek perekonomian negara, maka tampillah
pemikiran baru dari aliran Neo Gandhiiis yang Bakker, Y.W.M., SY., 1976, Filsafat Timur,
ingin kembali kepada cita cita Mahatma Yogyakarta, Institut Filsafat Teologi
Gandhi, yaitu “plain living and high Barnett, L. D., 1913, The Hearth of India,
thingking” (Indonesia: pemikiran yang luhur London, John Murray
dan kehidupan sederhana) dengan paradigma
Bertens, K., Sejarah Filsafat Yunani,
baru. Untuk mewujudkan di India yang
Yogyakarta, Penerbit Kanisius
pemikirannya secara filosofis, yaitu lebih
mengutamakan tujuan spiritual daripada tujuan Boekhandel “Bing Sien”, 1939, India Soetji,
material. Surabaya
F. Kesimpulan Conny R. Semiawan, dkk., 1988, Dimensi
Kreatif Dalam Filsafat Ilmu,
Selayang pandang tentang dimensi
Bandung, Penerbit Remaja Karya
kreatif pemikiran filsafat India menunjukkan
bahwa filsafat India mempunyai kecenderungan Fernandes SVD., Stephanus Oziah, 1990,
bersifat spiritual, namun pada kenyataannya Citra Manusia Budaya Timur dan
tidak mengabaikan sama sekali pada hal hal Barat, Flores, Penerbit Nusa Indah
yang bersiwat duniawi. Kenyataan ini karena Frans Vreede, 1953, A Short Introduction
filsafat India mempunyai tujuan akhir kelepasan to The Essential of Living Hindu
sebagai kebahagiaan tertinggi, namun juga Philosophy, London, Oxford
berusaha memecahkan masalah masalah yang University Press
dihadapi manusia di dunia. Jika dilihat bahwa
Pancasila yang menjadi falsafah bangsa Ghallab, M., 1950, Filsafat Timur, Medan,
Indonesia di dalamnya antara lain terkandung Penerbit Saiful
nilai kerokhanian, maka menunjukkan bahwa Harun Hadiwijono, 1971, Agama Hindu dan
antara filsafat Pancasila dan pemikiran yang Buddha, Jakarta, BPK Gunung Mulia
terkandung dalam filsafat India, bisa ada titik
==============, 1971, Sari Filsafat
singgungnya, meskipun tidak seluruhnya. Titik
India, Jakarta, Badan Penerbit Kristen
singgung dimaksud antara lain adalah adanya
persamaan, yaitu menunjuk pada nilai yang Honig, A. G., 1959, Ilmu Agama, Jakarta,
sifatnya rokhani. Badan Penerbit Kristen
WIDYA WRETTA
34
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
PERKEMBANGAN DESA WISATA
DI DESA PAKRAMAN SUMAMPAN, GIANYAR
Oleh:
I WAYAN SUBRATA
KADEK PARSINI
ABSTRAK
Bali dengan wilayah yang sangat sempit, tersedia potensi kepariwisataan
yang sangat besar dengan beraneka ragam keunikan, seperti upacara keagamaan,
adat istiadat, budaya, seni dan keindahan panorama alam serta flora fauna yang
sangat memikat kunjungan wisatawan ke Bali. Perkembangan dunia pariwisata
sudah memasuki daerah-daerah pedesaan. Masing-masing desa sudah mulai
memperkenalkan potensi desanya, salah satunya Desa Pakraman Sumampan.
Dalam hal ini daya tarik yang dimiliki oleh Desa Pakraman Sumampan diantaranya
letak georafis yang strategis, dekat dengan objek wisata dan fasilitas akomodasi
yang cukup memadai. Pengaruh Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Religius
di Desa Adat Sumampan secara tidak langsung mulai berkembang, dikarenakan
perekonomian masyarakat lokal yang mulai mebaik, pelaksanaan kegiatan seni,
budaya, agama pun mengalami peningkatan baik ke arah positif maupun negatif.
Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab permasalahan: (1) Apakah landasan
hukum adanya desa wisata di Desa Pakraman Sumampan?, (2) Bagaimana
pengaruh desa wisata terhadap kehidupan sosial religius masyarakat di Desa
Pakraman Sumampan?, (3) Manfaat apakah yang dirasakan oleh masyarakat
terhadap keberadaan desa wisata di Desa Pakraman Sumampan?. Tujuan Penelitian
ini adalah: (1) Untuk mengetahui landasan hukum adanya desa wisata di Desa
Pakraman Sumampan, (2) Untuk mengetahui pengaruh desa wisata terhadap
kehidupan sosial religius masyarakat di Desa Pakraman Sumampan, (3) Untuk
mengetahui Manfaat apakah yang dirasakan oleh masyarakat terhadap keberadaan
desa wisata di Desa Pakraman Sumampan. Teori yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian ini adalah teori sistem hukum, teori fungsional
struktural, dan teori nilai.
Penelitian ini berbentuk rancangan kualitatif. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik observai, wawancara, dan kepustakaan. Setelah data
terkumpul, data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif interpretative.
Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh simpulan sebagai hasil penelitian
sebagai berikut: 1) Landasan adanya desa wisata di Desa Pakraman Sumampan
Undang-Undang No. 10 pasal 4 dan 5 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, Undang-
WIDYA WRETTA
36
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kemajuan ekonomi dan pembinaan serta diantaranya letak georafis yang strategis,
pengembangan kebudayaan membuka dekat dengan objek wisata danfasilitas
peluang dan prospek yang cukup baik bagi akomodasi yang cukup memadai.
perkembangan desa wisata karena potensi Perkembangan desa wisata di Desa
dan kondisi lingkungan sosial sangat Pakraman Sumampan sudah mulai
mendukung.Dampak positif yang dapat berkembang dari tahun 2008 dan
dirasakan masyarakat dalam bidang ekonomi dicanangkan pada tahun 2011 sebagai desa
adanya peningkatan pendapatan perkapita sadar budaya sampai saat ini.Hal tersebut
masyarakat meningkat.Keuntungan dengan juga diperkuat dengan UU. Otonomi Daerah
adanya objek wisata, dibangun berbagai nomor 22 tahun 1999 yang diberlakukan
kemudahan untuk menjangkau lokasi, seperti mulai tahun 2000 menjelaskan bahwa
pembangunan jalan, transportasi yang lancar, pembangunan akan lebih difokuskan di daerah
penginapan, kios-kios penjual cinderamata pedesaan melalui program PIR (Pariwisata Inti
dan lain-lainnya. Disamping itu akan membuka Rakyat) dibuat oleh Departemen Pariwisata.
wawasan yang lebih mantap bagi masyarakat Pembangunan desa wisata dilakukan untuk
tentang dunia luar, terutama pada daerah optimalisasi pariwisata pedesaan.Demi
domisili wisatawan dan berkembangnya mendukung program pemerintah dalam
konsep tentang globalisasi kebudayaan yang pembangunan maka dijadikanlah Desa
pada hakekatnya akan menyebabkan interaksi Pakraman Sumampan sebagai desa wisata.
dinamis yang sangat mantap antara wisatawan
dengan masyarakat setempat. Perkembangan desa wisata di Desa
Adat Sumampan telah memberikan pengaruh
Seiring dengan perkembangan dunia positif dan negatif terhadap kehidupan sosial
pariwisata yang begitu pesat telah religius masyarakat lokal. Pengaruh positif
mempengaruhi pola hidup masyarakat Bali. yang timbul antara lain: pelestarian budaya,
Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif adat istiadat, cara beryadnya, cara hidup,
maupun negatif .Pengaruh positif bagi kesenian, penyediaan lapangan pekerjaan dan
masyarakat Bali adalah semakin terpenuhinya membangkitkan perekonomian masyarakat
kebutuhan sehari-hari.Pengaruh negatif dari lokal. Sedangkan pengaruh negatifnya antara
perkembangan pariwisata adalah mulai lain: menyempitnya lahan pertanian yang
ditinggalkannya tradisi leluhur yang telah disebabkan oleh keinginan masyarakat yang
memberikan ciri khas dari masyarakat Bali. berbondong-bondong membangun villa atau
Perkembangan dunia pariwisata sudah guest house. Berkembangnya yadnya yang
memasuki daerah-daerah pedesaan.Masing- berlebihan, misalnya: beryadnya sekarang ini
masing desa sudah mulai memperkenalkan lebih mengutamakan kemeriahan dan
potensi desanya, salah satunya Desa kemegahan baik dari segi hiasan rumah,
Pakraman Sumampan.Dalam hal ini daya tarik seragam upacara, hiburan saat upacara,
yang dimiliki oleh Desa Pakraman Sumampan makanan minuman,dsb.
WIDYA WRETTA
38
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Puri di Negara Batuan tahun 1783 atau tahun Desa Adat Sumampan, yang sekarang
1861 masehi. ditetapkan dengan nama Desa Adat
Dari Tahun 1783 sebenarnya sungai Sumampan.
Petanu dibagi menjadi dua yaitu: dari tepi laut 2.3 Letak Geografis
Gumicik sampai wilayah Medahan yang Desa Pakraman Sumampan dengan
dikuasai oleh Ida I Dewa Agung Karang yang posisi memanjang dari selatan keutara dengan
tinggal di Puri Negara Batuan Disisinya luaas 4,5 km2 adalah salah satu Desa dari 12
dibatasi oleh sungai Petanu, disisi selatan (dua belas) Desa di Kecamatan Sukawati,
dibatasi oleh Sungai Ayung. Ida I Dewa Agung Kabupaten Gianyar dengan batas-batas
Panji yang tinggal di Puri Peliatan menguasai sebagai berikut :
dari Desa Sumampan, Batu sepih sampai
kedaerah Batur, batas di sisi utara sungai -Sebelah Utara : Desa Peliatan
Petanu batas disisi selatan Sungai Ayung, -SebelahTimur : Sungai Petanu Desa
tahun 1812 atau tahun 1890 masehi dan Blahbatuh
berubah menjadi batu yaitu Ida I Dewa Agung -Sebelah Selatan : Desa Sukawati, Desa
Negara yang bernama Ida Cokorda Oka Batuan Kaler
Karang kepada Ida Cokorda Gede Sukawati -Sebelah Barat : Desa Mas
yang tinggal di Puri Peliatan. Dengan luas wilayah 734 Ha walaupun
Pada Tanggal 30 Agustus 1890 Puri alih fungsi lahan pertanian sangat marak tetapi
Peliatan diserang oleh Puri Negara, tempat luas lahan pertanian yang terhampar sebagai
perang di sawah subak “penambenan” dan lahan hujan masih 250 ha, lahan pertanian
akhirnya kalah Ida Cokorda Gede Sukawati tersebut terbagi kedalam 14 (empat belas
di Subak Penambenan , Semenjak Ida subak) di Kecamatan Sukawati seperti :
Cokorda Sukawati menjadi inget Ida 1. Subak Tegenungan
Cokorda Karang dikutuk menjadi prasda 2. Subak Wasan Desa Kemenuh
Ida diserang oleh pasukan Peliatan dan 3. Subak Uma Jero Kemenuh
akhirnya Ida meninggal di Penambenan. 4. Subak Pengiyangan
Tanggal 18 Januari 1891 masehi Puri Negara 5. Subak Gunung Sari
diserang dan dibakar oleh pasukan Peliatan 6.Subak Tebe
sebagai akhir pasukan Peliatan Ida Cokorda 7.Subak Alas
Gede saking Puri Ubud. Jadi wilayah yang 8.Subak Enggong
dikuasai oleh Puri Negara diambil alih oleh 9.Subak Tengkulak
Ida Cokorda Puri Peliatan disaat itulah 10.Subak Gandalangu
dijadikan satu jagat Medahan dijagat 11.Subak Bedulu
Sumampan dan Batu Sapih dan dijadikan satu 12.Subak Sekembang
Desa Adat yang bernama Desa Adat 13.Subak Kemenuh
Sumampan sampai sekarang, yang dinamakan 14. Subak Babakan Kepuh
WIDYA WRETTA
40
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
- Jarak Desa Pakraman Sumampan Ke Tabel 2
Sanur : 25 Km Keadaan Penduduk Menurut Umur
Berdasarkan jarak tempat seperti
di atas dan ditunjang dengan kualitas jalan
serta modal transportasi yang memadai
adalah peluang yang sangat besar untuk
Sumampan memacu kegiatan
pembangunannya.
2.4. Kependudukan, Pendidikan dan
Mata Pencaharian
Penduduk memiliki pengaruh yang
sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan pembangunan, sehingga
penduduk merupakan sumber daya sebagai
salah satu faktor penentu pembangunan,
berhasil tidaknya pembangunan tersebut
tergantung dari kwalitas sumber daya
Sumber: Desa Sumampan, 2013
manusia masing-masing desa.
Penduduk berdasarkan gender
pada tahun 2013 adalah 4702 orang laki- Berdasarkan data di atas,
laki dan 4606 orang perempuan. Pada tahun diketahui bahwa keadaan penduduk
2013 menjadi 9308 orang dan pada tahun menurut umur di Desa Pakraman
2014 laki-laki 4917 orang dan 4822 orang Sumampan usia 15-56 Tahun merupakan
wanita, yang jumlahnya 9739 itu artinya warga atau karma yang aktif dalam
telah terjadi peningkatan dengan kenaikan kegiatan baik untuk desa pakraman serta
yaitu 431 orang atau 4,6 %. untuk kegiatan yang lain dalam kegiatan
untuk mewakili dalam kegiatan sosial
Jumlah Kepala Keluarga di Desa lainnya. Sedangkan usia 0-12 Bulan berada
Pakraman Sumampan tahun 2013 : 1861 paling rendah namun demikian tingkat
KK sedangkan tahun 2014 berjumlah 1964 kesehatan balita sangat diperhatikan
KK, dengan rata-rata setiap keluarga dihuni dengan adanya kegiatan posyandu.
oleh 5 orang. 126,8 jiwa/km2 (setiap
kilometer persegi) tahun 2013, dan 133 jiwa/
km2 pada tahun 2014.
WIDYA WRETTA
42
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.5 Landasan Adanya Desa Wisata di hingga pada saat itu Desa Pakraman
Desa Pakraman Sumampan Sumampan diakui keberadaan pariwisata oleh
Di era yang semakin maju semakin provinsi Bali.Desa Pakraman Sumampan yang
pula banyak cara dan strategi untuk awalnya menjadi tujuan wisata berubah
mengangkat potensi wisata di suatu daerah. menjadi desa wisata sampai saat
Masing-masing daerah memiliki kekhasan atau ini.Berkembangnya desa wisata di Desa
penonjolan karakteristik alam maupun sosio Pakraman Sumampan juga berimbas kepada
kultural dan aspek lainnya.Desa memiliki ekonomi masyarakat menjadi lebih baik
segudang potensi yang bisa diangkat menjadi karena antusias masyarakat dalam
komoditas dan dipoles dengan manajemen menyambut perubahan sangat tinggi dan
strategi yang tepat untuk menjadi desa wisata. dorongan untuk memajukan Desa Pakraman
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Sumampan agar dikenal oleh dunia menjadi
kepariwisataan berbunyi Pariwisata adalah kenyataan.Ketut Lasia (Wawancara, 10
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung Agustus 2016).
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang Sesuai dengan Undang-Undang
disediakan masyarakat, pengusaha, Tahun 2009 Pasal 4, kepariwisataan bertujuan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk:
.Landasan desa wisata yang diperkuat dengan a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
dikeluarkannya Undang-Undang No 10 b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
Tahun 2009 tentang kepariwisataan c. menghapus kemiskinan;
menjadikan Desa Pakraman Sumampan d. mengatasi pengangguran;
mampu bersaing dengan desa yang lainnya. e. melestarikan alam, lingkungan, dan
Ketut Karsana (Wawancara, 19 Juli 2016). sumber daya;
Perkembangan desa wisata di Desa f. memajukan kebudayaan;
Pakraman Sumampan juga diperkuat dengan g. mengangkat citra bangsa;
dikeluarkannya Undang-Undang Otonomi h. memupuk rasa cinta tanah air;
Daerah No. 22 Tahun 1999 yang i. memperkukuh jati diri dan kesatuan
menekankan kepada pembangunan yang bangsa; dan
lebih difokuskan di daerah pedesaan melalui j. mempererat persahabatan antarbangsa.
program PIR (Pariwisata Inti Rakyat) dibuat Tujuan pariwisata sesuai dengan
oleh Departemen Pariwisata dan mulai Undang-Undang No. 10 Tahun2009 Pasal
dijalankan pada tahun 2000. Dulunya Desa 4 secara tidak langsung sudah diterapkan oleh
Pakraman Sumampan merupakan tujuan Desa Pakraman Sumampan untuk memajukan
wisata, karena adanya Pokdarwis (kelompok desa khususnya dalam bidang kepariwisataan.
desa wisata) yang diketuai oleh Bapak Sila, Karena komitmen yang dimiliki oleh Desa
Desa Pakraman Sumampan mengikuti lomba Pakraman Sumampan sangat tinggi dalam
dan berhasil meraih juara I di tingkat Nasional, menyamakan pendapat, persepsi dan
WIDYA WRETTA
44
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
agama Hindu. Hubungan harmonis antara jika desa tersebut memiliki peninggalan-
manusia dengan manusia diwujudkan dalam peninggalan yang mempunyai nilai sejarah
sikap sosial di masyarakat yang mampu yang tinggi atau situs sejarah/prasejarah bisa
meningkatkan Sumber daya manusia (SDM) menjadi tujuan wisata sejarah desa. Bahkan
yang lebih baik.Hubungan yang harmonis jika desa itu memiliki keunggulan hasil bumi
antara manusia dengan lingkungan dapat atau hasil laut misalnya pertanian, perkebunan,
dilihat dari penataan ruang di Desa Pakraman perikanan dan lain-lain (contoh wisata petik
Sumampan yang hijau dan asri yang menjadi apel, petik strawberry, petik tomat, cabai dan
daya tarik wisatawan asing datang ke Desa sayuran lain). Dunia wisata dalam kekinian
Pakraman Sumampan. Lingkungan yang asri banyak mengalami perkembangan yang
dan hijau merupakan aset utama dalam cukup signifikan.Apapun bisa dijadikan wisata
pembangunan desa wisata, sehingga Desa yang mendatangkan keuntungan ekonomi bagi
Pakraman Sumampan sadar akan kebersihan warga sekitar, asal jeli melihat dan
dan penataan lingkungan. Desa Pakraman memanfaatkan peluang.Sunarta (Wawancara,
Sumampan juga membentuk bank sampah 19 Juli 2016).
yang bertujuan mengurangi sampah plastik
Di dalam pengembangan suatu desa
demi terwujudnya Desa Pakraman
menjadi desa wisata, disamping identifikasi
Sumampan clean and green. Nyoman
terhadap unsur-unsur yang ada di desa,
Parwata (wawancara, 25 Juli 2016).
penentuan desa wisata juga harus diimbangi
dengan pemahaman karakteristik serta
2.6 Pengaruh Desa Wisata Terhadap tatanan budaya masyarakat. Hal ini
Kehidupan Sosial Religius Masyarakat dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan dalam
di Desa Pakraman Sumampan pengembangan aspek perekonomian desa
tersebut. Wilayah yang bisa dikembangkan di
Setiap desa memiliki potensi untuk desa wisata adalah wilayah yang baik dari segi
dijadikan komoditas wisata unggulan. ekonomi, sosial religius, sosial budaya,
Keindahan dan keunikan alam akan menjadi lingkungan fisik alam,mempunyai ciri khas
wisata alam. Jika desa tersebut memiliki yang non urban, dan mempunyai ciri
keunikan tradisi dan budayanya bisa menjadi kehidupan tradisional yang unik. Di Desa
destinasi wisata budaya.Jika desa tersebut Pakraman Sumampan pengaruh desa wisata
memiliki menu makanan dan minuman khas terhadap kehidupan sosial religius masyarakat
tradisional yang unik baik dari bahan, rasa dan sangat baik.Pengaruh pariwisata banyak
penyajiannya, bisa dijadikan destinasi wisata memberi dampak positif khususnya dalam
kuliner desa.Jika desa tersebut memiliki bidang sosial religius.
kerajinan-kerajinan khas dan unik bisa
menjadi destinasi wisata suvenir desa.Atau
WIDYA WRETTA
46
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Foto 4.3 warga asing merasa dihargai dan dihormati
Wisatawan Ikut Terlibat Dalam tinggal di Desa Pakraman Sumampan.
Persembahyangan di Pura Dengan terlibatnya warga asing dalam
pementasan fragmentari, maka masyarakat
Desa pakraman Sumamapn dirasa terbuka
untuk kedatangan wisatawan. Dengan
demikian wisatawan yang datang ke Desa
Pakraman Sumampan dan melihat secara
langsung pementasan fragmentari yang
dilakukan maka wisatawan tersebut akan
merasa lebih nyaman dan nantinya bisa
menyampaikan pesannya kepada wisatawan
yang lain terhadap keindahan budaya yang
Pengaruh lain desa wisata terhadap dimiliki Desa Pakraman Sumampan dan dapat
kehidupan sosial religius yang dapat dirasakan menarik minat wisatawan lain untuk
yakni dengan adanya desa wisata ekonomi berkunjung ke Desa Pakraman Sumampan.
desa menjadi lebih stabil dan pada saat
pelaksanaan upacara piodalan di pura-pura
masyarakat tidak lagi meturunan (iuran) Foto 4.4
untuk melaksanakan upacara piodalan, karena Wisatawan Asing Ikut Terlibat Dalam
iuran villa dan home staydikumpulkan oleh Kegiatan Fragmentari Pada Hari Raya
pengurus desa untuk kegiatan upacara dan Pengrupukan
kesejahteraan masyarakat di Desa Pakraman
Sumampan.Nyoman Parwata (Wawancara,
25 Juli 2016)
Dengan adanya desa wisata di Desa
Pakraman Sumampan maka setiap sehari
menjelang hari raya penyepian masyarakat
merayakan hari raya pengrupukan dengan
diselingi fragmentari ogoh-ogoh yang
dijadikan daya tarik oleh masyarakat Desa
Pakraman Sumampan untuk menarik warga
asing datang ke Desa Pakraman
Sumampan.Peserta dari kegiatan fragmentari
juga melibatkan warga asing yang tinggal di
Pariwisata budaya yang dijiwai
Desa Pakraman Sumampan, hal ini membuat
agama Hindu dengan aktualisasi masyarakat
WIDYA WRETTA
48
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Sumampan agar tidak memudarnya nilai-nilai diterima oleh masyarakat yang lambat laun
agama yang terkandung di dalamnya maka merubah budaya lama”. Dari pendapat tersebut
masyarakat berinisiatif mengingatkan jelas bahwa dampak yang ditimbulkan oleh
warganya untuk melakukan puja trisandhya globalisasi terhadap masyarakat sangat
sebanyak tiga kali dalam sehari dengan dominan sekali. Permasalahan yang dihadapi
memutar kasetpuja trisandhya.Hal ini dirasa sekarang adalah proses Modernisasi yang tidak
penting karena pengaruh dunia barat di tengah bisa dibendung, akibat dari modernisasi
gencarnya arus perkembangan pariwisata tersebut adalah terjadinya proses perubahan
mampu merubah sikap dan prilaku sosial dan budaya di tiap daerah yang
masyarakat.Karena arus moderenisasi melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai dan
segalanya di ukur dengan materi hal tersebut kebudayaan, maka dari itu kita harus
membuat pentingnya mengingatkan warganya menyadari dan memahami, bahwa manakala
untuk melakukan puja trisandhya agar salah satu aspek atau unsur sosial atau
kewajibannya sebagai umat Hindu tidak kebudayaan mengalami perubahan, maka
dilupakan. Ketut Lasia (Wawancara, 25 Juli unsur-unsur yang lainnya yang telah berubah
2016). terlebih dahulu. Karena itu mesti dipahami dan
Globalisasi suatu proses luluhnya disadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam
batas batas bangsa seakan tanpa batas masyarakat bersangkutan ada yang
merasuk dan membuat unsur-unsur budaya berkualifikasi norma dan nilai. Ketut Karsana
luar masuk atau merembes dengan mudah ke (Wawancara, 20 Juli 2016).
budaya suatu masyarakat dewasa ini. Dalam Secara sosial pengaruh negatif dalam
hal ini aspek yang terpengaruh adalah segi prilaku seringkali interaksi antara
kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, penduduk lokal dengan wisatawan secara
kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai tidak langsung mempengaruhi masyarakat
(value ) yang dianut oleh masyarakat ataupun setempat terutama generasi muda mulai suka
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat minum-minuman keras, terjadi gesekan-
terhadap berbagai hal, atau kebudayaan juga gesekan seperti pertengkaran antar pemuda
dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang maupun masyarakat karena pengaruh
mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan minuman alkohol. Untuk meminimalisir
hasil kelakuan. Dimana hal hal tersebut terjadinya tindakan sosial di masyarakat maka
terwujud dalam kesenian tradisional kita.Oleh desa adat membuat awig-awig dan pararem
karena itu nilai-nilai maupun persepsi atas persetujuan bersama bahwa setiap
berkaitan dengan aspek aspek kejiwaan atau tindakan yang mengancam keamanan di
psikologi dan sosial religius. Dampak lingkungan Desa Pakraman Sumampan
globalisasi terhadap masyarakat menurut dikenakan sangsi adat berupa “Mecaru” di
Yunan dkk (1996:140)”goncangan budaya setiap pura Khayangan Tiga dan di tempat
yang ditimbulkan oleh masuknya budaya baru terjadinya tindakan kekerasan.
WIDYA WRETTA
50
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
meningkatkan pendapatan daerah dalam mudah memahami apa yang mereka lihat, apa
rangka meningkatkan kesejahteraan dan yang mereka rasakan. Pembangunan
kemakmuran rakyat, juga memperluas dan pariwisata yang manfaatnya langsung dapat
memeratakan kesempatan berusaha dan dirasakan oleh masyarakat akan menciptakan
lapangan kerja serta mendorong iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan
pembangunan daerah. Untuk itu sudah berkembangnya sadar wisata dikalangan
selayaknya pariwisata dapat dijadikan masyarakat.
alternatif penggerak perekonomian hingga Tujuan wisatawan datang ke suatu
sedemikian rupa menjadi sumber pendapatan daerah antara lain didorong oleh keingian
bagi setiap daerah yang memiliki potensi untuk untuk mengenal, mengetahui atau mempelajari
menyelenggarakannya, dalam upaya daerah dan kebudayaanmasyarakat lokal.
memperoleh atau meningkatkan pendapatan Selama ditempat wisata , wisatawan pasti
daerah. berinteraksi dengan masyarakat lokal
Salah satu pembangunan ekonomi diberbagai bidang. Bidang Pariwisata dalam
dalam bidang pariwisata adalah melalui hal interaksi dengan masyarakat luas ini
pengembangan desa wisata.Pengembangan semakin intensif kalau jenis pariwisata yang
desa wisata tersebut adalah pengembangan dikembangkan adalah pariwisata budaya dan
perekonomian masyarakat yang diangkat alam, karena kedua pariwisata ini merupakan
melalui kegiatan pariwisata, dimana pariwisata hal yang langsung dengan kehidupan
dikembangkan berdasarkan unsur-unsur masyarakat sehari-hari.Daya tarik wisatawan
kegiatan yang telah ada serta ciri khas budaya pada suatu daerah tujuan wisata sangat
setempat sehingga sumber daya lokal memiliki dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat
kemampuan dan daya saing dalam dunia setempat yang ramah, kearifan lokal,
pariwisata.Selain itu pengembangan desa mempunyai karakter alam yang berbeda
wisata merupakan salah satu bentuk usaha dengan daerah lain, kondisi yang aman, serta
pelestarian wisata budaya yang bertujuan sarana transportasi yang lancar. Dengan
menarik wisatawan untuk berkunjung di desa kondisi tersebut wisatawan akan merasa
wisata tersebut. nyaman seolah-olah milik mereka sendiri dan
Proses pembangunan pariwisata yang paling utama ketika mereka merasakan
harus berjalan seiring dengan peningkatan kenyamanan tersebut menuntut untuk datang
“Sadar Wisata” masyarakat. Tugas aparat kembali ke daerah wisata tersebut.Ketut
pemerintah adalah untuk menciptakan kondisi Lasia (Wawancara, 25 Juli 2016).
yang memungkinkan terwujudnya peran serta Pembangunan desa wisata
masyarakat dengan cara-cara yang mudah mempunyai manfaat yang sangat luas baik di
dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat. bidang ekonomi, sosial, budaya, lingkungan
Sadar Wisata dikalangan masyarakat tidak dan lain-lain.Secara ekonomi, pembangunan
tumbuh dengan sendirinya, masyarakat lebih desa wisata mampu meningkatkan
WIDYA WRETTA
52
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
wisata, dapat dibangun berbagai infrastruktur dibayarkan wisatawan digunakan untuk
sebagai antara lain pembangunan homestay melindungi dan memelihara alam guna
agar memenuhi persyaratan akomodasi keberlangsungan pariwisata.Hubungan
wisatawan, atau membangun guest house lingkungan dan desa wisata tidak selamanya
berupa, bamboo house, traditional house, log simbiosa yang mendukung dan
house, dan lain sebagainya, pembangunan menguntungkan sehingga upaya konservasi,
jalan, sumber energi, sarana olahraga, sarana apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar
pendidikan, gedung pertunjukan, tempat hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi
pembuangan limbah dan sampah, sarana kenyataan yang ada hubungan keduanya
komunikasi, terminal dan lain-lain. justru memunculkan konflik.Pariwisata lebih
2.9 Manfaat Desa Wisata Terhadap sering mengeksploitasi lingkungan
Lingkungan alam. Dampak pariwisata terhadap
lingkungan fisik merupakan dampak yang
Industri desa wisata memiliki mudah diidentifikasi karena nyata.
hubungan erat dan kuat dengan lingkungan
fisik.Lingkungan alam merupakan aset desa Manfaat terhadap lingkungan yang
wisata dan mendapatkan dampak karena dirasakan oleh Desa Pakraman Sumampan
sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh dengan berkembangnya desa wisata dilihat
(fragile), dan tak terpisahkan dari keasrian dari alam yang
(Inseparability). Bersifat rapuh karena ditawarkan.Desa Pakraman Sumampan
lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan menyadari bahwa pentingnya menjaga
yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh lingkungan agar tetap asri dan bersih.Dalam
atau kembali seperti sediakala. Bersifat ajaran agama Hindu menjaga hubungan
tidak terpisahkan karena manusia harus yang harmonis antara manusia dengan
mendatangi lingkungan alam untuk dapat lingkungan disebut dengan palemahan.Jika
menikmatinya. manusia tidak bersahabat dengan
lingkungan maka lingkunganpun juga tidak
Lingkungan fisik adalah daya tarik bersahabat dengan kita.Hal ini sering dilihat
utama kegiatan wisata.Lingkungan fisik dari bencana alam seperti banjir, tanah
meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, longsor, erosi, dan lain sebagainya.Itu
bentangan alam, dan gejala alam) dan merupakan ciri dari kemurkaan alam
lingkungan buatan (situs kebudayaan, kepada manusia.Selain itu di Bali sendiri
wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan melakukan upacara kepada tumbuh-
peninggalan sejarah). tumbuhan setiap enam bulan sekali yang
Secara teori, hubungan lingkungan dinamakan tumpek wariga karena tumbuhan
alam dengan desa wisata harus sejalan dan atau tanaman adalah makhluk yang paling
bermanfaat.Wisatawan menikmati banyak gunanya dan manfaatnya bagi
keindahan alam dan pendapatan yang kehidupan manusia.
WIDYA WRETTA
54
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Desa Pakraman Sumampan sangat terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan yang hal berikut:
menjadi warisan adi luhung hingga saat ini a. Merupakan perangsang dalam usaha
masih tetap eksis dijalankan oleh pemeliharaan monumen-monumen
masyarakat.Pariwisata yang dijiwai oleh budaya yang dapat dinikmati oleh
budaya lebih memiliki nilai jual yang tinggi penduduk setempat dan wisatawan.
dimata wisatawan.Karena kebudayaan
mampu membawa pariwisata dapat dikenal b. Merupakan dorongan dalam usaha
sampai ke mancanegara.Hal tersebut melestarikan dan menghidupkan kembali
menjadikan Desa Pakraman Sumampan beberapa pola budaya tradisional seperti
menjadi desa wisata yang dijadikan tujuan kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik,
berwisata ke Bali.Wisatawan yang berlibur di upacara-upacara adat, dan pakaian.
Desa Pakraman Sumampan juga dapat c. Memberikan dorongan untuk
menyaksikan pertunjukan tarian kecak yang memperbaiki lingkungan hidup yang
dibawakan oleh masyarakat setempat.Tarian bersih dan menarik.
kecak yang dipentaskan secara tidak langsung
d. Terjadinya tukar-menukar kebudayaan
dapat memperkenalkan kebudayaan kesenian
antara wisatawan dan masyarakat lokal.
tarian Bali dapat dikenal oleh wisatawan
Misalnya, wisatawan dapat lebih banyak
mancanegara.
mengenal kebudayaan serta lingkungan
Foto 4.7 yang lain dan penduduk lokal juga
Pementasan Tari Kecak mengetahui tempat-tempat lain dari cerita
wisatawan.
e. Mendorong pendidikan di bidang
kepariwisataan untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia di bidang
kepariwisataan yang handal.
Perkembangan pariwisata yang
sangat pesat dan terkosentrasi dapat
menimbulkan berbagai dampak.
Secara umum dampak yang ditimbulkan
adalah dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif dari pengembangan
pariwisata meliputi;
Dampak positif pariwisata terhadap
1) memperluas lapangan kerja
kebudayaan seperti disebutkan di atas secara
garis besar dampak positif pariwisata 2) bertambahnya kesempatan berusaha
WIDYA WRETTA
56
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
sendiri.Misalnya, pertunjukan berbagai kebudayaan dalam arti luas sebagai
kesenian untuk wisatawan, adanya museum pendukung kepariwisataan. Sudah menjadi
untuk menyimpan benda-benda bersejarah kenyataan devisa yang dihasilkan dari
yang juga sebagai daya tarik wisatawan, dan pengembangan pariwisata, digunakan oleh
berbagai kegiatan adat istiadat yang bersifat negara untuk melaksanakan pembangunan di
unik. segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi ke
Adanya dampak positif pariwisata semua aspek pembangunan, sehingga
terhadap kebudayaan menunjukkan adanya dirasakan sangat kecil kembali pada bidang
keselarasan ungkapan yang mengatakan kebudayaan. Padahal secara nyata
“Pariwisata untuk Kebudayaan”.Artinya, kebudayaan itulah sebagai penopang paling
pengembangan pariwisata benar-benar besar dalam pariwisata untuk mendatangkan
memberikan dampak yang positif terhadap devisa. Oleh karena itu, ada kesan “budaya
perkembangan kebudayaan dalam arti yang untuk pariwisata”.Dengan demikian,
luas.Ini artinya, perkembangan pariwisata kebudayaan di sini tereksploitasi secara besar-
secara positif dapat memperkokoh besaran dan hanya digunakan sebagai bahan
kebudayaan Indonesia. promosi tanpa adanya usaha untuk menjaga
dan melestarikannya.Ketut Karsana
Perkembangan pariwisata memang (Wawancara, 15 Agustus 2016)
dapat menumbuhkembangkan aspek-aspek
kebudayaan seperti kesenian dan adat istiadat 2.10 Manfaat Desa Wisata dari Aspek
di Bali khususnya yang ada di Desa Sosial
Pakraman Sumampan.Akan tetapi, di balik Manfaat sosial dari segi
itu ternyata juga muncul permasalahan akibat kepariwisataan yang dirasakan oleh Desa
terlalu tereksploitasinya aspek-aspek Pakraman Sumampan yakni:
tadi. Misalnya, munculnya berbagai kesenian
yang awalnya hanya dipentaskan untuk 1. Struktur sosial
kepentingan upacara agama, kemudian Sebagai akibat pengembangan
dipertunjukkan untuk kepentingan pariwisata dalam bidang sosial, maka akan
wisatawan.Demikian juga dijadikannya tempat terjadi:
suci sebagai objek wisata.Ini merupakan fakta
a) Transaksi kesempatan kerja dari sektor
terjadinya komersialisasi budaya dalam
pertanian ke sektor pelayanan.
pariwisata, karena berubahnya atau
b) Modernisasi dalam cara-cara
bertambahnya fungsi di samping fungsi
pertanian dan penjualan hasil panen.
utamanya.
c) Pemerataan pendapatan masyarakat
Di samping terjadinya komersialisasi, d) Berkurangnya perbedaan dalam
tampaknya yang perlu juga menjadi pemikiran pendidikan dan kesempatan berusaha
kita bersama, yaitu pola pembinaan atau pekerjaan.
WIDYA WRETTA
58
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.11 Manfaat Desa Wisata Dalam sosial budaya. Sehingga munculah istilah HI
Bidang Politik atau hubungan internasional . HI merupakan
Untuk lebih memahami manfaat dari salah satu cabang ilmu dari ilmu politik yang
desa wisata di bidang politik , kita perlu memuat hubungan antar Negara baik secara
mengetahui definisi dari politik . politik berasal birateral, dan multilateral. Dalam berbagai
dari bahasa yunani (politikos) yang berarti kota aspek seperti ekonomi, politik, pariwisata,
wilayah, atau yang berkaitan dengan warga budaya, pendidikan,dan lain lain.
Negara politik merupakanproses Kejasama antar Negara sering
pembentukan dan pembagian kekuasaan dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan
dalam masyarakat yang berupa proses di negaranya, kesamaan nasib, kesamaan
pembuatan keputusan , khususnya dalam geografis, ketergantungan Negara lain
Negara. Definisi ini adalah gabungan dari ,dan untuk menunjukan keunggulan
berbagai definisi yang berbeda mengenai Negara. Secara tidak langsung Negara-
hakikat politik yang dikenal dalam ilmu Negara tersebut sudah melakkan kegiatan
politik.Politik juga merupakan suatu seni dan politik. Dengan kemajuan teknologi dan
ilmu untuk meraih kekuasaan konstitusional globalisasi dunia hubungan kerjasama antar
maupun nonkonstitusional, berikut beberapa Negara sangat sering dilakukan dan
definisi dari politik : membentuk organisasi organisasi
1. Politik adalah usaha yang ditempuh multinasional seperti APEC, ASEAN , UNI
warga Negara untuk mewujudkan EUROPA dan lian-lain. Organisasi-organisasi
kebaikan bersama(aristoteles) ini sering melakukan konfrensi di suatu
2. Politik adalah hal yang berkaitan Negara, sehingga dapat meningkatkan pamor
dengan penyelengaraan pemerintahan dari Negara itu sendiri. Sehingga
dan Negara. memajukan perkembangan industri, terutama
3. Politik merupakan kegiatan yang diarah industri pariwisata Negara tersebut.
kan untuk mendapatkan dan Dalam industri pariwisata keamanan
mempertahankan kekuasaan adalah hal yang sangat penting dimana para
dimasyarakat. wisatawan datang berlibur dan
4. Politik adalah segala sesuatu tentang berkunjung untuk menikmati destinasi yang
proses perumusan dan pelaksanaan mereka kunjungi. Sehingga jika daerah wiasta
kebijakan publik. aman maka para wisatawan akan tenang
Politik memiliki definisi yang luas, menikmati daerah tujuan wisatanya dan ini
kegiatan politik tidak hanya tentu mengangkat pamor dari daerah wisata
sekedar mencakup mempertahankan dan itu sendiri. Banyak kegiatan multinasional
mendapatkan kekuasaan saja, tetapi politik dilakukan di daerah tujuan wisata seperti
juga mencakup pengaruh ideologi dan Bali.Karena Bali dianggap aman, dengaan
peranan suatu negara dalam bidang ekonomi, keramah tamahan penduduknya.Sehingga
WIDYA WRETTA
60
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
antara manusia dengan manusia tinggi nilai-nilai kebudayaan yang menjadi
(pawongan) dan hubungan harmonis warisan adi luhung hingga saat ini masih
antara manusia dengan lingkungan tetap eksis dijalankan oleh masyarakat.
(palemahan). Pariwisata yang dijiwai oleh budaya lebih
2. Pengaruh Desa Wisata terhadap memiliki nilai jual yang tinggi dimata
kehidupan Sosial Religius masyarakat di wisatawan. Karena kebudayaan mampu
Desa Pakraman Sumampan sangat baik. membawa pariwisata dapat dikenal
Pengaruh pariwisata banyak memberi sampai ke mancanegara. Hal tersebut
dampak positif khususnya dalam bidang menjadikan Desa Pakraman Sumampan
sosial religius. Kegiatan religius yang menjadi desa wisata yang dijadikan
dapat dirasakan oleh masyarakat yakni tujuan berwisata ke Bali. Manfaat desa
mulai bangkitnya kesadaran masyarakat wisata terhadap aspek sosial dapat
akan pentingnya peranan agama dalam dirasakan dari kegiatan yang secara
kemajuan pariwisata. langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat yang dituju, sehingga
3. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat membawa berbagai dampak terhadap
terhadap keberadaan desa wisata di Desa masyarakat setempat. Oleh karena desa
Pakraman Sumampan yakni mampu wisata banyak dikatakan sebagai perubah
mendorong pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, mampu membuat
karena dapat menyediakan lapangan masyarakat setempat mengalami
kerja, peningkatan penghasilan, standar perubahan dalam berbagai aspek.
hidup dan menstimulasi sektor-sektor Manfaat desa wisata terhadap aspek
produksi lainnya sehingga berdampak politikdilihat dari Kejasama antar Negara
pada pembangunan ekonomi. Manfaat sering dilakukan karena untuk memenuhi
desa wisata terhadap lingkungan Manfaat kebutuhan di negaranya, kesamaan nasib,
terhadap lingkungan yang dirasakan oleh kesamaan geografis, ketergantungan
Desa Pakraman Sumampan dengan Negara lain ,dan untuk menunjukan
berkembangnya desa wisata dilihat dari keunggulan Negara. Secara tidak
keasrian dari alam yang ditawarkan. Desa langsung Negara-Negara tersebut sudah
Pakraman Sumampan menyadari bahwa melakkan kegiatan politik.
pentingnya menjaga lingkungan agar tetap
asri dan bersih. Dalam ajaran agama
Hindu menjaga hubungan yang harmonis
antara manusia dengan lingkungan
disebut dengan palemahan.Manfaat
desa wisata terhadap kebudayaandi Desa
Pakraman Sumampan sangat menjunjung
WIDYA WRETTA
62
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Siswantoro.2010.Metode Penelitian Undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang
Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. kepariwisataan
Soelaeman,Munandar.1995.Ilmu Sosial Undang-undang Otonomi Daerah nomor 22
Dasar.Badung PT.Eresco. tahun 1999 tentang pemerintahan
Soekanto,2004.Sosiologi Suatu Pengantar. daerah.
Jakarta: CV. Rajawali. Radar Jaya Undang-undang nomor 10 pasal 4 dan pasal
Offset Jakarta. 5 tentang tujuan pariwisata dan
Wardiyanta.2006.Metode Penelitian prinsip diselenggarakannya
Pariwisata.Yogyakarta:Andi Offset. pariwisata.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SKRIPSI
PENGARUH DESA WISATA TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL RELIGIUS MASYARAKAT DI
DESA PAKRAMAN SUMAMPAN
WIDYA WRETTA
64
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
NILAI PENDIDIKAN BUDAYA GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN
SOSIAL MASYARAKAT DESA PERGUNG
KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA
Oleh :
I PUTU SARJANA
NI KADEK INDAH SURI ASTUTI
ABSTRAK
WIDYA WRETTA
66
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Kebiasaan- kebiasaan yang telah nasional.Sesuai dengan ketiga pola
mengkristal dan melekat dalam kehidupan pembangunan kerukunan umat beragama
sosial masyarakat akan dapat menjadi tersebut maka umat Hindu berkewajiban pula
warisan budaya generasinya yang mendatang. menciptakan dan memelihara kerukunan
Budaya tradisional akan dapat menopang intern dan antar umat beragama demi
keudayaan nasional, seperti apa yang termuat kesinambungan pembangunan nasional.
dalam pasal 32 BAB III UUD 1945 bahwa “ Konsep ajaran Tri Hita merupakan
Kebudayaan Bangsa adalah “ Kebudayaan sarana yang mutlak, di mana konsep tersebut
yang timbul sebagai buah usaha budinya harus dimiliki oleh setiap Desa.Konsep
rakyat Indonesia seluruhnya”. Pengembangan tersebut menghaturkan hubungan manusia
kebudayaan Nasional, masyarakat tidak perlu dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
ingkar terhadap pluralisasi kebudayaan manusia dan hubungan manusia dengan
tradisional, seralas bersikap terbuka dalam lingkungan.Konsep tersebut diarahakan untuk
pertemuan duta budaya yang beraneka itu. dapat mencapai tujuan terwujudnya
Usaha memperkaya kebudayaan harus Moksartam Jagathita Ya Ca Iti
menuju kearah kemajuan abad budaya dan Dharma.Untuk mencapai tujuan tersebut di
persatuan,dengan tidak menolak bahan- perlukan kesatuan gerak dan pandangan serta
bahan baru dari kebudayaan bangsa sendiri, kepercayaan yang sama bagi setiap organisasi
serta mempertinggi derajat peradaban adat yang tercangkup di dalam Desa itu
kemanusian Bangsa Indonesia. sendiri.Melaksanakan ajaran Tri Hita Karana
Dalam pasal 32 BAB III UUD 1945 yang diatas mendorong kita untuk bias hidup
dan penjelasannya itu menegaskan komitmen nyaman,aman dan tentram. Kita dituntut bisa
Nasional merupakan perwujudan cita-cita hidup berdampingan baik dengan sesama
kebangsaan yang berlandasan dalam tatanan umat beragama,antar umar beragama maupun
kehidupan bersama yang disertai penghayatan dengan lingkungan sekitar lingkungan yang
senasib sepenanggungan yang subyektif dan bersih.(Pendidikan Agama Hindu dan Budi
kolektif. Pekerti 2014:41- 42).
WIDYA WRETTA
68
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
berjudul “Nilai Pendidikan Budaya Gotong besar warga masyarakat tentang hidup
Royong Dalam Kehidupan Sosial bersama yang di landasi dengan nilai budaya,
Masyarakat Desa Pergung Kecamatan memgingat manusia itu tidak hidup sendiri di
Mendoyo Kabupaten Jembrana dari dalam ini, tetapi dikelilingi oleh komunitinya
penelitian ini diharapkandapat menjawab apa dan alam semestanya. Didalam sistem sosial,
yang menjadi fokus dalam penelitian ini yakni, mereka merasakan bahwa dirinya hanya suatu
1). Bagaimana pelaksanan gotong royong unsur kecil saja dari dalam ini. Kerena itu ia
dalam sistem kehidupan sosial masyarakat harus berusaha untuk sedapat mungkin
desa pergung Kecamatan Mendoyo memelihara hubungan baik dengan sesamanya
Kabupaten Jemrana; 2). Bagaimana usaha dengan tergolong oleh jiwa sama rata, sama
untuk mempertahankan nilai pendidikan tinngi, dan sama rendah.
budaya gotong royong yang telah lama Azas kebersamaan inilah
tertanam dalam kehidupan sosial masyarakat memotivasi masyarakat untuk lebih berorintasi
Desa Perung Kecamatan Mendoyo terhadap sesama, sehinnga tercipta nilai
Kabupaten Jembrana. Dalam hai ini dapat budaya yang berkembang dalam bermacam-
menumbuhkan rasa kerbersamaan. Terkait macam kegiatan gotong royong. Atas dasar
dengan penelitian ini akan dibahas beberapa konsep-konsep tersebut di atas, maka konsep
permasalahan sesuai dengan fokus penelitian. gotong royong agaknya mengimplikasikan
Berdasarkan atas pemahaman latar dalam kehidupan gotong royong tersebut
belakang masalah diatas, maka untuk terbagi dalam berbagai bidang kehidupan
mendapakan gamabran yang lebih jelas serta masyarakat pedesaan. Konsep gotong
lebih dapat mengrahakan pembahasan materi royong merupakan konsep yang erat kaitanya
sebagai dengan yang dimagsud maka dapat dengan kehidupan masyarakat pedesaan,
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai baik sebagai pengarahan tenaga maupun
berikut : 1). 1. Bagaimana pelaksanaan sebagai sistem nilai budaya yang kental
gotong royong dalam kehidupan sosial dengan aktivitas dalam rangka kehidupan
masyarakat di Desa Pergung Kecamatan sosial budaya masyarakat bali
Mendoyo Kabupaten Jemrana? 2). Sebuah sumber menyebutkan bahwa:
Bagaimana usaha untuk mempertahankan nilai “Gotong Royong adalah bentuk kerja sama
pendidikan budaya gotong royong yang telah untuk mencapai tujuan tertentu dengan azas
lama tertanam dalam kehidupan sosial timbal balik yang menyujudkan adanya
masyarakat di Desa Pergung Kecamtan kententuan sosial masyarakat”.(Griya I
Mendoyo Kabupaten Jembrana? Wayan, 1986:23).
2. Pelaksanaan Budaya Gotong-Royong. Dari urian di atas dapat terungkap bahwa di
Dalam kehidupan sosial masyarakat dalam bentuk-bentuk gotong royong itu dapat
pedesaan telah lama tertanam dari sebagian pula dilandasi oleh spontanitas, pambrih dank
WIDYA WRETTA
70
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
dikenal dari masa yang jauh lampau. masing-masing peserta memberikan seekor
Khusunya semenjak tenaga binatang ternaknya.Dalam tradisi pemakain bajak di
merupakan sumber tenaga penting di bidang Desa Pergung bajak tersebut ditarik oleh
pertanian.Pada desa-desa pertanian di Bali sepasang sapi atau kerbau.Sapi atau kerbau
potensi tenaga ternak masih merupakan penarik bajak itu jumlahnya dua ekor.Dapat
sumber tenaga yang penting. Kegiatan meselih terdiri dari keduanya jantan dan keduanya
bau tersebut masih terwujud sebagai yang betina,dan juga bisa digunakan satu ekor
murni. Kemudian dalam perkembangan jantan dan satu ekor betina.Ikatan pettani
berikutnya sering dimanfaatkan oleh desa- yang meselisih bau itu dapat berlangsung
desa yang lain yang sudah mengenal dan dalam jangka waktu beberapa kali musim
terbiasa dengan sistem upahan. Pasangan tanam sepanjang kedua pasangan ternak itu
ternak yang berwujud sebagai kerja sama mampu diandalkan tenaga kerjanya.Apabila
seperti itu dapat diupahkan pada pihak ternak salah seorang petani anggota itu tidak
ketiga.(Wawancara tanggal 2 januari 2015). mampu dikerjakan lagi karena ternaknya tua
I Wayan Sukadana kelian subak atau dijual maka bentuk kerja sama itu bisa
Desa Pergung menjelaskan bahwa bentuk bubar dan petani yang ternaknya masih itu
kegiatan “ Meselisih Bau” berlaku dibidang membangun silih bau dengan petani lain dan
pertanian, baik pertanian sawah di maupun begitulah seterusnya.(Wawancara tanggal 2
pertanian tegalan.Tujuanya adalah untuk januari 2015).
pengolahan tanah yang penarik bajak dan I Nyoman Sumada menambahkan
fungsi tenaga ternak tersebut adalah sebagai dalam meselih bau itu batasan pesertanya yang
tenaga penarik bajak.Kelompok saling penting antara petani dandengan pemilik
kecil,umunya terdiri dari dua orang petani ternak dan rumah tepat tiingal mereka saling
pemilik ternak dan penggarap tanah.Petani berdekatan dan ikatan kekerabatan tidak
yang berselisih bau itu biasanya berdekatan amat menentukan. Faktor difrensasi sosial ada
rumah tempat tinggalnya satu sama pengaruhnya dalam menentukan pesertanya,
lain,sehingga memudahkan mereka dalam hal karena meselih bau sekurang-kurangnya
saling meminjamkan dan memberikan menurut adanya jenis pekerjaan yang sejenis
ternaknya.( Wawancara tangal 2 Januari diantara pesertanya. Tidak mungkin petani
20015). meselisih bau dengan pegawai atau pedagang,
I Gede Saksi seorang petani yang karena dua jenis pekerjaan yang berlakangan
merupakan pasang Meselisih Bau dengan I bukan pekerjaan yang sejenis dengan petani
Nyoman Sumada menjelaskan tentang dan juga pegawai atau dagang adalah bukan
peserta-peserta meselisih bau itu biasanya pemeliha ternak. (Wawancara tanngal 2
terdiri dari dua orang petani.Dengan cara Januari 2015).
demikian akan terwujud akan dapat terwujud Menurut penjelasan I Gede Saksi ada
sepasang ternak penarik bajak,dimana ketentuan-ketentuan yang telah disepakti dan
WIDYA WRETTA
72
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
pasangannya akan dipekergunakan.Dalam penggabungan tenaga kerja yang terwujud
hal pebriatahuan itu biasanya dipertegas, sebagai kerja sama seperti itu akan mampu
apakah ternaknya saja yang akan diminta mempercepat proses pengolahan tanah
atau sekaligus dengan bantuan tenaga kerja pertanian. Terungkap pula bahwa kehidupan
dari petani pasangannya itu. komoniti petani adalah suatu kehidupan dimana
Pada hari yang telah ditentukan, sifat hubungan personal merupakan cirri yang
maka ternak atau bersama petani cukup menonjol maka disamping hasil yang
pasangannya itu,digarapkan pekrjaan dari berbentuk fisik diatas pada hakekatnya
petani yang punya kerja itu. Pekerjaan diantara para petani peserta meselisih bau. Itu
membajak melalui meselih bau itu umumnya kadang-kadang tumbuh pula suatu ikatan batin
berlangsung pada pagi hari sekitar selama tertentu, dan rasa keterikatan itu terwujud dalam
setengah hari (dari jam 05.00 samapi dengan berbagai jenis gotong-royong yang lain antar
10.00 pagi) setelah pekerjaan itu selesai sesame, sepertimeselisi, ngerembo, ngopin dan
maka ternak dari pasanganya itu di lain-lain.
kembalikan oleh yang punya kerja atau 2.2 Meselisi
apabila pasangannya itu ikut membantu Tradisi yang telah berlangsung lama
kerja,maka dia sendiri yang ini merupakan kegiatan gotong-royong tipe
mengantarkanternaknya kembali.Dengan tolong menolong dalam bidang pertanian dan
demikain pula dikemudian hari, apabila petani mata pencaharian. Sistem sosial budaya
ini mendapat giliran,maka beralaku pula tata masyarakat di Bali, hanya tingkat intensitas
pelaksanaan seperti tersebut di atas. ( dan frekuensinya berbeda-beda menurut
Wawancara pada tanggal 3 januari 2015). bidang kehidupan dan tingkat perkembangan
Dari uraian di atas dapat terungkap masyarakat desa yang mengkonsepsikan dan
bahwa hasil dari kegaitan gotong royong mengaktifkan kegiatan gotong-royong
meselisih bau itu di terutama tertuju untuk tersebut. Hal ini berati bahwa jenis gotong-
kepentingan individu yang sedang punya royong yang sama mungkin akan diaktifkan
kerja. Dengan adanya jenis gotong royong ini, dengan tingkat intensitas dan frekuensi yang
maka seorang petani cukup memiliki seekor berbeda dalam bidang kehidupan dan tingkat
ternak saja (sapi dan kerbau) dengan bantuan perkembangn desa yang berlainan. Kemudian
seekor ternak lagi dari petani lain, maka terkait dengan penelitian tentang sistem sosial
terwujudlah pasangan ternak yang siap masyarakat desa Pergung. Kegiatan gotong
dipergunakan sebagai tenaga penarik bajak royong jenis meselisi merupakan tradisi yang
dalam pengolahan tanah pertanian mereka. telah berlangsung dalam kehidupan sosial
Dalam hal ini hasil tampak pertama-tama masyarakat petani. Sebuah sumber
adalah hasil bentuk fisik yaitu pasangan ternak menjelaskan bahwa “ Meselisi” terbentuk dari
sebagai tenaga kerja, pasangan petani yang kata dasar slisi. Sebagai suatu jenis gotong
menjadi peserta meselisih bau, dan royong, meselisi berati berganti-ganti
WIDYA WRETTA
74
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Meselisi dibidang pertanian, umumnya terjadi usia yang sebaya dan dengan luas garapan
diantara petani tetanggaan meselisi dibidang yang rata- rata seimbang. Maka dapat
kemasyarakatan umumnya diantara sesama dikatakan bahwa dalam kegiatan meselisi
dalam satu kelompok sosial tertentu yaitu satu peserta-pesertanya adalah asal dari strata
banjar, satu seka, satu subak, satu sosial yang sama. (Wawancara tanggal 2
dadia.(Wawancara dengan I Wayan Januari 2015).
Sukadana, Kelian Subak Desa Pergung). I Nengah Mista seorang petani
Kelian Subak I Wayan Sukadana penggrap mengatakan bahwa ada ketentuan-
menambahkan bahwa peserta-peserta ketentuan dalam kegiatan meselisi yakni pada
kegiatan meselisi, yang terpenting adalah pokoknya kewajiban peserta dalam kegiatan
orang-orang tersebut asal dari pekerja sejenis, meselisi adalah saling memberikan tenaga
dalam artian ini bahwa mereka adalah sama- kerja, atau memberikan tenaga kerja, atau
sama petani, sama-sama pengerajin dan materi bagi anggota peserta yang telah
seterusnya.Dalam bidang pertanian jumlah membutuhkan bantuan tersebut.Dalam hal ini
peserta dalam satu himpunan peselisian misalnya satu himpunan peselisian dalam hal
biasanya sekitar 2-5oarang. Jumalah yang mencangkul terdiri dari 5 orang peserta dan
relatif kecil seperti itulah yang lebih salah seorang anggota sedang mempunyai
memberikan kemudian dapat tercapainya satu kerja, maka empat anggota lainya
siklus untuk satu musim tanam, dimana setiap berkewajiban datang membantu
anggota pernah membantu dan dibantu satu mencangkulkan tanah pertanian anggota
sama lain diantara sesama mereka. Para petani tersebut, sampai tanah garapan selesai
yang ikut serta dalam satu peselisian umunya dikerjakan. Dalam hal seperti itu, maka
adalah dari kalangan pria dan mereka dapat anggota peserta yang telah menyelenggarakan
terdiri dari kategori golongan usia dewasa kerja dan menerima bantuan dari empat orang
maupun tua. Ada kecendrungan bahwa anggota peserta lainya, akhirnya mempunyai
mereka memilih anggota dari golongan usia suatu kewajiban pula untuk nantinya
relatif sebaya. mengembalikan bantuan tersebut, dalam
Batas-batas bagi peserta dalam bentuk bantuan tenaga kerja kepada sesama
kegiatan meselisi dibidang pertanian tidak anggota terdapat suatu hak dan kewajiban
harus diikat oleh sistim kekerabatanatau sistim untuk saling memberikan bantuan, baik
kesatuan hidup setempat (banjar, desa). berupa tenaga maupun materi, dalam suatu
Peserta-peserta itu pada umunya terdiri dari bentuk maupun jumlah yang hampir seimbang.
petani -petani tetangga atau anggota suatu Dalam contoh kasus himpunan kegiatan
subak tertentu. Karena mereka pada meselisi, lima petani pecangkul diatas, maka
umumnya adalah himpunan dari pekerja- dalam setiap pekerjaan mengcangkul untuk
pekerja yang sejenis. Adanya kencendrungan anggota himpunan selalu ditemukan satu
di antra mereka memilih anggota dari golongan bentuk kerja sama tolong menolong yang
WIDYA WRETTA
76
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
royong ini menyebabkan seseorang dapat aktifitas pengarahan tenaga untuk kepentingan
menularkan atau melimpahkan suatu persiapan atau pelaksanaan upacara di pura,
kewajiban sosial secara sementara kepada di banjar atau di desa. Pengarahan tenaga
temannya yang lain, tanpa dia dianggap lainnya di tempat yang sama untuk suatu hal
melalaikan kewajiban sosil. yang berhubungan dengan keramaian,
2.3 Ngayah perayaan atau kegiatan lainnya oleh warga
masyarakat yang bersangkutan.
Kegiatan gotong royong sejenis “
Ngayah” merupakan tradisi yang hidup dan Bentuk kegiatan gotong royong jenis
telah berlangsung dalam kehidupan sosial “ngayah” ini yaitu : dengan pengertian suatu
masyarakat Desa Pergung. Ngayah kegiatan yang berhubungan dengan
merupakan tipe gotong royong kerja bakti sumbangan tenaga yang harus diberikan oleh
dibidang kehidupan yang secara klasifikasi suatu golongan masyarakat yang lebih rendah
merupakan bidang realigi dan kepercayaan. tingkatannya kepada golongan masyarakat
Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa, yang lebih tinggi tingkatannya, maka gotong
kata ngayah mempunyai arti kegiatan untuk royong ini bias berbentuk suatu kewajiban
melaksanakan pekerjaanbagi kepentingan sosial diantara golongan masyarakat dengan
orang atau kelompok yang lebih tinggi derajat pelaisan social seperti kasta.
atau statusnya. ( I Wayan Geria, 1986 : 88). Kegiatan gotong royong ini juga
Dalam sumber lain juga disebutkan bahwa : membentuk suatu pola hubungan yang pasti
Ngayah ialah suatu aktivitas sosial yang antara suatu golongan masyarakat dengan
bertujuan menyebutkan tenaga untuk kegiatan gotong royong masyarakat dengan warga
yang bersifat suci atau sakral yang kadang- kelompoknya yang dapat dikatakan sebagai
kadang bersifat kemeriahan. (Drs. I Ketut hubungan “Patron Kloin” seperti :
Sudana Astika, 1986 : 88) - Banjar dengan anggota banjar
Istilah atau pemakaian ngayah ini - Sanggah /Pura dengan anggota dadia/
sudah di kenal lama terutama pada masa penyungsung
kerajaan-kerajan dahulu, dimana anggota - Puri dengan sama carik/Samakarang
masyarakat melakukan kegiatan ini bagi - Puri/Jero dengan panjak/parekan
kepentingan kerajaan atau keluarga saja. - Geriya dengan sisianya
sampai sekarang masih ada perbedaan Pada kegiatan-kegiatan lain yang
struktur masyarakat, yang terwujud dalam berhubungan dengan keramaian atau
tingkat kasta. Istilah ngayah masih terpakai kemeriahan di Pura, Puri maupun Banjar,
untuk suatu aktifitas sumbangan tenaga dari aktivitas gotong royong ini akan berbentuk
suatu golongan masyarakat kepada golongan suatu cetusan spontanitas dari para warganya
masyarakat yang lebih tinggi tingkatannya. untuk memenuhi kewajiban sosial dalam
Istilah “Ngayah juga terpakai untuk suatu menyumbang tenaga bagi kepentingan
bersama.
WIDYA WRETTA
78
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
persiapan Krama yang ngayah, biasnya terwujud dari satu aktivitas yang bernama “
jumlahnya sangat besar pada saat-saat Ngayah”.
puncak upacara atau puncak karya piodalan 3. Usaha Dalam Mempertahankan
di Pura Khayangan Tiga Desa Pergung. Nilai Pendidikan Budaya Gotong
Dijelaskan pula oleh Bendesa Adat Royong.
bahwa sampai upacra atau suatu kegiatan Dalam pandangan hidup masyarakat
berakhir, maka kewajiban menyumbangkan pedesaan yang masih homogin sangat
tenaga ini belumlah berakhir seluruhnya. dipengaruhi dan dijiwai oleh kebudayaan Bali
Karena untuk membereskan sisa-sisa yang sarat dengan norma agama yaitu Agama
pekerjaan dan Persiapan maka rencana Hindu.Dalam sistim kepercayaan masyarakat
kegiatan yang akan datang juga harus diatur Desa Pergung bakti itu diwujudkan dalam
jauh sebelunya dan kegiatan tersebut bentuk “Pengorbanan yang tulus ikhlas
dilakukan dengan rasa tulus ihklas penuh terhadap sesamanya, maupun terhadap
pengabdian.Pelaksanaan ngayah itusangat makhluk lain. Jiwa sepengangguran inilah yang
melekat dalam sanubari masing-masing warga mampu mempertahankan nilai budaya yang
masyarakat, sehingga aktivitas gotong rorong ada di Bali umunyanya di Desa Pergung.
jenis ngayah ini merupakan suatu yang Pandangan hidup rasa bakti dan sepengguran
dianggap wajib oleh masyarakat Desa telah mengkristalisasi dari nilai-nilai yang
Pergung.( Wawancara pada tanggal 10 dimiliki oleh masyarakat diyakini keberannya
Januari 2015). dan karena itu mengakibatkan tekad para
Dari uraian diatas dapat terungkap warga masyarakat untuk mewujudkannya.
bahwa hasil utama yang dapat dicapai dari Azas kebersamaan memotivasi
aktivitas “Ngayah” ini adalah berhasilnya suatu masyarakt Desa Pergung untuk lebih
pekerjaan dilaksanakan berkat adanya beorientasi terhadap sasamanya. Azas
sumbangan tenaga dari para warga suatu berbakti membangkitkan loyalitasnya. Sistem
kelompok. Disamping itu juga tetap terjalin kepercayaan masyarakat untuk rasa bakti itu
hubungan yang berpola “patro-klien” antara diwujudkan dalam bentuk manusia suci yang
satu golongan masyarakat dengan segolongan ditujukan baik terhadap sesamaa makro
masyarakat lainya. Disamping itu bagi para kosmos ini. Ada lima jenis korban suci yang
warga suatu kelompok yang mempunyai tewujud sebagai upacraa yana memotivasi
kewajiban menyumbangkan tenaganya bagi kehudupan warga,dan hal ini dikenal “ Panca
kelompok lainnya, juga merasakan telah Yadnya” yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya,
memenuhi kewajibannya sebagai imbalan dari Pitra Yadnya dan Manusia Yadnya.
pada hak yang telah ia terima sebelunya.
Pandangan hidup seperti itulah yang
Suatu kewajiban sosial bertujuan menandai pedoman masyarakat Desa
untuk menyambungkan tenaga dari Pergung untuk dapat mengerakkan dan
segolongan warga masyarakat tertentu, telah
WIDYA WRETTA
80
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
warga Desa Pergung menghargai lingkungan pengetahuan budaya pendidikan dari gurunya.
atau wilayah desa yang harus dijaga dan Selain itu lingkungan yang tidak kalang
dirawat secara bersama-sama. pentingnya adalah lingkungan masyarakat.
Atas dasar konsep-konsep tersebut Melalui masyarakat seorang anak dapat
diatas, maka konsep gotong royong agaknya meniru budaya dan tradisi yang ditumbuh
mengimplikasikan dua dimensi sistem nilai kembangkan oleh masyarakatnya.
budaya sebagai latar belakang kegiatan Fungsi budaya pendidikan dalam
gotong royong dan sistem tidakan yang suatu masyarakat adalah sebagai
terwujud sebagai peran sosial seperti bidang pedomandalam menghadapi lingkungan
kehidupan, ekonomi, bidang kemasyarakatan seperti alam, sosial dan budaya
serta bidang realigi dan kepercayaan dan (Suparlan.1995). Mengingat fungsinya
sistem ini di sebut sistem sosial. sedemikian vital, maka setaiap masyarakat
3.1 Gotong Royong Sebagai Nilai termasuk masyarakat Desa Pergung
Pendidikan. Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
memiliki dan berusaha untuk melestarikan,
Banyak denifinisi yang berkenan melindungi, mengembangkan dan
dengan budaya karena kedudayaan meliputi memanfaatkanya. Dalam rangka pelestarian
semua aspek kehidupan manusia. Namun itulah pendidikan budaya menjadi penting.
demikian ada satu hal yang tidak boleh Pendidikan budaya pada dasarnya adalah
dilupakan yaitu proses belajar yang artinya suatu kegiatan penanaman nilai-nilai yang
kebudayaan tidak datang dengan sendirinya dijadikan acuan dalam bersikap dan
tetapai harus dipelajari sejak manusia masih bertingkah laku bagi suatu masyarakat.
berusia dini,bahkan sejak manusia masih Penanaman nilai- niali itu dapatdilakukan oleh
berupa janin. Hal itu tercermin dari adanya keluarga ( melalui kedua orang tua), sekolah
pantangan- pantangan ketika sesorang berdan (melalui para guru) dan masyarakat ( melalui
dua ( hamil).Maka dari itu ada upacara warga). Ini artinya bahwa penanaman nilai-
kehamilan dalam umur kandungan tujuh niali tidak hanya di lingkungan keluarga dan
bulan,yang penuh dengan simbol- simbol yang sekolah,tetapi juga masyarakat.
bermakna. Semua itu dimagsudkan agar sang
cabang bayi kelak memiliki watak dan Suatu tradisi yang ada di kalangan
keperibadian yang sesuai dengan masyarakat masyarakat Desa Pergung yaitu gotong
ketika anak masih berusia dini. Lingkungan royong,baik gotong royong yang menyangkut
keluarga merupakan wahana pemblajaran kepetinganin individual( perseorangan)
budaya pendidikan. Dari kedua orang tua ia maupun kepentingan bersama. Gotong
akan belajar dan diajari budaya yang royong dalam kerja bakti untuk melestarikan
ditumbuh kembangkan oleh masyarakat dan desa termasuk dalam katagori gotong royong
setelahbesekolah ia akan memperoleh yang menyangkaut kepentingan bersama.
Gotong royong sebagaimana telah disinggung
WIDYA WRETTA
82
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
dapat diambil dari prilaku dan tatacra hidup 4. Simpulan
sosial.Perilaku sosial berupa sikaf seseorang Berdasarkan pembahasan-
terhadap peristiwa yang terjadi disikitarnya yang pembahasan pada bab terdahulu maka bagian
ada hubungannya dengan sosial bermasyarakat akhir dari tulisan ini, penulis temukan beberapa
anatar individu. Nilai pendidikan sosial yang kesimpulan yang merupakan jawaban dari
ada dalam karya seni dapat dilihat dari cermin permasalan yang dibahas yaitu sebagi berikut.
kehidupan masyarakat yang diinterprestasikan
untuk mewujudkan Desa yang lestari dan a). Pelaksanaan budaya gotong royong di Desa
harmonis. Pergung diklasipikasikan kedalam dua
tipe yaitu tipe gotong royong tolong
Upaya yang dilakukan adalah menolong, dan tipe gotong royong kerja
membentuk dan pengembangan pos-pos bakti.Gotong royong jenisnya Meselisi
pemberdayaan keluarga( posdaya) di berbagai Bau merupakan kegiatan gotong royong
tempat di lingkungan sekitar yang bias dilakukan yang klasifikasinya merupan kegiatan
dibalai banjar. Posdaya merupakan wadah, gotong royong tolong menolong pada
forom silahturahmi dan wadah untuk bidang ekonomi dan mata pencaharian.
membangkitkan kembali budaya gotong royong Dan kegiatan meselisi bau itu kegiatan
di masyarakat di lingkungan kita. Dalam spontanitas yang didasari atas
posdaya kelurga-kelurga diajak secara kebersamaan dan pambrih dan timbal
muswarah dan memecahkan masalah balik yang hidup serta berlangsung di
dilingkungan dengan seksama dan belajar pedesaan.
untuk perpendapat secara logis sehingga
masalah dapat dipecahakan. b). Usaha untuk mempertahankan nilai
pendidikan budaya gotong royong yang
Dengan diawali musyawarah di tingkat telah lama tertanam dalam kehipuan sosial
akar rumput,budaya saling mengenal maka masyarakat Desa Pergung. Dilakukan
akan tercipta budaya hidup gotong royong yang melalui pola pelembagaan sistim gotong
secara nyata dilakukan. Gotong royong bukan royong melalui pola pelembagaan sistem
sekedar diomongkan di publik,tetapai bener- gotong royong dalam organisasi sosial
bener dilaksankan dengan cara seksama dan tradisional seperti Banjar, Desa
tulus iklas yang di kerjakam besama-sama.Hal Perekraman, karena banjar adalah
ini diciptakan adanya bentuk saling menghargai merupakan suatu kesatuan sosial atas
dan menghormati sesama anak bangsa. Dalam dasar wilayah yang lebih kecil dari Desa.
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat Banjar menjalankan tugas-tugas yang
sangat penting untuk mendidik dan bersifat religius juga bertugas dalam
menumbuhkn rasa kerja bakti pada anak sejak bidang yang lebih bersifat sekuler.
dini. Dalam hal ini kebersamaan yang sangat
Semua dilakukan dengan sistem gotong
penting dan akan tibul rasa kasih saying dan
royong yang tercangkup dalam
semua akan merasakan rasa kebersamaan di
organisasi sosial tradisional.
lingkungan orang tua, anak (muda mudi).
WIDYA WRETTA
84
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK WARIS AKIBAT KONVERSI
AGAMA HINDU KE AGAMA KRISTEN
(DI DESA PAKRAMAN TARO KAJA)
DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG,
KABUPATEN GIANYAR
Oleh:
I WAYAN MARTHA
I NYOMAN SURTANA
ABSTRAK
Konversi agama Hindu menjadi agama lain merupakan masalah yang
serius yang di hadapi oleh masyarakat Bali saat ini. Seiring berkembangnya pola
pikir masyarakat Hindu Bali akibat globalisasi, yang tidak diikuti oleh
keseimbangan ekonomi dan lemahnya teologi/pemahaman agama Hindu,
menjadikan masyarakat Bali sering kali mempertanyakan keyakinannya terhadap
keadaan yang menghimpit kehidupannya, sehingga sering kali keadaan tersebut
menjadikan seseorang memilih melakukan konversi agama yang menimbulkan
kegoncangan dalam masyarakat adat di Bali sehingga menimbulkan implikasi-
implikasi/akibat terhadap pelaku konversi agama.
Dalam Karya Ilmiah Yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Waris
Konversi Dari Agama Hindu ke Agama Kristen, (Di Desa Pakraman Taro Kaja)
Desa Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar”. Adapun permasalahan
yang dibahas dalam skripsi ini adalah: (1) Mengapa konversi agama Hindu ke
agama Kristen di Desa Pakraman Taro Kaja bisa terjadi? (2) Bagaimanakah
Proses Konversi Agama Hindu ke agama Kristen di Desa Pakraman Taro Kaja?,
(3) Bagaimana Implikasi Konversi Agama Hindu ke agama Kristen Terhadap
Hak Waris di Desa Pakraman Taro Kaja?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor, Proses dan Implikasi
Konversi agama Hindu ke agama Kristen terhadap waris. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
analistis. Maksudnya adalah suatu analisis data yang didasarkan pada penelitian
kepustakaan yang dikaji dengan teori hukum yang bersifat khusus di bidang Desa
Pakraman, Hukum Adat dan Hukum Hindu.
WIDYA WRETTA
86
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
1.1 Latar Belakang (wetonan), mesangih (potong gigi),
Bali merupakan pulau kecil di pawiwahan (perkawinan), pengabenan
Indonesia, tetapi Bali memiliki keunikan (kremasi jenasah) dan sebagainya hingga
tersendiri yang lain daripada pulau-pulau upacara dewa yadnya baik dalam sekala
manapun di Indonesia bahkan di dunia, besar maupun kecil. Selain itu, ritual mecaru,
Kekhasan Pulau Bali sendiri dapat dilihat dari mepakelem sering digelar. Bahkan tidak
begitu banyaknya julukan yang diberikan jarang ritual itu dilakukan dengan serba
dunia luar terhadap Bali, diantaranya pulau mewah, mendatangkan sulinggih dalam jumlah
surga, pulau dewata, pulau seribu pura dan banyak, membeli banten yang besar,
banyak sebutan lainnya. Selain julukan membuat peralatan yang banyak serta waktu
tersebut Bali juga terkenal dengan yang dihabiskan berhari-hari (Setia,2006:27).
masyarakatnya yang ramah, adatnya kuat serta Dalam pelaksanaan tersebut tentu saja
budayanya yang khas, dan tidak lepas dari memerlukan biaya yang cukup besar sehingga
implementasi ajaran agama yang dianut memerlukan pengeluaran ekstra dalam
mayoritas masyarakat Bali yaitu agama Hindu. pelaksanaan tersebut. Di pihak lain,
masyarakat dan pemerintah daerah Bali
Landasan agama Hindu yang paling semakin gandrung dengan membina dan
menonjol dan menjadi penerapan atau yang mengembangkan kesenian ataupun
menjadi tuntunan dalam pola kehidupan melaksanakan upacara yang besar (Ardika,
sehari-hari masyarakat Bali yakni, konsep Tri 2004:22). Tentu saja hal ini menjadi
Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagian pertanyaan, apakah dengan upacara seperti
yang terdiri dari: Parahyangan, Pawongan, itu umat Hindu akan dapat menyelesaikan
dan Palemahan. Wiana, (2007,8) persoalan mereka setelah kematian ini. Atau
menyebutkan bahwa Parahyangan adalah akan menambah beban, karena upacara besar
media umat Hindu utuk menghubungkan diri tersebut juga tidak urung menimbulkan
dengan Tuhan, Pawongan adalah media keluhan setelah selesai upacara, karena
untuk membangun hubungan yang harmonis banayak oranag memaksakan diri membuat
dengan sesama manusia, dan Palemahan upacara besar yang berakibat banyak harta
Adalah media utuk membangun hubungan benda yang terjual serta diikuti oleh persoalan
yang harmonis dengan alam /lingkungan. penyelesaian hutang karena menyelesaikan
Dari konsep Tri Hita Karana terlihat upacara. Apakah itu tujuan hidup manusia,
bahwa umat Hindu Bali sangat taat dengan tentu pertanyaan ini akan dijawab oleh para
konsep tersebut, dapat dilihat dalam pembuat ritual-ritual besar (Surpi, 2011:1).
kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu Bali Selain itu katanya desa adat atau desa
tidak dapat terlepas dari kegiatan upacara Pakraman yang merupakan implementasi
agama. Mulai dari manusa yadnya seperti dari sukerta tata pawongan pembinaan
nelu bulanan (tiga bulanan), otonan hubungan yang baik antar sesama manusia,
WIDYA WRETTA
88
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Begitu pula terhadap hak waris, hak
yang merupakan salah satu desa tua di Bali. mewarisnya krama desa/warga masyarakat
Ada beberapa orang warga masyarakatnya Desa Pakraman Taro Kaja, akan hilang
melakukan konversi agama (berpindah apabila ada warga masyarakat Desa
agama), dari agama Hindu ke agama Kristen. Pakaraman Taro Kaja melakukan konversi
Konversi agama di Desa Pakraman agama. Seperti kutipan awig-awig Desa
Taro Kaja tersebut tentu saja menimbulkan Pakraman Taro Kaja berikut, yang tertulis
dampak sosial di tengah masyarakat, karena dalam Pancama Sargah ( Bab V ), Palet 4,
di dalam awig-awignya (aturan adat) sudah indik warisan ( bagian 4, tentang warisan),
tercantum, apabila ada masyarakatnya Pawos 66,ca,angka (1) dan (2) (pasal 66
berpindah agama, maka mereka tidak lagi hurup ca) yaitu:
dianggap sebagai krama/warga Desa 1. Nilar Kawitan Lan Sasananing Agama
Pakraman Taro Kaja seperti yang tertulis (Hindu)
pada Tritya Sargah,sukerta Tata 2. Alpaka Guru Rupaka
Pakraman (Bab III, tentang hubungan antar Artinya:
masyarakat), Palet I Indik krama (bagian I
tentang warga), Pawos 4 (1) (pasal 4, ayat 1. Meninggalkan kepatutan (hak waris) dan
1). Yaitu: tidak melakukan kewajiban beragama
(hindu).
Sane kabawos Krama Desa 2. Durhaka terhadap orang tua dan leluhur.
Pakraman Taro Kaja inggih punika (Awig-awig lan Pararem Desa
kaluarga sane maagama Hindu Pakraman Taro Kaja,2002:61).
saha ngamong Tegal Ayahan Desa,
Karang Desa lan Karang Guna Dari pengertian diatas bahwa
Kaya utawi jenek mapaumahan hilangnya hak waris seseorang atau seorang
ring sawidangan Desa Pakraman anak apabila, meninggalkan kepatutan (hak
Taro Kaja. waris), durhaka kepada orang tua atau
leluhur, meninggalkan kewajiban beragama/
Artinya: pindah dari agama Hindu ke agama lain dan
Yang disebut sebagai warga keluar dari keluarga asal masuk ke rumpun
masyarakat adat Taro Kaja ialah keluarga lain melalui proses perkawinan atau
orang yang beragama Hindu yang diangkat anak oleh orang lain. Sehingga
menduduki ladang, pekarangan milik dengan demikian maka, ahli waris tidak dapat
desa adat dan pekarangan hak milik lagi melanjutkan kewajiban orang tuanya baik
pribadi atau tinggal menetap di kewajiban sosial di masyarakat maupun
lingkungan desa Pakraman Taro kewajiban beragamanya.
Kaja. (Awig-awig lan pararem Berdasarkan permasalahan di atas,
Desa Pakraman Taro Kaja, 2002:4) penulis tertarik untuk melakukan penelitian
WIDYA WRETTA
90
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Setelah lama beliu bersuami istri, lahirlah putra Wukireng rawung yoghanam,
beliau yang diberi gelar Sang Maharsi Sritawyan satyan dharmanah
Markandeya.berikutnya diceritakan beliau Tamanloke Tyranjitah, Sang
Maharsi Markandeya sangat tampan Markandhiy Bhisekanam
mempunyai banyak ilmu, faham terhadap isi
sastra yang utama. Setelah lama membujang Setiba beliau di Gunung Raung
akhirnya beliu memperistri seorang gadis yang disuruhlah murid-murid beliau merabas hutan
bernama Dewi Dumara. Beliu mempunyai untuk dibanun pasraman dan pondok-
seorang putra yang bergelarHyang Rsi Dewa pondok. Disana beliu tinggal untuk bertapa,
Sirah. Hyang Dewa Sirah memperistri Dewi menyucikan diri, menghilangkan dosa yang
Wipari,yang kemudian beranak banyak. diakibatkan oleh sepuluh indria (dasendriya)
Demikianlah ceritra para rsi terdahulu. dan mempengaruhi dunia ini.
Hentikan ceritanya sejenak. Entah berapa lama beliau
Adapun Sang Maharsi Markandeya melaksanakan pertapaan beryoga semadidi
beliu juga dikatakan sebagai titisan Bhatara sana, tiba-tiba terlihat sinar menyala-nyala
Surya, memang benar dari Negara menjulang ke angkasa.Pada saat itu juga
Bharatawarsa (India). Kemudian ada terdengar ada sabda yang turun dari leluhur
keinginan beliau untuk mengembara / beliu yakni Sang Hyang Jagatnatha, agar beliu
melanglang buana, yang diiringi oleh murid- Sang Maharsi pergi kea rah timurmenuju Bali
murid setia beliau, akan membengun daerah pulina di sebelah timur pulau Jawa,kerena
beru dengan merabas hutan menuju daerah- disana sudah ada stana para dewa yakni di
daerah yabg ada disebelah selatan dari India, Gunung Tohlangkir (Gunung Agung) yang
dibagian timur Nusantara. Tidak diceritakan disebut Giri Raja dan konon gunung itu
dalam perjalanan sempailah beliau di Gunung merupakan pucak Gunung Maha Meru yang
Damalung di wilayah Gunung Di Hyang yang dibawa kebali oleh Sang Hyang Pasupati
disebut juga Gunung Hyang atau Gunung dahulu, sebagai pemangku dunia (Bali), agar
Dewata.Namun disana sudah ada pertapaan supaya kokoh sewilayah pulau Bali ini.
Sang Ila putra dari Sang Rsi Tresnawindu,yang Kemudian Sang Hyang Maharsi Markandeya
merupakan murid dari Sang Hyang Maharsi pergi kea rah timur meninggalkan Gunung
Agastya yang telah terlebih dahulubertapa di Raung sesui dengan petunjuk Sang Hyang
wilah pulau Jawa, dan telah berbaur dengan Dewata (leluhur beliu),diiringi oleh 800 orang
tujuh rsi (sapta rsi) di sana. Selain itu Sang murid.Beliu berkehendak berdharmayatra
Aridewi dan Sang Anaka juga bertapa di menyebarkan ajaran-ajaran Trisakti Paksa,
Gunung Di Hyang yang disebut Gunung Dieng terutama waisnawa Paksa dengansegala
sekarang.Itulah sebabnya Maharsi aturan dan tatacara upacara dan upakaranya.
Markandeyapergi ke Gunung Raung di Jawa Tolangkir Girirupam,
Timur. Durmanggaleng sisyântakem,
WIDYA WRETTA
92
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
pekerjaan merabas atau membuka hutan yang beliau Sang Mahayoghi bertapa yoga
keramat tersebut, juga merencanakan untuk semadhi, mohon kesejahteraan dunia. Tempat
membuka lahan yang luas yang ada di sebelah beliau beryoga tersebut kemudian dibangun
barat tempat tersebut. Tempat beliau Sang tempat suci (parahyangan) yang diberi nama
Mahayoghi beristrirahat (madehetan) Pura Payogan atau disebut juga Pura Gunung
kemudian dibangun pura (parhyangan) yang Lebah sampai sekarang. Hentikan ceritanya
mretiwi (tanpa pelinggih) dalam pelaksanaan sejenak.
tata cara upacaranya. Pura tersebut dikenal Adapun murid-murid beliau yang
dengan nama Pura Sabang Dahet sampai dititahkan oleh Sang Maharsi untuk
sekarang. Lokasi pura tersebut sekarang ada meneruskan merabas hutan/semak-semak di
di tengah hutan termasuk wilayah Desa hulu bukit itu, segala penjuru mereka merabas
Pakraman Pwakan. hutan dan membuka lahan untuk berbagai
Adapun bukit kecil itu kemudian kepentingan yang kawasan sangat luas itu.
disebut munduk Taro. Oleh karena rendah Entah berapa bulan lamanya mereka
keadaannya, maka bukit tersebut disebut juga membuka hutan, sudah banyak dapat
munduk Gunung Lebah, demikianlah membuka lahan.Disana kemudian Sang
disebutkan. Mengenai sungai yang ada di Mahayoghi membagi-bagi lahan tersebut
sebelah timur munduk itu disebut Wos diperuntukan sebagai pondok-pondok,
Lanang dan sungai yang berada di sebelah lading, kebun, sawah, dan lahan kering
barat munduk disebut sungai Wos Wadon. (pagagan), juga sawah (pertanian tanah
Kedua sungai tersebut bertemu di hilir (ujung basah). Disamping itu juga dipersiapkan untuk
selatan) bukit. Tempat pertemuan sungai tempat pura dan halaman-halamannya,
tersebut disebut pecampuhan sampai bangunan suci lainnya, dan kuburan.adapun
sekarang. podok-pondokannya diatur berjejer-jejer
Setelah beliau Sang Pandya atau berderet-deret, di kemudian hari deretan
merencanakan merabas hutan, semak (banjaran) itu disebut banjar sampai
belukar, kemudian membuka berbagain jenis sekarang. Adapun kumpulan banjar yang
lahan untuk berbagai kepentingan. Pada saat besar dinamai wanua/banua atau thani, juga
iti Sang Maharsi menitahkan kepada murid- desa tersebut tuha-tuha yakni tuha wanua/
murid beliau merabas hutan dan semak banua,tuha thani dan tuha desa. Wilayah
belukar yang ada di sekitar tempat itu, dan desanya disebut parimandala tersebut
ada juga yang suruh oleh beliu pergi kea rah dinamai pangjahit.
selatan untuk menelusuri sungai yang mengapit Selanjutnya mengenai bangunan suci
munduk Taro tersebut. Sunagai itu bertemu yang dibangun ada yang disebut Hyang Api
di ujung hilir munduk iti. Tempat pertemuan dan Hyang Karimana, bangunan suci (pura)
sungai itu kemudian disebut pacampuhan tersebut konon merupakan asal dari adanya
(campuhan) sampai sekarang. Disanalah Tri Kahyanganyang ada di setiap desa seperti
WIDYA WRETTA
94
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Pakraman Taro Kaja merupakan salah satu 1. Satu Desa Dinas meliputi beberapa Desa
desa tua di Bali, mengingat dan merupakan Pakraman
pasraman (pusat pendidikan Agama Hindu) 2. Satu Desa Pakraman terdiri babarapa
pada masa kedatangan Sang Hyang Maharsi Desa Dinas
Markandeya dahulu, kini dimasa modern ini
ada beberapa warga masyarakatnya 3. Satu Desa Dinas meliputu beberapa Desa
melakukan konversi Agama, dari Agama Pakraman dan salah satu banjar yang
Hindu ke Agama Kristen. Atas dasar kejadian berlokasi di Desa Pakraman tersebut,
tersebut Desa Pakraman Taro Kaja menjadi warga Desa Pakraman yang
dijadikan lokasi penelitian. lain, di desa dinas yang bersangkutan.
Secara sruktur administrasi Mengenai batas-batas wilayah, Desa
pemerintahan, Desa Pakraman Taro Kaja Pakraman Taro Kaja dapat dilihat dalam
merupakan bagian dari Desa Dinas Taro, awig-awig Desa Pakraman Taro Kaja yang
Desa Dinas Taro Terdiri dari 14 (empat belas) berbunyi seperti berikut:
Desa Pakraman yaitu ; (1) Desa Pakraman “ Jabar kakuwuh wawidanganya
Taro Kaja, (2) Desa Pakraman Taro Kelod, mawates nyatur”
(3) Desa Pakraman Tatag, (4) Desa
Ha. Sisish Wetan ring Desa
Pakraman Ked, (5) Desa Pakraman
Pakraman Bonjaka;
Pwakan, (6) Desa Pakraman Pakuseba, (7)
Desa Pakraman Belong, (8) Desa Na. Sisih Kulon ring Tukad Wos
Pakraman Patas, (9) Desa Pakraman Ulu;
Pisang Kaja, (10) Desa Pakraman Pisang Ca. Sisih Lor Desa Pakraman
Kelod, (11) Desa Pakraman Let, (12) Desa Belong;
Pakraman Tebuana, (13) Desa Pakraman
Sangkaduan, dan (14) Desa Pakraman Alas Ra. Sisih Kidul Desa Pakraman
Pujung. Hal Ini sangat memungkinkan Karena Tatag.
di Provinsi Bali ada dua system pemerintahan Yang artinya;
desa ,Yakni Desa Dinas dan Desa
Batas-batas desa memiliki empat
Pakraman. Karena syarat dan dasar
perbatasan antara lain;
pembentukan antara Desa Dinas dan Desa
Pakraman berbeda, Windia dan Ketut 1. Sebelah Timur berbatasan
Sudantar (2006 ; 14) menyebutkan akan dengan Desa Pakraman
terdapat beberapa kemungkinan, yaitu: Bonjaka;
Satu desa dinas mempunyai luas 2. Sebelah Barat berbatasan
wilayah dan jumlah penduduk yang sama dengan Tukad Wos Ulu;
dengan satau Desa Pakraman. 3. Sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Pakraman Belong;
WIDYA WRETTA
96
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
masing pendapat muncul selaras dengan laki-laki 38 tahun saat diwawancara di
disiplin keilmuan yang ditekuni oleh masing- rumahnya di Mawang Kangin, Br Puakan,
masina ahli tetapi secara umum, konversi Desa Taro. Mengatakan :
konversi agama mengandung dua unsur “Saat saya masih kecil saya dan kakak
sebagaimana dikemukakan oleh Penido, yaitu: saya ditinggal oleh orang tua kami, bapak
Tekanan hebat dari misi Kristen dalam kami meninggal dunia, karena ditinggal
beberapa dekade membuat Bali sedikit bapak kami. Dari saat itulah kami dirawat
tergetar. Walau kegagalan konversi terjadi oleh kakek, dan kakek kamipun merasa
pada waktu yang sangat panjang, tidak sulit untuk merawat kami dengan keadaan
menyurutkan misi Kristen di Bali. Gempuran ekonomi kami saat itu, namun atas saran
demi gempuran terus diberikan dengan dari seseorang yang merupaka salah satu
strategi, metode dan taktik yang berbeda. anggota dari Gereja yang ada di Banjar
Upaya dan strategi itupun akhirnya berhasil Pakuseba menyarankan kakek saya untuk
mengkristenkan beberapa orang Bali, dari menitipkan saya di Panti Asuhan Kristen
wilayah perkotaan sampai ke pelosok desa, di Tabanan yang bernama Panti Asuhan
seperti yang terjadi di Desa Pakraman Taro Salam, Kakek sayapun menyetujui saran
Kaja. Keberhasilan Penginjilan itu tidak tersebut dan menitipkan saya disana,
terlepas dari kodisi warga Desa Pakraman sedangkan kakak saya tinggal di Payangan
Taro Kaja saat itu. dengan kerabat kami di payangan.
Seperti yang dialami oleh keluarga I Saat itu, usia saya kurang lebih tiga
Nyoman Nadhi yang diawali dengan ditinggal setengah tahun, sayapun tinggal dan
oleh ke dua orang tuanya, bapaknya sekolah disana dengan kehidupan dan
meninggal dunia. Menjadikan I Nyoman rutinitas kehidupan sehari-hari dibina dan
Nadhi dan kakaknya I Made Laba harus dibesarkan dengan ajaran agama Kristen,
hidup dengan kakeknya. Sementara itu, saya tingal di Panti Asuhan kurang lebih
karena keterbatasan ekonomi untuk merawat 15 tahun. Setelah beranjak dewasa saya
dan menyekolahkan I Nyoman Nadhi dirasa sempat pulang kembali ke desa asal saya
sulit oleh sebab itu atas saran dari salah satu (Taro Kaja), sayapun ikut bergaul dengan
anggota Gereja yang ada di Banjar Pakuseba, teman-teman sebaya saya dan ikut
Desa Taro Kecamatan Tegallalang, sembahyang kepura seperti yang lainnya,
Kabupaten Gianyar sang Kakek menitipkan karena saat itu walaupun lama saya tinggal
I Nyoman Nadhi di Panti Asuhan Kristen, di Panti Asuhan Salam saya belum
yang ada di Tabanan, Nama Panti Asuhan memutuskan untuk masuk ke Agama
tempat I Nyoman Nadhi tinggal adalah Panti Kristen. Tetapi dalam pergaulan ini saya
Asuhan Salam, sedangkan I Made Laba merasa kosong karena kepuranya juga
tinggal dengan kerabatnya di Payangan. jarang, ataupun sembahyang ke Gereja
Seperti penuturan I Nyoman Simon Nadhi juga juga tidak, jadi secara bathin saya
WIDYA WRETTA
98
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
4.2.3 Konversi Agama: Akumulasi intelektual serta penanaman iman dalam
Banyak Faktor lingkungan gereja. Kondisi ini jauh berbeda
Thouless (2000:189) menggolongkan dengan komunitas hindu yang pembinaan
penyebab awal onversi agama menjadi keagagamaan tidak se intensif agama Kristen.
konversi intelektual, moral dan sosial. Tetapi, 4.3 Proses Konversi Agama Hindu Ke
perbedaan di antara konversi itu tidak tegas. Agama Kristen di Desa Pakraman
Sebab setiap perubahan intelektual Taro Kaja
mengandung berbagai implikasi terhadap Penerimaan warga Desa Pakraman
perilaku dan kesetiaan sosial, dan tidak Taro Kaja terhadap kekristenan lebih banyak
seorang pun bisa merubah kesetiaan sosialnya karena terjadi goncangan, baik goncangan
dalam bidang agama atau motivasi perilaku sosial (faktor dari luar diri) maupun dari dalam
tanpa adanya perubahan atas keyakinan. diri berupa krisis individu. Jarang terjadi yang
Starbuck dalam Thouless (2000:200- mana seseorang yang langsung memutuskan
203) yang melakukan penelitian ilmiah tentang untuk beralih kepercayaan tanpa suatu proses
konversi pada akhir abad ke-19 menemukan yang panjang.
bahwa konversi adalah gejala adolensi. Dia Secara umun seseorang atau
menganalisis sejumlah laporan dan sekelompok orang awalnya mengalami krisis
pengalaman konversi serta menyimpulkan dan persoalan dalam hidupnya, hal tersebut
tifikat konversi kedalam tiga fase berurutab menimbulkan kegamangan. Dalam kondisi ini
yakni; (1) keputusasaan, (2) kesedihan tidak sedikit yang mempertanyakan kebenaran
sebagai suatu titik peralihan, dan (3) agama yang yang dianut serta Tuhan yang
kegembiraan dan kedamaian. Starbuck juga dipuja. Krisis ini akan mepertanyakan
melakukan kajian komparatif mengenai keberadaan Tuhan dan kebenaran yang
beberapa konversi yang terjadi dalam dianut. akhirnya terbuka ruang untuk nilai-nilai
beberapa kegiatan regular gereja dan baru atau hal-hal baru dalam hidupnya.
konversi yang timbul karena kegiatan penginjil Seseorang atau sekelompok orang ingin
propesional. Lebih dalam Starbuck juga mendapat makna baru dalam hidupnya.
melakukan kajian komparatif mengenai Seseorang atau sekelompok orang yang ingin
jumlah orang yang mengalami konversi secara mendapatkan makna baru dalam hidup
tiba-tiba dengan orang-orang yang sekaligus komunitas baru yang membuatnya
menunjukan perkembangan spiritual secara nyaman. Sampai di sini pun merupakan
berangsur-angsur tanpa mengalami krisis proses yang penting baik berupa penerimaan
konversi. Kesimpulan Starbuck, walau ada maupun penolakan terhadap ajaran atau nilai
perbedaan dalam kehidupan keagamaan baru yang dikenal atau ditawarkan.
pada kedua kelompok ini secara umum
sejalan. Situasi ini dapat dipahami dari Proses ini lebih banyak berupa debat
intensifnya siar keagamaan dan pemahaman teologis yang akhirnya mempertanyakan
WIDYA WRETTA
100
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
4.4 Implikasi Konversi Agama Hindu ke salah satu warga Desa Pakrama Taro Kaja
Agama Kristen Terhadap Hak Waris yang berpindah agama maka, mereka tidak
di Desa Pakraman Taro Kaja lagi diajak atau diakui lagi sebagai
Keputusan yang diambil oleh mayarakat adat desa Pakraman Taro
beberapa warga masyarakat Desa Kaja. Begitu pula terhadap waris yang
Pakraman Taro Kaja, dalam hal ini oleh bersifat Ayahan Desa seperti Karang dan
Inyoman Simon Nadhi dan Kakaknya Made Tegal Ayahan Desa dialihkan kepada
Laba Yunus, yang sebelumnya beragama Hindu keluarga yang masih meagama
dan memutuskan pindah ke agama Kristen tentu (beragama) Hindu”, (Wawancara 01,
saja, menimbulkan beberapa masalah terhadap Agustus. 2014).
masyarakat, karena dalam awig-awig (aturan Tindakan yang diambil dari Desa
adat) Desa Pakraman Taro Kaja yaitu, dalam Pakraman tersebut juga tidak terlepas dari
Tritya Sargah Tata Pakraman (Bab III, Aturan Adat yang mengatur keberlangsungan
tentang hubungan antar masyarakat), Palet 1 Desa Pakraman Taro Kaja, yang mengatur
Indik Krama (bagian1 tentang warga), Pawos4 tentang Hak seorang ahli waris dan sebab-
(1) (pasal 4 ayat 1) menyebutkan bahwa; “Sane sebab mereka tidak mendapatkan warisan,
kabawos Krama Desa Pakraman Taro Kaja yang tentunya awig-awig tersebut juga telah
inggih punika kaluarga sane magama Hindu disesuaikan dengan Hukum Adat Bali dan juga
saha ngamong Tegal Ayahan Desa, Karang Hukum Hindu.
Desa lan Karang Guna Kaya utawi jenek 4.4.1 Implikasi Yuridis Hak Waris
mapaumahan ring sawidangan Desa Menurut Hukum Adat Bali
Pakraman Taro Kaja”, artinya: Yang disebut
sebagai Warga Desa Pakraman Taro Kaja ialah Ahli waris adalah orang yang
keluarga yang beragama Hindu juga bertangung menerima warisan. Mengenai ahli waris, dalam
jawab atas Tegal Ayahan Desa (ladang milik hukum adat dikenal adanya penggolongan ahli
masyarakat adat), Karang Desa, dan Karang waris berdasarkan garis pokok keutamaan
Guna Kaya dan tinggal menetap di wilayah Desa dan garis pokok pengganti. Garis pokok
Pakraman Taro Kaja. (Awig-awig dan keutamaan adalah garis hukum yang
pararem, 2002:4). menentukan urutan-urutan keutamaan dalam
di antara golongan-golongan keluarga
Begitu pula menurut keterangan yang pewaris dengan pengertian bahwa golongan
diberikan oleh beberapa tokoh masyarakat Desa yang satu lebih diutamakan dari golongan yang
Pakraman Taro Kaja berikut ini, yang pertama lain. Garis pokok pengganti adalah garis
keterangan dari I Made Suwersa, 60 Tahun hukukmyang bertujuan untuk menentukan
mengatakan: siapa di antara kelompok keutamaan tertentu,
Berdasarkan awig-awig kami(Desa tampil sebagai ahli waris. Dalam menentukan
Pakraman Taro Kaja) bahwa apabila ada ahli waris berdasarkan garis pokok
keutamaan dan garis pengganti ini harus
WIDYA WRETTA
102
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
(1) Anak laki-laki kawin nyeburin Na. Pamrajan
(2) Anak laki-laki yang tidak melaksanakan Ca. Pangunakaya, tadtadan/jiwa dana,
dharmaning anak, misalnya durhaka hutang piutang
terhadap leluhur, durhaka terhadap Artinya:
orang tua; (2) Yang disebut sebagai warisan
(3) Sentana rajeg yang kawin keluar. diantaranya
Pada dasarnya Hukum Adat Bali (a) Harta milik bersama, seperti ladang,
menyatakan bukan hanya semata mata berisi kewajiban desa Pakraman/adat, harta
hak, tetapi ada juga kewajiban-kewajiban pusaka seperti tempat suci dan yang
yang harus dipenuhi dalam upaya mendapat lainnya
warisan dan apabila salah satu kewajiban
diabaikan maka dapat menimbulkan (b) Pura Keluarga (mrajan/sanggah)
terputusnya hak untuk menerima warisan. (c) Penghasilan Hasil jerih payah, harta
Pengertian Hukum adat Bali diatas menjadi benda bekal perkawinan dan hutang
dasar penulisan awig-awig Desa Pakraman piutang.
Taro Kaja, berikut kutipan awig-awig
(3) Wawu kengin kabawos wararisan
mengenai waris, ahli waris, pewaris dan
prade wenten;
hilangnya hak waris krama/warga Desa
Pakraman Taro Kaja: (ha) Sang mapiturun (pawaris)
(1) Warisan inggih punika tetamian (na) Katurunan( ahli waris)
artha brana saha ayah-ayahan (ca) Artha brana miwah tategenan
ngupadi kasukertan sekala-niskala (ayah-ayahan) makacihna waris
kaluhurannia ring turunannya.
Artinya;
Artinya:
(3) Bisa disebut waris apabila sudah ada;
Warisan adalah peninggalan baik
(a) Pewaris (orang yang meninggalkan
berupa harta benda maupun
warisan)
kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan untuk menjaga keharmonisan (b) Keturunan (ahli waris/yang menerima
lahir dan batin dari leluhurnya terhadap warisan)
ahli warisnya. (c) Artha benda dan juga kewajiban atau
(2) Kang sinanggeh Warisan luwire: tanggung jawab sebagai bukti waris
Ha Due tengah, makadi tegal, ayahan Pawos 64 (pasal 64)
desa, khayangan pusaka siwa (1) Ahli waris luire
pakarana lan sapanunggalannya.
(ha) Pratisentana purusa
(2) Prade tan wenten sakadi ring ajeng, (na) Ngabenang pawaris saha
kang sinanggeh ahli waris. ngelanturang upacar-upacara pitra.
WIDYA WRETTA
104
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2) Alpaka guru rupaka. 3) Ahli waris perempuan, kawin
3) Sentana rajeg, kesah keluar atau ahli waris laki-laki
mawiwaheutawi pratisentana kawin nyeburin atau nyentana
nyeburin soang-soang kabawos masing-masing disebut ninggal
ninggal kadaton. kedaton atau meninggalkan hak
warisnya.
(Ra) Boya ahli waris, kengin muponin
hasil manut dudonan,luire: (Awig-awig miwah Pararem Desa
Pakraman Taro Kaja,2002:58-60)
1) Santana luh, salami during kesah
mawiwaha. Dari kutipan awig-awig di atas sudah
sangat jelas diatur bahwa orang yang tidak
2) Balu luh wiadin muani nyeburin melaksanakan kewajiban beragama (hindu)
(soang-soang boya sentana). maka hak-hak dan kewajiban dalam Desa
3) Mulih deha utawi truna, riantukan Pakraman ditiadakan. Namun hak-hak yang
ring pawiwahan pecak sampun merupakan harta kekayaan keluarga diluar
kabawos ninggal kedaton. statusnya Ayahan Desa atau hak yang
menyangkut Desa Pakraman Taro Kaja.
Artinya:
Keputusan untuk memutuskan memberikan
Pembagian waris sepatutnya seperti dibawah: atau tidak hak-hak itu, di kembalikan kepada
(b) Sesudah pelaksanaan ngaben dan kebijakan keluarga masing-masing seperti;
pelunasan hutang-hutang leluhur selesai Tanah hasil pembelian orang tua tanpa ada
dibayar. hubungan dengn ayah-ayahan desa
Pakraman, mobil dan yang lainnya (harta
(c) Para ahli waris dapat bagian atas harta guna kaya) keluarga yang memutuskan.
guna kaya atau harta kekayaan leluhur,
dan karang/tegal ayahan desa kaemong Begitu pula keterangan yang didapat
olih ahli waris ,yang disebut Krama oleh penulis pada saat wawancara dengan: I
Marep. Ketut Madia 53 tahun.Yang mengatakan:
(d) Salah satu penyebab ahli waris tidak “Ada beberapa hal yang
mendapatkan bagian waris: menyebabkan orang yang berpindah agama
kehilangan hak warisnya, ada beberapa alasan
1) Meninggalkan kepatutan (Hak kenapa krama/warga tersebut kehilangan
waris) dan meninggalkan kewajiban waris. Desa Pakraman Taro Kaja memiliki
beragama atau pindah agama begitu banyak kahyangan/pura yang harus
(hindu). dipelihara keberlangsungannya baik secara
2) Durhaka terhadap leluhur. fisik maupun upaca-upacaranya maka, untuk
menjaga itu semua masyarakat Taro Kaja
pada jaman dahulu diberi bagian-bagian
WIDYA WRETTA
106
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
adalah orang yang meninggalkan warisan, dayada bandhawaç casat. (MD. IX.
sedangkan ahli waris adalah orang yang 159)
menerima warisan (harta milik pewaris) dari Artinya:
pewaris.
Anak sah dari sesorang ,anak yang lahir
Dalam Hukum Waris Hindu dari hubungan dengan istri, anak yang lahir
ditentukan bahwa pewaris hakekatnya adalah dengan rahasia, anak yang dibuang adalah
orang tua (bapak),sedang kan ahli waris tang anak yang mewaris dan keluarga.
terpenting adalah anak laki-laki, artinya
warisan turun dari bapak kepada anak laki- Kanincca sahodhacca kritah
lakinya.Hal ini diatur dalam Pasal 156, paunarbhawasttha swayam dattaçca
157,158, 159, dan 185. Bab IX. Kitab çaudracca sad dayada bandhawah.
Manawa Dharmasastra. (MD. IX. 160).
Samawarnaýsu ye jatah sarwe putraú Artinya:
dwijanmanam uddharam jya yase Anak dari wanita yang tidak dikawini,
datwa bhajeran nitare samam. anak yang diterima bersama istri, anak
(MD.IX.156) yang dibeli, anak dari wanita yang kawin
Artinya: lagi, anak yang menyerahkan diri dan
anak dari seorang sudra yang tidak
Semua anak-anak dari orang dwijati yang dinikahi adalah keluarga bukan pewaris.
lahir dari istri sederajatkan memperoleh
bagian yang sama dari harta warisan Isanasah pitrvittsya rayah. (Rgveda: I.
setelah satu dengan yang lainnya memberi 73.9)
bagian tambahan kepada saudara Artinya:
tertuanya.
Anak laki-laki mewarisi milik (harta)
Putrandwadaca yanaha nrnam swa leluhurnya.
yambhuwo manuh tesam sad badha
Prajabhyah pustim wibhajanta aastate
dayadah sad dayadha bandhawah.
(Rgveda: I.13.4).
(MD. IX. 158).
Artinya:
Artinya:
Para orang tua memberikan bagian
Sesungguhnya ada duabelas anak dari
mereka kepada anak laki-laki.
seseorang menurut Manuswayambhu,
enam diantaranya adalah mewaris dan Dari bunyi sloka-sloka di atas, anak
keluarga, sedangkan yang lainnya yang termasuk ahli waris dalam Hukum Hindu
hanyalah keluarga. adalah anak laki-laki, baik itu anak kandung
maupun anak angkat. Sedangkan anak yang
Aurasah ksetrajaçcaiwa datah krtrima
bukan ahli waris tetapi masih sebagai keluarga
ewaca gudhotpanno pawidhaçcah
WIDYA WRETTA
108
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Artinya: bapak adalah ia yang menanggung,
Tetapi apapun juga harta sendiri milik ibu memelihara anak-anaknya. Yang disebut
harta itu adalah satu-satunya merupakan teman adalah ia yang percaya dan dapat
bagian anak perempuan; dan anak wanita dipercaya, dan seorang istri adalah ia yang
yang diangkat ststusnya menjadi anak laki- selalu bisa memberikan kebahagiaan.
laki menerima seluruh warisan orang Mãtãpitribyãm jãmbhirbhrãtrã putrena
tuanya yang tidak berputra laki. bhãryayã, duhitrã dãsa wargena
Dari bunyi pasal diatas dapat wiwadam na samacaret (MD:IV.180).
diketahui bahwa seorang anak perempuan Artinya:
berhak mendapatkan warisan orang tuannya Janganlah ia sampai berkelahi dengan ayah
baik ibu maupun dari bapaknya, lebih-lebih bundanya sendiri, dengan keluarga-
jika anak perempuan itu diangkat statusnya keluarga perempuannya, dengan abang-
menjadi laki-laki (putrika), ia berhak atas abangnya, dengan anak dan istrinya,
harta kekayaan peninggalan orang tuanya. dengan putrinya dan dengan pelayan-
Seorang anak disamping berhak atas pelayannya sekaligus.
harta warisan orang tuanya, mereka memiliki Tanggung jawab yang harus diemban
kewajiban yang harus dipikul sebagai seorang oleh seorang anak laki-laki atau seorang anak
anak (Gelgel,2006:145) wanita yang berstatus laki (putrika),
Yasya putro vasibhuto sebagaimana bunyi sloka-sloka diatas adalah:
bhãryãchandãnugãni vibhave yasca a. Melakukan upacara-upacara ritual untuk
santustas tasys svarga ihaiva hi para leluhurnya.
(Nitisastra:II.3) b. Menghormati leluhur, orang tua, kakak
Artinya: dan juga para gurunya dan senantiasa
Kalau seorang anak bakti kepada orang menyenangkan hati mereka.
tuanya, sang istri penurut, merasa puas c. Menghindari perselisihan, perkelahian
terhadap harta benda yang dimiliki, dengan orang tua dan keluarganya.
sebenarnya kesenangan surga dinikmati d. Selalu berbakti kepada orang tuanya.
oleh orang-orang tersebut di dunia.
Te putrã ye pitur-bhaktãh sa pita A. Hilangnya Hak Mewaris Dalam Hukum
pasokah tam mitram yatra visvasah sã Hindu
bhaãryã yatra nirvrtih. (Nitisastra:II.4). Setiap ahli waris sebenarnya
Artinya: mendapatkan hak waris dari prang tuannya
(pewaris), namun ada kalanya seseorang kan
Yang disebut putra adalah mereka yang kehilangan hak warisnya disebabkan kerena
bhakti terhadap bapak, yang disebut perbuatannya yang bertentangan dengan
WIDYA WRETTA
110
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
diraba secara fisik material,sedangkan harta 4.4.3 Implikasi Menurut Hukum
warisan tidak berwujud berupa hak dan Nasional (Positif) Indonesia
kewajiban. (MD.X.115) Kebebasan beragama di indonesia
Sapta witãgamã dharmyã dãyo lãbhah sangat dijunjung tingagi karena Negara
krayo jayah, prayoga karmayogacca menjamin kebebasan beragama seluruh warga
satpratigraha ewa ca. Negara sesuai dengan bunyi Undang-Undang
Artinya : Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pasal
29 (1) dan (2) tentang agama yang berbunyi
Ada tujuh cara yang sah dalam sebagai berikut:
memperoleh hak milik yaitu: pewarisan,
perjumpaan, atau hadiah persahabatan, Pasal 29
pembelian, penaklukan, peminjaman AGAMA
dengan bunga,melakukan pekerjaan (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan
menerima hadiah dari orang-orang saleh. Yang Maha Esa.
Dari bunyi sloka115 Bab.X. Manawa (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-
Dharmasastra di atas, ada tujuh cara sah atau tiap penduduk untuk memeluk agamanya
cara yang dibenarkan untuk memperolah dan untuk beribadat menurut agama dan
warisan dalam Hukum Hindu yaitu: kepercayaannya itu.
a. Pewarisan Berdasarkan pejelasan Undang-
b. Pembelian Undang diatas maka sangat jelas tidak ada
c. Penaklukan implikasi dari tindakan atau perbuatan
berubah/berpindah agama.
d. Penjumpaan
e. Peminjaman dengan bunga BAB V. PENUTUP
f. Melakukan pekerjaan 2.1 Kesimpulan
g. Penerimaan dari orang yang saleh.
Setelah penulis menguraikan secara
Jadi dari hasil uraian di atas dapat maksimal tentang “Implikasi Konversi Agama
ditarik benang merah terhadap waris menurut Terhadap Hak Waris Menurut Hukum Hindu
Hukum Hindu. Bahwa orang yang tidak dapat (Studi Kasus di Desa Pakraman Taro Kaja).
melakukan/melanjutkan kewajiban orang tua Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
seperti berikut.
atau pewaris. Menurut Hukum Hindu, maka
tidak dibenarkan untuk mendapatkan Waris 1. Terjadinya konversi agama di Desa
dari pewarisnya, Sama halnya dengan orang Pakraman Taro Kaja disebabkan oleh
yang berubah/berpindah agama dari agama beberapa Faktor sebagai berikut:
Hindu Ke agama lain. - Lemahnya ekonomi, yang
mengakibatkan mudahnya pengaruh
agama lain untuk memasukan
WIDYA WRETTA
112
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kewajiban untuk ngayah di Pura dan yang lebih mudah di pahami dan
kegiatan sosial di masyarakat. dimengerti oleh umat Hindu terutama
Tentunya semua aturan tersebut generasi muda dan anak-anak agar
diberlakukan untuk menjaga eksistensi adat paham tentang teologi agamanya sendiri
dan agama Hindu di lingkungan Desa (Hindu) sejak dini.
Pakraman Taro Kaja kedepan, dan tidak 2. Demikian pula penulis himbau kepada
lupa mempertimbangkan dalam pembuatan segenap warga masyarakat dan pemuka-
awig-awig (aturan) dan pelaksanaannya pemuka adat di Desa Pakraman Taro
tidak berlawanan dengan UUD Republik Kaja. Kita sebagai warga yang baik
Indonesia, Hukum Adat Bali, dan Hukum hendaknya dalam mengatasi faktor-faktor
Hindu. penyebab konversi agama hendaknya
2.2 Saran-Saran memberikan pembinaan pembinaan
mental dan sepiritual guna
1. Untuk mengurangi faktor-faktor mempersiapkan generasi muda yang siap
terjadinya konversi agama Hindu ke menghadapi gempuran agama lain, di era
agama Kristen dan agama lainnya sekarang ini akibat globalisasi, dan sangat
hendaknya pemerintah terkait dalam hal penting dalam memutuskan suatu
ini Parisada Hindu Dharma Indonesia kebijakan hendaknya sesuai dengan
(PHDI) dan para pemuka agama Hindu aturan yang berlaku sesuai dengan
untuk melakukan berbagai langkah- ketentuan Undang-undang yang berlaku
langkah guna mengatasi turunnya jumlah di Republik Indonesia dan Hukum Adat
umat Hindu yang mulai kmenurun di jaman yang sesuai dengan Hukum Hindu sebagai
sekarang, dengan memberikan landasan dasar Hukum adat di Bali.
pemahaman tentang ajaran agama Hindu
WIDYA WRETTA
114
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
catatan oleh I Gde Wajan Pangkat, NO. 72 Th. XXIV. Denpasaa: Fakultas
Denpasar, Fakltas Hukum & Hukum Universitas Udayana.
Pengetahuan Masyarakat Sugiono,Prof.Dr. 2009. Metode Penelitian
Universitas Udayana. Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.
Nasution.2008. Metode Risearch. Jakarta: Bandung:CV Alfabeta.
PT Bumi Putra Akasa. Surpi, Ni, Kadek., 2011. “Membedah
O’DEA.Thomas, 1966. Sosiologi Agama. Kasus Konversi Agama Di Bali” ,
Terjemahan oleh Tim Penerjemah Kronologi Metode Misi dan
Yasogama.1985. Jakarta Rajawali. Alasantindkan Konversi Agama dari
Panetje,Gde,1989. Aneka Catatan Hindu ke Kristen dan Katolik di Bali
Hukum Adat Bali. Denpasar, Guna serta Pernik-pernik Keagamaandi
Agung dunia. Paramita Surabaya.
Parimarta,I Gde.1998 “Desa Adat Dalam Susan, Novri, 2003. Teori Konflik
Perspektif Sejarah”, Dinamika Struktural dan Krisis (positivisme dan
Kebudayaan Vol.1. Denpasar Sosial Krisis). (online), (http://
Universitas Udayana. .skripps.ohio.edu/ news/cmdd/artikel
ef.htm, diakses 23 September 2008).
Puja I Gde., Tjok Rai Sudharta, Manawa
Dharmasastra, Departemen Agama Thouless, Robert H, 2000. Pengantar
RI, Jakarta,1978. Sosiologi Agama. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Ramayulis, 2002. Psikolog Agama.
Jakarta: Kalam Mulia. Warjana, 2009.Materi Pokok Dharmagita.
Jakarta:Direktorat Jenderal
Setia, Putu, 2006. Bali Yang Meradang. Bimbingan Masyarakat Hindu Budha.
Denpasar: Pustaka Manikgeni.
Wiana, I Ketut, 2007. Tri Hita Karana
Subagyo.1997.MetodelogiPenelitian Menurut Konsep Hindu. Surabaya:
Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Paramita.
Soepomo,1977. Bab-bab Tentang Hukum Windia,Wayan P. dan I Ketut Sudantra.
Adat, Jakarta,Pradnya Paramita. 2006. Pengantar Hukum Adat Bali.
Soekanto, 1996. Meninjau Hukum Adat Penerbit: Lembaga Dokumentasidan
Indonesia. Suatu Pengantar Untuk Publikasi Fakultas Hukum
Mempelajari Hukum Adat. Jakarta, Universitas Udayana.
Raja Grafindo, Cetakan ketiga.
Wiranata, I Gde., Hukum Adat Indonesia
Sudantra, I Ketut. 1999. Formalisasi Perkembangan Dari Masa ke Masa,
Forum Komunikasi Antar Desa Adat
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
dalam Kontek Penyelesaian
Persoalan-persoalan Hukum yang
Dihadapi Desa Adat.Kerta Patrika
Oleh:
Anak Agung Gede Dira
Lindia Winardika
ABSTRAK
WIDYA WRETTA
116
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas mengenai Nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung di dalam
pelaksanaan Upacara selametan pada Sungai tersebut.
Dalam Pelaksanaan Upacara selametan pada Sungai Sekampuh tersebut
menggunakan berbagai saran upakara seperti: Tumpeng robyong, ayam
panggang, ayam engkung, kelapa muda hijau, kemenyan, komaran, bunga
wangi, kinangan, ambengan, wedangan, ancak, pisang raja hijau, kepeng,
telur ayam kampung mentah, jajan pasar, bubur dua warna (abang/putih),
kupat selamet, lepet, dan perahu debok. Prosesi pelaksanaanya sendiri melalui
beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, upacara puncak, dan acara hiburan.
Dari hasil penelitian di lapangan peneliti dapat menyimpulkan beberapa
Nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung didalam pelaksanaan Upacara
selametan pada Sungai Sekampuh yaitu: Nilai pendidikan tattwa, nilai pendidikan
etika, nilai pendidikan sosial dan nilai pendidikan upacara.
Kata-kunci : Upacara, Selametan, Sungai.
WIDYA WRETTA
118
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
mengunakan berbagi macam sarana berupa sekitaran Jawa Tengah. Meskipun telah
sesaji. Pada umumnya warga setempat hanya tinggal di luar pulau Jawa namun warganya
mengatakan bahwa Upacara tersebut masih tetap menjaga tradisi leluhur mereka,
merupakan tradisi yang telah di wariskan oleh akan tetapi sebagian tradisi tersebut telah
para pendahulu mereka yang menganut faham disesuaikan dengan tempat, waktu dan
Kejawen. Bila di dilihat lebih seksama maka keadaan (desa, kala, patra). salah satunya
pelaksanaan Upacara selametan lebih identik yaitu tradisi selametan. Menurut Sagio salah
dengan ajaran Agama Hindu di mana dalam seorang Sesepuh Desa Mataram,
setiap kegiatan upacara selalu mengatakan bahwa :
mempergunakan sarana upakara atau banten Wong Jowo kuwi ojo nganti lali karo
sebagai persembahan yang tulus (yadnya). tradisi leluhur, ne sampe lali berati
Hal inilah yang menarik untuk di teliti, sehingga dudu Wong jowo. Tradisi dilakoni ben
nantinya di harapkan dapat menemukan uripe ora nyasar mengkone bene dadi
gambaran yang lebih jelas mengenai Upacara tetep eling mareng Gusti, penjaluke
selametan pada Sungai Sekampuh. Wong Jowo kuwi ora akeh mung pingin
Dari uraian di atas dapat waras selamet, mulane kuwi Wong
dikemukakan rumusan masalah sebagai Jowo neng ndi wae manggon tetep eling
berikut: 1). Mengapa masyarakat di Desa karo tradisi selametan.
Mataram, Kecamatan Gading Rejo, Terjemahan:
Kabupaten Pringsewu, Lampung,
melaksanakan Upacara selametan Pada Orang Jawa itu jangan sampai lupa dengan
Sungai Sekampuh.? 2). Bagaimana proses tradisi leluhur, kalau sampai lupa berarti
pelaksanaan Upacara selametan Pada bukan Orang Jawa. Tradisi dilaksanakan
Sungai Sekampuh di Desa Mataram, supaya dalam menjalani hidup tidak
Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten tersesat dan nantinya juga supaya tetap
Pringsewu, Lampung.? 3). Nilai filosofi ingat dengan Gusti (Tuhan). Permintaan
pendidikan Agama Hindu apa saja yang dapat Orang Jawa itu tidak banyak yaitu hanya
dipetik dalam Upacara selametan Sungai ingin sehat dan selamat (tidak terkena
Sekampuh di Desa Mataram, Kecamatan musibah), karena itulah dimanapun Orang
Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Jawa tinggal tetap ingat dengan tradisi
Lampung.? Selametan. (Sagio, wawancara tangal 17
Desember 20011)
2.1.Upacara Selametan Pada Sungai
Sekampuh Di Desa Mataram Dari penuturan Sagio tersebut dapat
menjelaskan mengapa tradisi selametan begitu
Desa Mataram adalah salah satu penting bagi Orang Jawa oleh sebab itu Orang
Desa yang ada di daerah Lampung, yang Jawa tidak akan pernah melupakan atau
penduduknya adalah mayoritas suku Jawa meningalkan Upacara selametan. Upacara
yang dahulu bertransmigrasi dari daerah
WIDYA WRETTA
120
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
hari lima (Pasaran Limo), dan bulan dua belas dibangun di lokasi yang sama dengan tempat
(Wulan Rolas). 1) Dino pitu (sapta wara) penyeberangan yang mengunakan perahu
terdiri dari Soma (senin) , Anggoro (selasa), pada zaman dahulu. (Sagio, Wawancara
Budho (rabu), Respati (kamis), Sukro tanggal 21 Desember 2011).
(jumat), Tumpek (sabtu), dan Radite 2.2.3 Sarana Dalam Upacara
(minggu). 2) Pasaran Limo (panca wara) selametan Pada Sungai
terdiri dari Legi, Paing, Pon, Wage,dan Sekampuh
Kliwon. 3) Wulan Rolas terdiri dari Suro,
Sapar, Mulut, Bakdo Mulut, Jumadi Lawal, Pelaksanaan suatu upacara
Jumadi Lakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, keagamaan tidak terlepas dari sarana upacara
Selo, dan Besar. Pelaksanaan Upacara keagamaan itu sendiri. Dalam ajaran agama
selametan pada Sungai Sekampuh Hindu sarana yang di gunakan biasa disebut
menggunakan perhitungan Dino pitu, Pasaran denga banten atau sesaji, upacaranya sendiri
Limo dan Wulan Rolas yaitu hari Jumat lebih dikenal dengan sebutan upacara yadnya.
Kliwon, bulan Suro, namun jika di dalam Banten atau sesaji tersebut merupakan
bulan Suro tidak terdapat hari Jumat Kliwon bentuk yadnya yang dipersembahkan secara
maka sudah di sepakati bersama bahwa hari tulus iklhas sebagai wujud bhakti kepada
yang di gunakan yaitu Anggoro Kasih, yang Tuhan. Sarana atau upakara tidak dapat
berarti Hari Selasa Kliwon. (Kandari, dipisahkan dalam suatu tujuan untuk mencapai
Wawancara Tanggal 22 Desember 2011). suatu upacara yadnya. Karena itu akan di
bahas lebih dahulu sarana atau upakara yang
2.2.2. Tempat Pelaksanaan di gunakan dalam Upacara selametan pada
Lokasi yang digunakan sebagai Sungai Sekampuh.
tempat pelaksanaan Upacara selametan 2.2.4. Sesaji Dalam Upacara Larung
pada Sungai Sekampuh yaitu di pinggir Sungai Sesaji
Sekampuh lebih tepatnya berada disekitar
tempat penyeberangan. Pada zaman dulu Sarana yang digunakan dalam
orang-orang menyeberang masih mengunakan upacara larung sesaji yaitu sebagai berikut:
perahu yang terbuat dari kayu, namun pada 1. Tumpeng Robyong adalah nasi yang di
sekitaran tahun 1999 masehi, oleh pemerintah bentuk kerucut seperti sebuah gunung
di bangun sebuah jembatan penyeberangan. yang di tempatkan pada sebuah wadah
Meski tempat penyeberangan telah diganti (bakul), kemudian di sekitarnya di beri
dari mengunakan perahu menjadi bermacam-macam lauk dan sayuran, dan
mengunakan jembatan, akan tetapi tempat di atasnya di tancapkan cabe merah.
melaksanakan Upacara selametan sungai
2. Engkung adalah ayam yang di bentuk
tetap berada di lokasi yang sama, hal ini
seperti orang bersemedi yang di masak
karena jembatan penyeberangan tersebut
dengan cara di rebus mengunakan santan
WIDYA WRETTA
122
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.2.7. Tahap Persiapan Undangan ini dimaksudkan bahwa waraga
Tahap awal atau persiapan ini adalah Desa Mataram akan melaksanakan sebuah
tahapan dimana warga mulai menyiapkan hajat yaitu Upacara selametan sungai.
segala sesuatu yang perlu dalam 2.2.8. Upacara Puncak
melaksanakan Upacara selametan sungai Upacara puncak yaitu kegiatan inti
seperti, pengadaan musyawarah, pembuatan dimana Upacara selametan sungai
sarana upakara atau sesaji dan mengundang dilangsungkan yang di awali dengan Upacara
beberapa tokoh dari desa tetangga untuk ikut larung sesaji dan di lanjutkan dengan
hadir dalam Upacara selametan sungai Upacara kenduri.
Musyawarah diadakan di rumah 1. Upacara Larung Sesaji
Kepala Dusun (Bayan), warga masyarakat
yang akan ikut dalam pelaksanaan upacara Upacara selametan pada Sungai
tersebut di undang. kemudian dalam rapat ini Sekampuh ini dilaksanakan pada pagi hari,
yang di bahas adalah mengenai pembentukan setelah warga berkumpul di tempat
panitia pelaksana dan menentukan berapa berlangsungnya Upacara selametan, yaitu di
besar iuran yang akan dibebankan pada pingiran sungai sekampuh dan lebih tepatnya
masing-masing KK. Hasil dari iuran tersebut di sekitaran tempat penyeberangan. Para
nantinya akan dipakai dalam pelaksanaan sesepuh dan tamu undangan duduk bersama
kegiatan Upacara selametan tersebut. di sebuah tikar yang sudah di siapkan
sedangkan warga pelaku upacara yang lainya
Tugas pembuatan sesaji biasanya di berkumpul disekitaran tempat tersebut dan
serahkan kepada para Ibu-ibu, dimana dalam mengikuti upacara tersebut dengan hikmat.
pengerjaanya di awasi atau di pandu oleh
mereka yang lebih mengerti mengenai jenis- Pertama-tama yang dilakukan yaitu
jenis sesaji yang akan di pergunakan dalam menyiapkan sesaji yang di perlukan dalam
Upacara selametan tersebut. Pada pagi Upacara larung sesaji. Setelah sesaji sudah
harinya tugas seorang Juru Kunci atau siap maka seorang Sesepuh Desa atau Juru
Kunci akan menghaturkan sesaji dan sebagian
Sesepuh Desa adalah meneliti sarana upakara
dari sesaji tersebut nantinya akan di larung
tersebut apakah sudah lengkap atau belum,
atau di hanyutkan disungai. Setelah
jika sudah lengkap maka selanjutnya sesaji
membakar kemenyan maka Juru Kunci mulai
akan dibawa menuju lokasi di laksanakannya
mengucapkan mantra-mantra atau doa-doa.
Upacara selametan.
Mantra yang dipakai tidak memiliki sumber
Selain menyiapkan sarana upakara yang jelas, mantra tersebut diwariskan dari
atau sesaji, panitia upacara juga menyiapkan para leluhur atau pendahulu-pendahulu
daftar para tamu undangan, undangan mereka.
biasanya di berikan kepada Kepala Desa dan Sebelumnya mantra ini tidak di tulis
beberapa Tokoh dari Desa Tetangga. tapi di sampaikan secara lisan oleh para
WIDYA WRETTA
124
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Isi sesaji ora sepiro neng cokop kanggo dengan menyatakan bahwa sesunguhnya
nali sedulur semua yang ada di alam semesta ini berasal
Seduluran oraono ganggu ing dari Tuhan, dan semua perbedaan yang terjadi
keselametan, oraono ganggu ing karena sudah menjadi takdir atau kodratnya
tentrem ayem masing-masing. Bagi siapa saja yang
melaksanakan ajaran Tuhan dan
Terjemahan: mengajarkanya kepada orang lain akan
Permintaan kami semua (yang mengikuti membawa keselametan bagi dirinya. Jika
upacara) kehadapan Tuhan Yang Maha manusia melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan
Kuasa maka semua mahluk di dunia ini pasti akan di
Semoga saudara-saudara kami semua
pandang dengan kasih sayang, hal ini
dalam keadaan sehat dan selamat
menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
Semoga hidup kami semua penuh dengan
upacara yang akan di gelar tidak ada lagi rasa
berkah dan di berkati kemuliaan
benci, permusuhan, dan tindakan-tindakan
Semoga Tuhan berkenan menyaksikan
yang kami semua sedang kerjakan kejahatan karena yang ada hanya rasa cinta
kasih. Harapan yang diinginkan yaitu agar
Permintaan kami semua kepada mahluk semua berada dalam kasih Tuhan sehinga
gaib yang menguasai wilayah sungai mendapat kebahagiaan lahir dan batin.
sekampuh ………? Dalam mantra yang ke dua atau
Bahwa kami mempersembahkan sesaji mantra Haturan menyatakan bahwa warga
berupa makanan, kue, buah, uang, Desa Mataram melaksanakan Upacara
perhiasan, dan wewangian selametan sungai. Pertama kali yang
Persembahannya tidak seberapa, tetapi dilakukan yaitu memohon kepada Tuhan agar
akan cukup untuk mengikat tali berkenan menyaksikan pelaksanaan Upacara
persaudaraan
tersebut, serta memohon agar seluruh warga
Sesama saudara tidak akan mengangu
dihindarkan dari segala marabahaya. Kepada
keselamatan, sesama saudara tidak akan
Danyang yang menghuni Sungai dimohon agar
menganggu ketentraman dan kedamaian
tidak menganggu masyarakat Desa Mataram
(Kandari, wawancara tanggal 20 Desember sebab semua adalah saudara sehingga tidak
2011) boleh saling menganggu, sebagai wujud
Dengan melihat mantra di atas maka persaudaraan itu maka wajib saling berbagi,
jelas bahwa mantra yang pertama atau mantra dan tindakan nyata yang dilakukan yaitu
Agung tersebut ditujukan sebagai pemujaan dengan memberikan sesaji atau pesembahan
kehadapan Tuhan, agar di restui kegiatan yang berupa berbagi jenis makanan, minuman,
akan dilaksanakan oleh masyarakat, yaitu wewangian,dan perhiasan yang kemudian di
larung atau dihanyutkan ke sungai.
WIDYA WRETTA
126
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Gambar: 03.
Gambar : 01. Tampak sesaji yang sudah hanyut di sungai
Sesaji dihaturkan di pinggir sungai pada saat upacara larung sesaji
(Dokumentasi : Winardika, 2011) (Dokumentasi : Winardika, 2011)
2. Upacara Kenduri
Setelah larung sesaji selesai, kemudian
dilanjutkan dengan Upacara Kenduri.
Upacara kenduri ini di buka oleh Kepala Desa
atau yang mewakili dengan memberikan
sambutan yang di tujukan kepada masyarakat
beserta para tamu undangan yang hadir pada
upacara tersebut. Kemudian setelah sambutan
selesai di lanjutkan dengan pembacaan doa,
doa yang dimaksud adalah segala harapan
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Upacara
selametan. Seorang Kami Tuo atau Modin
Gambar: 02. Sesaji dilarung ke sungai di percayakan untuk memimpin doa, seluruh
warga yang hadir dalam upacara tersebut ikut
(Dokumentasi : Winardika, 2011)
berdoa sesuai dengan agama dan
kepercayaanya masing-masing.
Setelah selesai berdoa banten atau
sesaji yang sudah di haturkan atau di doakan
tersebut selanjutnya di bagi-bagikan kepada
seluruh warga untuk di santap bersama-sama.
WIDYA WRETTA
128
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Gambar: 05 Gambar: 07
Kepala desa sedang memberikan sambutan Tampak warga yang beragama Hindu
(Dokumentasi : Winardika, 2011) mengikuti doa bersama
(Dokumentasi : Winardika, 2011)
Gambar: 08
Gambar: 06 Sisa sesaji dibagikan kepada warga untuk
Doa bersama dipimpin oleh seorang Modin dinikmati bersama
(Dokumentasi : Winardika, 2011) (Dokumentasi : Winardika, 2011)
WIDYA WRETTA
130
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Setelah menyadari bahwa asal manusia dari Artinya:
Tuhan dan tujuan manusia adalah kembali Tak ada sesuatupun yang lebih tinggi dari
kepada Tuhan maka hal ini menyebabkan pada-Ku, wahai Dhananjaya (Arjuna),
manusia harus menemukan jalan menuju semua yang ada disini terikat dengan-Ku
Tuhan, dan melaksanakan ajaran-ajaran yang bagaikan untaian permata pada seutas
luhur merupakan salah satu jalan manusia tali (benang).
menuju Tuhan. Sehingga hal ini membuat orang
jawa tidak melupakan tradisi leluhurnya.
Keyakinan kejawen tentang Tuhan Dari kutipan di atas, jelaslah
tidak berbeda dengan keyakinan tentang dipaparkan bahwa Tuhan atau Sang Hyang
Tuhan dalam ajaran agama Hindu. Dalam Widhi Wasa, merupakan sumber dari segala
ajaran agama Hindu Tuhan atau Ida Sang kehidupan dan segala yang ada di muka bumi
Hyang Widhi Wasa disebut juga Sang Hyang ini. Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah
Acintya, yang artinya tidak terpikirkan. Sangkan Paraning Dumadi, asal mula dan
Manusia tidak mampu memikirkan bagaimana tujuan akhir dari segala yang ada. Tidak ada
wujud dan bentuk Tuhan yang sebenarnya. kekuatan dan keesaan yang dapat melebihi
Umat Hindu sangat percaya tentang Tuhan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Demikianlah
sebagai pencipta dan pengatur seluruh isi alam hakikat yang diyakini oleh umat Hindu.
semesta. Hal ini sangat jelas dapat dilihat Dengan adanya keyakinan terhadap
dalam Bhagawad Gita, Bab VII sloka 6 dan keberadaan Tuhan seperti yang dipaparkan
7 sebagai berikut: diatas, maka masyarakat kejawen yang ada
‘etad-yonini bhutani sarvanity di Desa Mataram dalam melaksanakan
upadharaya, Upacara selametan tidak pernah terlepas
Aham krtsnasya jagatah prabhavah dari persembahan dan pemujaan kepada
pralayas tatha. Tuhan. Persembahan yang diwujudkan dalam
bentuk banten (sesaji) yang berasal dari
Artinya: bumi, dan pemujaan yang disampaikan melalui
Ketahuilah bahwa semua makhluk mantra dan doa, merupakan suatu bukti
mempunyai asal kelahiran disini Aku adanya kesadaran bagi masyarakat kejawen
adalah asal mula dari seluruh alam semseta untuk melakukan kewajiban-kewajiban yang
ini, demikian pula penyerapannya kembali. mulia sebagai hamba Tuhan. Persembahan dan
“matatah parataram nanyat kincid pemujan kepada Tuhan dapat dilihat dengan
asti dhamanjaya, jelas dalam prosesi Upacara selametan yang
Pranavah sarva-vedesu sabdah khe dilakukan sebagai wujud bhakti dan ucapan
paurusam nrsu. terima kasih atas segala anugerah yang
dilimpahkanNya. Dengan di sertai
permohonan keselamatan, kesejahteraan dan
WIDYA WRETTA
132
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
sama dengan manusia lain. Manusia hanya dan asuh maka keselarasan dalam hidup
dapat hidup dengan baik dan mempunyai arti bermasyarakat akan tercapai
apabila ia hidup bersama-sama manusia lain Dalam pelaksanaan Upacara
dalam masyarakat. Tidak dapat di bayangkan selametan pada Sungai di Desa Mataram,
apabila manusia hidup sendiri tanpa manusia, jiwa sosial manusia sangat jelas terlihat yaitu
tanpa bergaul dan berhubungan dengan kebersamaan dan saling ketergantungan
sesama manusia. Hanya dalam hidup bersama antara satu dengan yang lainya Semua itu
manusia dapat berkembang dengan wajar, hal tercermin dalam pelaksanaan Upacara
ini menunjukkan bahwa sejak lahir sampai selametan yang melibatkan orang banyak
meninggal manusia memerlukan bantuan serta mengundang beberapa warga desa
orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. tetangga untuk hadir dengan tujuan untuk lebih
Bantuan yang diperlukan tidak hanya mempererat tali persaudaraan. Dalam aktifitas
untuk kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk seperti inilah akan muncul rasa saling asah,
memenuhi kebutuhan rohani. Manusia sangat asih, dan asuh dari setiap warga yang
memerlukan pengertian, kasih sayang, mengikuti Upacara selametan tersebut.
pengakuan dan tanggapan-tanggapan Dari uraian di atas maka sudah jelas
emosional yang sangat penting artinya bagi bahwa dalam pelaksanaan Upacara
pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. selametan tersebut mengandung nilai-nilai
Semua kebutuhan baik yang bersifat jasmani pendidikan Sosial yaitu membimbing kepada
dan rohani hanya dapat diperoleh dalam seluruh masyarakat untuk mengembangkan
hubungannya dengan manusia lain dalam rasa solidaritas, kebersamaan, saling
bermasyarakat. Hal ini merupakan kodrat menghargai satu sama lain, tolong-menolong,
manusia sebagai mahkluk sosial. semangat gotong royong, dan saling berbagi
Dalam pandangan hidup masyarakat dalam keadaan suka maupun duka, sehingga
Jawa untuk mencapai keselarasan hidup tercapai tujuan dalam hidup bermasyarakat
bermasyarakat kita harus memahami kata yaitu Jagad Hita yang berarti keselarasan dan
saling “Asah, Asih, dan Asuh”. Asah yaitu kesejahteraan hidup di dunia.
sebuah perbuatan yang didasari dengan 1.4. Nilai Pendidikan Upacara
kerelaan, saling memberi, atau saling harga
menghargai satu sama lain, Asih yaitu Upacara selametan Sungai
perbuatan yang didasari oleh rasa sayang atau merupakan Tradisi yang diwariskan dari para
memandang semua mahluk dengan leluhur yang memiliki makna yang tinggi.
pandangan cinta kasih, Asuh yaitu perbuatan Masyarakat Desa Mataram memiliki sebuah
yang didasari oleh rasa untuk saling melindungi keyakinan bahwa melalui pelaksanaan
atau selalu menjaga kedamaian satu dengan Upacara selametan sungai dapat
yang lainya. Jika setiap orang melakukan mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan cara
segala perbuatanya dengan dasar asah, asih, mempersembahkan berbagi sesaji sebagi
WIDYA WRETTA
134
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
DAFTAR PUSTAKA Jendra, I Wayan.1998. Cara Mencapai
Moksa Di Zaman Kali. Denpasar :
Yayasan Dharma Naradha.
Amirin. 1990. Ilmu dalam Perspektif ;
Sebuah Kumpulan Karangan Koentjaraningrat. 1980. Sejarah
Tentang Hakikat Ilmu. Jakarta : PT. Antropologi I. Jakarta : UI Press
Gramedia Pustaka Umum. ——————————.1981. Metode
Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama di Penelitian. Singaraja : Fakultas
Jawa Suatu Pendekatan Keguruan Ilmu Pendidikan
Antropologis. Jakarta : Murai ——————————.1997. Beberapa
Kencana Pokok Antropologi Sosial. Jakarta :
Conny, R. Semiawan. 1999. Ensiklopedi Dian Rakyat
Populer jilid 6. Jakarta : PT Ichtiar ——————————.1994.
Baru Van Hoeve Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai
Ekosusilo. 1993. Simbolisme Dalam Pustaka
Budaya Jawa. Yogyakarta : Mas Putra, Nyonya I Gusti Agung. 1982.
Hanandita. Upacara Yadnya. Denpasar :
Eriyanto.2003. Analisis Wacana Pengantar Pengadaan Buku Penuntun Agama
Analisis Teks Media. Yogyakarta : Hindu (Pemerintah Provinsi Bali).
LKiS Narbuko, Cholik. 2001. Metodelogi
Faisal. 1990. Filsafat Agama. Jakarta : PT Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Bulan Bintang Nasution. 2008. Metode Research
Geertz, Clifford. 1981.Terjemahan (penelitian ilmiah). Jakarta : Bumi
“Ambangan, Santri, Priyayi, dalam Aksara
Masyarakat Jawa”. Judul Asli “The Nawawi, H. Hadari. 1993. Metodelogi
Religion of Java”. Jakarta : Pustaka Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta
Jaya. : Gajah Mada Universitas Press
Hasbullah. 2005. Belajar dan Pudja, Gde. 1999. Bhagawad Gita
Pembelajaran(edisi Revisi). Jakarta (pancama veda). Surabaya :
: Balai Pustaka Paramitha
Iqbal. 2002. Metode Penelitian Dan PHDI, Pusat. 2003. Himpunan Keputusan
Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap
Indonesia Aspek-Aspek Agama Hindu I-XV. :
PHDI Pusat.
WIDYA WRETTA
136
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
POLA PENDIDIKAN AGAMA HINDU
DALAM MENUMBUH KEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER
ANAK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP) NEGERI 2 PENEBEL
Oleh:
ABSTRAK
WIDYA WRETTA
138
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
1. Latar Belakang pergeseran nilai sebagai akibat perkembangan
iptek dan teknologi yang dialami masyarakat
Pada hakikatnya, pendidikan nasional
saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa
berfungsi mengembangkan kemampuan dan
pembentukan karakter pada peserta didik
membentuk watak serta peradaban bangsa
lebih ditekankan melalui pendidikan agama.
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar terbentuknya karakter peserta
Selanjutnya, pendidikan nasional adalah didik yang kuat dan kokoh, pemerintah dalam
mengembangkan potensi peserta didik hal ini Departemen Pendidikan Nasional telah
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa menetapkan mata pelajaran agama wajib
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak diberikan pada jenjang pendidikan dasar,
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi.
dan menjadi warga Negara yang demokratis Pemberian pendidikan ini disesuaikan dengan
serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 agama yang dianut oleh peserta didik. Namun
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan demikian, perkembangan teknologi dan
nasional, Pasal 3). Mengingat fungsi dan komunikasi yang sangat pesat dewasa ini
tujuan pendidikan nasional yang demikian menyebabkan hubungan antara negara di
mulia, pendidikan agama menjadi sangat vital dunia sangat cepat seakan tanpa batas.
dan mendesak untuk diupayakan sesegera Kondisi yang demikian lebih dikenal dengan
mungkin. Alasannya, melalui pendidikan era globalisasi, ini mengakibatkan suatu
agama, peserta didik dibentuk menjadi Negara tidak dapat menutup diri dari
manusia yang beriman dan bertakwa kepada pergaulan antar bangsa. Akhirnya, banyak
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. masalah sosial bermunculan. Masalah sosial
Mengingat kurikulum pendidikan dasar, tersebut antara lain: Tingkah laku yang
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dianggap tidak cocok, melanggar norma dan
wajib memuat pendidikan agama (UU RI No. adat istiadat, atau tidak teritegrasi dengan
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan tingkah laku umum (Kartono, 2001:2).
nasional, penjelasan pasal 37 ayat 1). Selain Dampak dari masalah sosial tersebut
itu, ada tiga alasan yaitu ; Pertama, pendidikan adalah terjadinya degradasi moral dan etika
agama adalah merupakan tuntunan idiil dari di kalangan remaja. Para remaja cenderung
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. melakukan tindakan-tindakan yang
Kedua, pendidikan agama perlu menyimpang antara lain melakukan hubungan
dikembangkan/diperkokoh karena seks pranikah dan tawuran. Dikrenakan, para
merupakan konsekwensi logis dari remaja sangat mudah mendapatkan informasi
keberadaan serta hakikat manusia sebagai sesuai dengan keinginannya termasuk yang
mahluk sosial dan berbudaya. Ketiga, semestinya belum patut mereka nikmati
Pendidikan agama sangat penting diberikan seperti film porno dan tindak kekerasan.
karena makin derasnya pergeseran- Selain itu, apa yang ditayangkan di televisi
WIDYA WRETTA
140
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
bangsa. Padahal ini telah menjadi kesatuan 2. Pembahasan.
kurikulum pendidikan yang diimplementasikan 2.1 Pola Pendidikan Agama Hindu Yang
dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Dilaksanakan di kelas VIIIa SMPN
“Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini 2 Penebel
cenderung pada implementasi, harus
diperaktikan sehingga titik beratnya bukan
pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti Disebutkan bahwa dalam pelaksanaan
‘hidden curriculum”ujar Direktur Pembinaan suatu pola pendidikan telah mencangkup
SMP kementrian Pendidikan Nasional keseluruhan dari proses pembelajaran yaitu
(Kemendiknas), Didik Suhardi, kepala pers, strategi, metode, serta manajemen seorang
jumat (15/1). guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Hal tersebut disinyalir tidak lepas dari Didalam suatau proses pembelajaran terdapat
lemahnya pendidikan agama terhadap para berbagai macam metode yang dapat
remaja. Pendidikan di sekolah maupun di digunakan untuk menyampaikan materi
keluarga tidak sepenuhnya berhasil pelajaran. Metode adalah cara yang
membentuk moral yang baik. Sehubungan digunakan untuk mengimplementasikan
dengan lemahnya pendidikan karakter/ rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
pendidikan agama di sekolah, eksistensi guru nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
agama khususnya guru agama Hindu sebagai dengan optimal (Martinis,2009:37).
ujung tombak pembentukan karakter pada Selanjutnya strategi merupakan garis-garis
peserta didik di SMP N 2 Penebel menjadi besar dalam rangka untuk merelisasikan suatu
hal menarik untuk diteliti. metode. Kemp,(1995) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
Berdasrkan latar belakang tersebut, pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
ada tiga permasalahan yang diteliti yaitu: siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
Bagaimanakah pola pendidikan Agama Hindu secara efektif dan efisien. Dengan demikian,
di kelas VIII a dalam menumbuh kembangkan bisa terjadi satu strategi pembelajaran
pendidikan karakter peserta didik di SMP digunakan beberapa metode. oleh karenanya
Negeri 2 Penebel?, 2). Bagaimakah strategi berbeda dengan metode. Strategi
pelaksanaan pendidikan Agama Hindu di merujuk pada perencanaan untuk mencapai
kelas VIII a sekolah SMP Negeri 2 Penebel?, sesuatu, sedangkam metode adalah cara yang
dan 3). Kendala-kendala apa saja yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
dihadapi oleh guru mata pelajaran agama Dick and Carey (1985) juga menyebutkan
Hindu dalam menumbuh kembangkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu
karakter pada peserta didik di SMP N 2 set materi dan prosedur pembelajaran yang
Penebel? digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa. (Wina
WIDYA WRETTA
142
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
menyampaikan materi pelajaran, Punjab (di lembah Sungai Sindhu). Dan
dengan metode ceramah ini saya selaku dalam Perkembangannya sampai ke
guru dapat mengontrol keadaan kelas. daerah lembah Sungai Gangga dan
Didalam suatu proses mengajar tidak Yamuna. Dan nama Hindu berasal dari
akan terasa mengajar apa bila kita kata Sindhu yaitu nama sungai di India
tidak menggunakan metode ceramah, Barat Daya yang sekarang dikenal
karena metode ceramah melengakapi dengan nama Punjab. Nama Hindu di
setiap metode lain yang hendak kita berikan oleh orang-orang Eropa yang
gunakan didalam suatu proses datang ke India. Dan selanjutnya
pembelajaran. Selain itu metode ini agama Hindu masuk ke Indonesia dan
sangat membantu dalam perkembangannya sebagai berikut:
menyelesaikan materi yang banyak 1. Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai
dalam jumlah waktu yang sedikit. merupakan kerajaan Hindu pertama
Artinya materi yang banyak dapat di Indonesia. Kerajaan kutai
disampaikan dengan waktu yang terletak di Kalimantan Timur daerah
singkat. Muara Kaman di tepi sungai
\ (wawancara,2 February 2016) Mahakam. Kerajaan Kutai memiliki
peninggalan yaitu 7 (tujuh) prasasti
yang ditulis dengan huruf Pallawa,
Dalam pelaksanaanya, metode dengan bahasa Sansekerta. Semua
ceramah dapat dikatakan sebagai metode prasasti yang ditulis pada yupa, yaitu
tradisional, karena sudah menjadi kebiasaan tugu batu yang berfungsi sebagai
guru untuk mengunakan metode ceramah. tiang untuk mengikat hewan yang
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa akan dikurbankan. Maka kutai
metode ceramah lebih menekankan pada dikenal dengan “Negeri Tujuh
keaktifan guru dalam penyampaian suatu Yupa”. Prasasti Kutai tersebut
materi agar dapat diterima dengan baik oleh kurang kurang lebih pada abad
peserta didik sehingga proses pembelajaran keempat masehi. Isi prsasti tersebut
dapat berjalan secara efektif dan efisien. adalah:
Berikut adalah materi yang di jelaskan oleh
guru dengan menggunakan metode ceramah: a. Berisi silsilah: Kundungga
berputra Aswawarman yang
Anak-anak sekarang ibu mau seperti Dewa Matahari
menjelaskan tentang sejarah agama (Ancuman) menumbuhkan
Hindu, agama Hindu masuknya ke keluarga. Aswawarman berpurta
Indonesia. Agama Hindu yang kita tiga seperti Api tiga.Sang
kenal sekarang lahir dan berkembang Mulawarman telah mengadakan
pertama laki di India, yaitu daerah kenduri (selamatan), mengdakan
WIDYA WRETTA
144
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Hindu yang kita kenal sekarang ini dipergunakan oleh Ibu Dra Ni Made
masuk ke Indonesia. Dan nanti akan Sudiari alasannya adalah:
dilanjutkan lagi sampai Metode penugasan atau pemberian
perkembangannya di Bali. Namun tugas bertujuan untuk melatih siswa
sebelumnya apakah ada yang mau lebih bertanggung jawab,
ditanyakan, apa bila ada yang ingin meningkatkan motivasi belajar siswa,
mau ditanyakan ibu persilakan untuk bembantu siswa agar lebih aktif,
……… karena jika hanya menggunakan
(proses pembelajaran pada tgl,3 metode ceramah saja, siswa menjadi
Februari 2016) terlalu pasif yang hanya mampu
menerima tanpa mampu mengolah atau
memahami materi dengan baik.
2.2 Metode Penugasan Dengan metode penugasan ini
Metode penugasan tidak saja dengan diharapkan siswa akan menjadi lebih
memberikan pekerjaan rumah, tetapi jauh aktif dan menjadikan siswa mampu
lebih luas. Tugas yang diberikan bisa saja belajar mandiri. Dalam pemberian
dikerjakan dirumah, di kelas dan tugas saya biasanya memberikan tugas
diperpustakaan. Metode penugasan yang berkaitan materi yang telah saya
bertujuan untuk merangsang anak aktif belajar ajarkan diakhir pembelajaran. Tugas
secara individual maupun berkelompok. Oleh yang biasanya diberikan adalah tugas
karena itu, tugas dapat dikerjakan secara membuat rangkuman, mengerjakan
individual maupun secara komunal LKS dan soal-soal yang saya buat.
(Pupuh,2007:64). Tugas merupakan suatu Dengan demikian siswa belajar dengan
pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian aktif.
tugas sebagai suatu metode mengajar (wawancara,2 February 2016)
merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh
guru kepada siswa untuk mencapai tujuan Berdasarkan alasan pemilihan metode
pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas diatas maka dapat dikatakan bahwa seorang
tersebut siswa belajar mengerjakan tugas guru dalam memilih suatu metode tidak hanya
(Wiryawan,1994:13) dalam melaksanakan berdasarkan kemampuannya saja dalam
kegiatan belajar siswa diharapkan menerapkan metode tersebut tetapi juga
memperoleh suatu hasil yaitu perubahan berdasarkan kegunaanya dalam proses
tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan belajar mengajar. Dengan menggunakan
yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dari metode tersebut diharapkan mampu
pemberian tugas adalah resitasi yang mengembangkan minat dan kemampuan
melaporkan atau menyajikan kembali tugas siswa. lingkungan sangat berpengaruh
yang telah dikerjakan atau dipelajari. Metode terhadap keaktifan dan minat belajar siswa.
Hal ini sejalan dengan teori konvergensi
WIDYA WRETTA
146
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kepemimpinan serta peranan peserta mendiskusikannya pada kelompoknya yang
dalam kehidupan dimasyarakat, karena telah dibentuk. Dengan metode ini siswa akan
peserta terasah pikirannya untuk memperlihatkan keaktifanya dalam proses
menemukan ide-ide atau pemikiran- pembelajaran berlangsung. Berikut adalah
pemikiran untuk pemecahan masalah. permasalahan yang diberikan oleh guru dalam
Dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode diskusi:
metode diskusi siswa juga dapat Anak-anak, karena telah terbentuk
menambah wawasan, memecahkan kelompoknya masing-masing maka ibu
suatu permasalahan, menjawab sekarang membacakan permasalahan-
pertanyaan dan menambah nya yang akan kalia diskusikan.
pengetahuan. Sekarang sediakan peralatannya untuk
(wawancara,2 February 2016). mencatat. adapun permasalahan yaitu,
Dalam hal ini Ibu Dra Ni Made 1.bagaimanakah perkembangan
Sudiari memberikan sejumlah permasalahan agama Hindu hingga sampai masuk ke
kepada siswa yang berkisar seputar Indonesia hingga akhirnya sampai di
permasalahan agama, untuk selanjutnya Bali. 2.Berikan penjelasan mengenai
didiskusikan oleh masing-masing kelompok dampak yang ditimbulkan masuknya
siswa. Hal ini diharapkan pula agar siswa ikut agama Hindu yang terdiri dari sekte-
berperan serta terhadap berjalannya proses sekte. 3.apa yang mengakibatan
kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi metode keruntuhannya kerajaan besar hindu
ini memerlukan waktu yang relative cukup seperti Kutai dan Majapahit.
panjang, padahal alokasi waktu pelajaran (wawancara,2 February 2016).
agama Hindu sangat singkat, sehingga dengan Persoalan yang komplek sering kita
keterbatasan ini tidak mungkin menghasilkan jumpai dalam kehidupan masyarakat,
sesuatu secara tuntas. Metode ini hanya karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar
digunakan oleh Dra Ni Made Sudiari setelah kerja sama. Dalam hal ini diskusi merupakan
materi pelajaran telah habis, artinya metode jalan yang banyak memberi kemungkinan
ini biasanya digunakan pada akhir semester proses pembelajaran lebih aktif. Diskusi dapat
pada saat mendekati ujian tengah semester melatih siswa untuk belajar mengeluarkan
dan akhir semester. Adapun permasahan yang pendapat untuk memecahkan masalah, siswa
diberikan kepada siswa mengenai materi- bisa belajar mencari jawaban atas pertanyaan
materi yang telah dipelajari atau materi yang diberikan oleh guru maupun pertanyaan
sebelumnya dan siswa diberi kesempatan dari temannya. Penggunaan metode dalam
bertanya dan siswa yang lainnya memberikan proses pembelajaran dapat merangsang
tanggapan. Setelah guru menjelaskan kreatifitas anak didik dalam bentuk ide,
gambaran umum tentang permasalahan, gagasan dalam pemecahan masalah. Menurut
selanjutnya siswa diminta untuk Wina Sanjaya, (2008) dalam bukunya yang
WIDYA WRETTA
148
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Ø Melibatkan pembaca atau berkaitan dengan cerita-cerita yang memiliki
pendengar kedalam kisah itu makna religius dan susila. Melalui metode
sehingga ia terlibat secara kisah siswa diharapkan memiliki pengalaman
emosional. batin melalui kisah-kisah yang diceritakan.
Metode kisah memberikan sebuah Ketika metode yang telah dijelaskan
penomena yang dapat di jadikan bentuk diatas adalah metode yang diterapkan guru
pengalaman bagi peserta didik secara tidak pendidikan agama Hindu di SMPN 2 penebel
langsung. Metode ini digunakan oleh Dra Ni dalam proses belajar mengajar, dengan
Made Sudiari alasannya adalah: metode diatas diharapkan kekurangan
Kisah atau cerita lebih mudah diingat maupun kelebihan dapat diisi. Setelah proses
dibandingkan materi pelajaran yang pembelajaran berlangsung guru memberikan
dihapal. Jadi dengan menyelipkan suatu evaluasi terhadap proses pembelajaran
sebuah kisah atau cerita pada tersebut. Apakah materi yang disampaikan
pembelajaran agama Hindu siswa oleh guru dapat diterima/terserap oleh siswa
dapat mengerti sebuah makna kisah atau tidak. Metode mengajar dalam rangka
atau cerita, seperti kisah-kisah mencapai tujuan pembelajaran akan
kepahlawanan, kisah orang suci, kisah tergantung dari strategi mengajar guru,
para dewa untuk dijadikan cermin efektifnya pengunaan metode mengajar dan
kehidupan dan berprilakunya. Siswa kompetensi guru. Metode mengajar yang
akan memiliki kesan didalam dirinya diterapkan dalam suatu pembelajaran
melalui kisah atau cerita yang dibaca dikatakan efektif bila metode tersebut dapat
atau didengarnya. menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang
diharapkan, atau dengan kata lain tujuannya
(wawancara,2 February 2016) tercapai.
Pendidikan dengan metode kisah dapat Pola pendidikan berkenan tidak
memberikan kesan dalam jiwa seseorang hanya dengan metode yang digunakan akan
atau anak Didik, sehingga dapat mengubah tetapi juga dengan strategi guru. Strategi
hati nuraninya dan berupaya melakukan hal- murupakan garis-garis besar haluan untuk
hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan bertindak dalam usaha mencapai sasaran.
yang tidak baik sebagai dampak dari kisah- Tidak ada suatu strategi pembelajaran yang
kisah itu, apalagi penyampaian kisah-kisah dianggap lebih baik dibandingkan dengan
tersebut dilakukan dengan cara yang strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya
menyentuh hati dan perasaan. Metode kisah suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari
dapat memberikan pengetahuan kepada efektif tidaknya strategi tersebut dalam
peserta didik tentang perilaku yang baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah
sesuai dengan dharma. Karena kisah-kisah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan
yang diceritakan merupakan kisah-kisah yang pertama penggunaan strategi pembelajaran
WIDYA WRETTA
150
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
menghubungkan materi pelajaran dengan Dalam penggunaan strategi
pengalaman siswa atau dengan hal-hal yang pembelajaran ekspositori ada beberapa
memungkinkan siswa dapat menangkap prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan guru, yaitu: (1) Tujuan, sebelum penggunaan
yang telah dimilikinya. Langkah korelasi strategi pembelajaran ini guru harus
dilakukan tiada lain untuk memberikan makna merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk dan terukur seperti kriteria pada umumnya,
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam
dimiliknya maupun makna untuk bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir berorientasi pada kompetensi yang harus
dan kemampuan motorik siswa. Keempat, dicapai oleh siswa. (2) komunikasi, sebagai
menyimpulkan adalah tahapan untuk suatu strategi pembelajaran yang menekankan
memahami inti (core) dari materi pelajaran pada proses penyampaian, maka prinsip
yang telah disajikan. Langkah penyimpulan komunikasi merupakan prinsip yang sangat
merupakan langkah yang sangat penting penting untuk diperhatikan. Artinya
dalam strategi ekspositori, sebab melalui bagaimana upaya guru untuk menghindari dan
langkah menyimpulkan siswa akan dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang
mengambil inti sari dari proses penyajian. bisa menggangu proses komunikasi. Sistem
Menyimpulkan juga berarti memberikan komunikasi dikatakan efektif manakala pesan
siswa tentang kebenaran suatu materi.
itu dengan mudah dapat ditangkap oleh
Kelima, langkah aplikasi adalah langkah
penerima pesan secara utuh. (3) kesiapan,
unjuk kemampuan siswa setelah mereka
sebelum menyampaikan informasi terlebih
menyimak penjelasan guru. Strategi ini
dahulu kita yakinkan apakah dalam otak anak
digunakan oleh Dra Ni Made Sudiari
sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis
alasannya adalah:
informasi yang akan disampaikan. (4)
Dengan strategi pembelajaran berkelanjutan, proses pembelajaran
ekspositori guru bisa mengontrol ekspositori harus dapat mendorong siswa
urutan dan keluasan materi untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih
pembelajaran, dan mengetahui sampai lanjut. Pembelajaran bukan hanya
sejauh mana siswa menguasai bahan berlangsung pada saat itu tetapi juga untuk
pelajaran. Strategi ini sangat efektif waktu selanjutnya. Penggunaan strategi yang
apabila materi pelajaran yang harus berhasil adalah manakala melalui
dikuasai siswa sangat luas dan waktu penyampaian dapat membawa siswa pada
sangat sedikit. Strategi ini bisa
situasi kurang puas atau ketidak seimbangan
digunakan pada jumlah siswa dalam
(disequilibrium), sehingga mendorong mereka
ukuran kelas yang besar. Dan dapat
untuk mencari dan menemukan atau
dilakukan tanpa alat bantu/media.
menambah wawasan melalui belajar mandiri.
(wawancara, 3 February 2016)
WIDYA WRETTA
152
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Dengan pembelajaran kooperatif dapat sesuai dengan jadwal, sebagai berikut; pada
membantu siswa untuk lebih hari senin, jam ke 3 di kelas VIIIa. hari selasa,
bertanggung jawab dalam belajar, jam ke 3 di kelas VIIIc. hari rabu, jam ke 4
dapat meningkatkan kemampuan siswa dan 5 di kelas VIIIe. hari kamis, jam ke 2
mengunakan informasi, dapat dan 3 di kelas VIIId. hari sabtu, jam ke 4 di
meningkatkan motivasi, dapat kelas VIIIe. selanjutnya akan diuraikan secara
membantu untuk resfek pada orang singkat proses pelaksanaan pembelajaran
lain. agama Hindu di kelas VIIIa di sekolah SMP
(wawancara, 3 February 2016) Negeri 2 Penebel.
Dalam suatu proses pembelajaran
pendidikan agama Hindu yang dilaksanakan
2.6 Pelaksanaan pendidikan agama dikelas VIIIa SMPN 2 Penebel guru (Dra
Hindu di Kelas VIIIa sekolah Ni Made Sudiari) ada beberapa tahapan
SMPN 2 Penebel pembelajaran yaitu:
Di sekolah SMPN 2 Penebel 4.3.1. Tahap pemula (pra-instruksional)
memiliki jumlah siswa yang mayoritas
beragama Hindu, sehingga pendidikan agama Tahap pra-instruksional adalah
Hindu menjadi wajib diberikan kepada siswa/ tahapan persiapan guru sebelum kegiatan
peserta didik. Bahkan siswa yang beragama pembelajaran dimulai. Dalam hal ini kegiatan
muslim dan Nasrani juga ikut serta mengikuti yang dilakuakan guru antara lain:
pelajaran agama Hindu, karena disekolah 1. Mengucapkan doa bersama “Om
SMP N 2 Penebel tidak memiliki guru agama Swasty Astu”
Islam dan Nasrani, sehingga siswa yang 2. Memeriksa kehadiran siswa.
beragama Islam dan Nasrani mengukiti 3. Menanyakan materi sebelumnya (Preset)
pelajaran agama Hindu. Khususnya pada dengan maksud memberikan rangsangan
kelas VIII terdapat siswa yang beragama (stimulus) ingatan siswa.
Hindu sebanyak 176, Siswa Muslim 4. Apersepsi (mengulas kembali secara
sebanyak 6 Orang yang terbagi lima kelas singkat materi sebelumnya) dengan
yaitu kelas A,B,C,D,E. Seluruh siswa kelas maksud mengingatkan kembali materi
VIII A,B,C,D,E jam belajarnya dimulai Jam sebelumnya.
11:30 wita dan berakhir pada jam 16:45 wita. 4.3.2. Tahap pengajaran (instruksional)
Karena gedung ruang belajar tidak cukup
menampung siswa kesekuruhan mulai dari Tahap instruksional adalah langkah-
kelas VII, VIII dan IX maka siswa kelas VIII langkah yang dilakukan saat pembelajaran
ditempatkan pada siang hari dan kelas VII berlangsung. Tahap ini merupakan tahap inti
dan IX belajar pada pagi hari mulai dari jam dalam proses pembelajaran, guru menyajikan
07:30 wita sampai 11:45 wita. Siswa di kelas materi yang telah disiapkan, kegiatan guru
VIII mendapat mata pelajaran agama Hindu antara lain:
WIDYA WRETTA
154
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2.7 Penerapan Strategi dalam Ketiga, mengenali lapangan atau medan
pembelajaran di kelas VIII a merupakan hal penting dalam langkah
SMPN 2 Penebel persiapan. Beberapa hal yang berhubungan
Didalam penerapan strategi dengan medan yang harus dikenali diantaranya,
pembelajaran guru mata pelajaran pendidikan pertama, latar belakang audiens atau siswa
agama Hindu di kelas VIIIa SMPN 2 Penebel yang akan menerima materi, misalnya
menggunakan beberapa strategi, yaitu strategi kemampuan dasar atau pengalaman belajar
pembelajaran ekspositori dan strategi siswa sesuai dengan materi yang akan
pembelajaran kooperatif. Didalam penerapan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa dan
strategi pembelajaran ekspositori ada beberapa lain sebagainya. kedua, kondisi ruangan, baik
prosedur yang harus diikuti, yaitu menyangkut luas dan besarnya ruangan,
(1)merumuskan tujuan yang ingin dicapai, pencahayaan, posisi tempat duduk maupun
(2)menguasai materi pelajaran, (3)mengenal kelengkapan ruangan itu sendiri.
medan dan hal yang mempengaruhi proses Selanjutnya, didalam penerapan strategi
penyampaian. pembelajaran kooperatif terdapat beberapa
Pertama, merumuskan tujuan prosedur pembelajaran yaitu: (1) penjelasan
merupakan langkah pertama yang harus materi, (2) belajar dalam kelompok, (3)
dipersiapkan guru. Karena tujuan dapat Penilaian dan (4) pengakuan tim.
memperjelas arah untuk bertindak, melalui Pertama, tahap penjelasan materi
tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas guru diartikan sebagai proses penyampaian pokok-
akan fokus terhadap materi, artinya dalam pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar
penyajian, materi tidak melebar atau keluar dari dalam kelompok. Tujuannya adalah agar siswa
materi semestinya. paham terhadap materi pelajaran, pada tahap
Kedua, penguasaan materi merupakan ini guru memberikan gambaran umum tentang
syarat mutlak dalam penggunaan strategi matrei pelajaran yang harus dikuasai yang
ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna, selanjutnya siswa akan memperdalam materi
akan membuat kepercayaan diri guru dalam pembelajaran kelompok.
meningkat sehingga guru akan mudah mengelola Kedua, setelah guru menjelaskan
kelas. Agar guru dapat menguasai materi gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran. Pertama, pelajari sumber-sumber pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk
belajar mutakhir. Kedua, persiapkan masalah- belajar pada kelompoknya masing-masing
masalah yang mungkin muncul dengan cara yang telah dibentuk sebelumnya.
menganalisis materi pelajaran. Ketiga, Pengelompokan dalam SPK bersifat
membuat garis-garis besar materi pelajaran heterogen, artinya kelompok dibentuk
yang akan disampaikan untuk memandu dalam berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap
penyampaian agar tidak melebar. anggotanya, baik perbedaan gender,
kemampuan akademik.
WIDYA WRETTA
156
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
DAFTAR PUSTAKA Budhi Pekerti Hindu. Surabaya:
Paramita.
Dayaksini dan Hudaniah, 2003. Psikologi Titib, 1996. Weda Sabda Suci Pedoman
Sosial (Edisi Revisi). Malang: Praktis Kehidupan. Surabaya:
Univerdsitas Muhamaddyah Malang. Partamita.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Wardana, dkk. 2003. Penelitian Tindakan
1995. Kamus Besar Kelas. Jakarta: Pusat
BahasaIndonesia. Edisi PendidikanUniversitas Terbuka.
Kedua.Jakarta: Balai Pustaka. Wirowidjojo, Sutjipto. 1988. Pengantar
Endang Setiawati,2010. Efektivitas pola Ilmu Pendidikan. Singaraja:
pendidikan agama hindu di SMPN Penerbitan FKIP Universitas Udayana.
1 Tegalidlimo kab. Banyuwangi. Wisnawati Ayu, 2010. Pola interaksi
Denpasar: UNHI Pembelajaran dalam pendidikan
jiwandonno, Sri Esti Wuriani. 2002. agama hindu di kelas V SD .1
Psikologi Pendidikan. Jakarta: sembung , Kecamatan Mengwi Kab.
Grasido. Badung
OLEH :
ABSTRAK
WIDYA WRETTA
158
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
kualitatif dengan pendekatan theologis, sosiologis dan religi. Jenis dan sumber
data yaitu data primer yang berasal dari lapangan dan ditunjang dengan data
sekunder yang diperoleh dari literatur/pustaka yang relevan dengan masalah
penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
teknik deskriftif kualitatif.
Dari hasil pengolahan data peneliti menemukan : (1) tradisi unik ditemukan
pada bentuk pelaksanaan upacara ngaben warga apandya bang di Desa Gadungan,
Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan yakni : pada proses pemandian
jenasah tidak diletakkan pada bale tetapi di terampa (pegang) oleh sanak saudara
di bale penyajnan, selain itu tidak dikenal tingkatan upacara, tidak memasang
ancak saji, tidak memakai damar kurung, tidak membuat sanggar tawang,
ngaskara dan ngupadesa dilakukan di pura panti, abu jenasah tidak dilarung
tetapi ditanam di hulu tempat pembakaran dan abu sekah penyolasan di tanam di
belakang sanggah kemulan, (2) fungsi upacara ngaben warga apandya bang
yaitu fungsi keharmonisan, terwujudnya hubungan harmonis antar manusia dengan
manusia, antar manusia dengan lingkungan dan antar manusia dengan Tuhan
sebagai wujud penerapan falsafah Tri Hita Karana. Fungsi simbol dalam upacara
ngaben warga apandya bang sebagai simbolik terdapat pada penggunaan beberapa
banten yang masing-masing memiliki arti simbolik yang dipandang dapat mendukung
kesuksesan upacara, (3) aspek pendidikan upacara ngaben warga apandya bang
meliputi : pendidikan integrasi sosial (integrasi masyarakat) yakni terwujudnya
kerjasama mulai dari individu, keluarga dan seluruh masyarakat dengan tukus
ikhlas melaksanakan upacara ngaben tersebut. Aspek pendidikan kekerabatan
tersercim pada hubungan yang baik di antara masyarakat dengan rasa bersaudara.
Permasalahan yang bersifat pribadi justru menjadi baik kembali. Aspek pendidikan
untuk menumbuhkan rasa bakthi terhadap leluhur sekaligus terhadap Ida Sang
Hyang Widhi Wasa.
Suku Bali merupakan suatu kelompok mewujudkan banyak variasi dan perbedaan
manusia yang terikat oleh kesadaran akan setempat. Disamping itu Agama Hindu yang
sesuatu kebudayaannya, sedangkan telah lama terintegrasikan ke dalam
kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa kebudayaan Bali, dirasakan pula sebagai suatu
yang sama. Walaupun ada kesadaran yang unsur yang memperkuat adanya kesadaran
demikian namun kebudayaan Bali akan kesatuan itu.
Dasar dari pitra yajòa adalah karena Dengan demikian banyak keunikan dari
adanya kesadaran dari seseorang anak yang upacara ngaben yang dilakukan oleh warga
baik (suputra) terhadap hutangnya kepada Apandya Bang yang ada di Desa Gadungan,
orang tua atau leluhurnya. Perbuatan anak Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten
yang didasari atas dasar tulus ikhlas Tabanan ini, maka penulis tertarik untuk
melaksanakan yajòa dan dharma akan dapat meneliti dan sekaligus memberikan sandaran
menghantarkan roh orang tuanya untuk menuju teoritis terhadap eksistensi upacara tersebut.
alam “sunya loka” bagi umat Hindu upacara Berdasarkan latar belakang diatas, ada
ngaben (pitra yadnya) memiliki tujuan untuk beberapa masalah yang diajukan dan untuk
mempercepat proses proses pengembalian dijawab dalam penelitian ini, yaitu : 1). Apakah
unsur-unsur panca maha buta (lima unsur zat fungsi dan makna Upacara Ngaben Warga
alam). Menurut Kaler (1993:7) pada Apandya Bang di Desa Gadungan
hakekatnya stula sarira (badan jazad) Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten
setiap mahluk hidup termasuk manusia adalah Tabanan? 2). Nilai-nilai Pendidikan Agama
terdiri dari benda-benda yang sama saja Hindu apa yang terkandung dalam upacara
asalnya dengan benda-benda isi alam semesta Ngaben Warga Apandya Bang di Desa
yang ada disekitarnya. Semuanya berasal dari Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur,
unsur atau elemen yang sama, yakni panca Kabupaten Tabanan?
maha bhuta, yang terdiri dari : pratiwi (zat
2. Prosesi Upacara Ngaben Warga
tanah), apah (zat cair), teja (zat panas), bayu
Apandya Bang di Desa Gadungan,
(udara), dan akasa (ether)
Kecamatan Selemadeg Timur,
Dalam hal ini penulis memfokuskan Kabupaten Tabanan
tentang pelaksanaan upacara Ngaben Warga Prosesi upacara Ngaben yang
Apandya Bang di Desa Gadungan, dilakukan Warga Apandya Bang adalah
Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. susunan atau rangkaian upacara ngaben yang
WIDYA WRETTA
160
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
dilakukan oleh Warga Apandya Bang dan upacara). Pada jaman dahulu sebelum dikenal
susunan atau bentuk upakara/bebantenan adanya pengukur waktu seperti sekarang ini,
atau jenis-jenis banten yang digunakan dalam orang-orang masih menggunakan cara-cara
upacara Ngaben Warga Apandya Bang tradisional seperti menggunakan perhitungan
sebagai sarana bhakti Warga Apandya Bang waktu dengan istilah apanyakanan (selama
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, orang menanak nasi), apanginangan (selama
demikian pula bentuk yang dimaksud dalam orang makan sirih), akijapan (sekejap mata).
hal ini adalah eedan (dudonan) atau proses Ariani (2003 :100-101) menjelaskan
yang dilakukan dalam pelaksanaan upacara bahwa sampai saat ini mencari pedewasaan
Ngaben Warga Apandya Bang. Proses yang untuk menemukan hari baik masih tetap
dimaksud dalam hal ini adalah rangkaian menggunakan cara tradisional, karena
upacara ngaben Warga Apandya Bang dari penentuan hari yang baik bukanlah pekerjaan
awal sampai akhir dengan tahapan sebagai yang mudah dan untuk menghindari hal-hal
berikut : yang tidak diinginkan karena terjadi kesalahan
2.1 Penentuan Dewasa dalam menentukan hari baik.
WIDYA WRETTA
162
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
untuk dapat bersatu dengan alam hyang kesempurnaan kembalinya unsur-unsur
Widhi. Panca Indria.
3. Memang Reramuan 6. Pemasangan Bebek
Yang dinamakan reramuan adalah sarana- Bebek adalah serbuk cendana yang
sarana seperti gadung, kapas, wangi- merupakan bahan bedak yang ditambah
wangian dan lain-lain. Setelah nyiramang dengan anget-anget, bebek ini dipasang
layon (memandikan jenasah) maka pada perut sawa. Maksud pemasangan
dilakukan sebagai berikut :mekerik kuku bebek adalah untuk dapatnya roh angisep
pada tangan dan kaki, mengikat kedua ibu sarining wangi yakni menikmati kesucian.
jari kedua tangan (meitik-itik) dan 7. Memasang Lenga wangi
dipasang kuangen, sebagai kuangen
Adalah minyak harum, bedak wangin yang
pengubaktian (satu buah), kemudian
dipasang pada tubuh sawa dengan tujuan
dilanjutkan dengan mesigsig dan
untuk panuda laragati sangsara yakni
mekramas. Maksud upacara ini untuk
membasmi segala yang bersifat sengasara
mempersatukan roh yang meninggal bagi roh orang yang meninggal.
kearah tujuan yang didoakan.
8. Memasang Kuangen
4. Memasang bablonyohan
Pemasangan kuangen pada tubuh sawa
Bablonyohan dipasang yang putih dilakukan sebagai berikut : satu buah
tempatnya di kepala dan yang kunng dari diletakkan di kepala dengan kuangen
badan sampai kaki. Babonyohan putih berisi uang kepeng sebanyak 11 kepeng
terbuat dari beras dan kencur yang dan bunganya teratai (tunjung) putih. Satu
dihaluskan. Bablonyohan kuning dibuat buah kuangen diletakkan dihulu hati
dari beras, kencur dan temutis yang dengan kuangen berisi uang kepeng
dihancurkan. Tujuan pemasangan sebanyak 9 kepeng dan bunganya
bablonyoh adalah untuk sempurnanya roh tunjung putih. Satu kuangen diletakkan
ke alam asalnya. di dada dengan kuangen berisi uang
5. Memasang Eteh-eteh kepeng sebanyak 7 kepeng dan bunganya
tunjung putih. Dua buah kuangen
Pemasangan eteh-eteh dimulai dari : daun diletakkan di siku kiri dan siku kanan yang
intaran dipasang pada kening, gadung masing-masing berisi uang kepeng
dipasang pada dada, pusuh menur sebanyak 5 kepeng dengan bunga pusuh
dipasang pada lubang hidung, cermin cempaka putih. Dua buah kuangen lagi
dipasang pada kedua mata, waja dipasang dipasang masing-masing satu di lutut kanan
pada gigi, monmon mirah windusara dan satu dilutut kiri dengan berisi uang
dimasukkan ke dalam mulut. Semua hal kepeng masing-masing 5 kepeng dengan
diatas mempunyai tujuan untuk bunga pusuh cempaka kuning. Hal ini
WIDYA WRETTA
164
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Terjemahannya penyajnan (selesai ngeringkes) maka
Inilah perihal penyimpanan layon pada dipasang ancak saji yaitu serpihan bambu
waktu masih dirumah duka, patut yang pucuknya runcing sebagai pagar bale
menggunakan busana serba putih, penyajnan dimana tempat mayat
semuanya patut serba sebelas, ider-ider dibaringkan.
sebelas warna putih, langse serba putih, Menurut informan Ridis sebagai Ki Dukuh
bunga serba putih, canang serba sebelas (wawancara hari Sabtu, 30 Nopember
bertempat di watangan. Demikianlah hal 2016) bagi Warga Apandya Bang tidak
ikhwal bawaab yang berasal dari leluhur perlu memasang ancak saji untuk
dahulu. Dan segala sesuatu yang harus memagari bale penyajnan.
disiapkan di arepan watangan yang 2.4 Upacara Pemrasan
disebut dengan ahapan terdiri dari punjung
sasoro (sepasang, lengkap dengan Arwati (2006:16) fungsi upacara
hiasannya ditaruh didepan ditata berleret pemrasan adalah sebagai sarana untuk
dengan semua perlengkapannya, di teben menjalin hubungan bila kelak menjelma
watangan segala sesuati yang terkait kembali dapat diterima dengan banten
dengan upacara kematian. Demikianlah sorohan berisi pusuh yang ditaruh di samping
keterangannya. sawa yang bertujuan supaya roh orang yang
meninggal tidak mengganggu
Inilah perihal tatakan watangan, pretisentanenya.
berbusana serba putih beralaskan bedeg
sudamala meporong satus kutus. Wikrama (1999:63-65) dalam upacara
ngaben, gegitan sangat diperlukan.
Umumnya gegitan yang dipakai adalah
Setelah selesai melelet jenasah dalam bentuk kakawin, dalam bentuk
dibaringkan kembali di balai peyajnan. kidung misalnya aji kembang, kakawin-
Yang mana penyimpenan jenasah ini kakawin biasanya banyak dipetik dari wira
ditopang dengan tumpang salu, yakni carita seperti Bharata Yuda, Arjuna
balai-balai kecil yang berbentuk khas, Wiwaha dan sebagainya.
dimasukkan ke dalam peti serta dikurung Gegitan ini mengikuti eedan upacara
dengan pepelengkungan yang diselimuti dimana isi gegitan disesuaikan dengan
kain putih seluruhnya dan diatas kain putih upacara-upacara seperti : ketika sawa
dipasang rurub solas (kajang yang tidak digotong keluar digunakan wirama “Sewana
ada aksaranya hanya berbentuk patra dan Girisa” yang diangkat dari Bharata Yudha.
wong), yang mana rurub solas ini sudah Pada waktu mresihin (memandikan jenasah)
terlebih dahulu diplaspas di Pura Panti. wirama yang dipakai “Girisa yang diangkat
Surayin (2002 :8) mengemukakan setelah dari Pan Brayut”. Pada waktu menyembah
jenasah dibaringkan kemabli di balai digunakan wirama “Indrwangsa” yang
WIDYA WRETTA
166
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
mengajegkan tos Ki Mawang: Sebabnya 1. Ngaskara
tiada lain karena berasal dari anugrah Wikarman (2002 :129) ngaskara
Paduka Bhatara Brahma, dianugrahkan bertujuan untuk menentramkan Sang Pitara.
dikemudian hari. Demikianlah untuk diingat Sedangkan Sudarsana (2002 :110)
jangan lupa, terhadap apa yang berlaku menjelaskan upacara Ngaskara dilakukan
sejak dahulu, sampaikan juga kepada sehari sebelum pelaksanaan upacara Pelebon
keturunanmu agar tahu akan soroh agar atau Pekutangan yang juga disebut juga hari
jangan tertimpa kemalangan besar terkena pembersihan karena pada hari itu
kutukan Paduka Bhatara Kasuhun, dilaksanakan upcara pebersihan dan
karena berakibat terkena kemalangan, giat penyusian Panca Maha Bhuta.
bekerja tetapi kurang pangan dan
sejenisnya lagi. Demikian ceritanya. Pulasari (2007 :32) menegaskan
upacara Ngaskara bertujuan untuk
melakukan penyucian bagi roh orang yang
Upacara selanjutnya dilaksanakan di diaben untuk bisa menjadi pitara.
Pura Panti, yang bertempat di Banjar Carik Renten sebagai Me Dukuh
Kauh, Desa Gadungan yang disungsung oleh (Wawancara hari senin 25 Nopember 2013)
75 KK dimana Pura Panti merupakan pura yang diperkuat oleh Norsi sebagai Me Dukuh
Kahyangan bagi seluruh Warga Apandya (wawancara hari senin 25 Nopember 2013)
Bang yang ada di Desa Gadungan. menyatakan bahwa banten atau upakara
Gunarka sebagai Ki Dukuh yang digunakan pada masing-masing
(wawancara hari, Senin, 25 Nopember 2016) pelinggih adalah sebagai berikut : di
menyatakan bahwa di Pura Panti terdapat 6 Pelinggih Pemayasan munggah jerimpen
buah pelinggih yaitu pelinggih disebelah penagmbean apajeg, daksida gede
barat disebut Pemayasan, di utara galahan 4, suci (1) mebe bebek sebulu
mengahdap ke selatan disebut Taksu Agung, ukudan. Di Pelinggih Taksu Agung
di timur Taksu Agung juga menghadap munggah banten : pangkonan (1),
keselatan disebut Pelinggih Gedong Sinapa, suci (1) lelauh atanding, rantasan putih
di timur laut disebut Pelinggih Padmasana, kuning (1). Di Pelinggih Gedong Sinapa
ditimur menghadap ke barat disebut munggah banten : daksina gede galahan
Pelinggih Kemulan/Kawitan rong besik 4 (1), daksina gede galahan 8 (1), jerimpen
dan diselatan menghadap ke barat disebut pengambian (2), pangkonan (2), kawisan
Pelinggih Bebaturan. (2). Pada Gedong Sinapa ini dilengkapi
Ridis sebagai Ki Dukuh (Wawancara dengan penunasan tirtha yaitu : Tirtha
Hari Selasa, 26 Nopember 2013) Panglukatan, pabersihan, pangentas,
menyatakan, bahwa Dudonan upacara di panembak. Dimana sarana penunasan
Pura Panti sebagai berikut : tirtha itu terbuat dari batok kelapa yang
WIDYA WRETTA
168
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
6. Aksara “Nang” lambang jajan upacara ngaben Warga Apandya Bang
berbentuk kerang sebagai simbol senjata meliputi : pendidikan integrasi sosial (integrasi
Dupa. masyarakat) yakni terwujudnya kerjasama
7. Aksara “Mang” lambang jajan mulai dari individu, keluarga dan seluruh
berbentuk panji sebagai simbol senjata masyarakat dengan tukus ikhlas
danda. melaksanakan upacara ngaben tersebut.
8. Aksara “Sing” lambang jajan berbentuk Aspek pendidikan kekerabatan tersercim
kebeber sebagai simbol senjata Moksala. pada hubungan yang baik di antara
9. Aksara “Wang” lambang jajan masyarakat dengan rasa bersaudara.
berbentuk candigara sebagai simbol Permasalahan yang bersifat pribadi justru
menjadi baik kembali. Aspek pendidikan
senjata Trisula.
untuk menumbuhkan rasa bakthi terhadap
10. Aksara “Yang” lambang jajan berbentuk
leluhur sekaligus terhadap Ida Sang Hyang
binatang sebagai simbol senjata Dwaja.
Widhi Wasa.
Kesepuluh aksara tersebut merupakan
lambang pengider-ider yang melengkapi
lambang alam semesta. Dalam keyakinan
masyarakat Hindu seluruh penjuru mata angin
dikuasai oleh seluruh manifestasi Sang Hyang
Widhi dalam prabhawanya yang berbeda-
beda.
3. Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah
disajikan, dapat disimpulkan hasil penelitian
sebagai berikut : 1). Fungsi upacara ngaben
Warga Apandya Bang yaitu terdiri dari :
fungsi keharmonisan antara manusia dengan
manusia, antara manusia dengan lingkungan
dan antara manusia dengan Tuhan sebagai
wujud penerapan falsafah Tri Hita Karana.
Fungsi simbol dalam upacara ngaben Warga
Apandya Bang sebagai simbolik, terdapat
dalam penggunaan berbagai banten yang
masing-masing memiliki arti simbolik yang
dipandang dapat mendukung kesuksesan
upacara. 2). Aspek Pendidikan Agama Hindu
WIDYA WRETTA
170
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
PENGELUKATAN MASAL
PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI MUDA
Oleh :
I Ketut Winantra
Desak Seniwati
Abstrak :
WIDYA WRETTA
172
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
2. Arti dan Makna Pengelukatan Dalam ritual umat Hindu, selain
Banyu Pinaruh sebagai tirtha, air juga dipakai sebagai sarana
Kenapa Banyupinaruh menjadi hari pembersihan diri jasmani dan rohani pada
yang khusus dan belum banyak umat yang ritual yang disebut melukat. Melukat berasal
memahami mengenai bangaimana makna, dari kata sulukat (su yang berarti baik dan
pelaksanaannya , dan apa tujuan dari lukat berarti penyuciaan), melukat berarti
pelaksanaan pengelukatan Banyupinaruh upacara untuk menyucikan diri guna
tersebut. memperoleh kebaikan. Ritual melukat telah
dilakukan oleh umat Hindu secara turun
Salah satu elemen penting dalam temurun untuk berbagai kepentingan, namun
kehidupan manusia di bumi adalah air. tujuannya tetap sama yaitu penyucian diri.
Dimana hampir dua pertiga bagian bumi terdiri (Sumber : Rumah Dharma – Hindu Indonesia, 9 Mei 2010)
WIDYA WRETTA
174
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
yakni iir yang berisi berbagai bunga harum. akan terbebas dari lautan kebodohan dan
Ritual ini menimbulkan kesucian jiwa dan dosa.”
raga, agar harum laksana, harum wewangian 4. Pembahasan Kegiatan Pengelu-
bunga, dan menyejukkan seperti air. katan Masal Banyu Pinaruh
3. Hakekat Banyu Pinaruh Berdasarkan apa yang telah
Banyu pinaruh berasal dari kata disebutkan diatas, organisasi sosial
banyu yang artinya air (kehidupan), dan keagamaan PDDS (Paiketan Daksa Dharma
pinaruh yang berasal dari kata weruh atau Sadhu) bersinergi dengan Pemerintah
pinih weruh. Weruh sendiri bermakna Kabupaten Tabanan melakukan kegiatan
pengetahuan, sehingga dapat dikatakan Pengelukatan masal Banyu Pinaruh dan
banyu pinaruh adalah hari dimana kita Baruna Astawa yang dilaksakan pada hari
memohon sumber air pengetahuan. Minggu Redite Paing wuku Sinta, yang
Banyupinaruh adalah air ilmu pengetahuan, mengambil telpat di Pantai Yeh Gangga, Desa
sebgaaimana yang diuraikan dalam pustaka Sudimara, Tabanan. Pemerintah Kabupaten
Bhagawadgita sebagai berikut “ Abhir gatrani Tabanan melalui Dinas Pendidikan
sudyanti manah satyena sudayanti”, artinya melakukaan koordinasi terkait dengan
badan dibersihkan dengan air sedangkan meelibatkan siswa SLTP, SLTA, dan SMK
pikiran dibersihkan dengan Ilmu pengetahuan. yang berada di 4 kecamatan yang berdekatan
Itu berarti, Banyu Pinaruh bukan hanya datang dengan lokasi pengelukatan. Empat
berkeramas atau mandi ke pantai atau sumber kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan
air, tetapi prosesi itu bermaksud Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan
membersihkan kekotoran atau kegelapan Marga, dan Kecamatan Kerambitan. Dari 3
kali kegiatan yang sebelumnya diikuti sekitar
pikiran (awidya) yang melekat dalam tubuh
1.000 orang peserta yang terdiri dari Siswa
umat dengan ilmu pengetahuan, atau mandi
sekolah dan masyarakat umum yang
dengan air ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai
mengetahui kegiatan ini. untuk membimbing
dengan Bahavadgita IV.36, yang berbunyi :
para generasi muda dalam hal ini pelajar untuk
Api ced asi papebyah, sarwabhayah papa kar
bersama memaknai akan pelaksanaan Banyu
taman, sarwa jnana peavenaiva vrijnam Pinaruh. Pengelukatan masal Banyu Pinaruh
santarisyasi’. Yang artinya : walau engkau ini dipuput oleh 5 Sulinggih yang ada di
paling berdosa diantara diantara manusia yang kabupaten Tabanan, yang sekaligus sebagai
memiliki dosa , dengan perahu Ilmu menggagas dari PDDS Tabanan. Kegiatan ini
pengetahuan , lautan dosa akan engkau dilaksanakan di Pantai Yeh Gangga, Desa
seberangi.” Itu artinya Banyu Pinaruh bukan Sudimara, Kecamatan Tabanan. Menurut
hanya berkamna simbolis belaka, tetapi sesuai manggaala PDDS yaitu : Ida Pandita Mpu Tri
dengan ajaran Hindu. “ Kita sudah dijamin Daksa Nata Manuaba dari Kerambitan , dan
dalam kitab Suci bahwa melalui mandi dan Ida Pandita Rsi Siwa Putra Sanatana Daksa
keramas dengan air ilmu pengetahuan , kita Manuaba, menjelaskan bahwa :
I Ketut Winantra
175
Desak Seniwati
“ Pantai Yeh Gangga merupakan pantai yang ini dengan yang sudah dilaksanakan 4 kali,
disucikan dimana sesuai dengan nama Gangga pada setiap hari raya Banyu Pinaruh.
adalah sungai suci yang ada di India, sehingga Pelaksanaan Upacara Pengelukatan Massal
secara filosofis sudah benar dan secara lokasi Banyu Pinaruh ini menggunakan beberapa
bahwa di pantai yeh gangga posisi sudah sarana bebantenan. Dari hasil wawancara
tertata baik karena pantai ini memang dengan Ida Pandita Mpu Rsi Siwa Putra
dipergunakan untuk kegiatan melasti” Sanatana Daksa Manuaba, sebagai ketua
“ PDDS Tabanan merupakan Sulinggih PDDS Kabupaten Tabanan,
organisasi sosial yang bertujuan untuk menjelaskan untuk upakara yang
menambah kembali pemahaman umat Hindu dipergunakan serta makna dan fungsi dari
di pulau Bali khususnya yang ada di Tabanan bebantenan tersebut adalah sebagai berikut :
bahwa masih banyak prosesi keagamaan yang 1. Banten Pengresikan / pebersihan
belum dipahami secara benar”. diantaranya :
Pengelukatan masal Banyu Pinaruh ini a. Pabyakaonan adapun fungsinya
dilaksanakan berdasarkan sastra yang telah pembersihan menghilangkan sarwa
ada yang mana secara pelaksanaannya tidak roga, sarwa wigna, papa klesa,
dilaksanakan secara benar. Contohnya : angilaken saluwerining sebel
sebelum dilakukan kegiatan penegelukatan kandel.
masal ini banyak para pelajar atau generasi b. Durmanggala, adapun fungsi dan
muda kepantai pada tengah malam atau tujuannya adalah : menghilangkan
bahkan setelah selesai melakukan segala kotoran secara niskala yang
persembahyangan di malam atau sore hari, ada dalam tubuh.
dengan beberapa kegiatan negatif seperti :
minum minuman keras, merokok, berpacaran c. Pengulapan : anglulapi sami ring
serta kebut kebutan di pantai.” Dari kegiatan angga sarira.
pengelukatan masal Banyu Pinaruh ini yang d. Prayascita : ameritaning lara
sudah dilakukan 4 (empat) kali setiap loga, laara wigna papa klesa.
Minggu-Pahing-Sinta, terlihat bahwa dari
2. Ring surya : munggah cuci asoroh, pejati
jumlah peserta terus mengalami peningkatan,
asoroh, daksina galah 4, soda rayunan,
dan peserta terbanyak adalah dari para siswa
wastra seprengadeg, dewa-dewi. Yang
SMP dan SMTA, yang ada berdekatan
dihaturkan kepada dewa surya sebagai
dengan lokasi Pantai Yeh Gangga.”
penguasa alam agar diberikan penerangan
Dengan dasar inilah PDDS dan sinar suci.
Kabupaten Tabanan yang mendapat Sor Surya : Gelar sanga, segehan agung,
dukungan dari pemerintah Kabupaten untuk nnyomya sehananing buta kala
melaksanakan kegiatan pengelukatan masal sehingga dapat menjadi sifat kedewataan
WIDYA WRETTA
176
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
yang tidak mengganggu proses upacara 6. Pengastawa ring Guru stawa : memohon
yang dilakukan. tuntunan kepada para guru agar diberikan
3. Upakara Ring ajeng Sulinggih : Banten petunjuk atau jalan kebenaran untuk
padudusan, untuk memohon tirta melakukan kegiatan upacara ini.
pengelukatan yang akan di percikkan 7. Pengastawa ring kawitan stawa :bertujuan
atau dibagikan kepada seluruh peserta untuk memohon kekuatan / petunjuk dari
pengelukatan. para leluhur agar kegiatan berjalan secara
4. Upakara ring arepan Sulinggih : Banten maksimal.
arepan pemuput, daksina galah 4. 8. Pangastawa Ring Sang Hyang Baruna :
5. Ring ayaban upakara : Sekar taman bertujuan untuk memohon tirta / amertha,
pulagembal, bebangkit, ayaban tumpeng dimana Sang Hyang Baruna sebagai
7, banten dapetan, pajegan, teterag. manifestasi Brahman sebagai dewa air.
6. Banten pemeras toyo. 9. Pengastawa Ring Segara Stawa : untuk
Setelah penjelasan mengenai Banten memuja dewa yang berstana di pura
/ upakara yang dipergunakan selanjutnya segara sebagai penguasa lautan.
dijelaskan pula mengenai prosesi atau urutan 10. Pengastawa ring Giri Stawa :Untuk
dari kegiatan pengelukatan ini. Prosesi dari memuja para dewa yang berstana di
pengelukatan masal ini adalah sebagai berikut : pengider-ider, sad khayangan, Dang
1. Ngarga tirta ring suamba, ngarga tirta ring Khayangan, memohon anugrah –Nya.
payuk pengelukatan. 11. Pengastawa ring sang Hyang Aji
2. Ngemargian tirta pembersihan Saraswati : memohon ring Ida Bhatara
pengeresikan, pengelukatan dan tirta sami nunas panugrahan kepada Ida
pabyekaonan, durmanggala, pengulapan Bhatara Sami karena kita melakukan
perayascita. Ring sami bebantenan utawi penglukatan Banyu Pinaruh Baruna
upakara, ngelukat upakara mangda ka Astawa. Ngeseng sehananing lara loga
dadosan banten. Wusan ring upakara ring angga sarira.
utawi bebantenan ngelantur ring sami 12. Ngastawa Padudusan lantur ngemargian
pemilet sani jagi ngelaksanayang : Pembersihan ring upakara ring
pengelukatan. manusanta ( semua peserta yang
3. Pengastawan Ring surya : adapun mengikuti pengelukatan) yang memiliki
tujuannya adalah untuk nunas upasaksi tingkatan yang lebih tinggi.
kepada Bhatara surya yang memberikan 13. Ngayab Upakara (ngantebang upakara)
penerangan kepada alam semesta ini. yang ditujukan Surya , Sor Surya, Sekar
4. Pengastawa Ring akasa : memiliki tujuan Taman Plegembal, Nganteb Bebangkit,
untuk nunas upenyaksi ring betara lelangit. Nganteb ayaban tumpeng 7, ngayab
5. Pengastawa Ring pertiwi : memiliki tujuan banten dapetan, ngayab sesayut
untuk menghormati ibu pertiwi sebagai pengelepas lara (melepas semua
penguasa alam semesta / buana agung. kekotoran yang ada di alam buana agung
I Ketut Winantra
177
Desak Seniwati
dan buana alit), ngayab sayut lara 20. Ngayab padudusan ring angga sarira :
melaradan. pembersihan ring buana alit secara
14. Ngemargiang tirta pemuput : yng keseluruhan (angga sarira).
berfungsi untuk muputan yadnya / 21. Ngaturan sembah bhakti ( Ngaturan puja
upakara yang bersangkutan. Tri Sandya ring ngaturang panca sembah).
15. Ngemargiang pemeras toyo ring segara 22. Dilanjutkan dengan melakukan
dilanjutkan dengan sapa mapilet utawi persembahyangan bersama.
pamilet sane jagi nyarengan 23. Nunas Tirtha dan Bija.
pengelukatan melebok ke segara. 24. Setelah selesai melakukan
16. Setelah Puja selesai dilanjutkan dengan persembahyangan, maka semua nasi
melakukan “pengelebokan” di pantai “yasa” / nasi “ pradnya “ yang dihaturkan
yang dilakukan oleh semua peserta yang di “surud” / diambil untuk dinikmati
mengikuti penglukatan tersebut. sebagai berkah dari Dewa Penguasa
17. Setelah itu nunas tirta penglukatan yang Lautan dan Dewa Ilmu Pengetahuan.
telah disiapkan / diberikan mantra / puja Dari 4 kali pelaksanaan pengelukatan
oleh para pandita yang muput upacara masal Banyu Pinaruh dan Baruna Astawa ini
tersebut. Semua tirta pengelukatan memperlihatkan adanya beberapa
dicampur jadi satu, kemudian dibagikan pemahaman atau peningkatan dari jumlah
ke semua sulingih untuk dipercikkan peserta, dimana dari sudah mulai tumbuh
kepada semua peserta pengelukatan kesadaran para remaja untuk mengikuti
masal. kegiatan pengelukatan ini dari pada mereka
18. Setelah semua mendapatkan harus kepantan tanpa adanya kegiatan yang
pengelukatan dari para sulinggih , dilakukan secara benar. Dari informasi pihak
dilanjutkan dengan dharma wecana dari kepolisian yang ikut membantu kegiatan ini
Pinandita mengeni makna dari dijelaskan bahwa ada efek yang baik dari
Pengelukatan ini, sehingga semua peserta kegiatan ini dimana para remaja berkurang
pengelukatan memahani betapa melakukan hal-hal negatif yang tidak sesuai
pentingnya melakukan kegiatan dengan ajaran dan norma-norma agama.
pengelukatan yang sesuai dengan makna
yang ada. Ada 2 pendekatan teori pendidikan
19. Nunas Tirta pabyakaonan, ( peserta yang dipergunakan untuk menkaji yaitu teori
ngayab pabyakaonan ke sor / bawah) pendidikan karakter menurut John W.
Durmangala (Ngayab Durmangala ring Santrock, dan yang keduai Pendidikan
dada / bwah), Pangulapan (Ngayab karakter menurut Thomas Lickona. Adapun
pengualapan ring prerai / muka , supaya penjelasan pendekatan teori karakter tersebut
muka lebih cerah), Prayascita ( Ngayab dapat dijelaksan sebagai berikut :
ring siwa duara/ akasa). Menurut John W. Santrock, 2007,
dijelaskan bahwa Pendidikan karakter
WIDYA WRETTA
178
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
merupakan pendekatan langsung untuk (Paiketan Daksa Dharma Sadhu)
pendidikan moral dengan memberi pelajaran Kabupaten Tabanan yang berada di bawah
kepada peserta didik tentang pengetahuan kepurusaan Griya Agung Bongkasa, melihat
moral dasar untuk mencegah mereka keprihatinan akan kondisi para generasi muda
melakukan perilaku tidak bermoral atau yang makin salah arah memiliki keinginan
membahayakan bagi diri sendiri untuk melakukan sebuah kegiatan
maupun orang lain. Dari teori yang dijelaskan Pengelukatan Masal, yang mendapat
diatas mengenai pendidikan karakter, bahwa dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten
implikasi dapat terlihat dalam pelaksanaan dan dukungan Dinas Pendidikan , sehingga
kegiatan pengelukatan masal Banyupinaruh kegiatan ini sudah dapat dilaksanakan
yang telah dilakukan dimana, para siswa didik sebanyak 4 kali, dengan antusiasme dari para
/ generasi muda sudah dapat merubah prilaku peserta yang terus meningkat, dari kegiatan
yang tidak bermoral atau prilaku yang pertama sampai yang keempat. Sehingga
mebahayan diri sendiri seperti melakukan Pemerintah Kabupaten Tabanan menetapkan
kegiatan kebut-kebutan di pantai, pesta bahwa Pengelukatan Masal Banyupinaruh ini
minuman keras, dengan melakukan kegiatan menjadi agenda rutin yang harus terus
yang sesuai dengan norma / kaedah agama dilakukan setiap Hari Suci Banyupinaruh,
yaitu dengan mengikuti pengelukatan masal yang merupakan rangkaian pelaksanaan Hari
ini. Dari pelaksanaan pengelukatan masal ini Raya Saraswati.
mereka mendapatkan pendidikan mengenai 5. Kesimpulan
apa sebenarnya yang harus dilakukan ketika
ada prosesi upacara atau hari Suci keagamaan Dari uraian di atas dapat disimpulkan
khususnya hari Banyupinaruh. bahwa, Dengan mengikuti prosesi
Pengelukatan Banyu Pinaruh secara baik
Menurut Thomas Lickona dama dan benar, dapat membentuk karakter
Education For Character 1995, generasi muda Hindu ke arah yang lebih baik,
menyatakan bahwa pendidikan karakter bermakna, bermanfaat dan sesuai dengan
merupakan suatu usaha yang dilakukan norma-norma agama Hindu. Pada akhirnya
dengan sengaja untuk membantu seseorang para generasi muda lebih memahami
sehingga ia dapat memahami, memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
dan melakukan nilai-nilai etika yang pokok. pada hari suci Banyu Pinaruh pada
Dalam implikasi bahwa dari keinginan suatu rangkaian Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati.
Organisasi sosial keagamaan yaitu PDDS
I Ketut Winantra
179
Desak Seniwati
DAFTAR PUSTAKA
Wiana, Drs.I Ketut. Arti Dan Fungsi Sarana
Persembahyangan. 2000. Paramita:
Surabaya
http://pujaantara.wordpress.com/2008/07/
19/makna-hari-raya-saraswati/
http://www.hindubatam.com/upacara/dewa-
yadnya/hari-saraswati.html
http://ney24.wordpress.com/2013/12/17/
pemahaman-aktualisasi-bhagawadgita-
9-26/
John W. Santrock , Educatian Psychology.
2007
Manawa Dharmasastra Buku V. 109
Muhammad Yaumi, M Hum., M.A, Dr,
Pendidikan Karakter, 2014.
Thomas Lichon, Education For Character.
1995
WIDYA WRETTA
180
VOLUME I NOMOR 1 MEI 2017
Penglukan Masal Proses Pembentukan Karakter Generasi Muda
I Ketut Winantra
181
Desak Seniwati