Professional Documents
Culture Documents
Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan
Anggota :
Rizky Ayu Aprianti 120110140001
Silfi Shinta Dewi 120110140029
Merry Novita Anggraeni 120110140033
Tika Kartika 120110140040
Yohana Inka Intan K 120110140044
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan. Tak lupa pula penulis mengucapkan solawat dan salam kepada junjungan kita
Nabi Muhamad SAW.
Makalah ini berjudul “Analisis PT. MNC Tbk.”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satus tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang
dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang penulis miliki.Untuk itu penulis mohon maaf atas segala
kekurangan tersebut, penulis tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan
yang bersifat kontruktif.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, institusi
pendidikan, dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Informasi tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam bentuk neraca, laporan laba-
rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Karena laporan keuangan merupakan bentuk
pertanggung jawaban pimpinan perusahan atau pihak manajemen atas tugas yang diberikan untuk
mengelola perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Jika
perusahaan tidak membuat laporan keuangan, maka pihak-pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan tidak dapat mengambil keputusan ekonomi dalam rangka memajukan perusahaan. Hal
inilah yang membuat penulis mengangkat topik laporan keuangan untuk dibahas secara terperinci
dengan judul Analisis Laporan Keuangan PT. MNC Tbk.
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah bagaimana analisis laporan
keuangan PT. MNC Tbk.
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui analisis laporan keuangan PT. MNC Tbk.
BAB II
PEMBAHASAN
Visi
Menjadi grup media dan multimedia yang terintegrasi, dengan fokus pada penyiaran televisi dan
konten berkualitas yang disiarkan melalui teknologi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
Misi
Memberikan konsep hiburan keluarga terlengkap dan menjadi sumber berita dan informasi
terpercaya di Indonesia.
2010 Rp744.219
2011 Rp1.125.171 51%
2012 Rp1.763.019 57%
2013 Rp1.809.842 3%
2014 Rp1.882.204 4%
2015 Rp1.276.968 -32%
2016 Rp1.482.955 16%
60%
40%
20% GROWTH
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-20%
-40%
Pertumbuhan Laba Bersih Kompetitor
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK)
60%
40%
20%
GROWTH
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-20%
-40%
-60%
60%
40%
20%
GROWTH PT MNC
GROWTH PT EMTEK
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk dijadikan sebagai kompetitor PT Media Nusantara Citra
dikarenakan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk ini membawahi beberapa stasiun TV yang menjadi
kompetitor dari stasiun TV yang dibawah PT Media Nusantara Citra. PT Elang Mahkota
Teknologi Tbk membawahi beberapa stasiun TV yaitu SCTV, Indosiar dan O-Channel yang mana
merupakan kompetitor dari stasiun TV yang berada di bawah PT MNC Tbk selain itu juga PT
EMTEK Tbk membawahi konten seperti Screenplay Productions, Amanah Surga Productions, dll.
Dilihat dari segi pertumbuhan laba bersih ditahun berjalan tahun 2011 pertumbuhan laba
bersih PT EMTEK Tbk lebih besar dibanding PT MNC Tbk, namun jumlah yang didapatkan PT
MNC jauh lebih besar dari PT EMTEK Tbk, begitupun sama ditahun 2012. Tingkat pertumbuhan
PT EMTEK mengalami penurunan namun tidak begitu anjlok, berbeda dengan PT MNC pada
tahun 2013 hanya 3% sedangkan PT EMTEK Tbk 33%. Pada bulan 2015 terjadi penurunan drastis
pertumbuhan laba bersih berjalan dari tahun 2014 ke 2015 dikarenakan adanya kenaikan beban
langsung sebesar 7% pada 3Q2015 menjadi Rp783 miliar dari Rp731 miliar pada 3Q2014.
Peningkatan ini diakibatkan oleh peningkatan biaya produksi untuk tambahan program khusus
bulan Ramadhan pada July-Agustus lalu. Laba bersih Perseroan terkena dampak negative kerugian
nilai tukar mata uang asing yang belum terealisasi sebanyak Rp311 miliar untuk kwartal ini dengan
kurs USD 1 = Rp14,657. Sedangkan untuk PT EMTEK Tbk terjadi penurunan pertumbuhan yang
drastis pada tahun 2016 dikarenakan adanya peningkatan beban penjualan, beban umum dan
administrasi. Jika dibandingkan PT MNC dan PT EMTEK memiliki tingkat pertumbuhan yang
sama-sama memiliki tingkat pertumbuhan positif dan negatif namun dari segi laba yang diperoleh
PT MNC jauh lebih besar jumlah laba yang diperolehnya dibandingkan dengan PT EMTEK Tbk.
2.4 Laporan Laba Rugi
Rasio
Pertumbuhan
4,43% -3,32% 2,20% 4,10% 16,23% 11,01% -
Penjualan
Margin Laba
57,29% 55,61% 57,79% 56,29% 54,40% 51,45% -
Kotor
Beban Pajak
31,12% 24,03% 25,96% 24,39% 22,01% 25,51% -
Penghasilan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6.444.93 6.730.27 9.970.85
Pendapatan 7.118.993 7.530.160 7.965.075 8.425.109 8.911.714 9.426.422 10.546.740 11.155.882
5 6 9
Beban 2.860.60 2.874.75 3.350.77
2.938.371 3.003.400 3.069.867 3.137.806 3.207.247 3.278.226 3.424.931 3.500.727
Langsung 7 1 6
3.584.32 3.855.52 6.620.08
Laba Bruto 4.180.621 4.526.760 4.895.208 5.287.304 5.704.466 6.148.196 7.121.809 7.655.155
8 5 3
Laba
Sebelum
1.680.77 2.152.93 2.760.57
Beban 1.743.319 1.887.659 2.041.302 2.204.806 2.378.762 2.563.798 2.969.794 3.192.199
8 2 5
Pajak
Penghasilan
Beban
Pajak -403.810 -669.977 -444.594 -481.405 -520.588 -562.286 -606.649 -653.838 -704.022 -757.379 -814.098
Penghasilan
Laba Tahun 1.276.96 1.482.95 2.056.55
1.298.725 1.406.255 1.520.714 1.642.520 1.772.113 1.909.959 2.212.416 2.378.101
Berjalan 8 5 3
Laporan Neraca
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Aset 6.888.54 7.043.38
7.726.851 6.638.010 6.687.378 6.737.113 6.787.218 6.837.696 6.939.780 6.991.392 7.095.771
Lancar 9 8
Aset
11.029.42 12.104.8 13.285.23 14.580.67 16.002.4 17.562.81
Tidak 6.747.706 7.601.857 10.513.983 9.156.642 10.049.501
2 95 7 3 27 4
Lancar
Total 17.867.11 18.993.4 20.225.01 21.572.06 23.045.8 24.658.58
14.474.557 14.239.867 17.201.361 15.893.755 16.836.719
Aset 8 44 7 5 15 5
Liabilitas
4.328.37 4.408.06
Jangka 1.039.805 4.198.739 4.224.351 4.250.120 4.276.046 4.302.129 4.354.776 4.381.340 4.434.955
2 6
Pendek
Liabilitas
1.288.74 2.199.37
Jangka 3.868.359 554.030 2.815.129 758.978 901.831 1.076.895 1.542.507 1.843.913 2.616.054
6 4
Panjang
12.488.09 13.376.3 14.327.73 15.346.81 16.438.3 17.607.57
Ekuitas 9.566.393 9.487.098 10.161.880 10.884.657 11.658.843
3 25 4 3 75 6
Liabilitas
17.867.11 18.993.4 20.225.01 21.572.06 23.045.8 24.658.58
Dan 14.474.557 14.239.867 17.201.361 15.893.755 16.836.719
8 44 7 5 15 5
Ekuitas
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
ASET TIDAK LANCAR 2.995.440 2.779.618 2.194.143 2.803.452 4.939.947 6.747.706 7.601.857
LIABILITAS JANGKA
2.604.665 1.227.364 1.250.225 1.606.491 892.276 1.039.805 4.198.739
PENDEK
LIABILITAS JANGKA
155.762 736.363 413.555 265.215 3.317.515 3.868.359 554.030
PANJANG
LIABILITAS DAN
8.196.543 8.798.230 8.960.942 9.615.280 13.610.122 14.474.557 14.239.867
EKUITAS
LABA SEBELUM
BEBAN PAJAK 1.025.069 1.510.524 2.260.708 2.393.529 2.542.142 1.680.778 2.152.932
PENGHASILAN
BEBAN PAJAK
-280.850 -385.353 -497.689 -583.687 -659.938 -403.810 -669.977
PENGHASILAN
LABA TAHUN
744.219 1.125.171 1.763.019 1.809.842 1.882.204 1.276.968 1.482.955
BERJALAN
MNC
EMTEK
Ratio 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Net Profit Margin (ROS) 121% 1% 17% 18% 18% 21% 19.13%
VIVA
-40.00%
Asset Turnover
700.00%
600.00%
500.00%
400.00%
300.00%
200.00%
100.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-5.00%
-10.00%
Financial Leverage
350.00%
300.00%
250.00%
200.00%
150.00%
100.00%
50.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
20.00%
10.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-10.00%
-20.00%
-30.00%
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), Net
Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting
bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan
perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Menurut Weston dan
Copeland (1998), semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut
dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya.
Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan
manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin
tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk
suatu risiko. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu
profitable atau tidak. Menurut Sulistyanto (tanpa tahun: 7) angka NPM dapat dikatakan baik
apabila > 5 %. Rumus untuk menghitung NPM adalah sebagai berikut : NPM =Laba Bersih/
Penjualan X 100%
Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang
mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini semakin baik bagi perusahaan.
Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan aset nya
untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan
aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Dengan
ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu
memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah
menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan optimal. Asset
turnover ratio (ATO) merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada Return on
Equity menurut dari analisis Dupont. ATO mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya masalah pada aktivitas perusahaan serta berpengaruh pada rasio ini antara lain pangsa pasar
produk kunci menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja yang
menurun drastis, perputaran persediaan yang menurun drastis, kepercayaan konsumen berkurang,
dan beberapa indikator lainnya. Rumus untuk menghitung ATO adalah sebagai berikut : ATO =
Penjualan/ Total Aset X 100%.
ROA merupakan angka yang menunjukkan berapa besar relative laba bersih (setelah pajak)
terhadap total aktiva. Dimana ROA sama dengan Net Income dibagi Total Asset. Jadi jika suatu
perusahaan dikatakan memiliki ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar
dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak
memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat
pertumbuhan.
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan
bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga
akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan
yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan
yang tersedia bagi pemegang saham.
ROE menjadi salah satu pertimbangan yang mendasari calon penanam saham atau investor untuk
berkontribusi di sebuah perusahaan. Setiap perusahaan punya peluang untung atau rugi ke
depannya. Di situlah profitabilitas memegang peranan penting sebagai indikator untuk
memastikan apakah kinerja dari perusahaan tersebut benar-benar akan menguntungkan. Hitungan
labanya berdasarkan kurun waktu tertentu dari modal saham, aset dan tingkat penjualan dari
perusahaan bersangkutan. Para investor selalu mengandalkan hasil perhitungan dari ROE sebelum
melakukan investasi di sebuah perusahaan. Sebab ada beberapa manfaat fundamental dengan
mengetahui dan memahami REO dari sebuah perusahaan. Pertama adalah peluang profit atau
profitabilitas dari sebuah perusahaan. Setiap orang pasti menginginkan profit selama menanam
saham. Jika nilai profitnya cenderung kecil, tentu saja seorang investor bakal berpikir ulang.
Manfaat kedua ialah pengetahuan tentang kemampuan dari sebuah perusahaan dalam mengelola
aset. Apakah perusahaan bersangkutan betul-betul efisien mengelolanya atau justru cenderung
lemah dan kurang memuaskan. Manfaat ketiga ialah mengetahui gambaran umum tentang
financial leverage. Yaitu besarnya nilai hutang untuk mendirikan dan membangun perusahaan
tersebut. ROE = Laba Bersih (Net Profit) :Ekuitas (Equity) Ekuitas merupakan aset bersih atau
modal dari sebuah perusahaan. ROE dihasilkan dari perbandingan antara laba bersih dan ekuitas.
Dari hasil tersebut didapatkan rasio profitabilitas yang bisa menjabarkan gambaran keuntungan
perusahaan dari seluruh jumlah investasi dari investor. Tapi hasil dari ROE jelas berbeda setiap
tahunnya. Hal itulah yang sering menyulitkan para investor untuk mengetahui nilai pasti dari
profitabilitas perusahaan. Namun setidaknya bisa didapatkan hasil rata-rata melalui perbandingan
dua nilai tersebut. Kadang-kadang investor bisa menggunakan hasil rata-rata dari dua tahun
berbeda. Gunanya untuk mendapatkan ROE dari sebuah perusahaan yang punya nilai ekuitas
tinggi akibat penanaman aset di tahun sebelumnya.
Receivables Turnover
penjualan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.353.538.263 4.136.532.904 4.681.029.525 5.792.494.662 6.522.251.321 6.429.109.329 7.368.822.314
piutang Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
654.466.893 993.413.953 1.064.249.160 1.224.277.843 1.589.028.177 1.464.274.552 1.710.542.290
receivable 5,12 4,16 4,40 4,73 4,10 4,39 4,31
turnover
average 71,23 87,66 82,98 77,14 88,93 83,13 84,73
collection
period
Receivable Turnover
6.00
5.00 5.12
4.73
4.40 4.39 4.31
4.00 4.16 4.10
3.58 MNC GRUP
3.00 3.07
2.71 2.64
2.57 2.74 EMTK
2.44
2.40 2.33 2.30
2.10 2.23 2.13
2.00 VIVA GRUP
1.00
0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Average Collection Period
200.00
180.00
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
MNC GRUP 134.45 173.79 141.91 151.78 163.95 171.05 158.57
EMTK 71.23 87.66 82.98 77.14 88.93 83.13 84.73
VIVA GRUP 118.99 138.05 149.60 156.34 101.82 133.10
Dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode menunjukan dari tahun
2010- 2016 perputaran piutang sebanyak 2,71 kali, 2,1 kali, 2,57 kali, 2,4 kali, 2,23 kali, 2,13 kali,
dan 2,3 kali. Perputaran piutang PT MNC grup dari tahun 2010- 2016 tidak ada yang berubah
signifikan..
Kondisi perusahaan PT MNC grup untuk rata-rata jangka waktu penagihan yang
dibutuhkan untuk penagihan melebihi dari 30 hari tiap tahunnya. Jika dilihat dari tahun 2010-2016
yaitu berputar 119 hari, 138 hari, 150 hari, 156 hari, 102 hari, dan 133 hari tiap tahunnya. Namun
jika dilihat dari karakteristik industrinya, para pesaing MNC grup seperti EMTK dan VIVA rata-
rata penagihan piutang melebihi 30 hari dari setiap tahun. Perputaran piutang dari pesaing MNC
yaitu EMTK lebih baik perputarannya daripada MNC yaitu pada tahun 2010-2016 yaitu rata-rata
4 kali perputarannya dalam setahun, dan jangka waktu rata-rata penagihan yang dibituhkan EMTK
kurang dari 100 hari, sedangkan MNC grup membutuhkan waktu lebih dari 100 hari. Jika dilihat
dari persentase piutang terhadap penjualan, persentase piutang yang dimiliki MNC diatas 30%,
EMTK perssentase piutang kurang dari 30%, dan VIVA persentase piutangnya melebihi 30%. Jika
dilihat dari persentase piutang terhadap penjualan, maka bisa di simpulkan mengapa EMTK bisa
lebih baik dalam perputaran piutangnya, karena piutang yang dimiliki EMTK lebih kecil
persentasenya dibandingkan dengan MNC.
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
MNC GRUP 1.82 1.77 2.86 2.33 1.35 0.96 0.89
EMTK 1.85 1.01 1.13 1.09 1.07 0.96 0.71
VIVA GRUP 0.79 0.76 0.60 0.73 0.52 0.65
PP&E Turnover
7.00
6.00
5.00
Axis Title
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
MNC GRUP 5.20 5.01 6.35 4.23 2.51 1.55 1.40
EMTK 6.02 3.66 3.32 3.05 2.58 2.89 3.11
VIVA GRUP 2.12 2.51 1.79 2.39 2.46 3.20
Net long term asset turnover yang tertinggi dicapai oleh MNC pada tahun 2012 (3,04x),
lebih tinggi dari tahun 2010 (1,88x) 2011 (1,83x) 2013 (2,46x) 2014 (1,4x) 2015 (0,98x) 2016
(0,91x). Pada tahun 2012 rasio ini naik dari tahun sebelumnya dikarenakan meningkatnya lagi
penjualan dan net long term asset turnover mengalami penurunan sebesarr 22%
P&E turnover yang tertiggi dicapai pada tahun 2012 yaitu 6,35x sementara untuk tahun
2010-2016 adalah sebesar 5,2x 5,01x, 6,35x, 4,23x, 2,51x, 1,55x, 1,4x. Pencapaian pada tahun
2012 tersebut akibat pertumbuhan penjualan pada tahun 2012 mencapai 29% dibandingkan tahun
lainnya, dan pertumbuhan penjualan tahun tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan
P&E. Jika dilihat paada tahun 2016, PP&E turnover MNC yaitu 1,4 kali dibandingkan dengan para
pesaingnya EMTK dan VIVA yaitu 3,11 kali dan 3,2 kali. PP&E turnover MNC lebih kecil
dibandingkan pesaingnya dikarenakan pertumbuhan penjualan (4%) lebih kecil dibandingkan
pertumbuhan aset tetap (16%), sedangkan EMTK dan VIVA pertumbuhan penjualan nya lebih
tinggi daripada pertumbuhan aset tetap. Selain itu juga persentase aset tetap MNC terhadap
penjualan yaitu sebesar 72%.
MNC GRUP
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Operating working 52% 83% 86% 76% 100% 98% 79%
capital-to-sales
ratio
operating working 1,93 1,20 1,17 1,31 1,00 1,02 1,26
capital turnover
EMTK
VIVA GRUP
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
operating working 35% 34% 79% 94% 55% 70%
capital to sales
ratio
operating working 2,87 2,94 1,26 1,06 1,82 1,43
capital turnover
60%
40%
20%
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
MNC GRUP 52% 83% 86% 76% 100% 98% 79%
EMTK 14% 11% 12% 18% 23% 23% 70%
VIVA GRUP 35% 34% 79% 94% 55% 70%
Operating working capital turnover
10.00
9.00
8.00
7.00
Axis Title
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
MNC GRUP 1.93 1.20 1.17 1.31 1.00 1.02 1.26
EMTK 7.084 9.060 8.020 5.599 4.348 4.256 1.420
VIVA GRUP 2.87 2.94 1.26 1.06 1.82 1.43
Operating working capital to sales ratio pada MNC grup mengalami penurunan dari tahun
2015 ke 2016 dan terjadi kenaikkan pada operating working capital turnover, salah satu sebabnya
yaitu karena receivable turnover MNC grup pada tahun 2015 ke 2016 mengalami perbaikan yaitu
receivable turnover dari 2,13 kali menjadi 2,30 kali dan average collection period dari 171,05 hari
menjadi 158,57 hari. Sedangkan kompetitornya yaitu EMTK dan VIVA mengalami kenaikkan
pada operating working capital to sales ratio dan mengalami penurunan pada operating working
capital turnover hal ini dikarenakan pada tahun 2015 ke 2016 EMTK dan VIVA mengalami
penurunan dalam receivable turnover dan average collection period.
1. Current Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat digunakan untuk menutupi
kewajiban jangka pendek/hutang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan
hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendek.
Apabila current ratio 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua
hutang lancar. Rasio ini lebih aman jika berada diatas satu atau diatas 100% artinya aktiva
lancar akan mampu membayar kewajiban lancarnya tanpa mengganggu operasi
perusahaan.
Current ratio 200% kadang-kadang dipertimbangkan sebagai current ratio yang
memuaskan bagi perusahaan industri atau perusahaan komersil, sedang bagi perusahaan
penghasil jasa seperti perusahaan listrik dan hotel angka 100% dikatakan sudah
mencukupi.
Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan
dibanding dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah
likuiditasnya (seperti persediaan) yang berlebih-lebihan. Current ratio yang tinggi tersebut
memang baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut pandang pemegang saham
kurang menguntungkan karena aktiva lancar tidak didaya gunakan secara efektif.
Sebaliknya current ratio yang rendah lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen
telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Saldo kas dibuat minimum sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum.
1200
1000
800
EMTK
600
MNCN
VIVA
400
200
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
2. Quick Ratio
Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan karena
persediaan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan disbanding
asset lain. Quick asset ini terdiri dari piutang dan surat-surat berharga yang dapat
direlisir menjadi uang dalam waktu relatif pendek. Jadi semakin besar rasio ini semakin
baik.
Lebih baik jika rasio ini dapat mencapai 1: 1 atau 100% karena jika terjadi likuidasi maka
perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendeknya disebabkan sumber yang
digunakan adalah aktiva yang cepat dapat diuangkan
900
800
700
600
500 EMTK
MNCN
400
VIVA
300
200
100
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
3. Cash Ratio
Rasio ini merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar hutang yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan kas
seperti rekening giro. Semakin besar perbandingan kas atau setara kas dengan hutang
lancar semakin baik.
Apabila rasio ini 100% atau 1 : 1 hal ini berarti bahwa Rp 1 uang kas yang ada dalam
perusahaan mencukupi Rp 1 hutang lancar yang ada.
700
600
500
400
EMTK
MNCN
300
VIVA
200
100
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
150
100
50 EMTK
MNCN
0 VIVA
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
-50
-100
-150
2.8 Growth
Growth.
2010 Rp744.219.000.000
2013 Rp1.809.842.000.000 3%
2014 Rp1.882.204.000.000 4%
60%
40%
20%
GROWTH
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-20%
-40%
Salah satu kompetitor PT MNC Tbk adalah PT Elang Mahkota Teknologi. Didirikan tahun 1983
dengan nama PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek), perusahaan yang menyediakan layanan
komputer pribadi, Grup Emtek telah berkembang menjadi kelompok perusahaan modern dan
terintegrasi yang memiliki tiga divisi usaha utama, yaitu Media, Telekomunikasi dan Solusi TI,
serta Konektivitas.
Divisi Media meliputi tiga saluran televisi: SCTV, Indosiar, dan O Channel. SCTV merupakan
salah satu saluran televisi tidak berbayar terkemuka yang berlingkup nasional dengan jumlah
pemirsa lebih dari 160 juta di lebih dari 240 kota di seluruh Indonesia. Indosiar merupakan salah
satu saluran televisi tidak berbayar terkemuka di Indonesia. Sedangkan O-Channel Jakarta
menyiarkan acara gaya hidup dan hiburan bagi masyarakat ibukota.
Divisi Solusi menyediakan serangkaian infrastruktur dan jasa informasi dan layanan komunikasi
dan informatika dan solusi teknologi untuk industri telekomunikasi, perbankan dan pembayaran
ritel, termasuk solusi jasa untuk VSAT terintegrasi, infrastruktur kartu pintar (smart card) dan
distribusi ritel dari layanan telekomunikasi.
Divisi Konektivitas mencakup prakarsa-prakarsa baru yang sedang dikembangkan dalam dunia
televisi dan layanan internet, termasuk layanan TV digital wireless berbayar untuk kawasan Jakarta
dan sekitarnya, dan layanan internet pita lebar nirkabel untuk kawasan Jakarta dan sekitarnya serta
Surabaya.
Perusahaan Induk Emtek melaksanakan Penawaran Saham Perdana sebanyak 10% dari jumlah
modal disetor di Bursa Efek Indonesia pada 12 Januari 2010 untuk memperoleh dana bagi
pengembangan investasi usahanya.
Berikut ini jumlah perolehan laba bersih tahun berjalan dan tingkat pertumbuhan dari PT EMTEK
2010 Rp429.187.536.000
2014 Rp1.487.194.686.000 9%
60%
40%
20%
GROWTH
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-20%
-40%
-60%
80%
60%
40%
20%
GROWTH PT MNC
GROWTH PT EMTEK
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-20%
-40%
-60%
Dapat dilihat bahwa kedua perusahaan mengalami tingkat pertumbuhan yang berfluktuatif
dikarenakan masing-masing perusahaan berusaha terus mengembangkna perusahaan dengan
meningkatkan fasilitas dan teknologi yang digunakan khususnya dibidang media yang sangat
sensitif terhadap perkembangan kecanggihan teknologi.
Walaupun PT. EMTEK lebih dahulu mendirikan usaha, laba tahun berjalan masih dipimpin oleh
PT MNC dengan perolehan pada tahun 2016 sebesar Rp1.482.955.000.000.000
Dividend Payout Ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan sebuah perusahaan (dalam
satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan (net income), pada tahun buku
tersebut. Misal: Perusahaan ABCD laba bersih 2010 adalah Rp1 miliar akan membagikan Rp300
juta sebagai dividen. Dividend Payout Ratio adalah 30% (300 juta dibagi 1 miliar).
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor sedangkan
bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran
dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan
mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan.
Semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Sustainable growth rate (SGR) adalah tingkat pertumbuhan laba dengan menggunakan sumber
pendanaan internal (internal financing) dan tanpa mengubah kebijakan finansial. Yang dimaksud
dengan kebijakan finansial adalah kebijakan utang, kebijakan dividen, kebijakan pajak, dan
bahkan kebijakan penjualan.
CASH
DIVIDEND
PAID 93.996 207.316 488.161 1.115.723 496.786 887.878 587.053
DIVIDEND
PAYOUT
RATIO 0,1263 0,184253 0,276889 0,616475361 0,263938 0,695302 0,395867
Sustainable
growth rate 12% 13% 17% 9% 15% 4% 9%
Sustainable growth rate (SGR) adalah tingkat pertumbuhan laba dengan menggunakan sumber
pendanaan internal (internal financing) dan tanpa mengubah kebijakan finansial. Yang dimaksud
dengan kebijakan finansial adalah kebijakan utang, kebijakan dividen, kebijakan pajak, dan
bahkan kebijakan penjualan.