You are on page 1of 2

PENGENDALIAN HAMA BELALANG

Author : SYAMSUL HUDA

Abstract :

Belalang Kembara merupakan hama penting di Indonesia tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara, Lampung, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat pernah
terjadi ledakan Populasi hama tersebut. Hama ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam program
peningkatan produksi tanaman. Kerusakan dan kerugian yang ditimbulakan olah hama belalang kembara
sangat bervariasi diikuti dengan peningkatan populasi yang tinggi. Belalang ini mempunyai sifat cenderung
untuk membentuk kelompok yang besar dan suka berpindah-pindah (berimigrasi), sehingga dalam waktu
yang singkat dapat menyebar pada areal yang luas. Kelompok yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan
yang dilewatinya selama dalam perjalanan.
Perilaku makan belalang kembara dewasa biasanya diwaktu hinggap pada sore hari sampai malam dan pada
pagi hari sebelum terbang. Kelompok Nimfa yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang dilokasi
selama dalam perjalanan. Belalang ini cenderung memilih makanan yang lebih disukainya, terutama spesies
tumbuhan dari Famili Graminae. Dalam keadaan eksplosi juga diserang daun-daun kelapa dan tanaman dari
golongan Palma lainnya. Musuh-musuh alami belalang kembara yaitu berupa penyakit parasit dan predator.
Penyakit yang menyerang belalang kembara antara lain penyakit bakteri, penyakit cendawan antara lain yaitu,
parasit ini dari jenis Nematoda, dan predator dari bangsa burung dan semut. Dalam keadaan populasi
belalang tinggi nampaknya peranan musuh alami ini relatif rendah. Cara-cara pengendalian yang dapat
diterapkan antara lain :

Kultur Teknis: Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh
belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri
sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil.
Gropyokan/Mekanik/Fisik: Kelompok tani secara aktif mencari kelompok belalang di lapangan, dengan
menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap.
Kimiawi: Pengendalian yang dapat dilakukan pada Stadium Nimfa kecil karena belum merusak.
Pengendalain terhadap imago dilaksanakan pada malam hari, mulai dari belalang hinggap senja hari sampai
sebelum terbang waktu pagi hari. Pengendalian sebaiknya secara langsung terhadap individu/kelompok yang
ditemui di lahan.
Biologis: Dengan menggunakan cendawan, dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang
kembara atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan).
Pengendaliandengan Ekstrak Tuba (Deris. Sp): Ekstrak Nimba (azadiracht indica) dilakukan penyemproptan
pada tanaman untuk meninggalkan “Efek Residu” pestisida pada Tanaman. Pestisida nabati
(Ekstrak Tuba dan Nimba) merupakan salah satu komponen yang memiliki prospek yang baik untuk
digunakan dalam pengendalian belalang kembara dan juga OPT lainnya, khususnya tumbuhan tuba yang
tersedia dilingkungan petani. Ekstrak bisa dibuat secara sederhana dan langsung di aplikasikan oleh petani
sehingga bisa dianggap murah.

PENGENDALIAN BELALANG KEMBARA DENGAN EKSTRAK TUBA (Deris. Sp) dan EKSTRAK
NIMBA (Azadiracht indica ) Mengingat adanya berbagai kekurangan dari pestisida yang ada sampai
sekarang ini. Para ahli menganggap perlu diciptakan pestisida baru yang ideal, efektif mengendalian serangga,
aman terhadap lingkungan dan harga terjangkau oleh pengguna. Banyak informasi hasil penelitian tentang
jenis tumbuhan yang mengandung senyawa aktif dan berpotensi sebagai insektisida diantaranya adalah tuba
(Deris. Sp) yang mengandung bahan aktif Rotenon dan Nimba (Azadiracht indica) mengandung bahan aktif
Azadirachtin. Dapat mempengaruhi perilaku belalang dan barbagai serangga lainnya, berfungsi sebagai
penghambat nafsu makan/antifedant, repallent, attractan, menghambat perkembangan serangga, menurunkan
keperidian hingga berpengaruh langsung sebagai racun. Penggunaan pestisida nabati tidak persistem/mudah
terurai di alam sehingga penggunaannya aman bagi lingkungan. PEMBUATAN EKSTRAK Untuk mengolah

Page 1
PENGENDALIAN HAMA BELALANG

bahan-bahan akar tuba dan daun nimba menjadi pestisida dapat dimulai dari teknologi sederhana yaitu
penghancuran akar/daun. Pelarut air bersih, perendaman dalam wadah (jirigen). Proses ekstraksi/persenyawa
bahan aktif dengan air. Proses penyaringan aplikasi pada hama sasaran. Untuk pengendalian hama belalang
diperlukan dosis/takaran 1 kilogram akar tuba/daun nimba dan 20 liter air besih. PROSES PEMBUATAN
EKSTRAK Mengumpulkan bahan baku akar tuba dan daun nimba. Akar tuba/daun nimba dicuci dengan air
sampai bersih. Untuk akar tuba dipotong dengan ukuran kecil lebih dulu kemudian baru ditumbuk dengan
menggunakan lesung. Daun nimba langsung dihaluskan dilesung atau dapat juga diblender sampai menjadi
potongan kecil. Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang telah dihaluskan dimasukan kedalam jirigen isi
20 liter, kemudian ditambah air bersih. Proses perendaman minimal 3 hari setelah itu baru dapat dipakai untuk
aplikasi. Pada saat pengendalian larutan disaring terlebih dahulu dan ditambahkan bahan perekat
(Cytowett/detergen).
BAHAN BAKU (AKAR TUBA/DAUN NIMBA) | PENCUCIAN | PENGIRISAN/PENGHALUSAN |
PERENDAMAN | PENYARINGAN DAN PEMBERIAN LARUTAN PEREKAT |
APLIKASI/PENYEMPROTAN
Dalam jangka panjang untuk menghindari serangan hama belalang ekstrak tuba dan nimba dapat diolah dalam
jumlah yang cukup oleh petani dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga sewaktu-waktu ada
serangan belalang pestisida nabati tinggal disaring dan disemprotkan pada tanaman. Selama aspek teknis
diperlukan langkah-langkah terpadu dalam pengedalian hama belalang kembara, antara lain sebagai berikut :
Pemantauan populasi dan keadaan penyebaran belalang hendakan mendapat perhatian yang seksama baik
oleh petugas (PHP, PPL, Aparat pemandu dan lain-lain). Informasi umum mengenai perkembangannya
menjadi masukkan untuk mengambil tindakan yang perlu dilakukan. Menjaga kelestarian pemangsa belalang
yang ada di alam antara lain burung dan lain-lain. Penyuluhan secara terpadu melalui berbagai instansi yang
terkait untuk menghindari pembakaran hutan, terutama disekitar areal pertanian/perkebunan yang akhirnya
menjadi lahan terbuka akhirnya tidak tertangani dan tubuh belukar sehingga menjadi tempat
berkembangbiaknya belalang
linksource: http://organikhijau.com/pengendali.php

(end)

Page 2

You might also like