You are on page 1of 8

P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.

2, Oktober 2016

MANAJEMEN TATA KELOLA LINGKUNGAN DENGAN MODEL


SIMULASI TERPADU PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN PESISIR
NUSA PENIDA (PELIBATAN ELITE DESA ADAT SEBAGAI
EQUILIBIRIUM)
Ni Ketut Sari Adnyani
Email: niktsariadnyani@gmail.com

ABSTRAK
Pengelolaan kawasan bahari secara potensial, belum diimbangi oleh sistem pengelolaan
yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem laut. Hal ini disebabkan dalam
perkembangannya terjadi berbagai permasalahan karena pengelolaan kawasan pesisir
Nusa Penida dengan aktifitas melaut, seperti mencari ikan dilaut, budidaya rumput laut
dan pariwisata ternyata juga mempengaruhi keberlangsungan ekosistem yang ada di
bawah laut. Gangguan fisik tersebut dapat diamati di Nusa Penida adalah pecahnya
karang karena terlalu seringnya perahu–perahu wisata menancapkan jangkarnya,
penggunaan teknologi yang merusak, seperti potassium cyanide, bom ikan, muro ami
dan lain-lain. Tanpa disadari limbah industri pariwisata juga berdampak pencemaran
lingkungan laut. Tujuan penyusunan artikel ini, yaitu: untuk mengetahui upaya aparatur
adat Nusa Penida terkait melakukan upaya legitimasi secara formal dalam bentuk
kodifikasi peraturan adat yang mengakomodasi aspirasi elite desa adat pesisir Nusa
Penida. Metode dan desain penelitian berupa rancangan pemodelan sistem simulasi
terpadu, Pengaruhnya segala bentuk tata potensi hasil laut dapat dilakukan dengan
ramah lingkungan. Hasil penelitian, Keberadaan elite desa adat dalam menetapkan
aturan serta kepatuhan terhadap aturan warga desa adat setempat sangat mendukung
pengelolaan kawasan konservasi perairan berjalan dengan baik. Keberhasilan Elite
Desa Adat dalam pemngembangan human resource management didalam program
pembangunan kemaritiman, tercapainya sasaran terhadap pembangunan kelautan ,
kepuasaan dari berbagai pihak atas dibangunnya dermaga baik dari segi pembangunan,
keberhasilan, maupun dari segi pemanfaatan secara berkelanutan.

Kata Kunci: Human Resource Management, Nusa Penida, Pesisir, Elite Desa Adat.

PENDAHULUAN sangat cocok untuk budidaya rumput laut,


Latar Belakang (2) usaha budidaya rumput laut tidak
Berdasarkan hasil observasi di terlalu sulit pemeliharaannya dan dapat
lapangan, pada kawasan pesisir Nusa dilakukan oleh setiap nelayan, (3) usaha
Penida masih dijumpai aktifitas Elite Desa budidaya rumput laut memperluas
Adat yang membantu suami sebagai kesempatan berusaha dan membuka
petani rumput laut, pedagang ikan, dan lapangan kerja yang pada gilirannya
pengelola kawasan wisata bahari. Peran meningkatkan pendapatan masyarakat
Elite Desa Adat ini sangat menunjang pesisir Nusa Penida, terutama masyarakat
pemenuhan taraf kesejahteraan keluarga. nelayan, (4) komoditi rumput laut
Budidaya komoditas kelautan yang mempunyai peluang ekspor sebagai
dikembangkan di Nusa Penida adalah bahan baku industri pengolahan, (5)
rumput laut, dengan jenis Eucheuma sumbangan rumput laut cukup besar
spinosum dan E. cottoni. Pada kawasan terhadap total pendapatan daerah
pesisir Nusa Penida, budidaya rumput laut Kabupaten Klungkung, sebagai wilayah
tetap dilakukan di beberapa tempat administratif dari Nusa Penida sehingga
dengan lokasi di Desa Suana, memberikan peran dalam meningkatkan
Batununggul, Kutampi, Ped, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan (6)
Kampung Toyapakeh, dengan beberapa sebagai salah satu alternatif bagi
alasan yaitu (1) mempunyai potensi yang masyarakat pesisir Nusa Penida dalam

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 864


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

pengembangan ekonomi swadaya terjadinya ketidakseimbangan ekosistem


berbasis kerakyatan. bahari apabila hal tersebut terjadi juga
Permasalahan yang kemudian akan berdampak bagi terhambatnya
berkembang bahwa pengelolaan kawasan pembangunan di daerah yang
bahari secara potensial, belum diimbangi bersangkutan.
oleh sistem pengelolaan yang mampu Menyikapi problematika di atas, peran
menjaga keseimbangan ekosistem laut. Elite Desa Adat Nusa Penida dibutuhkan
Hal ini disebabkan dalam sekali dalam peran sertanya mengelola
perkembangannya terjadi berbagai sumber daya alam hayati bahari secara
permasalahan karena pengelolaan produktif. Selama ini kita ketahui bersama
kawasan pesisir Nusa Penida dengan dengan budaya purusa (sistem patriarki)
aktifitas melaut, budidaya rumput laut dan yang berkembang di Bali juga
pariwisata ternyata juga mempengaruhi mempengaruhi peran Elite Desa Adat di
keberlangsungan ekosistem yang ada di setiap aspek kehidupan. Berdasarkan
bawah laut. Kondisi tersebut menunjukkan fakta, dalam pengelolaan sumber daya
terjadi ancaman terhadap sumberdaya bahari ikan tangkap, budidaya rumput laut,
pesisir, hal ini dapat dikaji dari pandangan dan pariwisata Elite Desa Adat Nusa
beberapa pakar, diantaranya: ekosistem Penida hanya sebatas tenaga operasional
terumbu karang yang ada di wilayah Asia yang berkapasitas membantu suami
Tenggara merupakan yang paling selepas melaut dengan menjual hasil
terancam di dunia. Besarnya tangkapan ikan, ikut serta dalam proses
ketergantungan manusia terhadap pembibitan sampai panen, dan menjual
sumberdaya laut di seluruh Asia Tenggara hasil panen rumput laut, serta ikut sebagai
telah menyebabkan eksploitasi yang pengelola kawasan wisata. Peran Elite
berlebih sehingga banyak terumbu karang Desa Adat tidak penuh dan belum mampu
yang terdegradasi, khususnya di dekat diberdayakan secara lebih produktif dalam
pusat kepadatan penduduk. Sekitar 70% manajemen tata kelola usaha, pemasaran,
penduduk di kawasan ini hidup di sekitar maupun produksi yang berbasis industri
50 km pesisir. Perkembangan pariwisata rumahan. Menyikapi permasalahan
juga mendorong kerusakan terumbu kesenjangan ekonomi dan pengentasan
karang. Hal ini terbukti dari penelitian di ekonomi kawasan termarjinalkan,
Indonesia menunjukkan telah terjadi berdasarkan hasil wawancara dengan
kecenderungan pengumpulan kerang dan responden yang dalam hal ini di wakili
specimen karang yang indah secara oleh pengurus PKK Desa Kuntampi Kaler,
besar–besaran untuk bisnis souvenir. bahwa Elite Desa Adat memiliki keinginan
Demikian juga halnya gangguan fisik untuk mengembangkan keterampilan
lainnya yang dapat diamati di Nusa sehingga dapat membantu kaum laki-laki
Penida adalah pecahnya karang karena dalam pengelolaan manajemen usaha
terlalu seringnya perahu–perahu wisata termasuk manajemen pengelolaan
menancapkan jangkarnya. Penyebab lingkungan kawasan pesisir Nusa Penida
utama kerusakan terumbu karang adalah sebagai ladang mencari nafkah yang perlu
oleh aktivitas manusia (anthropogenic tetap dijaga kelestariannya secara
impact), misalnya melalui tangkap lebih kontinyuitas.
(over-exploitation) terhadap hasil laut, Hal ini selaras dengan ketentuan
penggunaan teknologi yang merusak, yuridis, lingkungan merupakan komponen
seperti potassium cyanide, bom ikan, yang harus selalu dilindungi sesuai
muro ami dan lain-lain. Tanpa disadari amanat konstitusi sebagaimana tercantum
limbah industri pariwisata juga berdampak dalam pasal 28 ayat (1) UUD 1945,
pencemaran lingkungan laut. sehingga dalam setiap kegiatan yang
Ditinjau dari segi ekonomi dan sosial, berkaitan dengan lingkungan haruslah
pengerusakan karang ini akan memperhatikan perlindungan dan
menurunkan pendapatan dan peningkatan lingkungan guna terjaganya
kesejahteraan masyarakat. Karena kelangsungan ekosistem. Upaya menjaga
dengan rusaknya ekosistem terumbu kelangsungan daya dukung sumberdaya
karang maka akan berdampak terhadap alam pesisir dan laut Nusa Penida

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 865


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

sangatlah tergantung dari komitmen pengembangan budidaya rumput laut dan


semua elemen masyarakat dan pemangku pengembangan kegitan pariwisata bahari
kebijakan yang berkepentingan di Nusa terhadap kerusakan terumbu karang,
Penida. Komitmen bersama untuk sehingga diperlukan suatu metode analisis
menjaga sumberdaya alam merupakan untuk mengetahui seberapa besar
nilai-nilai yang diwariskan secara turun pengaruh human resource management
temurun akan menjadi sebuah roh Elite Desa Adat Nusa Penida pada
pengelolaan lingkungan yang lebih kegiatan pelestarian ekologi bahari yang
bijaksana. Nilai-nilai ini akan ada melalui analisis sistem dan
termanifestasi dari pikiran, sikap, dan pemodelan dengan melakukan simulasi
perilaku masyarakat setempat dalam laboratorium terpadu, dengan
memandang, mengelola, dan melestarikan mengkorelasikan antara pengelolaan
lingkungannya. sumberdaya alam hayati bahari secara
Langkah yang pernah dilakukan oleh tepat guna untuk menunjang ketahanan
Elite Desa Adat Nusa Penida, yaitu pangan masyarakat kawasan pesisir Nusa
mengembangkan softskill melalui Penida.
pelatihan Budidaya Kelautan yang
difasilitasi oleh Tim Ahli Budidaya Pertanyaan/Tujuan Penelitian
Kelautan Fakultas MIPA Universitas Beberapa pertanyaan penelitian yang
Pendidikan Ganesha. Namun, kegiatan dapat penulis munculkan dalam kaitannya
yang berselang selama 10 hari belum dengan statement of problem,
sepenuhnya mengcover permasalahan Bagaimanakah upaya aparatur adat Nusa
pengelolaan lingkungan bahari yang perlu Penida terkait melakukan upaya legitimasi
sentuhan tangan Elite Desa Adat untuk secara formal dalam bentuk kodifikasi
pengelolaan secara berdaya guna dan peraturan adat perlindungan hukum
bermanfaat dengan tetap memperhatikan kawasan pesisir?
aspek kelestarian ekologi bahari.
Kelogisan (Rationale)
Perumusan Permasalah (Statement of Urgensi dilakukannya penelitian yaitu,
Problem) human resource management Elite Desa
Kajian prihal kemaritiman sudah Adat Nusa Penida dalam hal pengelolaan
pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya, lingkungan laut untuk menunjang ekologi
akan tetapi peneliti mengkajinya kembali bahari, jadi ada pembalikan cara berpikir
dengan sudut pandang yang berbeda dari masyarakat adat Nusa Penida bahwa
dikarenakan oleh tinjauan yang peneliti bukan kaum laki-laki saja yang dapat
lakukan ada beberapa ketentuan di atas berperan dalam pengelolaan lingkungan,
yang belum menunjukkan kiprah Elite tetapi Elite Desa Adat juga berhak
Desa Adat dalam pengelolaan potensi dengan pemberdayaan melalui
bahari, walaupun sudah ada tapi masih pengembangan keterampilan secara
terbatas. Jadi ke depannya akomodasi proporsional dalam bidang manajemen
peran Elite Desa Adat lebih diintensifkan sumberdaya manusia, usaha, tata kelola
dengan mengakomodir aspirasi Elite lingkungan, dan pemasaran yang
Desa Adat bersuara melalui aliansi diperoleh dari pengembangan softskill.
penggiat gender perwakilan dari kaum
Elite Desa Adat Nusa Penida sehingga METODOLOGI
bisa memperoleh perhatian dalam Jenis Penelitian
mewujudkan human resource Jenis penelitian ini mengarah pada
management dalam menunjang ekologi penelitian lapangan (field research).
bahari. Adapun jenis data yang telah peneliti
Berdasarkan pada uraian di atas, amati dan dilakukan pengkajian dalam
maka untuk mengetahui keterkaitan penelitian adalah berfokus pada
antara beberapa komponen yang terlibat keberlangsungan human resource
dalam kaitannya dengan human resource management Elite Desa Adat Nusa
management Elite Desa Adat Nusa Penida dalam menunjang ekologi bahari.
Penida dalam pengelolaan ikan tangkap,

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 866


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Rancangan Penelitian yang terbukti secara hukum adalah


Rancangan yang digunakan di dalam penting. Proses penuntutan peradilan
penelitian ini adalah sosiolegal research. berfungsi sebagai alat untuk mengubah
Berdasarkan pada sistem dan pemodelan perilaku. (4) Faktor sosial budaya harus
terpadu yang akan dibangun, maka perlu dipertimbangkan dalampelaksanaan
dilakukan identifikasi terhadap indikator hukum. Atribut budaya khusus, seperti
human resource management, seperti yang kadang-kadang bersifat sangat
softskill dalam pelestarian lingkungan laut pribadi tentang hubungan antara penegak
oleh Elit Desa Adat Nusa penida. dan pelanggar, dan faktor-faktor seperti
Analisa Data “kehilangan muka” dan menghindar dari
Analisa sistem terpadu didasarkan penghinaan publik, harus dipahami dan
pada penentuan informasi yang terperinci dimasukkan ke dalam rancangan
yang dihasilkan selama tahap demi tahap pendekatan penegakan
proses. Tahapan analisa sistem terpadu Keberadaan aturan serta kepatuhan
meliputi : kebutuhan dasar, analisa terhadap aturan tersebut akan mendukung
kebutuhan, persyaratan kebutuhan, pengelolaan kawasan konservasi perairan
formulasi kebutuhan, identifikasi system, berjalan dengan baik. Semua
input output serta rekayasa awal model perencanaan dan desain pengelolaan
dan diagram alir diskriptif. kawasan hanya akan berjalan efektif jika
ada kepatuhan terhadap hukum.
Sumberdaya alam sangat rentan terhadap
PEMBAHASAN degradasi oleh eksploitasi, apalagi dengan
Upaya Aparatur Adat Nusa Penida motivasi masyarakat untuk alasan
terkait Upaya legitimasi secara Formal ekonomi dan bertahan hidup. Dengan
dalam bentuk Kodifikasi Peraturan adanya aturan yang ditegakkan maka
Adat tentang Perlindungan Hukum akan meminimalisir pelanggaran dan
Kawasan Pesisir meminimalisir tingkat kerusakan
Ada empat prinsip dasar pada sumberdaya.
penegakan hukum yaitu : (1)Hukum Dasar hukum yang mewajibkan
adalah perjanjian pada seperangkat perlunya dilakukan pemantauan kawasan
aturan yang tujuannya harus dianggap pesisir, yakni Peraturan Pemerintah No. 7
sebagai keinginan dan didukung oleh tahun 1999 tentang Pengawetan
individu dan masyarakat secara Jenis Tumbuhan dan Satwa (Pasal 8-11),
keseluruhan. Pada umumnya, hukum PP No. 28 Tahun 2011
bertujuan untuk mempromosikan tentang pengelolaan kawasan pelestarian
‘kebiasaan baik.” Hukum bisa alam dan kawasan suaka alam (Pasal 26),
dilaksanakan lebih baik dan lebih efektif PP No.60 tahun 2007
jika individu memahami dan menghargai tentang Konservasi sumberdaya ikan,
alasan adanya hukum. (2) Pemasaran dan Permen KP No.2 tahun 1999 tentang
pendidikan tentang hukum pesisir. Tata cara penetapan, dan Permen KP
‘Menjual hukum’ sangat penting untuk No.30 tahun 2010 tentang
meningkatkan kepatuhan sukarela. Orang- Rencana Pengelolaan dan Zonasi
orang akan jauh lebih mematuhi aturan Kawasan Konservasi Perairan.
jika mereka (a) menyadari bahwa aturan Aturan lebih lanjut yang menjadi
itu ada, (b) mampu memahami, dan setuju acuan kegiatan pemantauan yang
dengan, alasan yang mendasari aturan, dilakukan, yakni Kepmen Lingkungan
dan (c) menyadari bahwa akan ada Hidup (LH) No.04 tahun 2001 tentang
konsekuensi jika mereka melanggar kriteria baku kerusakan terumbu karang,
aturan itu. Orang harus Kepmen LH No.115 tahun 2003
disadarkan mengapa hukum tersebut ada, Pedoman Penentuan Status Mutu Air,
serta konsekuensi dari tindakan Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang
merekajika mereka melanggarnya. Baku Mutu Air Laut, Kepmen LH No. 200
(3)Hukuman yang tepat harus tahun 2004 tentang Kriteria Baku
dilaksanakan untuk mencegah perilaku Kerusakan dan
ilegal. Penuntutan terhadap pelanggar

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 867


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Pedoman Penentuan Status Padang secara absolut. Setiap masyarakat


Lamun. senantiasa mengalami transformasi dalam
Dalam Kepmen LH No. 04 tahun arti waktu, sehingga tidak akan ada satu
2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan masyarakatpun yang memiliki potret yang
Terumbu Karang diuraikan tentang sama, kalau kita cermati dalam alokasi
persentase baku untuk menilai kondisi waktu yang berbeda, apakah itu
kerusakan terumbu karang. Kriteria rusak masyarakat modern atau masyarakat
buruk jika persentase tutupan karang 0- tradisional, meskipun dengan laju
24,9%, rusak sedang jika tutupan karang perubahan yang bervariasi. Masyarakat
berkisar antara 25-49,9%. Kondisi karang dan kebudayaan Bali bukanlah suatu
baik jika tutupan karang 50-74,9% dan perkecualian dalam hal ini. Dengan kata
baik sekali ketika tutupan karang 75- lain, Bali senantiasa mengalami
100%. perbubahan dari masa ke masa, bahkan
UU tentang Lingkungan Hidup dari hari ke hari. Sebagai sebuah
No.200 tahun 2004, menjelaskan tentang komunitas, dalam masyarakat Bali
Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman sendiripun terjadi perbedaan-perbedaan
Penentuan Status Padang Lamun. Kriteria yang sangat menjolok dilihat dari
baik kaya/sehat jika persentase perkembangan dan dinamika
penutupan lamun lebih besar sama masyarakatnya.
dengan 60%. Kriteria kurang kaya/kurang Oleh karenanya, pengawasan
sehatng jika persentase penutupan lamun melibatkan peraturan dan pengawasan
antara 30% sampai 59.9%. Sedangkan terhadap kegiatan penangkapan ikan
jika tutupan persentase lamun kurang dari untuk memastikan bahwa perundang-
29.9%, maka kondisinya termasuk rusak undangan nasional, kondisi akses, dan
miskin. Sedangkan kriteria baku tindakan pengelolaan yang diamati.
kerusakan padang lamun menurut Komponen pengawasan dalam
Kepmen LH No.200 jika luas area pemantauan, pengendalian dan
kerusakan lebih kecil dari 29.9% termasuk pengawasan atau MCS (Monitoring,
kategori kerusakan rendah, kerusakan Control and Surveillance) memerlukan
dengan luas area antara 30% sampai personil perikanan yang tidak hanya
49.9% masuk kategori kerusakan sedang mengumpulkan data untuk aspek
dan kerusakan sebesar 50% ke atas pemantauan MCS selama tugas
termasuk kategori tingkat kerusakan pengawasan mereka, tetapi juga dapat
tinggi. berkomunikasi dengan dan mendidik para
Begitu halnya dengan pengaturan pemangku kepentingan yang terlibat
pengelolaan sumber daya pesisir menurut dalam kegiatan konservasi partisipatif.
hukum adat berdasarkan Paswara dan Orang ini harus memiliki perlengkapan
Perarem Adat Nusa Penida. Tampaknya yang sesuai dan fasilitas, dana operasi
kondisi equlibrium antara laki-laki dengan dan pelatihan baik untuk mendorong
Elite Desa Adat merupakan kulminasi kepatuhan sukarela dan untuk
yang akan menjadi tujuan setiap menegakkan hukum bila diperlukan.
masyarakat termasuk masyarakat Bali. Pengawasan biasanya merupakan
Kondisi ini ditandai dengan semakin komponen terbesar dan paling mahal
luwesnya hukum adat yang berlaku pada untuk didanai. Kegiatan ini sangat penting
masyarakat Bali yang pada mulanya untuk memastikan bahwa sumber daya
menganut idiologi patriarhi “tulen”. Sejalan tidak dieksploitasi berlebihan, perburuan
dengan itu bahwa perubahan dan diminimalkan dan pengaturan pengelolaan
dinamika merupakan suatu ciri yang dilaksanakan.
sangat hakiki dalam masyarakat dan Data biofisik bawah air meliputi dua
kebudayaan. Adalah sebuah fakta yang hal utama yakni data bio (hidup) yang
tidak terbantahkan bahwa “perubahan” meliputi seluruh organisme hidup di
merupakan suatu phenomena yang selalu bawah air dan data fisika kima air yang
mewarnai perjalanan sejarah setiap meliputi salinitas, visibility, pH air, suhu,
masyarakat dan kebudayaannya. Tidak sedimen, dan arus. Dalam kerajaan
ada satu masyarakatpun yang statis (kingdom) hewan/Animalia banyak fhylum

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 868


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

yang terapat di bawah air. Menurut Seiring berjalannya waktu dan


Wikipedia, Hewan atau animal yang kita bertambahnya pengetahuan, maka
kenal selama ini merupakan kelompok dirasakan pentingnya menjaga kelestarian
hewan bersel banyak (Metazoa). sumberdaya, yang sesungguhnya sudah
Begitu banyak fauna yang terdapat di terdapat dalam kearifan lokal setiap
dalam air yang tidak akan pernah kita daerah. Hal ini kemudian disadari ketika
ketahui komposisi dan perubahannya kenyataan menunjukkan bahwa telah
dengan seksama tanpa adanya data yang banyak wilayah Indonesia yang
diperoleh melalui aktivitas pemantauan mengalami degradasi lingkungan, dan
bawah air. Perubahan kondisi ekosistem disisi lain masih banyaknya warga
di dalam air tidak bisa dilepaskan dari masyarakat yang hidup kekurangan
pengaruh aktivitas atau keadaan yang ada ditengah-tengah kelimpahan sumberdaya
di sekitarnya termasuk pada permukaan alam termasuk sumberdaya alam
air. Banyaknya limpasan limbah yang berpotensi wisata. Hal tersebut kemudian
terbawa bersama air sungai yang mengalir menumbuhkan semangat untuk
ke laut akan berpengaruh terhadap memproteksi sumberdaya alam melalui
visibility, pH dan salinitas air laut. seperangkat aturan-aturan yang
Pengaruh terhadap faktor fisik air tersebut disepakati bersama. Muncullah kemudian
selanjutnya akan berpengaruh terhadap konsep perlindungan kawasan berbasis
kehidupan biota-biota perairan. Demikian konservasi yang dikenal dengan kawasan
pula pengaruh limbah pupuk pertanian konservasi perairan atau marine protected
yang mengalir sampai di perairan akan area (MPA).
menyebabkan pengaruh terhadap biota Konsep perlindungan kawasan
laut tertentu yang secara langsung perairan ini lahir dan dibangun
mempengaruhi rantai makanan dalam berdasarkan kearifan-kearifan lokal suatu
perairan wilayah atau daerah. Dan oleh pemerintah
Biofisik bawah air memiliki keterkaitan pusat kemudian dikuatkan melalui regulasi
satu sama lain sehingga untuk yang dikenal dengan KKP atau kawasan
mengetahui laju perubahan dan penyebab konservasi perairan. Selain itu,
perubahan ekosistem dibutuhkan data pemerintah pusat juga mendorong
biofisik dari seluruh komponen yang saling pemerintah daerah untuk melakukan hal
terkait tersebut. Dari data itu pula dapat yang sama yakni membuat kawasan
dirumuskan cara mengatasi atau konservasi perairan daerah, dan meminta
mencegah sebuah perubahan lingkungan usulan untuk penetapan KKP di daerah
sehingga daya dukung dan keseimbangan yang belum terbentuk KKP. Sehingga saat
lingkungan dapat dipertahankan. Untuk ini sudah terdapat beberapa KKP dan
mengukur perubahan maka dibutuhkan KKPD di Nusantara, yang keberadaanya
data awal atau T0 saat pertama kali sedikit banyak telah membantu upaya
pengambilan data dan menjadi acuan pelestarian sumberdaya.
seberapa besar perubahan pada saat Keberadaan Kawasan konservasi
pengambilan data berikutnya. perairan akan sangat tepat jika
Prinsip yang perlu dipegang dalam dimanfaatkan untuk pengelolaan
pengambilan data bawah air adalah pariwisata bahari. Ada beberapa
pengambilan data awal dan data keuntungan yang diperoleh sekaligus jika
monitoring harus dilakukan pada posisi dalam suatu kawasan konservasi
yang sama. Penentuan posisi dilakukan dibangun pariwisata berkelanjutan.
dengan menggunakan Global Positioning Pariwisata telah menjadi aktivitas ekonomi
System atau GPS. Jarak deviasi yang penting baik untuk wilayah di dalam KKP
masih dalam batas toleransi maksimal 5 maupun sekelilingnya di seluruh dunia.
meter. Person yang melakukan Pariwisata berkelanjutan yang
pemantauan bisa berbeda, yang direncanakan dengan baik menciptkan
terpenting posisi dan metode pemantauan peluang bagi pengunjung untuk belajar
sama. Dengan demikian perubahan bisa mengenai konservasi laut dan menghargai
terlihat dengan jelas karena objek yang masyarakat lokal dengan budayanya.
diamati sama. Pariwisata berkelanjutan dapat

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 869


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

menghasilkan pendapatan untuk KKP dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007


masyarakat lokal. Setelah masyarakat tentang Penataan Ruang, menyatakan
lokal merasakan manfaat dari KKP maka bahwa:“Pengaturan penataan ruang
mereka kemudian terdorong untuk ikut adalah upaya pembentukan landasan
melestarikan sumber daya alam. hukum bagi Pemerintah, pemerintah
Potensi perikanan yang baik untuk daerah, dan masyarakat dalam penataan
dikembangkan menjadi aktivitas ekonomi ruang.”
berkelanjutan di antaranya budidaya ikan Upaya untuk memberikan
dan rumput laut. Ikan yang bisa perlindungan hukum melalui proses
dibudidayakan banyak jenisnya pengendalian pemanfaatan kawasan
tergantung karakteristik wilayahnya serta sempadan pantai dari pembangunan
nilai ekonomis jenis tersebut, misalnya pondok wisata melalui penetapan
kerapu, bobara/kuwe, dan jenis ikan perizinan yang dilakukan oleh Kantor
lainnya termasuk udang, dan kepiting. Lingkungan Hidup Kabupaten Klungkung
Dari hasil budidaya perikanan masyarakat tersebut didasarkan pada kewenangnya
akan memiliki pendapatan yang baik dan dalam proses penerbitan salah satu
berkelanjutan. Pengetahuan tentang persyaratan izin pembangunan pondok
budidaya ikan akan menjadi alternative wisata maupun hotel, yaitu dokumen
yang sangat baik bagi masyarakat lingkungan dalam bentuk AMDAL dan
nelayan yang selama ini hanya bisa UPL-UKL.
melakukan aktivitas penangkapan ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Penutup Agus Romadhon.2014. Sistem Dinamik
Kesimpulan Pengaruh Budidaya Rumput Laut
Wujud human resource Dan Jumlah Penduduk Terhadap
management peran Elite Desa Adat Nusa Degradasi Terumbu Karang (Studi
Penida dalam bentuk aktualisasi melalui Kasus Pulau Poteran – Madura).
upaya-upaya yang ditempuh untuk Madura: Prodi Ilmu Kelautan
melindungi kawasan sempadan pantai Universitas Trunojoyo.
dari kegiatan pembangunan kawasan Agussalim. 2014. Foto Praktek Lapang
pesisir Nusa Penida. Program Studi Ilmu Kelautan di
Waigeo Raja Ampat, tahun 2014.
Saran PPS. Ambon: Unpatti.
• Kepada Pemerintah Kabupaten Anonim, 2013. Melaksanakan Aturan dan
Klungkung Perundang-Undangan Perikanan.
Selaku pihak yang memiliki Bahan Ajar Diklat Konservasi
kewenangan untuk memberikan (Perikanan Berkelanjutan).
perlindungan hukum terhadap kawasan English, S.C. Wilkinson, and v. Baker,
sempadan pantai, Pemerintah Kabupaten 2002. Survey Manual for Tropical
Klungkung melakukan berbagai upaya Marine Resources, Australia
melalui beberapa tindakan dalam Institute of Marine Science.
melindungi kawasan pesisir dari kegiatan Townsville.
pembangunan pondok. Upaya Pemerintah Lasmawan, W. 2002. Sasih Nembelas
Kabupaten Klungkung tersebut dapat sebagai Lembaga Desa Adat
dilaksanakan oleh beberapa forum Aliansi dalam Pemerintahan Desa
Elite Desa Adat Pencinta Lingkungan, Tradisional Bali. Laporan
Instansi, Tim dan Satuan Kerja yang ada Penelitian. Singaraja: FKIP UNUD.
pada Kabupaten Klungkung. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi
Upaya Pemerintah Kabupaten Pengambilan Keputusan Kriteria
Klungkung dalam melindungi kawasan Majemuk.Jakarta: Grasindo.
sempadan pantai dari kegiatan Murniati, A.& Nunuk P. 2004. Getar
pembangunan pondok wisata di pesisir Gender: Elite Desa Adat Indonesia
Nusa Penida memang tidak dapat dalam Perspektif Agama , Budaya,
dilepaskan pada kegiatan pengaturan tata dan Keluarga. Magelang:
ruang, menurut ketentuan Pasal 1 angka 9 Indonesiatera.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 870


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Prasetia, I Nyoman Dodik. 2010. Struktur


Komunitas Terumbu Karang Pulau
Serangan Pasca Reklamasi. Jurnal
Lingkungan Tropis, Vol.5., No.2.,
Bandung.
__________. 2011. Potensi dan Kondisi
Terumbu Karang di Kawasan
Wisata Lovina. Jurnal Lingkungan
Tropis.Vol.6., No.1.,Bandung.
Windari, Ratna Artha. 2011.Korelasi
Yuridis Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRWP) terhadap
Keajegan Alam Bali. Jurnal Media
Komunikasi FIS. Edisi Khusus
PPKn Vol.10, No.3, Desember
2011.
http://aguswi-kkp.com/category/karya-tulis/
HYPERLINK "http://aguswi-
kkp.com/"Agussalim Powered
by WordPress and theme by
gazpo.comAgussalim,Pergeseran
Base Line Sumber Daya Pesisir
dan Laut. Diakses pada hari Rabu,
tgl 16 Maret 2016. Pukul 20:10.
www.menlh.go.id. Kepmen Lingkungan
Hidup No. 04 tahun 2001 tentang
Kriteria Baku Kerusakan
Terumbu Karang.
www.menlh.go.id. Kepmen Lingkungan
Hidup No.200 tahun 2004, tentang
Kriteria Baku Kerusakan dan
Pedoman Penentuan Status
Padang Lamun.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 871

You might also like