Professional Documents
Culture Documents
1
b. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa
knowledge focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas
organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah
minsintesis bukti-bukti yang ada.Apabila bukti yang kuat sudah diperoleh, maka
segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus dievaluasi dan didiseminasikan.
3. Pentingnya EBP
Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan:
a. Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien.
b. Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan.
c. Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan.
d. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.
e. Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitian terbaru.
f. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan pada pasien.
2
b. Kesulitand alam mengubah praktek.
c. Kurangnya dukungan administrative.
d. Kurangnya mentor berpengetahuan.
e. Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian.
f. Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian.
g. Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti.
h. Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia.
i. Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel.
j. Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian.
k. Kompleksitas laporan penelitian.
l. Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel
m. Merasa kewalahan.
3
C. Isu-Isu Yang Terkait Dengan EBP, Penelitian Keperawatan Dan Aplikasi Dalam Pelayanan
EBP
Penelitian keperawatan dan aplikasi merupakan rangkaian proses yang saling
berkesinambungan. Sebelum melakukan penelitian keperawatan khususnya di area klinik,
dibutuhkan data-data atau bukti-bukti dari hasil penelitian terdahulu yang mendukung
masalah yang akan kita teliti. Hasil penelitian yang telah dilakukan, akan menjadi evindence
dalam pengambilan keputusan klinis, sehingga tindakan yang dilakukan sudah berdasar hasil
penelitian yang teruji.
1. Mengidentifikasi Masalah Praktik Klinis
Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah atau isu praktek klinis. Sebagai
konsekuensinya, ini adalah langkah yang paling sulit karena dibutuhkan banyak
pemikiran danu paya untuk menyempurnakan pernyataan masalah untuk mengembangkan
bukti-praktik keperawatan berdasar projects.
2. Pengumpulan dan Penilaian Bukti Evidance
Langkah ke dua adalah mengumpulkan dan menilai bukti, bukti empiris (penelitian) dan
bukti non empiris. Bukti nonempiris penting untuk mendukung perubahan praktik,
sedangkan bukti empiris adalah dengan evidence termasuk uji klinis, non eksperimental
dan meta analisis. Harus dibedakan studi penelitian yang sebenarnya dengan yang bukan
penelitian.Jurnal keperawatan sangat baik dimana mengarahkan pengarang untuk
memberikan judul sehingga pembaca dapat menemukan komponen penting dari sebuah
artikel penelitian.Bukti non empiris meliputi ulasan literatur yang diterbitkan, pendapat
dari artikel dan protocol/pedoman serta literature review penelitian yang dipublikasikan.
3. Membaca dan Analisa Penelitian Empiris
Langkah pertama adalah dengan melihat abstract untuk menyaring artikel yang relevan,
kemudian membaca hasil penelitian sehingga didapatkan suatu ide penelitian dan
pengaruhnya terhadap implikasi keperawatan.
4. Meringkas Bukti Evidance
Langkah ini sangat penting untuk keberhasilan peubahan praktik keperawatan yang kita
usulkan.Sintesis temuan pada kelompok studi penelitian empiris dianggap kredibel. Hal
ini dilakukan dengan melakukan analisis, pada analisis isi memeriksa temuan untuk
dijadikan tema.
4
5. Mengintegrasikan Evidance dan Referensi Klinis
Tahap berikutnya yang perlu disintesis adalah keahlian klinis dan preferensi dari nilai-
nilai.Diperlukan seseorang yang memiliki keahlian klinis di bidang atau topic tertentu.
Dengan pendekatan multidisiplin akan memastikan analisis mendalam tentang hasil
penelitian yang dianalisis.
5
STANDAR PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
h. Pengelola pelayanan keperawatan di rumah sakit
i. Tenaga keperawatan yang bertugas di instalasi gawat darurat
j. Pengambil keputusan tingkat pusat dan daerah
k. Organisasi profesi kesehatan
l. Institusi pendidikan keperawatan dan institusi pendidikan kesehatan lainnya
7
d) Mampu melakukan tindakan keperawatan: live saving antara lain resusitasi
dengan atau tanpa alat, stabilisasi.
e) Mampu memahami terapi definitif.
f) Mampu menerapkan aspek etik dan legal.
g) Mampu melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien/ keluarga.
h) Mampu bekerjasama didalam tim.
i) Mampu melakukan pendokumentasian/ pencatatan dan pelaporan
8
Kompetensi yang harus dimiliki :
a) Memiliki kemampuan sebagai perawat pelaksana
b) Mampu mengelola pelayanan asuhan keperawatan
c) Mampu menjaga mutu asuhan keperawatan
d) Mampu melakukan triase
9
Kualifikasi perawat Kepala Ruangan IGD Level I dan II :
a) Ners pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana satu (1) tahun di IGD,
pengalaman sebagai ketua tim dua (2) tahun, memiliki sertifikat emergency
nursing basic 2 dan pelatihan manajemen
b) D 3 keperawatan pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana dua (2) tahun di
IGD, pengalaman sebagai ketua tim dua (2) tahun, memiliki
sertifikat emergency nursing basic 2, dan pelatihan manajemen
Kompetensi yang dimiliki :
Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan sertifikat :
a) Memiliki kemampuan sebagai ketua tim
b) Mampu menjamin tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten di rumah
sakit
c) Mampu mengorganisasi dan mengkoordinasi semua kegiatan keperawatan
gawat darurat dan bencana
d) Mampu melakukan pengembangan keperawatan dan pelayanan kesehatan
pada umumnya
e) Mampu melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan tim dan tenaga
kesehatan lain
f) Mampu melakukan fungsi manajemen dalam menggerakkan tim
kesehatan untuk mencapai tujuan
g) Mampu menjaga mutu asuhan keperawatan
10
Kriteria Proses :
a) Menyusun rencana kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rata-rata jumlah
pasien perhari, jumlah jam perawatan perhari (tingkat beban kerja), serta jam
efektif perawat perhari serta kompleksitas dari kasus yang ditangani di
instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit
b) Menjadi tim rekruitmen tenaga perawat yang memberikan pelayanan gawat
darurat.
c) Menyusun rencana program pengembangan SDM melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan, program pengembangan profesi.
Kriteria Hasil :
a) Tersedia tenaga keperawatan di gawat darurat sesuai kebutuhan yang
ditetapkan dengan kualifikasi yang dipersyaratkan.
b) Adanya dokumen perencanaan kebutuhan tenaga perawat dan
pengembangannya
c) Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam tim rekruitmen tenaga perawat di
pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit
11
Kriteria Struktur :
1) Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit yang mengatur sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan serta logistik dalam pelayanan gawat darurat di rumah sakit
2) Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan serta logistik
3) Adanya mekanisme/ alur permintaan penggunaan dan pemeliharaan peralatan
serta logistik
4) Adanya perencanaan sarana prasarana dan peralatan yang melibatkan tenaga
perawat.
5) Adanya area dekontaminasi pada IGD level IV dan IGD rumah sakit di daerah
berisiko
6) Adanya tempat penyimpanan sarana kesehatan dan logistik yang sesuai standar
yang berlaku
7) Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan tersedianya
jadwal pemeliharaan secara berkala.
8) Adanya SPO penggunaan dan pemeliharaan peralatan
9) Adanya sistem isolasi untuk pasien infeksius (H1N1, H5N1, SARS)
Kriteria Proses :
1) Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan
logistik berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan di pelayanan keperawatan
gawat darurat
2) Menjadi tim teknis dalam pengadaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan
logistik di instalasi gawat darurat
3) Melaksanakan pemantauan terhadap pemeliharaan sarana, prasarana serta
peralatan kesehatan dan uji fungsi (kalibrasi) secara teratur dan berkala
4) Melaksanakan sistem isolasi untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular
dan mematikan (H1N1, H5N1, SARS)
Kriteria Hasil :
1) Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik siap pakai sesuai
Kebutuhan
2) Adanya dokumen inventaris sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistic
12
3) Adanya dokumen frekuensi pemakaian dan pemeliharaan peralatan kesehatan
secara priodik/berkala
4) Adanya dokumen hasil kalibrasi peralatan kesehatan
5) Adanya sistem isolasi untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular dan
mematikan (H1N1, H5N1, SARS)
2. Standar II
Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Pernyataan :
Pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat di instalasi gawat darurat
(IGD) harus memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat didasarkan pada organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana, yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat, dengan tujuan
tercapainya mutu pelayanan IGD Rumah Sakit yang optimal.
Rasional :
Pengorganisasian yang baik di IGD Rumah Sakit dan tim yang handal menjamin
kesinambungan pelayanan yang berkualitas, efektif dan efisien.
Kriteria Struktur :
1) Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang pelayanan keperawatan gawat
darurat yang mencakup pembentukan organisasi, tatalaksana pelayanan di IGD dan
Monitoring evaluasi.
2) Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang sistem rujukan pasien gawat darurat
3) Adanya struktur organisasi dan hubungan tata kerja gawat darurat
4) Adanya standar penetapan uraian tugas, tanggung jawab serta kewenangan perawat
kepala ruangan, ketua tim dan pelaksana di gawat darurat.
5) Adanya SPO penatalaksanaan bencana baik internal dan eksternal
6) Adanya kebijakan pendelegasian kewenangan melakukan tindakan medik yang bukan
live saving diatur oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medik
secara tertulis
13
Kriteria Proses :
1) Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan
perawat dalam pelayanan IGD
2) Melakukan koordinasi dengan anggota tim kesehatan lain
3) Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan di pelayanan IGD
4) Melaksanakan asuhan sesuai dengan metode penugasan yang ditetapkan
5) Melaksanakan penanganan bencana baik internal maupun eksternal sesuai SPO
6) Melaksanakan delegasi kewenangan untuk melakukan tindakan medik yang bukan
live saving diatur oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medik
Kriteria Hasil :
1) Terlaksananya pelayanan keperawatan gawat darurat di IGD sesuai uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan tertulis
2) Terlaksananya koordinasi dengan anggota tim keperawatan dan anggota tim kesehatan
lain
3) Terlaksananya sistem rujukan pasien gawat darurat
4) Terlaksananya penanganan bencana baik bencana internal maupun eksternal
5) Terlaksananya delegasi kewenangan untuk melakukan tindakan medik yang bukan
live saving diatur oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medic
3. Standar III
Pelaksanan Pelayanan Keperawatan Gawat darurat
Pernyataan :
Bantuan yang diberikan pada pasien gawat darurat bertujuan untuk penyelamatan nyawa
dan mencegah kecacatan menggunakan pendekatan proses keperawatan di IGD rumah
sakit
Rasional :
Pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan gawat darurat dengan cepat, tepat, dan cermat sesuai standar
untuk penyelamatan nyawa dan mencegah kecacatan.
14
Kriteria struktur :
1) Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang penerapan Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) 10 kasus kegawatdaruratan yang menyebabkan kematian serta 10 masalah
utama keperawatan gawat darurat.
2) Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang Standar Prosedur Operasional (SPO)
gawat darurat sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat.
3) Ada standar asuhan keperawatan gawat darurat meliputi pengkajian, diagnosa/
masalah keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi, minimal pada sepuluh
(10) masalah utama keperawatan gawat darurat.
4) Ada Standar Prosedur Operasional (SPO) kegawatdaruratan klinis yang ditetapkan
oleh pimpinan rumah sakit
5) Ada SPO manajerial yang berisikan alur pelayanan gawat darurat sehari-hari,
bencana internal dan eksternal yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
6) Ada metode penugasan perawat yang ditetapkan (manajemen kasus/ primer) di
pelayanan gawat darurat.
Kriteria Proses:
1) Melaksanakan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada 10 kasus kegawatdaruratan
yang menyebabkan kematian dan 10 masalah utama keperawatan gawat darurat.
2) Melaksanakan pelayanan keperawatan gawat darurat sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO)
3) Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi
4) Melaksanakan SPO manajerial yang berisikan alur pelayanan gawat darurat sehari-
hari, bencana internal dan eksternal.
5) Melaksanakan kolaborasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan tim
kesehatan lain
Kriteria Hasil :
1) Semua perawat melaksanakan SPO Klinis maupun SPO Manajerial
2) Ada dokumen/ catatan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan tiap pasien yang
mencerminkan penerapan SAK
15
3) Perawat menangani pasien dan keluarganya secara komprehensif
4. Standar IV
Asuhan keperawatan Gawat Darurat
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
kegawat daruratan, diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan
keperawatan di IGD rumah sakit .
Proses keperawatan terdiri atas lima langkah meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana tindakan keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi.
a. Pengkajian keperawatan
Pernyataan :
Proses pengumpulan data primer dan sekunder terfokus tentang status kesehatan
pasien gawat darurat di rumah sakit secara sistematik, akurat, dan
berkesinambungan.
Rasional:
Pengkajian primer dan sekunder terfokus, sistematis, akurat, dan berkesinambungan
memudahkan perawat untuk menetapkan masalah kegawatdaruratan pasien dan
rencana tindakan cepat, tepat, dan cermat sesuai standar.
Kriteria struktur :
1) Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian keperawatan gawat darurat ,
di rumah sakit.
2) Ada petunjuk teknis penggunaan formulir pengkajian keperawatan gawat darurat
di rumah sakit
3) Ada sistem triase yang dapat digunakan pada pengkajian keperawatan gawat
darurat di rumah sakit sehari-hari, baik bencana internal maupun eksternal.
4) Ada alat untuk pengkajian keperawatan gawat darurat meliputi : jam dengan jarum
detik, stetoskop, termometer, tensimeter, pen light (lampu senter), defibrilator,
pulse oxymetry, & EKG.
Kriteria Proses :
1) Melakukan triase
16
2) Melakukan pengumpulan data melalui primary dan secondary survey pada kasus
gawat darurat di rumah sakit, serta bencana internal dan eksternal.
a) Primary survey :
Airway atau dengan kontrol servikal
Breathing dan ventilasi
Circulation dengan kontrol perdarahan
Dissability pada kasus trauma, “Defibrilation, Drugs,Differential Diagnosis”
pada kasus non trauma
Exposure pada kasus trauma, EKG , “Electrolite Imbalance” pada kasus non
trauma
b) Secondary survey :
Pengkajian head to toe terfokus, adalah pengkajian komprehensif sesuai
dengan keluhan utama pasien.
Kriteria hasil :
1) Adanya dokumen pengkajian keperawatan gawat darurat yang telah terisi dengan
benar ditandatangani, nama jelas, diberi tanggal dan jam pelaksanaan.
2) Adanya rumusan masalah / diagnosa keperawatan gawat darurat.
17
1) Gangguan jalan nafas
2) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
3) Pola nafas tidak efektif
4) Gangguan pertukaran gas
5) Penurunan curah jantung
6) Gangguan perfusi jaringan perifer
7) Gangguan rasa nyaman
8) Gangguan volume cairan tubuh
9) Gangguan perfusi serebral
10) Gangguan termoregulasi
Kriteria hasil :
Ada dokumentasi masalah/ diagnosa keperawatan gawat darurat.
c. Perencanaan
Pernyataan :
Serangkaian langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah/ diagnosa
keperawatan gawat darurat berdasarkan prioritas masalah yang telah ditetapkan baik
secara mandiri maupun melibatkan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Rasional :
Rencana tindakan keperawatan gawat darurat digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan tindakan keperawatan yang sistematis dan efektif.
Kriteria struktur :
1) Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil
2) Adanya rumusan rencana tindakan keperawatan
Kriteria proses :
1) Menetapkan tujuan tindakan keperawatan penyelamatan jiwa dan pencegahan
kecacatan sesuai dengan kriteria SMART
2) Menetapkan rencana tindakan dari tiap-tiap diagnosa keperawatan
3) Mendokumentasikan rencana keperawatan.
18
Kriteria hasil :
1) Tersusunnya rencana tindakan keperawatan gawat darurat yang mandiri dan
kolaboratif.
2) Ada rencana tindakan keperawatan didokumentasikan pada catatan keperawatan
Kriteria Proses :
Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada standar prosedur operasional yang
telah ditentukan sesuai dengan tingkat kegawatan pasien, berdasarkan prioritas
tindakan :
Pelayanan keperawatan gawat darurat rumah sakit :
1) Melakukan triase
2) Melakukan tindakan penanganan masalah penyelamatan jiwa dan pencegahan
kecacatan
3) Melakukan tindakan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul.
19
Mandiri :
1) Monitor pernafasan : rate, irama, pengembangan dinding dada, ratio inspirasi
maupun ekspirasi, penggunaan otot tambahan pernafasan, bunyi nafas, bunyi nafas
abnormal dengan atau tanpa stetoskop
2) Melakukan pemasangan pulse oksimetri
3) Observasi produksi sputum, jumlah, warna, kekentalan
4) Lakukan jaw thrust (khusus pasien dengan dugaan cedera servikal), chin lift, atau
head tilt
5) Berikan posisi semi fowler, atau
6) Berikan posisi miring aman
7) Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif
8) Berikan air minum hangat sesuai kebutuhan
9) Lakukan phisioterapi dada sesuai indikasi
10) Lakukan suction bila perlu
11) Lakukan pemasangan Oro Pharingeal Airway (OPA), Nasopharyngeal Airway
(NPA), Laryngeal Mask Airway (LMA)
Kolaborasi
1) Beri obat sesuai indikasi: bronchodilator, mukolitik, anti biotik, steroid
2) Pemasangan endo tracheal tube (ETT)
3) Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan keperawatan
4) Mengutamakan prinsip keselamatan pasien (patient safety), dan privacy
5) Menerapkan prinsip standar baku (standar precaution).
6) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
1) Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan serta respons pasien
2) Ada dokumen tentang pendelegasian tindakan medis (standing order).
20
e. Evaluasi
Pernyataan :
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
gawat darurat mengacu pada kriteria hasil.
Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan gawat
darurat.
Kriteria Struktur :
1) Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
2) Adanya catatan perkembangan pasien dari tiap masalah/ diagnosa keperawatan
Kriteria Proses :
1) Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang diberikan
(evaluasi proses).
2) Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil)
3) Melakukan re-evaluasi dan menentukan tindak lanjut
4) Mendokumentasikan respon klien terhadap intervensi yang diberikan.
Kriteria Hasil :
Ada dokumen hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP pada tiap masalah/
diagnose keperawatan
5. Standar V
Pembinaan pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Pernyataan :
Pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pembinaan terhadap
manajemen keperawatan, penerapan asuhan keperawatan, peningkatan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan gawat darurat di RS dan berkesinambungan.
Rasional :
21
Pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat dapat meningkatkan profesionalisme
perawat sehingga menjamin tercapainya pelayanan keperawatan yang berkualitas
Kriteria Struktur :
1) Adanya kebijakan pimpinan tentang pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat.
2) Adanya mekanisme bimbingan teknis pelayanan keperawatan gawat darurat
3) Adanya program peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat gawat darurat (
formal dan Informal )
4) Adanya reward dan punishment (penghargaan dan sanksi) bagi perawat di gawat
darurat
Kriteria Proses :
1) Merencanakan dan melaksanakan program bimbingan teknis, peningkatan
kemampuan, penerapan asuhan gawat darurat secara berkala
2) Melaksanakan pembinaan pelayanan pelayanan gawat darurat yang meliputi :
manajemen keperawatan, penerapan asuhan keperawatan, peningkatan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan gawat darurat di RS dan berkesinambungan.
3) Memberikan reward (jasa keperawatan) dan punishment (sanksi) sesuai ketentuan
4) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja secara periodik.
5) Melaksanakan tindak lanjut hasil pembinaan.
6) Melaksanakan pembinaan masalah etik profesi
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan kinerja yang dibuktikan dengan dokumen kinerja perawat.
2) Adanya dokumen laporan penyelesaian masalah.
3) Adanya dokumen bimbingan teknis terhadap pelayanan keperawatan gawat darurat.
4) Adanya reward dan punishment.
5) Adanya dokumen penanganan masalah etik profesi.
6. Standar VI :
Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
22
Pernyataan :
Pemantauan, penilaian pelayanan keperawatan serta tindak lanjutnya yang dilakukan
secara terus menerus untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan gawat darurat.
Rasional :
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin keselamatan, menurunkan angka
kematian dan kecacatan serta meningkatkan kepuasan pasien.
Kriteria Struktur :
1) Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang program keselamatan pasien
(Patient safety).
2) Adanya kebijakan tentang program pengendalian mutu keperawatan gawat darurat.
3) Adanya indikator kinerja klinis pelayanan gawat darurat :
a) Waktu tanggap pelayanan di gawat darurat ( response time )
b) Angka kematian pasien ≤ 24 jam
c) Kepuasan pelanggan
Kriteria Proses :
1) Melaksanakan pemantauan mutu dengan menggunakan instrumen yang terstandar
2) Melaksanakan upaya keselamatan pasien
3) Mendokumentasikan upaya keselamatan pasien dan pengendalian mutu
4) Menyusun program perbaikan kendali mutu pelayanan gawat darurat
Kriteria Hasil
1) Ada dokumen hasil pelaksanaan keselamatan pasien dan perawatan
2) Ada dokumen hasil evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien.
3) Waktu tanggap pelayanan gawat darurat (response time) ≤ 5 menit
4) Angka kematian pasien ≤ 24 jam ≤ dua perseribu dan kepuasan Pelanggan ≥ 70%
23